Sistem saraf dan indera lansia mengalami perubahan morfologi dan fisiologi seperti penurunan koordinasi dan kemampuan motorik, penurunan persepsi sensorik, dan penurunan jaringan saraf pusat. Perubahan pada sistem penglihatan, pendengaran, peraba, pengecap dan penciuman juga terjadi seiring bertambahnya usia seperti penurunan elastisitas lensa mata dan gangguan pendengaran tinggi. Proses menua menyebabkan penur
1. Sistem saraf
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respons motorik pada
susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif. Hal ini terjadi karena susunan
saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologi s dan biokimia. Berat otak pada
lansia berkurang berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak pada otak
sehingga otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit, dan badan sel saraf banyak yang
mengalami banyak kematian, sedangkan yang hidup mengalami perubahan. Dendrit yang
berfungsi untuk komunikasi antar sel saraf mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan
kehilangan kontak antarsel saraf. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga
gerakan menjadi lamban (Pudjiastuti, 2003).
Sistem Indera
Perubahan sistem indera yang dibahas meliputi penglihatan, pendengaran, pengecap,
penghidu, dan peraba. Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight). Lensa
kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus.
Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh dan dekat berkurang. Penggunaan
kaca mata dan sistem penerangan yang baik dapat digunakan untuk mengompensasi hal
tersebut (Pujiastuti,2003).
Gangguan pendengaran pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang
terjadi selama otitis media atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi
dengan terapi. Pada lansia yang sering terjadi adalah hilangnya high pitch terutama konsonan
(Pujiastuti,2003).
Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis
Penglihatan
Penurunan jaringan lemak sekitar
mata
Penurunan penglihatan jarak dekat
Penurunan elastisitas dan tonus
jaringan
Penurunan koordinasi gerak bola
mata
Penurunan kekuatan otot mata Distorsi bayangan
Penurunan ketajaman kornea Pandangan biru-merah
Degenerasi pada sklera, pupil, dan iris Compromised night vision
Peningkatan frekuensi proses
terjadinya penyakit
Penurunan ketajaman mengenali
warna hijau,biru,dan ungu
Peningkatan densitas dan rigiditas
lensa
Kesulitan mengenali benda yang
bergerak
Perlambatan proses informasi dari
sistem saraf pusat
Pendengaran
Penurunan sel rambut koklea Kesulitan mendengar ssuara
berfrekuensi tinggi
Perubahan telinga dalam Penurunan kemampuan membedakan
2. pola titik nada
Degenerasi pusat pendengaran Penurunan kemampuan dan
penerimaan bicara
Hilangnya fungsi neurotransmitter Penurunan fungsi membedakan
ucapan
Pujiastuti, Sri Surini & Utomo Budi. Fisioterapi pada Lansia. Ester Monica,editor. Jakarta:
EGC,2003. hal. 11, 15-16
Proses menua dan implikasi klinis
Menurut Alex Comfort (1940) dasar dari proses menua adalah kegagalan fungsi
homeostatik penyesuaian diri terhadap faktor intrinsik dan ekstrinsik. Menua adalah proses
yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang rapuh dengan berkurangnya
sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meingkatnya kerentanan terhadap berbagai
penyakit seiring dengan bertambahnya usia. Terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak
hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik namun juga terhadap fungsi dan tanggapan
pada kehidupan sehari-hari.
Pada beberapa individu, laju penurunannya mungkin cepat dan dramatis, sementara
pada individu lainnya perubahannya kuranhg bermakna. Proses menua bukanlah sesuatu yang
terjadi hanya pada orang berusia lanjut, melainkan suatu proses normal yang berlangsung
sejak maturitas dan berakhir dengan kematian. Berbagai faktor seperti faktor genetik, gaya
hidup, dan lingkungan mungkin lebih besar untuk mengakibatkan gangguan fungsi daripada
usia itu sendiri. Di sisi lain, hubungan antara usia dan penyakit amat erat. Laju kematian
untuk banyak penyakit meningkat seiring dengan menuanya seseorang, terutama disebabkan
oleh menurunnya kemampuan orang usia lanjut untuk berespon terhadap stres, baik fisik
maupun psikologik.
Secara umum dapat dikatakan terdapat kecenderungan menurunnya kapasitas
fungsional baik pada tingkat selular maupun pada tingkat organ sejalan dengan proses
menua. Akibat penurunan kapasitas fungsional tersebut, orang berusia lanjut umumnya tidak
berespon secara efektif tehadap berbagai rangsangan baik internal atau eksternal.
Menurunnya kapasitas untuk berespon terhadap lingkungan internal yang berubah cenderung
membuat orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan fisik dan kimiawi dalam tubuh
atau memelihara homeostasis tubuh.