SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
Deformasi dan Struktur Batuan
183
BAB VIII
Deformasi dan Struktur Batuan
8.1. Pendahuluan
Geologi struktural adalah studi tentang distribusi tiga dimensi
unit batuan yang berhubungan dengan sejarah deformasi
mereka. Tujuan utama geologi struktural adalah dengan
menggunakan pengukuran geometri batuan saat ini untuk
menemukan informasi tentang sejarah deformasi bebatuan
tersebut, dan akhirnya, untuk memahami arah stres yang
menghasilkan strain dan geometri yang diamati saat ini seperti
lipatan yang terdapat pada Gambar 8.1. Pemahaman tentang
dinamika arah stres ini dapat dikaitkan dengan kejadian penting
di masa lalu secara geologi. Tujuan yang sama adalah untuk
memahami evolusi struktural suatu area tertentu sehubungan
dengan pola deformasi batuan yang meluas secara regional
karena efek lempeng tektonik.
Studi struktur geologi telah menjadi bagian yang sangat penting
dalam geologi ekonomi, geologi minyak bumi dan geologi
pertambangan. Pada kasus minyak dan gas bumi, lapisan batu
yang terdilipat dan terpatahkan biasanya berupa perangkap
yang terdapat cairan pekat seperti minyak bumi dan gas alam.
Demikian pula, area yang terpatahkan dan kompleks secara
struktural dapat dikenali sebagai zona permeabel untuk cairan
hidrotermal, yang menghasilkan area terkonsentrasi dari
endapan bijih logam mulia. Rekahan mineral yang mengandung
berbagai logam umumnya mengalami patahan dan fraktur di
daerah yang kompleks secara struktural. Zona-zona yang
terstruktur ini sering terjadi melibatkan batuan beku yang
mengganggu.
Gambar 8.1. Batuan yang telah
terdeformasi terlipat lipat seperti
motif wallpaper
Deformasi dan Struktur Batuan
184
Geologi struktural adalah bagian penting dari rekayasa geologi,
yang berkaitan dengan sifat fisik dan mekanik alami batuan.
Struktural batuan seperti patahan (fault), lipatan (fold) dan
sendi (joint) merupakan kelemahan internal batuan yang dapat
mempengaruhi stabilitas struktur rekayasa manusia seperti
bendungan, pemotongan jalan, tambang terbuka dan tambang
bawah tanah atau terowongan jalan.
Pada Bab VIII ini akan dibahas bagaimana batuan bisa
mengalami deformasi, dan sruktur batuan yang diakibatkan
oleh gaya luar penyebab deformasi tersebut. Struktur batuan
yang dimaksud ini adalah struktur skunder dimana struktur
batuan terjadi setelah pembentukan batuan selesai.
8.2. Gaya Penyebeb Deformasi Batuan
Deformasi adalah perubahan bentuk batuan yang disebabkan
oleh gaya luar yang bekerja pada batuan tersebut. Terdapat
empat arah gaya yang menyebabkan batuan terdeformasi, yaitu,
confining stress, tensional stress, compressional stress dan shear
stress seperti terlihat pada Gambar 8.2
Gambar 8.2 Arah gaya yang menyebabkan deformasi batuan
Deformasi dan Struktur Batuan
185
Gaya Kompresi (Compressional force/Compressional
Stress)
Istilah kompresi mengacu pada satu set tekanan yang diarahkan
ke pusat massa batuan. Kekuatan tekan mengacu pada tegangan
tekan maksimum yang dapat diaplikasikan pada material
sebelum terjadi deformasi. Bila tegangan tekan maksimum
berada pada orientasi horisontal, maka dapat menyebabkan
thrust faulting, menghasilkan pemendekan dan penebalan
bagian lapisan tersebut. Tekanan kompresif juga bisa
mengakibatkan melipatnya bentuk batu. Karena besarnya
tegangan litostatik pada lempeng tektonik, maka akan
menyebabkan deformasi skala tektonik. Gambar 8.3
memperlihatkan hasil dari gaya kompresi yang menyebabkan
penyempitan jarak sehingga menghasilkan reverse fault pada
batuan. Pada gambar bagian atas terlihat compressive fault
akibat untuk sakala percobaan di lab. Sedangkan pada gambar
bagian bawah adalah data kondisi bawah permukaan tanah
yang di ambil dengan data seismic yang terlihat hingga
kedalaman lebihkurang 2.5 km.
Gaya kompresi ini bisa diakibatkan oleh tekanan yang dilakukan
oleh pergerakan lempeng samudera sebagai akibat dari adanya
arus konveksi pada pemekaran lantai samudera.
Gaya Tarik (Tendsional force/Extendsional Stress)
Selain gaya kompresi, ada juga gaya tarik yang menyebabkan
adanya penambahan ruang pada bagian yang ditarik. Gaya ini
disebabkan secara tidak langsung oleh tarikan gaya gravitasi
bumi sehingga bagian masa yang tertarik ini akan menarik
bagian masa di sekitar massa tersebut. Ini terlihat jelas pada
cekungan yang sudah terisi oleh sedimen sehingga
menghasilkan masa yang lebih besar, yang akibatnya akan
menyebabkan tegangan tarik di sekitar cekungan tersubut.
Gambar 8.4 memperlihatkan gaya tarik yang menyebabkan
patahan normal (normal fault).
Deformasi dan Struktur Batuan
186
Gambar 8.3. Compressive fault yang menyebabkan penyempitan jarak sehingga menghasilkan
reverse fault. Percobaan di lab (Atas) dan data seismic yang terlihat hingga kedalaman
lebihkurang 2.5 km (Bawah)
Deformasi dan Struktur Batuan
187
Gambar 8.4. Percobaan pada lab dengan menggunakan gaya tarik sehingga menghasilkan
patahan normal (normal fault) pada batuan tersebut.
Deformasi dan Struktur Batuan
188
Dapat disimpulkan :
Kompresi (Compression)
Stres yang bertindak untuk mempersingkat/mempersempit
objek.
Tarikan / regangan (Tention)
Stres yang bertindak untuk memperpanjang suatu objek.
Stres normal
Stres yang bertindak tegak lurus terhadap permukaan. Bisa
berupa kompresi atau tensi.
Stres geser
Stres yang bekerja sejajar dengan permukaan. Hal ini dapat
menyebabkan satu objek meluncur di atas yang lain. Ini juga
cenderung merubah bentuk semula benda persegi ke dalam
parallelograms. Definisi yang paling umum adalah stres geser
berfungsi untuk mengubah sudut pada objek.
8.3. Deformasi Batuan
Tegangan (Stress) adalah kuantitas fisik yang mengekspresikan
kekuatan internal yang mana partikel-partikel tetangga dari
bahan kontinyu saling mengerahkan, sementara regangan
(Strain) adalah ukuran deformasi ataupun perubahan bentuk
material. Misalnya, ketika sebuah bilah vertikal padat
mendukung suatu berat, masing-masing partikel di batang
mendorong partikel langsung di bawahnya. Bila cairan berada
dalam wadah tertutup di bawah tekanan, masing-masing
partikel terdorong oleh partikel sekitarnya.
Perilaku Material
Elastis (Elastic)
Bahan mengalami deformasi di bawah tekanan namun kembali
ke ukuran dan bentuk aslinya saat tekanan dilepaskan. Tidak
ada deformasi permanen. Beberapa strain elastis, seperti pada
karet gelang, bisa berukuran besar, tapi di batuan biasanya
cukup kecil untuk dianggap sangat kecil.
Deformasi dan Struktur Batuan
189
Ductile
Material mengalami deformasi tanpa putus. Logam adalah ulet.
Banyak materi menunjukkan kedua tipe perilaku. Mereka
mungkin mengalami deformasi dengan cara yang ulet jika
berubah bentuk perlahan, tapi akan patah jika berubah bentuk
terlalu cepat atau terlalu banyak gaya yang diberikan. Batuan
biasanya lentur pada suhu tinggi.
Rapuh (brittle)
Material mengalami deformasi dengan fraktur (patah). Kaca jika
diberi gaya melebihi kekuatannya akan rapuh. Batu biasanya
rapuh pada suhu rendah.
Perubahan besarnya stress yang diberikan terhadap perubahan
bentuk (strain) dapat di ekpresikan seperti pada grafik di
Gambar 8.5
Gambar 8.6 memperlihatkan coring batuan (batuan yang di
sampel membentuk silinder) yang di diberi gaya yang sama
namun pada suhu suhu yang berbeda beda. Pada sebelah kiri
adalah sebelum diberi stress, yang tengah adalah tekanan pada
suhu rendah. Suhu rendah ini di asumsikan materal batuan
berada pada zona dangkal. Gambar yang ditengah (suhu rendah)
terlihat batuan yang diberi stress mengalami retakan.
Sedangkan yang sebelah kanan adalah dikondisikan batuan
pada kedalaman sekitar 7 km sehingga suhu diprediksi sekitar
3000 C. Pada suhu ini diberi stress yang sama, namun batuan
tidak mengalami retakan.
Dari percobaan ini terlihat bahwa pada suhu rendah batuan
akan bersifat brittle (rapuh), sedangkan pada suhu yang agak
tinggi batuan akan bersipat plastic (ductile). Suhu yang agak
tinggi akan melemahkan ikatan batuan dan membuat batuan
yang kaku akan kehilangan sifat kekakuannya.
Deformasi dan Struktur Batuan
190
Gambar 8.5. Hubungan antara stress dan strain pada materi bumi
Gambar 8.6. Core batuan sebelum diberi stress (kiri), setelah diberi stress pada suhu rendah
(tengah), pada suhu agak tinggi (kanan)
Deformasi dan Struktur Batuan
191
8.4. Struktur Sekunder Batuan
Struktur batuan sekunder terjadi pada batuan akibat adanya
stres (seperti kompresi atau peregangan) yang dialami batuan
setelah formasi aslinya. Strukturnya paling mudah diamati jika
bebatuan memiliki struktur primer yang jelas, seperti lapisan
stratifikasi yang dibentuk oleh episode endapan berturut-turut.
Lapisan pengendapan endapan primer hampir selalu horizontal:
paralel dengan konfigurasi umum permukaan tempat
pengendapan terjadi, seperti dataran banjir atau dasar danau
atau lautan. Karena itu, ketika lapisan ditemukan yang tidak
horisontal, ahli geologi mengasumsikan bahwa beberapa
kekuatan telah diberikan pada mereka yang telah
menghancurkan horizontalnya semula.
Ada beberapa struktur skunder yang akan dibahas pada Bab ini
yaitu: 1. Patahan (Fault), 2. Lipatan (Fold), 3. Cekungan (Basin)
dan 4. Kubah (Dome)
Patahan (Fault)
Patahan adalah bergeser ataupun patahnya posisi formasi
batuan dari posisi semula yang bisa saja diikuti dengan naiknya
atau turunnya salah satu bagian batuan atau kedua dua bagian
tersebut namun menghasilkan ketinggian yang tidak sama dari
posisi mula mula. Patahan ini bisa disebabkan oleh stress
regangan, stress compresi dan stress geser. Pada patahan
terapat tiga istilah: bidang patahan, yaitu garis patahnya batuan.
Kemudian hanging wall (dinding yang tergantung) yaitu bagian
batuan yang berada diatas bidang atahan, dan foot wall (dinding
kaki) yaitu bagian yang berada dibawah bidang patahan
(Gambar 8.7). Ada beberapa jenis patahan diantaranya, 1.
Patahan normal (Normal fault), 2. Patahan terbalik (Reverse
fault), 3. Patahan thrust (Thrust fault), 4. Patahan geser (Strike
slip fault), dan 5. Patahan oblik (Oblique fault). Patahan pada
nomor 1, 2 dan 3 di grupkan pada patahan Dip Slip (pergeseran
menyudut), yang mana patahan ini membuat sudut tertentu
dengan bidang horizontal formasi batuan tersebut.
Deformasi dan Struktur Batuan
192
Patahan normal (Normal fault)
Patahan normal adalah disebabkan oleh stress regangan
(tendsional) sehingga ada bagian formasi batuan yang
bertambah panjangnya yang mengakibatkan ada bagian batuan
hanging wall yang turun. Jika terdapat runtutan patahan normal
pada suatu kawasan maka di sebut Horst dan Graben (Gambar
8.8)
Patahan terbalik (Reverse fault)
Patahan terbalik adalah disebabkan oleh stress kompresi
(compressional stres) sehingga ada bagian formasi batuan yang
berkurang panjangnya yang mengakibatkan ada bagian batuan
hanging wall yang naik (Gambar 8.9).
Patahan thrust (Thrust fault)
Patahan thrust sama dengan reverse fault namun sudutnya
terhadap horizontal lebih kecil dibandingkan dengan reverse
fault (Gambar 8.9).
Patahan geser lurus (Strike slip fault)
Patahan ini disebabkan oleh gaya yang saling mendorong
namun posisi gaya tersebut tidak saling berhadapan namun
gaya gaya tersebut saling bersampingan sehingga terjadi
patahan geser. Patahan ini pada umumnya biasa terjadi pada
batas Transform (Gambar 8.10)
Gambar 8.7. Patahan kategori Dip Slip.
Deformasi dan Struktur Batuan
193
Gambar 8.8. Patahan normal (kiri) dan rentetan patahan normal Horst dan Graben(kanan)
Gambar 8.9. Patahan reverse (kiri) dan patahan thrust (kanan)
Gambar 8.10. Patahan geser mendatar (strike slip fault)
Deformasi dan Struktur Batuan
194
Patahan geser oblik (Oblique fault)
Patahan ini disebabkan oleh beberapa gaya yang bekerja. Ada
gaya yang bertindak sebagai penggeser sehingga terjadi
pergeseran dan juga ada gaya yang menarik pada arah yang
tegak lurus dari gaya geser tersebut sehingga terjadi patahan
normal. Hasil akhir dari adanya stress stress ini menghasilkan
patahan geser oblik (Gambar 8.11)
Gambar 8.11. Patahan geser oblik (oblique fault)
Lipatan (Fold)
Lipatan terjadi ketika formasi batuan diberi gaya kompresi
sehingga batuan tersebut mengalami deformasi dalam bentuk
terlipat. Hal ini berbeda dengan patahan, lipatan adalah
perubahan formasi batuan bersipat ductile sedangkan patahan
adalah perubahan batuan bersifat brittle. Ada dua sebab
mengapa batuan membentuk lipatan ketika mendapat gaya,
Deformasi dan Struktur Batuan
195
yaitu batuan terlipat dan gaya tidak bekerja lagi sebelum
elasititas batuan berakhir. Dalam buku ini akan dibahas lipatan
yang berbentuk Antiklin dan Sinklin (Gambar 8.12),
Antiklin (Anticline) adalah lipatan batuan yang menggelembung
keatas akibat dari gaya yang mendorong secara lateral.
Sedangkan sinklin (Sincline) adalah lipatan yang
menggelembung kearah bawah. Adapun perbedaan sinklin dan
antiklin adalah akibat perbedaan arah gaya yang dialami oleh
formasi batuan tersebut. Jika antiklin terkikis oleh erosi, maka
batuan yang berumur termuda tersingkap pada pinggiran
singkapan batuan antiklin tersebut. Namun jika struktur sinklin
terkikis air dan tersingkap di permukaan maka batuan yang
termuda akan tersingkap di tengah tengah lipatan.
Terdapat beberapa variasi bentuk lipatan sinklin dan antiklin
seperti terlihat pada Gambar 8.12. Antiklin dan sinklin yang
simetri menandakan adanya gaya yang sama kuat mendorong
dan membentuk antiklin dan sinklin ini. Namun jika tidak
simetris, ini mengindikasikan bahwa gaya yang lebih kuat
menyebabkan lipatan yang lebih miring dan tidak simetri.
Deformasi dan Struktur Batuan
196
Gambar 8.12. Lipatan antiklin dan sinklin
Deformasi dan Struktur Batuan
197
Kubah (Dome)
Kubah merupakan akibat dari gaya dorong dari semua arah
dengan arah sedikit menyudut dibawah garis horizontal
sehingga batuan batuan tersebut mengalami lipatan. Kubah
tidak selalu berbentuk lingkaran namun bisa saja memanjang
tergantung besarnya gara dari arah arah yang berhadapan.
Jika kubah terkikis air maka bagian yang tengah adalah batuan
yang berumur paling tua dan umur batuan akan lebih muda
kearah luar dari pusat singkapan kubah tersebut (Gambar 8.13).
Gambar 8.13. Kubah
Deformasi dan Struktur Batuan
198
Cekungan (Basin)
Cekungan merupakan akibat dari tekukan batuan yang
terdorong oleh gaya lateral. Jika lempeng samudra hindia
subduksi dibawah pulau sumatera maka bagian timur lempeng
benua pembentuk pulau sumatera akan mengalami kerutan
kebawah dan membentuk cekungan.
Jika cekungan terkikis air maka bagian yang tengah adalah
batuan yang berumur paling muda dan umur batuan akan lebih
tua kearah luar dari pusat singkapan cekungan tersebut
(Gambar 8.14)
Gambar 8.14. Cekungan
Deformasi dan Struktur Batuan
199
Pertanyaan BAB VIII
1. Jelaskan sumber gaya utama penyebab terjadinya deformasi
batuan secara umum?
2. Jelaskan perbedaan antara stress regangan, menekan dan
geser.
3. Apa perbedaan bentuk material diberi gaya jika sifat ductile
nya lebih besar dari sifat elasticnya?
4. Bagaimana perbedaan besar gaya yang diberikan pada
benda yang bersifat brittle dengan yang bersifat ductil?
5. Jelaskan arah gaya yang menyebabkan terjadinya deformasi
batuan dan jenis deformasi yang diakibatkannya.
6. Apa perbedaan antara deformasi patahan dan lipatan jika
ditinjau dari sifat bahan batuan tersebut.
7. Apa perbedaan antar cekungan dan kubah bila ditinjau dari
umur batuan basing basing struktur tersebut.
Deformasi dan Struktur Batuan
200
Daftar Pustaka dan Tambahan Bacaan
1. Blatt, Harvey and Robert J. Tracy, Petrology, W.H.Freeman, 2nd ed., 1996, p. 355 ISBN
0-7167-2438-3
2. Wilkinson, Bruce H.; McElroy, Brandon J.; Kesler, Stephen E.; Peters, Shanan E.;
Rothman, Edward D. (2008). "Global geologic maps are tectonic speedometers – Rates
of rock cycling from area-age frequencies". Geological Society of America Bulletin. 121
(5–6): 760–79. doi:10.1130/B26457.1.
3. Wicander R. & Munroe J. (2005). Essentials of Geology. Cengage Learning. pp. 174–77.
ISBN 9780495013655.
4. Ludman, Allan, 1982, Physical Geology, McGraw-Hill
5. Buchner, K & R. Grapes (2011). "Metamorphic rocks". Petrogenesis of Metamorphic
Rocks. Springer. pp. 21–56. doi:10.1007/978-3-540-74169-5_2. ISBN 978-3-540-
74168-8.

More Related Content

Similar to bab8 Deformasi bagtuan.pdf

Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
PPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptx
PPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptxPPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptx
PPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptxazzuryalfarabi
 
Struktur_Geologi_ppt.pptx
Struktur_Geologi_ppt.pptxStruktur_Geologi_ppt.pptx
Struktur_Geologi_ppt.pptxbaya13
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog... Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...Mario Yuven
 
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)Faizin Mahfudz
 
Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)
Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)
Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)Andi Anriansyah
 
Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)
Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)
Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)Nurul Afdal Haris
 
Makalah Geo
Makalah GeoMakalah Geo
Makalah Geonureaal
 
Geomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologi
Geomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologiGeomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologi
Geomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologiIsaacHamonangan
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Verani Nurizki
 
Struktur Geology Unconformity
Struktur Geology UnconformityStruktur Geology Unconformity
Struktur Geology UnconformityIpung Noor
 
4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptx
4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptx4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptx
4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptxAsepMuhamadYusup
 
BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)Riadi
 
Tektonisme - Geografi (kelas 10)
Tektonisme - Geografi (kelas 10)Tektonisme - Geografi (kelas 10)
Tektonisme - Geografi (kelas 10)Lovegood Loony
 

Similar to bab8 Deformasi bagtuan.pdf (20)

Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
PPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptx
PPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptxPPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptx
PPTGEOFISIKA_CHAPTER7.pptx
 
Struktur_Geologi_ppt.pptx
Struktur_Geologi_ppt.pptxStruktur_Geologi_ppt.pptx
Struktur_Geologi_ppt.pptx
 
1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang
 
1.geoteknik tambang 1
1.geoteknik tambang 11.geoteknik tambang 1
1.geoteknik tambang 1
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog... Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
101830804 laporan-tugas-stabilitas-lereng (1)
 
Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)
Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)
Rock Mass Classification (Klasifikasi Massa Batuan)
 
Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)
Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)
Tugas Geologi Dasar (Tektonisme)
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
Makalah Geo
Makalah GeoMakalah Geo
Makalah Geo
 
Kekar
KekarKekar
Kekar
 
Geomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologi
Geomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologiGeomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologi
Geomorf 8 geomorfologi sedimen terkena struktur geologi
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
 
Awal triaxial
Awal triaxialAwal triaxial
Awal triaxial
 
Struktur Geology Unconformity
Struktur Geology UnconformityStruktur Geology Unconformity
Struktur Geology Unconformity
 
4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptx
4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptx4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptx
4. Pembentukan Lautan dan Daratan.pptx
 
BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)BAB 3 (Geologi Struktur)
BAB 3 (Geologi Struktur)
 
Tektonisme - Geografi (kelas 10)
Tektonisme - Geografi (kelas 10)Tektonisme - Geografi (kelas 10)
Tektonisme - Geografi (kelas 10)
 
Geologi dasar
Geologi dasarGeologi dasar
Geologi dasar
 

Recently uploaded

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 

Recently uploaded (20)

PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 

bab8 Deformasi bagtuan.pdf

  • 1. Deformasi dan Struktur Batuan 183 BAB VIII Deformasi dan Struktur Batuan 8.1. Pendahuluan Geologi struktural adalah studi tentang distribusi tiga dimensi unit batuan yang berhubungan dengan sejarah deformasi mereka. Tujuan utama geologi struktural adalah dengan menggunakan pengukuran geometri batuan saat ini untuk menemukan informasi tentang sejarah deformasi bebatuan tersebut, dan akhirnya, untuk memahami arah stres yang menghasilkan strain dan geometri yang diamati saat ini seperti lipatan yang terdapat pada Gambar 8.1. Pemahaman tentang dinamika arah stres ini dapat dikaitkan dengan kejadian penting di masa lalu secara geologi. Tujuan yang sama adalah untuk memahami evolusi struktural suatu area tertentu sehubungan dengan pola deformasi batuan yang meluas secara regional karena efek lempeng tektonik. Studi struktur geologi telah menjadi bagian yang sangat penting dalam geologi ekonomi, geologi minyak bumi dan geologi pertambangan. Pada kasus minyak dan gas bumi, lapisan batu yang terdilipat dan terpatahkan biasanya berupa perangkap yang terdapat cairan pekat seperti minyak bumi dan gas alam. Demikian pula, area yang terpatahkan dan kompleks secara struktural dapat dikenali sebagai zona permeabel untuk cairan hidrotermal, yang menghasilkan area terkonsentrasi dari endapan bijih logam mulia. Rekahan mineral yang mengandung berbagai logam umumnya mengalami patahan dan fraktur di daerah yang kompleks secara struktural. Zona-zona yang terstruktur ini sering terjadi melibatkan batuan beku yang mengganggu. Gambar 8.1. Batuan yang telah terdeformasi terlipat lipat seperti motif wallpaper
  • 2. Deformasi dan Struktur Batuan 184 Geologi struktural adalah bagian penting dari rekayasa geologi, yang berkaitan dengan sifat fisik dan mekanik alami batuan. Struktural batuan seperti patahan (fault), lipatan (fold) dan sendi (joint) merupakan kelemahan internal batuan yang dapat mempengaruhi stabilitas struktur rekayasa manusia seperti bendungan, pemotongan jalan, tambang terbuka dan tambang bawah tanah atau terowongan jalan. Pada Bab VIII ini akan dibahas bagaimana batuan bisa mengalami deformasi, dan sruktur batuan yang diakibatkan oleh gaya luar penyebab deformasi tersebut. Struktur batuan yang dimaksud ini adalah struktur skunder dimana struktur batuan terjadi setelah pembentukan batuan selesai. 8.2. Gaya Penyebeb Deformasi Batuan Deformasi adalah perubahan bentuk batuan yang disebabkan oleh gaya luar yang bekerja pada batuan tersebut. Terdapat empat arah gaya yang menyebabkan batuan terdeformasi, yaitu, confining stress, tensional stress, compressional stress dan shear stress seperti terlihat pada Gambar 8.2 Gambar 8.2 Arah gaya yang menyebabkan deformasi batuan
  • 3. Deformasi dan Struktur Batuan 185 Gaya Kompresi (Compressional force/Compressional Stress) Istilah kompresi mengacu pada satu set tekanan yang diarahkan ke pusat massa batuan. Kekuatan tekan mengacu pada tegangan tekan maksimum yang dapat diaplikasikan pada material sebelum terjadi deformasi. Bila tegangan tekan maksimum berada pada orientasi horisontal, maka dapat menyebabkan thrust faulting, menghasilkan pemendekan dan penebalan bagian lapisan tersebut. Tekanan kompresif juga bisa mengakibatkan melipatnya bentuk batu. Karena besarnya tegangan litostatik pada lempeng tektonik, maka akan menyebabkan deformasi skala tektonik. Gambar 8.3 memperlihatkan hasil dari gaya kompresi yang menyebabkan penyempitan jarak sehingga menghasilkan reverse fault pada batuan. Pada gambar bagian atas terlihat compressive fault akibat untuk sakala percobaan di lab. Sedangkan pada gambar bagian bawah adalah data kondisi bawah permukaan tanah yang di ambil dengan data seismic yang terlihat hingga kedalaman lebihkurang 2.5 km. Gaya kompresi ini bisa diakibatkan oleh tekanan yang dilakukan oleh pergerakan lempeng samudera sebagai akibat dari adanya arus konveksi pada pemekaran lantai samudera. Gaya Tarik (Tendsional force/Extendsional Stress) Selain gaya kompresi, ada juga gaya tarik yang menyebabkan adanya penambahan ruang pada bagian yang ditarik. Gaya ini disebabkan secara tidak langsung oleh tarikan gaya gravitasi bumi sehingga bagian masa yang tertarik ini akan menarik bagian masa di sekitar massa tersebut. Ini terlihat jelas pada cekungan yang sudah terisi oleh sedimen sehingga menghasilkan masa yang lebih besar, yang akibatnya akan menyebabkan tegangan tarik di sekitar cekungan tersubut. Gambar 8.4 memperlihatkan gaya tarik yang menyebabkan patahan normal (normal fault).
  • 4. Deformasi dan Struktur Batuan 186 Gambar 8.3. Compressive fault yang menyebabkan penyempitan jarak sehingga menghasilkan reverse fault. Percobaan di lab (Atas) dan data seismic yang terlihat hingga kedalaman lebihkurang 2.5 km (Bawah)
  • 5. Deformasi dan Struktur Batuan 187 Gambar 8.4. Percobaan pada lab dengan menggunakan gaya tarik sehingga menghasilkan patahan normal (normal fault) pada batuan tersebut.
  • 6. Deformasi dan Struktur Batuan 188 Dapat disimpulkan : Kompresi (Compression) Stres yang bertindak untuk mempersingkat/mempersempit objek. Tarikan / regangan (Tention) Stres yang bertindak untuk memperpanjang suatu objek. Stres normal Stres yang bertindak tegak lurus terhadap permukaan. Bisa berupa kompresi atau tensi. Stres geser Stres yang bekerja sejajar dengan permukaan. Hal ini dapat menyebabkan satu objek meluncur di atas yang lain. Ini juga cenderung merubah bentuk semula benda persegi ke dalam parallelograms. Definisi yang paling umum adalah stres geser berfungsi untuk mengubah sudut pada objek. 8.3. Deformasi Batuan Tegangan (Stress) adalah kuantitas fisik yang mengekspresikan kekuatan internal yang mana partikel-partikel tetangga dari bahan kontinyu saling mengerahkan, sementara regangan (Strain) adalah ukuran deformasi ataupun perubahan bentuk material. Misalnya, ketika sebuah bilah vertikal padat mendukung suatu berat, masing-masing partikel di batang mendorong partikel langsung di bawahnya. Bila cairan berada dalam wadah tertutup di bawah tekanan, masing-masing partikel terdorong oleh partikel sekitarnya. Perilaku Material Elastis (Elastic) Bahan mengalami deformasi di bawah tekanan namun kembali ke ukuran dan bentuk aslinya saat tekanan dilepaskan. Tidak ada deformasi permanen. Beberapa strain elastis, seperti pada karet gelang, bisa berukuran besar, tapi di batuan biasanya cukup kecil untuk dianggap sangat kecil.
  • 7. Deformasi dan Struktur Batuan 189 Ductile Material mengalami deformasi tanpa putus. Logam adalah ulet. Banyak materi menunjukkan kedua tipe perilaku. Mereka mungkin mengalami deformasi dengan cara yang ulet jika berubah bentuk perlahan, tapi akan patah jika berubah bentuk terlalu cepat atau terlalu banyak gaya yang diberikan. Batuan biasanya lentur pada suhu tinggi. Rapuh (brittle) Material mengalami deformasi dengan fraktur (patah). Kaca jika diberi gaya melebihi kekuatannya akan rapuh. Batu biasanya rapuh pada suhu rendah. Perubahan besarnya stress yang diberikan terhadap perubahan bentuk (strain) dapat di ekpresikan seperti pada grafik di Gambar 8.5 Gambar 8.6 memperlihatkan coring batuan (batuan yang di sampel membentuk silinder) yang di diberi gaya yang sama namun pada suhu suhu yang berbeda beda. Pada sebelah kiri adalah sebelum diberi stress, yang tengah adalah tekanan pada suhu rendah. Suhu rendah ini di asumsikan materal batuan berada pada zona dangkal. Gambar yang ditengah (suhu rendah) terlihat batuan yang diberi stress mengalami retakan. Sedangkan yang sebelah kanan adalah dikondisikan batuan pada kedalaman sekitar 7 km sehingga suhu diprediksi sekitar 3000 C. Pada suhu ini diberi stress yang sama, namun batuan tidak mengalami retakan. Dari percobaan ini terlihat bahwa pada suhu rendah batuan akan bersifat brittle (rapuh), sedangkan pada suhu yang agak tinggi batuan akan bersipat plastic (ductile). Suhu yang agak tinggi akan melemahkan ikatan batuan dan membuat batuan yang kaku akan kehilangan sifat kekakuannya.
  • 8. Deformasi dan Struktur Batuan 190 Gambar 8.5. Hubungan antara stress dan strain pada materi bumi Gambar 8.6. Core batuan sebelum diberi stress (kiri), setelah diberi stress pada suhu rendah (tengah), pada suhu agak tinggi (kanan)
  • 9. Deformasi dan Struktur Batuan 191 8.4. Struktur Sekunder Batuan Struktur batuan sekunder terjadi pada batuan akibat adanya stres (seperti kompresi atau peregangan) yang dialami batuan setelah formasi aslinya. Strukturnya paling mudah diamati jika bebatuan memiliki struktur primer yang jelas, seperti lapisan stratifikasi yang dibentuk oleh episode endapan berturut-turut. Lapisan pengendapan endapan primer hampir selalu horizontal: paralel dengan konfigurasi umum permukaan tempat pengendapan terjadi, seperti dataran banjir atau dasar danau atau lautan. Karena itu, ketika lapisan ditemukan yang tidak horisontal, ahli geologi mengasumsikan bahwa beberapa kekuatan telah diberikan pada mereka yang telah menghancurkan horizontalnya semula. Ada beberapa struktur skunder yang akan dibahas pada Bab ini yaitu: 1. Patahan (Fault), 2. Lipatan (Fold), 3. Cekungan (Basin) dan 4. Kubah (Dome) Patahan (Fault) Patahan adalah bergeser ataupun patahnya posisi formasi batuan dari posisi semula yang bisa saja diikuti dengan naiknya atau turunnya salah satu bagian batuan atau kedua dua bagian tersebut namun menghasilkan ketinggian yang tidak sama dari posisi mula mula. Patahan ini bisa disebabkan oleh stress regangan, stress compresi dan stress geser. Pada patahan terapat tiga istilah: bidang patahan, yaitu garis patahnya batuan. Kemudian hanging wall (dinding yang tergantung) yaitu bagian batuan yang berada diatas bidang atahan, dan foot wall (dinding kaki) yaitu bagian yang berada dibawah bidang patahan (Gambar 8.7). Ada beberapa jenis patahan diantaranya, 1. Patahan normal (Normal fault), 2. Patahan terbalik (Reverse fault), 3. Patahan thrust (Thrust fault), 4. Patahan geser (Strike slip fault), dan 5. Patahan oblik (Oblique fault). Patahan pada nomor 1, 2 dan 3 di grupkan pada patahan Dip Slip (pergeseran menyudut), yang mana patahan ini membuat sudut tertentu dengan bidang horizontal formasi batuan tersebut.
  • 10. Deformasi dan Struktur Batuan 192 Patahan normal (Normal fault) Patahan normal adalah disebabkan oleh stress regangan (tendsional) sehingga ada bagian formasi batuan yang bertambah panjangnya yang mengakibatkan ada bagian batuan hanging wall yang turun. Jika terdapat runtutan patahan normal pada suatu kawasan maka di sebut Horst dan Graben (Gambar 8.8) Patahan terbalik (Reverse fault) Patahan terbalik adalah disebabkan oleh stress kompresi (compressional stres) sehingga ada bagian formasi batuan yang berkurang panjangnya yang mengakibatkan ada bagian batuan hanging wall yang naik (Gambar 8.9). Patahan thrust (Thrust fault) Patahan thrust sama dengan reverse fault namun sudutnya terhadap horizontal lebih kecil dibandingkan dengan reverse fault (Gambar 8.9). Patahan geser lurus (Strike slip fault) Patahan ini disebabkan oleh gaya yang saling mendorong namun posisi gaya tersebut tidak saling berhadapan namun gaya gaya tersebut saling bersampingan sehingga terjadi patahan geser. Patahan ini pada umumnya biasa terjadi pada batas Transform (Gambar 8.10) Gambar 8.7. Patahan kategori Dip Slip.
  • 11. Deformasi dan Struktur Batuan 193 Gambar 8.8. Patahan normal (kiri) dan rentetan patahan normal Horst dan Graben(kanan) Gambar 8.9. Patahan reverse (kiri) dan patahan thrust (kanan) Gambar 8.10. Patahan geser mendatar (strike slip fault)
  • 12. Deformasi dan Struktur Batuan 194 Patahan geser oblik (Oblique fault) Patahan ini disebabkan oleh beberapa gaya yang bekerja. Ada gaya yang bertindak sebagai penggeser sehingga terjadi pergeseran dan juga ada gaya yang menarik pada arah yang tegak lurus dari gaya geser tersebut sehingga terjadi patahan normal. Hasil akhir dari adanya stress stress ini menghasilkan patahan geser oblik (Gambar 8.11) Gambar 8.11. Patahan geser oblik (oblique fault) Lipatan (Fold) Lipatan terjadi ketika formasi batuan diberi gaya kompresi sehingga batuan tersebut mengalami deformasi dalam bentuk terlipat. Hal ini berbeda dengan patahan, lipatan adalah perubahan formasi batuan bersipat ductile sedangkan patahan adalah perubahan batuan bersifat brittle. Ada dua sebab mengapa batuan membentuk lipatan ketika mendapat gaya,
  • 13. Deformasi dan Struktur Batuan 195 yaitu batuan terlipat dan gaya tidak bekerja lagi sebelum elasititas batuan berakhir. Dalam buku ini akan dibahas lipatan yang berbentuk Antiklin dan Sinklin (Gambar 8.12), Antiklin (Anticline) adalah lipatan batuan yang menggelembung keatas akibat dari gaya yang mendorong secara lateral. Sedangkan sinklin (Sincline) adalah lipatan yang menggelembung kearah bawah. Adapun perbedaan sinklin dan antiklin adalah akibat perbedaan arah gaya yang dialami oleh formasi batuan tersebut. Jika antiklin terkikis oleh erosi, maka batuan yang berumur termuda tersingkap pada pinggiran singkapan batuan antiklin tersebut. Namun jika struktur sinklin terkikis air dan tersingkap di permukaan maka batuan yang termuda akan tersingkap di tengah tengah lipatan. Terdapat beberapa variasi bentuk lipatan sinklin dan antiklin seperti terlihat pada Gambar 8.12. Antiklin dan sinklin yang simetri menandakan adanya gaya yang sama kuat mendorong dan membentuk antiklin dan sinklin ini. Namun jika tidak simetris, ini mengindikasikan bahwa gaya yang lebih kuat menyebabkan lipatan yang lebih miring dan tidak simetri.
  • 14. Deformasi dan Struktur Batuan 196 Gambar 8.12. Lipatan antiklin dan sinklin
  • 15. Deformasi dan Struktur Batuan 197 Kubah (Dome) Kubah merupakan akibat dari gaya dorong dari semua arah dengan arah sedikit menyudut dibawah garis horizontal sehingga batuan batuan tersebut mengalami lipatan. Kubah tidak selalu berbentuk lingkaran namun bisa saja memanjang tergantung besarnya gara dari arah arah yang berhadapan. Jika kubah terkikis air maka bagian yang tengah adalah batuan yang berumur paling tua dan umur batuan akan lebih muda kearah luar dari pusat singkapan kubah tersebut (Gambar 8.13). Gambar 8.13. Kubah
  • 16. Deformasi dan Struktur Batuan 198 Cekungan (Basin) Cekungan merupakan akibat dari tekukan batuan yang terdorong oleh gaya lateral. Jika lempeng samudra hindia subduksi dibawah pulau sumatera maka bagian timur lempeng benua pembentuk pulau sumatera akan mengalami kerutan kebawah dan membentuk cekungan. Jika cekungan terkikis air maka bagian yang tengah adalah batuan yang berumur paling muda dan umur batuan akan lebih tua kearah luar dari pusat singkapan cekungan tersebut (Gambar 8.14) Gambar 8.14. Cekungan
  • 17. Deformasi dan Struktur Batuan 199 Pertanyaan BAB VIII 1. Jelaskan sumber gaya utama penyebab terjadinya deformasi batuan secara umum? 2. Jelaskan perbedaan antara stress regangan, menekan dan geser. 3. Apa perbedaan bentuk material diberi gaya jika sifat ductile nya lebih besar dari sifat elasticnya? 4. Bagaimana perbedaan besar gaya yang diberikan pada benda yang bersifat brittle dengan yang bersifat ductil? 5. Jelaskan arah gaya yang menyebabkan terjadinya deformasi batuan dan jenis deformasi yang diakibatkannya. 6. Apa perbedaan antara deformasi patahan dan lipatan jika ditinjau dari sifat bahan batuan tersebut. 7. Apa perbedaan antar cekungan dan kubah bila ditinjau dari umur batuan basing basing struktur tersebut.
  • 18. Deformasi dan Struktur Batuan 200 Daftar Pustaka dan Tambahan Bacaan 1. Blatt, Harvey and Robert J. Tracy, Petrology, W.H.Freeman, 2nd ed., 1996, p. 355 ISBN 0-7167-2438-3 2. Wilkinson, Bruce H.; McElroy, Brandon J.; Kesler, Stephen E.; Peters, Shanan E.; Rothman, Edward D. (2008). "Global geologic maps are tectonic speedometers – Rates of rock cycling from area-age frequencies". Geological Society of America Bulletin. 121 (5–6): 760–79. doi:10.1130/B26457.1. 3. Wicander R. & Munroe J. (2005). Essentials of Geology. Cengage Learning. pp. 174–77. ISBN 9780495013655. 4. Ludman, Allan, 1982, Physical Geology, McGraw-Hill 5. Buchner, K & R. Grapes (2011). "Metamorphic rocks". Petrogenesis of Metamorphic Rocks. Springer. pp. 21–56. doi:10.1007/978-3-540-74169-5_2. ISBN 978-3-540- 74168-8.