Teks tersebut membahas tentang perilaku terpuji (akhlakul karimah) bagi manusia sebagai makhluk tertinggi ciptaan Allah. Terdapat tiga poin utama tentang akhlak terpuji yaitu: 1) Husnuzzan kepada Allah yang berarti berprasangka baik kepada Allah, 2) Husnuzzan terhadap diri sendiri, dan 3) Husnuzzan kepada sesama manusia. Teks tersebut menjelaskan bahwa untuk mewujudkan husnuzzan ke
1. PERILAKU TERPUJI
Senin, 07 Januari 20130 komentar
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lain, bahkan
dengan malaikat sekalipun. Kemuliaan manusia nampak ketika Allah SWT berkehendak
menciptakan Adam sebagai Khalifah-Nya di muka bumi dengan misi beribadah kepada-Nya.
Kehendak Allah tersebut berdasarkan perencanaan yang sangat matang, sehingga ketika para
malaikat mempertanyakan rencana Allah tersebut, Allah menjawabnya:
“Sungguh Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2) : 30)
Namun kemuliaan itu sangat erat kaitannya dengan komitmen manusia itu sendiri
dengan menjaga perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan
Allah, dengan sesama manusia, maupun dengan makhluk Allah yang lain. Karena itu agar
kemuliaan tetap terjaga, manusia harus tetap berperilaku yang baik (terpuji) atau ber akhlaqul
karimah. Sebagaimana Nabi bersabda
Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR
Tirmidzi)
Akhlakul karimah atau akhlaq terpuji adalah perilaku atau perbuatan baik yang tampak
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hubungannya dengan sang khaliq (Allah SWT),
dengan sesama manusia dan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dan diantara akhlak yang
terpuji adalah :
1. Husnuzzan kepada Allah SWT
2. Husnuzzan terhadap diri sendiri
3. Husnuzzan kepada sesama manusia
2. 1. HUSNUZZAN KEPADA ALLAH
a. Pengertian Husnuzzan kepada Allah
Husnuzzan artinya berprasangka baik atau biasa disebut positive thingking Husnuzzan
kepada Allah artinya berprasangka baik kepada Allah SWT. yaitu selalu meyakini bahwa apa
saja yang Allah berikan kepada manusia baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan,
pasti bermanfaat bagi menusia itu sendiri, Sebagaimana Firman-Nya
Artinya : “ .... Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran ; 191)
Dan mengakui bahwa apa saja yang baik itu datangnya dari Allah, sedangkan yang
buruk adalah dari diri manusia itu sendiri.
Sebagaimana
Firman-Nya :
Artinya : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri ... “ (QS.An-Nisa ; 79)
Lawan dari husnuzzan adalah su‟uzzan biasa disebut dengan negative thingking artinya
berprasangka buruk. Su‟uzzan kepada Allah berarti berprasangka buruk kepada Allah SWT,
yaitu menganggap bahwa sumber segala bencana atau melapataka adalah Allah, dan manusia
yang bersifat seperti ini tidak akan pernak mensyukuri nikmat Allah apapun bentuknya,
sehingga tidak akan bisa hidup qana‟ah.
Husnuzzan kepada Allah SWT merupakan salah satu dari beberap macam keyakinan.
Hal tersebut menurut keadaan manusia yang mengamalkan terbagi menjadi dua golongan,
yaitu yang bersifat khusus dan yang bersifat umum. Yang termasuk khusus adalah golongan
para ulama, orang-orang yang taat dan dekat kepada Allah SWT. Bagi orang yang khusus
mengetahui betapa Allah SWT telah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada manusia dan dan
makhluk lain dimuka bumi ini. Mreka telah merasakan kenikmatan dari sifat rahman ddan
rahimnya Allah SWT, ia mlihat semuanya adalah anugerah dari Allah SWT juga., berprasangka
baik (berhusnuzhan) ekpada Allah. Ia tidak berkeluh kesah terhadap apa saja yang
menimpanya, seumpama musibah merenggut harta benda dan nyawa diri dan keluarganya. Ia
menerima dengan syukur dan penuh harapan kepada Allah, bahkan mengharap ridha Allah
atas kejadian dan peristiwa tersebut.
Husnuzhan orang wam kepada Allah SWT, karena mereka telah erasakan dan
menikmati pemberian Allah bagi dirinya dan alam semesta. Maka timbullah ras syukur dan
3. terima kasih yang tak terhingga kapada Allah dengan diikuti kedekatan dan ketakwaan dalam
ibadah dan amal.
Berprasangka baik kepada Allah merupakan salah satu dasar utama manusia
membangun hubungan dengan Allah SWT. Karena Allah SWT terhadap hambanya seperti
yang hambanya sangkakan kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada
Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamba
kepada-Nya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut. Sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh bukhari mempertegas hal ini,
Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut
sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat
kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam
kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu
sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka
Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang
kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Orang yang berbaik sangka kepada Allah tentu meiliki akhlak yang baik (sifat terpuji)
karena selalu merasa dimana saja berada diawasi oleh Allah SWT.. Akhlak yang baik
merupakan modal yang lebih berharga dibanding dengan modal harta kekayaan. Selain itu
akhlak yang baik dapat meninggikan derajat dan martabat di hadapan manusia, sekaligus
menyempurnakan iman kepada Allah SWT dan mendekatkan hubungan kita kepada-Nya.
Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengingatkan kepada kita:
Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR
Tirmidzi)
Dengan demikian husnuzzan kepada Allah SWT dapat tumbuh dan berkembang pada
diri seseorang apabila dilandasi oleh aqidah atau keyakinan yang kuiat. Diantara sikap yang
harus diwujudkan sebagai dasar dalam berhusnuzzhan kepada Allah adalah seperti berikut :
1). Meyakini bahwa allah itu Maha Esa ( Tauhid )
2). Bertakwa kepada Allah
SWT 3). Beribadah dan berdoa kepada
Allah 4). Berserah diri kepada Allah
(tawakal) 5). Menerima dengan ihlas semua
keputusan Allah
b. Contoh-contoh perilaku husnuzzan kepada Allah SWT.
Diantara sikap perilaku terpuji yang dilaksanakan oleh orang yang berbaik sangka
kepada Allah ialah syukur dan
sabar.
1). Syukur
Kata syukur berasal dari bahasa Arab, yang artinya terima kasih. Menurut istilah, syukur
ialah berterima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia-
Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.
4. Dengan kata lain syukur berarti mempergunakan nikmat Allah menurut yang
dikehendaki oleh Allah, dan dalam istilah populernya dinamakan syukur nikmat. Sedangkan
mempergunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya ; unpama mata untuk melihat hal-hal yang
dilarang oleh Allah atau yang haram, mulut untuk berbicara yang kotor, memperoleh rizki untuk
berbuat kemaksiatan, bukan dinamakan syukur, tetapi kufur nukmat.
Syukur seorang hamba kepada Allah adalah dengan memuji dan menyebut serta
mempergunakan nikmat itu. Kebaikan sesuai dengan maksud Allah memberikan nikmat itu.
Kebaikan seorang hamba kepada Tuhannya ialah ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah
Tuhannya. Sedangkan kebaikan Tuhan terhadap hamba-Nya ialah memberi nikmat itu dan
memberikan taufik-Nya. Karena itu dapat dikatakan bahwa syukur hamba yang sebenarnya
ialah menuturkan dengan lidahnya, mengakui dengn hatinya akan nikmat Tuhannya, dan
mempergunakan nikmat itu sesuai yang dikehendaki Tuhannya.
Dalam
Al-Quran Allah SWT. menegaskan bahwa apabila manusia mensyukuri nikmat-Nya, maka Ia
akan menambah nikmat itu, dan apabila manusia tidak berterima kasih atas nikmat-Nya, Allah
akan mengurangi atau mencabut nikmat itu dari manusia sebagai hukuman kekufurannya.
Sebagaimana firma-Nya :
Artinys : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” ( QS. Ibrahim ; 7 )
Pada umunya manusia itu
lalai dan tidak manyadari nilai nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, dan apabila
nikmat itu telah dicabut oleh Allah dari padanya, maka barulah ia merasakan serta
menyadarinya. Seperti nikmat kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani, dll dalam hidup dan
kehidupannya. Allah berfirman :
Artinya : “Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia". (QS. An-Naml ; 40 )
Cara bersyukur kepad Allah SWT ialah dengan menggunakan segala nikmat karunia
Allah SWT utnuk hal-hal yang diridai-Nya yaitu :
1). Bersyukur dengan hati, ialah mengakui dan menyadari bahwa segala nikmat yang diperoleh
manusia, merupakan karunia Allah SWT semata.
2). Bersyukur dengan lidah, ialah mengucapkan Alhamdulillah, atau dengan kalimat zikir yang lain
3). Bersyukur dengan amal perbuatan, ialah melaksanakan shalat, beribadah haji, berbakti kepada
kedua orang tua.
4). Bersyukur dengan harta benda, ialah membelanjakan hartanya di jalan Allah
2). Sabar
Sabar (ash shabr) dapat diartikan dengan “menahan” (al habs). Dari sini sabar dimaknai
5. sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk
mencapai rida Allah.
Perhatikan firman Allah berikut ini :
Artinya : “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-
terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang baik), ( QS. Ar-Ra‟d ; 22 )
Untuk mengetahui sampai dimana kadar iman seseorang kepada Allah SWT, maka
Allah SWT selalu menguji, dan manusia tidak akan lepas dari segala ujian yang menimpanya,
baik musibah yang berhubungan dengan pribadi, maupun yang menimpa pada sekelompok
manusia atau bangsa. Terhadap semua ujian itu, maka hanya sabarlah yang memancarkan
sinar dan memelihara seorang muslim dari jatuh kepada kebinasaan, memberikan hidayah dan
menjaga dari putus asa..
Sabar adalah poros sekaligus asas segala macam kemuliaan akhlak. Muhammad Al
Khudhairi mengungkapkan bahwa saat kita menelusuri kebaikan serta keutamaan, maka kita
akan menemukan bahwa sabar selalu menjadi asas dan landasannya.
„Iffah [menjaga kesucian diri] misalnya, adalah bentuk kesabaran dalam menahan diri dari
memperturutkan syahwat.
Syukur adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari nikmat yang telah Allah karuniakan.
Qana’ah [merasa cukup dengan apa yang ada] adalah sabar dengan menahan diri dari angan-
angan dan keserakahan.
Hilm [lemah-lembut] adalah kesabaran dalam menahan dan mengendalikan amarah.
Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas dendam. Demikian pula akhlak-akhlak mulia
lainnya. Semuanya saling berkaitan. Faktor-faktor pengukuh agama semuanya bersumbu pada
kesabaran, hanya nama dan jenisnya saja yang berbeda.
Melatih kesabaran bisa melalui beberapa cara, antara lain:
Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dengan memperbanyak ibadah; salat, puasa,
terutama membaca ayat-ayat suci Alquran. Memperbanyak membaca Alquran bisa meredam
nafsu marah/emosi. (Ingat kisah masuk Islamnya Umar bin Khatob karena lantunan bacaan
ayat suci Alquran oleh saudara perempuannya)
Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama; bersikap kasar, menyebar fitnah, dan
perbuatan-perbuatan mungkar lainnya seperti minum-minuman keras, berjudi, dan lain-lain.
Memilih lingkungan pergaulan. Memilih bergaul dengan orang-orang yang mempunyai akhlak
yang baik, sabar dan senantiasa beribadah kepada Allah tentu akan lebih memberikan peluang
besar untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan baik mereka dibanding bergaul dengan orang-
orang yang mempunyai sifat-sifat sebaliknya
c. Cara mewujudkan Husnuzzan kepada Allah
Husnuzzan kepadaAllah Swt. dapat diwujdkan dengan bersikap dan berperilaku
sebagai berikut :
Bila kita melakukan sesuatu bersikap optimis, artinya usaha positif yang sedang dilakukannya
dengan cara tawakal kepada Allah akan memperoleh pertolongan Allah sehingga berhasil.
Berdoa kepada Allah atas pengampunan dosa-dosanya, arinya seorang muslim yang telah
berbuat salah tidak berputus asa akan tetapi memohon langsung pengampunan kesalahan
kepada Allah SWT.
Berserah diri kepada Allah SWT (tawakal)
6. Tidak berkeluh kesah apalagi berputus asa apabila mendapat musibah, artinya jika telah
mendapat musibah, maka kita bersikap menyadari bahwa musibah itu merupakan ujian dari
Allah SWT
Bertakwa Kepada Allah SWT.
2. HUSNUZZAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Husnuzzan (Berprasangka baik) kepada diri sendiri artinya senantiasa memandang positif
(positive thingking) terhadap diri sendiri. Meyakini dan berusaha menggali segala potensi
kebaikan yang ada dalam diri kita untuk kemudian memanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kehidupan.
Orang yang husnuzzan atau berbaik sangka terhadap diri sendiri, tetntu akan berperilaku
terpuji terhadap dirinya sendiri, seperti percaya diri, gigih, berinisiatif, dan rela berkorban.
a. Percaya diri
Percaya diri atau biasa disebut dengan istilah PD, harus dimiliki oleh orang-orang yang
berakhlakul karimah, karena percaya diri termasuk sikap yang terpuji. Dengan percaya diri
seseorang akan merasa yakin bahwa Allah SWT telah membekali kemampuan kepada hamba-
Nya agar nantinya menjadi khalifah Allah yang berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi orang
lain, karena dengan percaya diri seseorang akan berani mengeluarkan pendapat dan berani
pula melakukan suatu tindakan.
Orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi dan ia memiliki percaya diri
yang kuat, tentu akan mengamalkan ilmunya dengan baik dan benar, sehingga akan
bermanfaat bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain, tetapi sebaliknya jika orang berilmu
pengetahuan tinggi dan ia tidak mempunyai percaya diri yang kuat, tentu akan memperoleh
kerugian dan mungkin malah bencana. Misalnya, seseorang yang memiliki ketrampilam
mengemudi mobil, tetapi ia tidak percaya diri (mider) maka bisa terjadi kecelakaan dan
mencelakakan orang lain.
Orang yang percaya diri, juga akan melaksanakan kewajiban terhadap dirinya sendiri,
misalnya akan menjaga kesehatan jasmani dan rokhaninya, dan memelihara dari dari bencana
yang akan menimpanya.
b. Gigih
Dalam kamus bahas Isdonesia, kata gigih berasal dari bahasa Minagkabau yang
artinya keras hati, tabah, dan rajin. Menurut istilah gigih ialah usaha sekuat tenaga dan tidak
putus asa untuk mencapai sesuatu walau harus menghadapi rintangan.
Manusi adalah termasuk makhluk yang diwajibkan berusaha/ikhtiar dalam memenuhi
hajat hidupnya, baik yang berhubungan dengan hidup di dunia maupun hidup di akhirat.
Sesuatu yang kita harapkan tidak akan datang dengan sendirinya. Namun, hal itu harus
diusahakan dengan sungguh-sunggh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan. Uasaha dangan gigih adalah usaha dengan sungguh-sungguh, lahir dan batin
untuk mencapai hasil yang yang dicita-citakan. Usaha lahir artinya berusaha sesuai dengan
kemampuan tenaga, harta dan fikiran. Sedangkan usaha batin adalah berdoa / memohon
kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dan keberhasilan dari yang sedang diusahakan.
Sikap gigih yang disertai rasa optimis termasuk akhlakul karimah, yang hendaknya
diterapkan antara lain dalam hal berikut :
7. 1). Menuntut ilmu
Menuntut ilmu disamping hukumnya wajib, ilmu juga akan bermanfaat bagi pemiliknya.
Dan Allah SWT berjanji akan mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengatuah
disamping orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman-Nya :
Artinya :
“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... . (QS. Al-Mujaadilah ; 11)
Ilmu pengetahuan itu dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu pengetahuan tentang
agama Islam (Ilmu Hal ) dan ilmu pengetahuan umum (Ilmu Ghairu Hal). Ilmu pengetahuan
tentang agama Islam memberikan pedoman hidup kepada umat manusia. Dengan pedoman itu
diharapkan manusia tidak menempuh jalan yang sesat dan menuju kepada kebinasaan, tetapi
sebaliknya dengan pedoman itu manusia akan menempuh jalan yang lurus yang diridai oleh
Allah SWT.
Ilmu pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat menggali, mengolah dan
memanfaankan kekayaan alam, baik yang ada di darat dan di laut, maupun yang ada di udara.
Kedua macam ilmu pengetahuan tersebut harus dipelajari secara sungguh-sungguh dan
rajin dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah SWT, serta untuk memperoleh rida-Nya
dan rahmat-Nya. Bila kedua macam ilmu tersebut sudah dikuasai, dipahami dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan menjadikan pemiliknya memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Rosululloh SAW bersabda :
Artinya : “Barang siapa melewati jalan dimana ia menuntut ilmu pada jalan itu, niscaya Allah
memudahkan kapdanya jalan menuju sorga” (HR. Muslim)
2). Bekerja mencari rizki yang halal
Orang Islam selain berkewajiban menunaikan ibadah kepada Allah (salat), juga
berkewajiban mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang yang mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya hasil usaha sendiri, kedudukannya di sisi Allah lebih baik dari
orang minta-minta, yang keberadaannya dalam hidupnya menjadi beban orang lain.
Bekerja mencari rezeki yang halal bisa melalui berbagai bidang usaha, misalnya :
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan, transportasi, perburuhan,
pertukangan dan perindustrian.
Bekerja dalam bidang-bidang usaha seperti tersebut hendaknya dilakukan dengan gigih dan
sungguh-sungguh dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah SWT untuk memperoleh rida
8. dan rahmat-Nya. Insya Allah dengan cara seperti ini, akan memperoleh hasil kerja yang
optimal.
Perhatikan firman Allah berikut ini :
Artinya :
“... Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan ...” ( QS. Ar-Ra‟du ; 11 )
3). Berinisiatif
Berinisiatif artinya berfikir dan bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa menunggu
perintah. Hal ini merupakan perilaku yang terpuji karena sifat tersbut mampu berprakarsa
melakukan kegiatan yang positif serta menghindarkan sikap apriori. Dalam berinisiatif selalu
menggunakan nalar ketika bertindak di dalam berbagai situasi dan mampu berprakarsa
melakukan kegiatan yang bermanfaat baik untuk kepentingan sendiri maupun orang lain.
Orang yang berinisiatif disebut inisiator, yaitu mereka yang memiiki gagasan atau
prakarsa untuk membangun atau mengerjakan sesuatu yang baru dan positif guna kepentingan
bersama.
Inisiatif yang positif dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan
dan pengajaran, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang politik dan ekonomi, bidang
keamanan dan ketertiban, bidang pertanian dan perikanan, serta bidang kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Orang mukmin yang memiliki pengetahuan yang tinggi dalam bidang apapun,
hendaknya memiliki banyak inisiatif, untuk kepentingan dan kemajuan umat manusia, agar
keadaan umat manusia terus meningkat kearah yang lebih baik dan lebih maju. Misalnya
melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi dapat memprodusi alat-alat pertanian dan perikanan
yang canggih, yang belum ada, untuk meningkat hasil pertanian dan perikanan.
Upaya untuk menumbuhkan jiwa berinisiatif agar mampu bersikap mandiri dapat
ditempuh melalui barbagai cara sebagai berikut :
1. Bekerja sesuai keadaan dan bakat masing-masing (QS. Al-Isra ; 84)
2. Bekerja keras secara sungguh-sungguh ( QS. An-Nisa ; 100)
3. Tidak ikut-ikutan tanpa dasar dan tanpa ilmu pengetahuan (QS. Al-Isra ; 36)
4. Senantiasa menggunakan akal dalam bertindak (QS. Yunus ; 100)
5. Membiasakan perilaku kearah yang lebih baik
6. Mencari ide atau cara baru yang lebih baik
4). Rela berkorban
Rela berkorban maksudnya adalah bersedia dan ikhlas memberikan sesuatu (tenaga,
harta, ide/pemikiran) untuk kepentingan orang lain atau masyarakat, meski kadang-kadang hal
9. itu bisa membuat dirinya sendiri menjadi susah atau menderita. Perilaku egois (mementingkan
diri sendiri), hedonis (mengutamakan kesenangan duniawi), dan materialistis (mementingkan
materi semata) adalah lawan dari sikap rela berkorban yang harus kita hindari.
Dalam Alquran dinyatakan bahwa, jika ingin sampai kepada kebaikan yang sempurna salah
satunya adalah kita harus rela memberikan sebagian dari harta benda kita untuk perjuangan
membela agama, juga kepada fakir miskin.
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya“.(QS. Ali Imran ; 92).
3. HUSNUZZAN TERHADAP SESAMA MANUSIA
Husnuzzan kepada sesama manusia maksudnya, senantiasa memandang dan
berprasangka bahwa orang lain tidak mempunyai maksud jahat kepada kita. Selalu
mengedepankan dan memilih untuk merespon positif segala sesuatu yang terjadi walau di
tengah lingkungan yang paling buruk sekalipun.
a. Contoh-contoh Perilaku husnuzzan Terhadap Sesama Manusia
Tindakan seseorang sangat tergantung pada alam pikirannya. Jika alam pikiran
seseorang senantiasa dijejali oleh prasangka buruk, maka dalam pergaulan dan kehidupan
bermasyarakatnya akan selalu dipenuhi perasaan curiga pada orang lain, seterusnya akan
melahirkan sikap tertutup, tidak mau berbagi informasi dan bekerja sama karena menganggap
bahwa orang lain adalah musuh yang sangat berbahaya. Pada akhirnya prasangka buruk
(negatif) ini akan berdampak pada diri sendiri juga, yaitu turunnya kinerja, karena tidak ada
teman untuk berbagi dan bekerja sama, peluang akan banyak terlewatkan karena orang lainpun
akan cenderung menjauh dari kita, bahkan bisa tersingkir dalam pergaulan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku sebagai cerminan ¥usnu§an
terhadap sesama manusia antara lain akan terlihat dari sikap seseorang dalam memperlakukan
orang lain. Orang yang selalu ber¥usnu§an akan memperlakukan orang lain dengan baik dan
menghilangkan sikap curiga. Senang bekerja sama, bertukar pendapat, dan terbuka, juga
termasuk perilaku orang yang suka ber¥usnu§an kepada sesama manusia.
b. Praktik Perilaku husnuzzan Terhadap Sesama Manusia
Agar hidup kita bisa tenang dan damai, orang di sekeliling kita juga merasa tenang,
damai, dan bahagia hidup bersama dengan kita maka
perilaku husnudzon terhadap sesama manusia amat penting untuk dipraktikkan. Karena
prasangka positif (husnudzon) terbukti secara efektif mampu merangsang seseorang untuk
menunjukkan sikap/perilaku dan prestasi terbaiknya. Berusahalah untuk senantiasa menjadi
motivator bagi orang lain dalam menemukan jati dirinya yang positif lewat prasangka positif
(husnudzon) yang senantiasa kita lekatkan kepada mereka. Bantulah temanmu untuk melihat
dan menemukan hal-hal positif (mujur) di dalam dirinya. Mungkin tulisannya yang indah,
suaranya yang bagus, kepandaiannya melukis, atau yang lainnya.
10. Pada hakikatnya, ketika kita berhasil untuk selalu Husnuzzan kepada Allah SWT,
kemudian kepada diri sendiri, maka untuk berhuusnuzan kepada sesama manusia
sesungguhnnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.
Jika masing-masing orang mempraktikkan perilaku husnuzzan, baik husnuzzan kepada
Allah, kepada diri sendiri, dan kepada sesama manusia dalam kehidupan sesari-hari baik
secara pribadi, di keluarga, dan di masyarakat, insya Allah ketentraman, kedamaian, dan
kehidupan yang penuh rahmat dan kasih sayang akan bisa kita raih, dan pada akhirnya akan
mendapat rida dari Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Alangkah indah dan damainya jika
setiap pribadi bisa menjadikan dirinya seperti air, yang senantiasa mengalir dan memberi
kesejukan bagi orang lain.
4. SIKAP TERPUJI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SELAIN MANUSIA
Al-Quran dan Al-Hadits mengandung nilai-nilai ajarang Islam yang sangat lengkap,
ajaran tersebut menjadi pedoman hidup dan mengatur berbagai segi kehidupan umat manusia.
Selain ajaran akhlakul karimah terhadap Pencipta alam semesta ini, terhadap sesama manusia,
kita wajib berakhlakul karimah kepada makhluk Allah yang lain. Ruang lingkup akhlakul karimah
mengatur juga tentang bagaimana seorang muslim melakukan komunikasi atau bersikap terpuji
terhadap tumbuh-tumbuhan, binatang, lingkungan alam, dan terhadap makhluk ghaib.
a. Sikap terpuji terhadap tumbuh-tumbuhan
Dengan diciptakan-Nya tumbuh-tumbuhan merupakan anugerah yang sangat besar dari
Allah SWT bagi manusia, karena sebagian besar makanan manusia berasal dari tumbuh-
tumbuhan, demikian pula makanan binatang-binatang ternak, sebagian besar adalah tumbuh-
tumbuhan yang bermacam-mcam jenisnya. Perhatikan firman Allah berikut ini :
Artinya : “ Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di
bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air
hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” ( Q.S. Thaha : 53 )
Disamping itu, manusia mendapat tugas dari Allah SWT untuk mengelola dan
memakmurkan bumi, sebagaiman dijelaskan dalam firman-Nya :
(uqèdNä.r't±Rr&z`ÏiBÇÚö„F{$#óOä.t•yJ÷ètGó™$#ur$pkŽÏù
çnrã•ÏÿøótFó™$$sù¢OèO(#þqç/qè?Ïmø‹s9Î)4ÇÏÊÈ
11. Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (QS.
Hud ; 61)
Allah SWT menciptakan segala jenis tumbuh-tumbuhan dengan sengaja untuk
kepentingan makhluk-Nya terutama umat manusia, Dan ternyata hampir semua jenis tumbuh-
tumbuhan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, ada yang dijadikan bahan bangunan,
dibuat obat-obatan, untuk hiasan, untuk bahan makanan, untuk bahan membuat perkakas dan
perabotan rumah tangga, dan masih banyak lagi yang lainnya. Disamping itu tumbuh-tumbuhan
juga sangat bermanfaat untuk keindahan lingkungan, dan juga sebagian ada yang dijadikan
makanan ternak peliharaan seperti kambing, sapi, kerbau dan lain-lain.
Mengingat betapa besar manfaat dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan tersebut, maka
sudah selayaknya manusia bertanggung jawab dan berkewajiban untuk merawat nya,
menyayangi, dan melestarikannya. Terutama tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan bahan
makanan seperti padi, jagung, gandum selalu membutuhkan perawatang yang intensif.
b. Sikap terpuji terhadap binatang (hewan)
Sebagaimana tumbuh-tumbuhan, binatang juga diciptakan untuk kepentingan hidup
umat manusia. Berbagai jenis binatang ciptaan Allah, ada yang jinak, ada yang liar, ada yang
buas, ada yang hidupnya di laut, ada yang di darat dan yang terbang di angkasa. Semua jenis
binatang itu sengaja diciptakan Allah SWT untuk kemanfaatan makhluk-Nya, terutama umat
manusia.
Diantara binatang-binatang itu ada yang dipelihara dan diternakkan manusia, karena
kemanfaatannya yang langsung dirasakan seperti ayam, itik, kambing, sapi, kerbau, kuda,
lebah dsb. Manfaat-manfaat binatang ternak tersebut ada yang dimakan dagingnya, diminum
susunya, bulunya untuk pakaian, kulitnya untuk sepatu, tas, jaket. Lebah menghasilkan madu
untuk obat, bahkan kotoran binatang masih bisa dimanfaatkan yaitu untuk pupuk tanaman.
Cara mnyeyangi binatang-binatang itu antara lain :
1). Hewan-hewan piaraan hendaknya diperlakukan dengan baik, misalnya dibuatkan tempat atau
kandang yang layak, diberi makan dan minum yang cukup, diobati kalau sakit, kalau kendak
disembelih atau dibunuh hendahlah disenbelih atau dibunih dengan cara yang baik pula.
2). Binatang yang kebetulan membutuhkan pertolongan hendaknya ditolong. Dalam sebuah hadits
dari Abu Hurairoh ra yang diriwayatkan oleh Muslim dijelaskan bahwa seseorang yang memberi
minum seekor anjing yang hampir mati kehausan, memperoleh pahala dan ampunan dosa dari
Allah SWT.
3). Jangan melakukan penyiksaan-penyiksaan terhadap binatang. Rosulullah SAW melarang
umatnya menyiksa induk burung dengan mengambil anaknya, dan juga melarang menjadikan
anak burung sebagai bahan mainan, melarang menjadikan binatang sebagai sasaran dalam
latihan memanah, larangan untuk memberi cap atau tanda dengan besi yang dibakar pada
binatang dan melarang untuk mengurung kucing tanpa diberi makan sampai mati kelaparan.
4). Binatang ternak yang akan dimakan dagingnya tentu harus disembelih lebih dahulu.
Menyembelih hewan pun ada peraturannya agar hewan yang disembelih tidak tersiksa.
Diantara peraturan tersebut antara laian, ketika akan menyembilih hendaknya memakai alat
yang tajam, dan sebelum disembelih, binatang tersebut hendaknya diberi makan sampai
kenyang. Ketika menyembelih jangan lupa menyebut nama Allah agar digingnya halal dimakan.
Semua ini menunjukkan sikap perilaku baik kita kepada binatang.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW.
12. Artinya : “ Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik atas segala sesuatu, maka apabila
kamu membunuh (hewan) hendaklah membunuh dengan baik, dan apabila kamu menyembelih
maka sembelihlah dengan baik, dan hendaklah kamu menajamkan pisaumu, dan hendaklah
binatang sembelihan itu disenangkan (dengan cara memberimakan sebelum disembelih)” (HR.
Muslim)
c. Sikap terpuji Terhadap Lingkungan Alam
Agama Islam adalah rahmat Allah untuk semesta alam yang artinya rahmat tersebut
bukan hanya untuk manusia saja tetapi juga untuk makhluk hidup selain manusia yaitu alam
dan lingkungan hidup.
Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan
yang harmonis dengan alam sekitar. Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat
memberi manfaat yang berlipat-lipat. Sebaliknya, alam yang dibiarkan atau hanya di ambil
manfaatnya akan mendatangkan mala petaka bagi manusia. Kita dapat menyeksikan dengan
jelas bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh akhlak yang buruk terhadap lingkungan seperti
hutan yang di eksploitasi tanpa batas sehingga melahirkan mala petaka kebakaran hutan yang
menghancutkan tanaman hutan dan habitat hewan-hewannya. Ekploitasi kekayan laut tanpa
memperhitunggkan kelestarian ekologi laut telah menimbulkan kerusakan hebat, baik habitat
hewan maupun tumbuh-tubuhannya. Sayangnya semua itu dilakukan semata-mata untuk
mengejar keuntungan ekonomi yang bersifat sementara, namun akibatnya mendatangkan
kerusakan alam yang parah dan tidak bisa direhabilitasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan
tahun.
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak
menyadari sifatnya yang sombong, egois, rakus, dan angkuh yang merupakan bentuk akhlak
terhadap lingkungan yang sangat buruk dan tidak terpuji. Padahal tujuan diangkatnya manusia
sebagai khalifah di muka bumi yaitu sebagai wakil Allah yang seharusnya bertugas
mamakmurkan, mengelola, dan melestarikn alam.
Perkatikan Firman Allah SWT Q.S. Ar Rum : 41 :
13. Artinya : telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
d. Sikap Terpuji terhadap Makhluk Gaib
Dengan Qudrat dan Iradat-Nya Allah SWT telah menciptakan makhluk yang tampak
dilihat dengan mata (syahadah) seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dsb, dan juga
telah menciptakan makhluk yang tidak tampak oleh penglihatan mata (gaib) seperti malaikat,
jin, setan dan iblis.
Jin adalah termasuk makhluk gaib yang keberadaannya wajib kita imani, karena Allah
SWT menciptakannya dengan tujuan untuk beribadah. Sebagaimana Firman-Nya :
Artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “
(QS Az-Zariyat ; 56)
Perlu kita ketahui bahwa selain ada jin yang taat dan patuh kepada Allah SWT, ada pula
jin yang tidak patuh dan tidak taat kepada Allah SWT, diantaranya adalah iblis atau setan.
Keduanya adalah makhluk Allah SWT yang asalnya diciptakan dari api yang sngat panas, jauh
sebelum diciptakannya Nabi Adam as.
RANGKUMAN
Husnuzzan artinya berbaik sangka, yang keblikannya adalah suuzan. Keduanya merupakan
bisikan jiwa yang akan melahirkan sikap, ucapan dan perbuatan nyata. Husnuzzan merupakan
sikap mental terpuji, yang mendorong pemiliknya untuk bersikap, bertutur kata, dan berbuat
yang baik dan bermanfaat. Sedangkan suuzan termasuk sikap mental tercela yang mendorong
pemiliknya untuk bersikap dan berperilaku buruk yang merugikan
Husnuzzan hendaknya diterapkan dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan dirinya
sendiri, dan dengan sesama manusia.