2. Definisi salah satu komponen penting dalam pengobatan terlebih lagi pada terapi
jangka panjang pada penyakit kronis, kepatuhan menggunakan obat berperan sangat
penting terhadap keberhasilan terapi .
Komponen kepatuhan pasien dalam menggunakan obat terdiri dari tiga:
1. Inisiasi : kepatuhan pasien yang menerima pengobatan yang diresepkan untuk
pertama kali
2. Implementasi : kesesuaian rejimen obat yang digunakan mulai dari tahap inisiasi
sampai dosis terakhir yang digunakan
3. Diskontinyuitas: kepatuhan pada saat pasien melanjutkan terapi yang diperoleh
Beberapa istilah mengacu pada kepatuhan: compliance, adherence, concordance,
persistence (Jacqueline et al, 2013)
3. • Adherence terhadap pengobatan merupakan problem yang kompleks dan beragam,
dimana melibatkan pasien, caregiver, dan seluruh anggota tim kesehatan dengan
interdisiplin ilmu.
• Adherence terhadap pegobatan menurut WHO, 2003 didefinisikan sebagai perilaku
pasien dalam menggunakan obat yang diikuti dengan perubahan dalam diet dan /atau
gaya hidup; berdasarkan hasil rekomendasi dari tenaga kesehatan (El rachidi, 2017,
WHO, 2003)
• Yang perlu ditekankan adalah perlu adanya persetujuan dari pasien untuk mengikuti
rekomendasi.
4. • Kolaborasi antara pharmacist, physicians, dan tenaga professional
Kesehatan lainnya.
• Hal ini memberi wewenang pasien untuk berperan aktif dalam mengatur
pengobatannya.
5. WHO merekomendasikan faktor ketidakpatuhan diklasifikasikan dalam lima
dimensi yaitu:
faktor sosial ekonomiKurangnya kondisi finansial, mahalnya biaya
pengobatan, keterbatasan akses pada pelayanan kesehatan, dan beban kerja
yang berat dapat menurunkan tingkat adherence. Sedangkan dukungan dari
keluarga / teman / caregiver untuk membantu dalam melakukan regimen
pengobatan dapat meningkatkan adherence pengobatan
6. Faktor tim dan sistem kesehatan
Hubungan komunikasi yang kurang antara penyedia layanan dan tenaga kesehatan
dengan pasien dalam sistem pelayanan terutama dalam pemberian informasi pada
pasien (terkait manfaat, instruksi penggunaan, dan efek samping obat) dapat
berkontribusi pada kejadian non adherence. Hal lain yang dapat berperan adalah
keterbatasan waktu dan kurangnya komunikasi antar tenaga kesehatan dalam shared
decision-making, inadequate follow up monitoring system, dan discharge planning care -
coordination.
7. Faktor kondisi
Penggunaan obat jangka waktu lama pada penyakit kronis dapat menurunkan tingkat
adherence pasien dengan berjalannya waktu. Hal ini sering terjadi pada pasien. Dengan
berkurangnya symptom sehingga symptom yang dirasakan tinggal sedikit atau kondisi yang
membaik (tidak dirasakannya symptom), dapat menyebabkan pasien menghentikan
pengobatannya, sehingga menjadinya salah satu faktor yang penting penyebab kejadian
non adherence. Hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk diberikan informasi,
sehingga pasien menjadi paham akan penyakitnya dan mengetahui akibatnya jika tidak
diterapi / tidak mengkonsumsi obat.
8. Faktor Obat dan terapi
Kompleksitas pengobatan (antara lain terkait banyaknya obat, banyaknya frekuensi
untuk minum obat dalam sehari, lama terapi), terapi yang tidak nyaman atau
mengganggu aktifitas /gaya hidup ( life style burden ), efek samping obat , dan
mahalnya biaya obat dapat menurunkan tingkat adherence pasien.
Faktor Pasien
Keterbatasan fisik, lupa untuk minum obat, adanya ketakutan, stigma, depresi,
rendahnya motivasi, kurangnya pengetahuan, persepsi/kepercayaan tertentu akan
kesehatan ( health belief), dan penyalahgunaan obat ( substance abuse) berperan
dalam non adherence.
9. • Digunakan secara oral / melalui mulut (seperti tablet, kapsul, bubuk, atau cairan).
• Dibuat untuk melengkapi diet.
• Memiliki satu atau lebih bahan makanan, termasuk vitamin, mineral, jamu atau botanical lain, asam
amino, enzim, jaringan dari organ atau kelenjar, atau ekstraknya.
• Dilabeli sebagai suplemen makanan.
• Suplemen herbal yang terkadang disebut botanical adalah jenis suplemen makanan yang mengandung
satu atau lebih herbal.
10. Suplemen yang diperoleh dari toko atau online mungkin berbeda dalam beberapa hal
dari produk yang diuji dalam studi penelitian.
Suplemen makanan dapat berinteraksi dengan obat atau menimbulkan risiko jika
memiliki masalah medis tertentu atau akan menjalani operasi.
Banyak suplemen diet belum diuji pada wanita hamil, ibu menyusui, atau anak-anak.
Apa yang tercantum pada label suplemen diet mungkin bukan yang ada di dalam
produk. Misalnya, beberapa produk yang dipasarkan untuk menurunkan berat badan,
peningkatan seksual, atau binaraga ternyata mengandung obat resep yang tidak
diperbolehkan dalam suplemen makanan atau bahan lain yang tidak tercantum pada
label, dan beberapa bahan ini mungkin tidak aman.
11. Aturan untuk memproduksi dan mendistribusikan suplemen makanan tidak seketat
peraturan untuk obat resep atau obat bebas. Meskipun Badan Pengawas Obat dan
Makanan AS (FDA) mewajibkan perusahaan mengirimkan data keamanan tentang
bahan baru apa pun yang tidak dijual di Amerika Serikat dalam suplemen makanan
sebelum tahun 1994, FDA tidak berwenang untuk meninjau suplemen makanan untuk
keamanan dan efektivitas sebelum dipasarkan.
FDA membuat Dietary Supplement Ingredient Directory sebuah halaman web di
mana masyarakat dapat mencari bahan yang digunakan dalam produk yang
dipasarkan sebagai suplemen makanan.
12. Suplemen makanan juga dapat mencakup bahan lain, seperti bahan pengisi, pengikat,
eksipien, pengawet, pemanis, dan perasa. "Bahan lain" ini dicantumkan secara terpisah
dari bahan makanan pada label “Fakta Tambahan”.
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 17 TAHUN
2019 TENTANG PERSYARATAN MUTU SUPLEMEN KESEHATAN
13. Suplemen herbal dan diet (Herbal & Dietary Supplement) umumnya digunakan oleh
banyak orang, baik yang sehat maupun dengan penyakit tertentu.
Pengguna HDS yang “baik” sering kali berusaha menjaga kesehatan atau
mempromosikan gaya hidup yang lebih sehat.
Pengguna HDS yang sakit berusaha melengkapi terapi konvensional, berharap mencapai
kesehatan yang lebih baik, atau bahkan mengganti obat yang diresepkan, dengan persepsi
bahwa HDS aman dan sama efektifnya.
Namun, yang mengkhawatirkan, sebagian besar pasien yang menggunakan HDS tidak
mengungkapkan hal ini ke penyedia perawatan primer mereka. Selain itu, tidak jarang
penyedia gagal memastikan riwayat penggunaan HDS dari pasien mereka.
Alasan paling umum untuk penggunaannya termasuk obesitas / penurunan berat badan,
pembentukan tubuh, gejala menopause, gangguan pencernaan seperti gangguan
pencernaan atau sembelit, penyakit hati, dan keluhan neurologis seperti sakit kepala dan
migrain.
14. a. Herbilogy Slimming Capsule Di dalam satu kapsul Herbilogy Slimming Capsule
mengandung Aloe vera folium (lidah buaya) extract 100 mg, Guazuma folium (jati
belanda) extract 100 mg, Green Tea extract 150 mg, dan Garcinia Cambogia Extract
100 mg.
b. Flimty fiber kandungan Psyllium Husk, Goji Berry, Bit Merah, dan Buah Delima
yang akan mengikat lemak, kolestrol, minyak dan zat berbahaya yang bersarang di
usus besar lalu membuangnya lewat BAB
c. SR12 SALIMAH SLIM Daun Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), Zingiber
Purpurei Rhizoma (Rimpang Bangle), saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan
beberapa senyawa lain dalam rimpang bangle dapat mengaktivasi enzim lipase yang
juga dapat meluruhkan lemak.
15. d. BSH Body Slim Herbal Kapsule Zingiberis purpurei 250 mg, Guazuma
ulmifolia 150 mg, dan Camelia sinensis 100 mg
e. Flimburn by Flimty
-Green Tea Folium Extract : Melancarkan proses pencernaan metabolisme tubuh
-Garcinia Cambogia Fructus Extract : Mengurangi nafsu makan dan lemak tubuh
- Capsicum Annum Fructus Extract : Membantu membakar kalori lebih cepat
- Guazuma Ulmifolia Folium Extract : Mengurangi Absorpsi lemak
- Phaseolus Vulgaris Extract : Mengurangi dan menghambat pemecahan karbohidrat
kompleks
- Paullinia Cupana (Guarana) : Memberikan energi tambahan untuk beraktivitas.
16. *Cek produk yang beredar di Indonesia https://cekbpom.pom.go.id/
e. Hanislim
Curcuma domestika rhizoma ( kunyit )
Andrographis paniculata ( sambiloto )
Guazuma ulmifolia folium ( Daun jati belanda )
Zingiber purpurei rhizoma ( Rimpang Bangle )
Curcuma xanthorhizza rhizoma ( temulawak )
17. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Penggolongan Obat Bahan Alam
a. Obat Bahan Alam Indonesia
Obat Bahan Alam Indonesia adalah obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia.
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi:
1) Jamu
Jamu adalah Obat Tradisional yang dibuat di Indonesia. Kode Nomor Izin Edar Produk
Jamu yaitu TR123456789 (9 digit angka). Bentuk logo jamu yang wajib dicantumkan
dalam kemasan produk adalah sebagai berikut:
18. 2) Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
(dilakukan pada hewan) dan bahan bakunya telah distandardisasi. Nomor Izin Edar
Produk OHT yaitu HT123456789 (9 digit angka). Bentuk logo OHT yang wajib
dicantumkan dalam kemasan produk adalah sebagai berikut:
Produk: Kiranti pegal linu, Kiranti sehat datang bulan, Lelap, Diapet
19. 3) Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik (dilakukan pada hewan) dan uji klinik (dilakukan pada manusia)
serta bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi. Nomor Izin Edar Produk
Fitofarmaka yaitu FF123456789 (9 digit angka). Bentuk logo Fitofarmaka yang wajib
dicantumkan dalam kemasan produk adalah sebagai berikut:
Produk: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin plus,
Rheumaneer