SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
MAKALAH
“Usaha Perbaikkan Media Tanam dalam Mempertahankan Ketahanan
Pangan dalam Kondisi Fisik Jelek dan Kimia Baik”
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman III
Semester Genap Tahun 2010
Kelompok 5
Martha Christy 150110080209
Muthia Syafika Haq 150110080083
Raden Bondan E B 150110080162
Viktor 150110080167
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI F
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
BAB I
PENDAHULUAN
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media
tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal
yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang
berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar,
menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara,
misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut
kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara
tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya.
Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam
baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.
Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan
ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang
mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. 8erdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam
dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik.
BAB II
2
PEMBAHASAN
1. Pengertian tanah
Pengertian tanah dapat diartikan dalam berbagai kepentingan dan aspek, sehingga setiap
orang dapat memberikan pengertian yang beragam tergantung kepada kepentingan dan aspek
yang menjadi perhatiannya. . Dari aspek geologi, tanah dapat diartikan sebagai kulit terluar
dari permukaan bumi yang telah mengalami pelapukan. Sedang dilihat dari aspek morfologi,
tanah dapat diartikan sebagai bahan anatomi tubuh tanah. Dokuchaev, Hilgard, Marbut,
Kellog dan para ilmuwan lainnya mengajar kita untuk mengetahui sifat tanah dengan cara
mendeskripsikan sifat-sifat tanah yang membentuk tubuh tanah (solum) secara anatomis
(susunan horison, horison penciri, warna, tekstur, struktur, konsistensi, dan lain-lain).
Pengertian tanah yang berkenaan dengan produksi tanaman sering digunakan istilah
edafologi (edaphic atau edaphon = tanah yang subur tempat tumbuh tanaman, logos = ilmu),
yaitu tanah sebagai habitat atau tempat/media tumbuh bagi tanaman yang diusahakan.
Edafologi mempelajari tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia unsur hara bagi
tumbuhan. Edafologi mengidentifikasikan dan menerangkan mengapa adanya perbedaan
produktivitas, perbedaan kesesuian atau kemampuan penggunaan tanah, mengembangkan
cara-cara meningkatkan produktivitas tanah, memelihara kelestarian fungsi tanah dan
memperbaiki tanah-tanah yang rusak (Sitanala Arsyad, 2006). Edafologi dapat berfungsi
demikian, jika reaksi-reaksi tertentu dan sifat-sifat dasar tanah telah diungkapkan oleh
pedologi.
Tanah sebagai sumberdaya alam untuk pertanian mempunyai dua fungsi utama :
1) Sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan
2) Sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan.
Kedua fungsi tanah itu dapat menurun atau hilang. Dan menurunnya atau hilangnya
fungsi tanah inilah yang disebut sebagai kerusakan tanah atau degradasi tanah. Menurunnya
fungsi tanah dapat diperbaiki dengan pemupukan, sedangkan hilangnya fungsi tanah tidak
mudah diperbaiki atau diperbaharui, oleh karena memerlukan waktu lama, bisa puluhan
tahun atau bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah itu.
3
2. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat strategis dan penting. Pangan adalah
kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pangan
menjadi bagian sangat penting dari hak azasi manusia. Disamping itu ketahanan pangan
adalah bagian dari ketahanan nasional yang saat ini dinilai paling rapuh. Pembangunan
ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1996
tentang Pangan yang dirumuskannya sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi
seluruh rurnah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, arnan
dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan,
distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan
pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas,
keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi
yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh
pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang
terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan
pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan
kehalalannya. Situasi ketahanan pangan di negara kita masih lemah. Hal ini ditunjukkan
antara lain oleh: (a) jumlah penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi < 90% dari
rekomendasi 2.000 kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan (tingkat konsumsi <70 % dari
rekomendasi) masih cukup besar, yaitu masing-masing 36,85 juta dan 15,48 juta jiwa untuk
tahun 2002; (b) anak-anak balita kurang gizi masih cukup besar, yaitu 5,02 juta dan 5,12 juta
jiwa untuk tahun 2002 dan 2003 (Ali Khomsan, 2003)
Menurut Bustanul Arifin (2005) ketahanan pangan merupakan tantangan yang
mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini.
Apabila melihat Penjelasan PP 68/2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan
nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar
daerah.
4
Sejak tahun 1798 ketika Thomas Malthus memberi peringatan bahwa jumlah manusia
meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan persediaan pangan hanya
dapat meningkat secara aritmatika. Dalam perjalanan sejarah dapat dicatat berbagai peristiwa
kelaparan lokal yang kadang-kadang meluas menjadi kelaparan nasional yang sangat parah
diberbagai Negara. Permasalahan diatas adalah cirri sebuah Negara yang belum mandiri
dalam hal ketahanan pangan (Nasoetion, 2008)
Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk di dunia. Pada tahun 1930, penduduk dunia hanya 2 miliar dan 30 tahun kemudian
pada tahun 1960 baru mencapai 3 miliar. Lonjakan penduduk dunia mencapai peningkatan
yang tinggi setelah tahun 1960, hal ini dapat kita lihat dari jumlah penduduk tahun 2000an
yang mencapai kurang lebih 6 miliar orang, tentu saja dengan pertumbuhan penduduk ini
akan mengkibatkan berbagai permasalahan diantaranya kerawanan pangan. Di Indonesia
sendiri, permasalah pangan tidak dapat kita hindari, walaupun kita sering disebut sebagai
negara agararis yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Kenyataannya masih
banyak kekurangan pangan yang melanda Indonesia, hal ini seiring dengan meningkatnya
penduduk. Bahkan dua peneliti AS pernah menyampaikan bahwa pada tahun 2100, penduduk
dunia akan mengahadapi krisis pangan (Nasoetion, 2008) .Bertambahnya penduduk bukan
hanya menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju ketahanan
pangan nasional. Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman dan
lahan industri, telah menjadi ancaman dan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk
menjadi bangsa yang mandiri dalam bidang pangan.
Permasalahan yang mengahambat dalam mencapai ketahanan pangan dan menjauhkan
Indonesia dari keadaan rawan pangan adalah konversi lahan pertanian menjadi daerah
industri. Menurut Tambunan (2003) dengan semakin sempitnya lahan pertanian ini, maka
sulit untuk mengharapkan petani kita berproduksi secara optimum. Roosita (2002) dalam
Tambunan (2003) memperkirakan bahwa konversi lahan pertanian ke nonpertanian di
Indonesia akan semakin meningkat dengan rata-rata 30.000-50.000 ha per tahun, yang
diperkirakan jumlah petani gurem telah mencapai sekitar 12 juta orang.
Tabel.3 Lahan Pertanian di Beberapa Negara Asia
5
6
Negara Lahan Pertanian (ha per kapita)
1979-81 1996-1998
1. Bangladesh
2. China
3. India
4. Indonesia
5. Jepang
6. Korea Selatan
7. Malaysia
8. Pakistan
9. Filipina
10. Sri Lanka
11. Thailand
12. Vietnam
0,10
0,10
0,24
0,12
0,04
0,05
0,07
0,24
0,11
0,06
0,35
0,11
0,06
0,10
0,17
0,09
0,04
0,04
0,08
0,17
0,08
0,05
0,28
0,07
Sumber : World Bank database dalam Tambunan (2003)
Selain itu,ancaman rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia dapat disebabkan dari
kemampuan tanah yang tidak memadai untuk lahan pertanian. Banyaknya kondisi tanah yang
kurang baik di Indonesia bagi lahan pertanian menjadikan hambatan dalam melakukan
kegiatan pertanian dan tercukupinya kebutuhan pangan nasional. Untuk itu, perlunya
pengolahan tanah dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia perlu diperhatikan agar
kebutuhan pangan nasional pun dapat terpenuhi.
3. Contoh Tanah yang Memiliki sifat Fisik Jelek dan Kima Baik adalah Tanah Vertisol
Vertisols adalah tanah-tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman, bertekstur
liat dengan kandungan 30% pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm dan
didominasi jenis lempung montmorillonit. Faktor dominan yang mempengarugi
pembentukan tanah ini adalah iklim utamanya iklim kering dan batuan tanah yang kaya
terhadap kation. Oleh karena itu tanah-tanah ini ditemukan kebanyakan di NTT (0.198 juta
ha), Jawa Timur (0.96 juta ha), NTB (0.125 juta ha), Sulawesi Selatan (0.22 juta ha) dan
Jawa Tengah (0.4 juta ha).
7
a) Sifat fisik
Vertisol merupakan salah satu order tanah yang memiliki beberapa kondisi sifat fisik
yang tidak dikehendaki baik dari segi pertanian maupun teknik. Salah satu kondisi sifat fisik
tersebut adalah kemampuannya untuk mengembang dan mengerut secara intensif yang
menyebabkan tanah tersebut tidak stabil. Lempung ini sifatnya mudah membentuk rekahan
lebar dan dalam di musim kemarau dan mudah mengembang di musim hujan. Pengembangan
tanah menyebabkan tanah mudah terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat, sehingga
permeabilitas tanahnya menjadi rendah. Pengerutan tanah membentuk retakan-retakan lebar
dan dalam, yang dapat menimbulkan masalah seperti retaknya dinding bangunan-bangunan,
sarana keperluan pertanian, ataupun jalan-jalan yang dibuat di atasnya. Bagi tanaman,
pengerutan tanah dapat menghambat pertumbuhan akar, bahkan memutuskannya. Meskipun
demikian, disamping sifat-sifat fisik tersebut di atas.
Salah satu alternatif untuk memanipulasi sifat-sifat Vertisol yang tidak dikehendaki yaitu
dengan penambahan polimer hidroksi Aluminium (PHA) ke dalam tanah. Menurut Bamhisel
dan Bertsch (1989), ion Aluminium akan diikat lebih kuat oleh liat yang dapat mengembang
daripada ion lainnya dan jumlahnya di dalam tanah relatif lebih banyak serta PHA
mempunyai struktur berupa lempengan sehingga dapat menjadi agen penyemen yang sangat
baik. Dengan menggunakan mineral liat montmorillonit, diketahui bahwa PHA mampu
mengurangi dan bahkan menghilangkan daya mengembang dan mengerut mineral liat
tersebut (Keren, 1980; Hsu, 1989) Perlakuan penambahan PHA berpengaruh positif terhadap
beberapa sifat fisik tanah yang ditunjukkan oleh menurunnya secara nyata bobot isi tanah,
cenderung menurunnya nilai COLE, cenderung meningkatnya stabilitas agregat dan
meningkatnya dengan sangat nyata permeabilitas tanah. Namun demikian, perlakuan PHA
cenderung menurunkan kadar air tersedia. Selain itu, tanah jenis vertisol yang akan
digunakan sebagai lahan pertanian akan memberikan banyak masalah terutama kesuburan
yang cenderung rendah, maka solusinya adalah memperbanyak bahan organik seperti
kompos dan pupuk kandang, karena benda-benda ini akan bersifat sebagai buffer/penyangga
yang berfungsi mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah. Pengembangan
(swelling) dan (shrinkage) pada tanah lempung pada prinsipnya adalah peristiwa perubahan
volume.
8
Penyusutan tanah terjadi karena adanya penurunan kadar air akibat evaporasi pada musim
kering dan pengembangan terjadi karena adanya penambahan kadar air akibat musim hujan.
Peristiwa itu akan berlangsung sepanjang tahun seiring dengan adanya perubahan musim.
Untuk menanggulangi peristiwa kembang susut tersebut dapat dilakukan dengan mengubah
gradasi butir tanah atau menjaga kadar air dalam tanah tidak mengalami perubahan.
b) Sifat kimia
Vertisol juga memiliki beberapa sifat baik, antara lain kapasitas kation, kejenuhan basa
dan kapasitas menahan airnya yang tinggi serta dapat menjadi tempat persemaian yang baik
(Dudal, 1989). Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH
antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi
(Munir, 1996).
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai
warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga
relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir,
1996).
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup
mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang
tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang
rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa
hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat
tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam
dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan
mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas
antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air
(Lopulisa, 2004).
Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang
khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang biasa disebut topografi gilgai.
Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal (Hardjowigeno, 1993). Koloid tanah yang
9
memiliki muatan negetif besar akan dapat menjerap sejumlah besar kation. Jumlah kation
yang dapat dijerap koloid dalam bentuk dapat tukar pH tertentu disebut kapasitas tukar
kation. KTK merupakan jumlah muatan negatif persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh
kation yang muda diganti(Pairunan,dkk,1997).
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai
KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-
tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentuka besarnya KTK tanah
(Hakim,dkk,1986). Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P
merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P
kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi
tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada
kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba
menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang
megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal
yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor
(Pairunan, dkk, 1997). Pada tanah Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang
berkembang dari batuan basik tetapi rendah pada tanah yang berkembang dari bahan
vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl atau napal,
kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).
Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi. Rekasi tanah
bervariasi dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH
tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi dan Vertisol masam (pH 5,0 –
6,2) (Munir, 1996). KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan
tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang
terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan bahan
organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK yang sangat tinggi. Kation-
kation dapat tukar yang dominant adalah Ca dan Mg sdan pengaruhnya satu sama lain sangat
berkaitan dengan asal tanah (Lopulisa, 2004). Kejenuhan basa yang tinggi, KTK yang tinggi,
10
tekstur yang relative halus, permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status
hara yang tidak seimbang merupaka karakteristik Vertisol (Hardjowigeno, 1985).
3.1 Cara memperbaiki sifat fisik jelek
Begitu banyaknya petani yang mengeluh di masa sekarang ini, karena berbagai macam
persoalan, antara lain, produksi yang terus menurun, tanah tak lagi subur dan begitu
mudahnya tanaman terserang hama dan penyakit. Cara umum para petani mengatasi masalah
tersebut biasanya dengan menambah dosis pupuk, dosis insektisida yang akhirnya berujung
pada meningkatnya biaya usaha tani.Ternyata ada masalah besar yang lebih besar menanti,
dengan budidaya seperti itu-pemberian pupuk dan pestisida yang berlebihan-cenderung
mengabaikan keseimbangan ekologi sehingga kondisi fisik dan biologis tanah menjadi
terganggu. Jika cara seperti ini dilakukan terus menerus akan mengakibatkan tanah menjadi
tidak sehat, bersifat pathogen dan struktur tanah berkurang. Dan pada akhirnya akan merusak
kesehatan manusia sebagai konsumen.
Pada tahun 1980-an, Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukus, Okinawa,
Jepang telah mengadakan penelitian terhadap sekelompok mikroorganisme yang dengan
efektif dapat bermanfaat dalam memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba
yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh
tanaman. Kelompok mikroorganisme tersebut disebut dengan Effective Microorganisms
yang disingkat EM. Teknologi EM dikembangkan untuk menunjang pembangunan pertanian
ramah lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan sistem alami
yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi dan
menghasilkan bahan pangan yang bebas bahan kimia sehingga bersih dan sehat untuk di
konsumsi.
Teknologi EM yang sudah mulai akrab dengan masyarakat adalah Effective
Microorganisms-4 biasa disingkat EM-4 adalah suatu kultur campuran beberapa
mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai inokulan mikroba yang berfungsi sebagai alat
pengendali biologis. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam lingkungan hidup tanaman
sebagai penekan dan pengendali perkembangan hama dan penyakit.
11
EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam
laktat, Ragi ( yeast ), Actinomycetes dan jamur fermentasi
1. Bakteri Fotosintetik ( Rhodopseudomonas spp. )
Bakteri ini adalah mikroorganisme mandiri dan swasembada. Bakteri ini
membentuk senyawa-senyawa bermanfaat dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan
gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat
bermanfaat yang terbentuk anatara lain, asam amino asam nukleik, zat bioaktif dan gula
yang semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan. Hasil metabolisme ini dapat
langsung diserap tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain
sehingga jumlahnya terus bertambah.
2. Bakteri asam laktat ( Lactobacillus spp.)
Bakteri ini dapat mengakibatkan kemandulan ( sterilizer) oleh karena itu bakteri
ini dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan; meningkatkan
percepatan perombakan bahan organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan
selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang
ditimbulkan dari pembusukan bahan organik Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan
fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada
lahan/tanaman yang terus menerus ditanami.
3. Ragi / Yeast ( Saccharomyces spp. )
Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri
fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman. Ragi juga menghasilkan zat-zat
bioaktif seperti hormon dan enzim untuk meningkatkan jumlah sel aktif dan
perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik bakteri asam laktat dan
Actinomycetes.
4. Actinomycetes
12
Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang
dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan
bakteri. Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama
menongkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan aktivitas anti mikroba
tanah.
5. Jamur Fermentasi
Jamur fermentasi ( Aspergillus dan Penicilium ) menguraikan bahan secara cepat
untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini
membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat merugikan
dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya.
Tiap species mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing tetapi yang terpenting
adalah bakteri fotosintetik yang menjadi pelaksana kegiatan EM terpenting. Bakteri ini
disamping mendukung kegiatan mikroorganisme lainnya, ia juga memanfaatkan zat-zat yang
dihasilkan mikroorganisme lain. Secara umum manfaat Teknologi EM-4 dalam bidang
pertanian adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia tanah
2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi
3. Memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi.
4. .Menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah
Aplikasi Teknologi EM-4 EM_4 dikulturkan dalam bentuk medium cair berwarna coklat
dalam kondisi dorman. Pada saat disemprotkan ke dalam tanah atau tubuh tanaman (proses
inokulasi) EM-4 secara aktif memfermentasikan bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk
hijau, pupuk kandang dll ). Hasil fermentasi dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman,
misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat dan senyawa organik lainnya
Selain itu, EM-4 merangsang perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan tanaman;
13
melindungi tanaman dari serangan penyakit sehingga pada akhirnya dapat menyuburkan
tanah, meningkatkan produktifitas tanaman dengan biaya minimal
BAB III
PENUTUP
Media tanam adalah tempat tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara, udara dan air
bagi kebutuhan aktivitas fisiologis dan pertumbuhan tanaman. Media tanam yang lazim dan
berperan sangat luas adalah tanah. Sedangkan media tanam lainnya yang kini mulai
dikembangkan adalah larutan hara dalam media hidrofonik dan aerofonik di rumah kaca/plastik
atau growth chamber.
Kesuburan tanah sebagai media tanam sangat dipengaruhi oleh beberapa sifat tubuh tanah
(edafik) dan lingkungan tempat tumbuhnya. Sedangkan dari aspek produksi selain kedua faktor
tersebut dipengaruhi oleh sifat dan potensi genetik tanaman yang diusahakan. Dilihat dari aspek
tanah, faktor-faktor yang mempengaruhi tanah sebagai media tanaman adalah : sifat fisik, kimia
dan biologi tanah.
14
Daftar pustaka
• http://blog-indonesia.com/blog-archive-7988-43.html
• http://arie-yona.blogspot.com/2009/01/tanah-vertisol-vertisol-soil.html
• http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-vertisol/
• Dudal, R. 1989. Vertisols of subhumid and humid zones. In Management of Vertisols for
Improved Agricultural Production. Proceeding of an IBSRAM Inangular Workshop, ICRISTAT
Center, India. International Crops Research Institute for The Semi-Arid Tropics. pp.55-60.
• Djusar,Desmayanti;Wahyu Purwakusuma dan Iskandar.1997.jurnal : Aplikasi Polimer
Hidroksi Alumunium sebagai Alternatif Perbaikan Beberapa Sifat Fisik Tanah Vertisol.
• http://www.ekonomirakyat.org/index5.php
• http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/09/tantangan-menuju-ketahanan-pangan/
• http://Teknologi EM-4, Dimensi Baru Dalam Pertanian Modern.html
15
16

More Related Content

What's hot

Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Darwin Kadarisman
 
Memahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan panganMemahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan pangan
riri_hermana
 
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
Ir. Zakaria, M.M
 
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasionalKebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Herry Mulyadie
 
Keamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan PanganKeamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan Pangan
Lilik Sholeha
 

What's hot (18)

Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
 
Otonomi Daerah dan Permasalahan Ketahanan Pangan
Otonomi Daerah dan Permasalahan Ketahanan PanganOtonomi Daerah dan Permasalahan Ketahanan Pangan
Otonomi Daerah dan Permasalahan Ketahanan Pangan
 
Memahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan panganMemahami konsep sistem ketahanan pangan
Memahami konsep sistem ketahanan pangan
 
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas01 ketahanan  pangan  dan teknologi  produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
 
Biodiversitas
BiodiversitasBiodiversitas
Biodiversitas
 
Kementerian pertanian[1]
Kementerian pertanian[1]Kementerian pertanian[1]
Kementerian pertanian[1]
 
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasionalKebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
 
Ppt.konservasi tingkat spesies helvi m
Ppt.konservasi tingkat spesies helvi mPpt.konservasi tingkat spesies helvi m
Ppt.konservasi tingkat spesies helvi m
 
Ketahanan pangan
Ketahanan panganKetahanan pangan
Ketahanan pangan
 
Keamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan PanganKeamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan Pangan
 
2. modul-kestan.-20125
2. modul-kestan.-201252. modul-kestan.-20125
2. modul-kestan.-20125
 
[PRESENTASI SMAN 1 JEMBER- XII IPS 1] Implementasi pembangunan berkelanjutan
[PRESENTASI SMAN 1 JEMBER- XII IPS 1] Implementasi pembangunan berkelanjutan[PRESENTASI SMAN 1 JEMBER- XII IPS 1] Implementasi pembangunan berkelanjutan
[PRESENTASI SMAN 1 JEMBER- XII IPS 1] Implementasi pembangunan berkelanjutan
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
 
1. bakti mandala (e351170101) makalah dinpop kuota pemanenan lestari
1. bakti mandala (e351170101) makalah dinpop  kuota pemanenan lestari1. bakti mandala (e351170101) makalah dinpop  kuota pemanenan lestari
1. bakti mandala (e351170101) makalah dinpop kuota pemanenan lestari
 
Iklim dan perlindungan tanaman
Iklim dan perlindungan tanamanIklim dan perlindungan tanaman
Iklim dan perlindungan tanaman
 
Penentu agroekosistem
Penentu agroekosistemPenentu agroekosistem
Penentu agroekosistem
 
Silvika tanah
Silvika tanahSilvika tanah
Silvika tanah
 
IPS SDA tidak dapatdiperbaharui
IPS SDA tidak dapatdiperbaharuiIPS SDA tidak dapatdiperbaharui
IPS SDA tidak dapatdiperbaharui
 

Viewers also liked

Ketahanan nasional
Ketahanan nasionalKetahanan nasional
Ketahanan nasional
Jemi22
 
Bab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan hamBab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan ham
goodminer
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Belum Kerja
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Nugroho Ariwibowo
 
Pkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusiPkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusi
Rahma Sheilla
 
Presentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi IndonesiaPresentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi Indonesia
'kopral Jontit
 
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
Lisca Ardiwinata
 

Viewers also liked (16)

Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Ketahanan nasional
Ketahanan nasionalKetahanan nasional
Ketahanan nasional
 
Bab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan hamBab vi negara hukum dan ham
Bab vi negara hukum dan ham
 
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
Lembaga-lembaga negara (Piyantoro dan inddra kurniawan)
 
Makalah aspk hukum
Makalah aspk hukumMakalah aspk hukum
Makalah aspk hukum
 
negara hukum dan ham
negara hukum dan hamnegara hukum dan ham
negara hukum dan ham
 
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
Makalah perbandingan kedudukan dan kewenangan lembaga legislatif dan yudikati...
 
Pkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusiPkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusi
 
Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan NasionalPendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Pendidikan Kadeham - Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
Negara dan Konstitusi
Negara dan KonstitusiNegara dan Konstitusi
Negara dan Konstitusi
 
Makalah hukum dan Ham
Makalah hukum dan HamMakalah hukum dan Ham
Makalah hukum dan Ham
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
 
Presentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi IndonesiaPresentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi Indonesia
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
 

Similar to Makalah_31 Makalah diskusi 1 fisik jelek kimia baik gbngan

364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
johan effendi
 
Pengembangan lingkungan terhadap Ketahanan Pangan
Pengembangan lingkungan terhadap Ketahanan PanganPengembangan lingkungan terhadap Ketahanan Pangan
Pengembangan lingkungan terhadap Ketahanan Pangan
Enchink Qw
 
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
f' yagami
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
rizky hadi
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
AGROTEKNOLOGI
 

Similar to Makalah_31 Makalah diskusi 1 fisik jelek kimia baik gbngan (20)

Lahan
LahanLahan
Lahan
 
364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
364823191-ppt-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
 
Ilmu alamiah dasar bab 5
Ilmu alamiah dasar bab 5Ilmu alamiah dasar bab 5
Ilmu alamiah dasar bab 5
 
392497896-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
392497896-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx392497896-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
392497896-Ketahanan-Pangan-Industri-Dan-Energi.pptx
 
BAB 4 KETAHANAN PANGAN, INDUSTRI, dan ENERGI.pdf
BAB 4 KETAHANAN PANGAN, INDUSTRI, dan ENERGI.pdfBAB 4 KETAHANAN PANGAN, INDUSTRI, dan ENERGI.pdf
BAB 4 KETAHANAN PANGAN, INDUSTRI, dan ENERGI.pdf
 
Pengembangan lingkungan terhadap Ketahanan Pangan
Pengembangan lingkungan terhadap Ketahanan PanganPengembangan lingkungan terhadap Ketahanan Pangan
Pengembangan lingkungan terhadap Ketahanan Pangan
 
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan ...
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
 
BIOLOGI
BIOLOGIBIOLOGI
BIOLOGI
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Materi perkuliahan dpt2015 edit
Materi perkuliahan dpt2015 editMateri perkuliahan dpt2015 edit
Materi perkuliahan dpt2015 edit
 
alam sekitar
alam sekitar alam sekitar
alam sekitar
 
Bitranet edisi 44
Bitranet edisi 44Bitranet edisi 44
Bitranet edisi 44
 
PPT Ekologi: Fauna Tanah
PPT Ekologi: Fauna TanahPPT Ekologi: Fauna Tanah
PPT Ekologi: Fauna Tanah
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
 
Makanan dan Pertanian.pptx
Makanan dan Pertanian.pptxMakanan dan Pertanian.pptx
Makanan dan Pertanian.pptx
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiMakalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
 

More from Bondan the Planter of Palm Oil

Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Bondan the Planter of Palm Oil
 

More from Bondan the Planter of Palm Oil (20)

Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptxStruktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 

Makalah_31 Makalah diskusi 1 fisik jelek kimia baik gbngan

  • 1. MAKALAH “Usaha Perbaikkan Media Tanam dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan dalam Kondisi Fisik Jelek dan Kimia Baik” Disusun untuk memenuhi mata kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman III Semester Genap Tahun 2010 Kelompok 5 Martha Christy 150110080209 Muthia Syafika Haq 150110080083 Raden Bondan E B 150110080162 Viktor 150110080167 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI F FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. 8erdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik. BAB II 2
  • 3. PEMBAHASAN 1. Pengertian tanah Pengertian tanah dapat diartikan dalam berbagai kepentingan dan aspek, sehingga setiap orang dapat memberikan pengertian yang beragam tergantung kepada kepentingan dan aspek yang menjadi perhatiannya. . Dari aspek geologi, tanah dapat diartikan sebagai kulit terluar dari permukaan bumi yang telah mengalami pelapukan. Sedang dilihat dari aspek morfologi, tanah dapat diartikan sebagai bahan anatomi tubuh tanah. Dokuchaev, Hilgard, Marbut, Kellog dan para ilmuwan lainnya mengajar kita untuk mengetahui sifat tanah dengan cara mendeskripsikan sifat-sifat tanah yang membentuk tubuh tanah (solum) secara anatomis (susunan horison, horison penciri, warna, tekstur, struktur, konsistensi, dan lain-lain). Pengertian tanah yang berkenaan dengan produksi tanaman sering digunakan istilah edafologi (edaphic atau edaphon = tanah yang subur tempat tumbuh tanaman, logos = ilmu), yaitu tanah sebagai habitat atau tempat/media tumbuh bagi tanaman yang diusahakan. Edafologi mempelajari tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia unsur hara bagi tumbuhan. Edafologi mengidentifikasikan dan menerangkan mengapa adanya perbedaan produktivitas, perbedaan kesesuian atau kemampuan penggunaan tanah, mengembangkan cara-cara meningkatkan produktivitas tanah, memelihara kelestarian fungsi tanah dan memperbaiki tanah-tanah yang rusak (Sitanala Arsyad, 2006). Edafologi dapat berfungsi demikian, jika reaksi-reaksi tertentu dan sifat-sifat dasar tanah telah diungkapkan oleh pedologi. Tanah sebagai sumberdaya alam untuk pertanian mempunyai dua fungsi utama : 1) Sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan 2) Sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan. Kedua fungsi tanah itu dapat menurun atau hilang. Dan menurunnya atau hilangnya fungsi tanah inilah yang disebut sebagai kerusakan tanah atau degradasi tanah. Menurunnya fungsi tanah dapat diperbaiki dengan pemupukan, sedangkan hilangnya fungsi tanah tidak mudah diperbaiki atau diperbaharui, oleh karena memerlukan waktu lama, bisa puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah itu. 3
  • 4. 2. Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat strategis dan penting. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pangan menjadi bagian sangat penting dari hak azasi manusia. Disamping itu ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional yang saat ini dinilai paling rapuh. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan yang dirumuskannya sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rurnah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, arnan dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya. Situasi ketahanan pangan di negara kita masih lemah. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh: (a) jumlah penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi < 90% dari rekomendasi 2.000 kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan (tingkat konsumsi <70 % dari rekomendasi) masih cukup besar, yaitu masing-masing 36,85 juta dan 15,48 juta jiwa untuk tahun 2002; (b) anak-anak balita kurang gizi masih cukup besar, yaitu 5,02 juta dan 5,12 juta jiwa untuk tahun 2002 dan 2003 (Ali Khomsan, 2003) Menurut Bustanul Arifin (2005) ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat Penjelasan PP 68/2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah. 4
  • 5. Sejak tahun 1798 ketika Thomas Malthus memberi peringatan bahwa jumlah manusia meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika. Dalam perjalanan sejarah dapat dicatat berbagai peristiwa kelaparan lokal yang kadang-kadang meluas menjadi kelaparan nasional yang sangat parah diberbagai Negara. Permasalahan diatas adalah cirri sebuah Negara yang belum mandiri dalam hal ketahanan pangan (Nasoetion, 2008) Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Pada tahun 1930, penduduk dunia hanya 2 miliar dan 30 tahun kemudian pada tahun 1960 baru mencapai 3 miliar. Lonjakan penduduk dunia mencapai peningkatan yang tinggi setelah tahun 1960, hal ini dapat kita lihat dari jumlah penduduk tahun 2000an yang mencapai kurang lebih 6 miliar orang, tentu saja dengan pertumbuhan penduduk ini akan mengkibatkan berbagai permasalahan diantaranya kerawanan pangan. Di Indonesia sendiri, permasalah pangan tidak dapat kita hindari, walaupun kita sering disebut sebagai negara agararis yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Kenyataannya masih banyak kekurangan pangan yang melanda Indonesia, hal ini seiring dengan meningkatnya penduduk. Bahkan dua peneliti AS pernah menyampaikan bahwa pada tahun 2100, penduduk dunia akan mengahadapi krisis pangan (Nasoetion, 2008) .Bertambahnya penduduk bukan hanya menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju ketahanan pangan nasional. Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman dan lahan industri, telah menjadi ancaman dan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri dalam bidang pangan. Permasalahan yang mengahambat dalam mencapai ketahanan pangan dan menjauhkan Indonesia dari keadaan rawan pangan adalah konversi lahan pertanian menjadi daerah industri. Menurut Tambunan (2003) dengan semakin sempitnya lahan pertanian ini, maka sulit untuk mengharapkan petani kita berproduksi secara optimum. Roosita (2002) dalam Tambunan (2003) memperkirakan bahwa konversi lahan pertanian ke nonpertanian di Indonesia akan semakin meningkat dengan rata-rata 30.000-50.000 ha per tahun, yang diperkirakan jumlah petani gurem telah mencapai sekitar 12 juta orang. Tabel.3 Lahan Pertanian di Beberapa Negara Asia 5
  • 6. 6 Negara Lahan Pertanian (ha per kapita) 1979-81 1996-1998 1. Bangladesh 2. China 3. India 4. Indonesia 5. Jepang 6. Korea Selatan 7. Malaysia 8. Pakistan 9. Filipina 10. Sri Lanka 11. Thailand 12. Vietnam 0,10 0,10 0,24 0,12 0,04 0,05 0,07 0,24 0,11 0,06 0,35 0,11 0,06 0,10 0,17 0,09 0,04 0,04 0,08 0,17 0,08 0,05 0,28 0,07
  • 7. Sumber : World Bank database dalam Tambunan (2003) Selain itu,ancaman rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia dapat disebabkan dari kemampuan tanah yang tidak memadai untuk lahan pertanian. Banyaknya kondisi tanah yang kurang baik di Indonesia bagi lahan pertanian menjadikan hambatan dalam melakukan kegiatan pertanian dan tercukupinya kebutuhan pangan nasional. Untuk itu, perlunya pengolahan tanah dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia perlu diperhatikan agar kebutuhan pangan nasional pun dapat terpenuhi. 3. Contoh Tanah yang Memiliki sifat Fisik Jelek dan Kima Baik adalah Tanah Vertisol Vertisols adalah tanah-tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman, bertekstur liat dengan kandungan 30% pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm dan didominasi jenis lempung montmorillonit. Faktor dominan yang mempengarugi pembentukan tanah ini adalah iklim utamanya iklim kering dan batuan tanah yang kaya terhadap kation. Oleh karena itu tanah-tanah ini ditemukan kebanyakan di NTT (0.198 juta ha), Jawa Timur (0.96 juta ha), NTB (0.125 juta ha), Sulawesi Selatan (0.22 juta ha) dan Jawa Tengah (0.4 juta ha). 7
  • 8. a) Sifat fisik Vertisol merupakan salah satu order tanah yang memiliki beberapa kondisi sifat fisik yang tidak dikehendaki baik dari segi pertanian maupun teknik. Salah satu kondisi sifat fisik tersebut adalah kemampuannya untuk mengembang dan mengerut secara intensif yang menyebabkan tanah tersebut tidak stabil. Lempung ini sifatnya mudah membentuk rekahan lebar dan dalam di musim kemarau dan mudah mengembang di musim hujan. Pengembangan tanah menyebabkan tanah mudah terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat, sehingga permeabilitas tanahnya menjadi rendah. Pengerutan tanah membentuk retakan-retakan lebar dan dalam, yang dapat menimbulkan masalah seperti retaknya dinding bangunan-bangunan, sarana keperluan pertanian, ataupun jalan-jalan yang dibuat di atasnya. Bagi tanaman, pengerutan tanah dapat menghambat pertumbuhan akar, bahkan memutuskannya. Meskipun demikian, disamping sifat-sifat fisik tersebut di atas. Salah satu alternatif untuk memanipulasi sifat-sifat Vertisol yang tidak dikehendaki yaitu dengan penambahan polimer hidroksi Aluminium (PHA) ke dalam tanah. Menurut Bamhisel dan Bertsch (1989), ion Aluminium akan diikat lebih kuat oleh liat yang dapat mengembang daripada ion lainnya dan jumlahnya di dalam tanah relatif lebih banyak serta PHA mempunyai struktur berupa lempengan sehingga dapat menjadi agen penyemen yang sangat baik. Dengan menggunakan mineral liat montmorillonit, diketahui bahwa PHA mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan daya mengembang dan mengerut mineral liat tersebut (Keren, 1980; Hsu, 1989) Perlakuan penambahan PHA berpengaruh positif terhadap beberapa sifat fisik tanah yang ditunjukkan oleh menurunnya secara nyata bobot isi tanah, cenderung menurunnya nilai COLE, cenderung meningkatnya stabilitas agregat dan meningkatnya dengan sangat nyata permeabilitas tanah. Namun demikian, perlakuan PHA cenderung menurunkan kadar air tersedia. Selain itu, tanah jenis vertisol yang akan digunakan sebagai lahan pertanian akan memberikan banyak masalah terutama kesuburan yang cenderung rendah, maka solusinya adalah memperbanyak bahan organik seperti kompos dan pupuk kandang, karena benda-benda ini akan bersifat sebagai buffer/penyangga yang berfungsi mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah. Pengembangan (swelling) dan (shrinkage) pada tanah lempung pada prinsipnya adalah peristiwa perubahan volume. 8
  • 9. Penyusutan tanah terjadi karena adanya penurunan kadar air akibat evaporasi pada musim kering dan pengembangan terjadi karena adanya penambahan kadar air akibat musim hujan. Peristiwa itu akan berlangsung sepanjang tahun seiring dengan adanya perubahan musim. Untuk menanggulangi peristiwa kembang susut tersebut dapat dilakukan dengan mengubah gradasi butir tanah atau menjaga kadar air dalam tanah tidak mengalami perubahan. b) Sifat kimia Vertisol juga memiliki beberapa sifat baik, antara lain kapasitas kation, kejenuhan basa dan kapasitas menahan airnya yang tinggi serta dapat menjadi tempat persemaian yang baik (Dudal, 1989). Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir, 1996). Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996). Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004). Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang biasa disebut topografi gilgai. Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal (Hardjowigeno, 1993). Koloid tanah yang 9
  • 10. memiliki muatan negetif besar akan dapat menjerap sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat dijerap koloid dalam bentuk dapat tukar pH tertentu disebut kapasitas tukar kation. KTK merupakan jumlah muatan negatif persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh kation yang muda diganti(Pairunan,dkk,1997). Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah- tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentuka besarnya KTK tanah (Hakim,dkk,1986). Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996). Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997). Pada tanah Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang berkembang dari batuan basik tetapi rendah pada tanah yang berkembang dari bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979). Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi. Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi dan Vertisol masam (pH 5,0 – 6,2) (Munir, 1996). KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK yang sangat tinggi. Kation- kation dapat tukar yang dominant adalah Ca dan Mg sdan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah (Lopulisa, 2004). Kejenuhan basa yang tinggi, KTK yang tinggi, 10
  • 11. tekstur yang relative halus, permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak seimbang merupaka karakteristik Vertisol (Hardjowigeno, 1985). 3.1 Cara memperbaiki sifat fisik jelek Begitu banyaknya petani yang mengeluh di masa sekarang ini, karena berbagai macam persoalan, antara lain, produksi yang terus menurun, tanah tak lagi subur dan begitu mudahnya tanaman terserang hama dan penyakit. Cara umum para petani mengatasi masalah tersebut biasanya dengan menambah dosis pupuk, dosis insektisida yang akhirnya berujung pada meningkatnya biaya usaha tani.Ternyata ada masalah besar yang lebih besar menanti, dengan budidaya seperti itu-pemberian pupuk dan pestisida yang berlebihan-cenderung mengabaikan keseimbangan ekologi sehingga kondisi fisik dan biologis tanah menjadi terganggu. Jika cara seperti ini dilakukan terus menerus akan mengakibatkan tanah menjadi tidak sehat, bersifat pathogen dan struktur tanah berkurang. Dan pada akhirnya akan merusak kesehatan manusia sebagai konsumen. Pada tahun 1980-an, Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukus, Okinawa, Jepang telah mengadakan penelitian terhadap sekelompok mikroorganisme yang dengan efektif dapat bermanfaat dalam memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Kelompok mikroorganisme tersebut disebut dengan Effective Microorganisms yang disingkat EM. Teknologi EM dikembangkan untuk menunjang pembangunan pertanian ramah lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan sistem alami yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi dan menghasilkan bahan pangan yang bebas bahan kimia sehingga bersih dan sehat untuk di konsumsi. Teknologi EM yang sudah mulai akrab dengan masyarakat adalah Effective Microorganisms-4 biasa disingkat EM-4 adalah suatu kultur campuran beberapa mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai inokulan mikroba yang berfungsi sebagai alat pengendali biologis. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam lingkungan hidup tanaman sebagai penekan dan pengendali perkembangan hama dan penyakit. 11
  • 12. EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, Ragi ( yeast ), Actinomycetes dan jamur fermentasi 1. Bakteri Fotosintetik ( Rhodopseudomonas spp. ) Bakteri ini adalah mikroorganisme mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa bermanfaat dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat yang terbentuk anatara lain, asam amino asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan. Hasil metabolisme ini dapat langsung diserap tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah. 2. Bakteri asam laktat ( Lactobacillus spp.) Bakteri ini dapat mengakibatkan kemandulan ( sterilizer) oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan; meningkatkan percepatan perombakan bahan organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/tanaman yang terus menerus ditanami. 3. Ragi / Yeast ( Saccharomyces spp. ) Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman. Ragi juga menghasilkan zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim untuk meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik bakteri asam laktat dan Actinomycetes. 4. Actinomycetes 12
  • 13. Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan bakteri. Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama menongkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah. 5. Jamur Fermentasi Jamur fermentasi ( Aspergillus dan Penicilium ) menguraikan bahan secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya. Tiap species mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang menjadi pelaksana kegiatan EM terpenting. Bakteri ini disamping mendukung kegiatan mikroorganisme lainnya, ia juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan mikroorganisme lain. Secara umum manfaat Teknologi EM-4 dalam bidang pertanian adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia tanah 2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi 3. Memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi. 4. .Menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian berwawasan lingkungan. 5. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah Aplikasi Teknologi EM-4 EM_4 dikulturkan dalam bentuk medium cair berwarna coklat dalam kondisi dorman. Pada saat disemprotkan ke dalam tanah atau tubuh tanaman (proses inokulasi) EM-4 secara aktif memfermentasikan bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang dll ). Hasil fermentasi dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman, misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat dan senyawa organik lainnya Selain itu, EM-4 merangsang perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan tanaman; 13
  • 14. melindungi tanaman dari serangan penyakit sehingga pada akhirnya dapat menyuburkan tanah, meningkatkan produktifitas tanaman dengan biaya minimal BAB III PENUTUP Media tanam adalah tempat tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara, udara dan air bagi kebutuhan aktivitas fisiologis dan pertumbuhan tanaman. Media tanam yang lazim dan berperan sangat luas adalah tanah. Sedangkan media tanam lainnya yang kini mulai dikembangkan adalah larutan hara dalam media hidrofonik dan aerofonik di rumah kaca/plastik atau growth chamber. Kesuburan tanah sebagai media tanam sangat dipengaruhi oleh beberapa sifat tubuh tanah (edafik) dan lingkungan tempat tumbuhnya. Sedangkan dari aspek produksi selain kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh sifat dan potensi genetik tanaman yang diusahakan. Dilihat dari aspek tanah, faktor-faktor yang mempengaruhi tanah sebagai media tanaman adalah : sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 14
  • 15. Daftar pustaka • http://blog-indonesia.com/blog-archive-7988-43.html • http://arie-yona.blogspot.com/2009/01/tanah-vertisol-vertisol-soil.html • http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-vertisol/ • Dudal, R. 1989. Vertisols of subhumid and humid zones. In Management of Vertisols for Improved Agricultural Production. Proceeding of an IBSRAM Inangular Workshop, ICRISTAT Center, India. International Crops Research Institute for The Semi-Arid Tropics. pp.55-60. • Djusar,Desmayanti;Wahyu Purwakusuma dan Iskandar.1997.jurnal : Aplikasi Polimer Hidroksi Alumunium sebagai Alternatif Perbaikan Beberapa Sifat Fisik Tanah Vertisol. • http://www.ekonomirakyat.org/index5.php • http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/09/tantangan-menuju-ketahanan-pangan/ • http://Teknologi EM-4, Dimensi Baru Dalam Pertanian Modern.html 15
  • 16. 16