SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Download to read offline
Pemodelan Simulasi
Prinsip Dasar
Selain didasarkan pada seni dan kreatifitas
pemodelan juga didasarkan pada;
1. Konseptualisasi sebuah model membutuhkan
pengetahuan sistem, pertimbangan teknis, dan
perangkat pembangun sistem.
2. Kemampuan pemodel untuk membuat model
3. Proses pemodelan adalah evolusioner sebab
aktivitas pemodelan menyatakan pentingnya
setiap informasi
Prinsip Pertama
• Seorang pemodel harus memahami struktur dan
aturan-aturan operasi sistem dan dapat
mengekstrak esensi sistem tanpa memesukkan
detail-detail yang tidak perlu.
• Sebuah proyek pemodelan normalnya
merupakan aktifitas interdisiplin dan harus
memasukkan seorang pengambil keputusan
sebagai bagian dari tim.
• Dengan konseptualisasi model perlu
memasukkan komponen2 struktural sistem,
seperti schedule, algoritma, dan pengendali
yang dibutuhkan untuk menjelaskan model.
Prinsip Kedua
• Model harus dibuat interaktif dalam bentuk
grafis sebab sebuah model tidak hanya
mendefinisikan dan menggembangkan
tetapi secara kontinyu diperhalus,
diperbaiki, dimodifikasi, dan
dikembangkan sehingga selalu up-to-date
Prinsip Ketiga
• Informasi yang diperoleh selama proses
pemodelan mendukung kegiatan pembuatan
model dan mengukur aoutput lebih relevan dan
akurat.
• Proses pemodelan berlanjut hingga
penambahan detil atau informasi tidak
diperlukan lagi untuk menyelesaikan masalah
atau waktu telah habis.
• Selama proses evolusioner, relasi diantara
sistem da model secara kontinyu didefinisikan
dan didefinisikan ulang.
Prinsip Ketiga
• Simulasi model memperlihatkan tingkah
laku model, dan akibatnya dalam sistem,
dan memungkinkan adanya evolusi model
selanjutnya.
• Hasil korespondensi antara model dan
sistem tidak hanya menyediakan model
sebagai perangkat untuk penyelesaian
masalah, tetapi menyediakan sistem yang
lebih familiar untuk pemodel dan sarana
pelatihan untuk pengguna selanjutnya.
Model Based Problem Solving
• Sebuah permasalahan atau tujuan menuntun
pengembangan model.
• Perumusan masalah yang didefinisikan dari
kebutuhan dan syarat sistem.
• Keberadaan dan bentuk data membantu
menspesifikasikan batasan dan detail model.
• Pemodel merupakan sumber daya yang
digunakan untuk membangun model
berdasarkan perumusan masalah dan data
sistem yang ada.
Model Based Problem Solving
• Bentuk output model mensuport
keputusan untuk membuat penyelesaian
masalah atau mengatur kebijakan yang
mengikuti keputusan sesuai dengan
aturan dan prosedur yang ditentukan.
• Komponen-komponen tersebut dijelaskan
dalam gambar berikut.
Gb1. Model Based Problem Solving
Decision
Policies
Problem Model Versions
Model
Sistem
data
Modeler
Model Based Problem Solving
Model Based Problem Solving
• Langkah pertama dalam model based
problem solving adalah memformulasikan
masalah berdasarkan konteksnya,
mengidentifikasi tujuan, mengukur
performa sistem yang spesifik, mengatur
tujuan sistem yang spesifik, dan secara
umum mendefinisikan sistem untuk
dimodelkan.
• Keterangan lebih lanjut lihat gambar 2
Gb2. Model and its control
Problem
Establish
Modeling
purpose
MODEL
Model and Its Control
Model Based Problem Solving
• Gb.3 memperlihatkan bahwa terdapat sebuah
proses diantara data sistem dan penggunaan
data tersebut didalam model.
• Proses itu disebut pemodelan input.
• Pemodelan input memasukkan determinasi
suatu data sistem yang harus digunakan secara
langsung dalam membuat model.
• Barangkali data sistem dapat ditampilkan dalam
bentuk histogram atau fungsi distribusi atau
model sebab-akibat (regresi).
• Tipe data yang dibutuhkan dikumpulkan
mensuport pemodelan termasuk data yang
menjelaskan elemen dan logika sistem.
Gb.3 Model and its control
Model
System
Data
Model
System
Data
Model and its
control
Model Based Problem Solving
• Gambar 4. memperlihatkan bahwa seorang
pemodel boleh menggunakan sistem simulasi
untuk membangun model.
• Sebuah sistem simulasi menyediakan sebuah
lingkungan untuk membangun, men-debug,
menguji, memferifikasi, menjalankan, dan
menganalisa sistem simulasi.
• Pemodel menyediakan input-output dalam
bentuk grafis, eksekusi yang interaktif, distribusi
data, analisa statistik, perawatan basisdata,
laporan output mengguanakan bahasa simulasi.
Role of simulation sistem
MODEL
Use
Simulation
System
Modeler
Role of Smulation System
Model Based Problem Solving
• Langkah terakhir dalam model based problem
solving adalah mensuport pengambilan
keputusan dan kebijakan.
• Gb. 5 memperlihatkan, untuk sebuah analisa
simulasi, tidak ada pekerjaan yang lengkap
hingga hasilnya digunakan.
• Perencanaan terhadap penggunakan model
merupakan strategi dan taktik.
• Didalamnya memperlihatkan interaksi antara
pemodel dan pengambil keputusan untuk
menjamin bahwa pengambil keputusan
memahami model yang dibuat.
Gb. 5 Model and its output
Model
Analyze
output
Decision
Policies
Model and Its Output
Klasifikasi Pemodelan Simulasi
• Model simulasi suatu sistem dapat
diklasifikasikan sebagai, perubahan diskrit,
perubahan kontinyu, dan kombinasi diskrit
kontinyu.
• Sebuah model diskrit memiliki variabel
dependen yang hanya berubah pada saat
tertentu selama waktu simulasi.
• Sebagai contoh, waktu kejadian dalam sistem
manufaktur berhubungan denga waktu yang
dipesan dan diletakkan dalam sistem.
Klasifikasi Pemodelan Simulasi
• Model kontinyu memiliki variabel dependen yang
mengikuti fungsi kontinyu waktu.
• Sebagai contoh, waktu yang dibutuhkan untuk
membongkar minyak dari tangki atau posisi
sebuah “crane”.
• Model kombinasi, memiliki variabel dependen
dari sebuah model yang dapat berubah secara
diskrit, kontinyu, atau kontinyu dengan sistem
loncat.
• Contohnya, ketika sebuah “crane” menjangkau
suatu lokasi, pembongkaran muatan
diinisialisasi.
Pemodelan Simulasi Diskrit
• Komponen yang mengikuti sistem diskrit seperti
orang, peralatan, order, dan bahan baku disebut
entitas.
• Ada banyak tipe entitas dan masing-masing
memiliki sifat atau atribut.
• Dalam pemodelan simulasi pengelompokan
entitas disebut files, set (himpunan), list (daftar),
atau chain (rangkaian).
• Tujuan dari pemodelan diskrit adalah
memperlihatkan aktifitas diantara entitas dan
mempelajari sesuatu tentang tingkah laku
sistem dinamis.
Pemodelan Simulasi Diskrit
Ada 4 cara memformulasikan sistem diskrit:
1. Mendefinisikan perubahan keadaan yang
terjadi setiap titik waktu.
2. Menjelaskan proses (jaringan) yang
melewati entitas di dalam alur model.
3. Menjelaskan aktifitas dalam entitas yang
dipesan.
4. Menjelaskan objek (entitas) dan kondisi
yang merubah keadaan-keadaan objek.
Contoh model simulasi diskrit
• Salah satu contoh adalah pelayanan yang
diberikan ke pelanggan (customer) oleh teller di
sebuah bank.
• Untuk memahami model, pertama kali
didefinisikan keadaan sistem, dalam hal ini
adalah status teller (sibuk/bebas) dan jumlah
customer dalam sistem.
• Keadaan dalam sistem akan berubah oleh (1)
kedatangan customer dan (2) selesainya
pelayanan teller ke customer.
• Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Contoh model simulasi diskrit
• Pada tebel 1, kolom 1 s/d 4 adalah data sistem.
Data tersebut diasumsikan bahwa tidak ada
customer dalam sistem.
• Awal pelayanan diberikan pada kolom 5,
tergantung pada pelayanan pada customer
terdahulu yang telah selesai.
• Kolom 6,memperlihatkan selesainya waktu
pelayanan, merupakan jumlah kolom 5 dan
waktu pelayanan kolom 4.
• Nilai dari waktu antrian dan waktu sistem untuk
setiap customer disajikan dalam kolom 7 dan 8.
Contoh model simulasi diskrit
• Deskripsi orientasi kejadian dari status
customer dan jumlah customer dala
sistem disajikan dalam tabel 2.
• Dala tabel 2 diperlihatkan daftar kejadian
secara kronologis.
• Rata-rata jumlah customer dalam sistem
dihitung sebagai rata-rata waktu terbotot,
yaitu jumlah produk dari nomor sistem dan
pecahan waktu dimana nomor dalam
sistem berada.
Model Jaringan dalam sistem Bank
Kedatangan
Customer
Antrian
Customer
Antrian Customer
Customer
sedang
dilayani
Teller
Customer
yang telah
dilayani
Model Kejadian diskrit dalam sistem Bank
Initialization
Set Teller Idle
Set Number in
System to zero
Schedule first
Customer arrival event
Return
Initialization of Banking System Problem
Customer arrival sistem logic
Customer Arrival Event
Schedule next
Customer-arrival event, Save arrival time
Is teller idle? File Customer in queue
Return
Set teller busy
Schedule
end-of-processing event
Return
Yes
No
Customer arrival event logic
End-of-service event logic
End of service event
Collect time in system for customer
Is there a customer
waiting?
Set Idle
Return
Remove first waiting customer
Schedule
end-of-service event
Return
No
End-od-Service event logic
Pemodelan Simulasi Kontinyu
• Dalam model simulasi kontinyu, keadaan
sistem direpresentasikan oleh variabel
dependen yang berubah sepanjang waktu.
• Sebuah model simulasi kontinyu
dikonstruksikan dengan mendefinisikan
persamaan untu sebuah himpunan dari
keadaan variabel2.
• Keadaan variabel dalam model kontinyu
dapat direpresentasikan oleh salah satu
bentuk berikut :
Representasi keadaan variabel
1. Bentuk fungsi (y=f(x,t))
2. Difference equation (Yn+1 = ayn + bun)
3. Differential equation (dy/dt= f(x,t))
Membangun model kontinyu
1. Mengidentifikasikan variabel keadaan
yang dilukiskan.
2. Membangun deskripsi persamaan
tingkah laku variabel keadaan.
3. Mengidentifikasi kondisi dimana status
perubahan akan terjadi.
4. Menjelaskan nilai variabel keadaan
berdasarkan persamaan yang telah
ditentukan untuk membuat kemungkinan
perubahan yang terjadi.
Kompleksitas model kontinyu
• Perubahan terjadi dalam definisi persamaan.
Perubahan ini dapat berupa koefisien atau
bentuk persamaan yang terjadi pada waktu
keadaan atau kejadian keadaan.
• Perubahan diskrit dalam variabel keadaan dapat
terjadi.
• Persamaan himpunan simultan dapat terjadi
sebab adanya interaksi diantara variabel
keadaan.
• Variabel random termasuk kedalam definisi
persamaan.
Model kombinasi diskrit - kontinyu
• Spesifikasi kombinasi model dapat
dinyatakan dalam entitas, global, atau
variabel model, dan variabel keadaan.
• Tingkah laku dari model disimulasikan
dengan menghitung nilai dari variabel
keadaan pada step waktu yang singkat.
• Tiga dasar interaksi dapat terjadi antara
perubahan variabel diskrit dan kontinyu.
• Pertama perubahan diskrit dalam nilai
boleh dibuat dalam bentuk kontinyu.
Model kombinasi diskrit - kontinyu
• Kedua, sebuah variabel keadaan kontinyu yang
merupakan nilai ambang dapat meyebabkan
sebuah peristiwa terjadi atau dijadwalkan .
• Ketiga, diskripsi fungsional dari variabel kontinyu
dapat berubah menjadi variabel diskrit dalam
waktu yang singkat.
• Dalam pemodelan sistem kombinasi, aspek
kontinyu harus diutamakan. Aspek diskrit model
dibangun kemudian. Interaksi antara diskrit dan
kontinyu kemudian didekatkan.

More Related Content

Similar to 2_PEMODELAN_SIMULASI.pdf

Rpl 010 - perancangan arsitektural
Rpl   010 - perancangan arsitekturalRpl   010 - perancangan arsitektural
Rpl 010 - perancangan arsitektural
Febriyani Syafri
 
Perancangan sistem informasi m
Perancangan sistem informasi mPerancangan sistem informasi m
Perancangan sistem informasi m
Fathoni Yunior
 
file_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.ppt
file_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.pptfile_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.ppt
file_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.ppt
yuandita12345
 

Similar to 2_PEMODELAN_SIMULASI.pdf (20)

Bab16
Bab16Bab16
Bab16
 
Pertemuan14
Pertemuan14Pertemuan14
Pertemuan14
 
Rpl 010 - perancangan arsitektural
Rpl   010 - perancangan arsitekturalRpl   010 - perancangan arsitektural
Rpl 010 - perancangan arsitektural
 
4. pengembangan sim
4. pengembangan sim4. pengembangan sim
4. pengembangan sim
 
Perancangan sistem informasi m
Perancangan sistem informasi mPerancangan sistem informasi m
Perancangan sistem informasi m
 
Kak
KakKak
Kak
 
Materi 2 Konsep Dasar Simulasi.pptx
Materi 2 Konsep Dasar Simulasi.pptxMateri 2 Konsep Dasar Simulasi.pptx
Materi 2 Konsep Dasar Simulasi.pptx
 
Membangun sistem informasi management( kelompok 14)
Membangun sistem informasi management( kelompok 14)Membangun sistem informasi management( kelompok 14)
Membangun sistem informasi management( kelompok 14)
 
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - PendahuluanPenelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
 
Pertemuan 1.pdf
Pertemuan 1.pdfPertemuan 1.pdf
Pertemuan 1.pdf
 
Elemen simulasi
Elemen simulasiElemen simulasi
Elemen simulasi
 
Model sistem umum perusahaan
Model sistem umum perusahaanModel sistem umum perusahaan
Model sistem umum perusahaan
 
Rational Unified Process
Rational Unified ProcessRational Unified Process
Rational Unified Process
 
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
 
Apsi kel 4
Apsi kel 4Apsi kel 4
Apsi kel 4
 
2. konsep sistem_informasi
2. konsep sistem_informasi2. konsep sistem_informasi
2. konsep sistem_informasi
 
Pertemuan10
Pertemuan10Pertemuan10
Pertemuan10
 
Pertemuan10
Pertemuan10Pertemuan10
Pertemuan10
 
Tb 1 ppt sim kelompok 14
Tb 1 ppt sim kelompok 14Tb 1 ppt sim kelompok 14
Tb 1 ppt sim kelompok 14
 
file_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.ppt
file_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.pptfile_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.ppt
file_2013-09-23_16_38_27_Lalang_Erawan,_M.Kom__Pengertian_Sistem.ppt
 

2_PEMODELAN_SIMULASI.pdf

  • 2. Prinsip Dasar Selain didasarkan pada seni dan kreatifitas pemodelan juga didasarkan pada; 1. Konseptualisasi sebuah model membutuhkan pengetahuan sistem, pertimbangan teknis, dan perangkat pembangun sistem. 2. Kemampuan pemodel untuk membuat model 3. Proses pemodelan adalah evolusioner sebab aktivitas pemodelan menyatakan pentingnya setiap informasi
  • 3. Prinsip Pertama • Seorang pemodel harus memahami struktur dan aturan-aturan operasi sistem dan dapat mengekstrak esensi sistem tanpa memesukkan detail-detail yang tidak perlu. • Sebuah proyek pemodelan normalnya merupakan aktifitas interdisiplin dan harus memasukkan seorang pengambil keputusan sebagai bagian dari tim. • Dengan konseptualisasi model perlu memasukkan komponen2 struktural sistem, seperti schedule, algoritma, dan pengendali yang dibutuhkan untuk menjelaskan model.
  • 4. Prinsip Kedua • Model harus dibuat interaktif dalam bentuk grafis sebab sebuah model tidak hanya mendefinisikan dan menggembangkan tetapi secara kontinyu diperhalus, diperbaiki, dimodifikasi, dan dikembangkan sehingga selalu up-to-date
  • 5. Prinsip Ketiga • Informasi yang diperoleh selama proses pemodelan mendukung kegiatan pembuatan model dan mengukur aoutput lebih relevan dan akurat. • Proses pemodelan berlanjut hingga penambahan detil atau informasi tidak diperlukan lagi untuk menyelesaikan masalah atau waktu telah habis. • Selama proses evolusioner, relasi diantara sistem da model secara kontinyu didefinisikan dan didefinisikan ulang.
  • 6. Prinsip Ketiga • Simulasi model memperlihatkan tingkah laku model, dan akibatnya dalam sistem, dan memungkinkan adanya evolusi model selanjutnya. • Hasil korespondensi antara model dan sistem tidak hanya menyediakan model sebagai perangkat untuk penyelesaian masalah, tetapi menyediakan sistem yang lebih familiar untuk pemodel dan sarana pelatihan untuk pengguna selanjutnya.
  • 7. Model Based Problem Solving • Sebuah permasalahan atau tujuan menuntun pengembangan model. • Perumusan masalah yang didefinisikan dari kebutuhan dan syarat sistem. • Keberadaan dan bentuk data membantu menspesifikasikan batasan dan detail model. • Pemodel merupakan sumber daya yang digunakan untuk membangun model berdasarkan perumusan masalah dan data sistem yang ada.
  • 8. Model Based Problem Solving • Bentuk output model mensuport keputusan untuk membuat penyelesaian masalah atau mengatur kebijakan yang mengikuti keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditentukan. • Komponen-komponen tersebut dijelaskan dalam gambar berikut.
  • 9. Gb1. Model Based Problem Solving Decision Policies Problem Model Versions Model Sistem data Modeler Model Based Problem Solving
  • 10. Model Based Problem Solving • Langkah pertama dalam model based problem solving adalah memformulasikan masalah berdasarkan konteksnya, mengidentifikasi tujuan, mengukur performa sistem yang spesifik, mengatur tujuan sistem yang spesifik, dan secara umum mendefinisikan sistem untuk dimodelkan. • Keterangan lebih lanjut lihat gambar 2
  • 11. Gb2. Model and its control Problem Establish Modeling purpose MODEL Model and Its Control
  • 12. Model Based Problem Solving • Gb.3 memperlihatkan bahwa terdapat sebuah proses diantara data sistem dan penggunaan data tersebut didalam model. • Proses itu disebut pemodelan input. • Pemodelan input memasukkan determinasi suatu data sistem yang harus digunakan secara langsung dalam membuat model. • Barangkali data sistem dapat ditampilkan dalam bentuk histogram atau fungsi distribusi atau model sebab-akibat (regresi). • Tipe data yang dibutuhkan dikumpulkan mensuport pemodelan termasuk data yang menjelaskan elemen dan logika sistem.
  • 13. Gb.3 Model and its control Model System Data Model System Data Model and its control
  • 14. Model Based Problem Solving • Gambar 4. memperlihatkan bahwa seorang pemodel boleh menggunakan sistem simulasi untuk membangun model. • Sebuah sistem simulasi menyediakan sebuah lingkungan untuk membangun, men-debug, menguji, memferifikasi, menjalankan, dan menganalisa sistem simulasi. • Pemodel menyediakan input-output dalam bentuk grafis, eksekusi yang interaktif, distribusi data, analisa statistik, perawatan basisdata, laporan output mengguanakan bahasa simulasi.
  • 15. Role of simulation sistem MODEL Use Simulation System Modeler Role of Smulation System
  • 16. Model Based Problem Solving • Langkah terakhir dalam model based problem solving adalah mensuport pengambilan keputusan dan kebijakan. • Gb. 5 memperlihatkan, untuk sebuah analisa simulasi, tidak ada pekerjaan yang lengkap hingga hasilnya digunakan. • Perencanaan terhadap penggunakan model merupakan strategi dan taktik. • Didalamnya memperlihatkan interaksi antara pemodel dan pengambil keputusan untuk menjamin bahwa pengambil keputusan memahami model yang dibuat.
  • 17. Gb. 5 Model and its output Model Analyze output Decision Policies Model and Its Output
  • 18. Klasifikasi Pemodelan Simulasi • Model simulasi suatu sistem dapat diklasifikasikan sebagai, perubahan diskrit, perubahan kontinyu, dan kombinasi diskrit kontinyu. • Sebuah model diskrit memiliki variabel dependen yang hanya berubah pada saat tertentu selama waktu simulasi. • Sebagai contoh, waktu kejadian dalam sistem manufaktur berhubungan denga waktu yang dipesan dan diletakkan dalam sistem.
  • 19. Klasifikasi Pemodelan Simulasi • Model kontinyu memiliki variabel dependen yang mengikuti fungsi kontinyu waktu. • Sebagai contoh, waktu yang dibutuhkan untuk membongkar minyak dari tangki atau posisi sebuah “crane”. • Model kombinasi, memiliki variabel dependen dari sebuah model yang dapat berubah secara diskrit, kontinyu, atau kontinyu dengan sistem loncat. • Contohnya, ketika sebuah “crane” menjangkau suatu lokasi, pembongkaran muatan diinisialisasi.
  • 20. Pemodelan Simulasi Diskrit • Komponen yang mengikuti sistem diskrit seperti orang, peralatan, order, dan bahan baku disebut entitas. • Ada banyak tipe entitas dan masing-masing memiliki sifat atau atribut. • Dalam pemodelan simulasi pengelompokan entitas disebut files, set (himpunan), list (daftar), atau chain (rangkaian). • Tujuan dari pemodelan diskrit adalah memperlihatkan aktifitas diantara entitas dan mempelajari sesuatu tentang tingkah laku sistem dinamis.
  • 21. Pemodelan Simulasi Diskrit Ada 4 cara memformulasikan sistem diskrit: 1. Mendefinisikan perubahan keadaan yang terjadi setiap titik waktu. 2. Menjelaskan proses (jaringan) yang melewati entitas di dalam alur model. 3. Menjelaskan aktifitas dalam entitas yang dipesan. 4. Menjelaskan objek (entitas) dan kondisi yang merubah keadaan-keadaan objek.
  • 22. Contoh model simulasi diskrit • Salah satu contoh adalah pelayanan yang diberikan ke pelanggan (customer) oleh teller di sebuah bank. • Untuk memahami model, pertama kali didefinisikan keadaan sistem, dalam hal ini adalah status teller (sibuk/bebas) dan jumlah customer dalam sistem. • Keadaan dalam sistem akan berubah oleh (1) kedatangan customer dan (2) selesainya pelayanan teller ke customer. • Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
  • 23. Contoh model simulasi diskrit • Pada tebel 1, kolom 1 s/d 4 adalah data sistem. Data tersebut diasumsikan bahwa tidak ada customer dalam sistem. • Awal pelayanan diberikan pada kolom 5, tergantung pada pelayanan pada customer terdahulu yang telah selesai. • Kolom 6,memperlihatkan selesainya waktu pelayanan, merupakan jumlah kolom 5 dan waktu pelayanan kolom 4. • Nilai dari waktu antrian dan waktu sistem untuk setiap customer disajikan dalam kolom 7 dan 8.
  • 24. Contoh model simulasi diskrit • Deskripsi orientasi kejadian dari status customer dan jumlah customer dala sistem disajikan dalam tabel 2. • Dala tabel 2 diperlihatkan daftar kejadian secara kronologis. • Rata-rata jumlah customer dalam sistem dihitung sebagai rata-rata waktu terbotot, yaitu jumlah produk dari nomor sistem dan pecahan waktu dimana nomor dalam sistem berada.
  • 25. Model Jaringan dalam sistem Bank Kedatangan Customer Antrian Customer Antrian Customer Customer sedang dilayani Teller Customer yang telah dilayani
  • 26. Model Kejadian diskrit dalam sistem Bank Initialization Set Teller Idle Set Number in System to zero Schedule first Customer arrival event Return Initialization of Banking System Problem
  • 27. Customer arrival sistem logic Customer Arrival Event Schedule next Customer-arrival event, Save arrival time Is teller idle? File Customer in queue Return Set teller busy Schedule end-of-processing event Return Yes No Customer arrival event logic
  • 28. End-of-service event logic End of service event Collect time in system for customer Is there a customer waiting? Set Idle Return Remove first waiting customer Schedule end-of-service event Return No End-od-Service event logic
  • 29. Pemodelan Simulasi Kontinyu • Dalam model simulasi kontinyu, keadaan sistem direpresentasikan oleh variabel dependen yang berubah sepanjang waktu. • Sebuah model simulasi kontinyu dikonstruksikan dengan mendefinisikan persamaan untu sebuah himpunan dari keadaan variabel2. • Keadaan variabel dalam model kontinyu dapat direpresentasikan oleh salah satu bentuk berikut :
  • 30. Representasi keadaan variabel 1. Bentuk fungsi (y=f(x,t)) 2. Difference equation (Yn+1 = ayn + bun) 3. Differential equation (dy/dt= f(x,t))
  • 31. Membangun model kontinyu 1. Mengidentifikasikan variabel keadaan yang dilukiskan. 2. Membangun deskripsi persamaan tingkah laku variabel keadaan. 3. Mengidentifikasi kondisi dimana status perubahan akan terjadi. 4. Menjelaskan nilai variabel keadaan berdasarkan persamaan yang telah ditentukan untuk membuat kemungkinan perubahan yang terjadi.
  • 32. Kompleksitas model kontinyu • Perubahan terjadi dalam definisi persamaan. Perubahan ini dapat berupa koefisien atau bentuk persamaan yang terjadi pada waktu keadaan atau kejadian keadaan. • Perubahan diskrit dalam variabel keadaan dapat terjadi. • Persamaan himpunan simultan dapat terjadi sebab adanya interaksi diantara variabel keadaan. • Variabel random termasuk kedalam definisi persamaan.
  • 33. Model kombinasi diskrit - kontinyu • Spesifikasi kombinasi model dapat dinyatakan dalam entitas, global, atau variabel model, dan variabel keadaan. • Tingkah laku dari model disimulasikan dengan menghitung nilai dari variabel keadaan pada step waktu yang singkat. • Tiga dasar interaksi dapat terjadi antara perubahan variabel diskrit dan kontinyu. • Pertama perubahan diskrit dalam nilai boleh dibuat dalam bentuk kontinyu.
  • 34. Model kombinasi diskrit - kontinyu • Kedua, sebuah variabel keadaan kontinyu yang merupakan nilai ambang dapat meyebabkan sebuah peristiwa terjadi atau dijadwalkan . • Ketiga, diskripsi fungsional dari variabel kontinyu dapat berubah menjadi variabel diskrit dalam waktu yang singkat. • Dalam pemodelan sistem kombinasi, aspek kontinyu harus diutamakan. Aspek diskrit model dibangun kemudian. Interaksi antara diskrit dan kontinyu kemudian didekatkan.