SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
FR 
Definisi (7) 
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. 
2.2.Anatomi dan Fisiologi (4,5,6) 
Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa, 
perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara 
epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital. 
Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan 
menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti. 
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling 
atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, 
yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang 
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. 
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel 
yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. 
Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh 
darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang 
patah. 
Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum 
sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan 
lebih besar daripada orang dewasa. 
Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-anak dibandingkan orang 
dewasa, yaitu : 
· Biomekanik tulang 
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh 
karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang 
anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang 
dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan 
sehingga tidak dapat menahan kompresi. 
· Biomekanik lempeng pertumbuhan 
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian 
luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk 
memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng 
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.
· Biomekanik periosteum 
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan 
dibandingkan orang dewasa. 
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar 
dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan 
fisiologi, yaitu : 
§ Pertumbuhan berlebihan (over growth) 
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan panjang, 
karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyambungan. 
§ Deformitas yang progresif 
Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi. 
§ Fraktur total 
Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel 
dibandingkan orang dewasa. 
2.3.Etiologi (7,6,8) 
Fraktur dapat disebabkan karena oleh : 
1. Trauma 
2. Non Trauma 
3. Stress 
1. Trauma 
Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung 
berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan trauma tidak 
langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian. 
2. Non Trauma 
Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini 
bisa karena kelainan metabolik atau infeksi. 
3. Stress
Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat 
tertentu. 
2.4.Klasifikasi (2,6,8) 
Klasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis, anatomis, klinis dan 
fraktur yang khusus pada anak. 
A. Klasifikasi Radiologi 
- Fraktur Buckle atau torus 
- Tulang melengkung 
- Fraktur green-stick 
- Fraktur total 
B. Klasifikasi Anatomis 
- Fraktur epifisis 
- Fraktur lempeng epifisis 
- Fraktur metafisis 
- Fraktur diafisis 
C. Klasifikasi Klinis 
- Traumatik 
- Patologik 
- Stress 
D. Fraktur khusus pada anak 
- Fraktur akibat trauma kelahiran 
Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan bahu bayi, 
(pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan karena tarikan yang terlalu 
kuat yang tidak disadari oleh penolong. 
- Fraktur salter-Haris
Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia dibagi 
menjadi lima tipe : 
Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh. 
Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari 
metafisis. 
Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi 
Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis 
Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari 
sebagian cakram tersebut. 
Beberapa jenis fraktur khusus pada anak 
Ada 2 jenis fraktur khusus pada anak yaitu di daerah epifisis dan di lempeng epifisis. Fraktur 
epifisis jarang terjadi tanpa disertai dengan fraktur lempeng epifisis, yang dibagi dalam : 
1. Fraktur avulsi akibat tarikan ligamen 
2. Fraktur kompresi yang bersifat komunitif 
3. Fraktur osteokondral 
Fraktur pada lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh fraktur pada anak-anak. Lempeng 
epifisis berupa diskus tulang rawan yang terletak diantara epifisis dan metafisis. 
Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis, yaitu menurut Poland, Salter-Harris, Aitken, Weber, 
Rang dan Ogend. Tapi yang paling sering digunakan adalah menurut Salter-Harris karena paling 
mudah, praktis dan memenuhi syarat untuk terapi dan prognosis. 
Klasifikasi menurut Salter-Harris dibagi dalam lima tipe, yaitu (6,7) : 
Tipe I 
Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh. 
Tipe II 
Garis fraktur melalui sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan 
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga disebut tanda Thurston-Holland. 
Tipe III 
Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis 
lempeng epifisis.
Tipe IV 
Merupakan fraktur intra-intraartikuler yang melalui permukaan sendi memotong epifisis serta 
seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada sebagian metafisis. 
Tipe V 
Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian 
cakram tersebut. 
2.5.Diagnosa (2,6,7) 
Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan 
penunjang yaitu radiologis. Pada anak biasanya diperoleh dengan alloanamnesis dimana 
ditemukan adanya riwayat trauma dan gejala-gejala seperti nyeri, pembengkakan, perubahan 
bentuk dan gangguan gerak. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah 
waktu terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat 
trauma berarti merupakan fraktur patologis. 
Pada pemeriksaan fisik dilakukan : 
· Look (Inspeksi) 
- Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi, perpendekan 
atau perpanjangan). 
- Bengkak atau kebiruan. 
- Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak) 
· Feel (Palpasi) 
- Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur. 
- Krepitasi. 
- Nyeri sumbu. 
· Move (Gerakan) 
- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif. 
- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya. 
· Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus urinarius dan pelvis.
· Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur yang berupa pulsus 
arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler (Capillary refil test), sensasi 
motorik dan sensorik. 
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk melengkapi 
deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi 
yaitu AP dan lateral. 
2.6.Penyembuhan Fraktur pada Anak(2,6,7,8) 
Proses penyembuhan fraktur adalah suatu proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap 
fraktur. Setiap tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. 
Proses penyembuhan mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan bila 
lingkungannya memadai maka bisa sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis seperti 
imobilisasi sangat penting untuk penyembuhan, selain itu faktor biologis juga sangat esensial 
dalam penyembuhan fraktur. 
Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang panjang), tulang 
kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan pada tulang rawan 
persendian. 
Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal (2,6,7,8) 
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu : 
1. Fase hematoma 
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati 
kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk 
hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. 
Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi 
sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak. 
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan 
darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada 
sisi-sisi fraktur segera setelah trauma. 
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal 
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. 
Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari 
periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus 
interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat 
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak 
berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi
pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada 
jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler 
tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa 
minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada 
pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah 
radiolusen. 
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis) 
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal 
dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast 
diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garam-garam 
kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. 
Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi 
radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur. 
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik) 
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang 
yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus 
akan diresorpsi secara bertahap. 
5. Fase remodeling 
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai 
bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan 
terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan 
kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang 
yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan 
untuk membentuk ruang sumsum. 
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa (3) 
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor, yaitu : 
1. Vaskularisasi yang cukup. 
2. Terdapat permukaan yang lebih luas. 
3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat. 
4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur. 
Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis pada tulang panjang, tulang pendek serta 
tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur pada daerah tulang kanselosa 
melalui proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak-anak proses penyembuhan
pada daerah korteks juga memegang peranan penting. Proses osteogenik penyembuhan sel dari 
bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone primer 
didalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi ruangan 
pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana 
terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu kalus endosteal. 
Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven 
bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang mengalami konsolidasi. 
Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian (8) 
Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi. Pada 
fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk 
melalui fibrokartilago. 
Waktu penyembuhan fraktur(2) 
Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini 
terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan 
juga berhubungan dengan proses remodelling tulang pada anak sangat aktif dan makin berkurang 
apabila umur bertambah. Selain itu fragmen tulang pada anak mempunyai vaskularisasi yang 
baik dan penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Waktu penyembuhan anak secara kasar 
adalah setengah kali waktu penyembuhan pada orang dewasa. 
2.7.Penatalaksanaan Fraktur (2,3,7,8) 
Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan pengobatan 
fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. 
I. Terapi Konservatif 
a. Proteksi saja 
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik. 
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi 
Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik. 
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips 
Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi 
umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen 
distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan 
dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam 
pronasi penuh dan fleksi pergelangan.
d. Traksi 
Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah 
tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant). 
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban 
tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan 
dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa 
balanced traction. 
II. Terapi Operatif 
a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis (image 
intensifier, C-arm) : 
1. Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna 
Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat fiksasi 
eksterna. 
2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna 
Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan pemasangan paralel 
pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti pinning dan immobilisasi gips. 
Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur femur dan tibia, yaitu 
pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya. 
b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya : 
1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna 
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) 
Keuntungan cara ini adalah : 
- Reposisi anatomis. 
- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar. 
Indikasi ORIF : 
a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya : 
- Fraktur talus.
- Fraktur collum femur. 
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya : 
- Fraktur avulsi. 
- Fraktur dislokasi. 
c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya : 
- Fraktur Monteggia. 
- Fraktur Galeazzi. 
- Fraktur antebrachii. 
- Fraktur pergelangan kaki. 
d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, 
misalnya : fraktur femur. 
2. Excisional Arthroplasty 
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya : 
- Fraktur caput radii pada orang dewasa. 
- Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone. 
3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis 
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya. 
Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal sudah 
harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan kekakuan sendi, disertai 
mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses penyembuhannya yang cepat 
dan nyaris tanpa komplikasi yang berarti. 
III. Pengobatan Fraktur Terbuka 
Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. 
Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit : 
-Pembidaian
-Menghentikan perdarahan dengan perban tekan 
-Menghentikan perdarahan besar dengan klem 
Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur 
terbuka merupakan polytrauma. 
Tindakan life-saving harus selalu didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team work).

More Related Content

What's hot

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturYanto Physio
 
DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPAR
DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPARDEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPAR
DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPARArmando Gaspar
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurSMA NEGERI 8 BEKASI
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep frakturSyam
 
13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulangIqbal Abdillah
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur editzxrickyjack
 
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien frakturAsuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien frakturSusi Similikiti
 
Ppt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femurPpt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femurMelda RD
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktDoni Luter
 
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)Broto Suwadji
 

What's hot (20)

Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Ppt kti
Ppt ktiPpt kti
Ppt kti
 
Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep fraktur
 
Fraktur ASKEP FRAKTUR
Fraktur ASKEP FRAKTURFraktur ASKEP FRAKTUR
Fraktur ASKEP FRAKTUR
 
DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPAR
DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPARDEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPAR
DEFINISI DAN KLASIFIKASI FRAKTUR :: ARMANDO GASPAR
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep fraktur
 
13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
Fraktur lp
Fraktur lpFraktur lp
Fraktur lp
 
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien frakturAsuhan keperawatan pd klien fraktur
Asuhan keperawatan pd klien fraktur
 
Ppt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femurPpt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femur
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
 
Tanda dan gejala fraktur
Tanda dan gejala frakturTanda dan gejala fraktur
Tanda dan gejala fraktur
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
 

Similar to FRAGTUR ANAK

M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9ermawijaya
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xivdekcin
 
Makalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekMakalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekguntur96
 
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjFaringgaAlHafez2
 
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurYie Sufyan
 
referat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbalreferat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbalarnidwir
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.doc
LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.docLAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.doc
LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.doctasyasantika
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurEdju Joen
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfLuisa Polanco
 
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Dimas Erda Widyamarta
 

Similar to FRAGTUR ANAK (20)

fraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdffraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdf
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
orthofraktur).ppt
orthofraktur).pptorthofraktur).ppt
orthofraktur).ppt
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xiv
 
Makalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekMakalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktek
 
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
 
Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4 Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur Femur
 
Fraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang BelakangFraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang Belakang
 
referat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbalreferat neuro stenosis lumbal
referat neuro stenosis lumbal
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.doc
LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.docLAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.doc
LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR_HUMERUS.doc
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femur
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
 
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
 

FRAGTUR ANAK

  • 1. FR Definisi (7) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. 2.2.Anatomi dan Fisiologi (4,5,6) Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti. Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah. Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan lebih besar daripada orang dewasa. Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-anak dibandingkan orang dewasa, yaitu : · Biomekanik tulang Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan sehingga tidak dapat menahan kompresi. · Biomekanik lempeng pertumbuhan Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.
  • 2. · Biomekanik periosteum Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan dibandingkan orang dewasa. Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan fisiologi, yaitu : § Pertumbuhan berlebihan (over growth) Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyambungan. § Deformitas yang progresif Kerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi. § Fraktur total Pada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel dibandingkan orang dewasa. 2.3.Etiologi (7,6,8) Fraktur dapat disebabkan karena oleh : 1. Trauma 2. Non Trauma 3. Stress 1. Trauma Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan trauma tidak langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian. 2. Non Trauma Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi. 3. Stress
  • 3. Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu. 2.4.Klasifikasi (2,6,8) Klasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis, anatomis, klinis dan fraktur yang khusus pada anak. A. Klasifikasi Radiologi - Fraktur Buckle atau torus - Tulang melengkung - Fraktur green-stick - Fraktur total B. Klasifikasi Anatomis - Fraktur epifisis - Fraktur lempeng epifisis - Fraktur metafisis - Fraktur diafisis C. Klasifikasi Klinis - Traumatik - Patologik - Stress D. Fraktur khusus pada anak - Fraktur akibat trauma kelahiran Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan bahu bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan karena tarikan yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong. - Fraktur salter-Haris
  • 4. Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia dibagi menjadi lima tipe : Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh. Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari metafisis. Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut. Beberapa jenis fraktur khusus pada anak Ada 2 jenis fraktur khusus pada anak yaitu di daerah epifisis dan di lempeng epifisis. Fraktur epifisis jarang terjadi tanpa disertai dengan fraktur lempeng epifisis, yang dibagi dalam : 1. Fraktur avulsi akibat tarikan ligamen 2. Fraktur kompresi yang bersifat komunitif 3. Fraktur osteokondral Fraktur pada lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh fraktur pada anak-anak. Lempeng epifisis berupa diskus tulang rawan yang terletak diantara epifisis dan metafisis. Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis, yaitu menurut Poland, Salter-Harris, Aitken, Weber, Rang dan Ogend. Tapi yang paling sering digunakan adalah menurut Salter-Harris karena paling mudah, praktis dan memenuhi syarat untuk terapi dan prognosis. Klasifikasi menurut Salter-Harris dibagi dalam lima tipe, yaitu (6,7) : Tipe I Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh. Tipe II Garis fraktur melalui sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga disebut tanda Thurston-Holland. Tipe III Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis lempeng epifisis.
  • 5. Tipe IV Merupakan fraktur intra-intraartikuler yang melalui permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada sebagian metafisis. Tipe V Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut. 2.5.Diagnosa (2,6,7) Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu radiologis. Pada anak biasanya diperoleh dengan alloanamnesis dimana ditemukan adanya riwayat trauma dan gejala-gejala seperti nyeri, pembengkakan, perubahan bentuk dan gangguan gerak. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat trauma berarti merupakan fraktur patologis. Pada pemeriksaan fisik dilakukan : · Look (Inspeksi) - Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi, perpendekan atau perpanjangan). - Bengkak atau kebiruan. - Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak) · Feel (Palpasi) - Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur. - Krepitasi. - Nyeri sumbu. · Move (Gerakan) - Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif. - Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya. · Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus urinarius dan pelvis.
  • 6. · Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur yang berupa pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler (Capillary refil test), sensasi motorik dan sensorik. Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan lateral. 2.6.Penyembuhan Fraktur pada Anak(2,6,7,8) Proses penyembuhan fraktur adalah suatu proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap fraktur. Setiap tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Proses penyembuhan mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan bila lingkungannya memadai maka bisa sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis seperti imobilisasi sangat penting untuk penyembuhan, selain itu faktor biologis juga sangat esensial dalam penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang panjang), tulang kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan pada tulang rawan persendian. Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal (2,6,7,8) Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu : 1. Fase hematoma Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma. 2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi
  • 7. pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen. 3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis) Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur. 4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik) Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap. 5. Fase remodeling Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa (3) Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor, yaitu : 1. Vaskularisasi yang cukup. 2. Terdapat permukaan yang lebih luas. 3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat. 4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur. Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis pada tulang panjang, tulang pendek serta tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur pada daerah tulang kanselosa melalui proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak-anak proses penyembuhan
  • 8. pada daerah korteks juga memegang peranan penting. Proses osteogenik penyembuhan sel dari bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone primer didalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi ruangan pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang mengalami konsolidasi. Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian (8) Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi. Pada fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk melalui fibrokartilago. Waktu penyembuhan fraktur(2) Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan juga berhubungan dengan proses remodelling tulang pada anak sangat aktif dan makin berkurang apabila umur bertambah. Selain itu fragmen tulang pada anak mempunyai vaskularisasi yang baik dan penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Waktu penyembuhan anak secara kasar adalah setengah kali waktu penyembuhan pada orang dewasa. 2.7.Penatalaksanaan Fraktur (2,3,7,8) Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan pengobatan fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. I. Terapi Konservatif a. Proteksi saja Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik. b. Immobilisasi saja tanpa reposisi Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik. c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi pergelangan.
  • 9. d. Traksi Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa balanced traction. II. Terapi Operatif a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis (image intensifier, C-arm) : 1. Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat fiksasi eksterna. 2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti pinning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur femur dan tibia, yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya. b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya : 1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) Keuntungan cara ini adalah : - Reposisi anatomis. - Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar. Indikasi ORIF : a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya : - Fraktur talus.
  • 10. - Fraktur collum femur. b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya : - Fraktur avulsi. - Fraktur dislokasi. c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya : - Fraktur Monteggia. - Fraktur Galeazzi. - Fraktur antebrachii. - Fraktur pergelangan kaki. d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya : fraktur femur. 2. Excisional Arthroplasty Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya : - Fraktur caput radii pada orang dewasa. - Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone. 3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya. Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal sudah harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan kekakuan sendi, disertai mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses penyembuhannya yang cepat dan nyaris tanpa komplikasi yang berarti. III. Pengobatan Fraktur Terbuka Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit : -Pembidaian
  • 11. -Menghentikan perdarahan dengan perban tekan -Menghentikan perdarahan besar dengan klem Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus selalu didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team work).