SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Kesehatan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini
bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif
(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang
kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor
perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors),
adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga
12
13
variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan
keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah
faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di
dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana,
transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah
faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga
disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan.
Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan
sebagainya) (Notoadmojo, 1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi diluar
objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam
tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat
non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku
14
manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi
daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap
situasi dan rangsangan dari luar.
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior). Pada dasarnya
pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
15
sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.
2. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam
konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
16
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003).
2.1.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial
(Notoadmojo, 1993).
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon
(secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap
17
mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan
sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman
yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah
sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.
Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan
tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta
tekanan dari kelompok sosialnya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat,
tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (responding)
18
Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau
kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula
sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-
syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
19
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang
membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).
Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula
menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau
binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya.
Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa
dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi
secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu
yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan
atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud
pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat
20
hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan
kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan
sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari
dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua
pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia
tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu
dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek
tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap
sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita
harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan
mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap
tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut
(Purwanto, 1999).
2.1.3. Tindakan
Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang
memungkinkan (Notoadmojo, 1993).
Tindakan terdiri dari empat tindakan, yaitu :
21
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat
tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
2.2. Ibu Nifas
Menurut Prawiharjo (2002), masa nifas (Pueporium) adalah dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Menurut Obstetri Wiliam, masa nifas adalah masa segera setelah
kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali
ke keadaan tidak hamil yang normal (Yeyeh A R, 2010).
Selama masa nifas, tubuh mengeluarkan darah nifas yang mengandung
trombosit, sel-sel generatif, sel-sel nekrosis atau sel mati dan sel endometrium sisa.
Ada yang darah nifasnya cepat berhenti, ada pula yang darah nifasnya masih keluar
22
melewati masa 40 hari. Cepat atau lambat, darah nifas harus lancar mengalir keluar.
Bila tidak, misal, karena tertutupnya mulut rahim sehingga bisa terjadi infeksi.
Defenisi lainnya masa nifas adalah masa pembersihan rahim, ketika jaringan sisa-sisa
plasenta dan dinding rahim dikeluarkan oleh tubuh.
Meskipun perdarahan nifas berlangsung singkat, sebaiknya tetap menganggap
masa nifas belum selesai. Masa nifas tetap saja sebaiknya berlangsung selama 40
hari, baik ibu yang melahirkan normal atau sesar. Sebab, meskipun gejala nifasnya
sudah berlalu, belum tentu rahimnya sudah kembali ke posisi semula.
Masa nifas merupakan rangkaian setelah proses persalinan yang dilalui oleh
seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang harus difahami antara lain:
1. Puerperium dini, yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang
lamanya 6-8 minggu .
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat dan
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
2.2.1 Asuhan Nifas Normal
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta penyediaan pelayanan pemberian
ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2011).
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu ,bayi dan
keluarganya secara fisiologis,emosional dan sosial. Baik di Negara maju maupun di
23
Negara berkembang perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada
masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan justru kebalikannya, oleh karena
risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca
persalinan.
Pada masa pascapersalinan, seorang ibu memerlukan
- Nutrisi
- Pemberian ASI dan perawatan bayi
- Kesehatan pribadi, higiene dan masa penyembuhan
- Kontrasepsi dan kehidupan seksual
2.2.2 Kebijakan Nasional Program Nifas
Selama ibu berada dalam masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus
melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir,
untuk mencegah, mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi (Ai Yeyeh R, 2010).
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada seorang ibu dalam masa
nifas harus melakukan beberapa hal yang bergantung dari kondisi ibu sesuai dengan
tahapan perkembangan antara lain dalam literature Saifuddin (2006) :
a) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atoni uteri;
Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir;
Memberikan kapsul vitamin A setelah 24 jam persalinan.
24
b) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involunsi berjalan
normal; Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat;
Memastikan ibu menyusui dengan baik.
c) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan),sama seperti diatas
d) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): Menanyakan pada ibu penyulit
yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB dini.
2.2.3. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pasa masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25 %, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI. Ibu nifas memerlukan nutrisi dan
cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta
untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
5. Mengkonsumsi 2 kali kapsul vitamin A 200.000 .
25
Seorang ibu dalam masa nifas akan mempersiapkan dirinya untuk masa menyusui
selama 6 bulan kedepan. Kebutuhan nutrisi ibu yang akan memberikan ASI lebih
tinggi dari kebutuhan ibu selama masa pregnancy (kehamilan). Intake akan
digunakan untuk sekresi susu, energy, protein dan sintesis susu. Jika nutrisi kurang
pada masa laktasi maka volume ASI pun menjadi menurun, komposisi nutrisi dan
imunitas substances juga akan berkurang (Mitayani, 2010).
2.2.4 Air Susu Ibu (ASI)
Pemberian ASI pada bayi baru lahir akan memberikan banyak manfaat, baik
untuk ibu dan bayi. ASI merupakan makanan paling sesuai untuk bayi baru lahir,
termasuk bayi premature. ASI memiliki keuntungan-keuntungan zat gizi yang tinggi,
imunologi dan fisiologi dibandingkan dengan susu formula komersial ataupun susu
lainnya. Komposisi Air Susu Ibu masing-masing berbeda, colostrums berbeda dengan
susu matang, susu premature berbeda dengan susu ibu. Kandungan gizi paling
sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Air Susu Ibu (ASI ) mengandung 280 internasional unit (UI) vitamin A dan
colostrums mengandung sejumlah dua kali. Susu sapi mengandung hanya 18 UI yang
memiliki banyak manfaat bagi bayi.Selain vitamin A, ASI juga mengandung berbagai
macam vitamin dan zat mikronukrien (Yeyeh A R, 2010).
2.3. Pengertian Vitamin A
Vitamin Adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting
dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin mempunyai peran sangat penting
dalam metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Jika
26
manusia, hewan dan ataupun makhluk hidup lain tanpa asupan vitamin tidak akan
dapat melakukan aktivitas hidup dengan baik, kekurangan vitamin menyebabkan
tubuh kita mudah terkena penyakit. Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna
kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak.Dalam makanan vitami n A
biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil,yaitu terikat pada asam lemak rantai
panjang. ( Almatsier, 2003 ).
Menurut Krauses’s (1992) dalam Hadju ( 1997) , vitamin A adalah istilah
yang digunakan untuk menerangkan seluruh retinal yang mempunyai aktivitas biologi
dari all-trans retinal. Vitamin A, suatu alkohol kristal yang berwarna kuning muda,
dinamakan retinal berdasarkan fungsi spesifiknya dalam retina mata. Bentuk yang
aktif secara biologi dari vitamin A adalah yang berhubungan dengan aldehyde
(retinal) dan asam (asam retinoat). Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam
lemak adalah istilah umum bagi beberapa campuran kimia yang sejenis. Campuran
tersebut terdapat kalau bukan sebagai vitamin A dalam bentuk retinal, adalah sebagai
provitamin dalam zat warna karotenoid tanaman. Oleh karena bahan tesebut dapat
dirubah menjadi vitamin A dalam tubuh, jumlah pendahuluannya atau provitamin A
dalam pangan dinyatakan sebagai nilai vitamin A.
2.3.1. Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu preformed vitamin
A atau retinal yang hanya terkandung dalam bahan makanan hewani serta merupakan
vitamin A yang aktif. Dan prekursor vitamin A atau vitamin A yang dalam tubuh
diubah menjadi vitamin A aktif yang terkandung dalam bahan makanan nabati
(Sedioetama, 1999).
27
Dalam bahan makanan terdapat vitamin A dalam bentuk karoten sebagai ester
dari vitamin A dan vitamin A bebas. Keaktifan biologis karoten jauh lebih rendah
dibandingkan dengan vitamin A bagi masyarakat di negara sedang berkembang, maka
absorpsi dan ketersediaan karoten perlu diketahui. Vitamin A tidak dapat disintesa
dalam tubuh. vitamin A biasanya didapatkan dari makanan sehari-hari sebagai
vitamin A (Preformed vitamin A). atau sebagai karoten (provitamin A) atau
campuran dari keduanya. Sumber-sumber vitamin A dalam makanan terdiri dari :
a. Nabati
Provitamin A biasanya dalam bentuk beta karoten ditemukan dalam pangan
seperti jagung kuning, wortel, labu, semangka, tomat, sayuran berdaun hijau tua,
beberapa jenis ceri dan berbagi buah yang dagingnya berwarna kuning dan jingga.
Beberapa buah yang terdapat di Asia Tenggara yang menyediakan vitamin A adalah
mangga dan pepaya. Sayuran berdaun hijau tua merupakan sumber Vitamin A yang
lebih baik daripada sayuran berwarna muda (Suhardjo dkk, 1986).
Pada sayuran hijau yang berwarna tua, warna kuning atau jingga pigmen
karotenoid tidak dapat dilihat karena pigmen tersebut diliputi hijau daun pada
tanaman tersebut. Daun hijau tua dari banyak tanaman yang biasanya tidak dimakan
teratur seperti akar dan buahnya, merupakan sumber yang kaya akan nilai Vitamin A.
Penggunaan lebih banyak daun yang empuk seperti daun singkong, kacang polong,
labu, semangka, ubi jalar dan daun pepaya harus digalakkan.
b. Hewani
Dalam bahan makanan hewani sumber vitamin A biasanya terdapat dalam
bentuk retinal seperti susu, mentega, keju, kuning telur dan hati serta berbagai jenis
28
ikan yang tinggi kandungan lemaknya. Lemak binatang dan lemak jenuh mempunyai
kemampuan lebih besar untuk melarutkan vitamin A daripada lemak tidak jenuh atau
lemak nabati.
c. Makanan Hasil fortifikasi
Sumber vitamin A dari hasil fortifikasi adalah margarine, susu, kental manis,
susu bubuk, makanan bayi (bubur).
Tabel 2.1. Nilai Vitamin A berbagai bahan makanan (Retinol Ekivalen (RE) /100g)
No Bahan Makanan RE No Bahan Makanan RE
1 Hati Sapi 13170 15 Daun Katuk 3111
2 Kuning Telur Bebek 861 16 Sawi 1940
3 Kuning Telur ayam 600 17 Kangkung 1890
4 Ayam 243 18 Bayam 1827
5 Ginjal 345 19 Ubi Jalar 2310
6 Ikan sarden (kaleng) 250 20 Mentega 1287
7 Minyak Ikan 24000 21 Margarin 600
8 Minyak Hati ikan 1800 22 Susu bubuk 471
9 Wortel 3600 23 Keju 225
10 Daun Singkong 3300 24 Susu Kental Manis 153
11 Daun Pepaya 5475 25 Semangka 177
12 Daun Lamtoro 5340 26 Mangga 1900
13 Daun Tales 3118 27 Pisang raja 285
14 Daun Melinjo 3000 28 Tomat 450
Sumber. Daftar Analisi Bahan Makanan,FKUI,1992 (Almatsier, 2003)
2.3.2. Fungsi vitamin A
Vitamin A yang disebut juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu:
membantu mata menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya dari terang ke
gelap, mencegah kekeringan selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva,
mencegah terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot
29
sampai kebutaan, menjaga kesehatan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan,
saluran kemih dan saluran pencernaan terhadap masuknya bakteri dan virus,
membantu pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi, membantu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan, pembelahan sel, diferensiasi sel,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan yang dapat
menetralisir radikal bebas penyebab kerusakan sel dan jaringan.
2.3.3 Angka Kecukupan Vitamin A
Kekurangan maupun kelebihan dalam asupan vitamin A dapat memunculkan
resiko yang merugikan kesehatan. Karenanya angka kecukupan vitamin A yang
ditetapkan adalah vitamin A yang harus didapatkan setiap hari untuk
mempertahankan status vitamin A pada level atau tingkat yang memuaskan atau
cukup, tingkat konsentrasi vitamin A yang cukup dalam hati adalah 20 µg/berat
basah. Tanda-tanda klinis dari defesiensi vitamin A akan muncul jika cadangannya
tak berarti lagi. Hal itu hanya terjadi bilamana rata-rata asupan harian vitamin A
sangat rendah untuk jangka waktu lama. Orang yang mempunyai tingkat vitamin A
yang cukup dalam hatinya, tidak akan menunjukkan tanda-tanda difesiensi walaupun
mereka tidak mempunyai asupan vitamin A untuk jangka waktu sekitar tiga bulan .
Tabel 2.2.Kecukupan Vitamin A Yang Dianjurkan (orang/hari)
No Golongan umur Vitamin
A (RE)
No Golongan umur Vitamin
A (RE)
ANAK-ANAK IBU HAMIL
1 0-6 bulan 375 9 Tri sem I 300
2 7-12 bulan 400 10 Tri semester II-III 300
3 1-5 tahun 400- 450 IBU MELAHIRKAN
30
4 6-9 tahun 450-500 11 6 bln pertama +350
WANITA 12 6 bln kedua +350
6 10-18 tahun 600 PRIA
7 19-64 tahun 500 13 10-64 tahun 600
8 65+ tahun 500 14 65+ tahun 600
Sumber: Widya Nasional Pangan dan Gizi (Almatsier, 2003)
2.3.4 Epidemiologi Defisiensi Vitamin A
Penyebab defisiensi vitamin A bisa sangat kompleks, dan tergantung pada
jenis serta jumlah vitamin dan provitamin yang dicerna dan tergantung pada
penyerapan, pengangkutan dan kapasitas penyimpanan dan kebutuhan metabolik
individu. Nampaknya keadaan penyakit yang tidak saling berkaitan dapat mengubah
setiap faktor ini secara dramatis dan pada gilirannya mengubah keseimbangan
vitamin A pada individu.
Penyebab dan kontribusi setiap faktor ini dapat bervariasi dari suatu
masyarakat ke masyarakat lainnya menyebabkan pola epidemiologi yang berbeda
dalam hal usia, jenis kelamin, musim, jumlah orang yang terkena dan proporsi relatif
kasus dengan dan tanpa xeropthalmia serta keterlibatan kornea. Namun pada
umumnya defisiensi vitamin A yang penting secara klinis yang menyebabkan
peningkatan mortalitas atau kebutaan adalah terutama merupakan penyakit anak-anak
kecil, kebanyakan dari mereka berasal dari masyarakat pedesaan yang miskin dan
perkampungan kumuh di kota.
1. Usia
Anak-anak dilahirkan dengan cadangan vitamin A yang terbatas, dan bila
seorang ibu kekurangan vitamin A maka simpanan pada bayi yang baru lahir akan
lebih sedikit lagi. Kolostrum dan air susu ibu yang awal adalah sumber vitamin A
31
pekat. Selama 0-6 bulan pertama kehidupan, kebanyakan bayi hampir sepenuhnya
tergantung pada vitamin A yang terdapat pada air susu ibu yang siap diserap. Bila
seorang ibu menderita defisiensi vitamin A maka jumlah vitamin A yang terdapat
dalam air susunya juga turun. Anak yang disapih sering kurang beruntung terutama
bila anak tersebut menerima susu formula tidak difortifikasi yang memang rendah
vitamin A atau susu murni yang terlalu diencerkan dengan air. Setelah 4-6 bulan
kehidupan, seorang anak memerlukan makanan tambahan dengan makanan kaya
vitamin atau provitamin A. Karena berbagai macam alasan terutama karena
ketidaktahuan,pilihan,biaya, atau tidak tersedia maka makanan ini tidak dikonsumsi
dalam jumlah yang cukup.
Walaupun rata-rata mortalitas untuk anak pra-sekolah yang lebih besar dan
anak usia sekolah yang lebih muda adalah rendah dibandingkan dengan rata-rata
untuk tahun pertama atau tahun kedua kehidupan, status vitamin A dapat mempunyai
pengaruh lebih besar terhadap angka mortalitas anak yang lebih tua dibanding anak
yang lebih muda.
2. Jenis kelamin
Anak laki-laki sering lebih beresiko lebih tinggi terhadap xeropthalmia (rabun
senja dan bercak bitot) dibanding anak perempuan. Namun, pada kebanyakan
masyarakat atau kebudayaan, risiko kebutaan, risiko kebutaan xeropthalmia yang
berat (ulserasi kornea dan keratomalasia) sama pada kedua jenis kelamin; perbaikan
status vitamin A umumnya sama-sama menurunkan mortalitas kedua jenis kelamin.
3. Musim.
32
Xeropthalmia terjadi lebih merata pada waktu-waktu tertentu sepanjang tahun,
pola ini ditentukan oleh keparahan dan keterkaitan bersama macam-macam faktor
yang mengganggu status vitamin A. sebagai contoh, pada banyak daerah di dunia,
sumber vitamin A dan makanan keseluruhan cadangannya sedikit pada musim panas
dan kering, dan campak serta diare sering terjadi. Campak adalah faktor musiman
yang penting, mencetuskan sebanyak 25-50 % kasus kebutaan xeropthalmia di Asia
dan bahkan lebih banyak di Afrika. Campak dikatakan penyakit yang paling sering
menyebabkan kebutaan pada masa anak-anak, sebagian besar kebutaan masa anak-
anak disebabkan dekompensasi status vitamin A yang diinduksi oleh campak .
2.4. Pemberian Kapsul Vitamin A
Suplementasi Vitamin A adalah program intervensi pemberian kapsul vitamin
A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas yang bertujuan selain untuk mencegah
kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan vitamin A (KVA) yang masih cukup
tinggi. Suplementasi Vitamin A dapat diperoleh di sarana pelayanan kesehatan
seperti: Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Poskesdes, Polindes,
Posyandu, dokter, bidan praktek swasta, dukun bersalin terlatih.
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) terbukti efektif untuk
mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80
%). Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua
minggu. Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan
sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
Adapun sasaran pemberian kapsul vitamin A yaitu :
1. Anak-anak umur 1-5 tahun (anak Balita)
33
Diberikan kapsul vitamin A tiap 6 bulan dalam setahun dengan dosis 200.000
SI secara oral yaitu pada Bulan Februari dan Agustus.
2. Ibu nifas
Ibu nifas juga diberikan kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 SI sehingga
bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Untuk keamanan
kapsul diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Adapun yang harus
diperhatikan dalam pemberian kapsul vitamin A dosis 200.000 SI yaitu tidak
diberikan kepada bayi umur 0-12 bulan dan ibu hamil, karena merupakan
kontraindikasi. Jika setelah 24 jam ibu nifas belum memperoleh kapsul Vitamin A,
maka dapat diberikan pada:
• Kunjungan nifas yang pertama (KN1) yaitu 6-48 jam setelah persalinan.
• Kunjungan nifas yang kedua (KN2) pada 3-7 hari setelah persalinan.
• Kunjungan nifas yang ketiga (KN3) pada 8-28 hari setelah persalinan.
Departemen Kesehatan RI, melalui program suplementasi kapsul vitamin A,
menyediakan kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 IU bewarna merah untuk ibu
nifas. 1 (satu) kapsul lagi diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam. ditambah
pemberian makanan yang mengandung vitamin A setiap hari akan menjamin
kecukupan vitamin A ibu nifas selama menyusui dan bayinya. Upaya peningkatan
konsumsi makanan kaya vitamin A ternyata merupakan cara yang paling sesuai untuk
jangka panjang. Sekarang ini, pemberian kapsul vitamin A dipilih sebagai cara yang
mudah, murah dan cepat untuk menjamin agar ibu nifas di Indonesia tidak menderita
kekurangan vitamin A.
34
Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk
mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini
adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah
Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A
didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan
Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu
melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan
membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2000 ).
Periode pemberian kapsul vitamin A diberikan dalam bulan Februari dan
Agustus. Pemberian secara bersamaan ini mempunyai beberapa keuntungan :
a. Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk pencatatan
dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal pemberian yang sama.
b. Memudahkan dalam upaya penggerakan masyarakat karena kampanye dapat
dilakukan secara nasional disamping secara spesifik daerah.
c. Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio,
barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi dan
disebarluaskan oleh tingkat pusat.
d. Dalam rangka hari proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan yang dapat
digunakan untuk mempromosikan vitamin A, termasuk pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi (Depkes RI, 1996).
2.4.1 Efek Samping dari Penggunaan Kapsul Vitamin A
Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam
waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A
35
banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar
tulang-tulang yang panjang, kulit kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi
dalam 2 tingkat :
a. Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun – 5 tahun mengkonsumsi
lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan menderita mual, sakit kepala
dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat terjadi pada
balita < 1 tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari – 2 hari.
1) Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau
pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar
karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2 hari.
2) Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan pengobatan
simptomatis.
b. Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita mengkonsumsi > 25.000 IU
tiap hari selama > 3 bulan atau beberapa tahun baik yang berasal dari makanan
maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya terjadi pada orang
dewasa. Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan anoreksia, kulit
kering, gatal-gatal serta kemerahan di kulit, peningkatan intracranial, bibir pecah-
pecah, tungkai dan lengan lemah dan bengkak.Pengobatannya sama dengan
hipervitaminosis A akut.
36
2.5. Kerangka Konsep
1.Predisposing
-Umur
-Paritas
-Pekerjaan
-Pendidikan
-Pengetahuan
-Sikap
Tindakan ibu nifas
Dalam mengkonsumsi
kapsul vitamin A
2.Enabling
-Ketersediaan Kapsul vitamin
A
-Akses pelayanan kesehatan
37
Keterangan
Untuk mengungkap gambaran perilaku ibu nifas, maka kerangka konsep yang
digunakan adalah menurut teori Green (1980), bahwa faktor predisposing yang
meliputi umur ibu, paritas, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu
dan juga faktor enabling meliputi tempat pelayanan kesehatan, akses pelayanan
kesehatan serta faktor reinforsing dimana petugas kesehatan, keluarga juga teman
responden akan dapat mempengaruhi tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul
vitamin A.
3.Reinforcing
- Petugas kesehatan
- Keluarga
-Teman

More Related Content

What's hot

Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"
Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"
Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"
vidyatiara
 
Tugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanTugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi Pendidikan
IIKCASIKIN
 
Aliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristikAliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristik
Uzi Ilman
 
Psikologi Pembelajaran
Psikologi PembelajaranPsikologi Pembelajaran
Psikologi Pembelajaran
Rinisutopo
 
Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2
Uwes Chaeruman
 
Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1
Uwes Chaeruman
 
Sifat umum manusia
Sifat umum manusiaSifat umum manusia
Sifat umum manusia
umitasanee
 
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi SosialMakalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Anis Qurli
 
Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002
Shamil Damai
 

What's hot (18)

New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
 
Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"
Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"
Kelompok 9, " PSIKOLOGI SOSIAL SIKAP"
 
Teori sikap
Teori sikapTeori sikap
Teori sikap
 
Tugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanTugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi Pendidikan
 
Aliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristikAliran psikologi behavioristik
Aliran psikologi behavioristik
 
Psikologi Pembelajaran
Psikologi PembelajaranPsikologi Pembelajaran
Psikologi Pembelajaran
 
Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2
 
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy SumiharsonoMateri Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
 
Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1Psikologi modul 1 kb 1
Psikologi modul 1 kb 1
 
Sifat umum manusia
Sifat umum manusiaSifat umum manusia
Sifat umum manusia
 
Psikologi Behavioristik
Psikologi BehavioristikPsikologi Behavioristik
Psikologi Behavioristik
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi SosialMakalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
Makalah metode penelitian dalam Psikologi Sosial
 
Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002
 
Persepsi Lingkungan Dan Kognisi Lingkungan (Psikologi Lingkungan) oleh GustiG...
Persepsi Lingkungan Dan Kognisi Lingkungan (Psikologi Lingkungan) oleh GustiG...Persepsi Lingkungan Dan Kognisi Lingkungan (Psikologi Lingkungan) oleh GustiG...
Persepsi Lingkungan Dan Kognisi Lingkungan (Psikologi Lingkungan) oleh GustiG...
 
Persepsi
PersepsiPersepsi
Persepsi
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristik
 
Tinjauan Pustaka
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
 

Viewers also liked

-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
Dentimaressa
 
Speciella relativitetsteorin
Speciella relativitetsteorinSpeciella relativitetsteorin
Speciella relativitetsteorin
Håkan Elderstig
 
Elevaktiv formativ bedömning ppt
Elevaktiv formativ bedömning pptElevaktiv formativ bedömning ppt
Elevaktiv formativ bedömning ppt
Håkan Elderstig
 
Informare cisper cluj cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...
Informare cisper cluj   cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...Informare cisper cluj   cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...
Informare cisper cluj cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...
Amare Phrala - Fratii Nostri
 
Escultures, Abans i ara, Aquí i allà
Escultures, Abans i ara, Aquí i allàEscultures, Abans i ara, Aquí i allà
Escultures, Abans i ara, Aquí i allà
susaut
 

Viewers also liked (20)

-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 
Kti tentang ispa
Kti tentang ispaKti tentang ispa
Kti tentang ispa
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANFAAT KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUS...
 
35820427 karya-tulis-ilmiah
35820427 karya-tulis-ilmiah35820427 karya-tulis-ilmiah
35820427 karya-tulis-ilmiah
 
Midterm exam (grade 7 literature (edited)
Midterm exam (grade 7 literature (edited)Midterm exam (grade 7 literature (edited)
Midterm exam (grade 7 literature (edited)
 
Speciella relativitetsteorin
Speciella relativitetsteorinSpeciella relativitetsteorin
Speciella relativitetsteorin
 
Prezentacja B2B - SuperPrezenty
Prezentacja B2B - SuperPrezentyPrezentacja B2B - SuperPrezenty
Prezentacja B2B - SuperPrezenty
 
Elevaktiv formativ bedömning ppt
Elevaktiv formativ bedömning pptElevaktiv formativ bedömning ppt
Elevaktiv formativ bedömning ppt
 
Como ayudar a la víctima y prevención del abuso sexual
Como ayudar a la víctima y prevención del abuso sexualComo ayudar a la víctima y prevención del abuso sexual
Como ayudar a la víctima y prevención del abuso sexual
 
Informare cisper cluj cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...
Informare cisper cluj   cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...Informare cisper cluj   cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...
Informare cisper cluj cursuri in desfasurare formare cameraman-fotoreporter...
 
Formular aplicare pentru experti amare phrala
Formular aplicare pentru experti   amare phralaFormular aplicare pentru experti   amare phrala
Formular aplicare pentru experti amare phrala
 
2011 Subaru Tribeca For Sale Near Manchester NH | Singer Subaru
2011 Subaru Tribeca For Sale Near Manchester NH | Singer Subaru2011 Subaru Tribeca For Sale Near Manchester NH | Singer Subaru
2011 Subaru Tribeca For Sale Near Manchester NH | Singer Subaru
 
Motion deck - Launch48
Motion deck - Launch48Motion deck - Launch48
Motion deck - Launch48
 
Key note lathund förhandsvisning
Key note lathund förhandsvisningKey note lathund förhandsvisning
Key note lathund förhandsvisning
 
When the faith rubber meets the road mile 3
When the faith rubber meets the road   mile 3When the faith rubber meets the road   mile 3
When the faith rubber meets the road mile 3
 
Shanthi celebrity advertising indian visual media.
Shanthi celebrity advertising indian visual media.Shanthi celebrity advertising indian visual media.
Shanthi celebrity advertising indian visual media.
 
Swot Analysis
Swot AnalysisSwot Analysis
Swot Analysis
 
Main photo-album
Main photo-albumMain photo-album
Main photo-album
 
Escultures, Abans i ara, Aquí i allà
Escultures, Abans i ara, Aquí i allàEscultures, Abans i ara, Aquí i allà
Escultures, Abans i ara, Aquí i allà
 
Segelbåtskonstruktioner
SegelbåtskonstruktionerSegelbåtskonstruktioner
Segelbåtskonstruktioner
 

Similar to Bab ii

ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptx
HeyyPutt
 
Makalah psikologi kep
Makalah psikologi kepMakalah psikologi kep
Makalah psikologi kep
Daya Rahmat
 
Rangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialRangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosial
Fuad Nasir
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Amalia Annisa
 

Similar to Bab ii (20)

Perilaku
PerilakuPerilaku
Perilaku
 
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
 
ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptx
 
pembentukan sikap dan tingkah laku
pembentukan sikap dan tingkah lakupembentukan sikap dan tingkah laku
pembentukan sikap dan tingkah laku
 
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah LakuPembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
 
Makalah psikologi kep
Makalah psikologi kepMakalah psikologi kep
Makalah psikologi kep
 
Tentang Sikap
Tentang SikapTentang Sikap
Tentang Sikap
 
PERTEMUAN 8.pptx
PERTEMUAN 8.pptxPERTEMUAN 8.pptx
PERTEMUAN 8.pptx
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Rangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialRangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosial
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
psikologi pendidikan
psikologi pendidikan psikologi pendidikan
psikologi pendidikan
 
Pengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihanPengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihan
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Konsep Belajar
Konsep BelajarKonsep Belajar
Konsep Belajar
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
 
Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2Landasan psikologi pendidikan 2
Landasan psikologi pendidikan 2
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
 

Bab ii

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga 12
  • 2. 13 variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoadmojo, 1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi diluar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan. 2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku
  • 3. 14 manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya. 3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar. 2.1.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: 1. Tahu (know) Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
  • 4. 15 sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan. 2. Pemahaman (Comprehension) Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (Synthesis)
  • 5. 16 Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003). 2.1.2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari- hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 1993). Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap
  • 6. 17 mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu : a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (responding)
  • 7. 18 Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Ciri-ciri sikap adalah : 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat- syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
  • 8. 19 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa. 4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999). Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni : 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat
  • 9. 20 hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999). 2.1.3. Tindakan Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoadmojo, 1993). Tindakan terdiri dari empat tindakan, yaitu :
  • 10. 21 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon Terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adopsi (adoption) Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.2. Ibu Nifas Menurut Prawiharjo (2002), masa nifas (Pueporium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Menurut Obstetri Wiliam, masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Yeyeh A R, 2010). Selama masa nifas, tubuh mengeluarkan darah nifas yang mengandung trombosit, sel-sel generatif, sel-sel nekrosis atau sel mati dan sel endometrium sisa. Ada yang darah nifasnya cepat berhenti, ada pula yang darah nifasnya masih keluar
  • 11. 22 melewati masa 40 hari. Cepat atau lambat, darah nifas harus lancar mengalir keluar. Bila tidak, misal, karena tertutupnya mulut rahim sehingga bisa terjadi infeksi. Defenisi lainnya masa nifas adalah masa pembersihan rahim, ketika jaringan sisa-sisa plasenta dan dinding rahim dikeluarkan oleh tubuh. Meskipun perdarahan nifas berlangsung singkat, sebaiknya tetap menganggap masa nifas belum selesai. Masa nifas tetap saja sebaiknya berlangsung selama 40 hari, baik ibu yang melahirkan normal atau sesar. Sebab, meskipun gejala nifasnya sudah berlalu, belum tentu rahimnya sudah kembali ke posisi semula. Masa nifas merupakan rangkaian setelah proses persalinan yang dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang harus difahami antara lain: 1. Puerperium dini, yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu . 3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat dan terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. 2.2.1 Asuhan Nifas Normal Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2011). Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu ,bayi dan keluarganya secara fisiologis,emosional dan sosial. Baik di Negara maju maupun di
  • 12. 23 Negara berkembang perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan justru kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Pada masa pascapersalinan, seorang ibu memerlukan - Nutrisi - Pemberian ASI dan perawatan bayi - Kesehatan pribadi, higiene dan masa penyembuhan - Kontrasepsi dan kehidupan seksual 2.2.2 Kebijakan Nasional Program Nifas Selama ibu berada dalam masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Ai Yeyeh R, 2010). Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada seorang ibu dalam masa nifas harus melakukan beberapa hal yang bergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangan antara lain dalam literature Saifuddin (2006) : a) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atoni uteri; Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; Memberikan kapsul vitamin A setelah 24 jam persalinan.
  • 13. 24 b) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involunsi berjalan normal; Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat; Memastikan ibu menyusui dengan baik. c) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan),sama seperti diatas d) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): Menanyakan pada ibu penyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB dini. 2.2.3. Kebutuhan Nutrisi Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pasa masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25 %, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI. Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut: 1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari 2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral 3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari 4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum 5. Mengkonsumsi 2 kali kapsul vitamin A 200.000 .
  • 14. 25 Seorang ibu dalam masa nifas akan mempersiapkan dirinya untuk masa menyusui selama 6 bulan kedepan. Kebutuhan nutrisi ibu yang akan memberikan ASI lebih tinggi dari kebutuhan ibu selama masa pregnancy (kehamilan). Intake akan digunakan untuk sekresi susu, energy, protein dan sintesis susu. Jika nutrisi kurang pada masa laktasi maka volume ASI pun menjadi menurun, komposisi nutrisi dan imunitas substances juga akan berkurang (Mitayani, 2010). 2.2.4 Air Susu Ibu (ASI) Pemberian ASI pada bayi baru lahir akan memberikan banyak manfaat, baik untuk ibu dan bayi. ASI merupakan makanan paling sesuai untuk bayi baru lahir, termasuk bayi premature. ASI memiliki keuntungan-keuntungan zat gizi yang tinggi, imunologi dan fisiologi dibandingkan dengan susu formula komersial ataupun susu lainnya. Komposisi Air Susu Ibu masing-masing berbeda, colostrums berbeda dengan susu matang, susu premature berbeda dengan susu ibu. Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI ) mengandung 280 internasional unit (UI) vitamin A dan colostrums mengandung sejumlah dua kali. Susu sapi mengandung hanya 18 UI yang memiliki banyak manfaat bagi bayi.Selain vitamin A, ASI juga mengandung berbagai macam vitamin dan zat mikronukrien (Yeyeh A R, 2010). 2.3. Pengertian Vitamin A Vitamin Adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin mempunyai peran sangat penting dalam metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Jika
  • 15. 26 manusia, hewan dan ataupun makhluk hidup lain tanpa asupan vitamin tidak akan dapat melakukan aktivitas hidup dengan baik, kekurangan vitamin menyebabkan tubuh kita mudah terkena penyakit. Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak.Dalam makanan vitami n A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil,yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. ( Almatsier, 2003 ). Menurut Krauses’s (1992) dalam Hadju ( 1997) , vitamin A adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan seluruh retinal yang mempunyai aktivitas biologi dari all-trans retinal. Vitamin A, suatu alkohol kristal yang berwarna kuning muda, dinamakan retinal berdasarkan fungsi spesifiknya dalam retina mata. Bentuk yang aktif secara biologi dari vitamin A adalah yang berhubungan dengan aldehyde (retinal) dan asam (asam retinoat). Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak adalah istilah umum bagi beberapa campuran kimia yang sejenis. Campuran tersebut terdapat kalau bukan sebagai vitamin A dalam bentuk retinal, adalah sebagai provitamin dalam zat warna karotenoid tanaman. Oleh karena bahan tesebut dapat dirubah menjadi vitamin A dalam tubuh, jumlah pendahuluannya atau provitamin A dalam pangan dinyatakan sebagai nilai vitamin A. 2.3.1. Sumber Vitamin A Sumber vitamin A dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu preformed vitamin A atau retinal yang hanya terkandung dalam bahan makanan hewani serta merupakan vitamin A yang aktif. Dan prekursor vitamin A atau vitamin A yang dalam tubuh diubah menjadi vitamin A aktif yang terkandung dalam bahan makanan nabati (Sedioetama, 1999).
  • 16. 27 Dalam bahan makanan terdapat vitamin A dalam bentuk karoten sebagai ester dari vitamin A dan vitamin A bebas. Keaktifan biologis karoten jauh lebih rendah dibandingkan dengan vitamin A bagi masyarakat di negara sedang berkembang, maka absorpsi dan ketersediaan karoten perlu diketahui. Vitamin A tidak dapat disintesa dalam tubuh. vitamin A biasanya didapatkan dari makanan sehari-hari sebagai vitamin A (Preformed vitamin A). atau sebagai karoten (provitamin A) atau campuran dari keduanya. Sumber-sumber vitamin A dalam makanan terdiri dari : a. Nabati Provitamin A biasanya dalam bentuk beta karoten ditemukan dalam pangan seperti jagung kuning, wortel, labu, semangka, tomat, sayuran berdaun hijau tua, beberapa jenis ceri dan berbagi buah yang dagingnya berwarna kuning dan jingga. Beberapa buah yang terdapat di Asia Tenggara yang menyediakan vitamin A adalah mangga dan pepaya. Sayuran berdaun hijau tua merupakan sumber Vitamin A yang lebih baik daripada sayuran berwarna muda (Suhardjo dkk, 1986). Pada sayuran hijau yang berwarna tua, warna kuning atau jingga pigmen karotenoid tidak dapat dilihat karena pigmen tersebut diliputi hijau daun pada tanaman tersebut. Daun hijau tua dari banyak tanaman yang biasanya tidak dimakan teratur seperti akar dan buahnya, merupakan sumber yang kaya akan nilai Vitamin A. Penggunaan lebih banyak daun yang empuk seperti daun singkong, kacang polong, labu, semangka, ubi jalar dan daun pepaya harus digalakkan. b. Hewani Dalam bahan makanan hewani sumber vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk retinal seperti susu, mentega, keju, kuning telur dan hati serta berbagai jenis
  • 17. 28 ikan yang tinggi kandungan lemaknya. Lemak binatang dan lemak jenuh mempunyai kemampuan lebih besar untuk melarutkan vitamin A daripada lemak tidak jenuh atau lemak nabati. c. Makanan Hasil fortifikasi Sumber vitamin A dari hasil fortifikasi adalah margarine, susu, kental manis, susu bubuk, makanan bayi (bubur). Tabel 2.1. Nilai Vitamin A berbagai bahan makanan (Retinol Ekivalen (RE) /100g) No Bahan Makanan RE No Bahan Makanan RE 1 Hati Sapi 13170 15 Daun Katuk 3111 2 Kuning Telur Bebek 861 16 Sawi 1940 3 Kuning Telur ayam 600 17 Kangkung 1890 4 Ayam 243 18 Bayam 1827 5 Ginjal 345 19 Ubi Jalar 2310 6 Ikan sarden (kaleng) 250 20 Mentega 1287 7 Minyak Ikan 24000 21 Margarin 600 8 Minyak Hati ikan 1800 22 Susu bubuk 471 9 Wortel 3600 23 Keju 225 10 Daun Singkong 3300 24 Susu Kental Manis 153 11 Daun Pepaya 5475 25 Semangka 177 12 Daun Lamtoro 5340 26 Mangga 1900 13 Daun Tales 3118 27 Pisang raja 285 14 Daun Melinjo 3000 28 Tomat 450 Sumber. Daftar Analisi Bahan Makanan,FKUI,1992 (Almatsier, 2003) 2.3.2. Fungsi vitamin A Vitamin A yang disebut juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu: membantu mata menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya dari terang ke gelap, mencegah kekeringan selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva, mencegah terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot
  • 18. 29 sampai kebutaan, menjaga kesehatan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan, saluran kemih dan saluran pencernaan terhadap masuknya bakteri dan virus, membantu pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi, membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, pembelahan sel, diferensiasi sel, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas penyebab kerusakan sel dan jaringan. 2.3.3 Angka Kecukupan Vitamin A Kekurangan maupun kelebihan dalam asupan vitamin A dapat memunculkan resiko yang merugikan kesehatan. Karenanya angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan adalah vitamin A yang harus didapatkan setiap hari untuk mempertahankan status vitamin A pada level atau tingkat yang memuaskan atau cukup, tingkat konsentrasi vitamin A yang cukup dalam hati adalah 20 µg/berat basah. Tanda-tanda klinis dari defesiensi vitamin A akan muncul jika cadangannya tak berarti lagi. Hal itu hanya terjadi bilamana rata-rata asupan harian vitamin A sangat rendah untuk jangka waktu lama. Orang yang mempunyai tingkat vitamin A yang cukup dalam hatinya, tidak akan menunjukkan tanda-tanda difesiensi walaupun mereka tidak mempunyai asupan vitamin A untuk jangka waktu sekitar tiga bulan . Tabel 2.2.Kecukupan Vitamin A Yang Dianjurkan (orang/hari) No Golongan umur Vitamin A (RE) No Golongan umur Vitamin A (RE) ANAK-ANAK IBU HAMIL 1 0-6 bulan 375 9 Tri sem I 300 2 7-12 bulan 400 10 Tri semester II-III 300 3 1-5 tahun 400- 450 IBU MELAHIRKAN
  • 19. 30 4 6-9 tahun 450-500 11 6 bln pertama +350 WANITA 12 6 bln kedua +350 6 10-18 tahun 600 PRIA 7 19-64 tahun 500 13 10-64 tahun 600 8 65+ tahun 500 14 65+ tahun 600 Sumber: Widya Nasional Pangan dan Gizi (Almatsier, 2003) 2.3.4 Epidemiologi Defisiensi Vitamin A Penyebab defisiensi vitamin A bisa sangat kompleks, dan tergantung pada jenis serta jumlah vitamin dan provitamin yang dicerna dan tergantung pada penyerapan, pengangkutan dan kapasitas penyimpanan dan kebutuhan metabolik individu. Nampaknya keadaan penyakit yang tidak saling berkaitan dapat mengubah setiap faktor ini secara dramatis dan pada gilirannya mengubah keseimbangan vitamin A pada individu. Penyebab dan kontribusi setiap faktor ini dapat bervariasi dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya menyebabkan pola epidemiologi yang berbeda dalam hal usia, jenis kelamin, musim, jumlah orang yang terkena dan proporsi relatif kasus dengan dan tanpa xeropthalmia serta keterlibatan kornea. Namun pada umumnya defisiensi vitamin A yang penting secara klinis yang menyebabkan peningkatan mortalitas atau kebutaan adalah terutama merupakan penyakit anak-anak kecil, kebanyakan dari mereka berasal dari masyarakat pedesaan yang miskin dan perkampungan kumuh di kota. 1. Usia Anak-anak dilahirkan dengan cadangan vitamin A yang terbatas, dan bila seorang ibu kekurangan vitamin A maka simpanan pada bayi yang baru lahir akan lebih sedikit lagi. Kolostrum dan air susu ibu yang awal adalah sumber vitamin A
  • 20. 31 pekat. Selama 0-6 bulan pertama kehidupan, kebanyakan bayi hampir sepenuhnya tergantung pada vitamin A yang terdapat pada air susu ibu yang siap diserap. Bila seorang ibu menderita defisiensi vitamin A maka jumlah vitamin A yang terdapat dalam air susunya juga turun. Anak yang disapih sering kurang beruntung terutama bila anak tersebut menerima susu formula tidak difortifikasi yang memang rendah vitamin A atau susu murni yang terlalu diencerkan dengan air. Setelah 4-6 bulan kehidupan, seorang anak memerlukan makanan tambahan dengan makanan kaya vitamin atau provitamin A. Karena berbagai macam alasan terutama karena ketidaktahuan,pilihan,biaya, atau tidak tersedia maka makanan ini tidak dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Walaupun rata-rata mortalitas untuk anak pra-sekolah yang lebih besar dan anak usia sekolah yang lebih muda adalah rendah dibandingkan dengan rata-rata untuk tahun pertama atau tahun kedua kehidupan, status vitamin A dapat mempunyai pengaruh lebih besar terhadap angka mortalitas anak yang lebih tua dibanding anak yang lebih muda. 2. Jenis kelamin Anak laki-laki sering lebih beresiko lebih tinggi terhadap xeropthalmia (rabun senja dan bercak bitot) dibanding anak perempuan. Namun, pada kebanyakan masyarakat atau kebudayaan, risiko kebutaan, risiko kebutaan xeropthalmia yang berat (ulserasi kornea dan keratomalasia) sama pada kedua jenis kelamin; perbaikan status vitamin A umumnya sama-sama menurunkan mortalitas kedua jenis kelamin. 3. Musim.
  • 21. 32 Xeropthalmia terjadi lebih merata pada waktu-waktu tertentu sepanjang tahun, pola ini ditentukan oleh keparahan dan keterkaitan bersama macam-macam faktor yang mengganggu status vitamin A. sebagai contoh, pada banyak daerah di dunia, sumber vitamin A dan makanan keseluruhan cadangannya sedikit pada musim panas dan kering, dan campak serta diare sering terjadi. Campak adalah faktor musiman yang penting, mencetuskan sebanyak 25-50 % kasus kebutaan xeropthalmia di Asia dan bahkan lebih banyak di Afrika. Campak dikatakan penyakit yang paling sering menyebabkan kebutaan pada masa anak-anak, sebagian besar kebutaan masa anak- anak disebabkan dekompensasi status vitamin A yang diinduksi oleh campak . 2.4. Pemberian Kapsul Vitamin A Suplementasi Vitamin A adalah program intervensi pemberian kapsul vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas yang bertujuan selain untuk mencegah kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan vitamin A (KVA) yang masih cukup tinggi. Suplementasi Vitamin A dapat diperoleh di sarana pelayanan kesehatan seperti: Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Poskesdes, Polindes, Posyandu, dokter, bidan praktek swasta, dukun bersalin terlatih. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80 %). Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua minggu. Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik. Adapun sasaran pemberian kapsul vitamin A yaitu : 1. Anak-anak umur 1-5 tahun (anak Balita)
  • 22. 33 Diberikan kapsul vitamin A tiap 6 bulan dalam setahun dengan dosis 200.000 SI secara oral yaitu pada Bulan Februari dan Agustus. 2. Ibu nifas Ibu nifas juga diberikan kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 SI sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Untuk keamanan kapsul diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Adapun yang harus diperhatikan dalam pemberian kapsul vitamin A dosis 200.000 SI yaitu tidak diberikan kepada bayi umur 0-12 bulan dan ibu hamil, karena merupakan kontraindikasi. Jika setelah 24 jam ibu nifas belum memperoleh kapsul Vitamin A, maka dapat diberikan pada: • Kunjungan nifas yang pertama (KN1) yaitu 6-48 jam setelah persalinan. • Kunjungan nifas yang kedua (KN2) pada 3-7 hari setelah persalinan. • Kunjungan nifas yang ketiga (KN3) pada 8-28 hari setelah persalinan. Departemen Kesehatan RI, melalui program suplementasi kapsul vitamin A, menyediakan kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 IU bewarna merah untuk ibu nifas. 1 (satu) kapsul lagi diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam. ditambah pemberian makanan yang mengandung vitamin A setiap hari akan menjamin kecukupan vitamin A ibu nifas selama menyusui dan bayinya. Upaya peningkatan konsumsi makanan kaya vitamin A ternyata merupakan cara yang paling sesuai untuk jangka panjang. Sekarang ini, pemberian kapsul vitamin A dipilih sebagai cara yang mudah, murah dan cepat untuk menjamin agar ibu nifas di Indonesia tidak menderita kekurangan vitamin A.
  • 23. 34 Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2000 ). Periode pemberian kapsul vitamin A diberikan dalam bulan Februari dan Agustus. Pemberian secara bersamaan ini mempunyai beberapa keuntungan : a. Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal pemberian yang sama. b. Memudahkan dalam upaya penggerakan masyarakat karena kampanye dapat dilakukan secara nasional disamping secara spesifik daerah. c. Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio, barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi dan disebarluaskan oleh tingkat pusat. d. Dalam rangka hari proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan yang dapat digunakan untuk mempromosikan vitamin A, termasuk pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (Depkes RI, 1996). 2.4.1 Efek Samping dari Penggunaan Kapsul Vitamin A Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A
  • 24. 35 banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar tulang-tulang yang panjang, kulit kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2 tingkat : a. Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun – 5 tahun mengkonsumsi lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat terjadi pada balita < 1 tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari – 2 hari. 1) Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2 hari. 2) Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan pengobatan simptomatis. b. Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita mengkonsumsi > 25.000 IU tiap hari selama > 3 bulan atau beberapa tahun baik yang berasal dari makanan maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya terjadi pada orang dewasa. Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan anoreksia, kulit kering, gatal-gatal serta kemerahan di kulit, peningkatan intracranial, bibir pecah- pecah, tungkai dan lengan lemah dan bengkak.Pengobatannya sama dengan hipervitaminosis A akut.
  • 25. 36 2.5. Kerangka Konsep 1.Predisposing -Umur -Paritas -Pekerjaan -Pendidikan -Pengetahuan -Sikap Tindakan ibu nifas Dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A 2.Enabling -Ketersediaan Kapsul vitamin A -Akses pelayanan kesehatan
  • 26. 37 Keterangan Untuk mengungkap gambaran perilaku ibu nifas, maka kerangka konsep yang digunakan adalah menurut teori Green (1980), bahwa faktor predisposing yang meliputi umur ibu, paritas, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu dan juga faktor enabling meliputi tempat pelayanan kesehatan, akses pelayanan kesehatan serta faktor reinforsing dimana petugas kesehatan, keluarga juga teman responden akan dapat mempengaruhi tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A. 3.Reinforcing - Petugas kesehatan - Keluarga -Teman