SlideShare a Scribd company logo
1 of 146
Download to read offline
Putri Berdarah Ungu (The Half Blood Princess)
Apa artinya segala sesuatu jika kamu tak mendapatkan cinta ibumu?
Apa artinya segala sesuatu jika kamu tak tahu siapa jati dirimu?
Ini tentang Ghie ;tentang tangisnya,lukanya, deritanya, tentang kisah cinta
dan mungkinkah juga terdapat bahagia untuknya?
Citra Rizcha Maya
SATU
“…….dan pertanyaannya apa tujuanmu jadi siswi SMA?menjadi Prom Queen?memanjat
tangga sosial sekolah hingga menjadi seorang Queen Bee?aku rasa pikiran kalian tidak akan
sedangkal itu, aku tau setiap siswi yang berhasil terseleksi masuk ke SMA ini adalah mereka
yang datang dengan membawa cita-cita mulia, mereka yang bertekad mengukir prestasi, mereka
yang mempunyai loyalitas tinggi untuk melayani nama sekolah dengan segenap kemampuan dan
semangat mereka, mereka gadis-gadis hebat yang mempunyai harga diri tinggi, mereka gadis
yang merhargai hasil kerja keras Kartini, katakan selamat tinggal buat pikiran menjadi cewek
keren itu berarti kamu harus menjadi seorang putri plastik, kalian hidup di dunia nyata, kalian
tau siapa kalian, kalian bukanlah Barbie idiot yang tanpa otak, sudah saatnya untuk bangkit,
sudah saatnya untuk kita menjadi diri sendiri dan melawan streotif gender, jadi selamat datang
semuanya…”dan tepukan tangan membahana di seluruh ruangan, dengan senyum anggun dan
dagu terangkat aku meninggalkan podium.
“Wow, pidato yang berapi-api Ghie” komentar Dante sambil mengikuti langkahku ”gue
suka di bagian saatnya menjadi diri sendiri dan melawan stereotif gender”aku melirik dengan
malas ke tampang jail menyebalkannya, dia adalah rivalku di pemilihan OSIS nanti. “Cuma yang
gue heran sebenarnya apa yang loe omongin di depan sana? pidato penyambutan siswa baru dan
sekalian penarikan massa untuk mendukung loe jadi ketua OSIS nanti? Atau itu adalah pidato
dari ketua feminis radikal?”aku melangkah cepat dan Dante juga melebarkan langkah kakinya
yang panjang “Ghie…loe punya kans gede buat jadi ketua OSIS, di banding calon lainnya,
termasuk gue, cewek-cewek tentunya terpesona dengan pidato loe, dan loe role mode yang baik
buat mereka, cantik, pinter, berprestasi itu keunggulan yang loe punya, yang gue nggak suka
adalah kenapa loe ngambil kesempatan saat cowok-cowok pergi jumaatan loe malah nyuci otak
cewek-cewek itu dengan membahas stereotif gender, itu sama aja kayak mendoktrin cewek-
cewek buat jadi ratu kutub anti cowok, hey apa jadinya kalo cewek-cewek itu kayak loe semua
yang nggak bisa menikmati cinta SMA yang menyenangkan”
“…apa yang loe lakuin saat cowok-cowok lain jumaatan? nguping pidato gue? btw loe
lagi mens ya? Calon ketua OSIS bolos jumaatan, menarik”sindirku pedas dan meninggalkannya
yang kehilangan kata.
***
Aku bergabung di kantin dengan “dayang-dayangku” Eve dan Niken, dan langsung
menyantap makan siangku, aku sangat lapar.
“Nasi Cap Cay seperti pesenan loe kan?”Tanya Niken
“Yups, thanks Nik ini favorit”
“Gue suka pidato loe”komen Eve
“Tapi Dante nggak suka” aku menyudahi makanku di suapan ke limaku “gue licik karena
mendoktrin cewek untuk membenci cowok atau itu yang dtangkap oleh otak tololnya”
“Sampe kapan sih Loe dan dia musuhan? Ghie, open your eyes, Dante suka sama loe!
Aku mengabaikan analisis Eve yang sok tau dengan sibuk minum lemon tea dan
mengambil sepotong kiwi, dari mangkuk salad Niken.
“Dante …cowok favorit cewek-cewek satu sekolahan…”
“Tapi itu nggak termasuk gue” potongku cepat
“Kapten Tim Basket, dia kayak Troy Bolton di dunia nyata”
“Gue lebih suka cowok punya otak daripada yang cuma punya otot”
Aku bangkit dari bangku kantin menuju toilet, menarik nafas panjang sebelum akhirnya
memasukan jari tengahku ke tenggorokan, memancing perutku untuk memuntahakan nasi cap
cay, kiwi dan lemon tea ke wastafel, rasanya selalu menyiksa tapi itu melegakanku, shit! Seorang
cewek, anak kelas sepuluh baru dan kepangan konyolnya sepertinya melihat apa yang kulakukan,
kubuka keran, berkumur, menarik tissue, menarik nafas, dan membalikan badan, memberikan
senyum termanisku.
“Gue keselek”
Si cewek kelas sepuluh dengan kepangan konyolnya menyodorkan air mineral ke arahku
“Belom saya minum kok kak”
“Thanks”
DUA
Aku benci pulang ke rumah dan melihat pemandangan yang membuatku marah, aku tak
tau sejak kapan aku mulai marah, karena sepertinya itu sudah lama sekali. Seorang pria, keluar
dari kamar mamaku dengan senyum memuakannya menyapaku yang tak pernah balas menyapa,
malah masuk kamar dan membanting pintu dengan keras, aku menangis, selalu seperti itu.
Aku benci pria itu, aku benci mamaku, dan aku benci diriku sendiri yang tak bisa
menerima kenyataan. Seharusnya aku terbiasa, tapi yang kutau ternyata aku takkan pernah bisa.
Sejak dulu pertanyaan-pertanyaan bodoh ini meneror otakku
Siapa pria itu?
Apa yang dilakukannya dengan mama?
Apa dia papaku?
Kalau dia papaku, kenapa dia tak mengatakannya, kenapa dia hanya melemparkan
senyum tanpa pernah berbagi sepatah kata.
Kenapa mama hanya mengurung diri di kamarnya?
Kenapa ia tak pernah mau melihat mukaku?menatap mataku?
Kenapa ia tak pernah memberikan ciuman selamat pagi atau menyelimutiku di malam
hari?
Kenapa mama tak pernah menjadi ibu bagiku?
Kenapa mama tak pernah mencintaiku?
Aku selalu berusaha menjadi sosok anak sempurna, aku menciptakan prestasi yang
membanggakan, aku menjadi anak manis, tapi itu takkan pernah membuatnya mencintaiku, dia
memberikan segala sesuatu, barang-barang mahal, segala fasilitas mewah, kehidupanku seperti
seorang putri, tapi apa gunanya bila ia mencintaiku?
Aku sampai pada suatu kesimpulan bahwa aku anak yang tak diinginkan, mamaku bukan
perempuan baik, dia perempuan simpanan pria kaya, dia nggak lebih dari seorang munafik
matrealistis memuakan, dia menjijikan, aku membencinya, dia memberiku makanan haram yang
didapat dari menjual pesona dan kecantikannya, itu sebabnya aku selalu memuntahkan
semuanya.
Mungkin semuanya adalah kesalahanku, dia takkan bisa mencintaiku karena aku tak
berusaha begitu keras untuk membuat dia mencintaiku, kadang aku sangat membenci diriku yang
sangat payah, kuambil pisau disisi mangkuk buah, kusayat telapak kakiku, membentuk pusaran,
ada rasa sakit tak tertahan yang anehnya sangat menyenangkan, kulihat wajahku di cermin, aku
begitu mirip mama, sangat, ada air mata di wajah itu tapi ada seringai jahat di bibirnya aku
seperti monster yang sangat cantik.
“Lupakan semuanya!!!!!!!!!”terdengar teriakan dari dalam kepalaku
Aku tau cara mengobati luka ini, dan luka hatiku, kulepas seragam sekolahku dan
menggantinya dengan dress favoritku, kukenakan ballet flats shoes, kusambar tas Hermes
baruku, saatnya menggesek kartu kreditku.Yeah aku adalah satu dari bagian 8% populasi dunia
pengidap shopaholic, well, bukankah belanja adalah terapi terbaik ketika sedang depresi??
Tiga
Bahkan dua pasang Manolo Blahnik, sebuah tas Birkin, dan tiga dress Nina Ricci, belum
bisa membuatku cukup bahagia dan melupakan kesedihanku. Rasanya aku ingin kembali ke saat
umurku 5 tahun, hanya dengan sepotong coklat dan kartun Disney aku bisa tertawa kembali. Aku
lupa kapan terakhir kali aku tertawa lepas, tertawa yang benar-benar tertawa, Aku memandang
sekitarku dan kulihat semua orang dengan wajah yang sedang tersenyum, berseri-seri, gembira,
bersuka cita, bersemangat, bahkan di depan mataku, Eve dan Niken sedang menertawakan entah
apa, dan sayangnya mereka bahkan tak bisa menularkan apa yang bisa membuat mereka tertawa
denga begitu mudahnya.
Hidupku seperti putaran kesedihan.Aku tau ini berlebihan, tapi apa gunanya kamu bisa
mendapatkan segala hal dengan mudah tapi apa yang kamu dapatkan itu tak bisa menjadikanmu
bahagia, apa aku terdengar seperti makhluk hina yang tak tak tau berterima kasih???
“halo…bumi memanggil Brighietha Rara Nanthana”Eve menyadarkanku dari lamunan.
“Lebih asyik berada di dalam dunia pribadi Ghie?”Ejek Niken diiringi derai tawanya
yang renyah.
“Bagaimana caranya loe bisa tertawa segampang itu?”tanyaku datar tanpa
memandangnya, aku malah menatap ujung sepatuku.
“Jawabannya sama kayak bagaimana bisa lo memasang tampang serius permanen di
wajah lo?”
***
“Sang Putri sudah pulang dengan membawa banyak tas belanjaan, sayang, kamu
bahkan belum membuka tas-tas belanjaanmu yang kemarin” Nanny-ku serepot biasanya,
mempermasalahkan banyak hal. Mungkin karena dia di bayar untuk itu. Aku tak menjawabnya
lebih mudah untukku langsung menuju kamarku dan mengasihani diri sendiri.
Waktu kecil dulu, aku selalu bertanya, bagaimana seorang anak masuk ke dalam
sebuah keluarga, apa diantar oleh burung bango? Atau diletakkan begitu saja di depan pintu? itu
ketika aku belum belajar Biologi, Aku ingin bertanya tentang keluargaku, silsilahnya dan
darimana kami berasal, tapi pada siapa?aku tau aku punya seorang mama, tapi dia nggak lebih
dari wanita yang tinggal di kamar sebelah, kita tidak seperti sebuah keluarga walaupun aku tak
tau bagaimana rasanya punya keluarga, aku tak mengerti tentang banyak hal yang terjadi dalam
hidupku semuanya begitu aneh dan tak masuk akal.
Setiap pulang ke rumah aku selalu merasa begitu kesepian dan satu-satunya
tempatku berbicara adalah diriku sendiri yang berada di dalam cermin, aku tau ini aneh dan gila,
ketika aku butuh teman berbicara maka aku akan berdiri di depan cerminku
“Mirror, mirror, on the wall,
Who in this land is fairest of all?”
Bukan itu pertanyaannya!
“Mirror, mirror, on the wall,
Hey, who am i?
, Di cermin aku memandang mata besarku, mata bulat berwarna coklat gelap dengan bulu
mata panjang, beberapa orang menganggap mataku menakutkan, mataku seolah-olah melotot,
memandang penuh kecurigaan dan tanpa rasa percaya, tapi ini tak seberapa bila di bandingkan
dengan mata Medusa atau Basiliks, mataku takkan merubah siapapun menjadi batu walau
kadang aku berharap begitu. hidungku seperti dipahat, bibirku tipis dan berwarna merah dengan
nuansa orange alami, kulitku kuning langsat bercahaya, Wajahku sangat cantik tapi muram aku
tau ini pasti karena aku tak pernah bahagia, kadang aku merasa ada kesombongan dan tinggi hati
yang tergambar jelas di wajahku mungkin karena tatapan mata dan daguku yang sering
terangkat, tapi Nanny-ku mengatakan itu sebagai ekspresi aristokrat, entahlah!
“Hai Ghie, loe tau hari ini gue bête banget, bandot tua itu keluar dari kamar nyokap, gue
anaknya Ghie, dan nggak pernah sekalipun bisa nembus pintu itu, kadang gue berharap Ghie ada
bintang jatuh dan gue boleh minta apapun, loe tau Ghie apa yang bakal gue minta?nyokap gue
keluar dari kamar sialannya, datang, meluk gue, kita bicara kayak ibu dan anak, bukan kayak
sekarang gue cuma bisa liat dia dari teras kamarnya memandang kosong, dia nggak pernah
ngeliat gue…hmmmmmm yah….loe tau apa yang dibilangin Niken pas gue tanya bagaimana dia
bisa tertawa dengan gampang, dia malah jawab, jawabannya sama kayak bagaimana tampang
serius bisa nempel permanen di muka gue, dan gue tau jawabannya sekarang, gue tau kenapa gue
nggak bisa tertawa dengan mudah semudah orang lain, karena nyokap gue nggak pernah
tertawa, dia selalu memasang ekspresi datar di wajahnya tanpa bicara seolah dia tuna wicara, gue
tau dia bisa ngomong, aku pernah dengar suaranya bicara dengan si nanny, suaranya seperti
bisikan, agak ngeri dengernya, sebenarnya apa sih masalah nyokap gue? Dia cuma nggak suka
punya anak kayak gue?? Atau apa???????????hal ini bikin gue frustasi, ini bukan sebuah
keluarga, bagaimanapun miripnya gue ma nyokap itu nggak bikin gue otomatis punya ikatan
emosi, tapi kadang gue ngerasa sayang, tapi kadang gue berharap gue nggak usah punya ibu aja,
gue punya ibu, harusnya gue punya ayah juga kan???apa si bandot tua itu ayah gue???gue rasa
nggak!tapi siapa sebenarnya ayah gue? Gue punya ibu yang ada terihat mata, tapi gue nggak
cukup mengenalnya, apalagi ayah, yang nggak pernah gue liat, gue mesti bertanya ke siapa
Ghie?”
Pikiran sinting menyerbu otakku dengan cepat kusambar netbook-ku di tempat tidur,
langsung aku searching ke Google, mengetik “siapa ayah brighieta rara nanthana?” dan sedetik
kemudian jawabannya keluar, mengecewakan!
Penelusuran Anda - siapa ayah brighieta rara nanthana? - tidak cocok dengan dokumen apa
pun.
Saran:
• Pastikan semua kata dieja dengan benar.
• Coba kata kunci yang lain.
• Coba kata kunci yang lebih umum.
• Coba kurangi kata kunci.
Bego, jawabannya takkan pernah ada! Yang tau jawabannya bahkan takkan pernah
mengatakannya!Aku menangis putus asa di lantai.
Empat
Sunday is Gloomy,
My hours are slumberless,
Dearest, the shadows I live with are numberless
Little white flowers will never awaken you
Not where the black coach of sorrow has taken you
Angels have no thought of ever returning you
Would they be angry if I thought of joining you
Gloomy Sunday
Sunday is gloomy
with shadows I spend it all
My heart and I have decided to end it all
Soon there'll be flowers and prayers that are sad,
I know, let them not weep,
Let them know that I'm glad to go
Death is no dream,
For in death I'm caressing you
With the last breath of my soul I'll be blessing you
Gloomy Sunday
Dreaming
I was only dreaming
I wake and I find you
Asleep in the deep of
My heart
Dear
Darling I hope that my dream never haunted you
My heart is telling you how much I wanted you
Gloomy Sunday
Suara merdu menakutkan Sarah Mc Lachlan menyayikan lagu Gloomy Sunday, di minggu
pagiku yang suram, aku masih di tempat tidur, merana dan merasa hampa. Aku tak bisa tidur
semalaman,mataku sakit, bengkak dan sembab, tampangku luar biasa mengerikan. Seharusnya
aku bunuh diri sekarang, sekitar 200an idiot mati dengan diiringi Gloomy Sunday, sayangnya
aku selalu ingin jadi yang pertama, bukan orang dengan urutan 200-an bahkan bila itu adalah hal
seidiot bunuh diri gara-gara sebuah lagu.
Pintuku terbuka, dan nanny membawakan sarapanku
“Selamat pagi tuan putri” dia meletakan nampan sarapan di meja samping tempat tidur “
tampangmu mengenaskan”ada nada shock dan khawatir
“Yeah aku mengalami kematian spiritual”
Cepat-cepat dia menghampiriku dan memeriksa suhu tubuhku, aku risih di sentuh seolah aku
anak umur 5 tahun.
“Aku cuma kelelahan” aku mencoba menenangkannya sebelum dia mencoba bertindak lebih
jauh, misalnya memanggil dokter jiwa yang akan mengunciku di ruang isolasi.
Dia memandangku dengan aneh, menatapku lekat-lekat; ada campuran iba dan jijik, atau
entahlah!
“Aku mengabdi untuk melayani para mayat hidup” gumamnya pelan dan putus asa dalam suara
tercekat yang aneh, cepat-cepat dia keluar dari kamarku.
Apakah aku terlihat seperti mayat???
Tak percaya dengan apa yang dikatakannya, aku menuju cermin dan memandang sosok
mengenaskan yang rapuh yang sialnya adalah aku, kutatap lekat-lekat dan menilai bayanganku,
aku seperti vampire merana.
Kuputar ulang lagu Gloomy Sunday dan aku mulai berdansa dengan imajinasiku, aku hanya
ingin merayakan minggu pagi gilaku.
***
“Gue perlu bicara” Dante menungguku keluar dari Jazz Pink-ku.
Aku tak menghiraukannya hanya terus berjalan dan menganggapnya hanya sebagai hantu yang
tak terlihat, kesabarannya diambang batas ketika aku tak menunjukkan reaksi apapun, dia meraih
tanganku, menggenggamnya erat dan menyeretku ke tempat sepi, sekolah masih lengang hanya
ada beberapa anak yang datang, ini masih setengah tujuh pagi.
“Mau apa loe?” tanyaku galak
“Are you, oke?”
“Not your business”
“tampang loe kayak zombie” dia berbisik, seolah memberitau dirinya sendiri, dia menggeleng-
gelengkan kepalanya, ekspresi ketidakpercayaan pada kenyataan yang harus ia terima terlukis
jelas di wajahnya
“Ghie…”bisiknya pelan sambil meneliti tiap inci wajahku, dia memandangku dengan tatapan
menyesal yang sulit kuartikan.
Aku melepas genggamannya dan berlari cepat ke kelas, aku tak tau apa yang mendorongku
untuk berlari menjauhi Dante, rasanya aku serangan panik dan otakku memberikan perintah
untuk segera pergi ketika tatapan matanya yang seperti sinar X seakan menembus wajahku.
Aku terengah-engah sampai di kelas, hanya ada beberapa anak yang berada di kelas, sibuk bicara
atau menyalin PR, huh bukan urusanku untuk mengamati mereka.
“Pagi Ghie” sapa Eve dan Niken
“Hi” sapaku setengah hati, aku segera membuka tasku dan dan menyibukkan diri dengan pura-
pura membaca buku Letter to Daniel, karangan Fergal Keane. Kelas mulai berisik satu persatu
anak mulai berdatangan, huruf-huruf dalam buku mulai menari-nari tak jelas dalam
pandanganku, aku merasa seperti penderita disleksia yang tidak bisa mengeja, aku kesulitan
untuk memahami apa yang sedang kulihat, mungkin karena aku sedikit pusing, aku mengalami
hari yang berat kemarin, salahku karena terlalu larut dalam pikiran-pikiran yang menyiksa yang
kuciptakan sendiri,
Bel berbunyi, waktunya upacara bendera, aku bangkit menuju lapangan diiringi Eve dan Niken
yang sibuk membicarakan entah apa, sejujurnya aku tak peduli dengan apa yang mereka
bicarakan, apapun yang mereka bicarakan bukanlah hal yang penting mengingat keduanya
memiliki otak yang nyaris kosong. Kami masuk menuju tempat penyanyi inti, yeah kami
penyanyi inti sekolah, dan shit! Apa yang dilakukan Dante di belakangku? dia berdiri tepat
dibarisan belakangku, dia mengikutiku! Apa sih yang dia mau?
“Gue perlu bicara, tepat selesai upacara” dia berbisik di telingaku, aku tak bereaksi apa-apa, Eve
dan Niken menatapku dengan tatapan bertanya, aku mengacuhkannya, Bendera akan dinaikkan
dan lagu Indonesia Raya mulai dinyanyikan, bersamaan dengan niatku untuk membuka suara,
kepalaku seperti dihantam berkarung-karung pasir, serasa mau pecah aku menahan kepalaku
dengan kedua tanganku mencoba menahannya agar tetap utuh, sekarang serangannya menyerang
bagian tubuhku yang lain, tubuhku dialiri oleh kelelahan yang luar biasa tak tertahankan, kakiku
tak bisa lagi menopang tubuhku, suara-suara sayup-sayup terdengar makin menjauh dan
kegelapan mulai menyelimutiku.
Lima
Bau minyak kayu putih yang menyengat membangunkanku, apa mimpi burukku baru saja
menjadi kenyataan? Orang yang tidak ingin kutemui tepat berada di depan mataku, kutepis
tangannya yang memegang kapas yang ditetesi minyak kayu putih.
“Gue benci minyak kayu putih” aku bangkit dari tempat tidur UKS yang sama sekali
tidak nyaman, punggung serasa patah tidur di kasur yang terlalu keras seperti ini.
“Loe jangan berharap cium Chanel No 5 di sini, ini UKS” Dante dengan senyum
mengejeknya mencoba mengingatkan betapa bodohnya aku, oke aku tau ini UKS!
“Dan setau gue elo bukan pengurus UKS! Mana dokter sekolah, suster, dan anak-anak
PMR, salah satu dari mereka!”
“Wow, hebat banget loe baru sadar dari pingsan udah bisa langsung galak “
“Anak –anak PMR sedang ikutan lomba PMR, dokter sekolah kita tercinta lagi hamil,
dan sang suster…”
“Sudah sadar Ghie?” tirai putih tersibak dan dengan tampang khas para suster yang
penuh perhatian pada pasien langsung menghampiri,menyentuh keningku untuk memeriksa suhu
badanku, “Sayang, kamu anemia, kelelahan dan pastinya lupa sarapan, Dante akan
mengantarkanmu pulang, dia mengatakannya akan bertanggung jawab mengantarkanmu selamat
sampai depan pintu rumah”
“Haruskah dia…?”pertanyaanku masih menggantung
“Ya, harus! Jawab Dante cepat “sayang…aku khawatir banget, kamu pingsan di upacara
dan kupikir ini gara-gara perkelahian di malam minggu kita kemarin, aku menyesal aku minta
maaf, seharusnya aku nggak sekasar itu, maaf udah membuatmu frustasi dengan sikapku”
Shit! Apa sih yang Dante bicarakan???
“What the hell you talking about?” kataku geram, kata-kata itu keluar lewat sela-sela
gigiku yang merapat karena menahan marah. Kepalaku masih sakit dan Dante sedang berakting
entah apa, seandainya dia seperti kucing yang punya sembilan nyawa, rasanya aku ingin sekali
membunuhnya sekarang.
“Cinta SMA memang romantis” komentar si suster yang kurasa otaknya telah terpolusi
sinetron.
“Gue ada ulangan Fisika setelah istirahat, gue mau balik ke kelas sekarang!”aku siap-siap
turun dari tempat tidur.
“Gue punya surat izin buat loe bebas kelas, dan gue punya izin buat menjalankan perintah
untuk nganterin elo pulang, manfaatin Ghie, apa loe nggak bosen di sekolah mulu, kadang kita
perlu untuk bersenang-senang di luar pada jam sekolah ini pasti seru, anggap ini sebuah dating,
oke? Atau loe lebih suka diantarin satpam sekolah yang bau badannya kayak dia make berliter-
liter parfum yang terbuat dari ekstrak walang sangit itu??”aku tidak sempat protes karena Dante
telah menyeretku keluar, di lengannya terdapat tas Birkin maroon-ku yang sangat sangat tidak
serasi dengan posturnya yang atletis, dia terlihat sekonyol Tinky Winky, personel Teletubbies.
“Kita bakal naek mobil loe, gue nggak bisa nganterin loe pake motor gue, gue khawatir
loe bakalan disambar angin dan terbang, loe udah kayak selembar kertas, apalagi …berani
bertaruh loe nggak bakal sudi untuk meluk gue, hahahaha”aku benci melihat cengiran jail di
wajahnya, dan sekarang dia benar-benar keterlaluan memegang tanganku ketika kami melewati
serombongan anak kelas satu yang baru kembali dari Lab, aku berani bertaruh akan ada gossip
tentang hal ini, di dalam hati aku mengutuk Eve dan Niken yang tidak ada di sampingku saat aku
benar-benar membutuhkannya, sekarang aku tau apa definisi dari kata teman, teman adalah
seseorang yang ada ketika mereka membutuhkanmu, bukan sebaliknya!
***
Mobil berenti di depan sebuah restoran keluarga, dan Dante menyeretku keluar, aku tak
punya tenaga untuk protes, dia memaksaku duduk di kursi seolah aku anak 5 tahun, dia ke
counter, memesankan makanan, kembali dan duduk di depanku, ada seringai mengejek di
wajahnya yang mirip dengan Jim Carey saat jadi Grinch, si perusak natal.
Aku tak mengajaknya bicara karena itu akan membuat dia senang, jadi kupasang
tampang jutek terparahku, Dante geleng-geleng kepala. Beberapa saat kemudian pesanannya
datang, ada sandwich tuna, kentang goreng porsi besar dan milkshake cokelat masing-masing
untuk aku dan dia”
“Loe harus makan dan habisin! Loe udah kayak penduduk Ethiophia! Gue yang traktir!”
“Gue punya duit!”
“Gue nggak tanya!” jawabnya singkat dan menggigit sandwich-nya dalam gigitan yang
sangat besar.
Aku tak menyentuh makananku sama sekali, cuma memandang makanan-makanan itu
sudah cukup untuk membuatku mual, alih-alih muncul selera makan.
“Loe lagi ngitung jumlah kalori dan lemaknya atau elo nunggu gue buat nyuapin
elo?”Dante sangat menyebalkan, aku benar-benar berharap dia punya sembilan nyawa. “Gue
bakal nunggu elo sampe ngabisin semua makanan itu, gue nggak keberatan bahkan kalaupun itu
sampe jam makan siang, kita sekalian bisa mesen dessert, coffee banana split-nya enak banget.”
Tapi sayangnya aku tak berminat. “Katakan selamat tinggal buat pikiran menjadi cewek keren itu
berarti kamu harus menjadi seorang putri plastik, kalian hidup di dunia nyata, kalian tau siapa
kalian, kalian bukanlah Barbie idiot yang tanpa otak, sudah saatnya untuk bangkit, sudah saatnya
untuk kita menjadi diri sendiri dan melawan streotif gender” Dante mengutip bagian akhir
pidatoku.”Apa yang loe lakuin Ghie? Nipu cewek-cewek satu sekolahan? Calon ketua OSIS
minta supaya cewek-cewek di sekolah semuanya untuk jadi diri sendiri, bukan jadi Barbie idiot!
Bagaimana bisa loe koar-koar buat melawan stereotif gender kalo loe sendiri merusak diri
loe?apa masalah loe? Niru si Barbie? Badan loe udah kayak lidi, loe menderita eating disorder
demi badan kayak Barbie yang loe hina-hina di pidato loe? loe anorexia, kan?” terihat tampang
frustasi ketika Dante menghakimiku. “Adek gue ngeliat apa yang loe lakuin di toilet
sekolah”otakku memutar memori ketika si cewek kelas satu dengan kepangan konyolnya
memergokiku memuntahkan makan siangku di wastafel, aku tak percaya dia adiknya orang yang
sedang menghakimiku sekarang!
“Peduli apa loe sama apa yang gue lakuin?”aku ingin berteriak marah tapi yang keluar,
malah sebuah isakan, aku merasakan air mata jatuh di pipiku, apakah aku harus secengeng ini?
Tapi aku tak berusaha menghapus air mataku, malah membiarkan semuanya tumpah di pipiku.
“Gue nggak pengen jadi si cewek Barbie, gue nggak pengen punya badan ukuran nol kayak
model-model tolol itu, ini semua bukan karena gue menginginkan hal sesepele itu” ingin sekali
kuteriakkan kata-kata itu, tapi itu hanya suara hatiku yang tak ingin di teriakan mulutku “loe
nggak akan pernah mengerti!”hnay itu yang terdengar, bisikan lirihku, air mataku makin deras,
Dante tak perlu tau bahwa aku memuntahkan semuanya hanya karena bentuk protes dari apa
yang mamaku lakukan, aku tak ingin duit haramnya dari hasil menjadi wanita simpanan yang
didapatnya masuk ke tubuhku dan menjadi daging, menjadi bagian dari tubuhku, ini lain halnya
ketika duit itu berubah jadi barang-barang yang hanya menjadi bagian eksternalku, seandainya
aku bisa menghabiskan duit-duit itu hingga tak tersisa…tapi herannya seolah-olah duit itu seolah
tak pernah ada habisnya.
“Gue pengen mengerti Ghie…” dan dia menghapus air mataku.
Enam
Entahlah, rasanya sangat aneh ketika Dante menungguku di depan kelas sepulang
sekolah.
“Temani gue makan siang yuk, dan loe nggak boleh nolak!” yeah aku nggak menolaknya,
mungkin karena aku juga kelaparan, tentu saja aku kelaparan, pagi tadi aku memuntahkan
sarapanku, tapi mungkin juga karena aku memang ingin makan siang dengannya dan jangan
tanya kenapa karea aku juga tak tau jawabannya.
“Ghie, loe lupa kalo Selasa kita selalu ngabisin waktu di salon bareng?” tanya Eve dalam
nada campuran mengingatkan dan protes.
“Gue nggak lupa tapi gue pengen buat pengecualian buat hari ini” jawabku cepat dan
mengikuti langkah Dante.
***
“Gue yang traktir loe makan siang, jadi loe nggak boleh muntahin makan siang loe!”ada
ancaman dalam suaranya, ketika aku bangkit dari kursi hendak melangkah ke toilet, dia
membaca apa yang akan kulakukan, apa yang dipikirnnya tentang aku ? apakah dia benar-benar
peduli?atau ada sebab lainnya?
Aku menatap cermin di wastafel, aku membatalkan rencanaku, mungkin ada baiknya jika
kali ini aku mengikuti kata-kata yang kurasa cukup benar itu.
Kembali dari toilet aku melihat Dante sedang melahap dessert-nya dengan lahap, aku
duduk di depannya melihatnya menikmati vanilla ice cream-nya seperti seorang anak yang
berumur lima tahun, dia terlihat sangat kekanak-kanakan, mungkin benar apa yang dikatakan
orang-orang bahwa cowok itu adalah anak-anak yang terjebak dalam tubuh pria dewasa.
Dante menghentikan suapannya, dia menatapku memberikan senyuman konyol jail
menyebalkan yang cuma bisa diekspresikan oleh dirinya.
“Ngapain loe ngeliat gue kayak gitu???loe mau gue suapin?”
Aku nggak menjawab cuma tersenyum singkat, sejenis senyuman yang harus dilakukan
ketika aku tak tau harus berkata apa.
“Dulu, pas gue masih kecil banget. . .gue pernah lewat tempat ini, saat itu siang terik,
gue, nyokap, ma ade’ gue, si Lola. . . sejak dua hari berjalan tanpa arah, setelah kita pergi dari
rumah, setelah nyokap gue dapat tamparan dan bekas lebam di matanya dari orang yang. . . dia
bokap gue, walaupun dalam hati gue, ada rasa berontak ketika mencoba untuk mengakuinya, hari
itu kita berjalan terus dan kadang berhenti sebentar untuk duduk di taman, halte, atau dimanapun
tempat yang memungkinkan untuk seorang ibu menenangkan anak cewek dua tahunnya, dan
anak cowok berumur tiga tahun yang terlalu kelelahan dan tak mengerti. Gue menangis keras di
depan situ” Dante menunjuk arah, mataku mengikuti jarinya. Kutatap mukanya, raut muka Dante
berubah sangat cepat, nggak ada lagi ekspresi konyol menyebalkannya, yang ada hanya wajah
campuran kesedihan dan sebuah keseriusan “Gue ngeliat seorang anak seumuran gue lagi makan
ice cream kayak gini” dia mengangkat sendok ice cream-nya, yang ice cream-nya sudah mulai
meleleh “dan gue pengen banget, gue kehausan, dan gue hari itu cuma makan beberapa keping
biscuit murahan, gue menangis sejadi-jadinya, tapi gue tetap nggak dapat ice cream yang ada
nyokap gue malah nyeret gue, saat itu nggak cuma gue yang nangis Lola juga, nyokap juga, hari
itu rasanya sangat panjang, gue ngerasain banget apa arti ketika loe pengen sesuatu tapi loe
nggak bisa ngedapetinnya, dan itulah sebabnya kenapa gue sangat peduli, malah sebenarnya gue
sangat marah ketika gue tau elo muntahin makanan yang bisa loe dapatin dengan mudah tapi loe
sia-siain, sementara di luaran sana ada banyak orang yang harus menahan rasa laparnya.” Dante
menatapku tajam, aku tak sanggup menatap matanya, entah ini perasaanku atau inilah
kenyataannya, sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca, aku merasa berdosa.
“Maaf…”
“Nggak ada yang perlu dimaafin, seenggaknya sekarang gue nggak lagi jadi bocah yang
ngiler yang cuma bisa berdiri di depan sana, mama gue menikah lagi dengan pria yang baik, pria
yang gue anggap ayah gue, sorry gue nggak maksud buat nyeritain kehidupan gue, tapi gue cuma
pengen loe tau tentang apa artinya sebuah makanan, tentang apa artinya menghargainya, cuma
itu, bukan maksud buat ngajarin loe.”
“Thanks a lot.” Cuma itu yang bisa aku katakan, aku hanya tak menyangka bahwa cowok
kayak Dante pernah mengalami hal yang menyedihkan di masa lalunya.
“Boleh minta satu hal? gue mohon” pinta Dante, aku mengangguk “Temani gue ke
pemakaman.”
***
Aku pikir kita akan mengunjungi seseorang yang sudah wafat, tapi ternyata aku salah,
Dante benar-benar tak bisa ditebak. Dia mengajakku melintasi deretan kuburan hingga ke suatu
tempat yang menyisakan sedikit tempat kosong. Dia mengambil penggaris besi dari tasnya, dan
mulai menggali tanah yang tak seberapa besar dan tak seberapa dalam, setelah “kuburan mini”
itu jadi, dia mengeluarkan sebuah boneka Barbie, yang masih baru, aku melihat stiker harganya.
“Ghie… anggap aja kita nguburin diri loe yang kayak putri plastik ini, gue emang nggak
berhak, tapi gue pengen loe berjanji untuk berhenti mencoba jadi putri plastik lagi, loe mesti
sembuh dari anorexia loe, demi seorang anak yang pernah merasakan kelaparan di masa lalu,
demi orang-orang yang tidak bisa merasakan nikmatnya makanan walaupun mereka
menginginkannya, dan demi diri loe sendiri, ini semua karena gue peduli, karena gue sayang
sama loe”
Kata-kata terakhirnya membuatku terkejut, Dante yang menyebalkan, Dante yang selalu
membuatku kesal aku hanya… tak pernah menyangka.
Aku meraih Barbie yang ada di tangannya, dan menguburkannya dengan tanganku
sendiri, aku tak peduli dengan tanah yang akan mengotori tanganku. Aku belum yakin apa aku
bisa berjanji tapi aku akan mencobanya, walaupun alasanku memuntahkan makanan bukan
karena aku ingin menjadi si gadis Barbie, tapi setidaknya aku berusaha untuk menghargai apa
yang Dante lakukan untukku.
TUJUH
Seperti halnya wabah, gossip mudah sekali menular! Memang dalam minggu ini aku
selalu menghabiskan waktu sesudah sekolah dengan Dante, tapi ya ampun kita hanya akan siang
biasa, lalu nongkrong lebih lama di sana karena… entah kenapa aku sudah ketagihan dengan
Coffee Banana Split-nya, kita paling hanya ngobrol biasa, sesuatu yang ringan, setelah itu kami
kembali ke sekolah, baiklah, yeah, aku menemani Dante latihan basket, memangnya itu salah?
“Nggak mungkin loe mau nungguin seorang cowok latihan basket kalo diantara kalian
nggak ada apa-apanya, loe jenis cewek yang nongkrongnya di butik dan salon bukannya di
lapangan basket” cecar Niken, “Maksud gue …apa susahnya sih tinggal bilang kalo elo Dante
udah jadian dengan begitu gue bisa ngajuin pertanyaan selanjutnya, just like… Did he kiss you?
He kissed you, didn't he? Is he a good kisser?arrrghhht you’re totally the most boring person I
know.”dia bicara cepat sambil berjalan masuk toilet.
Ini jumat malam,dan sudah menjadi tradisi sejak kami berumur 11 tahun, Eve dan Niken
nginap di rumahku, semacam pajamas party, tapi hanya Eve dan Niken yang menikmatinya,
seperti biasa aku tak menikmati apapun, karena aku teralu sibuk dengan dunia yang ada dalam
pikiranku, kadang aku merasa seperti penderita autis, mungkin Eve benar i’am totally the most
boring person!
“Ghie…boleh nanya sesuatu?” Niken ragu-ragu
“Kalo soal Dante gue nggak mau jawab apapun!”jawabku ketus
“Nggak Ghie…bukan, sebenarnya gue agak sungkan” aku tau Niken sengaja bertanya
ketika Eve sedang sibuk di Toilet.
“What?”
“Tentang nyokap loe…nggak pernah sekalipun gue ngeliat dia, dia nggak pernah keluar
kamar kalo ada kita disini” Niken setengah berbisik.
Itu pertanyaan yang nggak bisa kujawab, mamaku hanya menghabiskan waktunya
seharian di kamar, kadang-kadang dia melintas di depanku, dengan ekspresi datarnya dan dengan
segala macam usahanya untuk mengabaikan keberadaanku, dia…nyaris sepertiku,secara f isik.
Pernah sekali waktu aku ingin berteriak kepadanya, mencoba menarik perhatiaannya supaya dia
menyadari bahwa aku ada, di sini, tapi tak pernah kulakukan, karena aku terlalu takut, terlalu
takut untuk di tolak. Aku pernah menanyakan pada Nanny tentang hal ini, tapi dia hanya berkata
bahwa mamaku tersayang yang kutak tau apa dia pernah menyayangiku itu, hanyalah orang yang
terlalu pendiam, tertutup, dan lemah,yeah, dia bahkan terlalu lemah untuk menyadari bahwa dia
memiliki seorang putri, entah siapa yang sakit jiwa, aku, mamaku, atau nanny, aku tau ada
sesuatu yang tak berjalan normal di dalam tembok rumah ini, suatu ketidakwajaran,akan lebih
gampang bila aku berkesimpulan bahwa mamaku adalah seorang wanita vampire!
“Gue rasa itu bukan urusan loe” dan Niken terdiam.
Eve keluar dari toilet dan mulai lagi membahas tentang Dante.
“Ghie, menurut gue Dante oke kok”
“Terus?”
“Kalian jadian kan?”
“Gue nggak mungkin jadian ma orang yang jadi rival gue di pemilihan ketua OSIS, asal
loe tau apapun gossip yang beredar di luaran sana, apapun yang mata kepala loe liat, apapun
yang terjadi gue akan membiarkan kalian membuat kesimpulan sendiri, akan lebih baik jika itu
menguntungkan gue, loe tau gue seperti apa, gue benci kekalahan melebihi apapun, gue orang
yang kompeteitif, gue ambisius, dan gue adalah orang yang akan mendapatkan apapun yang gue
inginkan, bagaimanapun caranya!”
Dan seperti malam-malam Pajamas Party kita yang lalu-lalu, sisa malamnya hanya akan
dinikmati dengan Eve dan Niken yang benar-benar tau cara memeriahkan suasana, dan aku
hanya akan menikmati kekesalanku yang permanen.
Delapan
Pertanyaannya adalah:
“Dapatkah kamu membuat dirimu mencintai, dapatkah kamu membuat dirimu dicintai?”
Ataukah
“Pantaskah dirimu mencintai, pantaskah dirimu dicintai?”
Dante bilang bahwa dia menyayangiku, tapi apa alasanya? Mengapa dan bagaimana bisa?
itu terlalu sulit untukku mengerti, bukankah hal ini nggak lebih dari sekedar perubahan
komposisi biokimia dalam tubuh dimana aktivitas berbagai hormon dan neurotransmitter
memaksa Dante kehilangan nafsu makan, susah tidur dan lebih sering melamun? proses yang
melibatkan si dopamine...yang juga bereaksi ketika seseorang minum kopi atau alkohol, si
norepinefrin atau si adrenalin yang memaksa Dante berkeringat dan berdetak jantung cepat
kayak yang dialami cowok-cowok bandel yang dihukum keliling lapangan gara-gara nggak
ngerjain PR, juga si Serotonin yang kinerja menurun yang bikin si Dante jadi pengidap insomnia
dadakan? Entahlah! Ataukah ini bisa dijelaskan secara lebih romantis seperi di kisah-kisah
dongeng nggak masuk akal.Bila Dante merasakan hal itu, apa ingin menanyakakan pertanyaan
yang sama pada diriku? Aku belum bisa menjawabnya, karena itulah pertanyaan yang juga
pernah dipertanyakan Dante, sebuah pertanyaan yang masih kujadikan PR.
Arrrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhttttttttttttttt… aku merasa jadi makhluk
irasional idiot payah, karena aku melakukan hal ini!aku mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan bodoh yang kudapat dari majalah remaja lama koleksiku, call me idiot!
1. Kamu melihat ada sesuatu yang berbeda dalam diri dia yang menarik untuk
ditelusuri?
Hmmmm aku suka melihatnya ketika dia makan ice cream vanilla favoritnya,
sesekali dia menjilat bibirnya, sambil mengatakan bahwa dia selalu menganggap
bahwa makan ice cream vanilla itu adalah salah satu mimpinya yang menjadi
kenyataan, aku juga suka menatap senyumnya dan pandangan matanya ketika di
berhasil memasukan bola ke dalam ring, aku juga suka memperhatikan bagaimana
bibirnya bergerak pelan dan khas ketika dia bicara, kadang dia mengatakan hal
yang sangat konyol, tapi kadang apa yang dibicarakannya sangat
menyentuh..kurasa jawaban untuk pertanyaan ini cuma kata YA, tapi apa yang
kulakukan?aku mendeskripsikannya!
2. Merasa ada sesuatu yang menggelitik dari dalam diri kita
Ini cuma ilusiku atau bukan tapi sekarang aku sering merasa kesemutan di sekujur
tubuhku!
3. Suka senyum-senyum atau ketawa-ketawa sendiri nggak jelas
Aku tertawa pelan di jam Sejarah, gara-gara aku ingat lelucon payah Dante
tentang kumis Adolf Hitler!
4. Suka curi-curi pandang ke arah target
Aku nyaris nggak bisa berkedip dan melepaskan pandangan dari Dante, tapi
kadang aku terlalu takut untuk memandang matanya yang tajam dan sehitam
malam, bulu matanya panjang dan indah dan yeah aku merasakan wajahku
memanas ketika Dante memergokiku tengah menatapnya.
5. Kalo dia lagi ngeliat ke arah kita, jantung rasanya kayak mau copot
Aku belum pernah mengalami jantung copot tapi rasanya yeah mungkin itulah
rasa jantung copot, rasa yang nggak bisa kudeskripsikan yang terjadi di organ-
organ dalam tubuhku!
6. Salah tingkah di depan dia
Aku hanya pernah minum, minumannya alih-alih minumanku, menjatuhkan
sendok ketika makan, dan tiba-tiba jatuh di lapangan basket, untuk yang terakhir,
kurasa itu karena gravitasi bumi sedang bermasalah, daya gravitasi mungkin
tengah meningkat kuat.
7. Nggak sadar suka mempermalukan diri sendiri
Kurasa jawabanku di pertanyaan nomor 6 sudah mewakilinya
8. Berkeliaran di dekat dia terusss
Berkeliaran?oh…tidak, kita hanya melewati siang bareng dan itu bukan
berkeliaran kurasa
9. Suka ngelamun dalam minggu ini,
Ya…begitulah!aku nggak perlu menceritakan lamunanku kan?
10.Mengkhayal yang indah-indah tentang kamu dan dia
Definisi indah yang bagaimana? Tidak termasuk kayak adegan ketika Prince
Charming member ciuman yang menyadarkan si Aurora dari tidur panjangnya
kan? Kadang aku ingin mencari mesin pemintal benang yang bisa membuatku
tidur bertahun-tahun saat insomnia menyerangku!
11.Nggak nafsu makan
Kapan aku punya nafsu makan?aku makan hanya untuk menghargai apa yang
dilakukan Dante untukku, dia ingin menyembuhkan eating disorder-ku tapi
sebaliknya dia malah memperparahnya, tapi kabar baiknya, aku mulai
mengurangi ritual memasukan jari tengahku ke dalam tenggorokkan
12.Mendadak jadi insomnia alias susah tidur
Ada yang bisa memberitahuku dimana aku bisa mendapatkan mesin pemintal
berjarum yang bisa membuatku tidur panjang dan menjadi versi lain dari dongeng
Sleeping Beauty?
13.Isi diarymu seputar dia, dia, dia, diaaaaa terusss
Aku nggak punya diary, terakhir kali aku menulis diary pas aku umur 10 tahun
14.Sering dengerin lagu mellow yang liriknya about love melulu
Aku sedang mendengarkan lagu lamanya Bon Jovy yang All About Loving You,
itu adalah lagu favorit Dante
15.Jadi care sama penampilan dan berusaha tampil keren terus di depan dia
Aku selalu berpenampilan yang menurut orang-orang “sweet and elegant” sejak
dulu.
16.Seneng banget ngira-ngira lewat ramalan bintang
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak menganggap ramalan bintang itu
konyol, pagi tadi ramalan bintangku mengatakan…lebih baik aku nggak
mengingatnya, karena itu bikin aku kayak orang yang memakai blush on
berlebihan!
17.Bentar-bentar ngaca
Cuma untuk bertanya : “oh my mirror, who in this land is fairest of all?” And my
mirror always said: “You, my queen, are fairest of all”.
18.Nyari tahu segalanya tentang dia, termasuk no telpon neneknya
Aku nggak selebay itu!
19.Deketin sobatnya, buka akses langsung ke dia
Nggak juga, kehidupan sosialku sangat payah, aku bukan tipe orang yang akan
menyapa dan mendekati orang lain, apalagi untuk mencari tau soal Dante, aku
nggak punya otak Sherlock Holmes dalam mengumpulkan informasi.
20.Diam-2 motret dia pake HP terus kamu jadiin wallpaper
Inilah wallpaperku
Tebaklah itu patung siapa? Patung itulah yang menjadi inspirasi dari nama orang
yang sedang kupikirkan hingga aku mau repot-repot menjawab pertanyaan-
pertanyaan konyol ini!
21.Hobi nulis-2 namanya di setiap lahan kosong yang bisa kamu coretin
Aku nggak menulis namanya, tapi aku menulis 2 baris akhir puisi The Divine Comedy-
nya Dante Alighieri (nama tokoh yang dijadiin patung di atas) dengan huruf kaligrafiku
yang indah, tempat terakhir yang kutulisi adaah bagian belakang kertas ulangan Fisika-ku
as in a wheel whose motion nothing jars -
by the Love that moves the sun and other stars.
22.Pelototin foto dia terusss
Nggak!aku cuma membolak-balik buku tahunanku doank dari tadi
23.Jadi ja’im berat kalo di deket dia
Jaim?nggak!aku Cuma nggak pengen keliatan konyol
24.Badan semerbak mewangi sana sini tralala trilili
Aku memakai Chanel no.5
25.Kalo dia negur, rasanya kayak kesetrum
Di sengat listrik bukanlah rasa yang menyenangkan tapi belakangan ini aku sering
mengalaminya (bukan secara harfiah)
26.Bela-belain bangun pagi buat bikin bekal untuk dikasih ke dia
Nggak!
27.Nyimpenin sms dari dia
Aku nggak nyimpan, cuma belum menghapusnya
28.Setia nunggu dia nelpon meskipun dia nggak janji mau nelpon
Nggak juga, tapi aku di telepon satu jam lalu
29.Sok jual mahal kalo dideketin, tapi kalo dia nggak ada kelabakan sendiri
Nggak yakin
30.Meng-iya kan apapun maunya dia, biarpun kamunya nggak suka
Buktinya aku mulai berhenti memainkan jari ditenggorokkan
31.Bilangnya cuma nganggep temen, padahal mau kesengsem berat
Aku bilang ke Eve kayak gini “Gue nggak mungkin jadian ma orang yang jadi rival gue
di pemilihan ketua OSIS, asal loe tau apapun gossip yang beredar di luaran sana, apapun
yang mata kepala loe liat, apapun yang terjadi gue akan membiarkan kalian membuat
kesimpulan sendiri, akan lebih baik jika itu menguntungkan gue, loe tau gue seperti apa,
gue benci kekalahan melebihi apapun, gue orang yang kompetitif, gue ambisius, dan gue
adalah orang yang akan mendapatkan apapun yang gue inginkan, bagaimanapun
caranya!”apa aku terdengar kayak cewek munafik menyebalkan?
32.Pusing mikirin cara gimana ngajak dia nonton setelah sengaja beli tiket dua
Nonton bareng?hmmm ide bagus
33.Rela nyisihin uang jajan untuk beli hadiah ulang tahun dia
Belum kulakukan, tapi bisa kusimpan ide ini
34.Nyari kartu valentine paling romantis buat dia
Val’s day masih berbulan-bulan lagi
35.Selalu memuji segala hal tentang dia
Belum kulakukan, pantangan buatku untuk memuji orang lain, entahlah apakah
nantinya dia akan menjadi pengecualian!
36.Beli buku-buku psikologi tentang cinta dan dipraktekin satu-satu
Aku punya koleksi buku-buku psikologi cinta itu, hanya saja aku yakin aku belum
membacanya dan aku nggak yakin akan mempraktekkannya
37.Satu senyuman dari dia bikin kamu mengira-ngira seribu maknanya
Mungkin saja
38.Rajin sms-in kabar dia
Dia yang mengirimkanku banyak email dan SMS
39.Pura-pura minjem buku padahal kita nggak perlu buku itu
Koleksi bukuku nyaris lengkap
40.Minjemin CD terbaru supaya kamu ada alasan buat ke rumah dia ngambil
CD
CD?sekarang udah 2011 bukan 2005 lagi (majalah Gadis edisi May tahun 2005,
yeah ketika itu aku masih terlalu kecil untuk membaca majalah remaja, tapi
buktinya majalah ini bermanfaat juga setelah 6 tahun)
41.Pas ketemu mata sama dia, muka serasa jadi kayak kepiting rebus
Aku hanya merasa mirip Jeng Kelin, yang mukanya make blush on berlebihan
42.Mati-matian nyari topik supaya obrolanmu nggak bisa basi kalo lagi sama
dia
Aku lebih banyak diam
43.Mencatat semua tanggal ketemuan, isi obrolan, dan resume-nya di diary
Aku sudah bilang kan?aku nggak punya diary!
44.Menyukai hal-hal yang dia sukai
Yeah, tiba-tiba aku menikmati pertandingan basket
45.Jadi teman yang baik dan penuh perhatian saat dia lagi punya masalah
Dia yang berusaha membantuku menghadapi masalah
46.Nggak mempedulikan apapun kekurangan dia
Kekurangan?seperti…?aku kesulitan mengingatnya, mungkin besok aku akan
memperhatikannya dengan lebih seksama
47.Nggak bisa ngelupain dia sekalipun dia udah ngecewain berat
Pertanyaan ini sudah terlalu jauh, aku belum sampai tahap ini
48.Bener-bener sedih kalo dia lagi nggak ada
Belum sampai tahap ini
49.Jadi anak paling rajin yang pernah dia temui
Pada dasarnya aku memang anak yang rajin, bahan pada awal semester aku sudah
mengerjakan semua latihan soal yang ada di buku-buku pelajaranku.
50.Saat baca artikel ini, kamu jadi teringat pada seseorang. Pertanda kamu
bener-bener lagi jatuh cinta!!!
Aku sedang memikirkan orang yang namanya terinspirasi dari nama penyair Italia
yang menulis puisi The Divine Comedi
Ya Ampun aku merasa begitu konyol dan merasa seperti bukan diriku!
Dan kalau seandainya Dante menyayangiku, apakah itu sebuah kebenaran,? Dante itu
…hanya…dia orang lain! Oh, mood-ku hancur berantakan bila aku mengingatnya lagi, Mama,
wanita yang seharusnya secara naluriah menyayangiku karena kami memiliki ikatan darah,
bahkan tak bisa benar-benar menyayngiku, lalu Dante? Memikirkan ini seperti merusak
segalanya!
Sembilan
Dengan langkah ragu-ragu aku memasuki ruang ganti yang sepi, ada rasa bersalah yang
memberatkan langkahku, seharusnya dua jam yang lalu, aku sudah duduk dibangku penonton
dan meneriakkan dukungan untuk Tim basket sekolah yang dikapteni Dante, nyaris seminggu
ini, aku duduk di bangku penonton menemaninya latihan setiap sore, aku baru saja merusak
semuanya, aku tak memberikan dukungan padahal ini sebuah pertandingan yang penting
untuknya, sebuah kemenangan yang akan diperjuangkan olehnya, bukan hanya untuk
mengharumkan nama sekolah, bukan hanya untuk mengukuhkan kehebatannya dilapangan, tapi
juga untuk satu alasan yang berbeda, alasan yang sangat berarti, tidak hanya untuknya, tapi juga
buatku.
Dante terlihat bosan dan kesal, berada di antara cewek-cewek Cheerleader genit yang
mengerumuninya, mereka berdengung seperti kawanan lebah madu, mereka cekikikan dan
menggoda dengan cara bermanja-manja, cewek-cewek centil itu berharapkan bisa menarik
perhatian sang pahlawan lapangan, setidaknya mereka berharap bisa jadi orang yang akan
dibawa Dante ke pesta kemenangan nanti malam, mereka langsung diam dan mulai bubar, ketika
melihatku muncul di ruangan ganti, aku tau cewek-cewek itu akan membicarakanku setelah ini.
Lama kami diam, hanya saling menatap, sampai Dante berinisiatif untuk memulai
obrolan.
“Elo janji mau nonton pertandingan basket” kata Dante datar, sambil mengikat tali
sepatunya.
“Sorry”
“Gue pikir loe nggak bakal datang Ghie, loe nggak mau kan gue menangin pertandingan
ini? loe nggak mau kan kalo gue menang terus kayak janji loe… hmmm oke gue ralat, awalnya
ini hanya permintaan tolol gue, kalo gue menangin pertandingan basket ini, loe mau jadi cewek
gue.” Dante terdengar kesal, dia bicara dalam nada sindiran yang tidak menyenangkan.
“Sekarang seandainya gue nerima elo, apa loe yakin elo bisa nerima gue?” aku bertanya
tak tau harus bagaimana.
“Seseorang harus bisa menerima dirinya dulu, baru bisa menerima orang lain, mungkin
itu yang mesti loe lakuin Ghie, tapi menurut gue, menerima diri loe itu bukan hal sulit, elo itu
adalah impian nyaris setiap cowok; cantik, pinter, berpresasi, berkarakter, menarik, elo hampir
tanpa kekurangan, dan kelebihan-kelebihan elo yang mengintimidasi itulah yang bikin para
cewek iri, gue mungkin bukan cowok favorite loe, hingga sulit buat elo untuk nerima gue jadi
orang yang spesial, tapi gue mau nunggu kok, segala sesuatunya butuh proses kan?”
“Elo nggak kenal gue!”
“Gue mau belajar buat mengenal elo lebih jauh”
“Dante, gue nggak sebaik yang elo pikirin” aku merasa frustasi, awalnya aku sudah
berniat, untuk tidak datang ke pertandingan final basket antar SMA ini, aku terlalu takut untuk
memenuhi janjiku, untuk menjadi pacarnya seandainya dia memenangkan pertandingan ini, tapi
sebagian dari hatiku menginginkannya, aku ingin melihatnya di lapangan, memberinya semangat
dari bangku penonton, tapi yang kulakukan hanyalah terlalu banyak berpikir dan menimbang,
sehingga aku melewatkan pertandingan besar Dante dengan melamun di dalam mobil di
parkiran, aku tidak siap dengan apa yang akan dikatakan oleh seisi sekolah, dengan gossip yang
akan tersebar besok pagi. Kupikir aku terlambat, kupikir Dante akan pergi dan cepat-cepat
meninggalkan ruang ganti seusai pertandingan sama seperti anak-anak tim basket yang lain, yang
bersiap-siap untuk merayakan kemenangan mereka nanti malam, tapi aku pada akhirnya
memberanikan diri untuk berjalan ke ruang ganti, aku berharap dia masih ada dan aku benar dia
masih disini, belum meninggalkan ruangan ganti, tapi yang kutemui adalah Dante yang sedang di
kerumuni cewek-cewek centil sekolah, ada sedikit rasa kesal dan cemburu ketika aku melihat
Dante dengan cewek-cewek cheer itu, seandainya aku salah seorang dari mereka, tentunya
takkan sesulit ini untuk menerima Dante.
Dante mendekatiku, sepertinya dia siap dengan kemungkinan yang paling tidak
menyenangkan, dia berdiri di depanku memegang bahuku dengan kedua tangannya, mencoba
memberikan senyuman, tapi aku tau bahkan sebuah cengiran jailpun sulit untuk terbentuk di
bibirnya sekarang, dia kecewa dengan apa yang kulakukan.
“Kalo loe nggak bisa nerima gue, seenggaknya sekarang loe bisa ngasih gue, yeah loe
bisa bilang congrats atau semacamnya” Dante berusaha terdengar ceria.
Aku menarik nafas panjang, mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang akan kuputuskan
ini adalah hal yang benar.
“Gue mau jadi cewek elo, dan jangan minta gue untuk mengulang kalimat itu lagi”
Dante melompat kegirangan dia kelihatan senang, lalu bagaimana denganku ? apa aku
senang? Aku sendiri belum tau ekspresi seperti apa yang harus aku tunjukkan karena aku belum
begitu yakin, aku masih dibayangi tentang, bahkan mamapun yang seharusnya tanpa alasan sulit
untuk mencintaiku, bagaimana mungkin bahwa Dante bisa melakukannya??? Tapi bolehkah
sekarang aku sedikit berbahagia atau setidaknya biarkan aku, walau untuk sementara waktu
untuk menjadi remaja normal yang tidak depresi, yang bisa menikmati cinta monyetnya?
Sepuluh
“As my best friend, it is your duty not to lie to me.” Teriak Eve nyaring, untunglah ini
toilet, dan tidak terlalu rame, sehabis upacara bendera dia dan Niken menyeretku kesini,
menuntutku untuk mengaku.
“Kalo ini masalah Dante, oke, gue bisa jelasin..tapi menurut elo siapa yang bisa
merencanakan untuk jatuh cinta? Maksud gue semuanya berjalan begitu saja, kejadiannya begitu
cepat, oke, gue juga masih belum percaya…ini aneh, tapi”
“elo menikmatinya?”
“what?”
“Itu keliatan dari pipi loe yang blushing ma mata yang berbinar-binar, gue suka elo yang
kayak gini, gue bête ngeliat elo yang kayak cewek-cewek protagonist teraniaya dalam sinetron-
sinetron kejar tayang kacangan itu, oh Ghie, gue happy buat elo” Eve mencium kedua pipiku
bergantian dengan berlebihan.”Well, elo nggak mau ngasi selamat ke Ghie atas terbebasnya dia
dari penjara kesuraman?”Eve berbicara kepada Niken yang sedang menyibukkan diri dengan
dandanannya.
“Tentu saja, pastinya” Niken memberikan pelukan singkat dan senyuman kecil”reaksinya
memang tidak seperti Eve yang selalu berlebihan.
“Ceritakan tentang malam minggu kalian!” Eve sangat bersemangat. “Wait, tapi
sebelumnya gue cuma mau bilang, gue seneng banget akhirnya elo punya seseorang untuk
menemani malam minggu elo yang selalu kelabu tapi moga itu cuma malam minggu yang dulu-
dulu, sejujurnya gue agak bête, sorry, kalo di tengah-tengah dating gue ma Banu, kadang elo
nelpon gue buat nemani elo menikmati kesedihan loe, bukannya gue nggak ada pas temen gue
butuh atau gue terpaksa melakukannya tapi gue nggak tau mesti berbuat apa, kadang itu
menyiksa gue, membuat gue sedikit frustasi, ngeliat loe sedih bukanlah hal yang menyenangkan.
Gue sayang banget ma loe Ghie, gue pengen semua hal terbaik jadi milik elo”
“Thank’s a lot sista” Aku memberinya pelukan hangat. “Gue bakal cerita tapi nggak
sekarang, elo nggak budhek kan, bel udah menjerit sejak tadi” Aku diselamatkan oleh bel tanda
masuk, thanks God, karena aku nggak harus cerita tentang banyak hal yang terlalu indah untuk
jadi kenyataan, yang terjadi malam Minggu lalu, jadi aku berjalan cepat keluar toilet, yang
disusul oleh Eve dan Niken, Eve kadang membuatku kesal dan sebal, tapi yeah dia
menyenangkan, dia sangat tau cara bersenang-senang, dan agak tidak mengerti ketika seseorang
dalam kondisi sedih, dia selalu ingin sesuatu itu berjalan seperti apa yang diinginkan, dia
berbanding terbalik dengan Niken, sepertinya akan lebih baik kalo kita membicarakan Niken di
lain kesempatan.
***
Aku belum pernah merasakan kalo kelas begitu membosankan, bukan karena aku udah
mempelajari dan mengetahui apa yang sedang guruku jelaskan di depan kelas, aku cuma ingin
segera… aku malu mengakuinya, tapi baiklah aku ingin agar bel istirahat segera berdering, aku
ingin bertemu Dante, yeah kita janjian buat ketemuan di sana istirahat nanti, Dante bilang dia
punya sesuatu buatku, tapi entahlah apa itu, dia bilang kejutan, apa aku akan benar-benar
terkejut?apa itu adalah kejutan yang menyenangkan?maksudku sebelumnya aku …tidak begitu
suka kejutan.
Saat bel berdering, aku segera keluar kelas sebelum Niken dan Eve menahanku, aku
merasa seperti siswa bandel yang phobia kelas.
Seperti biasa perpustakaan bukanlah tempat favorit siswa di jam istirahat, kebanyakan
yang ada disini hanyalah kutu buku kuper, aku menyukai perpustakaan tapi perlu dicatat AKU
BUKANLAH SI KUTU BUKU KUPER!!!
Tiba-tiba ada suara jari dipetik hingga membentuk irama, yang kurasa aku tau irama ini,
kedengarannya familiar. . .
“Life is full of lots of up and downs
But the distance feels further
When it’s headed for the ground
And there’s nothing more painful
Then to let your feelings take
You down”
Oh my God, ini lagu favoritku, A Shoulder to Cry On… satu persatu siswa yang kutak
begitu kenal, tapi yang pasti mereka anak dari ekskul paduan suara, datang, mendekati mejaku,
memberikan bunga mawar pink, yang juga favoritku, sambil menyanyikan lagu yang di
populerkan oleh Tommy Page itu secara acapela
“It’s so hard to know
The way you feel inside
When there’s many thoughts
And feelings that you hide
But you might feel better
If you let me walk with you
By your side
And when you need
A shoulder to cry on
When you need
A friend to rely on
When the whole world is gone
You won’t be alone
‘ cause I’ll be there
I’ll be your shoulder to cry on
I’ll be there
I’ll be your friend to rely on
When the whole world’s gone
You won’t be alone ’cause I’ll be there
All of the times
When everything is wrong
And your feeling like
There’s no use going on
You can’t give it up
I’ll help you work it out
And carry on
Side by side
With you till the end
I’ll always be the one
To firmly hold your hand
No matter what is said or done
Our love will always continue on
Everyone needs a shoulder to cry on
Everyone needs a friend to rely on
When the whole world’s gone, you won’t be alone
’cause I’ll be there
I’ll be your shoulder to cry on
I’ll be there
I’ll be your friend to rely one
When the whole world’s gone, you wont be alone
’cause I’ll be there
You’ll have my shoulder to cry on
I’ll be there
I’ll be the one to rely on
When the whole world’s gone, you won’t be alone
’cause I’ll be there
Sampai akhirnya, Dante datang dan menyelesaikan ending-nya, ya ampun suara fals-nya
menghancurkan bagian yang seharusnya menjadi indah ini.
“And when the whole world is gone
You’ll always have my shoulder to cry on”
Aku merasa sangat terharu dengan kejutan ini, lagu ini bermakna besar buatku, yeah aku
senang dan sangat berharap bahwa Dante akan selalu bersedia memberikan pundaknya untuk
kutangisi, tempatku menumpahkan sedih. Ini sangat berarti buatku ini bukan hanya sebuah lagu,
tapi aku ingin berharap bahwa ini adalah sebuah janji?
Dante mendekatku, memberikan senyum jailnya yang konyol tapi sangat kusukai,
entahlah aku bahkan menyukai senyum konyol yang dulunya sangat kubenci.
“Konyol, dasar plagiat!” aku pura-pura marah dan meninju bahunya
“Kupikir aku harusnya mendapat ucapan terima kasih bukannya tinjuan, sakit tau!” Aku
tau dia pura-pura kesakitan, senang rasanya mendengarnya tak lagi memanggilku dengan elo.
“Elo nyuri ide ini dari film Sidney White, kan????”tuntutku
“Hahahahaha ketauan” dia mengacak-acak rambutku “Aku cuma mencoba untuk
bertindak romantis, salahkah?”
“Nggak sih, cuma lain kali harusnya…yeah sesuatu yang original”
“Seperti apa misalnya???”
“Entahlah. . .mungkin sesuatu yang benar-benar ingin kamu lakuin buat aku” aku berkata
pelan, dan berharap akan mendapatkan sesuatu yang istimewa di kesempatan lainnya. Dante
tersenyum dan mengangguk, dia terlihat seperti tokoh komik Jepang, mau tak mau aku tertawa
kecil.
“Hey guys, thanks buat bantuannya, boleh nggak sekarang kalian bubar aja”Kata Dante
tak sabaran, satu persatu dari mereka bubar dengan bersungut-sungut, sepertinya ucapan terima
kasih aja nggak cukup buat mereka. “Iye…urusan yang gue bilang tadi belakangan, oke? gue
pengen pacaran ma cewek gue dulu neh” katanya dengan cuek, dasar Dante!
Setelah anak-anak paduan suara bubar, aku mulai bicara
“Makasih ya…itu lagu favoritku, artinya dalam banget buat aku…”aku nyaris tak bisa
berkata-kata di bagian ini, apalagi ketika aku menatap mata Dante yang membuatku… aku tak
bisa mendeskripsikan perasaan ini
“You’ll always have my shoulder to cry on, baby, I promise” dia menggengam tanganku
dan aku meyakini apa yang dikatannya, saat ini aku benar-benar yakin, bahwa aku punya
seseorang sekarang, seseorang yang berarti, yang bisa kuandalkan saat aku sedih, aku benar-
benar berterima kasih untuk hal ini, aku berterima kasih atas anugerah ini.
Sepuluh
Di tengah euphoria, kisah cinta pertamaku, aku merasa agak sedikit kehilangan arah
untuk ambisiku meraih posisi ketua OSIS, ini berbahaya!aku teringat akan pernyataan tanpa rasa
bersalahku, pernyataan yang keluar begitu saja dari mulutku tanpa sempat diolah oleh otakku,
entah kenapa, aku melakukannya, maksudku, aku bukanlah tipe orang yang melakukan sesuatu
tanpa memikirkannya terlebih dahulu, aku selalu mempertimbangkan apapun, untuk kasus ini,
sepertinya…oke, itu adalah sebuah pengelakan, yeah aku melakukannya karena aku belum
menyadari bahwa aku menyukai Dante…
“Gue nggak mungkin jadian ma orang yang jadi rival gue di pemilihan ketua OSIS, asal
loe tau apapun gossip yang beredar di luaran sana, apapun yang mata kepala loe liat, apapun
yang terjadi gue akan membiarkan kalian membuat kesimpulan sendiri, akan lebih baik jika itu
menguntungkan gue, loe tau gue seperti apa, gue benci kekalahan melebihi apapun, gue orang
yang kompetitif, gue ambisius, dan gue adalah orang yang akan mendapatkan apapun yang gue
inginkan, bagaimanapun caranya!”
Aku kembali teringat akan kata-kata yang terasa sangat jahat itu lagi, aku memanfaatkan
Dante dan perasaannya untuk tujuan dan ambisiku, tapi aku tau itu hanya sebatas
elakan…perkataan yang cuma diolah lidahku.
Malam ini aku menghabiskan waktu dengan Eve di Coffee Shop favorite kami, sambil
ngobrol dan ngutak-ngatik netbook dan berselancar di dunia maya, sayangnya malam ini, kita
hanya berdua, tanpa Niken yang nyaris tak pernah absent dari tradisi nongrong bareng senin
malam kami, tapi akhir-akhir ini dia punya kesibukan lain.
“Ghie…apa rencana elo, untuk narik simpati anak-anak buat milih elo di pemilihan
nanti?” Eve bertanya dengan antusias “sorry …tapi rasanya belakangan ini waktu elo tersita
cuma buat Dante dan Dante, bukannya gue…”Eve menatapku, aku tau dia ragu-ragu untuk
mengungkapkannya “maksud gue, gue cuma perlu ingetin loe, belakangan ini, kita mulai
kehilangan antusiasme, cuma itu.” Dia tersenyum kaku.
“Gue inget kok tentang program-program kita, tapi akhir-akhir ini Niken jarang bareng
kita, alasannya banyak, katanya dia sibuk latian bareng anak-anak marching band, oke gue tau
dia mayoret sekolah, tapi dulu-dulu latiannya nggak kayak sekarang, tiap hari, padahal ini nggak
bertepatan dengan hari besar dimana anak marching band ikut ambil bagian. Dia calon wakil
gue! Oke gue akui gue agak kehilangan antusias, tapi herannya gue ngerasa bahwa ada orang
yang bahkan udah mengubur antusiasmenya!”
“Niken punya kesibukan lain yang nggak melibatkan kita, gue rasa ada yang aneh” Eve
menambahkan, “sebenarnya gue mau bilang tentang ini, tapi gue nggak mau ngerusak
kebahagiaan elo dengan sang pangeran Dante yang mempesona, tapi kalo gini
caranya…Ghie…elo nggak bakalan ngalah untuk Dante kan?”
“Hahaha…gue ma dia pacaran, oke, tapi untuk hal ini kita tetap rival”
“Gue khawatir. . . elo ngebiarin diri elo jatuh terlalu dalam ….gue happy dengan
hubungan elo dengan Dante, dan rasanya juga nggak mungkin kalo Dante manfaatin elo, tapi elo
kudu ngambil langkah bijak, jangan jadiin kecintaan elo ke Dante sebagai boomerang yang akan
balik buat ngehancurin elo, gue percaya elo nggak bego Ghie.”
“Hmmmm…ada gosip apa di sekolah hari ini ?“aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Buletin sekolah ngebahas tentang persaingan perebutan posisi ketua OSIS yang berubah
jadi kisah cinta, ini mah basi, gue tau versi aslinya, hehehe…yang jadi hot topic sih, tentang
cowok baru di kelas XII, namanya Gazka, dia baru masuk pagi tadi dan sebagian besar cewek di
sekolah sudah jatuh cinta padanya, memberinya gelar Prince Charming, dan kayaknya dia udah
punya fans club,,,hahaha konyol!”Eve sibuk membaca gossip di blog sekolah, “Oh My God
Ghie!” Eve memutar netbooknya dan memperlihatkanku apa yang baru saja dibacanya.
Brighietha yang dalam propagandanya untuk merebut hati dan suara siswa baru
beberapa minggu lalu, sepertinya mulai kemakan isi pidatonya, apakah sebagian dari kita masih
ingat potongan omong kosong ini? “katakan selamat tinggal buat pikiran menjadi cewek keren
itu berarti kamu harus menjadi seorang putri plastik, kalian hidup di dunia nyata, kalian tau
siapa kalian, kalian bukanlah Barbie idiot yang tanpa otak”
Barbie idiot tanpa otak!oke, Ghie adalah cewek yang cantik, dia emang bukan versi
dumb blonde bermata biru, yang pasti dia punya otak mengingat sumbangannnya untuk deretan
tropi yang dipamerin pihak sekolah di lobi depan. Yang ingin dibahas disini adalah,yeah
Barbie!siapa yang nggak kenal dan iri dan tak merasa terintimidasi dengan postur Barbie yang
mengagumkan (ini cuma berlaku buat cewek!cowok suka menikmatinya, yeah! ) dan yang
dilakukan panutan kita tersayang (atau tadinya begitu) adalah memuntahkan makan siangnya,
dan entah sarapan dan makan malamnya juga di toilet, RITE!Ghie adalah penderita
ANOREXIA NERVOSA!!!! (nggak heran bodinya kayak Twiggy di belah dua, nggak heran dia
pingsan di upacara, nggak heran dia begitu sering tongkrongin toilet) well ya…mungkin kita
bisa sama-sama memprediksi elakan Ghie atas “penderitaannnya” yang mulai tercium ini, “I’m
naturally skinny”seperti elakan Keyra, Mary Kate, dan nggak tau berapa banyak cewek yang
nggak menyadari betapa tidak berterima kasihnya mereka atas anugerah makanan yang bisa
mereka nikmati, seandainya mereka sadar bahwa anak-anak di Negara-negara dunia ketiga
begitu kelaparan…Oh Ghie, size zero is not hero!
Eve menatapku lama, jenis tatapan yang membutuhkan penjelasan, aku nggak tau harus
menjawab apa, ini tak bisa dijelaskan dengan mudah, apapun yang akan kukatakan rasanya
percuma, mengelak takkan pernah ada gunanya, mengakuinya akan sangat berbahaya,
mengatakan kebenaran adalah sesuatu yang takkan mungkin aku lalukan.
“Ghie…”
“Elo kecewa ma gue?”
Eve menatapku, ada campuran kesedihan dan kekhawatiran, dia meraihku dan
memelukku lama.
“Elo butuh terapi!”
“Thanks, karena elo nggak menghakimi gue…”
“Nggak ada satupun orang yang suka dihakimi, semua orang hanya ingin dimengerti
Ghie”
“dan gue minta waktu buat elo untuk bisa mengerti, gue nggak bakal bisa cerita sekarang
dan gue juga nggak yakin apakah gue sanggup buat cerita di waktu lainnya…”aku merasakan air
mataku akan tumpah, ada rasa yang menyakitkan, ketika aku menyadari bahwa ada
pengkhianatan di balik hal ini, Dante ada di daftar pertama orang yang kucurigai.
***
Segalanya tak berjalan dengan begitu baik sekarang, aku perlu waktu untuk menjauh dari
Dante, semalam aku tak mengangkat telponnya, aku memutar jalan menghindarinya ketika aku
melihat dia menungguku di kelas, aku berakhir di toilet sekolah, bersembunyi, entah dari Dante
entah dari tatapan penuh tuduhan anak-anak satu sekolahan!
“Ghie gue tau elo di dalam, gue mau ngomong” aku mendengar teriakan Eve dari balik
pintu. Aku enggan untuk menjawab
“Jangan bego! Nongkrong disini seharian cuma makin benerin gossip yang beredar!”
Aku membuka pintu dan kulihat Eve, yang bersiap-siap mendobrak pintu.
“Sorry…”
“Dipersilahkan kepada siswa yang bernama Brigietha Rara Nanthana, untuk menemui
kepala sekolah sekarang, terima kasih”
Terdengar sebuah panggilan untukku dari pengeras suara, aku rasa ini bukan hal yang
menyenangkan,
“Ghie…are you oke?”ada tatapan khawatir di mata Eve, “perlu gue temenin?
“No, Thanks” aku menggenggam tangannya sesaat, mencoba untuk membuat Eve yakin
bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa aku mampu menghadapinya, tapi sebenarnya, jauh dalam
hatiku, genggaman tadi adalah lebih untuk menenangkan diriku sendiri.
Aku memasuki ruang kepala sekolah dengan perasaan berbeda, tidak seperti biasanya aku
disambut dengan kebanggaan, tidak ada lagi tatapan berbinar ceria, yang kurasa hanya senyum
kaku tak menyenangkan, sorot mata tak percaya dari kepala sekolah dan wali kelasku.
“Siang Bu…”
“Siang Brighieta!” jawabnya tegas “Silahkan duduk”
Aku duduk disamping Miss Rani, wali kelas dan guru bahasa Inggrisku, Miss Rani
menggeser bungkusan plastik kecil berisi serbuk putih seperti tepung.
“Saya menemukan ini di lokermu..”
“Bisa dijelaskan?” tuntut kepala sekolah
Spontan aku memegang kepala dengan kedua tanganku, aku tak mengerti
“Saya tak ingin menjelaskan apa-apa. . .apa ada yang akan percaya bila saya mengatakan
ini bukan milik saya tapi ditemukan di loker saya?” aku benar-benar frustasi.
“Kamu juga tak ingin menjelaskan tentang gossip bahwa kamu penderita anorexia?”
Aku benar-benar tak tau harus berkata atau melakukan apa. . .
“Ghie. . . apa masalahmu?”Miss Rani menghela nafas panjang…”Saya pkir saya
mengenalmu, tapi ternyata saya salah, ini mengecewakan saya” Dia mengeluarkan handphone
experia mininya, dan memperlihatkanku sebuah email yang dikirim dari account-ku, sebuah
undangan, wild party, yang kurasa si hacker telah mengirimkannya hampir ke seisi sekolah, dan
hebatnya bahkan ke wali kelasku!
“Percayalah apa yang ingin anda percayai…”
Aku meninggalkan ruangan, juga kepala sekolah dan wali kelasku yang akan mencoretku
dari daftar kebanggaan mereka mulai sekarang, kutau dibelakangku akan menyusul surat skors
atau bahkan mereka akan mengeluarkanku dari sekolah, rasanya semuanya terjadi begitu saja,
tanpa aku diberikan waktu untuk berpikir dan memahami semuanya.
Belum cukupkah semuanya…dan sekarang seseorang akan mendampratku, aku baru saja
menabrak entah siapa di pintu keluar, sekilas kupandangi “korbanku”, aku tak mengenalinya tapi
rasanya sangat familiar, mata itu tak asing, aku berlari meninggalkannya yang kurasakan
menyebut namaku, aku tak berbalik, yang kuinginkan sekarang hanyalah pulang.
Sebelas
Alih-alih pulang ke rumah aku malah menghabiskan siangku untuk menyiksa diri,
menghabiskan coffee banana split tanpa henti, ini adalah mangkuk kedelapanku, perutku sudah
tak bisa menampungnya lagi. Aku tak tau apa yang ingin kulakukan, aku bukan penderita
anorexia, aku bukan pemakai narkoba, aku bukan pelaku atas undangan wild party malam nanti,
aku tak ingin membela diri, tak ada orang yang ingin aku yakinkan bahwa aku bukanlah
pelakunya.
“Elo baik-baik aja?” Tanya si cowok pelayan,yang pasti sangat heran melihat pola
makanku yang menggila.
“Satu lagi, please…” pintaku
“Yakin?”
“Anggap aja gue ketagihan sama coffee banana split kalian yang enak banget ini…”
“Tapi elo udah makan begitu banyak”
“Gue punya duit buat bayar”
“Bukan itu maksud gue, oke gue ambilin” aku melihat pandangan kasihan dan heran di
matanya ketika melihatku.
Aku merasa akan muntah sekarang, tenggorokanku sudah muak dilalui coffee banana
split yang sekarang seperti tanpa rasa. Cepat-cepat aku berlari ke arah toilet dan muntah hebat,
aku merasa benar-benar mual, pada saat bersamaan aku mengutuk diriku yang mempunyai
pikiran tak waras karena melakukan hal yang begitu bodoh.
“Gue bilang juga apa! Elo bandel sih” si cowok pelayan berdiri di depan toilet dengan
senyum mengejek “
“Bukan urusan elo!”
Aku kembali duduk melahap lagi coffee banana split-ku, aku tak mau membuat si cowok
pelayan itu senang karena aku akhirnya menyerah, aku melihat dia menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Ghie…” tanpa kusadari Dante duduk di depanku.
Aku mengabaikan kehadirannya dan menyibukkan diriku dengan memaksa alat
pencernaanku untuk terus melakukan hal yang memuakkan.
“Hey, are you happy now?” pertanyaannya mengandung sindiran yang menyakitkan, apa
yang ada dibibirnya sekarang bukan lagi sebuah senyuman, tapi sebentuk seringai mengerikan.
Ternyata aku memang tak bisa berpura-pura menganggapnya sebagai hantu yang tak
kelihatan, dan sialnya aku begitu bodoh, seharusnya aku memakinya atau melemparinya dengan
semua hal yang ada di meja ini, sayangnya yang kulakukan hanyalah membiarkan mataku untuk
terus menatapnya dan berpikir keras bahwa apa yang terjadi belakangan ini bukanlah kesalahan
Dante, oh my God, tapi siapa lagi yang punya alasan untuk melakukan semua tindakan untuk
menjatuhkan aku?
“Jangan bilang kalo apa yang gue denger itu bener? Elo macarin gue cuma untuk bikin
gue pada akhirnya akan mengalah dan memberikan kedudukan ketua OSIS secara cuma-cuma
buat elo?”
“Hey, what the hell you talking about?” ingin rasanya aku berteriak, bukankah dia yang
orang yang pantas disalahkan atas semua berita buruk yang menjatuhkan reputasiku? Siapa lagi
yang tau tentang anorexia yang aku alami? siapa lagi orang yang punya alasan tepat untuk
melakukan semua itu kepadaku, cuma Dante! Bagaimana mungkin dia melakukan semua hal
menyakitkan ini padaku? Bagaimana mungkin orang yang kupikir menyayangiku melakukan hal
yang begitu kejam? Tuduhan sebagai penderita anorexia mungkin tidak bisa kusangkal, tapi
adanya shabu-shabu di lokerku bisa membuatku berakhir di pusat rehabilitasi kalo aku beruntung
dan mungkin dibalik jeruji besi bila seseorang melaporkannya ke polisi, undangan wild party
makin menambah daftar keburukanku.
“Ghie…elo bisa jawab gue kan?”
“Elo yang harusnya menjawab semua pertanyaan yang bakal gue ajuin” aku berbicara
pelan nyaris berbisik, tak sanggup mengeluarkan semua kemarahanku, aku merasa air mataku
akan tumpah.
“Ghie…”
“Kenapa? Elo lakuin semua ini ke gue? Gue pikir elo benar-benar sayang sama gue, gue
pikir elo yang nyelamatin hidup gue…apa yang udah elo lakuin beberapa minggu ini udah
sanggup jadiin hidup gue lebih baik, tapi apa maksud dan tujuan elo ngajak gue terbang
setinggi-tingginya kalo pada akhirnya elo bakal mendorong gue jatuh? itu sakit banget …gue
nggak pernah mengira akan jadinya kayak gini, gue nggak tau bahwa pada akhirnya gue akan
sekecewa ini, gue nggak belajar untuk mempersiapkan perasaan untuk menghadapi ini,” dan
akhirnya aku hanya menangis, menangisi semua kebodohanku.
“Shit! Buat apa elo nangis? Apa yang elo tangisi? Kegagalan elo dalam memanfaatkan
gue?” Dante terlihat frustasi dan marah, marah padaku dan lebih-lebih marah pada
kebodohannya atau dia mengira seperti itu. “Seorang cowok lebih baik nggak usah dicintai, atau
…seperti dugaan otak bego gue kayak gitu…daripada nggak dihormati! Itu bener-bener melukai
ego gue, tapi dalam kasus ini gue seenggaknya lebih beruntung daripada elo, gue punya hati,
walaupun saat ini gue tersakiti tapi gue pernah merasakan mencintai…apa artinya hidup jika
kamu nggak punya hati? Nggak ada gunanya Ghie…! Nggak peduli elo punya kecantikan,
kepintaran dan uang, gue kasihan sama elo! Tapi gue yakin elo nggak merasakan apa-apa kan?”
Aku menatap wajah Dante yang terlihat jauh berbeda sekarang, apa yang dia katakan itu
tidak benar, aku ingin mematahkan apa yang dipercayainya, tapi sekali lagi aku berpikir aku tak
ingin meyakinkan siapa-siapa, lebih baik buat aku dan dia untuk meneruskan kesalahpahaman
ini, lebih baik dia tau bahwa aku tak pernah mencintainya, lebih baik daripada aku menerima
kenyataan bahwa orang yang aku sayangi adalah orang yang manipulatif yang saat ini sedang
menuduhku untuk hal yang seharusnya aku lontarkan padanya, jika dia pernah mencintaiku, dia
takkan pernah menyeretku kedalam penderitaan ini.
“Dante…gue berterima kasih buat banyak drama yang elo ciptain buat gue!, itu
menjadikan hidup gue berwarna, gue menikmati episode drama romantis kita” aku menghapus
air mataku dan cepat-cepat kutampakkan ekspresi antagonisku yang paling kejam. “Well, ada
baiknya elo umumin ke semua orang kalo gue emang penderita anorexia, kalo gue sakit jiwa,
kalo gue pemake shabu, kalo gue penggila pesta! Elo tau publisitas negatif memang selalu ada
gunanya, kebetulan gue udah bosen jadi cewek manis yang nyiptain prestasi, ga ada gunanya
kan semua prestasi, semua kebaikan yang pernah gue buat, kalo hanya dengan satu kesalahan
kecil saja semua orang memvonis gue atas kesalahan yang nggak pernah gue buat!”Aku meraih
dompetku, mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan di meja, dan pergi
meninggalkan Dante.
***
Aku mendapati Eve dan Niken sudah berada di kamarku ketika aku sudah tiba di rumah,
sebenarnya saat ini aku sedang tidak ingin menemui siapa-siapa, yang ingin kulakukan hanyalah
mengurung diri, mengasihani diri sendiri dan menggoreskan beberapa sayatan di bagian-bagian
tertentu ddi tubuhku, setidaknya itu akan sedikit memberiku ketenangan.
“Terima kasih karena udah jadi teman yang baik, terima kasih karena udah mau
ngerepotin diri kalian buat nengokin gue, masih mau temenan sama monster sakit jiwa?” itu
adalah sambutan teramah yang mampu aku ucapkan untuk dua sahabatku, aku menghempaskan
diri di tempat tidur, memejamkan mata dan berharap semuanya menghilang.
“Ghie, gue ngekhawatirin elo!” Suara Eve bergetar ada nada khawatir disana.
Lebih baik buat aku untuk pura-pura tidak mendengarnya.
“Ghie…”Aku mendengar suara Niken, dia ingin mengatakan sesuatu “Sekolah mencoret
nama elo dari calon ketua OSIS, gue cuma mau bilang kalo gue yang maju buat gantiin elo, elo
nggak keberatan kan?”
“Ken, loe ngerusak moment! Ghie sedang dalam masalah, apa sih yang elo pikirin? Minta
izin untuk hal sesepele ini, temen kita perlu ketenangan…”
Aku menutup kepalaku dengan bantal aku benar-benar ingin kesunyian.
“Ini penting Eve, maksud gue…masa depan sekolah juga ditentuin oleh Ketua OSIS, elo
mau sekolah kita dipimpin oleh atlet basket yang lebih seneng menghasilkan keringat dilapangan
untuk membanggakan sekolah dibanding orang yang punya otak yang bisa mikir ke depan?”
“Elo insensitif! Temen kita butuh dukungan, bukan saatnya buat elo untuk mikirin hal
sok idealis kayak gini, elo mau nunjukkin bahwa elo mendahulukan kepentingan umum diatas
kepentingan kelompok? Sebenarnya elo mentingin kepentingan pribadi elo kan?” Eve mulai
bicara dalam nada tinggi, mau tak mau ini mengusikku.
“Apa maksud elo?”
“Buka topeng elo Ken?”
“Are you kidding me?”
“Gue muak sama segala kemunafikan yang elo buat, gue udah nggak punya toleransi
untuk ngebiarin hal ini terus berjalan! Elo pikir gue nggak tau alasan elo pacarin Pandji, si culun
itu, gue tau dia bukan tipe elo, elo manfaatin kemampuan sang hacker kuper itu, kan? Elo yang
nyebarin undangan wild party, setelah gossip tentang anorexia muncul di blog sekolah!supaya
orang-orang beranggapan bahwa setelah gossip itu muncul, Ghie melakukan suatu cara untuk
tetap mendapat simpati warga sekolah, dan cara yang dipilih adalah cara yang khas remaja, yang
lebih suka hura-hura, dan … “
Aku bangkit menatap kedua temanku yang sedang saling menatap tajam, aku tak tau
harus bereaksi bagaimana, aku seolah dipaksa untuk menyaksikannya saja tanpa berbuat apa-
apa!
“Eve, elo jangan sok baik sekarang, elo sebenarnya muak kan dengan hubungan
pertemanan kayak gini, elo bosen kan terus-terusan dalam ikatan persahabatan disfungsional ini,
Eve…elo yang pertama kali menduga bahwa Ghie mengidap anorexia, dan semua orang bisa
menduganya dengan mudah, lihat dia, bagaimana dia? Sorry Ghie, tapi gue nggak pengen
semuanya berjalan seperti rencana awal kita, elo nggak bisa bawa sekolah kita ke arah lebih baik,
gue nggak bisa menaruh tanggung jawab segede ini di pundak elo, bukannya gue mengaggap
remeh kemampuan elo, tapi gue juga punya kemampuan, disaat elo sibuk pacaran dengan rival
kita, buat gue itu sinyal berbahaya, jadi gue mesti ngelakuin sesuatu…”
“Ken…” cuma itu yang bisa kukatakan
“Niken! Elo udah keterlaluan!” teriak Eve
“Kenapa? Udah saatnya Eve!udah waktunya buat gue berontak dari pola ini, elo masih
mau terintimidasi dalam persahabatan kayak gini?gue enggak!gue udah muak!gue benci
diintimidasi kesempurnaan yang elo punya Ghie!” Niken menunjukku dengan pandangan
berang, seolah-olah sudah lama baginya untuk menanti saat ini, “Gue benci jadi yang kedua,
orang yang cuma ada di balik punggung elo Ghie! Nggak ada yang bakal nganggap gue kalo elo
masih ada! Jadi sekarang gue punya kesempatan jadi yang pertama, dan gue bakal ngelakuin
apapun untuk itu.”
“Termasuk nusuk temen elo dari belakang?” tandas Eve
“Well… Gue lebih suka dibilang pengkhianat daripada seumur hidup menjadi
pecundang!” Niken meraih jaketnya dan berlalu, tinggal aku dan Eve yang terdiam, aku masih
mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
Dua Belas
Aku dihadapkan lagi pada kasus kepemilikan Shabu yang bukan milikku pagi ini, Miss
Rani dan Kepala Sekolah, seolah memaksaku mengakuinya, dan pada saat yang tidak tepat
Dante masuk sebagai pahlawan kesiangan.
“Permisi, saya bisa jelaskan apa yang terjadi” Dante langsung duduk di sampingku dan
aku tak sanggup menatap wajahnya.
“Semua ini, kesalahpahaman, Shabu itu punya saya bu, Ghie memaksa saya untuk
berhenti, dia menyita Shabu saya, dan pada saat yang tidak tepat seseorang memberikan kisikan
pada pihak sekolah bahwa dalam loker salah satu siswa terdapat Shabu itu, dan kita anggap ini
sebagai ketidakberuntungan untuk Ghie.”Dante mencoba menyelamatkanku dengan kebohongan.
“Apa yang kamu bicarakan?”Tanya Kepala Sekolah.
“Saya tidak percaya bahwa di dalam sekolah kita barang seperti ini beredar”Miss Rani
terdengar shock.
“Maaf, bila seandainya pihak sekolah mau membuka mata, maka akan ada banyak hal
yang nggak seharusnya yang akan anda lihat.” Tandas Dante.
“Dante, please, jangan coba untuk nyelamatin gue” bisikku.
“Gue nggak nyelamatin elo, yang gue lakuin adalah yang seharusnya.”
“Ngorbanin diri elo buat sesuatu yang diluar tanggung jawab loe, itu bukan sikap ksatria!
Elo mau nyari muka?”aku tak menyangka akan mengeluarkan kata sekasar itu.
“Ghie…please, loe tau loe nggak pantas menghadapi ini semua”
“dan elo nggak pantas ngelakuin semua ini buat gue!”
“Tolong jelaskan pada saya apa yang sebenarnya terjadi!” Kepala sekolah meminta
dengan tegas.
“Ini cuma semua jebakan! Seseorang meletakkan Shabu itu dalam loker Ghie, entah
untuk alasan apa!” sambar Dante cepat sebelum aku sempat bersuara.”Seandainya anda berpikir,
apa mungkin seorang siswa seperti Ghie akan melakukan hal sebodoh itu? Anda mengenal siswa
kesayangan sekolah ini, seharusnya anda tidak mudah percaya pada isu ini, dan saran saya
apabila seandainya anda memaksa untuk mencari pelaku sebenarnya sekarang, apa anda yakin
akan melakukannya?apa anda akan membiarkan nama baik sekolah tercemar karena kasus
beredarnya psikotropika di bawah hidung anda? Maaf, tapi bisa jadi ini cuma lelucon antar
siswa, walaupun ini leleucon yang keterlaluan.”
“Dante…”Miss Rani hendak berbicara tapi kepala sekolah menghentikannya.
“Baiklah, saya rasa sebaiknya saya menutup kasus ini, kita hanya akan menganggap
semuanya tidak pernah terjadi.”
“Mungkin memang lebih baik bila kita berpura-pura.”tambah Miss Rani
“Terima Kasih….” Dante, hendak pergi ketika akhirnya dia berhenti dan berbalik
menghadap Kepala Sekolah, “saya berhenti sebagai calon ketua OSIS.”
***
Aku baru saja keluar dari ruang kepala sekolah, dan sesuatu yang dingin dan lengket
jatuh tepat di kepalaku, entah siapa yang dengan sengaja menjatuhkan ice cream di kepalaku,
kudongakkan kepala, sekilas kulihat sekumpulan cewek terkikik-kikik di lantai dua, Aku
menduga hal ini hanyalah sebuah awal, sekarang aku bukan lagi si Queen Bee.
Ternyata bebas dari kemungkinan pemecatanku dari sekolah untuk di pindahkan ke sel
tahanan ataupun kamar rehabilitasi rupanya hanya sedikit lebih baik, pihak sekolah, siswa-
siswanya tidak semudah itu untuk memaafkanku, dari Eve yang kudengar bahwa mereka
mengecapku cewek munafik parah, cewek yang cuma berkoar-koar tentang kesempurnaan
sementara apa yang kulakukan adalah kebalikan dari semua kata-kataku.
Semua kerja keras Niken untuk menjatuhkanku ternyata sangat berhasil, kupikir dia
temanku, aku tak tau apa yang merubahnya menjadi seperti ini, oke baiklah, mungkin aku bukan
teman yang baik, sikapku yang lebih suka berperilaku seperti manusia salju atau monster disaat-
saat tertentu bisa jadi adalah alasannya untuk berbuat seperti ini.
“Gue nggak nyangka cewek kayak Niken punya otak sekelas penghuni Nusa
Kambangan” tiba-tiba saja Dante sudah berada di sampingku, saat ini waktu istirahat, dan aku
mengurung diri di pojokan perpustakaan. “Harusnya gue perlu percaya semua omongannya,
tentang…”
“Kita lupain aja” potongku cepat.
“Mau maafin?”
Aku menatapnya, melihat tanda-tanda penyesalan, semua yang terlewati rasanya masih
sangat menyakitkan, dan aku sudah terlanjur menguburkan perasaanku kepada Dante, maksudku,
aku memang tidak berhenti begitu saja menyayanginya, hanya saja aku takut bila
mengembalikan rasa ini seperti beberapa saat lalu, aku tidak terlalu yakin akan hal itu.
Sebenarnya, segalanya bukan karena Dante, sebagian juga karena pikiran negatifku padanya, aku
menuduhnya menjatuhkan aku dan dia menuduhku memanfaatkan cintanya, ini hanya
kesalahpahaman yang bodoh.
“Ghie…gue salah tentang elo” Dante terlihat menyesal
“Elo bego ngundurin diri dari pemilihan ketua OSIS, itu hanya akan mempermudah
langkah Niken”
“Tapi gue nggak sependapat…”
“Maksud elo?”
“Niken boleh berada di atas angin sekarang, tapi bentar lagi dia bakal jatuh terpelanting,
gue mungkin ngundurin diri, untuk beberapa saat dia bakal menganggap dirinya sebagai calon
tunggal, tapi apa elo tau tentang calon baru kita?”Dante memasang senyum mengejekknya yang
khas “Elo tau anak baru bernama Gazka?”
“Nggak…”
“Dia baru aja mencalonkan diri, dan ini bakal lebih seru, tampangnya bisa menghipnotis
cewek-cewek bego satu sekolahan untuk memilih dia. Oke Ghie, jam 8 malam tunggu gue di
depan rumah elo, gue mau nunjukkin elo sesuatu dan juga gue mau nebus semua yang terjadi
kemaren, gue harap, kita masih bisa mengulang semuanya.”
Tiga Belas
Jam delapan kurang lima menit, aku melihat Dante sudah berada di gerbangku,
nongkrong diatas skutermatik modifikasi warna orange-nya, seingatku aku tak mengiyakan
ajakannya, tapi mungkin reaksi diamku dianggap sebagai sebuah persetujuan, padahal malam ini
aku sudah berniat untuk menggesek kartu kreditku dan membawa pulang barang-barang yang tak
terlalu yakin apakah akan aku gunakan nantinya.
“Gue nggak ingat kita punya janji malam ini” aku berkata dalam nada tinggi.
“Akhirnya elo kembali jadi si galak “ejeknya sambil nyengir, dan dengan cueknya dia
melempar helm warna Pink yang kutaksir milik adiknya, untungnya aku bisa menangkapnya
sebelum helm itu jatuh ke tanah.
“Gue belum bilang setuju” protesku
“Ribet bener, elo tinggal naik ke belakang gue, jangan banyak protes, dan yang penting
elo mesti peluk gue, kalo nggak mau…gue bakal ngebut neh, mau nggak mau loe bakal meluk
gue juga, kan?biar romantis, elo meluk gue secara sukarela aja tanpa perlu gue ngebut duluan,
deal?” Dante berkata cepat dan tanpa memperdulikan tampang cemberutku, dan pada akhirnya
aku duduk juga di belakangnya, ragu-ragu kupeluk pinggangnya, ingin rasanya aku
menyandarkan kepalaku di punggungnya, tapi aku tak ingin membiarkan Dante terlalu senang.
Udara malam terasa segar membelai pipiku dan ada perasaan yang aneh ketika aku
mencium aroma Dante yang sesegar mint, beberapa hari ini aku terlalu tertekan dan tak pernah
menyangka hal sesederhana ini bisa menenangkanku, kadang aku harus menghabiskan uang
yang bisa menghidupi dua atau tiga keluarga selama sebulan hanya untuk sebuah sepatu atau
gaun rancangan desainer untuk mendapatkan perasaan seperti ini.
“Ghie…”
“Hmmm…”
“Kita masih bisa kayak dulu lagi?”
Aku tak ingin menjawabnya, aku malah menyenderkan kepalaku di punggungnya dan
mempererat pelukanku.
***
“Aku nggak yakin kamu bakalan suka ini, dating ala ABG kebanyakan” Bisik
Dante
“Maksud elo? Gue nggak anggap ini dating, oke?”
“Bisa nggak sih kita udahan make gue elo, aku lebih suka obrolan kita yang dulu,
aku-kamu”
“Dante, semuanya beda”
“Kamu yang bikin beda!”
“Oke sorry”
Dante berhenti di taman, taman yang lebih mirip pasar malam, apakah ini yang
dimaksud Dante dengan dating ala ABG kebanyakan? sebelumnya aku tidak pernah
menginjakan kaki di tempat seperti ini, aku lebih suka menghabiskan waktu untuk nongkrong di
café atau lounge mewah.
“Kenapa aku milih tempat ini? Karena aku yakin kamu belum pernah ke tempat
kayak gini” Sebelum aku sempat bertanya, Dante mencoba untuk menjawabnya, jika dia berlatih
lebih keras Dante sepertinya bisa membaca jalan pikiranku.
Rasanya menyenangkan, suasananya benar-benar berbeda, ceria dan penuh suka
cita, aku mendengar gelak tawa anak-anak yang naik komidi putar, pandangan bangga orang tua,
pasangan-pasangan yang bergandengan tangan hingga wangi arum manis yang tiba-tiba saja
menyapa indra penciumanku, Dante baru saja membelikanku arum manis yang sangat besar, dan
hahaha aku benar-benar ingin tertawa, ini lucu dan juga konyol dia membawakanku balon
helium warna-warni dalam jumlah yang sangat banyak, aku terlalu terpesona melihat keadaan
sekitarku hingga tak kusadari Dante yang tiba-tiba menghilang sampai dia muncul kembali di
hadapanku.
“Ghie, tolong pegang balon-balon ini, tapi ati-ati ya jangan sampai kamu terbang
kebawa balon-balon ini, kamu kelewat ringan sih, sampe-sampe aku khawatir lho tiap kali ada
angin kenceng lewat, takut kalo-kalo kamu terbang ketiup angin, hehehe” Dante menggodaku,
tapi sayang ketika Dante melepas balon-balon itu, aku tidak cukup cepat untuk meraihnya,
balon-balon itu beterbangan ke langit malam, aku merasa kecewa, mungkin karena aku lebih
banyak melamun aku jadi tidak bisa fokus melakukan apapun, Dante memberikan senyum
pengertiannya yang berarti tidak apa-apa semuanya baik-baik saja, dan dia mengacak-acak
rambutku. Aku selalu menyukai cara Dante memperlakukan aku. Aku memaksakan diri
tersenyum dan tak protes sedikitpun ketika Dante meraih tanganku, dan menggenggamnya,
akhirnya kita jalan bergandengan tangan menyusuri malam ceria yang berhiaskan lampu warna-
warni dan gelak tawa di sekeliling kami.
***
Aku dan Dante berhenti di depan panggung yang menampilkan band yang
memainkan lagu-lagu lama, setelah lagu yang aku tak yakin pernah kudengar sebelumnya dan
tepukan tangan dari penonton yang terdiri dari orang-orang yang sudah berumur dan membawa
serta anak-anak mereka usai, mereka memainkan lagu yang lain…kupikir aku aku mengenal
lagu berirama ceria ini…
“Sugar,
Oh, Honey Honey.
You are my candy girl,
and you got me wanting you.
Honey,
Oh, Sugar, Sugar.
You are my candy girl
and you got me wanting you. “
“Tanpa aku duga-duga, sepasang gadis kembar imut-imut nan cantik yang
kutaksir berumur sekitar lima tahun mendatangiku dan mengajakku berdansa mengikuti irama
lagu, aku ragu-ragu untuk melakukannya, tapi senyuman penuh dukungan dari Dante
membuatku menari lepas, aku tertawa-tawa penuh kegembiraan, rasanya sangat menyenangkan.
“Sugar,
Oh, Honey Honey.
You are my candy girl,
and you got me wanting you.
Honey,
Oh, Sugar, Sugar.
You are my candy girl
and you got me wanting you.
Aku melihat Dante pergi, mungkin dia hendak mengambil sesuatu, aku tau dia
takkan meninggalkanku, Si gadis kembar kecil tertawa-tawa kegirangan penuh keceriaan,
rasanya sangat damai saat memandang senyum polos mereka, sorot mata yang penuh suka cita,
renyah tawa penuh bahagia, tangan-tangan halus mereka menggenggam tanganku, halus kulit
mereka tersentuh kulitku, aku menikmati malam ini, ingin sekali rasanya aku meminta pada sang
waktu berhenti sejenak agar aku bisa menikmati kegembiraan ini. Seandainya bisa seandainya
boleh inginku untuk terus merasakan mala mini, ingin kubawa pulang gelang tawa dan senyum
polos dua bocah ini.
“I just can't believe the loveliness of loving you.
(I just can't believe it's true).
I just can't believe the wonder of this feeling too.
(I just can't believe it's true). “
Dante kembali dengan berlari-lari kecil, dia membawa kameranya yang mungkin
ditinggalkannya di jok motornya, dia membawa kamera kemana-mana, selain atlet basket Dante
juga ketua klub Fotografi di sekolah, dia memotret kami, mengabadikan kebahagiaan ini. Aku
melihat Dante tersenyum, sangat manis, membuatnya semakin terlihat rupawan, aku yakin
diapun merasakan kebahagiaan ini. Aku merasakan gelembung-gelembung keceriaan mengisi
dadaku, ini benar-benar anugerah yang sangat indah, dan gadis-gadis kecil ini seperti peri yang
dihadiahkan Tuhan kepadaku, Tuhan begitu menyayangiku, setelah aku mengalami hal-hal
menyedihkan belakangan ini, akhirnya Dia memberikanku sebuah kesempatan untuk mengecap
manisnya tawa.Terima Kasih.
Sugar,
Oh, Honey Honey.
You are my candy girl,
and you got me wanting you.
Honey,
Oh, Sugar, Sugar.
You are my candy girl
and you got me wanting you.
When I kissed you girl,
I knew how sweet a kiss could be.
(I know how sweet a kiss can be)
Like the summer sunshine
pour your sweetness over me.
(Pour your sweetness over me).
Oh pour little sugar on me honey (sugar)
Pour little sugar on me baby (honey honey)
When you make love so sweet (Yeah Yeah Yeah.)
Pour little sugar on me (oh yeah)
Pour little sugar on me honey
Pour little sugar on me baby
I'm gonna make love so sweet (hey hey hey)
Pour little sugar on me honey. “
“Salah satu dari si kembar melepaskan tangannya dari tanganku, dia berlari kearah
Dante, aku melihat langkah-langkahnya berlari dengan malu-malu, dia menarik-narik tangan
Dante, Dantepun duduk di depannya, si gadis kecil itu membisikinya sesuatu, entah apa, tapi
yang pasti setelah Dante mengangguk-angguk dan si adis kecil melompat kegirangan, keduanya
bergandengan tangan, datang berlari-lari kecil untuk bergabung denganku dan saudaranya, si
gadis kecil yang bersamaku sejak tadi, menarik tanganku dan menggabungkannya dengan tangan
Dante, dia meminta kami untuk bergandengan tangan, akhirnya kami berpegangan tangan dan
membentuk lingkaran, menari-nari dan tertawa-tawa, mengikuti irama ceria lagu yang entah
mengapa rasanya seperti sebuah rapalan mantera penuh keajaiban, aku merasa seperti dalam
dunia dongeng yang penuh cinta dan kasih sayang.
Ah sugar.
Oh honey, honey.
You are my candy, girl,
and you got me wanting you.
Oh honey (honey, honey, sugar, sugar)
Sugar, sugar
You are my candy girl”
***
Lagu telah usai dan terdengar gemuruh suara tepukan tangan menggema, tak
kusadari bahwa orang-orang juga memberikan tepukan tangan itu untuk kami, aku merasakan
wajahku panas karena malu, aku memberikan senyuman termanisku pada orang- orang yang
berdiri di sekelilingku, nyaris terhipnotis euphoria yang tengah terjadi, salah seorang anak
menarik-narik tanganku, aku duduk, dia membisikanku sesuatu “terima kasih kakak cantik” dan
dia mencium pipiku “mmmmuuuuuuuuaaaaahhhh” sebuah ciuman basah yang lucu,
kembarannya mengikuti, dia mencium pipiku yang satu lagi, dengan sigap Dante mengabadikan
moment ajaib dan lucu ini, dan sekali lagi keduanya menciumiku secara bersamaan. “Kakak
secantik Putri kayak dibuku mewarnaiku” katanya lagi, aku hanya tertawa, kebahagiaan ini
benar-benar menyenangkan.
Sepasang orang tua melambaikan tangan, kedua anak itu segera berlari, itu kedua
orangtuanya, sepasang suami istri yang serasi, perpaduan cantik tampan dengan aura penuh kasih
sayang, pantas saja mereka memiliki si kembar yang seperti peri dari dunia dongeng, dengan
sigap si kembar berlari, khas anak-anak, berlari dengan lompatan-lompatan gemulai, seperti
tarian bidadari, setelah sampai di tempat orang tuanya mereka melambai-lambaikan tangannya,
mereka berlalu, lalu Dante datang menghampiriku, dan berbisik.
“Senang melihatmu tertawa lepas” Entah ada dorongan darimana, yang kutahu
sekarang aku memeluk Dante dengan manja, dan Dante mencium puncak kepalaku dengan
sayang.
***
“Mau pulang sekarang?” Tanya Dante, aku menggeleng. Waktu menunjukkan jam 11
lewat seperempat.
“Jam malammu sampe jam berapa?”tanyanya lagi.
“Aku nggak pengen malam ini berakhir” Dante mengacak- acak rambutku,
Dante membelikanku sekotak coklat salut strawberry dan Lollypop yang sangat besar, dia
memperlakukan aku seolah aku salah satu dari si kembar.
“Kamu mesti banyak makan yang manis-manis, biar kamu bisa tersenyum, menurutku
hal-hal yang manis itu bisa membawa kegembiraan, tapi apapun yang terasa manis takkan ada
artinya kalo tanpa senyummu”
“Kamu gombalin aku ya?” aku memasang muka jutek sambil menggigit strawberry salut
coklatku, rasanya sangat manis dan nikmat, dan tiba-tiba Dante mendaratkan ciuman singkat di
pipiku, dia tersenyum jail, huh! Dasar bandel, tapi sejujurnya, itu menyenangkan.
“Mau nunggu sampe jam 12? Tar ada acara kembang api loh”
“Hmmmmm” lama aku menimbang “Oke kayaknya menyenangkan”
Sayup-sayup aku mendengar dialog yang sangat kuhapal
Noah: It's not about following your heart and it's not about keeping your promises. It's about
security.
Allie: What's that supposed to mean?
Noah: Money. He's got a lot of money!
Allie: You smug bastard. I hate you for saying that.
Noah: You're bored Allie. You're bored and you know it. You wouldn't be here if there wasn't
something missing.
Allie: You arrogant son of a bitch.
Noah: Would you just stay with me?
Allie: Stay with you? What for? Look at us, we're already fightin'
Noah: Well that's what we do, we fight... You tell me when I am being an arrogant son of a bitch
and I tell you when you are a pain in the ass. Which you are, 99% of the time. I'm not afraid to
hurt your feelings. You have like a 2 second rebound rate, then you're back doing the next pain-
in-the-ass thing.
Allie: So what?
Noah: So it's not gonna be easy. It's gonna be really hard. We're gonna have to work at this
every day, but I want to do that because I want you. I want all of you, for ever, you and me, every
day. Will you do something for me, please? Just picture your life for me? 30 years from now, 40
years from now? What's it look like? If it's with him, go. Go! I lost you once, I think I can do it
again. If I thought that's what you really wanted. But don't you take the easy way out.
Allie: What easy way? There is no easy way, no matter what I do, somebody gets hurt.
Noah: Would you stop thinking about what everyone wants? Stop thinking about what I want,
what he wants, what your parents want. What do YOU want? What do you WANT?
Allie: It's not that simple.
Noah: What... do... you... want? Whaddaya want?
Allie: I have to go now.
Layar raksasa di depan kami sedang memutar film lawas, salah satu favorite-ku The
Notebook, adegan yang baru saja terjadi adalah adegan yang menggambarkan sebuah kemarahan
yang indah, sangat romantis. Apakah di dalam kehidupan nyata kemarahan bisa terlihat seindah
itu?
Dante menyewa tikar plastik, kami mencari posisi strategis untuk menonton, kami duduk
diantara pasangan-pasangan yang terlihat sudah berkeluarga, rupanya ini bukan tempat dating
favorit remaja seusia kami, ini mungkin tempat penghilang penat bagi mereka yang sudah
memiliki tanggung jawab lebih, bagi mereka yang ingin mengulang masa lalu, karena yang aku
lihat disini terlihat agak ketinggalan zaman, tapi memperlihatkan banyak kenangan indah. Bila
ingin masa lalumu nanti menyenangkan maka kamu harus menapaki masa kinimu dengan
melakukan hal-hal yang menyenangkan, itu yang sering kuingatkan pada diriku sendiri, tapi
kadang aku malah menciptakan kecacatan-kecacatan bodoh untuk diriku sendiri, tapi malam ini,
aku hanya ingin bahagia, jangan usik aku dengan hal-hal yang membuatku sedih, kataku pada
otakku.
“Bagaimana kalo seandainya aku jadi Allie? Bagaimana kalo seandainya aku bahkan tak
bisa mengingat apapun tentang kamu?” tanyaku konyol, aku membayangkan diriku jadi si cewek
dalam layar.
“Aku akan melakukan yang sama kayak yang Noah lakukan.” Jawabnya santai sambil
tersenyum.
“Jawaban yang bagus…tapi bagaimana kalo seandainya ketika kita diharuskan untuk
berpisah, aku bersama yang lain, dan kamu datang kembali, dan pada akhirnya aku tak
meninggalkan orang yang tengah bersama denganku, apa yang akan kamu lakukan?” Cewek
memang selalu membingungkan, memeberikan banyak pertanyaan untuk ujian, aku menyadari
bahwa ini bukan obrolan yang ingin didengar cowok, tapi aku tetaplah seorang cewek yang ingin
mengajukan pertanyaan menyebalkan.
“Dengar, kalo cowok yang kayak Duke, yang diperankan James Marsden, kaya, menarik,
sopan, bermasa depan cerah, dalam kehidupan nyata, takkan pernah mau dilepaskan oleh seorang
cewek tak peduli masa lalunya datang lagi, apalagi masa lalu itu datang dalam keadaan seperti
Noah sekarang…”
“Well, ternyata kamu tau cerita film ini…”aku kagum, sangat jarang sekali seorang
cowok mau menonton drama romantis, yeah dia bahkan tau nama pemerannya.
“Ghie…bila seandainya aku pergi dan kamu bertemu dengan orang baru yang lebih baik
daripada aku maka yang akan kulakukan hanyalah melihatmu dari jauh, dan mengikhlaskan
kamu dengan…siapapun dia”
Aku tak bisa berkata-kata hanya menatap matanya, aku tau ini bukan obrolan yang hanya
diucapkan lidah.
Dhuaaaaarrrrrr…………….Dhuuuuaaaarrrrrrr……Dhuaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrr
Suara kembang api memecah malam, Dante mengajakku meninggalkan drama sedih
kehidupan Noah dan Allie, kami melewatkan ending-nya, karena memilih melihat kembang api
warna-warni menghias langit malam, Dante meminta seseorang untuk memotret kami berdua
dengan latar kembang api. Aku memberikan senyum terbaikku pada kamera begitu juga Dante,
Dan yang aku tau aku takkan pernah bisa melupakan malam ini, apapun yang terjadi.
***
Malam sudah larut ketika kami mulai menyusuri jalan yang mulai sepi, aku memeluk erat
Dante, menikmati kebersamaan kami, di perjalanan Dante lebih sering menggodaku dengan
lelucon-lelucon konyol dan permainan-permainan kekanak-kanakannya, dia bersiul dan aku
harus menebak lagu apa yang dimaksud siulannya yang tanpa nada itu, setiap kali aku salah
menebak berarti aku hutang satu ciuman padanya, huh! Dasar jail!
Akhirnya kami sampai di depan rumahku, rasanya malam ini begitu cepat berlalu,
memang hal yang menyenangkan membuat waktu berjalan cepat dan hal menyakitkan membuat
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess

More Related Content

What's hot (18)

Cerita pendek (cerpen)
Cerita pendek (cerpen)Cerita pendek (cerpen)
Cerita pendek (cerpen)
 
Persahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuhPersahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuh
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
Cerpe
CerpeCerpe
Cerpe
 
Aku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakiAku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki laki
 
Cerpen kasih salina
Cerpen  kasih salinaCerpen  kasih salina
Cerpen kasih salina
 
Arti sebuah kata
Arti sebuah kataArti sebuah kata
Arti sebuah kata
 
173533428 cerpen
173533428 cerpen173533428 cerpen
173533428 cerpen
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Berdiri diatas impian
Berdiri diatas impianBerdiri diatas impian
Berdiri diatas impian
 
cerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiricerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiri
 
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
 
Cinta pertama
Cinta pertamaCinta pertama
Cinta pertama
 
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by MardhatillahCerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerpen Jangan Pergi
Cerpen Jangan PergiCerpen Jangan Pergi
Cerpen Jangan Pergi
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 

Similar to Putriberdarahungu thehalfbloodprincess

Similar to Putriberdarahungu thehalfbloodprincess (20)

Pudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraPudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona Cleopatra
 
Pudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraPudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatra
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Cerpen-Hal Tak Terduga
Cerpen-Hal Tak TerdugaCerpen-Hal Tak Terduga
Cerpen-Hal Tak Terduga
 
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
Cerpen (mutiara kecil kehidupan)
 
Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktu
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Ccccc
CccccCcccc
Ccccc
 
Menebus Dosa Di Jalanku
Menebus Dosa Di JalankuMenebus Dosa Di Jalanku
Menebus Dosa Di Jalanku
 
Kelompok borobudur
Kelompok  borobudurKelompok  borobudur
Kelompok borobudur
 
Kasih seorang ibu
Kasih seorang ibuKasih seorang ibu
Kasih seorang ibu
 
Kasih seorang ibu
Kasih seorang ibuKasih seorang ibu
Kasih seorang ibu
 
The true of my live
The true of my liveThe true of my live
The true of my live
 
HaPPy16rd
HaPPy16rdHaPPy16rd
HaPPy16rd
 
Lifeline
LifelineLifeline
Lifeline
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
 
Parabola - Cerpen kewirausahaan
Parabola - Cerpen kewirausahaanParabola - Cerpen kewirausahaan
Parabola - Cerpen kewirausahaan
 
Mungkin ini cerita pernah kamu dengar
Mungkin ini cerita pernah kamu dengarMungkin ini cerita pernah kamu dengar
Mungkin ini cerita pernah kamu dengar
 
Bahasa Indonesia BUPENA Kompetensi Dasar 3.3
Bahasa Indonesia BUPENA Kompetensi Dasar 3.3Bahasa Indonesia BUPENA Kompetensi Dasar 3.3
Bahasa Indonesia BUPENA Kompetensi Dasar 3.3
 
Cerpenku
CerpenkuCerpenku
Cerpenku
 

More from Amir Haruna

Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_adaAmir Haruna
 
Billy humario love me twice (remaja)
Billy humario   love me twice (remaja)Billy humario   love me twice (remaja)
Billy humario love me twice (remaja)Amir Haruna
 
Karunia mutiara cinta
Karunia mutiara cintaKarunia mutiara cinta
Karunia mutiara cintaAmir Haruna
 
Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)
Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)
Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)Amir Haruna
 
Pacarku juniorku
Pacarku juniorkuPacarku juniorku
Pacarku juniorkuAmir Haruna
 
Ilana tan-winter-in-tokyo
Ilana tan-winter-in-tokyoIlana tan-winter-in-tokyo
Ilana tan-winter-in-tokyoAmir Haruna
 
1ilana tan-summer-in-seoul
1ilana tan-summer-in-seoul1ilana tan-summer-in-seoul
1ilana tan-summer-in-seoulAmir Haruna
 
Luna torashyngu-lovasket
Luna torashyngu-lovasketLuna torashyngu-lovasket
Luna torashyngu-lovasketAmir Haruna
 
Dangel 3princess
Dangel 3princessDangel 3princess
Dangel 3princessAmir Haruna
 
Novel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wickNovel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wickAmir Haruna
 
Perahu Kertas Full
Perahu Kertas FullPerahu Kertas Full
Perahu Kertas FullAmir Haruna
 

More from Amir Haruna (20)

Kemelut hati
Kemelut hatiKemelut hati
Kemelut hati
 
Cintadalamgelas
CintadalamgelasCintadalamgelas
Cintadalamgelas
 
Cinta Asya
Cinta AsyaCinta Asya
Cinta Asya
 
Untukmu_aku_ada
  Untukmu_aku_ada  Untukmu_aku_ada
Untukmu_aku_ada
 
Billy humario love me twice (remaja)
Billy humario   love me twice (remaja)Billy humario   love me twice (remaja)
Billy humario love me twice (remaja)
 
Karunia mutiara cinta
Karunia mutiara cintaKarunia mutiara cinta
Karunia mutiara cinta
 
Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)
Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)
Mira w cinta sepanjang amazon complet djvu by otoy (1)
 
Pacarku juniorku
Pacarku juniorkuPacarku juniorku
Pacarku juniorku
 
Refrain
RefrainRefrain
Refrain
 
Ilana tan-winter-in-tokyo
Ilana tan-winter-in-tokyoIlana tan-winter-in-tokyo
Ilana tan-winter-in-tokyo
 
1ilana tan-summer-in-seoul
1ilana tan-summer-in-seoul1ilana tan-summer-in-seoul
1ilana tan-summer-in-seoul
 
Lovasket 3
Lovasket 3Lovasket 3
Lovasket 3
 
Lovasket 2
Lovasket 2Lovasket 2
Lovasket 2
 
Luna torashyngu-lovasket
Luna torashyngu-lovasketLuna torashyngu-lovasket
Luna torashyngu-lovasket
 
Dangel 3princess
Dangel 3princessDangel 3princess
Dangel 3princess
 
Dangel 2rose
 Dangel 2rose Dangel 2rose
Dangel 2rose
 
Dangel 2rose
Dangel 2roseDangel 2rose
Dangel 2rose
 
Dangel
DangelDangel
Dangel
 
Novel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wickNovel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wick
 
Perahu Kertas Full
Perahu Kertas FullPerahu Kertas Full
Perahu Kertas Full
 

Putriberdarahungu thehalfbloodprincess

  • 1. Putri Berdarah Ungu (The Half Blood Princess) Apa artinya segala sesuatu jika kamu tak mendapatkan cinta ibumu? Apa artinya segala sesuatu jika kamu tak tahu siapa jati dirimu? Ini tentang Ghie ;tentang tangisnya,lukanya, deritanya, tentang kisah cinta dan mungkinkah juga terdapat bahagia untuknya? Citra Rizcha Maya
  • 2. SATU “…….dan pertanyaannya apa tujuanmu jadi siswi SMA?menjadi Prom Queen?memanjat tangga sosial sekolah hingga menjadi seorang Queen Bee?aku rasa pikiran kalian tidak akan sedangkal itu, aku tau setiap siswi yang berhasil terseleksi masuk ke SMA ini adalah mereka yang datang dengan membawa cita-cita mulia, mereka yang bertekad mengukir prestasi, mereka yang mempunyai loyalitas tinggi untuk melayani nama sekolah dengan segenap kemampuan dan semangat mereka, mereka gadis-gadis hebat yang mempunyai harga diri tinggi, mereka gadis yang merhargai hasil kerja keras Kartini, katakan selamat tinggal buat pikiran menjadi cewek keren itu berarti kamu harus menjadi seorang putri plastik, kalian hidup di dunia nyata, kalian tau siapa kalian, kalian bukanlah Barbie idiot yang tanpa otak, sudah saatnya untuk bangkit, sudah saatnya untuk kita menjadi diri sendiri dan melawan streotif gender, jadi selamat datang semuanya…”dan tepukan tangan membahana di seluruh ruangan, dengan senyum anggun dan dagu terangkat aku meninggalkan podium. “Wow, pidato yang berapi-api Ghie” komentar Dante sambil mengikuti langkahku ”gue suka di bagian saatnya menjadi diri sendiri dan melawan stereotif gender”aku melirik dengan malas ke tampang jail menyebalkannya, dia adalah rivalku di pemilihan OSIS nanti. “Cuma yang gue heran sebenarnya apa yang loe omongin di depan sana? pidato penyambutan siswa baru dan sekalian penarikan massa untuk mendukung loe jadi ketua OSIS nanti? Atau itu adalah pidato dari ketua feminis radikal?”aku melangkah cepat dan Dante juga melebarkan langkah kakinya yang panjang “Ghie…loe punya kans gede buat jadi ketua OSIS, di banding calon lainnya, termasuk gue, cewek-cewek tentunya terpesona dengan pidato loe, dan loe role mode yang baik buat mereka, cantik, pinter, berprestasi itu keunggulan yang loe punya, yang gue nggak suka adalah kenapa loe ngambil kesempatan saat cowok-cowok pergi jumaatan loe malah nyuci otak cewek-cewek itu dengan membahas stereotif gender, itu sama aja kayak mendoktrin cewek- cewek buat jadi ratu kutub anti cowok, hey apa jadinya kalo cewek-cewek itu kayak loe semua yang nggak bisa menikmati cinta SMA yang menyenangkan” “…apa yang loe lakuin saat cowok-cowok lain jumaatan? nguping pidato gue? btw loe lagi mens ya? Calon ketua OSIS bolos jumaatan, menarik”sindirku pedas dan meninggalkannya yang kehilangan kata.
  • 3. *** Aku bergabung di kantin dengan “dayang-dayangku” Eve dan Niken, dan langsung menyantap makan siangku, aku sangat lapar. “Nasi Cap Cay seperti pesenan loe kan?”Tanya Niken “Yups, thanks Nik ini favorit” “Gue suka pidato loe”komen Eve “Tapi Dante nggak suka” aku menyudahi makanku di suapan ke limaku “gue licik karena mendoktrin cewek untuk membenci cowok atau itu yang dtangkap oleh otak tololnya” “Sampe kapan sih Loe dan dia musuhan? Ghie, open your eyes, Dante suka sama loe! Aku mengabaikan analisis Eve yang sok tau dengan sibuk minum lemon tea dan mengambil sepotong kiwi, dari mangkuk salad Niken. “Dante …cowok favorit cewek-cewek satu sekolahan…” “Tapi itu nggak termasuk gue” potongku cepat “Kapten Tim Basket, dia kayak Troy Bolton di dunia nyata” “Gue lebih suka cowok punya otak daripada yang cuma punya otot” Aku bangkit dari bangku kantin menuju toilet, menarik nafas panjang sebelum akhirnya memasukan jari tengahku ke tenggorokan, memancing perutku untuk memuntahakan nasi cap cay, kiwi dan lemon tea ke wastafel, rasanya selalu menyiksa tapi itu melegakanku, shit! Seorang cewek, anak kelas sepuluh baru dan kepangan konyolnya sepertinya melihat apa yang kulakukan, kubuka keran, berkumur, menarik tissue, menarik nafas, dan membalikan badan, memberikan senyum termanisku. “Gue keselek” Si cewek kelas sepuluh dengan kepangan konyolnya menyodorkan air mineral ke arahku “Belom saya minum kok kak”
  • 5. DUA Aku benci pulang ke rumah dan melihat pemandangan yang membuatku marah, aku tak tau sejak kapan aku mulai marah, karena sepertinya itu sudah lama sekali. Seorang pria, keluar dari kamar mamaku dengan senyum memuakannya menyapaku yang tak pernah balas menyapa, malah masuk kamar dan membanting pintu dengan keras, aku menangis, selalu seperti itu. Aku benci pria itu, aku benci mamaku, dan aku benci diriku sendiri yang tak bisa menerima kenyataan. Seharusnya aku terbiasa, tapi yang kutau ternyata aku takkan pernah bisa. Sejak dulu pertanyaan-pertanyaan bodoh ini meneror otakku Siapa pria itu? Apa yang dilakukannya dengan mama? Apa dia papaku? Kalau dia papaku, kenapa dia tak mengatakannya, kenapa dia hanya melemparkan senyum tanpa pernah berbagi sepatah kata. Kenapa mama hanya mengurung diri di kamarnya? Kenapa ia tak pernah mau melihat mukaku?menatap mataku? Kenapa ia tak pernah memberikan ciuman selamat pagi atau menyelimutiku di malam hari? Kenapa mama tak pernah menjadi ibu bagiku? Kenapa mama tak pernah mencintaiku? Aku selalu berusaha menjadi sosok anak sempurna, aku menciptakan prestasi yang membanggakan, aku menjadi anak manis, tapi itu takkan pernah membuatnya mencintaiku, dia
  • 6. memberikan segala sesuatu, barang-barang mahal, segala fasilitas mewah, kehidupanku seperti seorang putri, tapi apa gunanya bila ia mencintaiku? Aku sampai pada suatu kesimpulan bahwa aku anak yang tak diinginkan, mamaku bukan perempuan baik, dia perempuan simpanan pria kaya, dia nggak lebih dari seorang munafik matrealistis memuakan, dia menjijikan, aku membencinya, dia memberiku makanan haram yang didapat dari menjual pesona dan kecantikannya, itu sebabnya aku selalu memuntahkan semuanya. Mungkin semuanya adalah kesalahanku, dia takkan bisa mencintaiku karena aku tak berusaha begitu keras untuk membuat dia mencintaiku, kadang aku sangat membenci diriku yang sangat payah, kuambil pisau disisi mangkuk buah, kusayat telapak kakiku, membentuk pusaran, ada rasa sakit tak tertahan yang anehnya sangat menyenangkan, kulihat wajahku di cermin, aku begitu mirip mama, sangat, ada air mata di wajah itu tapi ada seringai jahat di bibirnya aku seperti monster yang sangat cantik. “Lupakan semuanya!!!!!!!!!”terdengar teriakan dari dalam kepalaku Aku tau cara mengobati luka ini, dan luka hatiku, kulepas seragam sekolahku dan menggantinya dengan dress favoritku, kukenakan ballet flats shoes, kusambar tas Hermes baruku, saatnya menggesek kartu kreditku.Yeah aku adalah satu dari bagian 8% populasi dunia pengidap shopaholic, well, bukankah belanja adalah terapi terbaik ketika sedang depresi??
  • 7. Tiga Bahkan dua pasang Manolo Blahnik, sebuah tas Birkin, dan tiga dress Nina Ricci, belum bisa membuatku cukup bahagia dan melupakan kesedihanku. Rasanya aku ingin kembali ke saat umurku 5 tahun, hanya dengan sepotong coklat dan kartun Disney aku bisa tertawa kembali. Aku lupa kapan terakhir kali aku tertawa lepas, tertawa yang benar-benar tertawa, Aku memandang sekitarku dan kulihat semua orang dengan wajah yang sedang tersenyum, berseri-seri, gembira, bersuka cita, bersemangat, bahkan di depan mataku, Eve dan Niken sedang menertawakan entah apa, dan sayangnya mereka bahkan tak bisa menularkan apa yang bisa membuat mereka tertawa denga begitu mudahnya. Hidupku seperti putaran kesedihan.Aku tau ini berlebihan, tapi apa gunanya kamu bisa mendapatkan segala hal dengan mudah tapi apa yang kamu dapatkan itu tak bisa menjadikanmu bahagia, apa aku terdengar seperti makhluk hina yang tak tak tau berterima kasih??? “halo…bumi memanggil Brighietha Rara Nanthana”Eve menyadarkanku dari lamunan. “Lebih asyik berada di dalam dunia pribadi Ghie?”Ejek Niken diiringi derai tawanya yang renyah. “Bagaimana caranya loe bisa tertawa segampang itu?”tanyaku datar tanpa memandangnya, aku malah menatap ujung sepatuku. “Jawabannya sama kayak bagaimana bisa lo memasang tampang serius permanen di wajah lo?” *** “Sang Putri sudah pulang dengan membawa banyak tas belanjaan, sayang, kamu bahkan belum membuka tas-tas belanjaanmu yang kemarin” Nanny-ku serepot biasanya,
  • 8. mempermasalahkan banyak hal. Mungkin karena dia di bayar untuk itu. Aku tak menjawabnya lebih mudah untukku langsung menuju kamarku dan mengasihani diri sendiri. Waktu kecil dulu, aku selalu bertanya, bagaimana seorang anak masuk ke dalam sebuah keluarga, apa diantar oleh burung bango? Atau diletakkan begitu saja di depan pintu? itu ketika aku belum belajar Biologi, Aku ingin bertanya tentang keluargaku, silsilahnya dan darimana kami berasal, tapi pada siapa?aku tau aku punya seorang mama, tapi dia nggak lebih dari wanita yang tinggal di kamar sebelah, kita tidak seperti sebuah keluarga walaupun aku tak tau bagaimana rasanya punya keluarga, aku tak mengerti tentang banyak hal yang terjadi dalam hidupku semuanya begitu aneh dan tak masuk akal. Setiap pulang ke rumah aku selalu merasa begitu kesepian dan satu-satunya tempatku berbicara adalah diriku sendiri yang berada di dalam cermin, aku tau ini aneh dan gila, ketika aku butuh teman berbicara maka aku akan berdiri di depan cerminku “Mirror, mirror, on the wall, Who in this land is fairest of all?” Bukan itu pertanyaannya! “Mirror, mirror, on the wall, Hey, who am i? , Di cermin aku memandang mata besarku, mata bulat berwarna coklat gelap dengan bulu mata panjang, beberapa orang menganggap mataku menakutkan, mataku seolah-olah melotot, memandang penuh kecurigaan dan tanpa rasa percaya, tapi ini tak seberapa bila di bandingkan dengan mata Medusa atau Basiliks, mataku takkan merubah siapapun menjadi batu walau kadang aku berharap begitu. hidungku seperti dipahat, bibirku tipis dan berwarna merah dengan nuansa orange alami, kulitku kuning langsat bercahaya, Wajahku sangat cantik tapi muram aku tau ini pasti karena aku tak pernah bahagia, kadang aku merasa ada kesombongan dan tinggi hati
  • 9. yang tergambar jelas di wajahku mungkin karena tatapan mata dan daguku yang sering terangkat, tapi Nanny-ku mengatakan itu sebagai ekspresi aristokrat, entahlah! “Hai Ghie, loe tau hari ini gue bête banget, bandot tua itu keluar dari kamar nyokap, gue anaknya Ghie, dan nggak pernah sekalipun bisa nembus pintu itu, kadang gue berharap Ghie ada bintang jatuh dan gue boleh minta apapun, loe tau Ghie apa yang bakal gue minta?nyokap gue keluar dari kamar sialannya, datang, meluk gue, kita bicara kayak ibu dan anak, bukan kayak sekarang gue cuma bisa liat dia dari teras kamarnya memandang kosong, dia nggak pernah ngeliat gue…hmmmmmm yah….loe tau apa yang dibilangin Niken pas gue tanya bagaimana dia bisa tertawa dengan gampang, dia malah jawab, jawabannya sama kayak bagaimana tampang serius bisa nempel permanen di muka gue, dan gue tau jawabannya sekarang, gue tau kenapa gue nggak bisa tertawa dengan mudah semudah orang lain, karena nyokap gue nggak pernah tertawa, dia selalu memasang ekspresi datar di wajahnya tanpa bicara seolah dia tuna wicara, gue tau dia bisa ngomong, aku pernah dengar suaranya bicara dengan si nanny, suaranya seperti bisikan, agak ngeri dengernya, sebenarnya apa sih masalah nyokap gue? Dia cuma nggak suka punya anak kayak gue?? Atau apa???????????hal ini bikin gue frustasi, ini bukan sebuah keluarga, bagaimanapun miripnya gue ma nyokap itu nggak bikin gue otomatis punya ikatan emosi, tapi kadang gue ngerasa sayang, tapi kadang gue berharap gue nggak usah punya ibu aja, gue punya ibu, harusnya gue punya ayah juga kan???apa si bandot tua itu ayah gue???gue rasa nggak!tapi siapa sebenarnya ayah gue? Gue punya ibu yang ada terihat mata, tapi gue nggak cukup mengenalnya, apalagi ayah, yang nggak pernah gue liat, gue mesti bertanya ke siapa Ghie?” Pikiran sinting menyerbu otakku dengan cepat kusambar netbook-ku di tempat tidur, langsung aku searching ke Google, mengetik “siapa ayah brighieta rara nanthana?” dan sedetik kemudian jawabannya keluar, mengecewakan! Penelusuran Anda - siapa ayah brighieta rara nanthana? - tidak cocok dengan dokumen apa pun. Saran: • Pastikan semua kata dieja dengan benar. • Coba kata kunci yang lain.
  • 10. • Coba kata kunci yang lebih umum. • Coba kurangi kata kunci. Bego, jawabannya takkan pernah ada! Yang tau jawabannya bahkan takkan pernah mengatakannya!Aku menangis putus asa di lantai.
  • 11. Empat Sunday is Gloomy, My hours are slumberless, Dearest, the shadows I live with are numberless Little white flowers will never awaken you Not where the black coach of sorrow has taken you Angels have no thought of ever returning you Would they be angry if I thought of joining you Gloomy Sunday Sunday is gloomy with shadows I spend it all My heart and I have decided to end it all Soon there'll be flowers and prayers that are sad, I know, let them not weep, Let them know that I'm glad to go Death is no dream, For in death I'm caressing you With the last breath of my soul I'll be blessing you Gloomy Sunday Dreaming I was only dreaming I wake and I find you Asleep in the deep of
  • 12. My heart Dear Darling I hope that my dream never haunted you My heart is telling you how much I wanted you Gloomy Sunday Suara merdu menakutkan Sarah Mc Lachlan menyayikan lagu Gloomy Sunday, di minggu pagiku yang suram, aku masih di tempat tidur, merana dan merasa hampa. Aku tak bisa tidur semalaman,mataku sakit, bengkak dan sembab, tampangku luar biasa mengerikan. Seharusnya aku bunuh diri sekarang, sekitar 200an idiot mati dengan diiringi Gloomy Sunday, sayangnya aku selalu ingin jadi yang pertama, bukan orang dengan urutan 200-an bahkan bila itu adalah hal seidiot bunuh diri gara-gara sebuah lagu. Pintuku terbuka, dan nanny membawakan sarapanku “Selamat pagi tuan putri” dia meletakan nampan sarapan di meja samping tempat tidur “ tampangmu mengenaskan”ada nada shock dan khawatir “Yeah aku mengalami kematian spiritual” Cepat-cepat dia menghampiriku dan memeriksa suhu tubuhku, aku risih di sentuh seolah aku anak umur 5 tahun. “Aku cuma kelelahan” aku mencoba menenangkannya sebelum dia mencoba bertindak lebih jauh, misalnya memanggil dokter jiwa yang akan mengunciku di ruang isolasi. Dia memandangku dengan aneh, menatapku lekat-lekat; ada campuran iba dan jijik, atau entahlah! “Aku mengabdi untuk melayani para mayat hidup” gumamnya pelan dan putus asa dalam suara tercekat yang aneh, cepat-cepat dia keluar dari kamarku.
  • 13. Apakah aku terlihat seperti mayat??? Tak percaya dengan apa yang dikatakannya, aku menuju cermin dan memandang sosok mengenaskan yang rapuh yang sialnya adalah aku, kutatap lekat-lekat dan menilai bayanganku, aku seperti vampire merana. Kuputar ulang lagu Gloomy Sunday dan aku mulai berdansa dengan imajinasiku, aku hanya ingin merayakan minggu pagi gilaku. *** “Gue perlu bicara” Dante menungguku keluar dari Jazz Pink-ku. Aku tak menghiraukannya hanya terus berjalan dan menganggapnya hanya sebagai hantu yang tak terlihat, kesabarannya diambang batas ketika aku tak menunjukkan reaksi apapun, dia meraih tanganku, menggenggamnya erat dan menyeretku ke tempat sepi, sekolah masih lengang hanya ada beberapa anak yang datang, ini masih setengah tujuh pagi. “Mau apa loe?” tanyaku galak “Are you, oke?” “Not your business” “tampang loe kayak zombie” dia berbisik, seolah memberitau dirinya sendiri, dia menggeleng- gelengkan kepalanya, ekspresi ketidakpercayaan pada kenyataan yang harus ia terima terlukis jelas di wajahnya “Ghie…”bisiknya pelan sambil meneliti tiap inci wajahku, dia memandangku dengan tatapan menyesal yang sulit kuartikan. Aku melepas genggamannya dan berlari cepat ke kelas, aku tak tau apa yang mendorongku untuk berlari menjauhi Dante, rasanya aku serangan panik dan otakku memberikan perintah untuk segera pergi ketika tatapan matanya yang seperti sinar X seakan menembus wajahku.
  • 14. Aku terengah-engah sampai di kelas, hanya ada beberapa anak yang berada di kelas, sibuk bicara atau menyalin PR, huh bukan urusanku untuk mengamati mereka. “Pagi Ghie” sapa Eve dan Niken “Hi” sapaku setengah hati, aku segera membuka tasku dan dan menyibukkan diri dengan pura- pura membaca buku Letter to Daniel, karangan Fergal Keane. Kelas mulai berisik satu persatu anak mulai berdatangan, huruf-huruf dalam buku mulai menari-nari tak jelas dalam pandanganku, aku merasa seperti penderita disleksia yang tidak bisa mengeja, aku kesulitan untuk memahami apa yang sedang kulihat, mungkin karena aku sedikit pusing, aku mengalami hari yang berat kemarin, salahku karena terlalu larut dalam pikiran-pikiran yang menyiksa yang kuciptakan sendiri, Bel berbunyi, waktunya upacara bendera, aku bangkit menuju lapangan diiringi Eve dan Niken yang sibuk membicarakan entah apa, sejujurnya aku tak peduli dengan apa yang mereka bicarakan, apapun yang mereka bicarakan bukanlah hal yang penting mengingat keduanya memiliki otak yang nyaris kosong. Kami masuk menuju tempat penyanyi inti, yeah kami penyanyi inti sekolah, dan shit! Apa yang dilakukan Dante di belakangku? dia berdiri tepat dibarisan belakangku, dia mengikutiku! Apa sih yang dia mau? “Gue perlu bicara, tepat selesai upacara” dia berbisik di telingaku, aku tak bereaksi apa-apa, Eve dan Niken menatapku dengan tatapan bertanya, aku mengacuhkannya, Bendera akan dinaikkan dan lagu Indonesia Raya mulai dinyanyikan, bersamaan dengan niatku untuk membuka suara, kepalaku seperti dihantam berkarung-karung pasir, serasa mau pecah aku menahan kepalaku dengan kedua tanganku mencoba menahannya agar tetap utuh, sekarang serangannya menyerang bagian tubuhku yang lain, tubuhku dialiri oleh kelelahan yang luar biasa tak tertahankan, kakiku tak bisa lagi menopang tubuhku, suara-suara sayup-sayup terdengar makin menjauh dan kegelapan mulai menyelimutiku.
  • 15. Lima Bau minyak kayu putih yang menyengat membangunkanku, apa mimpi burukku baru saja menjadi kenyataan? Orang yang tidak ingin kutemui tepat berada di depan mataku, kutepis tangannya yang memegang kapas yang ditetesi minyak kayu putih. “Gue benci minyak kayu putih” aku bangkit dari tempat tidur UKS yang sama sekali tidak nyaman, punggung serasa patah tidur di kasur yang terlalu keras seperti ini. “Loe jangan berharap cium Chanel No 5 di sini, ini UKS” Dante dengan senyum mengejeknya mencoba mengingatkan betapa bodohnya aku, oke aku tau ini UKS! “Dan setau gue elo bukan pengurus UKS! Mana dokter sekolah, suster, dan anak-anak PMR, salah satu dari mereka!” “Wow, hebat banget loe baru sadar dari pingsan udah bisa langsung galak “ “Anak –anak PMR sedang ikutan lomba PMR, dokter sekolah kita tercinta lagi hamil, dan sang suster…” “Sudah sadar Ghie?” tirai putih tersibak dan dengan tampang khas para suster yang penuh perhatian pada pasien langsung menghampiri,menyentuh keningku untuk memeriksa suhu badanku, “Sayang, kamu anemia, kelelahan dan pastinya lupa sarapan, Dante akan mengantarkanmu pulang, dia mengatakannya akan bertanggung jawab mengantarkanmu selamat sampai depan pintu rumah” “Haruskah dia…?”pertanyaanku masih menggantung
  • 16. “Ya, harus! Jawab Dante cepat “sayang…aku khawatir banget, kamu pingsan di upacara dan kupikir ini gara-gara perkelahian di malam minggu kita kemarin, aku menyesal aku minta maaf, seharusnya aku nggak sekasar itu, maaf udah membuatmu frustasi dengan sikapku” Shit! Apa sih yang Dante bicarakan??? “What the hell you talking about?” kataku geram, kata-kata itu keluar lewat sela-sela gigiku yang merapat karena menahan marah. Kepalaku masih sakit dan Dante sedang berakting entah apa, seandainya dia seperti kucing yang punya sembilan nyawa, rasanya aku ingin sekali membunuhnya sekarang. “Cinta SMA memang romantis” komentar si suster yang kurasa otaknya telah terpolusi sinetron. “Gue ada ulangan Fisika setelah istirahat, gue mau balik ke kelas sekarang!”aku siap-siap turun dari tempat tidur. “Gue punya surat izin buat loe bebas kelas, dan gue punya izin buat menjalankan perintah untuk nganterin elo pulang, manfaatin Ghie, apa loe nggak bosen di sekolah mulu, kadang kita perlu untuk bersenang-senang di luar pada jam sekolah ini pasti seru, anggap ini sebuah dating, oke? Atau loe lebih suka diantarin satpam sekolah yang bau badannya kayak dia make berliter- liter parfum yang terbuat dari ekstrak walang sangit itu??”aku tidak sempat protes karena Dante telah menyeretku keluar, di lengannya terdapat tas Birkin maroon-ku yang sangat sangat tidak serasi dengan posturnya yang atletis, dia terlihat sekonyol Tinky Winky, personel Teletubbies. “Kita bakal naek mobil loe, gue nggak bisa nganterin loe pake motor gue, gue khawatir loe bakalan disambar angin dan terbang, loe udah kayak selembar kertas, apalagi …berani bertaruh loe nggak bakal sudi untuk meluk gue, hahahaha”aku benci melihat cengiran jail di wajahnya, dan sekarang dia benar-benar keterlaluan memegang tanganku ketika kami melewati serombongan anak kelas satu yang baru kembali dari Lab, aku berani bertaruh akan ada gossip tentang hal ini, di dalam hati aku mengutuk Eve dan Niken yang tidak ada di sampingku saat aku benar-benar membutuhkannya, sekarang aku tau apa definisi dari kata teman, teman adalah seseorang yang ada ketika mereka membutuhkanmu, bukan sebaliknya!
  • 17. *** Mobil berenti di depan sebuah restoran keluarga, dan Dante menyeretku keluar, aku tak punya tenaga untuk protes, dia memaksaku duduk di kursi seolah aku anak 5 tahun, dia ke counter, memesankan makanan, kembali dan duduk di depanku, ada seringai mengejek di wajahnya yang mirip dengan Jim Carey saat jadi Grinch, si perusak natal. Aku tak mengajaknya bicara karena itu akan membuat dia senang, jadi kupasang tampang jutek terparahku, Dante geleng-geleng kepala. Beberapa saat kemudian pesanannya datang, ada sandwich tuna, kentang goreng porsi besar dan milkshake cokelat masing-masing untuk aku dan dia” “Loe harus makan dan habisin! Loe udah kayak penduduk Ethiophia! Gue yang traktir!” “Gue punya duit!” “Gue nggak tanya!” jawabnya singkat dan menggigit sandwich-nya dalam gigitan yang sangat besar. Aku tak menyentuh makananku sama sekali, cuma memandang makanan-makanan itu sudah cukup untuk membuatku mual, alih-alih muncul selera makan. “Loe lagi ngitung jumlah kalori dan lemaknya atau elo nunggu gue buat nyuapin elo?”Dante sangat menyebalkan, aku benar-benar berharap dia punya sembilan nyawa. “Gue bakal nunggu elo sampe ngabisin semua makanan itu, gue nggak keberatan bahkan kalaupun itu sampe jam makan siang, kita sekalian bisa mesen dessert, coffee banana split-nya enak banget.” Tapi sayangnya aku tak berminat. “Katakan selamat tinggal buat pikiran menjadi cewek keren itu berarti kamu harus menjadi seorang putri plastik, kalian hidup di dunia nyata, kalian tau siapa kalian, kalian bukanlah Barbie idiot yang tanpa otak, sudah saatnya untuk bangkit, sudah saatnya untuk kita menjadi diri sendiri dan melawan streotif gender” Dante mengutip bagian akhir pidatoku.”Apa yang loe lakuin Ghie? Nipu cewek-cewek satu sekolahan? Calon ketua OSIS minta supaya cewek-cewek di sekolah semuanya untuk jadi diri sendiri, bukan jadi Barbie idiot! Bagaimana bisa loe koar-koar buat melawan stereotif gender kalo loe sendiri merusak diri loe?apa masalah loe? Niru si Barbie? Badan loe udah kayak lidi, loe menderita eating disorder demi badan kayak Barbie yang loe hina-hina di pidato loe? loe anorexia, kan?” terihat tampang
  • 18. frustasi ketika Dante menghakimiku. “Adek gue ngeliat apa yang loe lakuin di toilet sekolah”otakku memutar memori ketika si cewek kelas satu dengan kepangan konyolnya memergokiku memuntahkan makan siangku di wastafel, aku tak percaya dia adiknya orang yang sedang menghakimiku sekarang! “Peduli apa loe sama apa yang gue lakuin?”aku ingin berteriak marah tapi yang keluar, malah sebuah isakan, aku merasakan air mata jatuh di pipiku, apakah aku harus secengeng ini? Tapi aku tak berusaha menghapus air mataku, malah membiarkan semuanya tumpah di pipiku. “Gue nggak pengen jadi si cewek Barbie, gue nggak pengen punya badan ukuran nol kayak model-model tolol itu, ini semua bukan karena gue menginginkan hal sesepele itu” ingin sekali kuteriakkan kata-kata itu, tapi itu hanya suara hatiku yang tak ingin di teriakan mulutku “loe nggak akan pernah mengerti!”hnay itu yang terdengar, bisikan lirihku, air mataku makin deras, Dante tak perlu tau bahwa aku memuntahkan semuanya hanya karena bentuk protes dari apa yang mamaku lakukan, aku tak ingin duit haramnya dari hasil menjadi wanita simpanan yang didapatnya masuk ke tubuhku dan menjadi daging, menjadi bagian dari tubuhku, ini lain halnya ketika duit itu berubah jadi barang-barang yang hanya menjadi bagian eksternalku, seandainya aku bisa menghabiskan duit-duit itu hingga tak tersisa…tapi herannya seolah-olah duit itu seolah tak pernah ada habisnya. “Gue pengen mengerti Ghie…” dan dia menghapus air mataku.
  • 19. Enam Entahlah, rasanya sangat aneh ketika Dante menungguku di depan kelas sepulang sekolah. “Temani gue makan siang yuk, dan loe nggak boleh nolak!” yeah aku nggak menolaknya, mungkin karena aku juga kelaparan, tentu saja aku kelaparan, pagi tadi aku memuntahkan sarapanku, tapi mungkin juga karena aku memang ingin makan siang dengannya dan jangan tanya kenapa karea aku juga tak tau jawabannya. “Ghie, loe lupa kalo Selasa kita selalu ngabisin waktu di salon bareng?” tanya Eve dalam nada campuran mengingatkan dan protes. “Gue nggak lupa tapi gue pengen buat pengecualian buat hari ini” jawabku cepat dan mengikuti langkah Dante. *** “Gue yang traktir loe makan siang, jadi loe nggak boleh muntahin makan siang loe!”ada ancaman dalam suaranya, ketika aku bangkit dari kursi hendak melangkah ke toilet, dia membaca apa yang akan kulakukan, apa yang dipikirnnya tentang aku ? apakah dia benar-benar peduli?atau ada sebab lainnya? Aku menatap cermin di wastafel, aku membatalkan rencanaku, mungkin ada baiknya jika kali ini aku mengikuti kata-kata yang kurasa cukup benar itu. Kembali dari toilet aku melihat Dante sedang melahap dessert-nya dengan lahap, aku duduk di depannya melihatnya menikmati vanilla ice cream-nya seperti seorang anak yang
  • 20. berumur lima tahun, dia terlihat sangat kekanak-kanakan, mungkin benar apa yang dikatakan orang-orang bahwa cowok itu adalah anak-anak yang terjebak dalam tubuh pria dewasa. Dante menghentikan suapannya, dia menatapku memberikan senyuman konyol jail menyebalkan yang cuma bisa diekspresikan oleh dirinya. “Ngapain loe ngeliat gue kayak gitu???loe mau gue suapin?” Aku nggak menjawab cuma tersenyum singkat, sejenis senyuman yang harus dilakukan ketika aku tak tau harus berkata apa. “Dulu, pas gue masih kecil banget. . .gue pernah lewat tempat ini, saat itu siang terik, gue, nyokap, ma ade’ gue, si Lola. . . sejak dua hari berjalan tanpa arah, setelah kita pergi dari rumah, setelah nyokap gue dapat tamparan dan bekas lebam di matanya dari orang yang. . . dia bokap gue, walaupun dalam hati gue, ada rasa berontak ketika mencoba untuk mengakuinya, hari itu kita berjalan terus dan kadang berhenti sebentar untuk duduk di taman, halte, atau dimanapun tempat yang memungkinkan untuk seorang ibu menenangkan anak cewek dua tahunnya, dan anak cowok berumur tiga tahun yang terlalu kelelahan dan tak mengerti. Gue menangis keras di depan situ” Dante menunjuk arah, mataku mengikuti jarinya. Kutatap mukanya, raut muka Dante berubah sangat cepat, nggak ada lagi ekspresi konyol menyebalkannya, yang ada hanya wajah campuran kesedihan dan sebuah keseriusan “Gue ngeliat seorang anak seumuran gue lagi makan ice cream kayak gini” dia mengangkat sendok ice cream-nya, yang ice cream-nya sudah mulai meleleh “dan gue pengen banget, gue kehausan, dan gue hari itu cuma makan beberapa keping biscuit murahan, gue menangis sejadi-jadinya, tapi gue tetap nggak dapat ice cream yang ada nyokap gue malah nyeret gue, saat itu nggak cuma gue yang nangis Lola juga, nyokap juga, hari itu rasanya sangat panjang, gue ngerasain banget apa arti ketika loe pengen sesuatu tapi loe nggak bisa ngedapetinnya, dan itulah sebabnya kenapa gue sangat peduli, malah sebenarnya gue sangat marah ketika gue tau elo muntahin makanan yang bisa loe dapatin dengan mudah tapi loe sia-siain, sementara di luaran sana ada banyak orang yang harus menahan rasa laparnya.” Dante menatapku tajam, aku tak sanggup menatap matanya, entah ini perasaanku atau inilah kenyataannya, sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca, aku merasa berdosa. “Maaf…”
  • 21. “Nggak ada yang perlu dimaafin, seenggaknya sekarang gue nggak lagi jadi bocah yang ngiler yang cuma bisa berdiri di depan sana, mama gue menikah lagi dengan pria yang baik, pria yang gue anggap ayah gue, sorry gue nggak maksud buat nyeritain kehidupan gue, tapi gue cuma pengen loe tau tentang apa artinya sebuah makanan, tentang apa artinya menghargainya, cuma itu, bukan maksud buat ngajarin loe.” “Thanks a lot.” Cuma itu yang bisa aku katakan, aku hanya tak menyangka bahwa cowok kayak Dante pernah mengalami hal yang menyedihkan di masa lalunya. “Boleh minta satu hal? gue mohon” pinta Dante, aku mengangguk “Temani gue ke pemakaman.” *** Aku pikir kita akan mengunjungi seseorang yang sudah wafat, tapi ternyata aku salah, Dante benar-benar tak bisa ditebak. Dia mengajakku melintasi deretan kuburan hingga ke suatu tempat yang menyisakan sedikit tempat kosong. Dia mengambil penggaris besi dari tasnya, dan mulai menggali tanah yang tak seberapa besar dan tak seberapa dalam, setelah “kuburan mini” itu jadi, dia mengeluarkan sebuah boneka Barbie, yang masih baru, aku melihat stiker harganya. “Ghie… anggap aja kita nguburin diri loe yang kayak putri plastik ini, gue emang nggak berhak, tapi gue pengen loe berjanji untuk berhenti mencoba jadi putri plastik lagi, loe mesti sembuh dari anorexia loe, demi seorang anak yang pernah merasakan kelaparan di masa lalu, demi orang-orang yang tidak bisa merasakan nikmatnya makanan walaupun mereka menginginkannya, dan demi diri loe sendiri, ini semua karena gue peduli, karena gue sayang sama loe” Kata-kata terakhirnya membuatku terkejut, Dante yang menyebalkan, Dante yang selalu membuatku kesal aku hanya… tak pernah menyangka. Aku meraih Barbie yang ada di tangannya, dan menguburkannya dengan tanganku sendiri, aku tak peduli dengan tanah yang akan mengotori tanganku. Aku belum yakin apa aku bisa berjanji tapi aku akan mencobanya, walaupun alasanku memuntahkan makanan bukan
  • 22. karena aku ingin menjadi si gadis Barbie, tapi setidaknya aku berusaha untuk menghargai apa yang Dante lakukan untukku.
  • 23. TUJUH Seperti halnya wabah, gossip mudah sekali menular! Memang dalam minggu ini aku selalu menghabiskan waktu sesudah sekolah dengan Dante, tapi ya ampun kita hanya akan siang biasa, lalu nongkrong lebih lama di sana karena… entah kenapa aku sudah ketagihan dengan Coffee Banana Split-nya, kita paling hanya ngobrol biasa, sesuatu yang ringan, setelah itu kami kembali ke sekolah, baiklah, yeah, aku menemani Dante latihan basket, memangnya itu salah? “Nggak mungkin loe mau nungguin seorang cowok latihan basket kalo diantara kalian nggak ada apa-apanya, loe jenis cewek yang nongkrongnya di butik dan salon bukannya di lapangan basket” cecar Niken, “Maksud gue …apa susahnya sih tinggal bilang kalo elo Dante udah jadian dengan begitu gue bisa ngajuin pertanyaan selanjutnya, just like… Did he kiss you? He kissed you, didn't he? Is he a good kisser?arrrghhht you’re totally the most boring person I know.”dia bicara cepat sambil berjalan masuk toilet. Ini jumat malam,dan sudah menjadi tradisi sejak kami berumur 11 tahun, Eve dan Niken nginap di rumahku, semacam pajamas party, tapi hanya Eve dan Niken yang menikmatinya, seperti biasa aku tak menikmati apapun, karena aku teralu sibuk dengan dunia yang ada dalam pikiranku, kadang aku merasa seperti penderita autis, mungkin Eve benar i’am totally the most boring person! “Ghie…boleh nanya sesuatu?” Niken ragu-ragu “Kalo soal Dante gue nggak mau jawab apapun!”jawabku ketus “Nggak Ghie…bukan, sebenarnya gue agak sungkan” aku tau Niken sengaja bertanya ketika Eve sedang sibuk di Toilet. “What?” “Tentang nyokap loe…nggak pernah sekalipun gue ngeliat dia, dia nggak pernah keluar kamar kalo ada kita disini” Niken setengah berbisik. Itu pertanyaan yang nggak bisa kujawab, mamaku hanya menghabiskan waktunya seharian di kamar, kadang-kadang dia melintas di depanku, dengan ekspresi datarnya dan dengan
  • 24. segala macam usahanya untuk mengabaikan keberadaanku, dia…nyaris sepertiku,secara f isik. Pernah sekali waktu aku ingin berteriak kepadanya, mencoba menarik perhatiaannya supaya dia menyadari bahwa aku ada, di sini, tapi tak pernah kulakukan, karena aku terlalu takut, terlalu takut untuk di tolak. Aku pernah menanyakan pada Nanny tentang hal ini, tapi dia hanya berkata bahwa mamaku tersayang yang kutak tau apa dia pernah menyayangiku itu, hanyalah orang yang terlalu pendiam, tertutup, dan lemah,yeah, dia bahkan terlalu lemah untuk menyadari bahwa dia memiliki seorang putri, entah siapa yang sakit jiwa, aku, mamaku, atau nanny, aku tau ada sesuatu yang tak berjalan normal di dalam tembok rumah ini, suatu ketidakwajaran,akan lebih gampang bila aku berkesimpulan bahwa mamaku adalah seorang wanita vampire! “Gue rasa itu bukan urusan loe” dan Niken terdiam. Eve keluar dari toilet dan mulai lagi membahas tentang Dante. “Ghie, menurut gue Dante oke kok” “Terus?” “Kalian jadian kan?” “Gue nggak mungkin jadian ma orang yang jadi rival gue di pemilihan ketua OSIS, asal loe tau apapun gossip yang beredar di luaran sana, apapun yang mata kepala loe liat, apapun yang terjadi gue akan membiarkan kalian membuat kesimpulan sendiri, akan lebih baik jika itu menguntungkan gue, loe tau gue seperti apa, gue benci kekalahan melebihi apapun, gue orang yang kompeteitif, gue ambisius, dan gue adalah orang yang akan mendapatkan apapun yang gue inginkan, bagaimanapun caranya!” Dan seperti malam-malam Pajamas Party kita yang lalu-lalu, sisa malamnya hanya akan dinikmati dengan Eve dan Niken yang benar-benar tau cara memeriahkan suasana, dan aku hanya akan menikmati kekesalanku yang permanen.
  • 25. Delapan Pertanyaannya adalah: “Dapatkah kamu membuat dirimu mencintai, dapatkah kamu membuat dirimu dicintai?” Ataukah “Pantaskah dirimu mencintai, pantaskah dirimu dicintai?” Dante bilang bahwa dia menyayangiku, tapi apa alasanya? Mengapa dan bagaimana bisa? itu terlalu sulit untukku mengerti, bukankah hal ini nggak lebih dari sekedar perubahan komposisi biokimia dalam tubuh dimana aktivitas berbagai hormon dan neurotransmitter memaksa Dante kehilangan nafsu makan, susah tidur dan lebih sering melamun? proses yang melibatkan si dopamine...yang juga bereaksi ketika seseorang minum kopi atau alkohol, si norepinefrin atau si adrenalin yang memaksa Dante berkeringat dan berdetak jantung cepat kayak yang dialami cowok-cowok bandel yang dihukum keliling lapangan gara-gara nggak ngerjain PR, juga si Serotonin yang kinerja menurun yang bikin si Dante jadi pengidap insomnia dadakan? Entahlah! Ataukah ini bisa dijelaskan secara lebih romantis seperi di kisah-kisah dongeng nggak masuk akal.Bila Dante merasakan hal itu, apa ingin menanyakakan pertanyaan yang sama pada diriku? Aku belum bisa menjawabnya, karena itulah pertanyaan yang juga pernah dipertanyakan Dante, sebuah pertanyaan yang masih kujadikan PR. Arrrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhttttttttttttttt… aku merasa jadi makhluk irasional idiot payah, karena aku melakukan hal ini!aku mencoba menjawab pertanyaan- pertanyaan bodoh yang kudapat dari majalah remaja lama koleksiku, call me idiot! 1. Kamu melihat ada sesuatu yang berbeda dalam diri dia yang menarik untuk ditelusuri? Hmmmm aku suka melihatnya ketika dia makan ice cream vanilla favoritnya, sesekali dia menjilat bibirnya, sambil mengatakan bahwa dia selalu menganggap
  • 26. bahwa makan ice cream vanilla itu adalah salah satu mimpinya yang menjadi kenyataan, aku juga suka menatap senyumnya dan pandangan matanya ketika di berhasil memasukan bola ke dalam ring, aku juga suka memperhatikan bagaimana bibirnya bergerak pelan dan khas ketika dia bicara, kadang dia mengatakan hal yang sangat konyol, tapi kadang apa yang dibicarakannya sangat menyentuh..kurasa jawaban untuk pertanyaan ini cuma kata YA, tapi apa yang kulakukan?aku mendeskripsikannya! 2. Merasa ada sesuatu yang menggelitik dari dalam diri kita Ini cuma ilusiku atau bukan tapi sekarang aku sering merasa kesemutan di sekujur tubuhku! 3. Suka senyum-senyum atau ketawa-ketawa sendiri nggak jelas Aku tertawa pelan di jam Sejarah, gara-gara aku ingat lelucon payah Dante tentang kumis Adolf Hitler! 4. Suka curi-curi pandang ke arah target Aku nyaris nggak bisa berkedip dan melepaskan pandangan dari Dante, tapi kadang aku terlalu takut untuk memandang matanya yang tajam dan sehitam malam, bulu matanya panjang dan indah dan yeah aku merasakan wajahku memanas ketika Dante memergokiku tengah menatapnya. 5. Kalo dia lagi ngeliat ke arah kita, jantung rasanya kayak mau copot Aku belum pernah mengalami jantung copot tapi rasanya yeah mungkin itulah rasa jantung copot, rasa yang nggak bisa kudeskripsikan yang terjadi di organ- organ dalam tubuhku! 6. Salah tingkah di depan dia Aku hanya pernah minum, minumannya alih-alih minumanku, menjatuhkan sendok ketika makan, dan tiba-tiba jatuh di lapangan basket, untuk yang terakhir,
  • 27. kurasa itu karena gravitasi bumi sedang bermasalah, daya gravitasi mungkin tengah meningkat kuat. 7. Nggak sadar suka mempermalukan diri sendiri Kurasa jawabanku di pertanyaan nomor 6 sudah mewakilinya 8. Berkeliaran di dekat dia terusss Berkeliaran?oh…tidak, kita hanya melewati siang bareng dan itu bukan berkeliaran kurasa 9. Suka ngelamun dalam minggu ini, Ya…begitulah!aku nggak perlu menceritakan lamunanku kan? 10.Mengkhayal yang indah-indah tentang kamu dan dia Definisi indah yang bagaimana? Tidak termasuk kayak adegan ketika Prince Charming member ciuman yang menyadarkan si Aurora dari tidur panjangnya kan? Kadang aku ingin mencari mesin pemintal benang yang bisa membuatku tidur bertahun-tahun saat insomnia menyerangku! 11.Nggak nafsu makan Kapan aku punya nafsu makan?aku makan hanya untuk menghargai apa yang dilakukan Dante untukku, dia ingin menyembuhkan eating disorder-ku tapi sebaliknya dia malah memperparahnya, tapi kabar baiknya, aku mulai mengurangi ritual memasukan jari tengahku ke dalam tenggorokkan 12.Mendadak jadi insomnia alias susah tidur Ada yang bisa memberitahuku dimana aku bisa mendapatkan mesin pemintal berjarum yang bisa membuatku tidur panjang dan menjadi versi lain dari dongeng Sleeping Beauty?
  • 28. 13.Isi diarymu seputar dia, dia, dia, diaaaaa terusss Aku nggak punya diary, terakhir kali aku menulis diary pas aku umur 10 tahun 14.Sering dengerin lagu mellow yang liriknya about love melulu Aku sedang mendengarkan lagu lamanya Bon Jovy yang All About Loving You, itu adalah lagu favorit Dante 15.Jadi care sama penampilan dan berusaha tampil keren terus di depan dia Aku selalu berpenampilan yang menurut orang-orang “sweet and elegant” sejak dulu. 16.Seneng banget ngira-ngira lewat ramalan bintang Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak menganggap ramalan bintang itu konyol, pagi tadi ramalan bintangku mengatakan…lebih baik aku nggak mengingatnya, karena itu bikin aku kayak orang yang memakai blush on berlebihan! 17.Bentar-bentar ngaca Cuma untuk bertanya : “oh my mirror, who in this land is fairest of all?” And my mirror always said: “You, my queen, are fairest of all”. 18.Nyari tahu segalanya tentang dia, termasuk no telpon neneknya Aku nggak selebay itu! 19.Deketin sobatnya, buka akses langsung ke dia Nggak juga, kehidupan sosialku sangat payah, aku bukan tipe orang yang akan menyapa dan mendekati orang lain, apalagi untuk mencari tau soal Dante, aku nggak punya otak Sherlock Holmes dalam mengumpulkan informasi. 20.Diam-2 motret dia pake HP terus kamu jadiin wallpaper Inilah wallpaperku
  • 29. Tebaklah itu patung siapa? Patung itulah yang menjadi inspirasi dari nama orang yang sedang kupikirkan hingga aku mau repot-repot menjawab pertanyaan- pertanyaan konyol ini! 21.Hobi nulis-2 namanya di setiap lahan kosong yang bisa kamu coretin Aku nggak menulis namanya, tapi aku menulis 2 baris akhir puisi The Divine Comedy- nya Dante Alighieri (nama tokoh yang dijadiin patung di atas) dengan huruf kaligrafiku yang indah, tempat terakhir yang kutulisi adaah bagian belakang kertas ulangan Fisika-ku as in a wheel whose motion nothing jars - by the Love that moves the sun and other stars. 22.Pelototin foto dia terusss Nggak!aku cuma membolak-balik buku tahunanku doank dari tadi 23.Jadi ja’im berat kalo di deket dia Jaim?nggak!aku Cuma nggak pengen keliatan konyol 24.Badan semerbak mewangi sana sini tralala trilili Aku memakai Chanel no.5 25.Kalo dia negur, rasanya kayak kesetrum Di sengat listrik bukanlah rasa yang menyenangkan tapi belakangan ini aku sering mengalaminya (bukan secara harfiah) 26.Bela-belain bangun pagi buat bikin bekal untuk dikasih ke dia
  • 30. Nggak! 27.Nyimpenin sms dari dia Aku nggak nyimpan, cuma belum menghapusnya 28.Setia nunggu dia nelpon meskipun dia nggak janji mau nelpon Nggak juga, tapi aku di telepon satu jam lalu 29.Sok jual mahal kalo dideketin, tapi kalo dia nggak ada kelabakan sendiri Nggak yakin 30.Meng-iya kan apapun maunya dia, biarpun kamunya nggak suka Buktinya aku mulai berhenti memainkan jari ditenggorokkan 31.Bilangnya cuma nganggep temen, padahal mau kesengsem berat Aku bilang ke Eve kayak gini “Gue nggak mungkin jadian ma orang yang jadi rival gue di pemilihan ketua OSIS, asal loe tau apapun gossip yang beredar di luaran sana, apapun yang mata kepala loe liat, apapun yang terjadi gue akan membiarkan kalian membuat kesimpulan sendiri, akan lebih baik jika itu menguntungkan gue, loe tau gue seperti apa, gue benci kekalahan melebihi apapun, gue orang yang kompetitif, gue ambisius, dan gue adalah orang yang akan mendapatkan apapun yang gue inginkan, bagaimanapun caranya!”apa aku terdengar kayak cewek munafik menyebalkan? 32.Pusing mikirin cara gimana ngajak dia nonton setelah sengaja beli tiket dua Nonton bareng?hmmm ide bagus 33.Rela nyisihin uang jajan untuk beli hadiah ulang tahun dia Belum kulakukan, tapi bisa kusimpan ide ini 34.Nyari kartu valentine paling romantis buat dia Val’s day masih berbulan-bulan lagi 35.Selalu memuji segala hal tentang dia
  • 31. Belum kulakukan, pantangan buatku untuk memuji orang lain, entahlah apakah nantinya dia akan menjadi pengecualian! 36.Beli buku-buku psikologi tentang cinta dan dipraktekin satu-satu Aku punya koleksi buku-buku psikologi cinta itu, hanya saja aku yakin aku belum membacanya dan aku nggak yakin akan mempraktekkannya 37.Satu senyuman dari dia bikin kamu mengira-ngira seribu maknanya Mungkin saja 38.Rajin sms-in kabar dia Dia yang mengirimkanku banyak email dan SMS 39.Pura-pura minjem buku padahal kita nggak perlu buku itu Koleksi bukuku nyaris lengkap 40.Minjemin CD terbaru supaya kamu ada alasan buat ke rumah dia ngambil CD CD?sekarang udah 2011 bukan 2005 lagi (majalah Gadis edisi May tahun 2005, yeah ketika itu aku masih terlalu kecil untuk membaca majalah remaja, tapi buktinya majalah ini bermanfaat juga setelah 6 tahun) 41.Pas ketemu mata sama dia, muka serasa jadi kayak kepiting rebus Aku hanya merasa mirip Jeng Kelin, yang mukanya make blush on berlebihan 42.Mati-matian nyari topik supaya obrolanmu nggak bisa basi kalo lagi sama dia Aku lebih banyak diam 43.Mencatat semua tanggal ketemuan, isi obrolan, dan resume-nya di diary Aku sudah bilang kan?aku nggak punya diary! 44.Menyukai hal-hal yang dia sukai
  • 32. Yeah, tiba-tiba aku menikmati pertandingan basket 45.Jadi teman yang baik dan penuh perhatian saat dia lagi punya masalah Dia yang berusaha membantuku menghadapi masalah 46.Nggak mempedulikan apapun kekurangan dia Kekurangan?seperti…?aku kesulitan mengingatnya, mungkin besok aku akan memperhatikannya dengan lebih seksama 47.Nggak bisa ngelupain dia sekalipun dia udah ngecewain berat Pertanyaan ini sudah terlalu jauh, aku belum sampai tahap ini 48.Bener-bener sedih kalo dia lagi nggak ada Belum sampai tahap ini 49.Jadi anak paling rajin yang pernah dia temui Pada dasarnya aku memang anak yang rajin, bahan pada awal semester aku sudah mengerjakan semua latihan soal yang ada di buku-buku pelajaranku. 50.Saat baca artikel ini, kamu jadi teringat pada seseorang. Pertanda kamu bener-bener lagi jatuh cinta!!! Aku sedang memikirkan orang yang namanya terinspirasi dari nama penyair Italia yang menulis puisi The Divine Comedi Ya Ampun aku merasa begitu konyol dan merasa seperti bukan diriku! Dan kalau seandainya Dante menyayangiku, apakah itu sebuah kebenaran,? Dante itu …hanya…dia orang lain! Oh, mood-ku hancur berantakan bila aku mengingatnya lagi, Mama, wanita yang seharusnya secara naluriah menyayangiku karena kami memiliki ikatan darah, bahkan tak bisa benar-benar menyayngiku, lalu Dante? Memikirkan ini seperti merusak segalanya!
  • 33. Sembilan Dengan langkah ragu-ragu aku memasuki ruang ganti yang sepi, ada rasa bersalah yang memberatkan langkahku, seharusnya dua jam yang lalu, aku sudah duduk dibangku penonton dan meneriakkan dukungan untuk Tim basket sekolah yang dikapteni Dante, nyaris seminggu ini, aku duduk di bangku penonton menemaninya latihan setiap sore, aku baru saja merusak semuanya, aku tak memberikan dukungan padahal ini sebuah pertandingan yang penting untuknya, sebuah kemenangan yang akan diperjuangkan olehnya, bukan hanya untuk mengharumkan nama sekolah, bukan hanya untuk mengukuhkan kehebatannya dilapangan, tapi juga untuk satu alasan yang berbeda, alasan yang sangat berarti, tidak hanya untuknya, tapi juga buatku. Dante terlihat bosan dan kesal, berada di antara cewek-cewek Cheerleader genit yang mengerumuninya, mereka berdengung seperti kawanan lebah madu, mereka cekikikan dan menggoda dengan cara bermanja-manja, cewek-cewek centil itu berharapkan bisa menarik perhatian sang pahlawan lapangan, setidaknya mereka berharap bisa jadi orang yang akan dibawa Dante ke pesta kemenangan nanti malam, mereka langsung diam dan mulai bubar, ketika melihatku muncul di ruangan ganti, aku tau cewek-cewek itu akan membicarakanku setelah ini. Lama kami diam, hanya saling menatap, sampai Dante berinisiatif untuk memulai obrolan. “Elo janji mau nonton pertandingan basket” kata Dante datar, sambil mengikat tali sepatunya. “Sorry” “Gue pikir loe nggak bakal datang Ghie, loe nggak mau kan gue menangin pertandingan ini? loe nggak mau kan kalo gue menang terus kayak janji loe… hmmm oke gue ralat, awalnya ini hanya permintaan tolol gue, kalo gue menangin pertandingan basket ini, loe mau jadi cewek gue.” Dante terdengar kesal, dia bicara dalam nada sindiran yang tidak menyenangkan.
  • 34. “Sekarang seandainya gue nerima elo, apa loe yakin elo bisa nerima gue?” aku bertanya tak tau harus bagaimana. “Seseorang harus bisa menerima dirinya dulu, baru bisa menerima orang lain, mungkin itu yang mesti loe lakuin Ghie, tapi menurut gue, menerima diri loe itu bukan hal sulit, elo itu adalah impian nyaris setiap cowok; cantik, pinter, berpresasi, berkarakter, menarik, elo hampir tanpa kekurangan, dan kelebihan-kelebihan elo yang mengintimidasi itulah yang bikin para cewek iri, gue mungkin bukan cowok favorite loe, hingga sulit buat elo untuk nerima gue jadi orang yang spesial, tapi gue mau nunggu kok, segala sesuatunya butuh proses kan?” “Elo nggak kenal gue!” “Gue mau belajar buat mengenal elo lebih jauh” “Dante, gue nggak sebaik yang elo pikirin” aku merasa frustasi, awalnya aku sudah berniat, untuk tidak datang ke pertandingan final basket antar SMA ini, aku terlalu takut untuk memenuhi janjiku, untuk menjadi pacarnya seandainya dia memenangkan pertandingan ini, tapi sebagian dari hatiku menginginkannya, aku ingin melihatnya di lapangan, memberinya semangat dari bangku penonton, tapi yang kulakukan hanyalah terlalu banyak berpikir dan menimbang, sehingga aku melewatkan pertandingan besar Dante dengan melamun di dalam mobil di parkiran, aku tidak siap dengan apa yang akan dikatakan oleh seisi sekolah, dengan gossip yang akan tersebar besok pagi. Kupikir aku terlambat, kupikir Dante akan pergi dan cepat-cepat meninggalkan ruang ganti seusai pertandingan sama seperti anak-anak tim basket yang lain, yang bersiap-siap untuk merayakan kemenangan mereka nanti malam, tapi aku pada akhirnya memberanikan diri untuk berjalan ke ruang ganti, aku berharap dia masih ada dan aku benar dia masih disini, belum meninggalkan ruangan ganti, tapi yang kutemui adalah Dante yang sedang di kerumuni cewek-cewek centil sekolah, ada sedikit rasa kesal dan cemburu ketika aku melihat Dante dengan cewek-cewek cheer itu, seandainya aku salah seorang dari mereka, tentunya takkan sesulit ini untuk menerima Dante. Dante mendekatiku, sepertinya dia siap dengan kemungkinan yang paling tidak menyenangkan, dia berdiri di depanku memegang bahuku dengan kedua tangannya, mencoba memberikan senyuman, tapi aku tau bahkan sebuah cengiran jailpun sulit untuk terbentuk di bibirnya sekarang, dia kecewa dengan apa yang kulakukan.
  • 35. “Kalo loe nggak bisa nerima gue, seenggaknya sekarang loe bisa ngasih gue, yeah loe bisa bilang congrats atau semacamnya” Dante berusaha terdengar ceria. Aku menarik nafas panjang, mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang akan kuputuskan ini adalah hal yang benar. “Gue mau jadi cewek elo, dan jangan minta gue untuk mengulang kalimat itu lagi” Dante melompat kegirangan dia kelihatan senang, lalu bagaimana denganku ? apa aku senang? Aku sendiri belum tau ekspresi seperti apa yang harus aku tunjukkan karena aku belum begitu yakin, aku masih dibayangi tentang, bahkan mamapun yang seharusnya tanpa alasan sulit untuk mencintaiku, bagaimana mungkin bahwa Dante bisa melakukannya??? Tapi bolehkah sekarang aku sedikit berbahagia atau setidaknya biarkan aku, walau untuk sementara waktu untuk menjadi remaja normal yang tidak depresi, yang bisa menikmati cinta monyetnya?
  • 36. Sepuluh “As my best friend, it is your duty not to lie to me.” Teriak Eve nyaring, untunglah ini toilet, dan tidak terlalu rame, sehabis upacara bendera dia dan Niken menyeretku kesini, menuntutku untuk mengaku. “Kalo ini masalah Dante, oke, gue bisa jelasin..tapi menurut elo siapa yang bisa merencanakan untuk jatuh cinta? Maksud gue semuanya berjalan begitu saja, kejadiannya begitu cepat, oke, gue juga masih belum percaya…ini aneh, tapi” “elo menikmatinya?” “what?” “Itu keliatan dari pipi loe yang blushing ma mata yang berbinar-binar, gue suka elo yang kayak gini, gue bête ngeliat elo yang kayak cewek-cewek protagonist teraniaya dalam sinetron- sinetron kejar tayang kacangan itu, oh Ghie, gue happy buat elo” Eve mencium kedua pipiku bergantian dengan berlebihan.”Well, elo nggak mau ngasi selamat ke Ghie atas terbebasnya dia dari penjara kesuraman?”Eve berbicara kepada Niken yang sedang menyibukkan diri dengan dandanannya. “Tentu saja, pastinya” Niken memberikan pelukan singkat dan senyuman kecil”reaksinya memang tidak seperti Eve yang selalu berlebihan. “Ceritakan tentang malam minggu kalian!” Eve sangat bersemangat. “Wait, tapi sebelumnya gue cuma mau bilang, gue seneng banget akhirnya elo punya seseorang untuk menemani malam minggu elo yang selalu kelabu tapi moga itu cuma malam minggu yang dulu- dulu, sejujurnya gue agak bête, sorry, kalo di tengah-tengah dating gue ma Banu, kadang elo nelpon gue buat nemani elo menikmati kesedihan loe, bukannya gue nggak ada pas temen gue butuh atau gue terpaksa melakukannya tapi gue nggak tau mesti berbuat apa, kadang itu menyiksa gue, membuat gue sedikit frustasi, ngeliat loe sedih bukanlah hal yang menyenangkan. Gue sayang banget ma loe Ghie, gue pengen semua hal terbaik jadi milik elo”
  • 37. “Thank’s a lot sista” Aku memberinya pelukan hangat. “Gue bakal cerita tapi nggak sekarang, elo nggak budhek kan, bel udah menjerit sejak tadi” Aku diselamatkan oleh bel tanda masuk, thanks God, karena aku nggak harus cerita tentang banyak hal yang terlalu indah untuk jadi kenyataan, yang terjadi malam Minggu lalu, jadi aku berjalan cepat keluar toilet, yang disusul oleh Eve dan Niken, Eve kadang membuatku kesal dan sebal, tapi yeah dia menyenangkan, dia sangat tau cara bersenang-senang, dan agak tidak mengerti ketika seseorang dalam kondisi sedih, dia selalu ingin sesuatu itu berjalan seperti apa yang diinginkan, dia berbanding terbalik dengan Niken, sepertinya akan lebih baik kalo kita membicarakan Niken di lain kesempatan. *** Aku belum pernah merasakan kalo kelas begitu membosankan, bukan karena aku udah mempelajari dan mengetahui apa yang sedang guruku jelaskan di depan kelas, aku cuma ingin segera… aku malu mengakuinya, tapi baiklah aku ingin agar bel istirahat segera berdering, aku ingin bertemu Dante, yeah kita janjian buat ketemuan di sana istirahat nanti, Dante bilang dia punya sesuatu buatku, tapi entahlah apa itu, dia bilang kejutan, apa aku akan benar-benar terkejut?apa itu adalah kejutan yang menyenangkan?maksudku sebelumnya aku …tidak begitu suka kejutan. Saat bel berdering, aku segera keluar kelas sebelum Niken dan Eve menahanku, aku merasa seperti siswa bandel yang phobia kelas. Seperti biasa perpustakaan bukanlah tempat favorit siswa di jam istirahat, kebanyakan yang ada disini hanyalah kutu buku kuper, aku menyukai perpustakaan tapi perlu dicatat AKU BUKANLAH SI KUTU BUKU KUPER!!! Tiba-tiba ada suara jari dipetik hingga membentuk irama, yang kurasa aku tau irama ini, kedengarannya familiar. . . “Life is full of lots of up and downs But the distance feels further When it’s headed for the ground And there’s nothing more painful
  • 38. Then to let your feelings take You down” Oh my God, ini lagu favoritku, A Shoulder to Cry On… satu persatu siswa yang kutak begitu kenal, tapi yang pasti mereka anak dari ekskul paduan suara, datang, mendekati mejaku, memberikan bunga mawar pink, yang juga favoritku, sambil menyanyikan lagu yang di populerkan oleh Tommy Page itu secara acapela “It’s so hard to know The way you feel inside When there’s many thoughts And feelings that you hide But you might feel better If you let me walk with you By your side And when you need A shoulder to cry on When you need A friend to rely on When the whole world is gone You won’t be alone ‘ cause I’ll be there I’ll be your shoulder to cry on I’ll be there I’ll be your friend to rely on When the whole world’s gone You won’t be alone ’cause I’ll be there All of the times When everything is wrong And your feeling like There’s no use going on You can’t give it up I’ll help you work it out And carry on Side by side With you till the end I’ll always be the one To firmly hold your hand No matter what is said or done Our love will always continue on
  • 39. Everyone needs a shoulder to cry on Everyone needs a friend to rely on When the whole world’s gone, you won’t be alone ’cause I’ll be there I’ll be your shoulder to cry on I’ll be there I’ll be your friend to rely one When the whole world’s gone, you wont be alone ’cause I’ll be there You’ll have my shoulder to cry on I’ll be there I’ll be the one to rely on When the whole world’s gone, you won’t be alone ’cause I’ll be there Sampai akhirnya, Dante datang dan menyelesaikan ending-nya, ya ampun suara fals-nya menghancurkan bagian yang seharusnya menjadi indah ini. “And when the whole world is gone You’ll always have my shoulder to cry on” Aku merasa sangat terharu dengan kejutan ini, lagu ini bermakna besar buatku, yeah aku senang dan sangat berharap bahwa Dante akan selalu bersedia memberikan pundaknya untuk kutangisi, tempatku menumpahkan sedih. Ini sangat berarti buatku ini bukan hanya sebuah lagu, tapi aku ingin berharap bahwa ini adalah sebuah janji? Dante mendekatku, memberikan senyum jailnya yang konyol tapi sangat kusukai, entahlah aku bahkan menyukai senyum konyol yang dulunya sangat kubenci. “Konyol, dasar plagiat!” aku pura-pura marah dan meninju bahunya “Kupikir aku harusnya mendapat ucapan terima kasih bukannya tinjuan, sakit tau!” Aku tau dia pura-pura kesakitan, senang rasanya mendengarnya tak lagi memanggilku dengan elo. “Elo nyuri ide ini dari film Sidney White, kan????”tuntutku
  • 40. “Hahahahaha ketauan” dia mengacak-acak rambutku “Aku cuma mencoba untuk bertindak romantis, salahkah?” “Nggak sih, cuma lain kali harusnya…yeah sesuatu yang original” “Seperti apa misalnya???” “Entahlah. . .mungkin sesuatu yang benar-benar ingin kamu lakuin buat aku” aku berkata pelan, dan berharap akan mendapatkan sesuatu yang istimewa di kesempatan lainnya. Dante tersenyum dan mengangguk, dia terlihat seperti tokoh komik Jepang, mau tak mau aku tertawa kecil. “Hey guys, thanks buat bantuannya, boleh nggak sekarang kalian bubar aja”Kata Dante tak sabaran, satu persatu dari mereka bubar dengan bersungut-sungut, sepertinya ucapan terima kasih aja nggak cukup buat mereka. “Iye…urusan yang gue bilang tadi belakangan, oke? gue pengen pacaran ma cewek gue dulu neh” katanya dengan cuek, dasar Dante! Setelah anak-anak paduan suara bubar, aku mulai bicara “Makasih ya…itu lagu favoritku, artinya dalam banget buat aku…”aku nyaris tak bisa berkata-kata di bagian ini, apalagi ketika aku menatap mata Dante yang membuatku… aku tak bisa mendeskripsikan perasaan ini “You’ll always have my shoulder to cry on, baby, I promise” dia menggengam tanganku dan aku meyakini apa yang dikatannya, saat ini aku benar-benar yakin, bahwa aku punya seseorang sekarang, seseorang yang berarti, yang bisa kuandalkan saat aku sedih, aku benar- benar berterima kasih untuk hal ini, aku berterima kasih atas anugerah ini.
  • 41. Sepuluh Di tengah euphoria, kisah cinta pertamaku, aku merasa agak sedikit kehilangan arah untuk ambisiku meraih posisi ketua OSIS, ini berbahaya!aku teringat akan pernyataan tanpa rasa bersalahku, pernyataan yang keluar begitu saja dari mulutku tanpa sempat diolah oleh otakku, entah kenapa, aku melakukannya, maksudku, aku bukanlah tipe orang yang melakukan sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu, aku selalu mempertimbangkan apapun, untuk kasus ini, sepertinya…oke, itu adalah sebuah pengelakan, yeah aku melakukannya karena aku belum menyadari bahwa aku menyukai Dante… “Gue nggak mungkin jadian ma orang yang jadi rival gue di pemilihan ketua OSIS, asal loe tau apapun gossip yang beredar di luaran sana, apapun yang mata kepala loe liat, apapun yang terjadi gue akan membiarkan kalian membuat kesimpulan sendiri, akan lebih baik jika itu menguntungkan gue, loe tau gue seperti apa, gue benci kekalahan melebihi apapun, gue orang yang kompetitif, gue ambisius, dan gue adalah orang yang akan mendapatkan apapun yang gue inginkan, bagaimanapun caranya!” Aku kembali teringat akan kata-kata yang terasa sangat jahat itu lagi, aku memanfaatkan Dante dan perasaannya untuk tujuan dan ambisiku, tapi aku tau itu hanya sebatas elakan…perkataan yang cuma diolah lidahku. Malam ini aku menghabiskan waktu dengan Eve di Coffee Shop favorite kami, sambil ngobrol dan ngutak-ngatik netbook dan berselancar di dunia maya, sayangnya malam ini, kita hanya berdua, tanpa Niken yang nyaris tak pernah absent dari tradisi nongrong bareng senin malam kami, tapi akhir-akhir ini dia punya kesibukan lain. “Ghie…apa rencana elo, untuk narik simpati anak-anak buat milih elo di pemilihan nanti?” Eve bertanya dengan antusias “sorry …tapi rasanya belakangan ini waktu elo tersita cuma buat Dante dan Dante, bukannya gue…”Eve menatapku, aku tau dia ragu-ragu untuk mengungkapkannya “maksud gue, gue cuma perlu ingetin loe, belakangan ini, kita mulai kehilangan antusiasme, cuma itu.” Dia tersenyum kaku.
  • 42. “Gue inget kok tentang program-program kita, tapi akhir-akhir ini Niken jarang bareng kita, alasannya banyak, katanya dia sibuk latian bareng anak-anak marching band, oke gue tau dia mayoret sekolah, tapi dulu-dulu latiannya nggak kayak sekarang, tiap hari, padahal ini nggak bertepatan dengan hari besar dimana anak marching band ikut ambil bagian. Dia calon wakil gue! Oke gue akui gue agak kehilangan antusias, tapi herannya gue ngerasa bahwa ada orang yang bahkan udah mengubur antusiasmenya!” “Niken punya kesibukan lain yang nggak melibatkan kita, gue rasa ada yang aneh” Eve menambahkan, “sebenarnya gue mau bilang tentang ini, tapi gue nggak mau ngerusak kebahagiaan elo dengan sang pangeran Dante yang mempesona, tapi kalo gini caranya…Ghie…elo nggak bakalan ngalah untuk Dante kan?” “Hahaha…gue ma dia pacaran, oke, tapi untuk hal ini kita tetap rival” “Gue khawatir. . . elo ngebiarin diri elo jatuh terlalu dalam ….gue happy dengan hubungan elo dengan Dante, dan rasanya juga nggak mungkin kalo Dante manfaatin elo, tapi elo kudu ngambil langkah bijak, jangan jadiin kecintaan elo ke Dante sebagai boomerang yang akan balik buat ngehancurin elo, gue percaya elo nggak bego Ghie.” “Hmmmm…ada gosip apa di sekolah hari ini ?“aku mencoba mengalihkan pembicaraan. “Buletin sekolah ngebahas tentang persaingan perebutan posisi ketua OSIS yang berubah jadi kisah cinta, ini mah basi, gue tau versi aslinya, hehehe…yang jadi hot topic sih, tentang cowok baru di kelas XII, namanya Gazka, dia baru masuk pagi tadi dan sebagian besar cewek di sekolah sudah jatuh cinta padanya, memberinya gelar Prince Charming, dan kayaknya dia udah punya fans club,,,hahaha konyol!”Eve sibuk membaca gossip di blog sekolah, “Oh My God Ghie!” Eve memutar netbooknya dan memperlihatkanku apa yang baru saja dibacanya. Brighietha yang dalam propagandanya untuk merebut hati dan suara siswa baru beberapa minggu lalu, sepertinya mulai kemakan isi pidatonya, apakah sebagian dari kita masih ingat potongan omong kosong ini? “katakan selamat tinggal buat pikiran menjadi cewek keren itu berarti kamu harus menjadi seorang putri plastik, kalian hidup di dunia nyata, kalian tau siapa kalian, kalian bukanlah Barbie idiot yang tanpa otak”
  • 43. Barbie idiot tanpa otak!oke, Ghie adalah cewek yang cantik, dia emang bukan versi dumb blonde bermata biru, yang pasti dia punya otak mengingat sumbangannnya untuk deretan tropi yang dipamerin pihak sekolah di lobi depan. Yang ingin dibahas disini adalah,yeah Barbie!siapa yang nggak kenal dan iri dan tak merasa terintimidasi dengan postur Barbie yang mengagumkan (ini cuma berlaku buat cewek!cowok suka menikmatinya, yeah! ) dan yang dilakukan panutan kita tersayang (atau tadinya begitu) adalah memuntahkan makan siangnya, dan entah sarapan dan makan malamnya juga di toilet, RITE!Ghie adalah penderita ANOREXIA NERVOSA!!!! (nggak heran bodinya kayak Twiggy di belah dua, nggak heran dia pingsan di upacara, nggak heran dia begitu sering tongkrongin toilet) well ya…mungkin kita bisa sama-sama memprediksi elakan Ghie atas “penderitaannnya” yang mulai tercium ini, “I’m naturally skinny”seperti elakan Keyra, Mary Kate, dan nggak tau berapa banyak cewek yang nggak menyadari betapa tidak berterima kasihnya mereka atas anugerah makanan yang bisa mereka nikmati, seandainya mereka sadar bahwa anak-anak di Negara-negara dunia ketiga begitu kelaparan…Oh Ghie, size zero is not hero! Eve menatapku lama, jenis tatapan yang membutuhkan penjelasan, aku nggak tau harus menjawab apa, ini tak bisa dijelaskan dengan mudah, apapun yang akan kukatakan rasanya percuma, mengelak takkan pernah ada gunanya, mengakuinya akan sangat berbahaya, mengatakan kebenaran adalah sesuatu yang takkan mungkin aku lalukan. “Ghie…” “Elo kecewa ma gue?” Eve menatapku, ada campuran kesedihan dan kekhawatiran, dia meraihku dan memelukku lama. “Elo butuh terapi!” “Thanks, karena elo nggak menghakimi gue…” “Nggak ada satupun orang yang suka dihakimi, semua orang hanya ingin dimengerti Ghie”
  • 44. “dan gue minta waktu buat elo untuk bisa mengerti, gue nggak bakal bisa cerita sekarang dan gue juga nggak yakin apakah gue sanggup buat cerita di waktu lainnya…”aku merasakan air mataku akan tumpah, ada rasa yang menyakitkan, ketika aku menyadari bahwa ada pengkhianatan di balik hal ini, Dante ada di daftar pertama orang yang kucurigai. *** Segalanya tak berjalan dengan begitu baik sekarang, aku perlu waktu untuk menjauh dari Dante, semalam aku tak mengangkat telponnya, aku memutar jalan menghindarinya ketika aku melihat dia menungguku di kelas, aku berakhir di toilet sekolah, bersembunyi, entah dari Dante entah dari tatapan penuh tuduhan anak-anak satu sekolahan! “Ghie gue tau elo di dalam, gue mau ngomong” aku mendengar teriakan Eve dari balik pintu. Aku enggan untuk menjawab “Jangan bego! Nongkrong disini seharian cuma makin benerin gossip yang beredar!” Aku membuka pintu dan kulihat Eve, yang bersiap-siap mendobrak pintu. “Sorry…” “Dipersilahkan kepada siswa yang bernama Brigietha Rara Nanthana, untuk menemui kepala sekolah sekarang, terima kasih” Terdengar sebuah panggilan untukku dari pengeras suara, aku rasa ini bukan hal yang menyenangkan, “Ghie…are you oke?”ada tatapan khawatir di mata Eve, “perlu gue temenin? “No, Thanks” aku menggenggam tangannya sesaat, mencoba untuk membuat Eve yakin bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa aku mampu menghadapinya, tapi sebenarnya, jauh dalam hatiku, genggaman tadi adalah lebih untuk menenangkan diriku sendiri. Aku memasuki ruang kepala sekolah dengan perasaan berbeda, tidak seperti biasanya aku disambut dengan kebanggaan, tidak ada lagi tatapan berbinar ceria, yang kurasa hanya senyum kaku tak menyenangkan, sorot mata tak percaya dari kepala sekolah dan wali kelasku.
  • 45. “Siang Bu…” “Siang Brighieta!” jawabnya tegas “Silahkan duduk” Aku duduk disamping Miss Rani, wali kelas dan guru bahasa Inggrisku, Miss Rani menggeser bungkusan plastik kecil berisi serbuk putih seperti tepung. “Saya menemukan ini di lokermu..” “Bisa dijelaskan?” tuntut kepala sekolah Spontan aku memegang kepala dengan kedua tanganku, aku tak mengerti “Saya tak ingin menjelaskan apa-apa. . .apa ada yang akan percaya bila saya mengatakan ini bukan milik saya tapi ditemukan di loker saya?” aku benar-benar frustasi. “Kamu juga tak ingin menjelaskan tentang gossip bahwa kamu penderita anorexia?” Aku benar-benar tak tau harus berkata atau melakukan apa. . . “Ghie. . . apa masalahmu?”Miss Rani menghela nafas panjang…”Saya pkir saya mengenalmu, tapi ternyata saya salah, ini mengecewakan saya” Dia mengeluarkan handphone experia mininya, dan memperlihatkanku sebuah email yang dikirim dari account-ku, sebuah undangan, wild party, yang kurasa si hacker telah mengirimkannya hampir ke seisi sekolah, dan hebatnya bahkan ke wali kelasku! “Percayalah apa yang ingin anda percayai…” Aku meninggalkan ruangan, juga kepala sekolah dan wali kelasku yang akan mencoretku dari daftar kebanggaan mereka mulai sekarang, kutau dibelakangku akan menyusul surat skors atau bahkan mereka akan mengeluarkanku dari sekolah, rasanya semuanya terjadi begitu saja, tanpa aku diberikan waktu untuk berpikir dan memahami semuanya. Belum cukupkah semuanya…dan sekarang seseorang akan mendampratku, aku baru saja menabrak entah siapa di pintu keluar, sekilas kupandangi “korbanku”, aku tak mengenalinya tapi rasanya sangat familiar, mata itu tak asing, aku berlari meninggalkannya yang kurasakan menyebut namaku, aku tak berbalik, yang kuinginkan sekarang hanyalah pulang.
  • 46. Sebelas Alih-alih pulang ke rumah aku malah menghabiskan siangku untuk menyiksa diri, menghabiskan coffee banana split tanpa henti, ini adalah mangkuk kedelapanku, perutku sudah tak bisa menampungnya lagi. Aku tak tau apa yang ingin kulakukan, aku bukan penderita anorexia, aku bukan pemakai narkoba, aku bukan pelaku atas undangan wild party malam nanti, aku tak ingin membela diri, tak ada orang yang ingin aku yakinkan bahwa aku bukanlah pelakunya. “Elo baik-baik aja?” Tanya si cowok pelayan,yang pasti sangat heran melihat pola makanku yang menggila. “Satu lagi, please…” pintaku “Yakin?” “Anggap aja gue ketagihan sama coffee banana split kalian yang enak banget ini…” “Tapi elo udah makan begitu banyak” “Gue punya duit buat bayar” “Bukan itu maksud gue, oke gue ambilin” aku melihat pandangan kasihan dan heran di matanya ketika melihatku. Aku merasa akan muntah sekarang, tenggorokanku sudah muak dilalui coffee banana split yang sekarang seperti tanpa rasa. Cepat-cepat aku berlari ke arah toilet dan muntah hebat, aku merasa benar-benar mual, pada saat bersamaan aku mengutuk diriku yang mempunyai pikiran tak waras karena melakukan hal yang begitu bodoh. “Gue bilang juga apa! Elo bandel sih” si cowok pelayan berdiri di depan toilet dengan senyum mengejek “ “Bukan urusan elo!”
  • 47. Aku kembali duduk melahap lagi coffee banana split-ku, aku tak mau membuat si cowok pelayan itu senang karena aku akhirnya menyerah, aku melihat dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ghie…” tanpa kusadari Dante duduk di depanku. Aku mengabaikan kehadirannya dan menyibukkan diriku dengan memaksa alat pencernaanku untuk terus melakukan hal yang memuakkan. “Hey, are you happy now?” pertanyaannya mengandung sindiran yang menyakitkan, apa yang ada dibibirnya sekarang bukan lagi sebuah senyuman, tapi sebentuk seringai mengerikan. Ternyata aku memang tak bisa berpura-pura menganggapnya sebagai hantu yang tak kelihatan, dan sialnya aku begitu bodoh, seharusnya aku memakinya atau melemparinya dengan semua hal yang ada di meja ini, sayangnya yang kulakukan hanyalah membiarkan mataku untuk terus menatapnya dan berpikir keras bahwa apa yang terjadi belakangan ini bukanlah kesalahan Dante, oh my God, tapi siapa lagi yang punya alasan untuk melakukan semua tindakan untuk menjatuhkan aku? “Jangan bilang kalo apa yang gue denger itu bener? Elo macarin gue cuma untuk bikin gue pada akhirnya akan mengalah dan memberikan kedudukan ketua OSIS secara cuma-cuma buat elo?” “Hey, what the hell you talking about?” ingin rasanya aku berteriak, bukankah dia yang orang yang pantas disalahkan atas semua berita buruk yang menjatuhkan reputasiku? Siapa lagi yang tau tentang anorexia yang aku alami? siapa lagi orang yang punya alasan tepat untuk melakukan semua itu kepadaku, cuma Dante! Bagaimana mungkin dia melakukan semua hal menyakitkan ini padaku? Bagaimana mungkin orang yang kupikir menyayangiku melakukan hal yang begitu kejam? Tuduhan sebagai penderita anorexia mungkin tidak bisa kusangkal, tapi adanya shabu-shabu di lokerku bisa membuatku berakhir di pusat rehabilitasi kalo aku beruntung dan mungkin dibalik jeruji besi bila seseorang melaporkannya ke polisi, undangan wild party makin menambah daftar keburukanku. “Ghie…elo bisa jawab gue kan?”
  • 48. “Elo yang harusnya menjawab semua pertanyaan yang bakal gue ajuin” aku berbicara pelan nyaris berbisik, tak sanggup mengeluarkan semua kemarahanku, aku merasa air mataku akan tumpah. “Ghie…” “Kenapa? Elo lakuin semua ini ke gue? Gue pikir elo benar-benar sayang sama gue, gue pikir elo yang nyelamatin hidup gue…apa yang udah elo lakuin beberapa minggu ini udah sanggup jadiin hidup gue lebih baik, tapi apa maksud dan tujuan elo ngajak gue terbang setinggi-tingginya kalo pada akhirnya elo bakal mendorong gue jatuh? itu sakit banget …gue nggak pernah mengira akan jadinya kayak gini, gue nggak tau bahwa pada akhirnya gue akan sekecewa ini, gue nggak belajar untuk mempersiapkan perasaan untuk menghadapi ini,” dan akhirnya aku hanya menangis, menangisi semua kebodohanku. “Shit! Buat apa elo nangis? Apa yang elo tangisi? Kegagalan elo dalam memanfaatkan gue?” Dante terlihat frustasi dan marah, marah padaku dan lebih-lebih marah pada kebodohannya atau dia mengira seperti itu. “Seorang cowok lebih baik nggak usah dicintai, atau …seperti dugaan otak bego gue kayak gitu…daripada nggak dihormati! Itu bener-bener melukai ego gue, tapi dalam kasus ini gue seenggaknya lebih beruntung daripada elo, gue punya hati, walaupun saat ini gue tersakiti tapi gue pernah merasakan mencintai…apa artinya hidup jika kamu nggak punya hati? Nggak ada gunanya Ghie…! Nggak peduli elo punya kecantikan, kepintaran dan uang, gue kasihan sama elo! Tapi gue yakin elo nggak merasakan apa-apa kan?” Aku menatap wajah Dante yang terlihat jauh berbeda sekarang, apa yang dia katakan itu tidak benar, aku ingin mematahkan apa yang dipercayainya, tapi sekali lagi aku berpikir aku tak ingin meyakinkan siapa-siapa, lebih baik buat aku dan dia untuk meneruskan kesalahpahaman ini, lebih baik dia tau bahwa aku tak pernah mencintainya, lebih baik daripada aku menerima kenyataan bahwa orang yang aku sayangi adalah orang yang manipulatif yang saat ini sedang menuduhku untuk hal yang seharusnya aku lontarkan padanya, jika dia pernah mencintaiku, dia takkan pernah menyeretku kedalam penderitaan ini. “Dante…gue berterima kasih buat banyak drama yang elo ciptain buat gue!, itu menjadikan hidup gue berwarna, gue menikmati episode drama romantis kita” aku menghapus air mataku dan cepat-cepat kutampakkan ekspresi antagonisku yang paling kejam. “Well, ada
  • 49. baiknya elo umumin ke semua orang kalo gue emang penderita anorexia, kalo gue sakit jiwa, kalo gue pemake shabu, kalo gue penggila pesta! Elo tau publisitas negatif memang selalu ada gunanya, kebetulan gue udah bosen jadi cewek manis yang nyiptain prestasi, ga ada gunanya kan semua prestasi, semua kebaikan yang pernah gue buat, kalo hanya dengan satu kesalahan kecil saja semua orang memvonis gue atas kesalahan yang nggak pernah gue buat!”Aku meraih dompetku, mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan di meja, dan pergi meninggalkan Dante. *** Aku mendapati Eve dan Niken sudah berada di kamarku ketika aku sudah tiba di rumah, sebenarnya saat ini aku sedang tidak ingin menemui siapa-siapa, yang ingin kulakukan hanyalah mengurung diri, mengasihani diri sendiri dan menggoreskan beberapa sayatan di bagian-bagian tertentu ddi tubuhku, setidaknya itu akan sedikit memberiku ketenangan. “Terima kasih karena udah jadi teman yang baik, terima kasih karena udah mau ngerepotin diri kalian buat nengokin gue, masih mau temenan sama monster sakit jiwa?” itu adalah sambutan teramah yang mampu aku ucapkan untuk dua sahabatku, aku menghempaskan diri di tempat tidur, memejamkan mata dan berharap semuanya menghilang. “Ghie, gue ngekhawatirin elo!” Suara Eve bergetar ada nada khawatir disana. Lebih baik buat aku untuk pura-pura tidak mendengarnya. “Ghie…”Aku mendengar suara Niken, dia ingin mengatakan sesuatu “Sekolah mencoret nama elo dari calon ketua OSIS, gue cuma mau bilang kalo gue yang maju buat gantiin elo, elo nggak keberatan kan?” “Ken, loe ngerusak moment! Ghie sedang dalam masalah, apa sih yang elo pikirin? Minta izin untuk hal sesepele ini, temen kita perlu ketenangan…” Aku menutup kepalaku dengan bantal aku benar-benar ingin kesunyian. “Ini penting Eve, maksud gue…masa depan sekolah juga ditentuin oleh Ketua OSIS, elo mau sekolah kita dipimpin oleh atlet basket yang lebih seneng menghasilkan keringat dilapangan untuk membanggakan sekolah dibanding orang yang punya otak yang bisa mikir ke depan?”
  • 50. “Elo insensitif! Temen kita butuh dukungan, bukan saatnya buat elo untuk mikirin hal sok idealis kayak gini, elo mau nunjukkin bahwa elo mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan kelompok? Sebenarnya elo mentingin kepentingan pribadi elo kan?” Eve mulai bicara dalam nada tinggi, mau tak mau ini mengusikku. “Apa maksud elo?” “Buka topeng elo Ken?” “Are you kidding me?” “Gue muak sama segala kemunafikan yang elo buat, gue udah nggak punya toleransi untuk ngebiarin hal ini terus berjalan! Elo pikir gue nggak tau alasan elo pacarin Pandji, si culun itu, gue tau dia bukan tipe elo, elo manfaatin kemampuan sang hacker kuper itu, kan? Elo yang nyebarin undangan wild party, setelah gossip tentang anorexia muncul di blog sekolah!supaya orang-orang beranggapan bahwa setelah gossip itu muncul, Ghie melakukan suatu cara untuk tetap mendapat simpati warga sekolah, dan cara yang dipilih adalah cara yang khas remaja, yang lebih suka hura-hura, dan … “ Aku bangkit menatap kedua temanku yang sedang saling menatap tajam, aku tak tau harus bereaksi bagaimana, aku seolah dipaksa untuk menyaksikannya saja tanpa berbuat apa- apa! “Eve, elo jangan sok baik sekarang, elo sebenarnya muak kan dengan hubungan pertemanan kayak gini, elo bosen kan terus-terusan dalam ikatan persahabatan disfungsional ini, Eve…elo yang pertama kali menduga bahwa Ghie mengidap anorexia, dan semua orang bisa menduganya dengan mudah, lihat dia, bagaimana dia? Sorry Ghie, tapi gue nggak pengen semuanya berjalan seperti rencana awal kita, elo nggak bisa bawa sekolah kita ke arah lebih baik, gue nggak bisa menaruh tanggung jawab segede ini di pundak elo, bukannya gue mengaggap remeh kemampuan elo, tapi gue juga punya kemampuan, disaat elo sibuk pacaran dengan rival kita, buat gue itu sinyal berbahaya, jadi gue mesti ngelakuin sesuatu…” “Ken…” cuma itu yang bisa kukatakan “Niken! Elo udah keterlaluan!” teriak Eve
  • 51. “Kenapa? Udah saatnya Eve!udah waktunya buat gue berontak dari pola ini, elo masih mau terintimidasi dalam persahabatan kayak gini?gue enggak!gue udah muak!gue benci diintimidasi kesempurnaan yang elo punya Ghie!” Niken menunjukku dengan pandangan berang, seolah-olah sudah lama baginya untuk menanti saat ini, “Gue benci jadi yang kedua, orang yang cuma ada di balik punggung elo Ghie! Nggak ada yang bakal nganggap gue kalo elo masih ada! Jadi sekarang gue punya kesempatan jadi yang pertama, dan gue bakal ngelakuin apapun untuk itu.” “Termasuk nusuk temen elo dari belakang?” tandas Eve “Well… Gue lebih suka dibilang pengkhianat daripada seumur hidup menjadi pecundang!” Niken meraih jaketnya dan berlalu, tinggal aku dan Eve yang terdiam, aku masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.
  • 52. Dua Belas Aku dihadapkan lagi pada kasus kepemilikan Shabu yang bukan milikku pagi ini, Miss Rani dan Kepala Sekolah, seolah memaksaku mengakuinya, dan pada saat yang tidak tepat Dante masuk sebagai pahlawan kesiangan. “Permisi, saya bisa jelaskan apa yang terjadi” Dante langsung duduk di sampingku dan aku tak sanggup menatap wajahnya. “Semua ini, kesalahpahaman, Shabu itu punya saya bu, Ghie memaksa saya untuk berhenti, dia menyita Shabu saya, dan pada saat yang tidak tepat seseorang memberikan kisikan pada pihak sekolah bahwa dalam loker salah satu siswa terdapat Shabu itu, dan kita anggap ini sebagai ketidakberuntungan untuk Ghie.”Dante mencoba menyelamatkanku dengan kebohongan. “Apa yang kamu bicarakan?”Tanya Kepala Sekolah. “Saya tidak percaya bahwa di dalam sekolah kita barang seperti ini beredar”Miss Rani terdengar shock. “Maaf, bila seandainya pihak sekolah mau membuka mata, maka akan ada banyak hal yang nggak seharusnya yang akan anda lihat.” Tandas Dante. “Dante, please, jangan coba untuk nyelamatin gue” bisikku. “Gue nggak nyelamatin elo, yang gue lakuin adalah yang seharusnya.” “Ngorbanin diri elo buat sesuatu yang diluar tanggung jawab loe, itu bukan sikap ksatria! Elo mau nyari muka?”aku tak menyangka akan mengeluarkan kata sekasar itu. “Ghie…please, loe tau loe nggak pantas menghadapi ini semua” “dan elo nggak pantas ngelakuin semua ini buat gue!”
  • 53. “Tolong jelaskan pada saya apa yang sebenarnya terjadi!” Kepala sekolah meminta dengan tegas. “Ini cuma semua jebakan! Seseorang meletakkan Shabu itu dalam loker Ghie, entah untuk alasan apa!” sambar Dante cepat sebelum aku sempat bersuara.”Seandainya anda berpikir, apa mungkin seorang siswa seperti Ghie akan melakukan hal sebodoh itu? Anda mengenal siswa kesayangan sekolah ini, seharusnya anda tidak mudah percaya pada isu ini, dan saran saya apabila seandainya anda memaksa untuk mencari pelaku sebenarnya sekarang, apa anda yakin akan melakukannya?apa anda akan membiarkan nama baik sekolah tercemar karena kasus beredarnya psikotropika di bawah hidung anda? Maaf, tapi bisa jadi ini cuma lelucon antar siswa, walaupun ini leleucon yang keterlaluan.” “Dante…”Miss Rani hendak berbicara tapi kepala sekolah menghentikannya. “Baiklah, saya rasa sebaiknya saya menutup kasus ini, kita hanya akan menganggap semuanya tidak pernah terjadi.” “Mungkin memang lebih baik bila kita berpura-pura.”tambah Miss Rani “Terima Kasih….” Dante, hendak pergi ketika akhirnya dia berhenti dan berbalik menghadap Kepala Sekolah, “saya berhenti sebagai calon ketua OSIS.” *** Aku baru saja keluar dari ruang kepala sekolah, dan sesuatu yang dingin dan lengket jatuh tepat di kepalaku, entah siapa yang dengan sengaja menjatuhkan ice cream di kepalaku, kudongakkan kepala, sekilas kulihat sekumpulan cewek terkikik-kikik di lantai dua, Aku menduga hal ini hanyalah sebuah awal, sekarang aku bukan lagi si Queen Bee. Ternyata bebas dari kemungkinan pemecatanku dari sekolah untuk di pindahkan ke sel tahanan ataupun kamar rehabilitasi rupanya hanya sedikit lebih baik, pihak sekolah, siswa- siswanya tidak semudah itu untuk memaafkanku, dari Eve yang kudengar bahwa mereka mengecapku cewek munafik parah, cewek yang cuma berkoar-koar tentang kesempurnaan sementara apa yang kulakukan adalah kebalikan dari semua kata-kataku.
  • 54. Semua kerja keras Niken untuk menjatuhkanku ternyata sangat berhasil, kupikir dia temanku, aku tak tau apa yang merubahnya menjadi seperti ini, oke baiklah, mungkin aku bukan teman yang baik, sikapku yang lebih suka berperilaku seperti manusia salju atau monster disaat- saat tertentu bisa jadi adalah alasannya untuk berbuat seperti ini. “Gue nggak nyangka cewek kayak Niken punya otak sekelas penghuni Nusa Kambangan” tiba-tiba saja Dante sudah berada di sampingku, saat ini waktu istirahat, dan aku mengurung diri di pojokan perpustakaan. “Harusnya gue perlu percaya semua omongannya, tentang…” “Kita lupain aja” potongku cepat. “Mau maafin?” Aku menatapnya, melihat tanda-tanda penyesalan, semua yang terlewati rasanya masih sangat menyakitkan, dan aku sudah terlanjur menguburkan perasaanku kepada Dante, maksudku, aku memang tidak berhenti begitu saja menyayanginya, hanya saja aku takut bila mengembalikan rasa ini seperti beberapa saat lalu, aku tidak terlalu yakin akan hal itu. Sebenarnya, segalanya bukan karena Dante, sebagian juga karena pikiran negatifku padanya, aku menuduhnya menjatuhkan aku dan dia menuduhku memanfaatkan cintanya, ini hanya kesalahpahaman yang bodoh. “Ghie…gue salah tentang elo” Dante terlihat menyesal “Elo bego ngundurin diri dari pemilihan ketua OSIS, itu hanya akan mempermudah langkah Niken” “Tapi gue nggak sependapat…” “Maksud elo?” “Niken boleh berada di atas angin sekarang, tapi bentar lagi dia bakal jatuh terpelanting, gue mungkin ngundurin diri, untuk beberapa saat dia bakal menganggap dirinya sebagai calon tunggal, tapi apa elo tau tentang calon baru kita?”Dante memasang senyum mengejekknya yang khas “Elo tau anak baru bernama Gazka?”
  • 55. “Nggak…” “Dia baru aja mencalonkan diri, dan ini bakal lebih seru, tampangnya bisa menghipnotis cewek-cewek bego satu sekolahan untuk memilih dia. Oke Ghie, jam 8 malam tunggu gue di depan rumah elo, gue mau nunjukkin elo sesuatu dan juga gue mau nebus semua yang terjadi kemaren, gue harap, kita masih bisa mengulang semuanya.”
  • 56. Tiga Belas Jam delapan kurang lima menit, aku melihat Dante sudah berada di gerbangku, nongkrong diatas skutermatik modifikasi warna orange-nya, seingatku aku tak mengiyakan ajakannya, tapi mungkin reaksi diamku dianggap sebagai sebuah persetujuan, padahal malam ini aku sudah berniat untuk menggesek kartu kreditku dan membawa pulang barang-barang yang tak terlalu yakin apakah akan aku gunakan nantinya. “Gue nggak ingat kita punya janji malam ini” aku berkata dalam nada tinggi. “Akhirnya elo kembali jadi si galak “ejeknya sambil nyengir, dan dengan cueknya dia melempar helm warna Pink yang kutaksir milik adiknya, untungnya aku bisa menangkapnya sebelum helm itu jatuh ke tanah. “Gue belum bilang setuju” protesku “Ribet bener, elo tinggal naik ke belakang gue, jangan banyak protes, dan yang penting elo mesti peluk gue, kalo nggak mau…gue bakal ngebut neh, mau nggak mau loe bakal meluk gue juga, kan?biar romantis, elo meluk gue secara sukarela aja tanpa perlu gue ngebut duluan, deal?” Dante berkata cepat dan tanpa memperdulikan tampang cemberutku, dan pada akhirnya aku duduk juga di belakangnya, ragu-ragu kupeluk pinggangnya, ingin rasanya aku menyandarkan kepalaku di punggungnya, tapi aku tak ingin membiarkan Dante terlalu senang. Udara malam terasa segar membelai pipiku dan ada perasaan yang aneh ketika aku mencium aroma Dante yang sesegar mint, beberapa hari ini aku terlalu tertekan dan tak pernah menyangka hal sesederhana ini bisa menenangkanku, kadang aku harus menghabiskan uang yang bisa menghidupi dua atau tiga keluarga selama sebulan hanya untuk sebuah sepatu atau gaun rancangan desainer untuk mendapatkan perasaan seperti ini. “Ghie…” “Hmmm…”
  • 57. “Kita masih bisa kayak dulu lagi?” Aku tak ingin menjawabnya, aku malah menyenderkan kepalaku di punggungnya dan mempererat pelukanku. *** “Aku nggak yakin kamu bakalan suka ini, dating ala ABG kebanyakan” Bisik Dante “Maksud elo? Gue nggak anggap ini dating, oke?” “Bisa nggak sih kita udahan make gue elo, aku lebih suka obrolan kita yang dulu, aku-kamu” “Dante, semuanya beda” “Kamu yang bikin beda!” “Oke sorry” Dante berhenti di taman, taman yang lebih mirip pasar malam, apakah ini yang dimaksud Dante dengan dating ala ABG kebanyakan? sebelumnya aku tidak pernah menginjakan kaki di tempat seperti ini, aku lebih suka menghabiskan waktu untuk nongkrong di café atau lounge mewah. “Kenapa aku milih tempat ini? Karena aku yakin kamu belum pernah ke tempat kayak gini” Sebelum aku sempat bertanya, Dante mencoba untuk menjawabnya, jika dia berlatih lebih keras Dante sepertinya bisa membaca jalan pikiranku. Rasanya menyenangkan, suasananya benar-benar berbeda, ceria dan penuh suka cita, aku mendengar gelak tawa anak-anak yang naik komidi putar, pandangan bangga orang tua, pasangan-pasangan yang bergandengan tangan hingga wangi arum manis yang tiba-tiba saja menyapa indra penciumanku, Dante baru saja membelikanku arum manis yang sangat besar, dan hahaha aku benar-benar ingin tertawa, ini lucu dan juga konyol dia membawakanku balon helium warna-warni dalam jumlah yang sangat banyak, aku terlalu terpesona melihat keadaan sekitarku hingga tak kusadari Dante yang tiba-tiba menghilang sampai dia muncul kembali di hadapanku.
  • 58. “Ghie, tolong pegang balon-balon ini, tapi ati-ati ya jangan sampai kamu terbang kebawa balon-balon ini, kamu kelewat ringan sih, sampe-sampe aku khawatir lho tiap kali ada angin kenceng lewat, takut kalo-kalo kamu terbang ketiup angin, hehehe” Dante menggodaku, tapi sayang ketika Dante melepas balon-balon itu, aku tidak cukup cepat untuk meraihnya, balon-balon itu beterbangan ke langit malam, aku merasa kecewa, mungkin karena aku lebih banyak melamun aku jadi tidak bisa fokus melakukan apapun, Dante memberikan senyum pengertiannya yang berarti tidak apa-apa semuanya baik-baik saja, dan dia mengacak-acak rambutku. Aku selalu menyukai cara Dante memperlakukan aku. Aku memaksakan diri tersenyum dan tak protes sedikitpun ketika Dante meraih tanganku, dan menggenggamnya, akhirnya kita jalan bergandengan tangan menyusuri malam ceria yang berhiaskan lampu warna- warni dan gelak tawa di sekeliling kami. *** Aku dan Dante berhenti di depan panggung yang menampilkan band yang memainkan lagu-lagu lama, setelah lagu yang aku tak yakin pernah kudengar sebelumnya dan tepukan tangan dari penonton yang terdiri dari orang-orang yang sudah berumur dan membawa serta anak-anak mereka usai, mereka memainkan lagu yang lain…kupikir aku aku mengenal lagu berirama ceria ini… “Sugar, Oh, Honey Honey. You are my candy girl, and you got me wanting you. Honey, Oh, Sugar, Sugar. You are my candy girl and you got me wanting you. “ “Tanpa aku duga-duga, sepasang gadis kembar imut-imut nan cantik yang kutaksir berumur sekitar lima tahun mendatangiku dan mengajakku berdansa mengikuti irama
  • 59. lagu, aku ragu-ragu untuk melakukannya, tapi senyuman penuh dukungan dari Dante membuatku menari lepas, aku tertawa-tawa penuh kegembiraan, rasanya sangat menyenangkan. “Sugar, Oh, Honey Honey. You are my candy girl, and you got me wanting you. Honey, Oh, Sugar, Sugar. You are my candy girl and you got me wanting you. Aku melihat Dante pergi, mungkin dia hendak mengambil sesuatu, aku tau dia takkan meninggalkanku, Si gadis kembar kecil tertawa-tawa kegirangan penuh keceriaan, rasanya sangat damai saat memandang senyum polos mereka, sorot mata yang penuh suka cita, renyah tawa penuh bahagia, tangan-tangan halus mereka menggenggam tanganku, halus kulit mereka tersentuh kulitku, aku menikmati malam ini, ingin sekali rasanya aku meminta pada sang waktu berhenti sejenak agar aku bisa menikmati kegembiraan ini. Seandainya bisa seandainya boleh inginku untuk terus merasakan mala mini, ingin kubawa pulang gelang tawa dan senyum polos dua bocah ini. “I just can't believe the loveliness of loving you. (I just can't believe it's true). I just can't believe the wonder of this feeling too. (I just can't believe it's true). “ Dante kembali dengan berlari-lari kecil, dia membawa kameranya yang mungkin ditinggalkannya di jok motornya, dia membawa kamera kemana-mana, selain atlet basket Dante
  • 60. juga ketua klub Fotografi di sekolah, dia memotret kami, mengabadikan kebahagiaan ini. Aku melihat Dante tersenyum, sangat manis, membuatnya semakin terlihat rupawan, aku yakin diapun merasakan kebahagiaan ini. Aku merasakan gelembung-gelembung keceriaan mengisi dadaku, ini benar-benar anugerah yang sangat indah, dan gadis-gadis kecil ini seperti peri yang dihadiahkan Tuhan kepadaku, Tuhan begitu menyayangiku, setelah aku mengalami hal-hal menyedihkan belakangan ini, akhirnya Dia memberikanku sebuah kesempatan untuk mengecap manisnya tawa.Terima Kasih. Sugar, Oh, Honey Honey. You are my candy girl, and you got me wanting you. Honey, Oh, Sugar, Sugar. You are my candy girl and you got me wanting you. When I kissed you girl, I knew how sweet a kiss could be. (I know how sweet a kiss can be) Like the summer sunshine pour your sweetness over me. (Pour your sweetness over me). Oh pour little sugar on me honey (sugar) Pour little sugar on me baby (honey honey) When you make love so sweet (Yeah Yeah Yeah.) Pour little sugar on me (oh yeah) Pour little sugar on me honey Pour little sugar on me baby I'm gonna make love so sweet (hey hey hey)
  • 61. Pour little sugar on me honey. “ “Salah satu dari si kembar melepaskan tangannya dari tanganku, dia berlari kearah Dante, aku melihat langkah-langkahnya berlari dengan malu-malu, dia menarik-narik tangan Dante, Dantepun duduk di depannya, si gadis kecil itu membisikinya sesuatu, entah apa, tapi yang pasti setelah Dante mengangguk-angguk dan si adis kecil melompat kegirangan, keduanya bergandengan tangan, datang berlari-lari kecil untuk bergabung denganku dan saudaranya, si gadis kecil yang bersamaku sejak tadi, menarik tanganku dan menggabungkannya dengan tangan Dante, dia meminta kami untuk bergandengan tangan, akhirnya kami berpegangan tangan dan membentuk lingkaran, menari-nari dan tertawa-tawa, mengikuti irama ceria lagu yang entah mengapa rasanya seperti sebuah rapalan mantera penuh keajaiban, aku merasa seperti dalam dunia dongeng yang penuh cinta dan kasih sayang. Ah sugar. Oh honey, honey. You are my candy, girl, and you got me wanting you. Oh honey (honey, honey, sugar, sugar) Sugar, sugar You are my candy girl” ***
  • 62. Lagu telah usai dan terdengar gemuruh suara tepukan tangan menggema, tak kusadari bahwa orang-orang juga memberikan tepukan tangan itu untuk kami, aku merasakan wajahku panas karena malu, aku memberikan senyuman termanisku pada orang- orang yang berdiri di sekelilingku, nyaris terhipnotis euphoria yang tengah terjadi, salah seorang anak menarik-narik tanganku, aku duduk, dia membisikanku sesuatu “terima kasih kakak cantik” dan dia mencium pipiku “mmmmuuuuuuuuaaaaahhhh” sebuah ciuman basah yang lucu, kembarannya mengikuti, dia mencium pipiku yang satu lagi, dengan sigap Dante mengabadikan moment ajaib dan lucu ini, dan sekali lagi keduanya menciumiku secara bersamaan. “Kakak secantik Putri kayak dibuku mewarnaiku” katanya lagi, aku hanya tertawa, kebahagiaan ini benar-benar menyenangkan. Sepasang orang tua melambaikan tangan, kedua anak itu segera berlari, itu kedua orangtuanya, sepasang suami istri yang serasi, perpaduan cantik tampan dengan aura penuh kasih sayang, pantas saja mereka memiliki si kembar yang seperti peri dari dunia dongeng, dengan sigap si kembar berlari, khas anak-anak, berlari dengan lompatan-lompatan gemulai, seperti tarian bidadari, setelah sampai di tempat orang tuanya mereka melambai-lambaikan tangannya, mereka berlalu, lalu Dante datang menghampiriku, dan berbisik. “Senang melihatmu tertawa lepas” Entah ada dorongan darimana, yang kutahu sekarang aku memeluk Dante dengan manja, dan Dante mencium puncak kepalaku dengan sayang. *** “Mau pulang sekarang?” Tanya Dante, aku menggeleng. Waktu menunjukkan jam 11 lewat seperempat. “Jam malammu sampe jam berapa?”tanyanya lagi. “Aku nggak pengen malam ini berakhir” Dante mengacak- acak rambutku, Dante membelikanku sekotak coklat salut strawberry dan Lollypop yang sangat besar, dia memperlakukan aku seolah aku salah satu dari si kembar.
  • 63. “Kamu mesti banyak makan yang manis-manis, biar kamu bisa tersenyum, menurutku hal-hal yang manis itu bisa membawa kegembiraan, tapi apapun yang terasa manis takkan ada artinya kalo tanpa senyummu” “Kamu gombalin aku ya?” aku memasang muka jutek sambil menggigit strawberry salut coklatku, rasanya sangat manis dan nikmat, dan tiba-tiba Dante mendaratkan ciuman singkat di pipiku, dia tersenyum jail, huh! Dasar bandel, tapi sejujurnya, itu menyenangkan. “Mau nunggu sampe jam 12? Tar ada acara kembang api loh” “Hmmmmm” lama aku menimbang “Oke kayaknya menyenangkan” Sayup-sayup aku mendengar dialog yang sangat kuhapal Noah: It's not about following your heart and it's not about keeping your promises. It's about security. Allie: What's that supposed to mean? Noah: Money. He's got a lot of money! Allie: You smug bastard. I hate you for saying that. Noah: You're bored Allie. You're bored and you know it. You wouldn't be here if there wasn't something missing. Allie: You arrogant son of a bitch. Noah: Would you just stay with me? Allie: Stay with you? What for? Look at us, we're already fightin' Noah: Well that's what we do, we fight... You tell me when I am being an arrogant son of a bitch and I tell you when you are a pain in the ass. Which you are, 99% of the time. I'm not afraid to hurt your feelings. You have like a 2 second rebound rate, then you're back doing the next pain- in-the-ass thing. Allie: So what? Noah: So it's not gonna be easy. It's gonna be really hard. We're gonna have to work at this every day, but I want to do that because I want you. I want all of you, for ever, you and me, every day. Will you do something for me, please? Just picture your life for me? 30 years from now, 40 years from now? What's it look like? If it's with him, go. Go! I lost you once, I think I can do it again. If I thought that's what you really wanted. But don't you take the easy way out. Allie: What easy way? There is no easy way, no matter what I do, somebody gets hurt.
  • 64. Noah: Would you stop thinking about what everyone wants? Stop thinking about what I want, what he wants, what your parents want. What do YOU want? What do you WANT? Allie: It's not that simple. Noah: What... do... you... want? Whaddaya want? Allie: I have to go now. Layar raksasa di depan kami sedang memutar film lawas, salah satu favorite-ku The Notebook, adegan yang baru saja terjadi adalah adegan yang menggambarkan sebuah kemarahan yang indah, sangat romantis. Apakah di dalam kehidupan nyata kemarahan bisa terlihat seindah itu? Dante menyewa tikar plastik, kami mencari posisi strategis untuk menonton, kami duduk diantara pasangan-pasangan yang terlihat sudah berkeluarga, rupanya ini bukan tempat dating favorit remaja seusia kami, ini mungkin tempat penghilang penat bagi mereka yang sudah memiliki tanggung jawab lebih, bagi mereka yang ingin mengulang masa lalu, karena yang aku lihat disini terlihat agak ketinggalan zaman, tapi memperlihatkan banyak kenangan indah. Bila ingin masa lalumu nanti menyenangkan maka kamu harus menapaki masa kinimu dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, itu yang sering kuingatkan pada diriku sendiri, tapi kadang aku malah menciptakan kecacatan-kecacatan bodoh untuk diriku sendiri, tapi malam ini, aku hanya ingin bahagia, jangan usik aku dengan hal-hal yang membuatku sedih, kataku pada otakku. “Bagaimana kalo seandainya aku jadi Allie? Bagaimana kalo seandainya aku bahkan tak bisa mengingat apapun tentang kamu?” tanyaku konyol, aku membayangkan diriku jadi si cewek dalam layar. “Aku akan melakukan yang sama kayak yang Noah lakukan.” Jawabnya santai sambil tersenyum. “Jawaban yang bagus…tapi bagaimana kalo seandainya ketika kita diharuskan untuk berpisah, aku bersama yang lain, dan kamu datang kembali, dan pada akhirnya aku tak meninggalkan orang yang tengah bersama denganku, apa yang akan kamu lakukan?” Cewek memang selalu membingungkan, memeberikan banyak pertanyaan untuk ujian, aku menyadari
  • 65. bahwa ini bukan obrolan yang ingin didengar cowok, tapi aku tetaplah seorang cewek yang ingin mengajukan pertanyaan menyebalkan. “Dengar, kalo cowok yang kayak Duke, yang diperankan James Marsden, kaya, menarik, sopan, bermasa depan cerah, dalam kehidupan nyata, takkan pernah mau dilepaskan oleh seorang cewek tak peduli masa lalunya datang lagi, apalagi masa lalu itu datang dalam keadaan seperti Noah sekarang…” “Well, ternyata kamu tau cerita film ini…”aku kagum, sangat jarang sekali seorang cowok mau menonton drama romantis, yeah dia bahkan tau nama pemerannya. “Ghie…bila seandainya aku pergi dan kamu bertemu dengan orang baru yang lebih baik daripada aku maka yang akan kulakukan hanyalah melihatmu dari jauh, dan mengikhlaskan kamu dengan…siapapun dia” Aku tak bisa berkata-kata hanya menatap matanya, aku tau ini bukan obrolan yang hanya diucapkan lidah. Dhuaaaaarrrrrr…………….Dhuuuuaaaarrrrrrr……Dhuaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrr Suara kembang api memecah malam, Dante mengajakku meninggalkan drama sedih kehidupan Noah dan Allie, kami melewatkan ending-nya, karena memilih melihat kembang api warna-warni menghias langit malam, Dante meminta seseorang untuk memotret kami berdua dengan latar kembang api. Aku memberikan senyum terbaikku pada kamera begitu juga Dante, Dan yang aku tau aku takkan pernah bisa melupakan malam ini, apapun yang terjadi. *** Malam sudah larut ketika kami mulai menyusuri jalan yang mulai sepi, aku memeluk erat Dante, menikmati kebersamaan kami, di perjalanan Dante lebih sering menggodaku dengan lelucon-lelucon konyol dan permainan-permainan kekanak-kanakannya, dia bersiul dan aku harus menebak lagu apa yang dimaksud siulannya yang tanpa nada itu, setiap kali aku salah menebak berarti aku hutang satu ciuman padanya, huh! Dasar jail! Akhirnya kami sampai di depan rumahku, rasanya malam ini begitu cepat berlalu, memang hal yang menyenangkan membuat waktu berjalan cepat dan hal menyakitkan membuat