SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
CRUSHING
Proses Crushing adalah suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi
mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain.Beberapa
alat yang digunakan :
1. Jaw Crusher
Terdapat 2 tipe jaw crusher yang umum digunakan sebagai tahap awal
proses kominusi batuan, yaitu Single Toggle dan Double Toggle (Blake) jaw
crusher. Disamping itu ada pula jenis Dodge crusher yang hanya efisien
digunakan untuk industri kecil atau untuk tujuan penelitian karena konstruksi
pembukaan setting produknya tidak fleksible, sehingga sering terjadi
penumpukan di dalam rongga pemecah batu yang berakibat mesin macet
Gambar 1
Elemen-Elemen Double Toggle (blake) Jaw Crusher
Gambar 2
Elemen-Elemen Single Toggle Jaw Crusher
Proses pemecahan batu dimulai pada bagian mulut jaw karena di tempat
ini terjadi mekanisme pembukaan dan pengecilan rongga pemecah batu. Pada
saat pembukaan berlangsung batuan turun karena gaya gravitasi ke dalam
rongga jaw dan penekanan terhadap batu terjadi pada saat pengecilan rongga.
Proses pembukaan dan pengecilan rongga berlangsung silih berganti
(intermittent) yang memungkinkan batuan pecah tidak saja oleh gaya tekan
tetapi juga gaya gesek (compression dan friction). Gerakan swing jaw plate
disamping maju mundur juga bergerak dengan pola eliptis (lihat Gambar 3)
tergantung jenis jaw crusher yang di pakai.
Pada jenis double toggle atau blake jaw crusher, gerakan maju mundur
swing jaw plate merupakan hasil transformasi gerakan poros eksentris yang
menaik-turunkan pitman,sehingga pada waktu yang bersamaan dihasilkan
tarikan dan dorongan terhadap toggle plate ganda karena pitman terletak
ditengah-tengah kedua toggle plate tersebut (lihat Gambar 1). Pada kondisi
berhenti pitman akan ditekan ke bawah oleh poros eksentris yang mengakibatkan
swing jaw plate mengayun dan akan berhenti pada posisi maju ke arah fixed jaw
plate. Pada posisi ini swing jaw menutup rongga, yang disebut Closed Side
Setting (CSS), dan lubang pengeluaran produkpun mengecil. Tidak semua jaw
crusher berhenti pada posisi CSS, terdapat pula yang berhenti pada posisi Open
Side Setting (OSS), yaitu posisi swing jaw plate menjahui fixed jaw plate dan
untuk mengetahuinya harus dilihat posisi poros eksentris pada saat berhenti
yang harus terletak di bawah.
Posisi poros eksentris harus di bawah pada saat berhenti adalah kunci
keselamatan kerja, sebab apabila posisinya di atas ada kemungkinan poros akan
berputar sendiri karena belum seimbang dengan gaya putar roda pemberat
(flywheel). Kemungkinan lain adalah bearing yang ada pada poros tersebut rusak
karena kekurangan pelumas atau sudah tidak lurus lagi (inalignment). Produk
dihasilkan oleh double toggle kasar-kasar dengan sedikit partikel halus dan
energi penggerak pun cukup besar. Bentuk butiran produk relatif kubikal karena
kesempatan penghancuran antar batuan lebih memungkinkan dibanding single
toggle.
Gambar 3
Pola Gerak Swing Jaw Plates Jaw Crusher
Pada jenis single toggle jaw crusher gaya tekan dari swing jaw plate
terbentuk langsung oleh poros eksentris yang ada di bagian atas unit (lihat
Gambar 2.). Oleh karena itu pola ayunan awing jaw menjadi eleptis karena
gerakan yang terjadi tidak hanya maju mundur, tetapi juga mengayun ke atas
(lihat Gambar 3.). Pada mulanya tipe ini hanya di rancang berukuran kecil untuk
memecah batu yang berukuran kecil pula (± 50cm). Tetapi sekarang tipe ini
sangat populer terutama pada tambang terbuka atau quarry karena
perawatannya lebih mudah dan unggul dalam meningkatkan kapasitas.
Kelemahan tipe ini antara lain kurang cocok dipakai untuk memecahkan batu
yang sangat keras, abrasif dan lengket. Kalau dipaksakan dapat menurunkan
kapasitas dan efisiensi karena adanya dorongan balik ke arah atas yang juga
membahayakan operator akibat gerakan eliptis dari swing jaw plate.
Mekanisme pemecahan batu pada jenis dodge crusher relatif sama dengan
blake, yaitu gerakan poros eksentris diteruskan oleh batang penghubung dan
sambungannya menuju swing. Pada saat umpan masuk terjadi proses reduksi di
bagian mulut jaw kemudian jatuh seiring dengan mundurnya swing jaw plate.
Kelemahan jenis ini adalah posisi poros pengikatnya yang justru terletak di
bagian bawah unit crusher yang tidak dapat maju mundur pada saat sedang
beroperasi. Hal ini memberi peluang besar akan terjadi penyumbatan atau
choking akibat bertumpuknya batuan di dalam cavity. Melihat kondisi ini, maka
jenis dodge crusher tidak dapat diharapkan berkapasitas besar seperti kedua
jenis jaw crusher lainnya. Lubang pengeluaran produksi ini dapat diperbesar dan
diperkecil dengan menyelipkan shim disekitar poros pengikat.
Untuk meningkatkan nisbah reduksi dan sekaligus menghindari adanya
penyumbatan, maka permukaan swing jaw plate dirancang melengkung keluar
seperti terlihat Gambar 4. Pada gambar tersebut terlihat bahwa gaya tekan swing
jaw plate lengkung terhadap umpan berukuran sama akan lebih besar dibanding
dengan swing jaw plate datar. Disamping itu, permukaan swing dan fixed jaw
plate biasanya dirancang bergelombang (corrugated) untuk mengurangi produk
partikel halus.
Proses reduksi terhadap setiap bongkahan batuan berlangsung secara
gradual seperti pada Gambar 5. Setiap garis melukiskan kedudukan batuan pada
saat posisi swing jaw plate maju (tertutup) dan mundur (terbuka). Misalnya,
garis nomor 1 adalah batas batuan pertama kali menyentuh swing jaw plate posisi
tertutup dan akan jatuh ke garis nomor 2 pada saat swing jaw pada posisi
terbuka, dan jarak vertikal antara garis 1 dan 2 menggambarkan kemajuan
penurunan batu tersebut. Apabila batu pada garis 2 tersebut pecah karena
gerakan maju swing jaw, maka pada saat swing jaw tersebut mundur pecahan
batu akan turun dan berada pada posisi garis nomor 3.
Gambar 4
Diagram Proses Reduksi Dengan Swing Jaw Plates Datar dan Lengkung
Gambar 5
Perbandingan Ukuran Rongga Pemecah Batu Pada Swing Jaw Plates Lengkung dan
Datar
Dapat dimengerti bahwa pada swing jaw datar luas relatif diantara dua garis
yang berbentuk trapesium di dalam rongga makin ke bawah akan berkurang dan
kondisi ini akan memberikan peluang terjadinya penyumbatan dengan peluang
terbesar akan terjadi pada bagian lubang pengeluaran produk. Peluang ini terjadi
karena batuan berukuran relatif besar yang berada pada zona pemecahan yang
sama akan menempati luas relatif yang sempit. Sementara itu pada swing jaw
plate lengkung luas relatif zona pemecahan batu makin ke bawah akan relatif
melebar dan akan memberikan kesempatan pada produk untuk turun lebih cepat
ke bagian paling bawah. Apabila dibandingkan Gambar 5.a. dan 5.b. akan terlihat
bahwa pada swing jaw datar bongkahan batu harus mengalami 10 kali
pemecahan untuk sampai ke lubang pengeluaran produkta, sedangkan pada
swing jaw lengkung hanya 8 kali. Ini menandakan bahwa kecepatan jatuh
batuan pada swing jaw lengkung lebih cepat dibanding swing jaw datar.
Disamping itu abu yang diperoleh dari proses pemecahan batu dengan
menggunakan rancangan swing jaw lengkung lebih sedikit.
2. Gyratory Crusher
Terdapat tiga jenis gyratory crusher, yaitu suspended-spindle, supported-
spindle, dan fixed spindle yang masing-masing unit dibedakan dari cara
menggerakkan poros tegak eksentris untuk menghasilkan putaran dan ayunan.
Secara umum proses pemecahan batu terjadi akibat putaran poros eksentris,
sehingga mantel yang menempel pada crushing head dapat berputar dan
sekaligus mengayun atau gyrates. Jadi reduksi batuan tidak hanya disebabkan
oleh gaya tekan tetapi juga oleh gaya geser yang diharapkan dapat membentuk
butiran produk menjadi relatif kubikal atau membulat (rounded). Proses
penekanan dan pergeseran terhadap batu tersebut berlangsung secara kontinyu,
cepat dan merata ke seluruh rongga pemecahan batu, sehingga permukaan batu
yang runcing dapat dihilangkan oleh gaya geser menjadi relatif bulat. Pada saat di
salah satu sisi terjadi proses penekanan dan pergeseran, maka melalui sisi
lainnya pecahan batu akan lolos atau keluar dari unit crusher sebagai produk.
Sketsa gyratory crusher jenis seperti terlihat pada Gambar 6, yaitu jenis
supported spindle.
Gambar 6
Penampang Tegak Gyratory Crusher Tipe Supported Spindle
Apabila gyratory crusher digunakan pada tahap primer mungkin bentuk
bongkahan tidak dipermasalahkan karena produknya akan diproses lebih lanjut
pada tahap sekunder dan tersier. Tidak demikian halnya pada tahap akhir suatu
proses pemecahan batu ± tahap sekunder atau tersier ± bentuk butir produk
sangat penting terutama apabila produknya akan dimanfaatkan sebagai salah
satu bahan baku campuran beton siap pakai (ready-mix concrete) atau ballast rel
kereta api. Teknik pembentukan produk agar membulat atau kubikal, antara lain
dengan memanfaatkan gaya geser seoptimal mungkin tidak hanya terjadi antara
batu dengan concave atau mantel saja, tetapi juga antar batuan. Oleh sebab itu
umpan yang masuk ke mulut crusher harus konstan untuk menjaga batas
ketinggiannya.
Mekanisme pemecahan batu di dalam cavity pada gyratory crusher jenis
suspended-spidledan supported-spindle adalah sama, yaitu proses tegak
berputar eksentris dari bagian bawahnya sedangkan bagian atas poros tetap
berputar pada satu titik. Perbedaannya terletak pada penyangga poros tersebut.
Pada suspended-spindle, poros tegak bagian bawah langsung tertanam pada
eksentris yang dihubungkan dengan poros penggerak; sedangkan pada
supportedspindle (Gambar 6), poros tegak bawahnya disangga oleh piston yang
dapat dinaik-turunkan secara hidrolis. Berbeda dengan poros tegak kedua jenis
gyratory tersebut , pada fixed-spindle seluruh kolom poros tegaknya eksentris,
sehingga geraknya tidak berputar dan mengayun, tetapi lebih tepat berputar
eksentris vertikal disepanjang rongga pemecah batu.
3. Cone Crusher
Pada dasarnya proses pemecahan batu di dalam rongga pemecah batu cone
crusher sama dengan gyratory. Setelah motor penggerak berputar, maka akan
diteruskan melalui poros penggerak dan gigi pinion menuju bevel gear untuk
memutarkan poros tegak yang tertanam pada silinder eksentris. Bedanya dengan
gyratory terletak pada kedudukan poros tegaknya yang tidak menggantung pada
spider arm, tetapi berdiri tegak dan tertanam di dalam silinder eksentris dan
pada bagian atas crushing head dipasang feed plate untuk menampung dan
mendistribusikan umpan keseluruh rongga.
Hampir seluruh rongga pemecahan batu, yaitu antara mantel dan bowl
liner, dirancang sejajar atau hampir sejajar seperti terlihat bentuk-bentuknya
pada Gambar 8, sehingga luas permukaan gerusnya lebih besar. Oleh karena itu
gerakan ayun-putar mantel akan menghasilkan gaya tekan dan geser terhadap
batuan secara intensif dan bentuk produk yang dihasilkan akan relatif lebih baik
dibanding tahap primer. Pada saat mantel mengayun rongga akan menyempit
dan akan terjadi tekanan terhadap batuan didalamnya dan pada saat yang
hampir sama batuan tersebut menderita geseran juga oleh putaran mantel.
Proses ini berlangsung terus menerus sampai pecahan batuan mendapat
kesempatan keluar bebas dari rongga sebagai produk.
Gambar 7
Penampang Tegak Standard Heavy Duty Cone Crusher
Gambar 8
Beberapa Tipe Kontur Cavity Pada Cone Crusher
Gaya akan menyebabkan batuan pecah mengikuti bidang lemahnya dan bentuk akhir
merupakan yang runcing dan kasar. Gaya geser dapat memberikan perbaikan terhadap
permukaan partikel dengan memangkas bagian-bagian yang runcing tersebut sehingga
partikel berbentuk relatif kubikal atau membulat. Untuk memperoleh bentuk butir yang
kubikal harus diupayakan gesekan antar partikel di dalam rongga berlangsung lama
sebelum keluar sebagai produk. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara, antara lain :
(1) mempertahankan level umpan di dalam feed box agar selalu konstan pada
ketinggian tertentu, sehingga cavity selalu penuh oleh batuan, dan (2) kecepatan putar
mantel harus optimum pada RPM tertentu. Untuk menstabilkan level umpan di dalam
feed box agar tetap pada ketinggian tertentu sebaliknya digunakan pengumpan
conveyor (conveyor feeder) yang dapat diatur kecepatan laju alirnya, ukuran butir
umpan harus relatif seragam dan setting pengeluaran harus selalu dikontrol.
TUGAS 1
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
³MEKANISME KERJA DAN BAGIAN ± BAGIAN ALAT CRUSHER´
Oleh :
Amat sapri
03081002064
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

More Related Content

What's hot

MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Proses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industriProses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industriBonita Susimah
 
Presentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, GurdiPresentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, GurdiEssyKarundeng
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
176523087 sluice-box
176523087 sluice-box176523087 sluice-box
176523087 sluice-boxainulyaqin89
 
Dasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik PengeboranDasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik PengeboranlombkTBK
 
Mengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboranMengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboranseed3d
 
Bagian - Bagian Belt Conveyor
Bagian - Bagian Belt ConveyorBagian - Bagian Belt Conveyor
Bagian - Bagian Belt ConveyorCV. Bakti
 
Proses manufaktur mesin bubut
Proses manufaktur mesin bubutProses manufaktur mesin bubut
Proses manufaktur mesin bubutNur Hidayah
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisiAlen Pepa
 
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampusIstilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampusAling Syahril
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaAlen Pepa
 
Presentasi dan studi kasus perhitungan tower crane
Presentasi dan studi kasus perhitungan tower cranePresentasi dan studi kasus perhitungan tower crane
Presentasi dan studi kasus perhitungan tower craneBung HaFied
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAUdian haryanto
 

What's hot (20)

Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan GalianPengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
 
Pertambangan bauksit
Pertambangan bauksitPertambangan bauksit
Pertambangan bauksit
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Humprey spiral
Humprey spiralHumprey spiral
Humprey spiral
 
Proses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industriProses pembuatan keramik - bahan galian industri
Proses pembuatan keramik - bahan galian industri
 
Dapur kupola
Dapur kupolaDapur kupola
Dapur kupola
 
Presentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, GurdiPresentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
Presentasi Mesin Frais, Bor, Gurdi
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
176523087 sluice-box
176523087 sluice-box176523087 sluice-box
176523087 sluice-box
 
Dasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik PengeboranDasar Dasar Teknik Pengeboran
Dasar Dasar Teknik Pengeboran
 
Metoda Penambangan
Metoda PenambanganMetoda Penambangan
Metoda Penambangan
 
Mengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboranMengidentifikasi alat alat pemboran
Mengidentifikasi alat alat pemboran
 
Bagian - Bagian Belt Conveyor
Bagian - Bagian Belt ConveyorBagian - Bagian Belt Conveyor
Bagian - Bagian Belt Conveyor
 
Proses manufaktur mesin bubut
Proses manufaktur mesin bubutProses manufaktur mesin bubut
Proses manufaktur mesin bubut
 
Mesin gerinda finish
Mesin gerinda finishMesin gerinda finish
Mesin gerinda finish
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisi
 
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampusIstilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
Istilah dalam-pengolahan-bahan-galian referensi kuliah di kampus
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
Presentasi dan studi kasus perhitungan tower crane
Presentasi dan studi kasus perhitungan tower cranePresentasi dan studi kasus perhitungan tower crane
Presentasi dan studi kasus perhitungan tower crane
 
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAULAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
LAPORAN CNC MILLING DAN TURNING TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
 

Similar to OPTIMALISASI PROSES CRUSHING

PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptxPPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptxrahmawatipebrianata
 
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptxPPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptxHaryadi49
 
Tugas pengolahan bahan galian double roll crusher
Tugas pengolahan bahan galian double roll crusherTugas pengolahan bahan galian double roll crusher
Tugas pengolahan bahan galian double roll crusherSylvester Saragih
 
Problem kepasiran di lapangan miigas.ppt
Problem kepasiran di lapangan miigas.pptProblem kepasiran di lapangan miigas.ppt
Problem kepasiran di lapangan miigas.pptRistiyanRagil1
 
Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )yusri861993
 
Mesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emasMesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emasKhairul Fadli
 
Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2
Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2
Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2Yoel Begal
 
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.pptpdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.pptRiskyRahmann
 
Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014
Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014
Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014Dedy Hartono
 
bab8 Deformasi bagtuan.pdf
bab8 Deformasi bagtuan.pdfbab8 Deformasi bagtuan.pdf
bab8 Deformasi bagtuan.pdfAgus Budiharso
 

Similar to OPTIMALISASI PROSES CRUSHING (12)

Double roll mill
Double roll millDouble roll mill
Double roll mill
 
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptxPPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
 
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptxPPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
PPT_Modul_Daring_KB_3_Teknik_Pemboran.pptx
 
Tugas pengolahan bahan galian double roll crusher
Tugas pengolahan bahan galian double roll crusherTugas pengolahan bahan galian double roll crusher
Tugas pengolahan bahan galian double roll crusher
 
Problem kepasiran di lapangan miigas.ppt
Problem kepasiran di lapangan miigas.pptProblem kepasiran di lapangan miigas.ppt
Problem kepasiran di lapangan miigas.ppt
 
Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )Makalah geologi struktur ( tugas )
Makalah geologi struktur ( tugas )
 
Mesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emasMesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emas
 
Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2
Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2
Jbptitbpp gdl-jemmigumil-30922-3-2008ta-2
 
Pertemuan 7-1.pdf
Pertemuan 7-1.pdfPertemuan 7-1.pdf
Pertemuan 7-1.pdf
 
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.pptpdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
 
Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014
Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014
Presentasi alat pemadat_Metode Konstruksi_kelompok2_UNS_2014
 
bab8 Deformasi bagtuan.pdf
bab8 Deformasi bagtuan.pdfbab8 Deformasi bagtuan.pdf
bab8 Deformasi bagtuan.pdf
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

OPTIMALISASI PROSES CRUSHING

  • 1. CRUSHING Proses Crushing adalah suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain.Beberapa alat yang digunakan : 1. Jaw Crusher Terdapat 2 tipe jaw crusher yang umum digunakan sebagai tahap awal proses kominusi batuan, yaitu Single Toggle dan Double Toggle (Blake) jaw crusher. Disamping itu ada pula jenis Dodge crusher yang hanya efisien digunakan untuk industri kecil atau untuk tujuan penelitian karena konstruksi pembukaan setting produknya tidak fleksible, sehingga sering terjadi penumpukan di dalam rongga pemecah batu yang berakibat mesin macet Gambar 1 Elemen-Elemen Double Toggle (blake) Jaw Crusher
  • 2. Gambar 2 Elemen-Elemen Single Toggle Jaw Crusher Proses pemecahan batu dimulai pada bagian mulut jaw karena di tempat ini terjadi mekanisme pembukaan dan pengecilan rongga pemecah batu. Pada saat pembukaan berlangsung batuan turun karena gaya gravitasi ke dalam rongga jaw dan penekanan terhadap batu terjadi pada saat pengecilan rongga. Proses pembukaan dan pengecilan rongga berlangsung silih berganti (intermittent) yang memungkinkan batuan pecah tidak saja oleh gaya tekan tetapi juga gaya gesek (compression dan friction). Gerakan swing jaw plate disamping maju mundur juga bergerak dengan pola eliptis (lihat Gambar 3) tergantung jenis jaw crusher yang di pakai. Pada jenis double toggle atau blake jaw crusher, gerakan maju mundur swing jaw plate merupakan hasil transformasi gerakan poros eksentris yang menaik-turunkan pitman,sehingga pada waktu yang bersamaan dihasilkan tarikan dan dorongan terhadap toggle plate ganda karena pitman terletak ditengah-tengah kedua toggle plate tersebut (lihat Gambar 1). Pada kondisi berhenti pitman akan ditekan ke bawah oleh poros eksentris yang mengakibatkan
  • 3. swing jaw plate mengayun dan akan berhenti pada posisi maju ke arah fixed jaw plate. Pada posisi ini swing jaw menutup rongga, yang disebut Closed Side Setting (CSS), dan lubang pengeluaran produkpun mengecil. Tidak semua jaw crusher berhenti pada posisi CSS, terdapat pula yang berhenti pada posisi Open Side Setting (OSS), yaitu posisi swing jaw plate menjahui fixed jaw plate dan untuk mengetahuinya harus dilihat posisi poros eksentris pada saat berhenti yang harus terletak di bawah. Posisi poros eksentris harus di bawah pada saat berhenti adalah kunci keselamatan kerja, sebab apabila posisinya di atas ada kemungkinan poros akan berputar sendiri karena belum seimbang dengan gaya putar roda pemberat (flywheel). Kemungkinan lain adalah bearing yang ada pada poros tersebut rusak karena kekurangan pelumas atau sudah tidak lurus lagi (inalignment). Produk dihasilkan oleh double toggle kasar-kasar dengan sedikit partikel halus dan energi penggerak pun cukup besar. Bentuk butiran produk relatif kubikal karena kesempatan penghancuran antar batuan lebih memungkinkan dibanding single toggle. Gambar 3 Pola Gerak Swing Jaw Plates Jaw Crusher
  • 4. Pada jenis single toggle jaw crusher gaya tekan dari swing jaw plate terbentuk langsung oleh poros eksentris yang ada di bagian atas unit (lihat Gambar 2.). Oleh karena itu pola ayunan awing jaw menjadi eleptis karena gerakan yang terjadi tidak hanya maju mundur, tetapi juga mengayun ke atas (lihat Gambar 3.). Pada mulanya tipe ini hanya di rancang berukuran kecil untuk memecah batu yang berukuran kecil pula (± 50cm). Tetapi sekarang tipe ini sangat populer terutama pada tambang terbuka atau quarry karena perawatannya lebih mudah dan unggul dalam meningkatkan kapasitas. Kelemahan tipe ini antara lain kurang cocok dipakai untuk memecahkan batu yang sangat keras, abrasif dan lengket. Kalau dipaksakan dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi karena adanya dorongan balik ke arah atas yang juga membahayakan operator akibat gerakan eliptis dari swing jaw plate. Mekanisme pemecahan batu pada jenis dodge crusher relatif sama dengan blake, yaitu gerakan poros eksentris diteruskan oleh batang penghubung dan sambungannya menuju swing. Pada saat umpan masuk terjadi proses reduksi di bagian mulut jaw kemudian jatuh seiring dengan mundurnya swing jaw plate. Kelemahan jenis ini adalah posisi poros pengikatnya yang justru terletak di bagian bawah unit crusher yang tidak dapat maju mundur pada saat sedang beroperasi. Hal ini memberi peluang besar akan terjadi penyumbatan atau choking akibat bertumpuknya batuan di dalam cavity. Melihat kondisi ini, maka jenis dodge crusher tidak dapat diharapkan berkapasitas besar seperti kedua jenis jaw crusher lainnya. Lubang pengeluaran produksi ini dapat diperbesar dan diperkecil dengan menyelipkan shim disekitar poros pengikat. Untuk meningkatkan nisbah reduksi dan sekaligus menghindari adanya penyumbatan, maka permukaan swing jaw plate dirancang melengkung keluar seperti terlihat Gambar 4. Pada gambar tersebut terlihat bahwa gaya tekan swing jaw plate lengkung terhadap umpan berukuran sama akan lebih besar dibanding dengan swing jaw plate datar. Disamping itu, permukaan swing dan fixed jaw plate biasanya dirancang bergelombang (corrugated) untuk mengurangi produk partikel halus.
  • 5. Proses reduksi terhadap setiap bongkahan batuan berlangsung secara gradual seperti pada Gambar 5. Setiap garis melukiskan kedudukan batuan pada saat posisi swing jaw plate maju (tertutup) dan mundur (terbuka). Misalnya, garis nomor 1 adalah batas batuan pertama kali menyentuh swing jaw plate posisi tertutup dan akan jatuh ke garis nomor 2 pada saat swing jaw pada posisi terbuka, dan jarak vertikal antara garis 1 dan 2 menggambarkan kemajuan penurunan batu tersebut. Apabila batu pada garis 2 tersebut pecah karena gerakan maju swing jaw, maka pada saat swing jaw tersebut mundur pecahan batu akan turun dan berada pada posisi garis nomor 3. Gambar 4 Diagram Proses Reduksi Dengan Swing Jaw Plates Datar dan Lengkung Gambar 5 Perbandingan Ukuran Rongga Pemecah Batu Pada Swing Jaw Plates Lengkung dan Datar
  • 6. Dapat dimengerti bahwa pada swing jaw datar luas relatif diantara dua garis yang berbentuk trapesium di dalam rongga makin ke bawah akan berkurang dan kondisi ini akan memberikan peluang terjadinya penyumbatan dengan peluang terbesar akan terjadi pada bagian lubang pengeluaran produk. Peluang ini terjadi karena batuan berukuran relatif besar yang berada pada zona pemecahan yang sama akan menempati luas relatif yang sempit. Sementara itu pada swing jaw plate lengkung luas relatif zona pemecahan batu makin ke bawah akan relatif melebar dan akan memberikan kesempatan pada produk untuk turun lebih cepat ke bagian paling bawah. Apabila dibandingkan Gambar 5.a. dan 5.b. akan terlihat bahwa pada swing jaw datar bongkahan batu harus mengalami 10 kali pemecahan untuk sampai ke lubang pengeluaran produkta, sedangkan pada swing jaw lengkung hanya 8 kali. Ini menandakan bahwa kecepatan jatuh batuan pada swing jaw lengkung lebih cepat dibanding swing jaw datar. Disamping itu abu yang diperoleh dari proses pemecahan batu dengan menggunakan rancangan swing jaw lengkung lebih sedikit. 2. Gyratory Crusher Terdapat tiga jenis gyratory crusher, yaitu suspended-spindle, supported- spindle, dan fixed spindle yang masing-masing unit dibedakan dari cara menggerakkan poros tegak eksentris untuk menghasilkan putaran dan ayunan. Secara umum proses pemecahan batu terjadi akibat putaran poros eksentris, sehingga mantel yang menempel pada crushing head dapat berputar dan sekaligus mengayun atau gyrates. Jadi reduksi batuan tidak hanya disebabkan oleh gaya tekan tetapi juga oleh gaya geser yang diharapkan dapat membentuk butiran produk menjadi relatif kubikal atau membulat (rounded). Proses penekanan dan pergeseran terhadap batu tersebut berlangsung secara kontinyu, cepat dan merata ke seluruh rongga pemecahan batu, sehingga permukaan batu yang runcing dapat dihilangkan oleh gaya geser menjadi relatif bulat. Pada saat di salah satu sisi terjadi proses penekanan dan pergeseran, maka melalui sisi lainnya pecahan batu akan lolos atau keluar dari unit crusher sebagai produk.
  • 7. Sketsa gyratory crusher jenis seperti terlihat pada Gambar 6, yaitu jenis supported spindle. Gambar 6 Penampang Tegak Gyratory Crusher Tipe Supported Spindle Apabila gyratory crusher digunakan pada tahap primer mungkin bentuk bongkahan tidak dipermasalahkan karena produknya akan diproses lebih lanjut pada tahap sekunder dan tersier. Tidak demikian halnya pada tahap akhir suatu proses pemecahan batu ± tahap sekunder atau tersier ± bentuk butir produk sangat penting terutama apabila produknya akan dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku campuran beton siap pakai (ready-mix concrete) atau ballast rel kereta api. Teknik pembentukan produk agar membulat atau kubikal, antara lain dengan memanfaatkan gaya geser seoptimal mungkin tidak hanya terjadi antara
  • 8. batu dengan concave atau mantel saja, tetapi juga antar batuan. Oleh sebab itu umpan yang masuk ke mulut crusher harus konstan untuk menjaga batas ketinggiannya. Mekanisme pemecahan batu di dalam cavity pada gyratory crusher jenis suspended-spidledan supported-spindle adalah sama, yaitu proses tegak berputar eksentris dari bagian bawahnya sedangkan bagian atas poros tetap berputar pada satu titik. Perbedaannya terletak pada penyangga poros tersebut. Pada suspended-spindle, poros tegak bagian bawah langsung tertanam pada eksentris yang dihubungkan dengan poros penggerak; sedangkan pada supportedspindle (Gambar 6), poros tegak bawahnya disangga oleh piston yang dapat dinaik-turunkan secara hidrolis. Berbeda dengan poros tegak kedua jenis gyratory tersebut , pada fixed-spindle seluruh kolom poros tegaknya eksentris, sehingga geraknya tidak berputar dan mengayun, tetapi lebih tepat berputar eksentris vertikal disepanjang rongga pemecah batu. 3. Cone Crusher Pada dasarnya proses pemecahan batu di dalam rongga pemecah batu cone crusher sama dengan gyratory. Setelah motor penggerak berputar, maka akan diteruskan melalui poros penggerak dan gigi pinion menuju bevel gear untuk memutarkan poros tegak yang tertanam pada silinder eksentris. Bedanya dengan gyratory terletak pada kedudukan poros tegaknya yang tidak menggantung pada spider arm, tetapi berdiri tegak dan tertanam di dalam silinder eksentris dan pada bagian atas crushing head dipasang feed plate untuk menampung dan mendistribusikan umpan keseluruh rongga. Hampir seluruh rongga pemecahan batu, yaitu antara mantel dan bowl liner, dirancang sejajar atau hampir sejajar seperti terlihat bentuk-bentuknya pada Gambar 8, sehingga luas permukaan gerusnya lebih besar. Oleh karena itu gerakan ayun-putar mantel akan menghasilkan gaya tekan dan geser terhadap batuan secara intensif dan bentuk produk yang dihasilkan akan relatif lebih baik dibanding tahap primer. Pada saat mantel mengayun rongga akan menyempit dan akan terjadi tekanan terhadap batuan didalamnya dan pada saat yang hampir sama batuan tersebut menderita geseran juga oleh putaran mantel.
  • 9. Proses ini berlangsung terus menerus sampai pecahan batuan mendapat kesempatan keluar bebas dari rongga sebagai produk. Gambar 7 Penampang Tegak Standard Heavy Duty Cone Crusher Gambar 8 Beberapa Tipe Kontur Cavity Pada Cone Crusher
  • 10. Gaya akan menyebabkan batuan pecah mengikuti bidang lemahnya dan bentuk akhir merupakan yang runcing dan kasar. Gaya geser dapat memberikan perbaikan terhadap permukaan partikel dengan memangkas bagian-bagian yang runcing tersebut sehingga partikel berbentuk relatif kubikal atau membulat. Untuk memperoleh bentuk butir yang kubikal harus diupayakan gesekan antar partikel di dalam rongga berlangsung lama sebelum keluar sebagai produk. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara, antara lain : (1) mempertahankan level umpan di dalam feed box agar selalu konstan pada ketinggian tertentu, sehingga cavity selalu penuh oleh batuan, dan (2) kecepatan putar mantel harus optimum pada RPM tertentu. Untuk menstabilkan level umpan di dalam feed box agar tetap pada ketinggian tertentu sebaliknya digunakan pengumpan conveyor (conveyor feeder) yang dapat diatur kecepatan laju alirnya, ukuran butir umpan harus relatif seragam dan setting pengeluaran harus selalu dikontrol.
  • 11. TUGAS 1 PENGOLAHAN BAHAN GALIAN ³MEKANISME KERJA DAN BAGIAN ± BAGIAN ALAT CRUSHER´ Oleh : Amat sapri 03081002064 UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN