Mitos-mitos yang ditemukan di Pontianak menurut warga Jl. Tanjung Raya 1 (Kampung Beting) antara lain adanya mitos bahwa nama Pontianak diambil dari kata Kuntilanak karena Sultan Syarif Abdurrahman sering diganggu hantu Kuntilanak saat menyusuri Sungai Kapuas.
1. UPAYA MENGETAHUI MITOS-MITOS YANG TERDAPAT DI KOTA
PONTIANAK MENURUT WARGA JL. TANJUNG RAYA 1
(KAMPUNG BETING) PONTIANAK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menulis Kreatif
Dosen Pengempu: Adisti Primi Wulan, M.P.D
Menghimpun Sastra Lisan
Oleh
Tri Ramadhanti
511300004
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUPLIK INDONESIA
PONTIANAK
2014
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Menulis
Kreatif” yang diberikan oleh dosen mata kuliah dengan judul “Upaya
Mengetahui Mitos-Mitos Yang Terdapat Di Kota Pontianak Menurut Warga
Jl. Tanjung Raya 1 (Kampung Beting) Pontianak”.
Menghimpun sastra ini disusun berdasarkan referensi yang telah ada
sebelumya di mana dalamm pembahasanya lebih menuju pada cakupan materi
yang diambil dari sumber kepustakaan sehinnga dalam penyusunanya belum
dikatakan sempurna dalam hal cakupan serta penggunaan bahasa yang lebih
mudah untuk dimengerti dan dipahami maksud dari penyajian materi secara
keseluruhan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh kerabat kerja
yang telah banyak membantu dalam penyusunan penelitian ini sehinnga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Menulis Kreatif yaitu Adisti
Primi Wulan, M.Pd yang telah memberikan banyak bimbingan sehingga dalam
penulisan ini tidak ditemui adanya kesulitan.
Akhir kata penulis berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi semua
pihak, khususnya bagi mahasiswa untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan
prestasi yang dimilikinya terutama pada mata kuliah Menulis Kreatif.
Pontianak, Januari 2015
Penulis
3. Profil Singkat Tentang Narasumber
Nama : H. SULAI
Tempat tanggal lahir :PONTIANAK, 03 NOVEMBER 1955
Umur :59 TAHUN
Alamat :Jl. Tanjung Raya 1 , Tanjung Pulau
RT/RW 001/11(Kampung Beting/ kampung dalam bugis
)Pontianak Timur
4. A. ALASAN SAYA MEMILIH KAMPUNG DALAM BUGIS (KAMPUNG
BETING)
1. Sejarah Asal Usul Kampung Dalam Bugis
Wilayah Kelurahan Dalam Bugis merupakan suatu wilayah yang termasuk
dalam wilayah Kecamatan Pontianak Timur yang mempunyai luas wilayah 198
Ha. Kelurahan yang tidak begitu luas yang umumnya lebih dikenal dengan
sebutan Kampung Dalam Bugis.Kampung Dalam Bugis mempunyai batas-batas
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Hilir
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Saigon
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tambelan Sampit
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Kapuas.Kecil
Kelurahan Kampung Dalam Bugis dengan posisi ketinggian dari permukaan
laut 0,85-2,00 m, curahan hujan yang biasa terjadi dimulai pada bulan Nopember
dan Desember dengan curahan hujan kurang lebih 1.500 -2000 mm/th. Suhu
dataran rendah yang merupakan topografi daerah ini berkisar antara suhu rata-rata
22 Co-34 Co. Jarak Kecamatan Pontianak Timur dengan Wilayah Kelurahan
Dalam Bugis tidak begitu jauh hanya sekitar 2 km, sedangkan menuju ke pusat
kota Pontianak sekitar 3 km dari Kelurahan Dalam Bugis
Wilayah Kelurahan Dalam Bugis yang merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 0,85-2,00 m dari permukaan laut. Banyaknya Pendududk membangun
rumah-rumah tempat tinggal yang berada di tepian Sungai Kapuas. Antara rumah
p[enduduk yang ada cukup padat dan berhimpitan terutama di wilayah yang
disebut dengan Kampung Beting dengan rumah- rumah yang cukup sederhana,
masyarakat yang mendiami wilayah ini dengan pasilitas yang sederhana.
Kebersihan dan lingkungan yang asri menjadikan wilayah ini sebagai salah satu
daerah Tujuan wisata.
Bangunan rumah tradisional yang dikenal dengan rumah panggung masih
ada dan tinggal beberapa buah. Masyarakat yang berdomisil didaerah ini
kebanyakan adalah suku-suku Bugis dan suku Melayu tinggal di pinggiran Sungai
5. Kapuas, Sungai Kapuas yang menjadi transfortasi dan urat nadi perdagang pada
saat itu, dikarena tranfortasi jalan darat belum ada, mereka datang ke Pontianak
dengan menggunakan perahu-perahu, sesuai dengan pendapat Veth (1854) bahwa
para pendatang dan pedagang yang datang ke Kota Pontianak melalui transfortasi
jalan Sungai Kapuas dan mendirikan rumah membuat perkampungan baru di
sepanjang Sungai Kapuas Kecil. Jalur transfortasi yang dilalui oleh para
pendatang, lebih memungkinkan dan wilayah Kalimantan Barat yang menjadi
jalur sutra perdagangan pada saat itu, menjadikan daerah Pontianak menjadi
Tujuan para pendatang. Asal Usul Kampung Dalam Bugis Kegiatan penyebaran
agama Islam merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah
Indonesia. Tampaknya penyebaran agama Islam sudah ada dibeberapa bagian
Indonesia dalam masyarakat-masyarakat lokal khususnya di Kalimantan Barat.
Pada umumnya ada dua proses berlansung penyebaran agama Islam.
Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudia
menganutnya. Kedua, orang-orang Asia (Arab, India Cina dan lain-lain) yang
telah memeluk agama Islam bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah,
kemudian melakukan perkimpoian campuran dan mengikuti gaya hidup lokal
sampai demikian rupa, sehingga mereka itu sudah menjadi anggota suku lainya.
Di antara penyebar agama Islam yang melakukan kegiatan tersebut adalah orang
Arab. Beberapa di antaranya mendapat kewibawaan sebagai syarif atau syech
yang memperoleh pengaruh besar di kalangan raja, raja seperti Palembang,
Banjarmasin, Cirebon, Siak dan Pontianak. Sebagai syarif, pengaruh itu jauh
melampaui bidang ekonomi dan agama, seperti beberapa kejadian yang telah
memperoleh kekuasaan politik yang besar, bahkan ada yang berhasil mengeser
dinasti yang berkuasa dan juga ada yang membangun kerajaan baru dengan
berkuasa penuh dan berdaulat sendiri seperti halnya kerajaan Pontianak. Pada
masa sultan Syarif Yusuf Alkadri berkuasa keadaan kerajaan Pontianak tumbuh
dan berkembang pesat karena kealiman beliau menjadi garik tarik tersendiri
sehingga pendatang dari berbagai penjuru datang untuk menemui beliau. Keadaan
demikian penulis mencoba untuk mendapatkan data-data dari masa lampau
tentang sejarah Kampung Dalam Bugis, yang kemudian mencoba untuk
6. menulisnya sebagai sejarah Kampung Dalam Bugis. Sehubungan data tertulis
tidak diperoleh maka penulis mencoba untuk mengumpulkan data-data tentang
sejarah kampung ini melalui para informan. yang terdiri dari tokoh-tokoh
berpengaruh di kampung ini. Data yang diperoleh dari para informan terus diolah
hingga berupa data yang valid. Dari data dan keterangan yang bersumber dari
informan tersebut, dapatlah disusun tentang sejarah Kampung Dalam Bugis
sebagai berikut: Sejarah tentang berdirinya Kampung Dalam Bugis. Sekitar tahun
1872 Sultan Syarif Hamid Alkadri meninggal, sebagai gantinya Syarif Yusuf
Alkadri yang juga putra sulung Syarif Hamid Alkadri diangkat sebagai Sultan
Pontianak. Pada masa kekuasanya telah hilang politiknya, dalam menentukan
pajak harus tunduk kepada pemerintah Belanda dan sultan hanya mengkordinasi
penarikan pajak yang kemudian hasilnya diserahkan kepada pemerintah Belanda.
Sultan Syarif Yusuf terkenal sebagai Sultan yang sangat kuat berpegang teguh
pada ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya terkenal di antara raja-raja baik yang
ada di Kalimantan Barat maupun di luar Kalimantan Barat. Sehingga semakin
banyak berdatangan para pedagang dari daerah Bugis, Banjar, Bangka dan
Belitung, Serasan dan Tambelan, Sampit, Kamboja, Bali, Melayu dan sebagainya.
Kemudian para pedagang ada yang berminat dan meminta restu kepada Sultan
untuk menetap dan membuka pemukiman baru di sepanjang Sungai Kapuas yang
kemudian dikenal dengan kampung – kampung yang beroentasi dengan daerah
asal pendirinya. 1 (Wawancara Syarif Usman Mek Al-Idrus 19 April 2004 di
Pontianak). Kampung Dalam Bugis berdiri atas perintah Sultan Syarif Yusuf
kepada orang- orang Bugis yang datang dari Sulawesi Selatan. Kedatangan orang
– orang Bugis disambut baik oleh raja dikarenakan kebijaksanaan raja untuk
menghormati tamu yang datang ke daerah Kalimantan Barat, permintaan orang –
orang Bugis untuk mencari tempat tinggal diberikan oleh Sultan Syarif Yusuf
disekitar Keraton Kadriah untuk dijadikan perkampungan dan dijadikan sebagai
tempat tinggal sejak itulah bernama Kampung Dalam Bugis
.Kota Pontianak pada awal berdirinya berbentuk sebuah kerajaan yang
dipimpin oleh seorang Sultan yang berasal dari Arab yaitu Pangeran Syarif
Abdurrahman yang kemudian bergelar Sultan Syarif Abdurrahman. Sultan Syarif
7. Abdurrahman merupakan putera sulung dari Al Habib Husin Al Kadri seorang
penyiar agama Islam dari Arab. Kerajaan Pontianak yang berpusat di Istana
Kadriah terletak di persimpangan antara Sungai Kapuas Besar dan Sungai Landak
di sebuah kampung yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kampung Dalam
Bugis. Sebelum berdirinya Kampung Dalam Bugis, daerah yang sekarang menjadi
Kampung Dalam Bugis, pada awalnya merupakan kampung dengan sebutan
Kampung Dalam yang bersebelahan dengan Kampung Luar (Tambelan Sampit).
Pada waktu itu Kampung Dalam merupakan pusat Kerajaan Pontianak dibawah
kesultanan Syarif Yusuf Alkadri.
Perkembangan lebih pesat terjadi bagi Pontianak dengan adanya pedagang-
pedagang yang datang dari berbagai daerah nusantara dan luar nusantara yang
sebagian menetap dan mendirikan pemukiman setelah mendapat ijin dari sultan
Syarif Yusuf Alkadri untuk membuka hutan untuk dijadikan tempat hunian. Ijin
juga pernah diberikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman kepada pedagang
pendatang yang menetap mendirikan perkampungan baru di Pontianak yang
berorientasi pada asal pendiri perkampungan tersebut, seperti Haji Abdul Kahfi
salah seorang pedagang dari Banjarmasin mendirikan Kampung Banjar Serasan
pada tahun 1846. Kemudian disusul Haji Yusuf Saigon yang juga seorang
pedagang dari Banjarmasin untuk membuka Kampung Saigon yang diambil dari
nama negeri asal kelahiran istrinya yaitu Kota Saigon (Vietnam). ( Hasanuddin, et
all. 2000. Pontianak 1771-1900: Suatu Tinjauan Sejarah Sosial Ekonomi.
Pontianak: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional (Halaman:40).
Kemudian setelah itu banyak berdiri perkampungan-perkampungan yang
berorientasi pada nama asal pendirinya, sehingga menyebabkan terbentuknya
masyarakat heterogen yang merupakan salah satu ciri utama penduduk Pontianak.
Perkampungan yang mencerminkan heterogenitas etnis dan bangsa terlihat dari
nama-nama kampung seperti Kampung Arab, Bangka Belitung, Kamboja, Jawa,
Bugis, Melayu, Bali, Banjar dan lain-lain. Menurut Veth para pedagang yang
menetap dan mendirikan perkampungan itu pada umumnya mereka memilih
lokasi pemukiman di sekitar Sungai Kapuas dan di sepanjang Sungai Kapuas
Kecil. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa sungai merupakan jalur
8. transportasi utama yang terpenting sehingga memudahkan hubungan dagang
mereka baik pada kerjaan-kerajaan di sekitar Pontianak maupun ke daerah
pedalaman (hulu). Kawasan perkampungan para pedagang tersebut letaknya
paralel dengan pusat kerajaan Pontianak, ini dimaksudkan sebagai cermin dari
kedekatan hubungan para pedagang dengan Kesultanan Pontianak dan sekaligus
bentuk jaminan keamanan yang diberikan Sultan kepada para pedagang.
2. Kampung bugis dalam ( kampung beting ) berdekatan dengan masjid pertama
yang ada di pontianak yaitu Masjid Jami
3. Kampung bugis dalam ( kampung beting ) berdekatan sungai terbesar di
Pontianak maupun di Indonesia yaitu Sungai Kapuas
9. HASIL MITOS-MITOS YANG SAYA DAPATKAN SEPUTAR
PONTIANAK
1. Ada yang mengatakan nama pontianak diambil dari kata kuntilanak
Diceritakan pengambilan nama Kota Pontianak yang berasal dari bahasa
melayu ini dipercaya oleh sebagian orang ada kaitannya dengan kisah Syarif
Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika beliau
menyusuri Sungai Kapuas.Menurut mitos yang berkembang dari mulut ke mulut
pada saat menyusuri sungai Kapuas tersebut Syarif Abdurrahman terpaksa
melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu kuntilanak,sekaligus
menandakan dimana meriam itu jatuh maka disanalah wilayah kesultanannya
didirikan.Peluru meriam itu tepat jatuh di dekat persimpangfan sungai Kapuas dan
Sungai Landak,yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting.Namun kalau
kita ingin mencari tahu kebenaran hal ini maka jangan berharap adanya data valid
terkait hal ini.Tidak ada satu pun referensi ilmiah yang bisa memberikan
informasi kepada kita tentang cerita ini.Bisa dikatakan cerita ini hanya
berkembang dari mulut ke mulut saja.Justru jika kita melihat dari tulisan VJ.Verth
seorang sejarawan Belanda maka kita akan mendapati cerita yang berbeda dengan
mitos diatas.Didalam bukunya Borneos Wester Afdeling sejarawan ini menulis
Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 hijriah (1773 M) dari
Batavia.Verth mengungkapkan bahwa Syarif Abdurrahman yang merupakan putra
ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie berasal dari kerajaan Mempawah.Ia
berniat untuk merantau dan meninggalkan kerajaan tersebut.Dalam perantauannya
diwilayah Banjarmasin,ia menikah dengan adik sultan Banjar Sunan Nata Alam
dan akhirnya dilantik sebagai Pangeran.Dalam perniagaan Syarif Abdurrahman ini
termasuk orang yang berhasil.Dengan mengumpulkan modal dan hasil
perniagaannya beliau mempersenjatai kapal pencalang dan perahu
lancangnya.Setelah itu mulailah Ia melakukan perlawanan terhadap
Belanda.Dengan bantuan Sultan pasir,Syarif Abdurrahman kemudian berhasil
membajak kapal Belanda di dekat Bangka,juga kapal Inggris dan Perancis di
pelabuhan Pasir.Efek dari pembajakan itu Abdurrahman menjadi seorang yang
kaya raya.Kemudian diceritakan beliau mencoba mendirikan pemukiman
10. disebuah pulau diSungai Kapuas.Ia menemukan percabangan Sungai Landak dan
kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang
makmur.Wilayah inilah yang kini bernama Pontianak.Syarif Abdurrahman
sebagai sultan pertama dari kesultanan Pontianak.Samasekali tidak ada cerita
tentang Kuntilanak dalam buku VJ.Verth. Dari dua cerita dengan versi yang
berbeda diatas seharusnya kita dapat memilih mana cerita yang lebih mendekati
kebenaran.Satu cerita yang hanya berkembang dari mulut ke mulut tanpa ada
penelitian pasti,sedangkan yang lainnya adalah cerita yang ditulis oleh seorang
sejarawan lengkap dengan literaturnya.Apalagi sejarawan tersebut adalah
berkebangsaan Belanda,dimana sejarah berdirinya kota Pontianak sedikit
banyaknya masih berhubungan dengan penjajah Belanda.Menyedihkan sekali
masyarakat ini khususnya warga Pontianak masih tersandera oleh pemahaman
keliru mitos tentang sejarah berdirinya kota Pontianak ini yang berbau aroma
mistik.
2. Siapapun yang masuk ke dalam lubang masjid jami akan hilang maupun tidak
terlihat.
Masjid Jami adalah masjid tertua dan pertama di pontianak yang di dirikan
oleh Sultan Alkadri, berdiri sejak 1771 masehi oleh Sultan Syarif Hasan.
Masjid ini merupakan satu dari dua bagunan yang menjadi pertanda berdirinya
Kota Pontianak. Masjid tua yang sangat kokoh identik dengan kayu dan diapit
oleh Sungai Kapuas ini memiliki mitos tersendiri yaitu Siapapun yang masuk
ke dalam lubang masjid jami akan hilang maupun tidak terlihat.
3. Di sepanjang Sungai Kapuas sampai Batu Layang ada naga raksasa yang
panjang
Dinamakan batu layang karena dikabarkanya terdapat batu yang bisa
melayang. Selain dikabarkan dapat melayang , batu layang seolah-olah dapat
terbang. Selain itu, apabilah kita berfota di tempat itu , foto yang dihasilkan
berbeda dengan aslinya saat diambil, orang-orang setempat mengatakan terdapat
11. sosok naga yang berukuran panjang, yang ekornya disepanjang sungai kapuas ,
sedangkan kepalanya di batu layang, dikabarkan pula kepala naga itu merupakan
gerbang masuk ke dunia lain.
4. Wanita hamil maupun bayi yang baru lahir disaat berpergian maupun tidak
berpergian harus membawa paku dan gunting karena akan digangu oleh
kuntilanak.
Kuntilanak (bahasa Melayu: puntianak, pontianak) adalah hantu
yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal
dunia atau wanita yang meninggal kerana melahirkan dan kanak-kanak tersebut
belum sempat lahir. Nama "kuntilanak" atau "pontianak" kemungkinan besar
berasal dari gabungan kata"bunting" (hamil) dan "anak". Kepercayaan
penangkalan Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa, kuntilanak
tidak akan mengganggu wanita hamil bila wanita tersebut selalu membawa paku,
pisau, dan gunting bila pergi ke mana saja. Hal ini menyebabkan seringnya
ditemui kebiasaan meletakkan gunting, jarum dan pisau di dekat tempat tidur bayi.
Menurut kepercayaan masyarakat Melayu, benda tajam
seperti paku boleh menangkal serangan kuntilanak. Ketika kuntilanak menyerang,
paku ditancapkan di lubang yang ada di belakang leher kuntilanak. Sementara
dalam kepercayaan masyarakat Indonesia yang lain, lokasi untuk memasukkan
paku boleh bergerak ke bahagian atas ubun-ubun kuntilanakmelayu, sosok
kuntilanak digambarkan dalam bentuk wanita cantik yang punggungnya
berlubang. Kuntilanak digambarkan senang meneror penduduk kampung untuk
menuntut balas. Kuntilanak sewaktu muncul selalu diiringi harum bunga
kamboja.. Kuntilanak juga senang menikmati bayi dan mencederakan wanita
hamil.. Kuntilanak konon juga menyukai pokok tertentu sebagai tempat
"bersemayam", misalnya waru yang tumbuh condong ke samping (popular disebut
"waru doyong".. Kepercayaan akan adanya kuntilanak atau sundel bolong sangat
sering dijadikan sebagai bahan urban legend maupun cinema. Ciri khas dari
kuntilanak itu sendiri rambut terurai sampai kelantai dan suara tawa terkikih
menyeramkan dengan pakaian putih-putih seolah menjadi trademark dari hantu
12. satu ini. Jika berbicara tentang hantu kuntilanak maka tidak bisa lepas dari sejarah
pendirian kota Pontianak di kalimantan Barat. Tidak ada satupun kota di
Indonesia ini yang berdiri dan lahir diatas mitos takhayul hantu-hantuan seperti
sejarah berdirinya kota Pontianak. Mitos yang berkembang selama ini Kuntilanak
( bahasa melayu : Puntianak,Pontianak) adalah hantu yang dipercaya berasal dari
perempuan hamil yang meninggal dunia karena melahirkan dan anak yang
didalam kandungannya tersebut belum sempat lahir.Kuntilanak ini akan terus
bergentayangan dan menuntut balas dendam .
5. Wanita yang lagi haid dilarang menyendiri di dekat sungai kapuas.
Sungai kapuas merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia
dengan panjang 1100 km yang bermuara kelaut cina selatan.
Salah satu keistimewaan sungai kapuas ini adalah kehidupan penduduknya yang
berada di sepanjang sungai.
Sungai kapuas menjadi salah satu vital kehidupan masyarakat karena
ketergantungan air sungai itu seperti untuk mencuci pakaian, mandi serta sebagai
mata pencarian yang dipergunakan untuk tempat memelihara ikan tambak.
Hal yang sangat menarik sungai kapuas ini adalah sebagai pusat ekonomi
masyarakat dengan memanfaatkan transportasi air sebagai sarana vital hingga
sekarang untuk mengangkut sembako kedaerah pedalaman melalui transportasi
air. Sungai Kapuas pun memiliki mitos, bagi pengunjung apabila datang di Kota
Pontianak dan meminum air sungai kapuas diyakini akan datang kembali karena
tidak bisa melupakan kota yang menjadi ibukota provinsi Kalbar ini.
Tetapi di balik keindahan dari sungai kapuas ada mitos yang mengatakan
bahwa apabila ada ada wanita yang sedang menstruasi ( haid) sedirian yang
duduk di tepi sungai kapuas akan hilang di ambil penungu dari sungai itu.