1. Dokumen membahas pengertian penyalahgunaan dan ketergantungan napza, faktor-faktor yang mempengaruhinya, gejala dan tingkah laku pasien, diagnosis keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan, serta evaluasi perawatan.
2. PENGERTIAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA adalah suatu
penyimpangan perilaku yg disebabkan oleh
penggunaan yg terus menerus sampai
terjadi masalah.
Napza tersebut bekerja didalam tubuh yg
mempengaruhi terjadinya perubahan:
perilaku, alam perasaan, memori,proses
pikir,kondisi fisik individu yg
menggunakannya.
3. Penyalahgunaan Napza ini dapat
mengalami kondisi lanjut yaitu :
KETERGANTUNGAN NAPZA.
Yaitu suatu kondisi yg cukup berat dan
parah, sehingga mengalami sakit yg
cukup berat.
Kondisi ini juga ditandai dg adanya
KETERGANTUNGAN FISIK yaitu
SINDROMA PUTUS OBAT dan
TOLERANSI.
4. SINDROMA PUTUS ZAT adalah : suatu
kondisi dimana individu yg
menggunakan napza menurunkan atau
menghentikan penggunaan napza yg
biasanya digunakannya, akan
menimbulkan gejala kebutuhan biologik
terhadap napza.
5. TOLERANSI adalah suatu kondisi
klien yg menggunakan napza
memerlukan peningkatan jumlah
napza yg dikonsumsi untuk mencapai
tujuan yg dikehendaki.
6. RENTANG RESPON
1.Tinggi alamiah :aktivitas fisik,
meditasi.
2.Penggunaan jarang dari
nikotin,kafein,dll.
3.Penggunaan sering dari : sda.
4.Ketergantungan,penyalahgunaan,ge
jala putus zat,toleransi.
7. PROSES KEPERAWATAN
Untuk membantu pasien dg gangguan
penggunaan zat adiktif adalah : dengan
menggunakan proses perawatan,tahap
pertama yg dilakukan adalah ; pengkajian.
Dalam pengkajian ada beberapa faktor yg
penting untuk diketahui yaitu :f.predisposisi;
f.presipitasi; tingkah laku
pasien,mekanisme koping.
8. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisposisi terjadinya
gangguan penggunaan zat adiktif adalah ;
1.Faktor Biologis;
Kecenderungan keluarga, terutama orang
tua yg menyalahgunakan napza.
Perubahan metabolik alkohol yg
mengakibatkan respon fiiologik yg tdk
nyaman.
9. Penyakit kronis: Asma
Bronchiale,kanker, penyakit lain dg
masa sakit yg menahun.
2.Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yg tergantung.
Harga diri yg rendah: terutama untuk
ketergantungan alkohol,sedatif hipnotik
yg diikuti oleh rasa bersalah
Pembawa keluarga : kondisi keluarga
yg tidak stabil,role model yg negatif,
10. Kurang dipercaya, dan orang tua yg
ketergantungan zat adiktif.
Individu dg perasaan tidak aman
(permusuhan dg orang tua,penganiayaan
masa kanak2).
Individu dg krisis identitas: kecenderungan
homoseksual,krisis identitas dg
menggunakan obat untuk menunjukkan
kejantanan.
Cara pemecahan masalah yg
menyimpang.
11. 3.Faktor Sosial Kultural
Sikap masyarakat yg ambivalensi terhadap
penggunaan napza seperti
nikotine,ganja,alkohol.
Norma kebudayaan: suku bangsa ttt
menggunakan alkohol untuk upacara adat
dan keagamaan.
Lingkungan: tempat yg rentan untuk transaksi
napza:diskotik,tempat hiburan
malam,mall,lokalisasi pelacuran,lingkungan
rumah yg kumuh dan padat.
12. FAKTOR PRESIPITASI
Penggunaan zat atau
penyalahgunaan zat sering kali
merupakan suatu cara dari seseorang
untuk mengatasi stres yg ada dalam
kehidupannya.
Tanpa disadari kondisi atau cara ini
merupakan suatu lingkaran untuk
mendapatkan stres selanjutnya akibat
dari penggunaan zat tersebut.
13. Semakin banyak penggunaan zat
adiktif, semakin banyak pula stres yg
ditimbulkan, akibat tergantungnya
fungsi biopsikososial sebagai dampak
penggunaan zat adiktif.
Stresor presipitasi untuk terjadinya
penyalahgunaan zat adiktif adalah :
1.Pernyataan untuk mandiri dan
membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan.
14. 2.Reaksi sebagai prinsip kesenangan:
menghindari dari rasa sakit, mencari
kesenangan, relaks agar menikmati hubngan
interpersonal.
3.Kehilangan sesuatu yg berarti: orang yg
dicintai/pekerjaan/drop out dari sekolah.
4.Diasingkan oleh lingkungan:
rumah,sekolah,kelompok teman sebaya.
5.Dampak kompleksitas era globalisasi
:ketegangan akibat modernisasi, lancarnya
transportasi,film,iklan
15. TINGKAH LAKU
Penyalahgunaan zat dapat berkembang
menjadi ketergantungan psikologik dan
toleransi.
Ketergantungan fisik adalah tubuh
membutuhkan zat adiktif, dan jika tidak
dipenuhi maka akan terjadi gejala putus
obat pd fisik.
Ketergantungan psikologik adalah efek
subyektif dari si pengguna zat.
16. TINGKAH LAKU PASIEN PENGGUNA
SEDATIF HIPNOTIK
Menurunnya sifat2 menahan diri.
Jalan tdk stabil,koordinasi motorik
kurang.
Bicara cadel,bertele2
Sering datang ke dokter untuk minta
resep.
Acuh,kurang perhatian.
18. PERILAKU KLIEN PENGGUNA
GANJA
Perilaku sangat gembira.
Mondar-mandir tampak cemas.
Gerakan tidak terkoordinir.
Mengantuk.
Tampak lebih bodoh; karena
terganggu proses kognitif.
Perilaku tampak kecemasan.
19. PERILAKU KLIEN PENGGUNA
ALKOHOL
Sikap bermusuhan.
Kadang2 bersikap murung, berdiam
diri (depresi).
Suara keras, bicara cadel, dan kacau.
Agresif.
Minum alkohol tanpa kenal waktu.
Koordinasi motorik
terganggu,akibatnya cenderung
mendapat kecelakaan.
20. PERILAKU PASIEN PENGGUNA
OPIOIDA
Terkantuk-kantuk.
Bicara cadel.
Koordinasi motorik terganggu.
Acuh terhadap lingkungan,krg
perhatian.
Perilaku manipulatif untuk
mendapatkan zat adiktif.
22. PERILAKU PENGGUNA
HALUSINOGEN
Tingkah laku yg tak dapat diramalkan.
Tingkah laku merusak diri sendiri.
Halusinasi,ilusi.
Distorsi waktu dan jarak.
Sikap merasa diri besar.
Depersonalisasi.
Pengalaman yg gaib/ajaib.
23. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Masalah keperawatan sehubungan dg
gangguan penggunaan zat adiktif
terutama masalah : gangguan proses
pikir,
Gangguan persepsi sensori (visual,
pendengaran, rasa, raba, penciuman),
Gangguan konsep diri (HDR).
24. Menurut NANDA diagnosis
keperawatan adalah sebagai berikut :
1.Gangguan persepsi sensori pada
penggunaan halusinogen
2.Gangguan hubungan sosial
manipulatif
3.Gangguan konsep diri:HDR
25. 4.Tidak mampu mengenal kualitas yg
positif dari diri sendiri.
5.Gangguan pemusatan perhatian
6.Partisipasi keluarga yg kurang dalam
program pengobatan pasien
7.Menolak mengikuti aktifitas program .
26. PERENCANAAN
Tujuan yg ingin dicapai dalam memberikan
tindakan keperawatan pd pasien dg
gangguan penggunaan zat adiktif adalah :
Agar tidak terjadi ancaman terhadap
kehidupan.
Tidak memburuknya keadaan kesadaran
pasien
Aman dari kecelakaan terutama pd kondisi
intoksikasi.
27. Setelah masa detoksifikasi :
Termotivasi untuk mengikuti program terapi
jangka panjang.
Mengenal hal2 positif pada dirinya.
Menggunakan koping yg sehat dalam
mengatasi masalahnya.
Keluarga bekerjasama dalam program terapi
pasien.
Mempunyai pengetahuan untuk merawat
pasien dirumah.
28. TINDAKAN KEPERAWATAN
1.Pendidikan kesehatan jiwa untuk
pencegahan penggunaan zat adiktif.
2.Mengganti koping respon yg sehat,
pengganti tingkah laku
menyalahgunaan zat.
29. 3.Membahas dg pasien tingkah laku
menyalahgunakan zat dan resiko
penggunaan.
4.Membantu pasien untuk
mengidentifikasi masalah
menyalahgunakan zat.
5.Memotivasi pasien agar mau
mengikuti /berpartisipasi dalam program
terapi.
30. 6.Konsisten memberikan dukungan dan
pengalaman bahwa pasien mempunyai
kekuatan untuk menghadapi masalah
yg akan datang.
7.Memberikan perawatan
fisik;observasi tanda
vital,makanan,keseimbangan cairan
dan kejang.
8.Memberikan pengobatan ssi dg terapi
detoks.
31. EVALUASI
1.Klien mengalami/mencapai
keutuhan fisik dan harga diri secara
alamiah.
2.Tingkah laku klien merefleksikan
meningkatnya pengertian ttg adanya
hubungan antara stres dg kebutuhan
untuk menggunakan napza.
3.Sumber koping klien adekuat untuk
membantu klien berubah.
32. 4.Klien mengenal kecemasannya dan
sadar akan perasaannya.
5.Klien menggunakan koping yg adaptif.
6.Klien mempunyai alternatif atau
belajar pendekatan alternatif untuk
mengatasi stres dan ansietasnya.
7.Klien mampu secara periodik tetap
tidak menggunakan napza.