Tim dari Pemprovinsi Bali melakukan kunjungan ke Sulut untuk belajar tentang pertanian organik. Mereka bertemu dengan pejabat humas dan pertanian Sulut untuk mempelajari keunggulan pertanian organik di Sulut, seperti sentra pala di Siau. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas kehumasan serta mempererat tali silaturahmi antar daerah.
1. Bali pun Belajar Pertanian Organik // judul
SILATURAHMI: tIM
MANADO -- Belajar ternyata tidak harus selalu ke daerah yang lebih baik untuk dapat tambahan
ilmu. Inilah yang tergambar dalam kunjungan tim Peningkatan Kapasitas Kehumasan Provinsi
Bali ke Sulut, kemarin.
"Ilmu itu bisa didapat di mana saja, termasuk Sulut yang punya pertanian organik yang baik,"
ujar ketua tim, Anak Agung Gede Raka Yudha, usai melakukan pertemuan dengan Biro Tapem
dan Humas Pemprov Sulut.
Menurut Ketua Forum Koordinasi Kehumasan Pemprov Bali ini, pertanian organik memang
butuh waktu lama. Bali sudah memiliki industri itu dengan skala lumayan. Menurutnya, tidak
mudah memang untuk mengubah mindset petani untuk menanam secara organik yang
prosesnya relatif lebih lama dari pertanian yang menggunakan bahan-bahan non organik.
"Pasarnya jelas. Harganya pun jauh lebih baik dari produk-produk pertanian yang menggunakan
bahan-bahan non organik. Kami mau belajar juga dari Sulut," tutur pria yang juga Kabag Humas
Pemkab Badung, Bali itu.
Sebelumnya, tim diterima Karo Tapem dan Humas Dr Jemmy Kumendong dan Kabag Humas Roy
Saroinsong SH, dan Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Sulut Dr Arie Bororing MSi. Turut hadir
mantan Ketua PWI Sulut Jootje Kumajas.
Tim Pemprov Sulut itu memaparkan berbagai potensi Sulut, mulai dari pariwisata sampai
pertanian. Keunggulan-keunggulan Sulut, termasuk sentra penghasil pala di Siau, dibeberkan
pada tim dari Bali itu.(ddt)
"Jangan Bakar Lahan" // bang Ben tolong kroping akang orang yang duduk
foto: Rico Lasut
MANADO -- BLH Sulut, Rico Lasut, mengimbau warga untuk tidak membakar lahan, karena hal
tersebut bisa menyebabkan kebakaran yang bisa menyebar. "Membakar lahan memang
gampang. Biaya bisa dikata sangat murah. Tapi, dampaknya bisa sangat fatal," ujarnya, kemarin.
Menurutnya, petani atau pemilik lahan diharapkan bisa memahami tindakan mereka itu, selain
merusak lingkungan, juga bisa menimbulkan kerugian pada orang banyak. "Setidaknya pikirkan
orang lain yang bisa menderita akibat ulah kita," tuturnya.
Selain itu, di sisi lingkungan, pembakaran lahan dalam jangka panjang akan merugikan pemilik
2. lahan, serta merusak lingkungan. Bencana bisa muncul dari lahan yang dibakar bila tak ada lagi
pohon yang tumbuh di lahan tersebut. "Dari situ, banjir bisa terjadi," ingatnya.(ddt)
humasprovinsisulut@gmail.com
Ketut Sukranegara
Anak Agung Gede Raka Yudha
Ketua Forum Koordinasi Kehumasan Pemprov Bali
Jootje Kumajas Ketua PWI Sulut
DR Arie Bororing MSi
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Sulut
Sekira 50 orang
Sebenarnya tempat berguru kami.
Papar destinasi wisata yg jelas tak bisa kalahkan Bali.
Pempriv Bali
Seperti Ajudan, 24 jam, nempel
Anayu bagie
Puji syukur tak yerhingga
Peningkatan kapasitas
Gub gabungkan humas pemprov kab kota bumn instansi vertikal
tingkatkan tali silaturahmi
Kabag Humas dan Protokol Pemkab Badung
Ketua asosiasi Bali
BI RS Sanglah KPI