Studi ini menganalisis kelayakan investasi usaha ternak kerbau di Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. Hasilnya menunjukkan bahwa usaha ternak kerbau sangat menguntungkan dengan rata-rata pendapatan petani Rp8,8 juta pada 2006 dan Rp10,4 juta pada 2007. Tingkat profitabilitasnya di atas 6,25% dan payback periodnya kurang dari 5 tahun, sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan."
Analisis investasi usaha ternak kerbau di kecamatan welahan kabupaten jepara
1. ANALISIS INVESTASI USAHA TERNAK KERBAU
DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA
S.N. UTAMI
Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRAK
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui besarnya pendapatan
yang diperoleh dari usaha ternak kerbau, mengetahui tingkat profitabilitas usaha
ternak kerbau, dan mengetahui kelayakan investasi usaha ternak kerbau. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey dan metode analisis data
menggunakan perhitungan pendapatan, profitabilitas, Payback Period, Net
Present Value, Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return. Analisis statistik
dengan SPSS 12 One Sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha
ternak kerbau di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara sangat menguntungkan.
Pendapatan petani rata-rata yang diterima sebesar Rp 8.885.393,33 pada tahun
2006, Rp 10.451.476,67 pada tahun 2007, dan sebesar Rp 7.974.143,33 pada
tahun 2008. Nilai sig t-hitung 0,000 < 0,005 Rata-rata profitabilitas usaha
ternak kerbau pada tahun 2006 adalah sebesar 66,19%, tahun 2007 sebesar
66,95%, dan tahun 2008 sebesar 70,11%. Payback Period adalah 1 tahun 2 bulan,
NPV (Net Present Value) bernilai positif sebesar Rp 10.932.902,49, Benefit Cost
Ratio 1,84 > 1, dan Internal Rate of Return 46,07% > bunga kredit (14%).
Kata kunci : kerbau, kecamatan welahan, kelayakan investasi
THE INVESTMENT ANALYSIS OF BUFFALO FARMING
IN WELAHAN SUBDISTRICT JEPARA REGENCY
A study has been carried of to examine the estimate of income can be
reached from the buffalo farming, to examine profitability index of Buffalo
Farming, and to examine the investment properly of Buffalo Faming. This study
has done at March 23th
until April 23th
2009 in Welahan Subdistrict, Jepara
Regency. A method used in this studi is survey method and the investment
analysis used an income estimate, profitability index, Payback Period, Net
Present Value, Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return. One Sample t-test
were used to analyze the data observed. The results showed that the buffalo
Farming in Welahan Subdistrict, Jepara Regency is benefit. The average of farmer
income is Rp 8.885.393,33 at 2006, Rp 10.451.476,67 at 2007, and Rp
7.974.143,33 at 2008. Profitability index is 66,19% at 2006, 66,95% at 2007, and
70,11% at 2008. Payback Period 1 year 2 month, Net Present Value
Rp 10.932.902,49, Benefit Cost Ratio 1,84 > 1, and Internal Rate of Return
46,07% > 14%.
2. 2
Key Words : buffalo, welahan subdistrict, investment reliability
PENDAHULUAN
Kerbau merupakan salah satu
jenis ternak yang kegunaannya
sangat beragam mulai dari ternak
pembajak sawah, alat transportasi,
sebagai sumber daging dan susu,
sampai dengan kulitnya digunakan
sebagai bahan baku industri.
Menurut Williamson dan Payne
(1993) kerbau adalah binatang
bertulang besar, agak kompak
dengan badan tergantung rendah
pada kaki yang kuat dengan kuku-
kuku besar. Kerbau merupakan
hewan asli Afrika dan Asia,
termasuk salah satu hewan liar
primitif dari famili Bovidae. Populasi
ternak kerbau di Indonesia sekitar
2,5 juta ekor, populasi ternak kerbau
tersebut mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Data selama tahun
1985-2001 menunjukkan bahwa
populasi ternak kerbau menurun
drastis dari 3,3 juta ekor pada tahun
1985 menjadi 2,4 juta ekor di tahun
2001 atau mengalami penurunan
populasi sebesar 26%. Peningkatan
populasi ternak kerbau di Pulau
Sumatera justru agak meningkat dari
1,1 juta ekor menjadi 1,2 juta ekor di
tahun yang sama atau mengalami
pertumbuhan populasi sebesar 9%.
Hal ini membuktikan bahwa kondisi
alam dan sosial budaya masyarakat
Pulau Sumatera memberi tempat
yang layak untuk pengembangan
ternak kerbau. Tujuan beternak
kerbau sebagai penghasil daging
hanya dilakukan pada kerbau afkir
dengan nilai ekonomi rendah.
Populasi ternak kerbau yang
ada di Indonesia saat ini 40% berada
di Pulau Jawa dengan kepemilikan 1-
2 ekor/petani. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya populasi
ternak kerbau disebabkan oleh
keterbatasan bibit unggul, mutu
pakan ternak rendah, perkawinan
silang dan kurangnya pengetahuan
peternak dalam menangani produksi
dan reproduksi ternak tersebut.
Kebijakan pengembangan usaha
pembibitan kerbau diarahkan pada
suatu kawasan, baik kawasan khusus
maupun terintegrasi dengan komoditi
lainnya serta terkonsentrasi di suatu
wilayah untuk mempermudah
3. 3
pembinaan dan pengawasannya.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pendapatan
yang diperoleh dari usaha ternak
kerbau, mengetahui tingkat
profitabilitas usaha ternak kerbau,
dan mengetahui kelayakan investasi
usaha ternak kerbau di Kecamatan
Welahan. Manfaat yang diharapkan
dari penelitian adalah dapat
memberikan pengetahuan dan
pengalaman dalam bidang usaha
ternak khususnya kerbau dan sebagai
sumber informasi bagi peternak
dalam rangka pengembangan usaha
ternak kerbau. Investasi adalah suatu
istilah dengan beberapa pengertian
yang berhubungan dengan keuangan
dan ekonomi. Istilah tersebut
berkaitan dengan akumulasi suatu
bentuk aktiva dengan suatu harapan
mendapatkan keuntungan di masa
depan. Investasi disebut juga sebagai
penanaman modal (Wikipedia,
2008). Setiap perusahaan selalu
membutuhkan penanaman modal
untuk membelanjakan operasi sehari-
hari dimana dana yang sudah
dikeluarkan itu diharapkan akan
dapat kembali masuk dalam
perusahaan dalam jangka waktu yang
pendek melalui hasil penjualan
produksinya (Riyanto, 2001). Ada
berbagai metode penilaian proyek
investasi atau metode untuk
menyusun ranking asal usul
investasi, diantaranya adalah metode
payback period yang merupakan
suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran
investasi dengan menggunakan
proceed atau aliran kas netto,
payback period menggambarkan
panjangnya waktu yang diperlukan
agar dana yang tertanam pada suatu
investasi dapat kembali seluruhnya.
Proceed tiap tahun sama maka
payback period dari suatu investasi
dapat dihitung dengan cara membagi
jumlah investasi dengan proceed
tahunan (Riyanto, 2001).
Menurut Hadisapoetro (1973)
yang dimaksud dengan biaya alat
luar adalah semua pengorbanan yang
diberikan oleh usaha tani untuk
memperoleh pendapatan kotor
kecuali bunga seluruh aktiva yang
dipergunakan dan biaya untuk
kegiatan pengusaha (keuntungan
pengusaha) dan upah tenaga kerja
keluarga sendiri. Biaya alat-alat luar
antara lain yaitu 1) Jumlah upah
4. 4
tenaga kerja luar yang berupa uang,
bahan makanan, perumahan dan lain-
lain, 2) pengeluaran-pengeluaran
untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan
pengeluaran lainnya yang berupa
uang, misal pajak, pengangkutan dan
sebagainya. 3) pengeluaran-
pengeluaran tertentu berupa bahan
untuk kepentingan usaha tani, 4)
pengurangan dari persediaan pada
akhir tahun, 5) penyusutan, misalnya
bangunan, alat-alat dan mesin-mesin,
ternak dan sebagainya. Soeharjo dan
Patong (1973) berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan pendapatan
keluarga petani atau Family Income
adalah pendapatan yang diperoleh
dari sumber-sumber lain yang
diterima petani bersama keluarganya
disamping kegiatan pokoknya. Cara
ini digunakan apabila petani tersebut
tidak membedakan sumber-sumber
pendapatannya untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya.
Pendapatan petani merupakan hasil
kombinasi dari tenaga kerja, modal
dan dari jasanya didalam bidang tata
laksana (manajemen). Pendapatan
petani ini terdiri dari sebagian
pendapatan kotor yang karena tenaga
keluarganya dan kecakapannya
memimpin usahanya dan sebagai
bungan dari kekayaannya sendiri
yang dipergunakan dalam usaha tani.
Pendapatan petani dapat
diperhitungkan dengan
mengurangkan pendapatan kotor
dengan biaya alat-alat dan dengan
bunga modal di luar (Hadisapoetro,
1973).
Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada
(Rasyaf, 1999). Mulyadi (1993)
menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan alat untuk mengevaluasi
dan memilih investasi tertentu
diantara banyak alternatif, dapat
digunakan untuk menetapkan sasaran
laba yang realistis, menilai prestasi
perusahaan secara keseluruhan dan
dapat digunakan untuk membuat
rencana yang pasti. Profitabilitas
suatu usaha dikatakan layak apabila
besarnya nilai profitabilitas lebih
tinggi dari nilai bunga bank.
Pendekatan atau metode-metode
untuk menguji kelayakan investasi
adalah : (1) Payback, (2) Internal
Rate of Return, (3) Profitability
Index, (4) Net Present Value. Periode
5. 5
“Payback” menunjukkan berapa
lama (dalam beberapa tahun) suatu
investasi akan bisa kembali. Periode
“payback” menunjukkan
perbandingan antara “initial
invesment” dengan aliran kas
tahunan. Apabila periode “payback”
kurang dari suatu periode yang telah
ditentukan, proyek tersebut
diterima, apabila tidak, proyek
tersebut ditolak. Kelemahan utama
dari metode “payback” ini adalah
tidak memperhatikan aliran kas
masuk setelah periode payback,
sedangkan dengan NPV masih
diperhatikannya alaran kas masuk
sampai selesainya waktu periode
proyek. Metode payback ini banyak
digunakan untuk melengkapi metode
lain. Metode ini untuk membuat
peringkat usulan investasi dengan
menggunakan tingkat pengembalian
atas investasi yang dihitung dengan
mencari tingkat diskonto yang
menyamakan nilai sekarang dari arus
kas masuk proyek yang diharapkan
terhadap nilai sekarang biaya proyek
atau sama dengan tingkat diskonto
yang membuat NPV sama dengan
nol.
Salah satu keunggulan dari
penggunaan NPV bahwa arus kas
didasarkan pada konsep nilai waktu
uang (time value of money). Maka
sebelum penghitungan/penentuan
NPV hal yang paling utama adalah
mengetahui atau menaksir aliran kas
masuk di masa yang akan datang dan
aliran kas keluar.
METODE PENELITIAN
Analisis investasi dapat
digunakan untuk mengetahui
keuntungan yang diperoleh oleh
petani ternak dan mengetahui berapa
lama petani ternak dapat
mengembalikan investasi yang telah
ditanamkan. Analisis investasi ini
menggunakan kriteria pengukuran
pendapatan, profitabilitas, Payback
Period, Net Present Value, Benefit
Cost Ratio, dan Internal Rate of
Return. Hasil pengukuran tersebut
dapat dijadikan acuan bagi peternak
dalam mengambil keputusan apakah
usaha yang dijalankan layak untuk
dilanjutkan atau tidak sehingga pada
akhirnya petani ternak dapat
membuat kebijakan yang tepat agar
keuntungan tercapai secara optimal.
6. 6
Berdasarkan kerangka pemikiran dan
tujuan penelitian maka hipotesis
penelitian ini adalah: diduga petani
ternak kerbau di Kecamatan
Welahan memperoleh pendapatan
dari investasi yang ditanamkan,
diduga usaha ternak kerbau di
Kecamatan Welahan
menguntungkan, dan diduga usaha
ternak kerbau di Kecamatan
Welahan layak untuk dikembangkan
(investasi layak).
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey. Penentuan
desa dilakukan secara Purposive
Sampling di dua desa yaitu desa Sidi
Gede dan desa Guwo Sobokerto.
Pemilihan dua desa tersebut
berdasarkan kriteria jumlah populasi
ternak kerbau yang melebihi 30 ekor
ternak kerbau. Pengambilan
responden tiap desa diambil dengan
menggunakan metode Simple
Random Sampling. Petani ternak
kerbau di Desa Guwo Sobokerto
berjumlah 63 orang peternak
sedangkan di Desa Sidi Gede
terdapat 58 petani ternak kerbau.
Tiap desa kemudian diambil
sebanyak 30 petani ternak kerbau
untuk dijadikan responden dalam
penelitian ini.
Hipotesis I dianalisis dengan
menggunakan rumus pendapatan
sebagai berikut:
Rumus Pendapatan:
Pendapatan = Penerimaan – Biaya
…………………………….……..(1)
Ho : Pendapatan = 0
Hl : Pendapatan ≠ 0
Hipotesis II dianalisis sebagai
berikut:
Profitabilitas =
TotalBiaya
Pendapatan
100%
………..…………………...….....(2)
Ho : Profitabilitas < bunga bank
(6,25%)
Hl Hl : Profitabilitas ≥ bunga bank
(6,25%)
Hipotesis III dianalisis dengan
menggunakan analisis Payback
Period (PP), Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio), dan Internal Rate of Return
(IRR). Rumus Payback Period (PP)
dengan jangka waktu pengembalian
yang ditetapkan oleh bank selama 5
tahun.
PP=
Proceed
Investasi
1tahun…………..(3)
Ho : PP ≤ 5 tahun
7. 7
Hl : PP > 5 tahun
Net Present Value
…………………………………(4)
Keterangan :
Bt = Keuntungan pada tahun ke-t
Ct = Cost pada tahun ke-t
Ko = Modal Investasi
t = tahun 1 – n
i = Discount Rate/tingkat suku
bunga
Kriteria :
1. NPV < 0 = usaha tidak layak
karena biaya yang
dikeluarkan lebih besar.
2. NPV > 0 = usaha layak
dilakukan karena keuntungan
diterima lebih besar.
t=n
∑ (B/ (1+i)t
)
t=1
B/C Ratio =
t=n
∑ (C/ (1+i)t
) Ko
t=1
.......................................................(6)
Kriteria :
1. B/C Ratio < 1 = usaha tidak
menguntungkan dan tidak
layak beroperasi karena
keuntungan lebih kecil
daripada biaya yang
dikeluarkan.
2. B/C Ratio > 1 = usaha
menguntungkan dan layak
beroperasi karena keuntungan
lebih besar daripada biaya
yang dikeluarkan.
IRR = DF + NegatifNPVPositifNPV
PositifNPV
Kriteria :
1. IRR < bunga kredit = usaha tidak
layak karena keuntungan lebih
rendah dari bunga kredit bank.
2. IRR > bunga kredit = usaha layak
karena keuntungan lebih besar
dari bunga kredit bank.
Kaidah penolakan Ho
1. Jika nilai signifikansi ≤ 5%
maka Ho ditolak dan Hl
diterima.
2. Jika nilai signifikansi > 5%
maka Ho diterima dan Hl
ditolak.
Uji statistik untuk mengetahui
signifikansi dari Internal Rate of
Return adalah menggunakan SPSS
12 One Sample t-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
8. 8
Pendapatan yang diperoleh
peternak atau petani dalam usaha tani
dapat digolongkan dalam pendapatan
kotor dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor adalah seluruh
pendapatan yang diperoleh dari
semua cabang dan sumber di dalam
usaha tani selama 1 tahun yang dapat
diperhitungkan dari hasil penjualan,
pertukaran atau penaksiran kembali.
Pendapatan bersih usahatani adalah
selisih antara pendapatan kotor yang
diterima dengan biaya
mengusahakan
(Hadisapoetra, 1973).
Tabel 1. Rata-rata Biaya Alat Luar, Pendapatan Kotor, dan Pendapatan
Petani Usaha Ternak Kerbau
Tahun Biaya Alat Luar Pendapatan Kotor Pendapatan Petani
------------------------------------ (Rp) ---------------------------------------
2006 14.216.69 23.102.083,33 8.885.393,33
2007 12.837.69 23.289.166,67 10.451.476,67
2008 11.185.69 19.159.833,33 7.974.143,33
Uji yang digunakan adalah One
Sample t-test dengan menggunakan
SPSS 12. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah usaha ternak
kerbau menghasilkan keuntungan
yang memadai. Hasil dari
perhitungan tersebut nilai signifikan t
hitung yang diperoleh pendapatan
sebesar 0,000. Nilai signifikansi t
hitung 0,000 ≤ 0,05 maka
pendapatan usaha ternak kerbau di
Kecamatan Welahan berbeda sangat
nyata atau sangat signifikan.
Rata-rata nilai profitabilitas
usaha ternak kerbau di Kecamatan
Welahan adalah 66,19% pada tahun
2006, 66,95% pada tahun 2007, dan
70,11% pada tahun 2008. Nilai
Profitabilitas tersebut berada diatas
suku bunga deposito BRI sebesar
6,25% sehingga usaha ternak kerbau
tersebut layak untuk beroperasi
sebab nilai profitabilitas lebih dari
6,25%. Analisis profitabilitas secara
statistik menggunakan SPSS 12 One
Sample t-test. Uji ini digunakan
untuk mengetahui apakah usaha
ternak menghasilkan keuntungan
9. 9
yang memadai. Hasil dari
perhitungan tersebut nilai
signifikansi t hitung yang diperoleh
pada tahun 2006, 2007, dan 2008
sebesar 0,000. Nilai signifikansi t
hitung 0,000 ≤ 0,05 maka
profitabilitas usaha ternak kerbau di
Kecamatan Welahan berbeda sangat
nyata atau sangat signifikan.
Rata-rata hasil perhitungan
Payback Period pada usaha ternak
kerbau di Kecamatan Welahan
adalah investasi diramalkan dapat
kembali dalam waktu 1 tahun 2
bulan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Riyanto (2001), yang
menyatakan bahwa Payback Period
dari investasi hasilnya lebih pendek
daripada Payback Period yang
diusulkan selama 5 tahun maka dapat
diterima atau layak dikembangkan.
Sebaliknya Payback Period yang
dihasilkan lebih panjang dari
Payback Period investasi yang
diusulkan maka tidak diterima atau
usaha tidak layak dikembangkan.
Tabel 2. Net Present Value
Komponen 2006 2007 2008 NPV
------------------------------------- (Rp) -------------------------------------
Outlay 12.952.300,00 12.952.300,00 12.952.300,00
Proceed 8.885.393,33 10.451.476,67 7.974.143,33
DF 14% 0,87 0,76 0,67
PV Proceed 8.815.564,99 8.891.176,67 6.178.460,83
NPV 10.932.902,49
Nilai tersebut berarti investasi
sebesar Rp 12.952.300,00 selama 3
tahun ke depan dievaluasi sekarang
ada kelebihan Rp. 10.932.902,49,
usaha dikatakan layak karena NPV >
0. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kamal dan Rahardja (1983), yang
menyatakan bahwa suatu usaha akan
layak dikembangkan atau diterima
apabila hasil Net Present Value
positif yang artinya penerimaan lebih
besar daripada pengeluaran modal,
10. 10
dan tidak layak apabila Net Present
Valuenya negatif.
Tabel 3. Benefit Cost Ratio
Komponen 2006 2007 2008 B/C Ratio
-------------------------------- (Rp) ------------------------------
Outlay 12.952.300,00 12.952.300,00 12.952.300,00
Proceed 8.885.393,33 10.451.476,67 7.974.143,33
DF 14% 0,87 0,76 0,67
PV Proceed 8.815.564,99 8.891.176,67 6.178.460,83
B/C Ratio 1,84
B/C Ratio usaha ternak kerbau
di Kecamatan Welahan sebesar 1,84.
Nilai tersebut berarti nilai sekarang
dengan DF 14% selama 3 tahun ke
depan setiap Rp 1,00 pengeluaran
kotor menghasilkan pendapatan
kotor Rp 1,84. Usaha ternak kerbau
dikatakan layak (B/C Ratio > 1).
Suatu proyek atau usaha akan
diterima apabila Benefit Cost Ratio
lebih dari satu yang berarti bahwa
Present Value Proceed atau
penerimaan lebih besar dari Present
Outlay dan pengeluaran modal, tetapi
ketentuan sebaliknya Benefit Cost
Ratio kurang dari satu maka proyek
tidak layak (Kamal dan Rahardja,
1983).
Nitisemito dan Burhan (2004),
menyatakan bahwa metode IRR
(Internal Rate of Return) adalah
menghitung tingkat bunga yaitu
tingkat bunga yang mempersamakan
Present Value Outlay dengan
Present Value Proceed dan tingkat
bunga yang menghasilkan Net
Present Value sama dengan nol.
Hasil perhitungan dengan diskon
faktor 46% dan 47% pada ternak
kerbau di Kecamatan Welahan
menunjukkan bahwa nilai IRR pada
usaha ternak kerbau di Kecamatan
Welahan sebesar 46,07%. Nilai IRR
yang diperoleh hasilnya lebih besar
dari suku bunga kredit BRI sebesar
14%, tingkat bunga yang dapat
mengembalikan investasi dalam
waktu 3 tahun adalah 46,07%
11. 11
sehingga artinya usaha ternak kerbau
di Kecamatan Welahan dikatakan
layak untuk dikembangkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Riyanto
(2001), yang mengatakan bahwa
hasil IRR yang diasumsikan lebih
besar dari suku kredit bank maka
usaha tersebut layak untuk
diusahakan karena IRR lebih besar
dari suku bank yang berlaku dan
sebaliknya jika hasil IRR lebih kecil
dari suku bank maka usaha tidak
layak diusahakan.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pendapatan bersih rata-rata yang
diterima sebesar Rp 8.885.393,33
pada tahun 2006, Rp
10.451.476,67 pada tahun 2007,
dan sebesar 7.974.143,33 pada
tahun 2008. Nilai signifikansi t-
hitung 0,00 < 0,05 yang berarti
petani ternak kerbau mampu
memperoleh pendapatan dari
usaha ternak kerbau.
2. Rata-rata profitabilitas usaha
ternak kerbau pada tahun 2006
adalah sebesar 66,19%, tahun
2007 sebesar 66,95%, dan tahun
2008 sebesar 70,11%. Nilai
profitabilitas tersebut > tingkat
bunga bank sebesar 6,25%. Nilai
signifikansi t-hitung 0,00 < 0,05
sehingga dapat diartikan usaha
ternak kerbau di Kecamatan
Welahan menguntungkan.
3. Hasil Payback Period usaha
ternak kerbau adalah 1 tahun 2
bulan. Net Present Value bernilai
positif (10.932.902,49) Benefit
Cost Ratio (B/C Ratio) yang
didapat adalah 1,84. Internal
Rate of Return (IRR) 46,07% >
bunga kredit (14%). Usaha ternak
kerbau dikatakan layak
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadisapoetro, S. 1973. Biaya dan
Pendapatan di dalam Usaha
Tani. Departemen Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Kamal, M, dan Rahardja.1983.
Evaluasi Proyek Keputusan
Investasi. Badan Penerbit
Undip. Semarang.
Mulyadi. 1993, Akuntansi Biaya.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
YKPN, Yogyakarta.
12. 12
Nitisemito, A. E. C, dan M. U.
Burhan. 2004. Wawasan
Studi Kelayakan dan Evaluasi
Proyek. Bumi Aksara,
Jakarta.
Rasyaf, M. 1999. Memasarkan Hasil
Peternakan. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan.
Edisi keempat. BPFE,
Yogyakarta.
Soeharjo, A dan D. Patong. 1973.
Sendi-sendi Pokok Ilmu
Usahatani. Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian IPB, Bogor.
Sumastuti, A.M. Jurnal Keunggulan
NPV sebagai alat analisis
investasi dan penerapannya.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne.
1993. Pengantar Peternakan di
Daerah Tropis. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
(diterjemahkan oleh SGND
Darmadja).
Wikipedia. 2008. Investasi.
http://id.wikipedia.org/wiki/
Investasi. Akses data : 4
November 2008.