SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
POLICY BRIEF
PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT)
WUJUD TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL NKRI SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN
Tema
Mempertahankan Eksistensi Indonesia
sebagai Negara Kepulauan yang Berdaulat melalui Pembangunan PPKT
Penulis
Suryawan Hidayat
Kepala Bagian Program dan Anggaran
Biro Perencanaan dan Kerjasama
Badan Nasional Pengelola Perbatasan
(Medio, Jakarta, Mei 2018)
1. LATAR BELAKANG
Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara
kepulauan (archipelagic state), merupakan pengakuan dunia internasional sebagaimana
diatur dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang
berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu gugus besar atau lebih kepulauan
dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Dalam berbagai referensi internasional, bahwa
NKRI merupakan negara ke-2 terbesar setelah Negara Finlandia dengan kepemilikan
pulau-pulau sejumlah 179.584 pulau. NKRI memiliki pulau-pulau sejumlah 17.504 pulau
dan 13.466 pulau telah diselesaikan toponiminya, sedangkan sisanya sejumlah 4.038
pulau masih memerlukan proses verifikasi dan validasi. Kepemilikan pulau tersebut
didaftarkan/didepositkan pemerintah pada sidang PBB melalui Badan PBB yaitu United
Nations Groups of Experts on Geographical Names (UNGEGN) yang mengatur Standarisasi
Nama Geografis1
Dengan sebaran banyaknya jumlah pulau-pulau menyelimuti wilayah perairan
NKRI maka terdapat keuntungan geo-maritim yaitu peran dan posisi strategis pulau-pulau
kecil terluar (PPKT) dalam menentukan/klaim segmen batas luas wilayah laut
kedaulatan dan laut yurisdiksi NKRI yang berbatasan dengan perairan 10 negara
tetangga (India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New
Guinea, Australia dan Timor Leste) dan berbatasan dengan laut lepas (high seas),
termasuk luas batas landas kontinen/dasar benua.
Penentuan klaim batas wilayah laut dan landas kontinen NKRI dimaksud sesuai
dengan rejim/ketentuan khusus yang ditetapkan dalam UNCLOS2, selanjutnya dalam
UNCLOS ditetapkan bahwa NKRI sebagai negara kepulauan diwajibkan melakukan
pembangunan/pemeliharaan PPKT termasuk pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perlindungan lingkungan laut.
Undang-Undang No.43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara, telah
mengamanatkan bahwa wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut dan tanah di
bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang
1
United Nations Groups of Experts on Geographical Names (UNGEGN) memutuskan pembakuan nama geografis
berstandar nasional melalui proses administrasi yang diakui oleh National Names Autorithy dari masing-masing negara
dan didistribusikan secara luas dalam bentuk standar nasional seperti gazetteers, atlas, basis data berbasis web,
pedoman toponimi atau nama, dll. UNGEGN mengutamakan pencatatan nama lokal yang digunakan dan mencerminkan
bahasa dan tradisi suatu negara (lihat https://unstats.un.org)
2
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), Indonesia telah meratifikasi UNCLOS melalui Undang-
Undang No.17 tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS, dan Undang-Undang No.5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia, serta Undang-Undang No.1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
terkandung di dalamnya. Merupakan bagian untuk menjamin keutuhan Wilayah Negara,
kedaulatan negara dan ketertiban kawasan perbatasan demi kepentingan kesejahteraan
segenap bangsa. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No.27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, menyatakan bahwa PPKT termasuk
Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yaitu kawasan yang terkait dengan
kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang
pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.
Dengan memperhatikan arti penting dan strategisnya posisi pulau-pulau kecil
terluar (PPKT) tersebut sebagai beranda laut terdepan NKRI, maka pemerintah melalui
RPJMN tahun 2015-2019 dan Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara tahun
2015-2019, telah mengamanatkan kepada seluruh stakeholder pembangunan, agar
PPKT dipandang perlu untuk ikut diperhatikan dan dibangun sesuai dengan kebutuhan
dan peruntukannya serta dikembangkan menjadi kawasan ekonomi produktif yang
mempunyai nilai ekonomis dan menciptakan nilai tambah (pendapatan) bagi
masyarakat perbatasan utamanya masyarakat pesisir dan nelayan sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan berkelanjutan (welfare sustainbility), namun tidak
melupakan faktor pertahanan dan keamanan seluruh PPKT sebagai sabuk pengaman
NKRI (martime safety belt)
2. PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT) DI WILAYAH NKRI
Penetapan pulau-pulau kecil terluar (PPKT) di wilayah NKRI yang semula
berjumlah 92 (sembilan puluh dua) PPKT yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.78
tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, telah diubah dengan
terbitnya Keputusan Presiden No.6 tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil
Terluar, yang menetapkan bahwa jumlah PPKT di wilayah NKRI menjadi 111 (seratus
sebelas) PPKT dan tersebar di 22 Provinsi.
Selanjutnya dari 111 PPKT yang masuk dalam cakupan wilayah administrasi
provinsi terkait kawasan perbatasan negara sesuai dengan Renduk PPN Tahun 2015-
2019 sejumlah 91 (sembilan puluh satu) PPKT di 12 provinsi. Adapun sebaran 111 PPKT
pada 22 provinsi dan 91 PPKT pada 12 provinsi kawasan perbatasan negara disajikan
pada Gambar-1.
Gambar-1. Sebaran 111 PPKT di Wilayah 22 Provinsi dan 91 PPKT di Wilayah 12
Provinsi Kawasan Perbatasan Negara
Aceh; 7
Sumut; 3
Riau; 4
Sumbar; 3
Kepri; 22
Bengkulu; 2
Lampung; 1
Banten; 3
Jabar; 2
Jateng; 1Jatim; 3Bali; 1Kaltim; 2Kaltara; 2
Sulut; 12
Sulteng; 3
Malut; 1
Maluku; 19
NTT; 7
NTB; 1
Pabar; 3
Papua; 9
TOTAL 111
PPKT DI 22
PROVINSI
Pemahaman PPKT sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.62 tahun 2010, bahwa
katagori PPKT adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta
kesatuan ekosistemnya, dan pulau dimaksud telah memiliki titik-titik dasar koordinat
geografi (TD) yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan
hukum internasional dan nasional3. Sehingga perdebatan yang sering timbul dalam
penyebutan pulau-pulau kecil lainnya atau pulau terdepan, apabila tidak memiliki
koordinat geografis dapat dikatakan tidak termasuk kelompok PPKT.
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) telah menerbitkan Rencana Induk
Pengelolaan Perbatasan Negara (Renduk PPN) tahun 2015-2019 yang sejalan dengan
RPJMN tahun 2015-2019, telah menetapkan lokasi pembangunan di kawasan
perbatasan negara di 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan
Lokasi Prioritas (Kec.Lokpri). Dalam cakupan wilayah administrasi pemerintahan, maka
PPKT dapat berada dalam wilayah administrasi kecamatan tertentu bahkan masuk
wilayah desa/kelurahan, hal ini berimplikasi kepada treatment kebijakan pembangunan
perbatasan negara berbasis Kec.Lokpri/PKSN, yang belum tentu PPKT yang dekat atau
dianggap dekat secara geografis masuk dalam administrasi Kec.Lokpri/PKSN tersebut.
Sebagai contoh Prov. Aceh memiliki total 7 PPKT dengan nama Pulau Simeulucut, Salaut
Besar, Raya, Rusa, Bateeleblah/Benggala, Rondo dan Weh. Apabila lokasi PPKT tersebut
dimasukan dalam cakupan wilayah administrasi Kecamatan Lokpri dan PKSN Kawasan
Perbatasan Negara, maka Prov. Aceh memiliki 3 PPKT yang berbatasan dengan Negara
India di Laut Andaman yaitu Pulau Bateeleblah/Benggala di Kec.Lokpri Pulo Aceh pada
Kab.Aceh Besar dan Pulau Weh dan Pulau Rondo di PKSN Sabang di Kota Sabang.
Sedangkan 4 PPKT lainnya berbatasan dengan Laut Lepas (High Seas), tidak dalam
cakupan wilayah administrasi kabupaten sesuai Renduk PPN.
3
Perhitungan dan penentuan jenis garis pangkal kepulauan NKRI yang menghubungkan titik dasar (TD) antar PPKT,
ditentukan dengan teknik tersendiri melalui survey hidrografi dan mengikuti aturan dalam UNCLOS dan Technical Aspect
of the Law of the Sea (TALOS) serta praktek internasional yang berlaku secara umum (common used).
22
19
12
9
7 7
4 3 3 2 2 1
SEBARAN 91 PPKT DI 12 PROVINSI KAWASAN
PERBATASAN NEGARA
(RINDUK PPN TAHUN 2015-2019)
DENGAN PPKT TERBANYAK
Jml. PPKT
Sumber Data : Keppres No.6 Tahun 2017, diolah Bag. Program dan Anggaran,
Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP.
Berdasarkan contoh tersebut, apabila Lokasi PPKT dikaitkan dengan cakupan wilayah
administrasi di provinsi/kabupaten/kota/kecamatan kawasan perbatasan negara sesuai
Renduk PPN dan memperhatikan sejarah budaya masyarakat lokal, terdapat kondisi
PPKT sebagai berikut:
1) Masuk wilayah Kecamatan Lokpri dan/atau PKSN dalam kabupaten/kota
kawasan perbatasan negara;
2) Masuk wilayah Non Kecamatan Lokpri dalam kabupaten/kota kawasan
perbatasan negara;
3) Masuk wilayah Non Kecamatan Lokpri di luar Kab. Kws.Perbatasan Negara;
Adapun ilustrasi kondisi PPKT dalam cakupan wilayah administrasi kabupaten/kota
kawasan perbatasan negara dan non perbatasan negara, pada Gambar-2 dan Gambar-3.
Gambar-2. Lokasi PPKT dengan Cakupan Wilayah Administrasi Kecamatan Lokpri
dan/atau PKSN dalam Kabupaten/Kota Kawasan Perbatasan Negara.
PULAU RONDO
(PPKT) TD.177
PULAU WEH
(PPKT) TD.178WILAYAH
KOTA SABANG
(PKSN)
PULAU
BATEELEBLAH/
BENGGALA
(PPKT) TD.176A
WILAYAH KEC. LOKPRI
PULO ACEH,
KAB. ACEH BESAR
Sumber Data : Keppres No.6 Tahun 2017, diolah Bag. Program dan Anggaran,
Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP.
Titik Dasar (TD) merupakan Koordinat Titik Terluar.
Gambar-3. Lokasi PPKT dengan Cakupan Wilayah Administrasi Kabupaten Non
Kawasan Perbatasan Negara Sesuai Rinduk PPN Tahun 2015-2019
Dengan demikian jika dari 91 PPKT pada 12 provinsi terkait kawasan perbatasan negara
dimasukan dalam cakupan wilayah administrasi PKSN dan Kec. Lokpri, maka Jumlah
PPKT menjadi 53 PPKT di 23 kabupaten/kota pada 10 provinsi, penjelasan lebih lanjut
pada Tabel-1.
Kebutuhan data dan informasi cakupan wilayah administrasi setiap PPKT yang dimiliki
oleh provinsi perbatasan negara yang menjadi target pembangunan, perlu diketahui dan
dan dipastikan secara administratif masuk/tidak masuk dalam wilayah Kec.Lokpri dan
atau PKSN. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan BNPP, lokasi
wilayah administrasi PPKT di Provinsi/Kabupaten/Kota, disampaikan pada Tabel-1.
Sumber Data : Keppres No.6 Tahun 2017, diolah Bag. Program dan Anggaran,
Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP.
Titik Dasar (TD) merupakan Koordinat Titik Terluar.
WILAYAH KAB. HALMAHERA
TENGAH (NON KAWASAN
PERBATASAN NEGARA)
WILAYAH KAB. PULAU
MOROTAI, PROV. MALUKU
UTARA. TERDAPAT 5 KEC.
LOKPRI (TIDAK MEMILIKI
PPKT)
PULAU JIEW
(PPKT) TD. 063
Tabel-1 Cakupan Wilayah Administrasi dan Tipologi PPKT Sesuai Lokasi PKSN dan
Kecamatan Lokpri dalam Renduk PPN Tahun 2015-2019
Tipologi PPKT :
A. Berpenduduk/Menetap : Masyarakat dan/atau aparat keamanan/petugas navigasi
suar serta terdapat struktur pemerintahan minimal setingkat Desa.
B. Dihuni hanya oleh aparat keamanan/petugas navigasi suar
C. Tidak Bisa Dihuni (Kondisi alamiah/batu-batuan/karang).
D. Tidak Dihuni/Bepernduduk (Kondisi secara alamiah dapat dihuni)
NO. PROVINSI
KAB/KOTA
NAMA PPKT WIL.
ADMINISTRASI
TIPOLOGI
PPKT
BERBATASAN
DENGAN LAUT
NEGARA
KEC.LOKPRI PKSN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. ACEH
1.1 Aceh Besar 1. Bateeleblah Pulo Aceh C India
1.2 Kota Sabang 1. Rondo B India
2. Weh/Kota Sabang A India
2. SUMATERA UTARA
2.1 Serdang Berdagai 1. Berhala Tanjung Beringin B Malaysia
3. Riau
3.1 Bengkalis 1. Rupat Rupat A Malaysia
2. Bengkalis Bengkalis A Malaysia
3.2 Kep.Meranti 1. Rangsang Rangsang A Malaysia
3. KEPULAUAN RIAU
3.1 Kota Batam 1. Berakit Batam Kota C Singapura
2. Nipa Belakang Padang B Singapura
3. Pelampong Belakang Padang A Singapura
4. Batuberantai Sekupang C Singapura
5. Putri/Nongsa Nongsa A Singapura
3.2 Bintan 1. Bintan 5 Kec.Lokpri A Singapura
2. Malangberdaun Telok Sebong C Singapura
3.3 Kep. Anambas 1. Damar Jemaja C Malaysia
2. Mangkai Jemaja B Malaysia
3.4 Natuna 1. Tokongboro Pulau Laut C Malaysia
2. Semiun Pulau Laut C Malaysia
3. Sebetul Pulau Laut C Vietnam
4. Sekatung Pulau Laut A Vietnam
5. Senua Bunguran Timur D Malaysia
6. Subi Kecil Subi A Malaysia
7. Kepala Serasan D Malaysia
3.5 Karimun 1. Tokonghiu Kecil Tebing B Malaysia
2. Karimun Kecil Tebing A Malaysia
4. KALIMANTAN TIMUR
4.1 Berau 1. Maratua Maratua A Malaysia
5. Kaltara
5.2 Nunukan 1. Sebatik Sebatik A Malaysia
2. Karang Unarang Sebatik B Malaysia
6. SULAWESI UTARA
6.1 Kep. Sangihe 1. Kawaluso Kandahe A Filipina
2. Kawio Kep.Marore A Filipina
3. Marore Tabukan Utara
(awal) pemekaran
menjadi
Kec.Kep.Marore
A Filipina
4. Batubawaikang Tabukan Utara C Filipina
6.2 Talaud 1. Miangas Miangas A Filipina
2. Marampit Nanusa A Filipina
3. Intata Nanusa A Filipina
4. Kakarutan Nanusa A Filipina
7. MALUKU
7.1 Maluku Tenggara
Barat
1. Larat Tanimbar Utara A Timor Leste
dan Australia
2.Selaru Selaru A Timor Leste
dan Australia
7.2 Maluku Barat
Daya
1. Metimarang Mdona Hiera A Timor Leste
dan Australia
2. Letti Wetar A Timor Leste
3. Wetar Wetar A Timor Leste
4. Lirang Wetar A Timor Leste
8. NUSA TENGGARA TIMUR
8.1 Alor 1. Alor (termasuk
pulau besar)
Alor Selatan
Alor Barat Daya
Pureman
Mataru
Alor Timur
Teluk Mutiara
A Timor Leste
8.2 Kupang 1. Batek Amfoang Timur A Timor Leste
8.3 Rote Ndao 1. Rote (termasuk
pulau besar)
Rote Barat Daya
Rote Selatan
Lobalain
A Timor Leste
2. Ndana Rote Barat Daya A Australia
8.4 Sabu Raijua 1. Sabu Raijua A Australia
2. Dana Raijua B Australia
9. PAPUA BARAT
9.1 Raja Ampat 1. Moff/Budd Ayau D Palau
2. Fani Ayau B Palau
10. PAPUA
10.1 Supiori 1. Fanildo Supiori Barat D Palau
2. Bras Supiori Barat A Palau
3. Bepondi Supiori Utara A Palau
Jml. Prov. : 10 PPKT : 53 PKSN : 4 A : 32
Kab/Kota: 23 Kec.Lokpri: 47 B : 8
C : 9
D : 4
Sumber data: Bagian Program dan Anggaran, Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP
(perlu diverifikasi dengan kondisi terkini dengan pemkab/kota terkait posisi PPKT dalam
satuan administrasi PKSN dan Kec.lokpri)
Perlu untuk menjadi pemahaman bahwa penyusunan Tipologi PPKT hanya dipergunakan
untuk memberikan informasi bahwa dari 111 PPKT terdapat PPKT yang berpenduduk
dan tidak berpenduduk, dalam rangka mendukung kebijakan perencanaan atas
treatment pembangunan PPKT berpenduduk tentunya berbeda dengan PPKT tidak
berpenduduk. Tipologi PPKT belum mengambarkan potensi yang dapat dikembangkan
sesuai daya dukung dan daya tampung PPKT, namun pembahasan selanjutnya
diupayakan pada setiap tipologi PPKT memuat informasi tentang kebutuhan
pembangunan dalam rangka pemanfaatan PPKT untuk kepentingan peningkatkan
kesejahteraan masyarakat, keberlanjutan pelestarian lingkungan, dan pertahanan dan
keamanan wilayah NKRI.
3. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PPKT DI WILAYAH PERBATASAN NKRI
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa PPKT adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari konstruksi NKRI sebagai Negara Kepulaun berdasarkan sejarah4
perjuangan dan telah diakui secara Hukum UNCLOS serta diakui sebagai archipelagic
state oleh seluruh bangsa dalam praktek internasional. Selanjutnya didalam Undang-
Undang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
menyatakan bahwa PPKT termasuk Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yaitu
kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup,
dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan
nasional.
Berdasarkan Tabel-1, diperoleh data terdapat 53 PPKT yang tersebar masuk dalam
wilayah administrasi di 4 PKSN dan 47 Kec. Lokpri pada 10 provinsi dan 23
kabupaten/kota. Selanjutnya, apabila digunakan pendekatan pengelompokan PPKT
berdasarkan tipe atau jenis (tipologi), maka tipologi PPKT sebagai berikut :
a. PPKT Tipologi A terdapat 32 pulau dihuni/berpenduduk secara permanen oleh
masyarakat berserta petugas keamanan dan/atau navigasi, serta memiliki
struktur pemerintahan setingkat desa;
b. PPKT Tipologi B terdapat 8 pulau yang hanya dihuni/dijaga oleh petugas
keamanan dan/atau navigasi;
c. PPKT Tipologi C terdapat 8 pulau yang tidak bisa dihuni/tidak dihuni karena
kondisi alamiah pulau berupa batu-batuan/bongkahan batu/karang;
d. PPKT Tipologi D terdapat 5 pulau yang secara prinsip dapat dihuni secara alamiah,
namun tidak dihuni/tidak ada petugas keamanan dan/atau navigasi.
Untuk mempermudah pemahanan disampaikan dalam Gambar-1, contoh Tipologi PPKT.
Gambar-1 Contoh Tipologi PPKT
Cuplikan pada terbitan jurnal ilmiah di Brussel tanggal 5 Mei 2003 yaitu Future of
regional policy: Commission presents a study on outermost regions and islands Analysis
of national, regional and local policies, and Community programmes relate to the
following areas: - remoteness, transport and access to markets - economic structure -
4
Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13 Desember 1957, berdasarkan: (a) faktor etimologis, (b) faktor geografis, (c)
faktor keutuhan yurisdiksi, (d) faktor interdependensi ekonomi pulau-pulaunya satu sama lain, (e) faktor keamanan dan
kelestarian netralitas dalam keadaan perang, dan (f) faktor perlindungan kekayaan laut. Oleh karena itu, delegasi
Pemerintah RI berketetapan mempertahankan asas archipelago dalam Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13
Desember 1957, yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda.
Tipologi B :
Pulau Batek, Kec.
Amfoang Timur, Kab.
Kupang, Prov. NTT.
Tipologi C :
Pulau Sebetul, Kec.
Pulau Laut, Kab. Natuna,
Prov. Kep. Riau
Tipologi A :
Pulau Metimarang, Kec.
Mdona Heira, Kab. MBD,
Prov. Maluku
Tipologi D :
Pulau Senua, Kec.
Bunguran Timur, Kab.
Natuna, Prov. Kep. Riau
labour force and population trends - access to public services - environmental problems,
memperhatikan hal tersebut, maka dapat diartikan bahwa seluruh tipologi PPKT,
membutuhkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kebutuhan utama yaitu:
a. Kebutuhan akses internal yang diidentifikasikan dengan adanya ketersediaan
sarana prasarana dasar minimal untuk memudahkan kelompok penghuni
berinteraksi dalam layanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih,
perumahan, ketenagalistrikan, dan keamanan);
b. Kebutuhan akses eksternal yang didentifikasinya dengan adanya ketersediaan
sarana prasarana untuk memudahkan penghuni keluar/masuk pulau untuk
berinteraksi dengan penghuni lainnya diluar pulau dalam rangka
mempertahankan keberlangsungan kehidupan;
c. Kebutuhan akses inter alia yang didenfikasi adanya kemampuan buatan dan/atau
alamiah dari PPKT tersebut untuk tetap eksis melawan abrasi, misalnya
pembuatan tanggul penahan abrasi dan atau penanaman/mempertahankan
pohon manggrove yang telah ada sebelumnya.
Kebutuhan akses internal dan eksternal bagi penghuni di PPKT merupakan bagian dari
proses pembangunan nasional utamanya kewilayahan dan memiliki kontribusi
tangungjawab oleh pemerintah daerah terkait untuk memberikan sentuhan
pembangunan secara konsiten dan berkelanjutan, dengan kiranya dibutuhkan
perencanaan dengan pendekatan thematic, holistic, integrative, and spatial (THIS).
Pendekatan ini merupakan wujud tangungjawab bersama5 untuk membangun PPKT
melalui mekanisme integratif perencanaan dan penganggaran, yang mampu
memetakan dan menjelaskan kontribusi pembangunan nasional yang diarahkan secara
langsung ke PPKT dan kiranya proses ini apabila diperlukan melibatkan partisipasi Pihak
Swasta serta dukungan masyarakat secara luas.
3.1 Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, telah mengatur sistem dan mekanisme umum pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam rangka melindungi, mengonservasi,
merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-
pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; menciptakan
keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau Kecil; memperkuat peran serta
masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan,
keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil.
Dalam Pasal 5 pada Peraturan Pemerintah No.62 tahun 2010 tentang
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar, bahwa pemanfaatan PPKT hanya dapat
dilakukan untuk pertahanan dan keamanan (hankam), kesejahtaraan masyarakat,
dan/atau pelestarian lingkungan, disesuaikan dengan daya dukung dan daya
tampung PPKT, namun demikian pilihan pemanfaatan PPKT untuk tetap harus
mengikutsertakan pelestarian lingkungan. Selanjutnya bagi PPKT peruntukan
kepentingan hankam dan kesejahteraan masyarakat tetap memperhatikan
pelestarian lingkungan.
Pemanfaatan PPKT khusus untuk pelestarian lingkungan dilakukan dengan
prosedur penetapan terlebih dahulu PPKT sebagai kawasan yang dilindungi. Kawasan
yang dilindungi dimaksud dapat berupa sebagian atau seluruh wilayah sebagai
5
Dalam konteks keterpaduan perencanaan dan anggaran utamanya pembiayaan APBN/APBD telah diterbitkan Perpres
No.17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional, diupayakan
Pemerintah melalui penerapan kewajiban aplikasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran (Pasal 34)
kawasan konservasi yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Kawasan konservasi bagi PPKT
sebagai kawasan yang dilindungi dapat ditetapkan sebagai kawasan konservasi
pesisir, konservasi maritim, dan konservasi perairan, dan/atau sempadan pantai.
Pemanfaatan PPKT merupakan kegiatan yang berkaitan dengan upaya
memanfaatkan potensi sumber daya PPKT dan perairan di sekitarnya sampai
paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai dalam upaya
menjaga kedaulatan NKRI, selanjutnya karena pengelolaan PPKT menyangkut
faktor strategis yaitu kedaulatan wilayah negara, kesejahteraan masyarakat,
pengendalian lingkungan hidup, dan adanya kepentingan nasional, sehingga seluruh
PPKT termasuk dalam golongan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dan
dimanfaatkan bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Dalam tataran regulasi tata cara penetapan kawasan konservasi diatur dengan
peraturan menteri terkait, sedangkan untuk tata cara penetapan sempadan pantai
diatur dengan Peraturan Presiden. Secara keseluruhan Pemanfaatan PPKT untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan (hankam), kesejahtaraan masyarakat,
dan/atau pelestarian lingkungan, wajib mendapat izin dari Menteri setelah
mendapat rekomendasi dari gubernur dan/atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Izin sebagaimana dimaksud diberikan berdasarkan permohonan
yang diajukan oleh orang perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum
Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk
memperoleh izin diatur dengan Peraturan Menteri.
Kewenangan Pemerintah dalam pemanfaatan PPKT untuk pertahanan dan
keamanan mencakup kewenangan untuk menetapkan rencana strategis pertahanan
dan keamanan; mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai
penetapan batas wilayah negara; menetapkan titik referensi dan koordinat geografis
titik dasar; membangun dan memelihara tanda titik referensi; menyusun rencana
pengelolaan PPKT; melakukan pendataan dan pemberian nama pulau-pulau kecil
terluar; dan menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan wilayah negara, serta
kawasan perbatasan.
Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan PPKT merupakan bagian dari proses
pembangunan, sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pemanfaatan PPKT. Peran serta masyarakat dalam
mendukung perencanaan PPKT terdiri atas kegiatan antara lain mengidentifikasi
berbagai potensi dan masalah, dan memberikan masukan/usulan terhadap rencana
kegiatan pemanfaatan PPKT. Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
pemanfaatan PPKT antara lain terdiri atas melakukan kegiatan pemanfaatan
sumber daya PPKT berdasarkan hukum adat yang tidak bertentangan dengan
hukum nasional; dan menjaga, memelihara, dan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas, serta kelestarian fungsi lingkungan di PPKT. Selanjutnya peran serta
masyarakat dalam pengawasan PPKT antara lain terdiri atas kegiatan
menyampaikan laporan dan/atau pengaduan atas kerugian yang ditimbulkan
berkaitan dengan pelaksanaan pemanfaatan PPKT; dan melaporkan adanya
pencemaran dan/atau kerusakan PPKT yang merugikan kelestarian lingkungan.
Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia Tahun 2016-2019 merupakan bagian
dari Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia, memasukan PPKT menjadi aset strategis bahari nasional guna
mendukung terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan eksistensi
Indonesia sebagai negara kepulauan. Sumbangsih PPKT dalam mewujudkan Poros
Maritim Dunia menjadi bagian dari manajemen pembangunan yang meliputi
membangun budaya maritim, menjaga laut dan sumber daya laut melalui inisiatif
kedaulatan pangan laut dengan pengembangan industri perikanan terpadu dan
terkoneksi dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama, memberikan
prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim melalui
pembangunan tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan dan pariwisata
maritim, selanjutnya memperkuat diplomasi maritim, kerjasama di bidang kelautan,
menghilangkan sumber konflik dan potensi konflik di laut seperti pencurian ikan,
pelanggaran kedaulatan, aktivitas kriminal laut lainnya yang memanfaatkan perairan
PPKT sebagai stepping stone jalur exit/entry memasuki wilayah Indonesia, serta
membangun kekuatan pertahanan maritim dan kecepatan reaksi pertahanan
maritim berbasis PPKT melalui salah satu upayanya menyusun standar sarana
prasarana hankam maritim sesuai dengan daya dukung dan daya tampung PPKT,
serta arah kebijakan pemanfaatannya.
3.2 Model Pembangunan PPKT berdasarkan Tipologi
1. PPKT dalam Tipologi A
Berdasarkan Table-1, terdapat 32 PPKT masuk dalam Tipologi A yaitu PPKT yang
secara historis dan fakta yang terjadi saat ini, merupakan PPKT berpenduduk yang
masyarakatnya menetap secara permanen dan mayoritas memiliki struktur
pemerintahan terkecil setingkat Desa, namun ada juga bersatus kecamatan.
Disamping terdapat masyarakat, terdapat pula personil aparat keamanan yang
berfungsi untuk menjaga ketertiban dan keamanan wilayah PPKT, termasuk
petugas navigasi jika di PPKT terdapat menara suar (light house) untuk kepentingan
keselamatan navigasi pelayaran. Karena PPKT dalam Tipologi A cenderung dinamis
mengingat terdapat keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya
yang mengandalkan potensi darat dan potensi kelautan.
Layanan dan sarana fisik untuk akses pemenuhan sosial dasar masyarakat yaitu
pendidikan, kesehatan, perumahan dan air bersih telah ada dan berlangsung sejalan
dengan pertumbuhan generasi, yang diperoleh melalui swadaya masyarakat
setempat dan atau bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk PPKT Tipologi A, belum dirumuskan secara
komprehensif dan dijadikan acuan nasional pembangunan. Namun pada
prakteknya misalnya SPM Bidang Kesehatan yang telah disusun dan diterapkan
Kementerian/Lembaga terkait dalam rangka menjaga dan meningkatkan layanan
kesehatan masyarakat secara nasional, belum tentu menjawab kebutuhan prioritas
masyarakat di PPKT atau mempertahankan kualitas pelayanannya. Hal ini
dimaklumi mengingat merawat kesehatan masyarakat di PPKT (outermost island)
berlokasi jauh sangat berbeda dengan kondisi masyarakat yang menetap di pulau-
pulau besar (main island).
Faktor geografis wilayah maritim memang menjadi faktor kritis yang berpotensi
memperlambat kecepatan pelayanan kesehatan masyarakat. Belum ada publikasi
ilmiah yang menyatakan bahwa dibutuhkan sumberdaya yang besar untuk menjaga
keberlanjutan kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di PPKT, jika
dibandingkan dengan masayarakat yang tinggal di pulau besar.
Namun demikian jika menggunakan saintest logical dari sisi pemerintahan tentunya
wilayah maritim perlu didukung pengerahan sumber daya yang besar dan menjadi
tangungjawab bersama, bukan tangunggjawab satu Kementerian/Lembaga.
Misalnya untuk kecepatan pelayanan kesehatan di daratan PPKT (dukungan
internal) membutuhkan akses transportasi (jalan dan moda transportasi) dari dan
menuju puskesmas pembantu atau posyandu, membutuhkan kualitas
ketenagalistrikan yang prima untuk menjalankan alat-alat kesehatan agar berfungsi
dengan baik dan tidak cepat rusak, membutuhkan mobilisasi tenaga medis
permanen yang tinggal di lokasi, membutuhkan ketersediaan sumber dan jaringan
air bersih dengan kecukupan volumen air, membutuhkan jaringan telekomunikasi
untuk mempercepat komunikasi situasi kritis/kondisi gawat darurat.
Sementara itu pada sisi perairan PPKT (dukungan eksternal) membutuhkan
kapasitas dermaga dan moda transportasi laut untuk menjamin suplai obat-obatan
dan kebutuhan medis lainnya tercukupi. Hal tersebut juga dialami pada praktek
pemenuhan layanan dan sarana dasar keberlanjutan pendidikan masyarakat dan
perbaikan pemukiman dan perumahan layak huni.
Dari aspek pengembangan ekonomi lokal dengan fokus kemaritiman, PPKT Tipologi
A memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena terdapat masyarakat di PPKT
tertentu yang telah mengembangkan kemampuan ekonomi lokalnya yang telah
menjadi bagian dari rantai keberlanjutan industri perikanan regional dan nasional
bahkan internasional, akan tetapi mayoritas kemampuan usaha perikanan dan
turunan produk perikanan masih terbatas pada skala ekonomi survival atau hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari belum bergeser kepada kelompok
Usaha Kecil dan Menengah yang berpola income generating atau peningkatan
pendapatan dalam konteks kesejateraan masyarakat, yang secara sederhana
diukur melalui indikator gabungan atas Tabungan, Konsumsi dan Investasi (TKI).
Pengertian tabungan adalah seberapa banyak nelayan dapat menyisihkan
pendapatan mereka dari hasil investasi/perputaran modal usaha yang dipisahkan.
Sehingga membutuhkan bantuan layanan perbankan/lembaga keuangan untuk
menabung (saving). Besarnya jumlah tabungan bukan menjadi tolok ukur utama.
Sedangkan konsumsi adalah kemampuan nelayan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari (konsumtif dan social cost) serta kebutuhan pendidikan dan
kesehatan bagi dirinya dan atau keluarganya. Selanjutnya investasi diartikan
sebagai alat kerja nelayan (tools) untuk menghasilkan keutungan dalam business
process yang dilakukan sehari-hari sebagai mata pencaharian utama.
Konsep TKI dimaksud tentunya perlu dukungan komprehensif dan saling terkait
serta adanya perlindungan terhadap iklim kondusif bagi usaha nelayan. Misalnya
pemberdayaan masyarakat dan desa nelayan/pesisir melalui fasilitator teknis
pendamping usaha ekonomi masyarakat, bantuan kredit bergulir dengan bunga
rendah, mendayagunakan lembaga yang sudah terbentuk dan berjalan ditingkat
lokal (Badan Usaha Milik Desa, Koperasi dan lain sebagainya),
pembangunan/rehabilitasi sarana dasar pengembangan perekonomian nelayan
(pasar atau tempat pelelangan ikan, sarana tangkap, pabrik es, tempat pengisian
bahan bakar kapal nelayan, teknologi tepat guna untuk pengembangan produk
turunan perikanan, dan lain hal terkait, termasuk kebutuhan tenaga listrik, air bersih
dan jaringan komunikasi).
Selanjutnya tidak kalah penting dan perlu mendapat perhatian adalah konsep bisnis
afirmasi/keberpihakan kepada masyarakat nelayan untuk dapat menjadi sistem
utama dalam perdagangan produk perikanan. Penentuan harga dan pasar yang
dituju tentunya melibatkan para kelompok nelayan dalam pengambilan keputusan
bersama, bukan intervensi dari investor atau tengkulak yang menekan harga beli
prosuk perikanan serendah mungkin dari pihak kelompok nelayan penghasil.
Pendayagunaan investor swasta sangat diperlukan, sebagai akselerasi
pengembangan ekonomi lokal, namun demikian perlu dirancang agar kelompok
nelayan menjadi bagian penting dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan pengambilan keputusan. Cara untuk mencapai pasar yang dituju perlu dikaji
secara seksama, misalnya penjualan langsung oleh nelayan melalui pasar rakyat
yang diwadahi oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau Koperasi Nelayan
sebagai agen utama untuk menuju pembeli/pedangan individu atau perusahaan
disesuaikan dengan rantai penjualan yang berlaku dan dikelola secara transparan.
Ekspor produk perikanan dapat dilaksanakan langsung oleh BUMDes dengan
regulasi yang didukung dan dilindungi oleh pemerintah maupun pola kerjasama
operasi (KSO) dengan perusahaan yang berkompeten menuju pasar yang lebih luas.
Fakta lapangan mencatat bahwa program pengembangan ekonomi lokal berbasis
pemberdayaan nelayan di PPKT atau program sejenis yang selama ini dilaksanakan
pemerintah melalui Kementerian/Lembaga terkait, belum mampu mempercepat
income generating yang memadai dan menunjukan peningkatan terhadap
kesejahteraan masyarakat nelayan di PPKT atau konsep Tabungan, Konsumsi dan
Investasi apabila dijadikan indikator kesejahteran, masih belum memadai dan
membutuhkan perhatian pembangunan yang lebih luas jangkauannya serta
diperlukan perbaikan/inovasi manajemen dan regulasi asismetris dalam rangka
keberlanjutan dan perlindungan kesejahteraan kelompok nelayan di PPKT.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Laut yang didalamnya memuat pemanfaatan
PPKT telah digagas dalam lokakarya Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut6, menjelaskan kepentingan untuk
melakukan perencanaan spasial sebagai landasan operasional untuk
melaksanakan berbagai program pembangunan dan pengembangan kawasan.
Sampai dengan tahun 2018 KKP mempunyai target untuk menyelesaikan 7 (tujuh)
Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan 20 (dua puluh) Kawasan Strategis Nasional
Tertentu (KSNT) di Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT). Lokakarya ini dimaksudkan
untuk menggalang input dari sektor lain bagi penyusunan Rencana Tata Ruang Laut,
diantaranya Rencana Tata Ruang Laut Nasional (RTRLN), Rencana Zonasi Kawasan
Strategis Nasional (RZ KSN), Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu
(RZ KSNT), Rencana Zonasi kawasan Antar Wilayah (RZ Teluk, Selat, dan Laut), dan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), sebagaimana
telah ditargetkan dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia. Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional (RZ KSN) merupakan
rencana yang disusun untuk menentukan arahan pemanfaatan ruang kawasan
strategis nasional. Penyusunan RZ KSN tidak terlepas dari dokumen perencanaan
lainnya, untuk itu sinkronisasi dan harmonisasi dengan RTR KSN dan RTRW maupun
dokumen perencanaan RZWP3K Provinsi merupakan suatu keniscayaan.
Saat ini 5 (lima) Provinsi telah menetapkan Peraturan Daerah tentang RZWP3K,
yaitu: Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan
Nusa Tenggara Barat. Upaya harmonisasi meliputi berbagai isu permasalahan yang
bernilai penting dan strategis nasional maupun aspek kewenangan pengelolaan di
KSN tersebut.
Agar uraian tersebut diatas dalam dilaksanakan secara komprehensif maka salah
satu kriteria kesiapan (rediness criteria) adalah pemantapan data, analisa data dan
informasi yang akurat/valid untuk mendukung kondisi terkini dan kondisi
perubahan skala prioritas (targeting) yang diharapkan sesuai waktu penanganan
kepentingan/intervensi pembangunan jangka pendek, menengah dan jangka
panjang. Manajemen gap/celah dari kondisi terkini dengan kondisi perubahan pada
skala prioritas yang diharapkan melalui rumusan rencana aksi yang mantap, sangat
menentukan besaran intervensi pemerintah yang akan dilaksanakan termasuk
keterlibatan pihak investor dan kelompok usaha masyarakat nelayan.
PPKT dalam Tipologi A, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tidak
semuanya berangkat dari asumsi keadaan lemah ataupun ready to market dari sisi
kesiapan masyarakat terhadap perubahan dan daya dukung alamiah PPKT terkait.
Derajat kemampuan teknis (grade) berdasarkan data dan survei yang dihimpun,
perlu disusun secara sistematis. Meskipun potensi perikanan atau mata
pencaharian utama masyarakat penduduk PPKT adalah nelayan, namun potensi
6
Kutipan dari Siaran Pers Nomor: SP.205/DJPRL.0/I/2018 tanggal 26 Januari 2018 Direktorat Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam Lokakarya Nasional Perencanaan Ruang Laut Kawasan Strategis
Nasional
pertanian dapat dimaksukan dalam data dan survei, kadangkala kesulitan melaut
bagi nelayan karena faktor cuaca yang tidak memungkinkan, mereka mengganti
mata pencaharian sementara pada sektor pertanian (Product switching). Pada
kondisi tertentu dari PPKT Tipologi A mata pencaharian utama penduduk adalah
sektor pertanian, bukan sebagai nelayan.
Sebagai contoh Pulau Marore merupakan PPKT, pada tanggal 12 September 2008
Kepulauan Marore yang merupakan bagian wilayah kecamatan Tabukan Utara,
mulai berdiri sendiri menjadi satu kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Marore.
Kecamatan Kepulauan Marore berdasarkan pembagian wilayah administratif
pemerintah daerah keadaan tahun 2008 sampai 2012 terbagi dalam 3 Desa yang
terdiri dari 8 lindongan/dusun. Kecamatan Kepulauan Marore dipimpin oleh seorang
Camat, pada tingkat desa dipimpin oleh Kepala Desa, dan tingkat lindongan
dipimpin oleh kepala lindongan. Kecamatan Kepulauan Marore dengan luas sekitar
4,45 km memiliki 3 Desa yaitu Desa Marore, Kawio dan Matutuang, dengan jumlah
penduduk di 3 desa sekitar 1.514 jiwa7.
Dilanjutkan pada edisi pembaharuan.
7
Dapat dilihat secara lengkap pada data Kecamatan Kepulauan Marore tahun 2017 dan Statistik Daerah Kecamatan
Kepulauan Marore tahun 2016 yang diterbitkan oleh BPS
Dilanjutkan pada edisi pembaharuan.

More Related Content

What's hot

Pfid evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rio
Pfid  evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rioPfid  evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rio
Pfid evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rioBappedaLampungUtara
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...Oswar Mungkasa
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TemanggungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TemanggungPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliPenataan Ruang
 
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DDContoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DDSuwondo Chan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanPenataan Ruang
 
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Fitri Indra Wardhono
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahAgus Dwi Wicaksono
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisDeki Zulkarnain
 
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)Yudhi Aldriand
 
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A PracimantoroInstrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantorostudiopracimantoro
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...Oswar Mungkasa
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kdenny KARWUR
 
Struktur organisasi panwascam bb
Struktur organisasi panwascam bbStruktur organisasi panwascam bb
Struktur organisasi panwascam bbLunandi Syaiful
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruangushfia
 
Bab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaBab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaLatifah Tio
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisirAry Ajo
 

What's hot (20)

Pfid evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rio
Pfid  evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rioPfid  evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rio
Pfid evaluasi dan persiapan dak ta 2022 - pak rio
 
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
RANCANGAN Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku dan ...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TemanggungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BoyolaliRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali
 
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DDContoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PasuruanRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasuruan
 
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
RENCANA ZONASI RINCI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio PerencanaanLaporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayah
 
Bab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategisBab 5 penetapan kawasan strategis
Bab 5 penetapan kawasan strategis
 
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
 
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A PracimantoroInstrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
Instrumen Wawancara dan Kuesioner Studio 1A Pracimantoro
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...
 
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-kRencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
Rencana zonasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k
 
Struktur organisasi panwascam bb
Struktur organisasi panwascam bbStruktur organisasi panwascam bb
Struktur organisasi panwascam bb
 
Review RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarangReview RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarang
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
 
Bab i Rancang Kota
Bab i Rancang KotaBab i Rancang Kota
Bab i Rancang Kota
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
 

Similar to Policy Brief PPKT

Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiRencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku
Rencana Tata Ruang Kepulauan MalukuRencana Tata Ruang Kepulauan Maluku
Rencana Tata Ruang Kepulauan MalukuPenataan Ruang
 
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Nick Nick
 
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILPERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILAchmad Wahid
 
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...CIFOR-ICRAF
 
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016hadiarnowo
 
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...Oswar Mungkasa
 
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliRencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliPenataan Ruang
 
Perda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdf
Perda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdfPerda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdf
Perda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdfsinkronisasikalsul
 
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfOSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfHeriHermawan66
 
Perpres nomor 31 tahun 2015
Perpres nomor 31 tahun 2015Perpres nomor 31 tahun 2015
Perpres nomor 31 tahun 2015Khalid Adam
 
1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdf
1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdf1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdf
1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdfNonaSugiharti1
 
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanRencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanPenataan Ruang
 
Tata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanTata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanzhelotech
 
Perda no 20 thn 2012
Perda no 20 thn 2012Perda no 20 thn 2012
Perda no 20 thn 2012rizkiriki12
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Aidil Fitrah
 
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdfPERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdfIsmailAja2
 
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdfPERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdffadelhasyim
 
Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...
Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...
Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...Luhur Moekti Prayogo
 

Similar to Policy Brief PPKT (20)

Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau SulawesiRencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
 
Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku
Rencana Tata Ruang Kepulauan MalukuRencana Tata Ruang Kepulauan Maluku
Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku
 
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
Perpres 13-2012-rencana-tata ruang-pulau-sumatera1
 
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILPERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
 
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKE...
 
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
Bahan tayang pwp3 wt-ddrtp 2016
 
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
Arahan Pemanfaatan Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepu...
 
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliRencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
 
Perda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdf
Perda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdfPerda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdf
Perda RTRWP Sulsel No 3 tahun 2022.pdf
 
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfOSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
 
Perpres nomor 31 tahun 2015
Perpres nomor 31 tahun 2015Perpres nomor 31 tahun 2015
Perpres nomor 31 tahun 2015
 
1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdf
1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdf1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdf
1. Konsolidasi Awal RDTR Kab. Seruyan (24052021) Fin.pdf
 
4 Kemendagri (1).pdf
4 Kemendagri (1).pdf4 Kemendagri (1).pdf
4 Kemendagri (1).pdf
 
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau KalimantanRencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan
 
Tata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantanTata ruang pulau kalimantan
Tata ruang pulau kalimantan
 
Perda no 20 thn 2012
Perda no 20 thn 2012Perda no 20 thn 2012
Perda no 20 thn 2012
 
Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012Rtrw Kab sigi 21_2012
Rtrw Kab sigi 21_2012
 
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdfPERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
PERMEN-ATR-BPN-13-2021.pdf
 
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdfPERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
PERDA RTRW 2021-2041 KOTA PALU.pdf
 
Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...
Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...
Study on Technical Differences in Sea Boundary Determination Based on Permend...
 

Recently uploaded

Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (16)

Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 

Policy Brief PPKT

  • 1. POLICY BRIEF PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT) WUJUD TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL NKRI SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Tema Mempertahankan Eksistensi Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang Berdaulat melalui Pembangunan PPKT Penulis Suryawan Hidayat Kepala Bagian Program dan Anggaran Biro Perencanaan dan Kerjasama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (Medio, Jakarta, Mei 2018) 1. LATAR BELAKANG Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara kepulauan (archipelagic state), merupakan pengakuan dunia internasional sebagaimana diatur dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu gugus besar atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Dalam berbagai referensi internasional, bahwa NKRI merupakan negara ke-2 terbesar setelah Negara Finlandia dengan kepemilikan pulau-pulau sejumlah 179.584 pulau. NKRI memiliki pulau-pulau sejumlah 17.504 pulau dan 13.466 pulau telah diselesaikan toponiminya, sedangkan sisanya sejumlah 4.038 pulau masih memerlukan proses verifikasi dan validasi. Kepemilikan pulau tersebut didaftarkan/didepositkan pemerintah pada sidang PBB melalui Badan PBB yaitu United Nations Groups of Experts on Geographical Names (UNGEGN) yang mengatur Standarisasi Nama Geografis1 Dengan sebaran banyaknya jumlah pulau-pulau menyelimuti wilayah perairan NKRI maka terdapat keuntungan geo-maritim yaitu peran dan posisi strategis pulau-pulau kecil terluar (PPKT) dalam menentukan/klaim segmen batas luas wilayah laut kedaulatan dan laut yurisdiksi NKRI yang berbatasan dengan perairan 10 negara tetangga (India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea, Australia dan Timor Leste) dan berbatasan dengan laut lepas (high seas), termasuk luas batas landas kontinen/dasar benua. Penentuan klaim batas wilayah laut dan landas kontinen NKRI dimaksud sesuai dengan rejim/ketentuan khusus yang ditetapkan dalam UNCLOS2, selanjutnya dalam UNCLOS ditetapkan bahwa NKRI sebagai negara kepulauan diwajibkan melakukan pembangunan/pemeliharaan PPKT termasuk pemanfaatan sumber daya kelautan dan perlindungan lingkungan laut. Undang-Undang No.43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara, telah mengamanatkan bahwa wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang 1 United Nations Groups of Experts on Geographical Names (UNGEGN) memutuskan pembakuan nama geografis berstandar nasional melalui proses administrasi yang diakui oleh National Names Autorithy dari masing-masing negara dan didistribusikan secara luas dalam bentuk standar nasional seperti gazetteers, atlas, basis data berbasis web, pedoman toponimi atau nama, dll. UNGEGN mengutamakan pencatatan nama lokal yang digunakan dan mencerminkan bahasa dan tradisi suatu negara (lihat https://unstats.un.org) 2 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), Indonesia telah meratifikasi UNCLOS melalui Undang- Undang No.17 tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS, dan Undang-Undang No.5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, serta Undang-Undang No.1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
  • 2. terkandung di dalamnya. Merupakan bagian untuk menjamin keutuhan Wilayah Negara, kedaulatan negara dan ketertiban kawasan perbatasan demi kepentingan kesejahteraan segenap bangsa. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, menyatakan bahwa PPKT termasuk Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yaitu kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional. Dengan memperhatikan arti penting dan strategisnya posisi pulau-pulau kecil terluar (PPKT) tersebut sebagai beranda laut terdepan NKRI, maka pemerintah melalui RPJMN tahun 2015-2019 dan Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara tahun 2015-2019, telah mengamanatkan kepada seluruh stakeholder pembangunan, agar PPKT dipandang perlu untuk ikut diperhatikan dan dibangun sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya serta dikembangkan menjadi kawasan ekonomi produktif yang mempunyai nilai ekonomis dan menciptakan nilai tambah (pendapatan) bagi masyarakat perbatasan utamanya masyarakat pesisir dan nelayan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan berkelanjutan (welfare sustainbility), namun tidak melupakan faktor pertahanan dan keamanan seluruh PPKT sebagai sabuk pengaman NKRI (martime safety belt) 2. PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT) DI WILAYAH NKRI Penetapan pulau-pulau kecil terluar (PPKT) di wilayah NKRI yang semula berjumlah 92 (sembilan puluh dua) PPKT yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.78 tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, telah diubah dengan terbitnya Keputusan Presiden No.6 tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar, yang menetapkan bahwa jumlah PPKT di wilayah NKRI menjadi 111 (seratus sebelas) PPKT dan tersebar di 22 Provinsi. Selanjutnya dari 111 PPKT yang masuk dalam cakupan wilayah administrasi provinsi terkait kawasan perbatasan negara sesuai dengan Renduk PPN Tahun 2015- 2019 sejumlah 91 (sembilan puluh satu) PPKT di 12 provinsi. Adapun sebaran 111 PPKT pada 22 provinsi dan 91 PPKT pada 12 provinsi kawasan perbatasan negara disajikan pada Gambar-1. Gambar-1. Sebaran 111 PPKT di Wilayah 22 Provinsi dan 91 PPKT di Wilayah 12 Provinsi Kawasan Perbatasan Negara Aceh; 7 Sumut; 3 Riau; 4 Sumbar; 3 Kepri; 22 Bengkulu; 2 Lampung; 1 Banten; 3 Jabar; 2 Jateng; 1Jatim; 3Bali; 1Kaltim; 2Kaltara; 2 Sulut; 12 Sulteng; 3 Malut; 1 Maluku; 19 NTT; 7 NTB; 1 Pabar; 3 Papua; 9 TOTAL 111 PPKT DI 22 PROVINSI
  • 3. Pemahaman PPKT sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.62 tahun 2010, bahwa katagori PPKT adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya, dan pulau dimaksud telah memiliki titik-titik dasar koordinat geografi (TD) yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional3. Sehingga perdebatan yang sering timbul dalam penyebutan pulau-pulau kecil lainnya atau pulau terdepan, apabila tidak memiliki koordinat geografis dapat dikatakan tidak termasuk kelompok PPKT. Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) telah menerbitkan Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara (Renduk PPN) tahun 2015-2019 yang sejalan dengan RPJMN tahun 2015-2019, telah menetapkan lokasi pembangunan di kawasan perbatasan negara di 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Kec.Lokpri). Dalam cakupan wilayah administrasi pemerintahan, maka PPKT dapat berada dalam wilayah administrasi kecamatan tertentu bahkan masuk wilayah desa/kelurahan, hal ini berimplikasi kepada treatment kebijakan pembangunan perbatasan negara berbasis Kec.Lokpri/PKSN, yang belum tentu PPKT yang dekat atau dianggap dekat secara geografis masuk dalam administrasi Kec.Lokpri/PKSN tersebut. Sebagai contoh Prov. Aceh memiliki total 7 PPKT dengan nama Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Bateeleblah/Benggala, Rondo dan Weh. Apabila lokasi PPKT tersebut dimasukan dalam cakupan wilayah administrasi Kecamatan Lokpri dan PKSN Kawasan Perbatasan Negara, maka Prov. Aceh memiliki 3 PPKT yang berbatasan dengan Negara India di Laut Andaman yaitu Pulau Bateeleblah/Benggala di Kec.Lokpri Pulo Aceh pada Kab.Aceh Besar dan Pulau Weh dan Pulau Rondo di PKSN Sabang di Kota Sabang. Sedangkan 4 PPKT lainnya berbatasan dengan Laut Lepas (High Seas), tidak dalam cakupan wilayah administrasi kabupaten sesuai Renduk PPN. 3 Perhitungan dan penentuan jenis garis pangkal kepulauan NKRI yang menghubungkan titik dasar (TD) antar PPKT, ditentukan dengan teknik tersendiri melalui survey hidrografi dan mengikuti aturan dalam UNCLOS dan Technical Aspect of the Law of the Sea (TALOS) serta praktek internasional yang berlaku secara umum (common used). 22 19 12 9 7 7 4 3 3 2 2 1 SEBARAN 91 PPKT DI 12 PROVINSI KAWASAN PERBATASAN NEGARA (RINDUK PPN TAHUN 2015-2019) DENGAN PPKT TERBANYAK Jml. PPKT Sumber Data : Keppres No.6 Tahun 2017, diolah Bag. Program dan Anggaran, Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP.
  • 4. Berdasarkan contoh tersebut, apabila Lokasi PPKT dikaitkan dengan cakupan wilayah administrasi di provinsi/kabupaten/kota/kecamatan kawasan perbatasan negara sesuai Renduk PPN dan memperhatikan sejarah budaya masyarakat lokal, terdapat kondisi PPKT sebagai berikut: 1) Masuk wilayah Kecamatan Lokpri dan/atau PKSN dalam kabupaten/kota kawasan perbatasan negara; 2) Masuk wilayah Non Kecamatan Lokpri dalam kabupaten/kota kawasan perbatasan negara; 3) Masuk wilayah Non Kecamatan Lokpri di luar Kab. Kws.Perbatasan Negara; Adapun ilustrasi kondisi PPKT dalam cakupan wilayah administrasi kabupaten/kota kawasan perbatasan negara dan non perbatasan negara, pada Gambar-2 dan Gambar-3. Gambar-2. Lokasi PPKT dengan Cakupan Wilayah Administrasi Kecamatan Lokpri dan/atau PKSN dalam Kabupaten/Kota Kawasan Perbatasan Negara. PULAU RONDO (PPKT) TD.177 PULAU WEH (PPKT) TD.178WILAYAH KOTA SABANG (PKSN) PULAU BATEELEBLAH/ BENGGALA (PPKT) TD.176A WILAYAH KEC. LOKPRI PULO ACEH, KAB. ACEH BESAR Sumber Data : Keppres No.6 Tahun 2017, diolah Bag. Program dan Anggaran, Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP. Titik Dasar (TD) merupakan Koordinat Titik Terluar.
  • 5. Gambar-3. Lokasi PPKT dengan Cakupan Wilayah Administrasi Kabupaten Non Kawasan Perbatasan Negara Sesuai Rinduk PPN Tahun 2015-2019 Dengan demikian jika dari 91 PPKT pada 12 provinsi terkait kawasan perbatasan negara dimasukan dalam cakupan wilayah administrasi PKSN dan Kec. Lokpri, maka Jumlah PPKT menjadi 53 PPKT di 23 kabupaten/kota pada 10 provinsi, penjelasan lebih lanjut pada Tabel-1. Kebutuhan data dan informasi cakupan wilayah administrasi setiap PPKT yang dimiliki oleh provinsi perbatasan negara yang menjadi target pembangunan, perlu diketahui dan dan dipastikan secara administratif masuk/tidak masuk dalam wilayah Kec.Lokpri dan atau PKSN. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan BNPP, lokasi wilayah administrasi PPKT di Provinsi/Kabupaten/Kota, disampaikan pada Tabel-1. Sumber Data : Keppres No.6 Tahun 2017, diolah Bag. Program dan Anggaran, Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP. Titik Dasar (TD) merupakan Koordinat Titik Terluar. WILAYAH KAB. HALMAHERA TENGAH (NON KAWASAN PERBATASAN NEGARA) WILAYAH KAB. PULAU MOROTAI, PROV. MALUKU UTARA. TERDAPAT 5 KEC. LOKPRI (TIDAK MEMILIKI PPKT) PULAU JIEW (PPKT) TD. 063
  • 6. Tabel-1 Cakupan Wilayah Administrasi dan Tipologi PPKT Sesuai Lokasi PKSN dan Kecamatan Lokpri dalam Renduk PPN Tahun 2015-2019 Tipologi PPKT : A. Berpenduduk/Menetap : Masyarakat dan/atau aparat keamanan/petugas navigasi suar serta terdapat struktur pemerintahan minimal setingkat Desa. B. Dihuni hanya oleh aparat keamanan/petugas navigasi suar C. Tidak Bisa Dihuni (Kondisi alamiah/batu-batuan/karang). D. Tidak Dihuni/Bepernduduk (Kondisi secara alamiah dapat dihuni) NO. PROVINSI KAB/KOTA NAMA PPKT WIL. ADMINISTRASI TIPOLOGI PPKT BERBATASAN DENGAN LAUT NEGARA KEC.LOKPRI PKSN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. ACEH 1.1 Aceh Besar 1. Bateeleblah Pulo Aceh C India 1.2 Kota Sabang 1. Rondo B India 2. Weh/Kota Sabang A India 2. SUMATERA UTARA 2.1 Serdang Berdagai 1. Berhala Tanjung Beringin B Malaysia 3. Riau 3.1 Bengkalis 1. Rupat Rupat A Malaysia 2. Bengkalis Bengkalis A Malaysia 3.2 Kep.Meranti 1. Rangsang Rangsang A Malaysia 3. KEPULAUAN RIAU 3.1 Kota Batam 1. Berakit Batam Kota C Singapura 2. Nipa Belakang Padang B Singapura 3. Pelampong Belakang Padang A Singapura 4. Batuberantai Sekupang C Singapura 5. Putri/Nongsa Nongsa A Singapura 3.2 Bintan 1. Bintan 5 Kec.Lokpri A Singapura 2. Malangberdaun Telok Sebong C Singapura 3.3 Kep. Anambas 1. Damar Jemaja C Malaysia 2. Mangkai Jemaja B Malaysia 3.4 Natuna 1. Tokongboro Pulau Laut C Malaysia 2. Semiun Pulau Laut C Malaysia 3. Sebetul Pulau Laut C Vietnam 4. Sekatung Pulau Laut A Vietnam 5. Senua Bunguran Timur D Malaysia 6. Subi Kecil Subi A Malaysia 7. Kepala Serasan D Malaysia 3.5 Karimun 1. Tokonghiu Kecil Tebing B Malaysia 2. Karimun Kecil Tebing A Malaysia 4. KALIMANTAN TIMUR 4.1 Berau 1. Maratua Maratua A Malaysia 5. Kaltara 5.2 Nunukan 1. Sebatik Sebatik A Malaysia 2. Karang Unarang Sebatik B Malaysia 6. SULAWESI UTARA 6.1 Kep. Sangihe 1. Kawaluso Kandahe A Filipina 2. Kawio Kep.Marore A Filipina 3. Marore Tabukan Utara (awal) pemekaran menjadi Kec.Kep.Marore A Filipina
  • 7. 4. Batubawaikang Tabukan Utara C Filipina 6.2 Talaud 1. Miangas Miangas A Filipina 2. Marampit Nanusa A Filipina 3. Intata Nanusa A Filipina 4. Kakarutan Nanusa A Filipina 7. MALUKU 7.1 Maluku Tenggara Barat 1. Larat Tanimbar Utara A Timor Leste dan Australia 2.Selaru Selaru A Timor Leste dan Australia 7.2 Maluku Barat Daya 1. Metimarang Mdona Hiera A Timor Leste dan Australia 2. Letti Wetar A Timor Leste 3. Wetar Wetar A Timor Leste 4. Lirang Wetar A Timor Leste 8. NUSA TENGGARA TIMUR 8.1 Alor 1. Alor (termasuk pulau besar) Alor Selatan Alor Barat Daya Pureman Mataru Alor Timur Teluk Mutiara A Timor Leste 8.2 Kupang 1. Batek Amfoang Timur A Timor Leste 8.3 Rote Ndao 1. Rote (termasuk pulau besar) Rote Barat Daya Rote Selatan Lobalain A Timor Leste 2. Ndana Rote Barat Daya A Australia 8.4 Sabu Raijua 1. Sabu Raijua A Australia 2. Dana Raijua B Australia 9. PAPUA BARAT 9.1 Raja Ampat 1. Moff/Budd Ayau D Palau 2. Fani Ayau B Palau 10. PAPUA 10.1 Supiori 1. Fanildo Supiori Barat D Palau 2. Bras Supiori Barat A Palau 3. Bepondi Supiori Utara A Palau Jml. Prov. : 10 PPKT : 53 PKSN : 4 A : 32 Kab/Kota: 23 Kec.Lokpri: 47 B : 8 C : 9 D : 4 Sumber data: Bagian Program dan Anggaran, Biro Perencanaan dan Kerjasama, BNPP (perlu diverifikasi dengan kondisi terkini dengan pemkab/kota terkait posisi PPKT dalam satuan administrasi PKSN dan Kec.lokpri) Perlu untuk menjadi pemahaman bahwa penyusunan Tipologi PPKT hanya dipergunakan untuk memberikan informasi bahwa dari 111 PPKT terdapat PPKT yang berpenduduk dan tidak berpenduduk, dalam rangka mendukung kebijakan perencanaan atas treatment pembangunan PPKT berpenduduk tentunya berbeda dengan PPKT tidak berpenduduk. Tipologi PPKT belum mengambarkan potensi yang dapat dikembangkan sesuai daya dukung dan daya tampung PPKT, namun pembahasan selanjutnya diupayakan pada setiap tipologi PPKT memuat informasi tentang kebutuhan pembangunan dalam rangka pemanfaatan PPKT untuk kepentingan peningkatkan kesejahteraan masyarakat, keberlanjutan pelestarian lingkungan, dan pertahanan dan keamanan wilayah NKRI.
  • 8. 3. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PPKT DI WILAYAH PERBATASAN NKRI Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa PPKT adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konstruksi NKRI sebagai Negara Kepulaun berdasarkan sejarah4 perjuangan dan telah diakui secara Hukum UNCLOS serta diakui sebagai archipelagic state oleh seluruh bangsa dalam praktek internasional. Selanjutnya didalam Undang- Undang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, menyatakan bahwa PPKT termasuk Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yaitu kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional. Berdasarkan Tabel-1, diperoleh data terdapat 53 PPKT yang tersebar masuk dalam wilayah administrasi di 4 PKSN dan 47 Kec. Lokpri pada 10 provinsi dan 23 kabupaten/kota. Selanjutnya, apabila digunakan pendekatan pengelompokan PPKT berdasarkan tipe atau jenis (tipologi), maka tipologi PPKT sebagai berikut : a. PPKT Tipologi A terdapat 32 pulau dihuni/berpenduduk secara permanen oleh masyarakat berserta petugas keamanan dan/atau navigasi, serta memiliki struktur pemerintahan setingkat desa; b. PPKT Tipologi B terdapat 8 pulau yang hanya dihuni/dijaga oleh petugas keamanan dan/atau navigasi; c. PPKT Tipologi C terdapat 8 pulau yang tidak bisa dihuni/tidak dihuni karena kondisi alamiah pulau berupa batu-batuan/bongkahan batu/karang; d. PPKT Tipologi D terdapat 5 pulau yang secara prinsip dapat dihuni secara alamiah, namun tidak dihuni/tidak ada petugas keamanan dan/atau navigasi. Untuk mempermudah pemahanan disampaikan dalam Gambar-1, contoh Tipologi PPKT. Gambar-1 Contoh Tipologi PPKT Cuplikan pada terbitan jurnal ilmiah di Brussel tanggal 5 Mei 2003 yaitu Future of regional policy: Commission presents a study on outermost regions and islands Analysis of national, regional and local policies, and Community programmes relate to the following areas: - remoteness, transport and access to markets - economic structure - 4 Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13 Desember 1957, berdasarkan: (a) faktor etimologis, (b) faktor geografis, (c) faktor keutuhan yurisdiksi, (d) faktor interdependensi ekonomi pulau-pulaunya satu sama lain, (e) faktor keamanan dan kelestarian netralitas dalam keadaan perang, dan (f) faktor perlindungan kekayaan laut. Oleh karena itu, delegasi Pemerintah RI berketetapan mempertahankan asas archipelago dalam Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13 Desember 1957, yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Tipologi B : Pulau Batek, Kec. Amfoang Timur, Kab. Kupang, Prov. NTT. Tipologi C : Pulau Sebetul, Kec. Pulau Laut, Kab. Natuna, Prov. Kep. Riau Tipologi A : Pulau Metimarang, Kec. Mdona Heira, Kab. MBD, Prov. Maluku Tipologi D : Pulau Senua, Kec. Bunguran Timur, Kab. Natuna, Prov. Kep. Riau
  • 9. labour force and population trends - access to public services - environmental problems, memperhatikan hal tersebut, maka dapat diartikan bahwa seluruh tipologi PPKT, membutuhkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kebutuhan utama yaitu: a. Kebutuhan akses internal yang diidentifikasikan dengan adanya ketersediaan sarana prasarana dasar minimal untuk memudahkan kelompok penghuni berinteraksi dalam layanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih, perumahan, ketenagalistrikan, dan keamanan); b. Kebutuhan akses eksternal yang didentifikasinya dengan adanya ketersediaan sarana prasarana untuk memudahkan penghuni keluar/masuk pulau untuk berinteraksi dengan penghuni lainnya diluar pulau dalam rangka mempertahankan keberlangsungan kehidupan; c. Kebutuhan akses inter alia yang didenfikasi adanya kemampuan buatan dan/atau alamiah dari PPKT tersebut untuk tetap eksis melawan abrasi, misalnya pembuatan tanggul penahan abrasi dan atau penanaman/mempertahankan pohon manggrove yang telah ada sebelumnya. Kebutuhan akses internal dan eksternal bagi penghuni di PPKT merupakan bagian dari proses pembangunan nasional utamanya kewilayahan dan memiliki kontribusi tangungjawab oleh pemerintah daerah terkait untuk memberikan sentuhan pembangunan secara konsiten dan berkelanjutan, dengan kiranya dibutuhkan perencanaan dengan pendekatan thematic, holistic, integrative, and spatial (THIS). Pendekatan ini merupakan wujud tangungjawab bersama5 untuk membangun PPKT melalui mekanisme integratif perencanaan dan penganggaran, yang mampu memetakan dan menjelaskan kontribusi pembangunan nasional yang diarahkan secara langsung ke PPKT dan kiranya proses ini apabila diperlukan melibatkan partisipasi Pihak Swasta serta dukungan masyarakat secara luas. 3.1 Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, telah mengatur sistem dan mekanisme umum pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam rangka melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau- pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau Kecil; memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam Pasal 5 pada Peraturan Pemerintah No.62 tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar, bahwa pemanfaatan PPKT hanya dapat dilakukan untuk pertahanan dan keamanan (hankam), kesejahtaraan masyarakat, dan/atau pelestarian lingkungan, disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung PPKT, namun demikian pilihan pemanfaatan PPKT untuk tetap harus mengikutsertakan pelestarian lingkungan. Selanjutnya bagi PPKT peruntukan kepentingan hankam dan kesejahteraan masyarakat tetap memperhatikan pelestarian lingkungan. Pemanfaatan PPKT khusus untuk pelestarian lingkungan dilakukan dengan prosedur penetapan terlebih dahulu PPKT sebagai kawasan yang dilindungi. Kawasan yang dilindungi dimaksud dapat berupa sebagian atau seluruh wilayah sebagai 5 Dalam konteks keterpaduan perencanaan dan anggaran utamanya pembiayaan APBN/APBD telah diterbitkan Perpres No.17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional, diupayakan Pemerintah melalui penerapan kewajiban aplikasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran (Pasal 34)
  • 10. kawasan konservasi yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Kawasan konservasi bagi PPKT sebagai kawasan yang dilindungi dapat ditetapkan sebagai kawasan konservasi pesisir, konservasi maritim, dan konservasi perairan, dan/atau sempadan pantai. Pemanfaatan PPKT merupakan kegiatan yang berkaitan dengan upaya memanfaatkan potensi sumber daya PPKT dan perairan di sekitarnya sampai paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai dalam upaya menjaga kedaulatan NKRI, selanjutnya karena pengelolaan PPKT menyangkut faktor strategis yaitu kedaulatan wilayah negara, kesejahteraan masyarakat, pengendalian lingkungan hidup, dan adanya kepentingan nasional, sehingga seluruh PPKT termasuk dalam golongan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dan dimanfaatkan bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam tataran regulasi tata cara penetapan kawasan konservasi diatur dengan peraturan menteri terkait, sedangkan untuk tata cara penetapan sempadan pantai diatur dengan Peraturan Presiden. Secara keseluruhan Pemanfaatan PPKT untuk kepentingan pertahanan dan keamanan (hankam), kesejahtaraan masyarakat, dan/atau pelestarian lingkungan, wajib mendapat izin dari Menteri setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan/atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Izin sebagaimana dimaksud diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh orang perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin diatur dengan Peraturan Menteri. Kewenangan Pemerintah dalam pemanfaatan PPKT untuk pertahanan dan keamanan mencakup kewenangan untuk menetapkan rencana strategis pertahanan dan keamanan; mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan batas wilayah negara; menetapkan titik referensi dan koordinat geografis titik dasar; membangun dan memelihara tanda titik referensi; menyusun rencana pengelolaan PPKT; melakukan pendataan dan pemberian nama pulau-pulau kecil terluar; dan menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan wilayah negara, serta kawasan perbatasan. Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan PPKT merupakan bagian dari proses pembangunan, sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pemanfaatan PPKT. Peran serta masyarakat dalam mendukung perencanaan PPKT terdiri atas kegiatan antara lain mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah, dan memberikan masukan/usulan terhadap rencana kegiatan pemanfaatan PPKT. Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pemanfaatan PPKT antara lain terdiri atas melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya PPKT berdasarkan hukum adat yang tidak bertentangan dengan hukum nasional; dan menjaga, memelihara, dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas, serta kelestarian fungsi lingkungan di PPKT. Selanjutnya peran serta masyarakat dalam pengawasan PPKT antara lain terdiri atas kegiatan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan atas kerugian yang ditimbulkan berkaitan dengan pelaksanaan pemanfaatan PPKT; dan melaporkan adanya pencemaran dan/atau kerusakan PPKT yang merugikan kelestarian lingkungan. Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia Tahun 2016-2019 merupakan bagian dari Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia, memasukan PPKT menjadi aset strategis bahari nasional guna mendukung terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan eksistensi Indonesia sebagai negara kepulauan. Sumbangsih PPKT dalam mewujudkan Poros Maritim Dunia menjadi bagian dari manajemen pembangunan yang meliputi membangun budaya maritim, menjaga laut dan sumber daya laut melalui inisiatif kedaulatan pangan laut dengan pengembangan industri perikanan terpadu dan
  • 11. terkoneksi dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama, memberikan prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim melalui pembangunan tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan dan pariwisata maritim, selanjutnya memperkuat diplomasi maritim, kerjasama di bidang kelautan, menghilangkan sumber konflik dan potensi konflik di laut seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, aktivitas kriminal laut lainnya yang memanfaatkan perairan PPKT sebagai stepping stone jalur exit/entry memasuki wilayah Indonesia, serta membangun kekuatan pertahanan maritim dan kecepatan reaksi pertahanan maritim berbasis PPKT melalui salah satu upayanya menyusun standar sarana prasarana hankam maritim sesuai dengan daya dukung dan daya tampung PPKT, serta arah kebijakan pemanfaatannya. 3.2 Model Pembangunan PPKT berdasarkan Tipologi 1. PPKT dalam Tipologi A Berdasarkan Table-1, terdapat 32 PPKT masuk dalam Tipologi A yaitu PPKT yang secara historis dan fakta yang terjadi saat ini, merupakan PPKT berpenduduk yang masyarakatnya menetap secara permanen dan mayoritas memiliki struktur pemerintahan terkecil setingkat Desa, namun ada juga bersatus kecamatan. Disamping terdapat masyarakat, terdapat pula personil aparat keamanan yang berfungsi untuk menjaga ketertiban dan keamanan wilayah PPKT, termasuk petugas navigasi jika di PPKT terdapat menara suar (light house) untuk kepentingan keselamatan navigasi pelayaran. Karena PPKT dalam Tipologi A cenderung dinamis mengingat terdapat keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya yang mengandalkan potensi darat dan potensi kelautan. Layanan dan sarana fisik untuk akses pemenuhan sosial dasar masyarakat yaitu pendidikan, kesehatan, perumahan dan air bersih telah ada dan berlangsung sejalan dengan pertumbuhan generasi, yang diperoleh melalui swadaya masyarakat setempat dan atau bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk PPKT Tipologi A, belum dirumuskan secara komprehensif dan dijadikan acuan nasional pembangunan. Namun pada prakteknya misalnya SPM Bidang Kesehatan yang telah disusun dan diterapkan Kementerian/Lembaga terkait dalam rangka menjaga dan meningkatkan layanan kesehatan masyarakat secara nasional, belum tentu menjawab kebutuhan prioritas masyarakat di PPKT atau mempertahankan kualitas pelayanannya. Hal ini dimaklumi mengingat merawat kesehatan masyarakat di PPKT (outermost island) berlokasi jauh sangat berbeda dengan kondisi masyarakat yang menetap di pulau- pulau besar (main island). Faktor geografis wilayah maritim memang menjadi faktor kritis yang berpotensi memperlambat kecepatan pelayanan kesehatan masyarakat. Belum ada publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa dibutuhkan sumberdaya yang besar untuk menjaga keberlanjutan kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di PPKT, jika dibandingkan dengan masayarakat yang tinggal di pulau besar. Namun demikian jika menggunakan saintest logical dari sisi pemerintahan tentunya wilayah maritim perlu didukung pengerahan sumber daya yang besar dan menjadi tangungjawab bersama, bukan tangunggjawab satu Kementerian/Lembaga. Misalnya untuk kecepatan pelayanan kesehatan di daratan PPKT (dukungan internal) membutuhkan akses transportasi (jalan dan moda transportasi) dari dan menuju puskesmas pembantu atau posyandu, membutuhkan kualitas ketenagalistrikan yang prima untuk menjalankan alat-alat kesehatan agar berfungsi dengan baik dan tidak cepat rusak, membutuhkan mobilisasi tenaga medis permanen yang tinggal di lokasi, membutuhkan ketersediaan sumber dan jaringan air bersih dengan kecukupan volumen air, membutuhkan jaringan telekomunikasi untuk mempercepat komunikasi situasi kritis/kondisi gawat darurat. Sementara itu pada sisi perairan PPKT (dukungan eksternal) membutuhkan kapasitas dermaga dan moda transportasi laut untuk menjamin suplai obat-obatan
  • 12. dan kebutuhan medis lainnya tercukupi. Hal tersebut juga dialami pada praktek pemenuhan layanan dan sarana dasar keberlanjutan pendidikan masyarakat dan perbaikan pemukiman dan perumahan layak huni. Dari aspek pengembangan ekonomi lokal dengan fokus kemaritiman, PPKT Tipologi A memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena terdapat masyarakat di PPKT tertentu yang telah mengembangkan kemampuan ekonomi lokalnya yang telah menjadi bagian dari rantai keberlanjutan industri perikanan regional dan nasional bahkan internasional, akan tetapi mayoritas kemampuan usaha perikanan dan turunan produk perikanan masih terbatas pada skala ekonomi survival atau hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari belum bergeser kepada kelompok Usaha Kecil dan Menengah yang berpola income generating atau peningkatan pendapatan dalam konteks kesejateraan masyarakat, yang secara sederhana diukur melalui indikator gabungan atas Tabungan, Konsumsi dan Investasi (TKI). Pengertian tabungan adalah seberapa banyak nelayan dapat menyisihkan pendapatan mereka dari hasil investasi/perputaran modal usaha yang dipisahkan. Sehingga membutuhkan bantuan layanan perbankan/lembaga keuangan untuk menabung (saving). Besarnya jumlah tabungan bukan menjadi tolok ukur utama. Sedangkan konsumsi adalah kemampuan nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (konsumtif dan social cost) serta kebutuhan pendidikan dan kesehatan bagi dirinya dan atau keluarganya. Selanjutnya investasi diartikan sebagai alat kerja nelayan (tools) untuk menghasilkan keutungan dalam business process yang dilakukan sehari-hari sebagai mata pencaharian utama. Konsep TKI dimaksud tentunya perlu dukungan komprehensif dan saling terkait serta adanya perlindungan terhadap iklim kondusif bagi usaha nelayan. Misalnya pemberdayaan masyarakat dan desa nelayan/pesisir melalui fasilitator teknis pendamping usaha ekonomi masyarakat, bantuan kredit bergulir dengan bunga rendah, mendayagunakan lembaga yang sudah terbentuk dan berjalan ditingkat lokal (Badan Usaha Milik Desa, Koperasi dan lain sebagainya), pembangunan/rehabilitasi sarana dasar pengembangan perekonomian nelayan (pasar atau tempat pelelangan ikan, sarana tangkap, pabrik es, tempat pengisian bahan bakar kapal nelayan, teknologi tepat guna untuk pengembangan produk turunan perikanan, dan lain hal terkait, termasuk kebutuhan tenaga listrik, air bersih dan jaringan komunikasi). Selanjutnya tidak kalah penting dan perlu mendapat perhatian adalah konsep bisnis afirmasi/keberpihakan kepada masyarakat nelayan untuk dapat menjadi sistem utama dalam perdagangan produk perikanan. Penentuan harga dan pasar yang dituju tentunya melibatkan para kelompok nelayan dalam pengambilan keputusan bersama, bukan intervensi dari investor atau tengkulak yang menekan harga beli prosuk perikanan serendah mungkin dari pihak kelompok nelayan penghasil. Pendayagunaan investor swasta sangat diperlukan, sebagai akselerasi pengembangan ekonomi lokal, namun demikian perlu dirancang agar kelompok nelayan menjadi bagian penting dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Cara untuk mencapai pasar yang dituju perlu dikaji secara seksama, misalnya penjualan langsung oleh nelayan melalui pasar rakyat yang diwadahi oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau Koperasi Nelayan sebagai agen utama untuk menuju pembeli/pedangan individu atau perusahaan disesuaikan dengan rantai penjualan yang berlaku dan dikelola secara transparan. Ekspor produk perikanan dapat dilaksanakan langsung oleh BUMDes dengan regulasi yang didukung dan dilindungi oleh pemerintah maupun pola kerjasama operasi (KSO) dengan perusahaan yang berkompeten menuju pasar yang lebih luas.
  • 13. Fakta lapangan mencatat bahwa program pengembangan ekonomi lokal berbasis pemberdayaan nelayan di PPKT atau program sejenis yang selama ini dilaksanakan pemerintah melalui Kementerian/Lembaga terkait, belum mampu mempercepat income generating yang memadai dan menunjukan peningkatan terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan di PPKT atau konsep Tabungan, Konsumsi dan Investasi apabila dijadikan indikator kesejahteran, masih belum memadai dan membutuhkan perhatian pembangunan yang lebih luas jangkauannya serta diperlukan perbaikan/inovasi manajemen dan regulasi asismetris dalam rangka keberlanjutan dan perlindungan kesejahteraan kelompok nelayan di PPKT. Penyusunan Rencana Tata Ruang Laut yang didalamnya memuat pemanfaatan PPKT telah digagas dalam lokakarya Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut6, menjelaskan kepentingan untuk melakukan perencanaan spasial sebagai landasan operasional untuk melaksanakan berbagai program pembangunan dan pengembangan kawasan. Sampai dengan tahun 2018 KKP mempunyai target untuk menyelesaikan 7 (tujuh) Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan 20 (dua puluh) Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) di Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT). Lokakarya ini dimaksudkan untuk menggalang input dari sektor lain bagi penyusunan Rencana Tata Ruang Laut, diantaranya Rencana Tata Ruang Laut Nasional (RTRLN), Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional (RZ KSN), Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu (RZ KSNT), Rencana Zonasi kawasan Antar Wilayah (RZ Teluk, Selat, dan Laut), dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), sebagaimana telah ditargetkan dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia. Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional (RZ KSN) merupakan rencana yang disusun untuk menentukan arahan pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional. Penyusunan RZ KSN tidak terlepas dari dokumen perencanaan lainnya, untuk itu sinkronisasi dan harmonisasi dengan RTR KSN dan RTRW maupun dokumen perencanaan RZWP3K Provinsi merupakan suatu keniscayaan. Saat ini 5 (lima) Provinsi telah menetapkan Peraturan Daerah tentang RZWP3K, yaitu: Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Upaya harmonisasi meliputi berbagai isu permasalahan yang bernilai penting dan strategis nasional maupun aspek kewenangan pengelolaan di KSN tersebut. Agar uraian tersebut diatas dalam dilaksanakan secara komprehensif maka salah satu kriteria kesiapan (rediness criteria) adalah pemantapan data, analisa data dan informasi yang akurat/valid untuk mendukung kondisi terkini dan kondisi perubahan skala prioritas (targeting) yang diharapkan sesuai waktu penanganan kepentingan/intervensi pembangunan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Manajemen gap/celah dari kondisi terkini dengan kondisi perubahan pada skala prioritas yang diharapkan melalui rumusan rencana aksi yang mantap, sangat menentukan besaran intervensi pemerintah yang akan dilaksanakan termasuk keterlibatan pihak investor dan kelompok usaha masyarakat nelayan. PPKT dalam Tipologi A, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tidak semuanya berangkat dari asumsi keadaan lemah ataupun ready to market dari sisi kesiapan masyarakat terhadap perubahan dan daya dukung alamiah PPKT terkait. Derajat kemampuan teknis (grade) berdasarkan data dan survei yang dihimpun, perlu disusun secara sistematis. Meskipun potensi perikanan atau mata pencaharian utama masyarakat penduduk PPKT adalah nelayan, namun potensi 6 Kutipan dari Siaran Pers Nomor: SP.205/DJPRL.0/I/2018 tanggal 26 Januari 2018 Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam Lokakarya Nasional Perencanaan Ruang Laut Kawasan Strategis Nasional
  • 14. pertanian dapat dimaksukan dalam data dan survei, kadangkala kesulitan melaut bagi nelayan karena faktor cuaca yang tidak memungkinkan, mereka mengganti mata pencaharian sementara pada sektor pertanian (Product switching). Pada kondisi tertentu dari PPKT Tipologi A mata pencaharian utama penduduk adalah sektor pertanian, bukan sebagai nelayan. Sebagai contoh Pulau Marore merupakan PPKT, pada tanggal 12 September 2008 Kepulauan Marore yang merupakan bagian wilayah kecamatan Tabukan Utara, mulai berdiri sendiri menjadi satu kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Marore. Kecamatan Kepulauan Marore berdasarkan pembagian wilayah administratif pemerintah daerah keadaan tahun 2008 sampai 2012 terbagi dalam 3 Desa yang terdiri dari 8 lindongan/dusun. Kecamatan Kepulauan Marore dipimpin oleh seorang Camat, pada tingkat desa dipimpin oleh Kepala Desa, dan tingkat lindongan dipimpin oleh kepala lindongan. Kecamatan Kepulauan Marore dengan luas sekitar 4,45 km memiliki 3 Desa yaitu Desa Marore, Kawio dan Matutuang, dengan jumlah penduduk di 3 desa sekitar 1.514 jiwa7. Dilanjutkan pada edisi pembaharuan. 7 Dapat dilihat secara lengkap pada data Kecamatan Kepulauan Marore tahun 2017 dan Statistik Daerah Kecamatan Kepulauan Marore tahun 2016 yang diterbitkan oleh BPS
  • 15. Dilanjutkan pada edisi pembaharuan.