Fraktur pada anak memiliki perbedaan dibandingkan orang dewasa karena adanya lempeng epifisis dan proses pertumbuhan yang berlangsung. Diagnosa fraktur didasarkan pada riwayat trauma, pemeriksaan fisik, dan radiologi. Proses penyembuhan fraktur melalui lima tahap yaitu hematoma, proliferasi seluler, pembentukan kalus, konsolidasi, dan remodeling.
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
FRAGTUR ANAK
1. FR
Definisi (7)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
2.2.Anatomi dan Fisiologi (4,5,6)
Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa,
perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara
epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital.
Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan
menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling
atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang,
yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel
yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang.
Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh
darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang
patah.
Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum
sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan
lebih besar daripada orang dewasa.
Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-anak dibandingkan orang
dewasa, yaitu :
· Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh
karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang
anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang
dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan
sehingga tidak dapat menahan kompresi.
· Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian
luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk
memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.
2. · Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan
dibandingkan orang dewasa.
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar
dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan
fisiologi, yaitu :
§ Pertumbuhan berlebihan (over growth)
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan panjang,
karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyambungan.
§ Deformitas yang progresif
Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi.
§ Fraktur total
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel
dibandingkan orang dewasa.
2.3.Etiologi (7,6,8)
Fraktur dapat disebabkan karena oleh :
1. Trauma
2. Non Trauma
3. Stress
1. Trauma
Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung
berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan trauma tidak
langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian.
2. Non Trauma
Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini
bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
3. Stress
3. Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat
tertentu.
2.4.Klasifikasi (2,6,8)
Klasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis, anatomis, klinis dan
fraktur yang khusus pada anak.
A. Klasifikasi Radiologi
- Fraktur Buckle atau torus
- Tulang melengkung
- Fraktur green-stick
- Fraktur total
B. Klasifikasi Anatomis
- Fraktur epifisis
- Fraktur lempeng epifisis
- Fraktur metafisis
- Fraktur diafisis
C. Klasifikasi Klinis
- Traumatik
- Patologik
- Stress
D. Fraktur khusus pada anak
- Fraktur akibat trauma kelahiran
Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan bahu bayi,
(pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan karena tarikan yang terlalu
kuat yang tidak disadari oleh penolong.
- Fraktur salter-Haris
4. Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia dibagi
menjadi lima tipe :
Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh.
Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari
metafisis.
Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi
Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis
Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari
sebagian cakram tersebut.
Beberapa jenis fraktur khusus pada anak
Ada 2 jenis fraktur khusus pada anak yaitu di daerah epifisis dan di lempeng epifisis. Fraktur
epifisis jarang terjadi tanpa disertai dengan fraktur lempeng epifisis, yang dibagi dalam :
1. Fraktur avulsi akibat tarikan ligamen
2. Fraktur kompresi yang bersifat komunitif
3. Fraktur osteokondral
Fraktur pada lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh fraktur pada anak-anak. Lempeng
epifisis berupa diskus tulang rawan yang terletak diantara epifisis dan metafisis.
Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis, yaitu menurut Poland, Salter-Harris, Aitken, Weber,
Rang dan Ogend. Tapi yang paling sering digunakan adalah menurut Salter-Harris karena paling
mudah, praktis dan memenuhi syarat untuk terapi dan prognosis.
Klasifikasi menurut Salter-Harris dibagi dalam lima tipe, yaitu (6,7) :
Tipe I
Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh.
Tipe II
Garis fraktur melalui sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga disebut tanda Thurston-Holland.
Tipe III
Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis
lempeng epifisis.
5. Tipe IV
Merupakan fraktur intra-intraartikuler yang melalui permukaan sendi memotong epifisis serta
seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada sebagian metafisis.
Tipe V
Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian
cakram tersebut.
2.5.Diagnosa (2,6,7)
Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yaitu radiologis. Pada anak biasanya diperoleh dengan alloanamnesis dimana
ditemukan adanya riwayat trauma dan gejala-gejala seperti nyeri, pembengkakan, perubahan
bentuk dan gangguan gerak. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah
waktu terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat
trauma berarti merupakan fraktur patologis.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan :
· Look (Inspeksi)
- Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi, perpendekan
atau perpanjangan).
- Bengkak atau kebiruan.
- Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)
· Feel (Palpasi)
- Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur.
- Krepitasi.
- Nyeri sumbu.
· Move (Gerakan)
- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.
· Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus urinarius dan pelvis.
6. · Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur yang berupa pulsus
arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler (Capillary refil test), sensasi
motorik dan sensorik.
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk melengkapi
deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi
yaitu AP dan lateral.
2.6.Penyembuhan Fraktur pada Anak(2,6,7,8)
Proses penyembuhan fraktur adalah suatu proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap
fraktur. Setiap tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Proses penyembuhan mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan bila
lingkungannya memadai maka bisa sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis seperti
imobilisasi sangat penting untuk penyembuhan, selain itu faktor biologis juga sangat esensial
dalam penyembuhan fraktur.
Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang panjang), tulang
kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan pada tulang rawan
persendian.
Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal (2,6,7,8)
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk
hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum.
Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi
sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan
darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada
sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.
Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari
periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus
interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak
berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi
7. pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada
jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler
tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa
minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada
pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah
radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal
dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast
diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garam-garam
kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone.
Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi
radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang
yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus
akan diresorpsi secara bertahap.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai
bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan
terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan
kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang
yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan
untuk membentuk ruang sumsum.
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa (3)
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor, yaitu :
1. Vaskularisasi yang cukup.
2. Terdapat permukaan yang lebih luas.
3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat.
4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur.
Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis pada tulang panjang, tulang pendek serta
tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur pada daerah tulang kanselosa
melalui proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak-anak proses penyembuhan
8. pada daerah korteks juga memegang peranan penting. Proses osteogenik penyembuhan sel dari
bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone primer
didalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi ruangan
pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana
terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu kalus endosteal.
Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven
bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang mengalami konsolidasi.
Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian (8)
Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi. Pada
fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk
melalui fibrokartilago.
Waktu penyembuhan fraktur(2)
Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini
terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan
juga berhubungan dengan proses remodelling tulang pada anak sangat aktif dan makin berkurang
apabila umur bertambah. Selain itu fragmen tulang pada anak mempunyai vaskularisasi yang
baik dan penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Waktu penyembuhan anak secara kasar
adalah setengah kali waktu penyembuhan pada orang dewasa.
2.7.Penatalaksanaan Fraktur (2,3,7,8)
Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan pengobatan
fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.
I. Terapi Konservatif
a. Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi
Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi
umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen
distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan
dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam
pronasi penuh dan fleksi pergelangan.
9. d. Traksi
Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah
tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant).
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban
tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan
dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa
balanced traction.
II. Terapi Operatif
a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis (image
intensifier, C-arm) :
1. Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna
Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat fiksasi
eksterna.
2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan pemasangan paralel
pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti pinning dan immobilisasi gips.
Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur femur dan tibia, yaitu
pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.
b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya :
1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Keuntungan cara ini adalah :
- Reposisi anatomis.
- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
Indikasi ORIF :
a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya :
- Fraktur talus.
10. - Fraktur collum femur.
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya :
- Fraktur avulsi.
- Fraktur dislokasi.
c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya :
- Fraktur Monteggia.
- Fraktur Galeazzi.
- Fraktur antebrachii.
- Fraktur pergelangan kaki.
d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya : fraktur femur.
2. Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :
- Fraktur caput radii pada orang dewasa.
- Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone.
3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya.
Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal sudah
harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan kekakuan sendi, disertai
mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses penyembuhannya yang cepat
dan nyaris tanpa komplikasi yang berarti.
III. Pengobatan Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.
Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit :
-Pembidaian
11. -Menghentikan perdarahan dengan perban tekan
-Menghentikan perdarahan besar dengan klem
Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur
terbuka merupakan polytrauma.
Tindakan life-saving harus selalu didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team work).