3. ASAL MULA BERDIRINYA KERAJAAN SRIWIJAYA
Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya adalah salah satu
kerajaan maritim yang kuat di pulau Sumatra dan banyak
memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan
wijaya berarti "kemenangan. Bukti awal mengenai
keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I-tsing, menulis bahwa ia mengunjungi
Sriwijaya tahun 671 M dan tinggal selama 6 bulan.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang
Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau
San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan
Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab
menyebutnya Zabag dan Khmer menyebutnya Malayu.
4. PEMBENTUKAN
KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan
merupakan negara maritim. Sekitar tahun 500,
akar Sriwijaya mulai berkembang di wilayah
sekitar Palembang, Sumatera. Kerajaan ini terdiri
atas tiga zona utama - daerah ibukota muara
yang berpusatkan Palembang, lembah Sungai
Musi yang berfungsi sebagai daerah pendukung
dan daerah-daerah muara saingan yang mampu
menjadi pusat kekuasan saingan. Wilayah hulu
sungai Musi kaya akan berbagai komoditas yang
berharga untuk pedagang Tiongkok Ibukota
diperintah secara langsung oleh penguasa,
sementara daerah pendukung tetap diperintah
oleh datu setempat.
5. Prasasti yang berkaitan dengan Sriwijaya
-Prasasti Ligor di Thailand
- Prasasti Kanton di Kanton
- Prasasti Siwagraha
- Prasasti Nalanda di India
- Piagam Leiden di India
- Prasasti Tanjor
- Prasasti Grahi di Chaiya
- Prasasti Padang Roco di Dharmasraya
- Prasasti Srilangka
Prasasti berbahasa Melayu Kuno
- Prasasti Kedukan Bukit tanggal 16 Juni 682 Masehi di Palembang
- Prasasti Talang Tuo tanggal 23 Maret 684 Masehi di Palembang
- Prasasti Telaga Batu abad ke-7 Masehi di Palembang
- Prasasti Palas Pasemah abad ke-7 Masehi di Lampung Selatan
- Prasasti Karang Brahi abad ke-7 Masehi di Jambi
- Prasasti Kota Kapur tanggal 28 Februari 686 Masehi di P. Bangka
- Prasasti Sojomerto abad ke-7 Masehi di Kabupaten Batang, Jawa
Tengah
7. Di tahun 902, Sriwjaya mengirimkan upeti ke China. Dua
tahun kemudian raja terakhir dinasti Tang menganugerahkan gelar
kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur Tiongkok utusan itu
mempunyai nama Arab hal ini memberikan informasi bahwa pada
masa-masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dengan Arab yang
memungkinkan Sriwijaya sudah masuk pengaruh Islam di dalam
kerajaan.
Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan
dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan
luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan
negeri kaya Guangdong, kerajaan Nan Han.
Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan
dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis Muslim Ibn
Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah
urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit
Seguntang), Muara Jambi dan Kedah.
8. MASA KERUNTUHAN
KERAJAAN SRIWIJAYA
Tahun 1025, Rajendra Coladewa, raja Chola dari
Koromandel, India selatan, menaklukkan Kedah dan
merampasnya dari Sriwijaya. Kemudian Kerajaan Chola
meneruskan penyerangan dan berhasil penaklukan
Sriwijaya, selama beberapa dekade berikutnya keseluruh
imperium Sriwijaya berada dalam pengaruh Rajendra
Coladewa. Meskipun demikian Rajendra Coladewa tetap
memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya
untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya.
Setelah invasi tersebut, akhirnya mengakibatkan
melemahnya hegemoni Sriwijaya, dan kemudian beberapa
daerah bawahan membentuk kerajaan sendiri, dan
kemudian muncul Kerajaan Dharmasraya, sebagai
kekuatan baru dan kemudian mencaplok kawasan
semenanjung malaya dan sumatera termasuk Sriwijaya itu
sendiri.
10. Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah dengan
melakukan perkawinan dengan kerajaan lain. Hal ini juga dilakukan oleh penguasa
Sriwijaya. Dapunta Hyang yang berkuasa sejak 664 M, melakukan pernikahan
dengan Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan Tarumanegara, Linggawarman.
Perkawinan ini melahirkan seorang putra yang menjadi raja Sriwijaya
berikutnya: Dharma Setu. Dharma Setu kemudian memiliki putri yang bernama Dewi
Tara. Putri ini kemudian ia nikahkan dengan Samaratungga, raja Kerajaan Mataram
Kuno dari Dinasti Syailendra. Dari pernikahan Dewi Setu dengan Samaratungga,
kemudian lahir Bala Putra Dewa yang menjadi raja di Sriwijaya dari 833 hingga 856
M. Berikut ini daftar silsilah para raja Sriwijaya:
Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683, Talang Tuo, 684).
1. Cri Indrawarman (berita Cina, tahun 724).
2. Rudrawikrama (berita Cina, tahun 728, 742).
3. Wishnu (prasasti Ligor, 775).
4. Maharaja (berita Arab, tahun 851).
5. Balaputradewa (prasasti Nalanda, 860).
6. Cri Udayadityawarman (berita Cina, tahun 960).
7. Cri Udayaditya (berita Cina, tahun 962).
8. Cri Cudamaniwarmadewa (berita Cina, tahun 1003, prasasti Leiden, 1044).
9. Maraviyayatunggawarman (prasasti Leiden, 1044).
10. Cri Sanggaramawijayatunggawarman (prasasti Chola, 1044).