SlideShare a Scribd company logo
1 of 149
LI 1 Anatomi Telinga Dalam
Embriologi Telinga
Sakulus, Koklea, dan Organ Corti
Sakulus, Koklea, dan Organ Corti
Utrikulus dan Kanalis Semisirkularis
Labyrinthus osseus
● Vestibulum, yang berisi fenestra vestibuli
pada dinding lateralnya, merupakan bagian
pusat labyrinthus osseus.
○ Di anterior vestibulum ini berhubungan
dengan cochlea dan di posterosuperior
dengan canalis semicirculares.
● Canalis semicirculares anterior, posterior,
dan lateralis
○ Setiap canalis membentuk 2/3 lingkaran
yang pada kedua ujungnya berhubungan
dengan vestibulum dan dengan salah satu
ujungnya melebar membentuk ampulla.
● Berproyeksi ke anterior dari vestibulum adalah
cochlea yang merupakan struktur tulang yang
membelit sebanyak 2½ sampai 2¾ kali
mengelilingi columna centralis tulang
(modiolus).
○ Susunan ini menghasilkan struktur
berbentuk konus/kerucut dengan basis
cochleae yang menghadap ke arah
posteromedial dan apex yang menghadap
ke anterolateral.
Labyrinthus membranaceus
Cochlea
Cochlea - Organ Corti
Vestibular Organ
Perdarahan:
● Suplai arterial menuju auris interna terbagi antara pembuluh-pembuluh darah yang menyuplai labyrinthus osseus dan
labyrinthus membranaceus.
○ Labyrinthus osseus disuplai oleh arteriae yang sama yang menyuplai sekeliling tulang temporale termasuk
arteria tympanica anterior (cabang dari arteria maxillaris), arteria stylomastoidea (cabang dari arteria auricularis
posterior), dan ramus petrosus dari arteria meningea media.
○ Labyrinthus membranaceus disuplai oleh arteria labyrinthi yang berasal dari arteria cerebelli inferior anterior
atau merupakan cabang langsung arteria basilaris. Arteria ini masuk ke meatus acusticus internus bersama
dengan nervus facialis [VII] dan nervus vestibulocochlearis [VIII] dan akhirnya terbagi menjadi: ramus
cochlearis, yang berjalan melalui modiolus dan menyuplai ductus cochlearis: dan satu atau dua ramus
vestibularis, yang menyuplai apparatus vestibularis.
● Drainase vena dari labyrinthus membranaceus melalui venae vestibulares dan venae cochleares. yang mengikuti
arteriaenya. Venae tersebut bergabung untuk membentuk vena labyrinthi yang akhirnya bermuara ke dalam sinus
petrosus inferior atau sinus sigmoideus.
Kanalis Semisirkularis
- Kanalis semisirkularis (anterior, posterior,
dan lateral) terletak posterosuperior dari
vestibulum tempat mereka terbuka.
- Kanal menempati tiga bidang di ruangnya.
Setiap kanalis semisirkularis membentuk
kira-kira dua pertiga lingkaran dan
berdiameter kira-kira 1,5 mm, kecuali pada
salah satu ujungnya terdapat
pembengkakan, yaitu ampula.
- Utrikulus berhubungan dengan sakulus
melalui duktus utrikulosakular, dari mana
duktus endolimfatikus muncul.
- Dua divisi labirin membran dihubungkan
melalui ductus reuniens, memanjang antara
sakulus dan duktus koklea.
Utrikulus & Sakulus
- Utrikulus dan sakulus memiliki area
spesialisasi epitel sensoris disebut macula
- Makula utrikulus berada di dasar utrikulus,
secara parallel dengan basis cranium
- Makula sensitive terhadap gravitasi dan
akselerasi linear/deselerasi
- Sel rambut di macula diinervasi oleh serat
saraf divisi vestibular N. vestibulokoklear
(CN VIII)
LI 2 Fisiologi Pendengaran dan
Keseimbangan
Peranan Telinga Luar, Tengah,
dan Dalam
Endolymph & Perilymph
Cochlear fluids are the extracellular fluids in the inner
ear. These fluids are perilymph and endolymph, which
have different composition.
Perilymph
Scala vestibuli and scala tympani are filled with
perilymph, which is similar to ECF in composition with
high concentration of sodium ions.
Endolymph
Scala media is filled with endolymph, which contains
high concentration of potassium and low concentration of sodium. It is due to continuous
secretion of
potassium ions by stria vascularis into scala media.
Jalur Pendengaran dan Pusat
Pendengaran
Diskriminasi Nada
•Kemampuan membedakan antara berbagai frekuensi gel. Suara yg dtg)
bergantung membran basilaris ,yg menyempit dankaku di ujung jendela
ovalnya serta lebar dan lentur di ujung helikotremanya.
•Energi gel tekanan diserap o/ getaran membran yg kuat ini sehingga
gelombang lenyap di daerah dengan getaran terbesar
•Fungsi bentuk koklea spiral untuk membungkus banyak membran menjadi
bagian kecil, dan memperkuat deteksi nada rendah.
•Gelombang suara yg berbeda mencetuskan pergerakan maksimal pd regio
membran basilaris yg berbeda dan mengaktifkan sel rambut yg berbeda
.Informasi dihantarkan ke SSP ,yg mnginterpretasikan pola stimulasi sel rambut
sebagai suara dengan frekuensi tertentu.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Proses pendengaran
Dimulai dari adanya getaran suara (F 16 – 2000 Hz), ditangkap
oleh daun telinga l.telinga luar →menggetarkan membran
tympani → getaran diteruskan melalui tulang-tulang
pendengaran di lubang tengah → tulang stapes →cairan
endolimfe di dalam labirin → ditangkap oleh organ corti.
Getaran bunyi yang masuk disebut getaran mekanis diubah →
getaran elektris oleh nervus cochlearis disalurkan ke pusat-
pusat di otak → lobus temporalis → sehingga terjadi
kesadaran bunyi.
Jaras saraf
pendengaran
Mekanisme Kerja Aparatus
Vestibularis
•Aparatus vestibularis memberikan informasi esensial
mengenai sensasi keseimbangan & koordinasi
gerakan kepala dengan gerakan mata & postural
•Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis
semisirkularis & organ otolith (utriculus & sacculus)
•Keseimbangan adalah sensai orientasi tubuh &
gerakan
Peran Kanalis
Semisirkularis
dalam
Keseimbangan
Suplai Saraf Apparatus Vestibularis
FIRST ORDER NEURON:
- Sel bipolar di ganglion vestibular/ganglion Scarpa lokasi: meatus
akustikus internus. Akson sel bipolar membentuk divisi vestibular
N. vestibulokoklear mencapai medulla oblongata dan berakhir di
nucleus vestibular
SECOND ORDER NEURON:
- Vestibulo-ocular tract
- Vestibulospinal tract
- Vestibuloreticular tract
- Vestibulocerebellar tract
Tranduksi Suara Oleh Organ Corti
Jalur Keseimbangan
Jalur
Keseimbangan
Barret K, Barman S, Brooks H, Yuan J. Ganong’s review of medical physiology. 26th ed. McGrawHill;2019
Vestibulo-Ocular Reflex (VOR)
Aliran Kelenjar Getah Bening
Pada Kepala dan Leher
Drainase Limfatik Wajah
Drainase limfatik pada wajah terbagi menjadi 3
nodus limfe:
- Nodus submental → dari inferior dan posterior
dagu yang mengalirkan limfatik dari bagian
medial bibir bawah dan dagu secara bilateral
- Nodus submandibular → dari kelenjar
mandibula dan inferior korpus mandibular yang
mengalirkan limfatik dari sudut medial orbit,
nasal eksternal dan bagian medial pipi, bibir
bagian atas dan bagian lateral bibir bawah
- Nodus pre-auricular dan parotid yg mengalirkan
limfatik dari sebagian besar kelopak mata,
bagian hidung luar dan lateral pipi
Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill
Livingstone Elsevier
Drainase Limfatik Kulit Kepala
- Limfatik di regio oksipital mengalirkan
limfe ke nodus oksipital dekat M.
trapezius (di dasar tulang tengkorak)
menuju ke nodus cervical profunda
- Limfatik dari kulit kepala bagian atas
mengalirkan ke dua arah:
- Bagian posterior vertex mengalirkan ke
nodus mastoid (retro-auricular/posterior
auricular nodes) di sebelah posterior telinga
dekat proc. Mastoideus os temporal nodus
cervical profunda bagian atas
- Bagian anterior vertex mengalirkan ke
nodus pre-auricular dan parotid di sebelah
anterior telinga
Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed.
Churchill Livingstone Elsevier
Drainase Limfatik Leher
NODI LYMPHOIDEI SUPERFISIAL
- Nodus occipital → dekat perlekatan M.
trapezius ke tengkorak. Berhubungan
dengan A. oksipital – drainase limfatik dari
kulit kepala posterior dan leher
- Nodus mastoid (retro-auricular/posterior
auricular) disebelah posterior telinga dekat
perlekatan M. sternocleidomastoideus –
drainase limfe dari ½ kulit kepala
posterolateral
- Nodus pre-auricular dan parotid disebelah
anterior telinga, drainase limfe dari aurikula
anterior, kulit kepala anterolateral, ½ bag
atas wajah, kelopak mata dan pipi
Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed.
Churchill Livingstone Elsevier
Drainase Limfatik Leher (2)
- Nodus submandibular → dibagian inferior korpus mandibular dan
berkaitan dengan A. fasial, drainase limfatik berasal dari struktur
jalur A. fasial (setinggi dahi)
- Nodus submental drainase limfatik dari bagian tengah bibir bagian
bawah, dasar mulut, ujung lidah dan gigi seri bawah
**Nodus oksipital & mastoid mengalir ke Nodus limfoidei superfisial
sepanjang V. jugularis eksterna
**Nodus preaurikular, parotid, submandibular & submental mengalir
ke Nodus cervical profunda
Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill Livingstone Elsevier
Drainase Limfatik Leher (3)
NODI LIMPHOIDEI CERVICAL SUPERFISIAL
- Mengumpulkan limfe sepanjang V. jugularis
eksterna di permukaan superifisial M.
sternocleidomastoideus
- Menerima drainase limfatik dari regio posterior &
posterolateral kulit kepala melalui nodus oksipital
& mastoid
NODI LYMPHOIDEI CERVICAL PROFUNDA
- Nodus cervical profunda mengumpulkan nodus
limfe yg membentuk rantai sepanjang V. jugularis
interna
- Dibagian superior → jugulodigastric node
menerima drainase limfatik dari regio tonsil
- Jugulo-omohyoid node → menerima drainase
limfatik dari lidah
Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill Livingstone
Elsevier
LI 3 Gangguan/Infeksi Telinga
Dalam
Otosklerosis
Otosklerosis
Otosklerosis → kelainan herediter lokal yg mengenai tulang endokondral kapsul otic yg
ditandai dgn kelainan resorpsi & deposisi tulang.
Secara klinis mengacu pada lesi yg melibatkan tulang stapes / sendi stapediovestibular shg
scr klinis dimanifestasikan oleh gg. pendengaran konduktif.
- Most common: area anterior to the oval window
- Round window niche (30%)
- The stapes footplate (12%)
- Posterior to the oval window (5-10%)
- Otosclerosis it usually bilateral, with involvement of both ears in 70-90% cases
Ballenger Otorhinolaryngology 18 Head and Neck Surgery
Scorr-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Vol.3
Histopathology
Otosclerotic process is divided into two phases:
1. Early phase: Bone resorption and increased vascularity
2. Otospongiosis: As the mature collagen content diminishes, the bone acquires a
spongy appearance
⮚HE staining:
- a bluish coloration
- the reabsorbed bone is replaced with
dense sclerotic bone
Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 17th ed
Patofisiologi Otosklerosis
- Pada pasien dgn otosklerosis, remodeling tulang dalam kapsul optic
meningkat → akumulasi deposit tulang → merusak struktur audiologis &
memperburuk transmisi suara normal.
- Remodeling tulang abnormal pada otosklerosis terjadi dalam 3 fase :
- Fase otospongiosis
- Fase transisi
- Fase otosklerotic
Otosclerosis: An update on diagnosis and treatment : Journal of the American Academy of PAs (lww.com)
Etiology
1. Genetic predisposition
2. Measles
3. Autoimmune disease
4. Biochemistry
5. Hormonal
Clinical Presentation
1. Tinnitus
2. Vertigo
3. Gangguan pendengaran sensorineural
4. Schwartze sign
Ballenger Otorhinolaryngology 18 Head and Neck Surgery
Scorr-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Vol.3
Diagnosis
1. Otoscopy
2. Surgical diagnosis
3. Histological diagnosis
4. Pure - Tone audiometry
5. Tympanometry
6. Radiology
Tatalaksana
1. Medical management
2. Surgical management
a. Stapedectomy
b. Stapedotomy
Ballenger Otorhinolaryngology 18 Head and Neck Surgery
Scorr-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Vol.3
Otosclerosis: An update on diagnosis and treatment : Journal of the American Academy of PAs (lww.com)
Complications
• Immediate
• Facial nerve injury, vertigo and/hearing loss
• Bed rest and light activities are recommended for vertiginous patients,and most recover
shortly after surgery
• Delayed
• Fistula formation,granuloma,prosthesis dislocation
• Immediate treatment with antibiotics and rest is recommend
Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 17th ed
Labirinitis
Labyrinthitis
• Definisi: inflamasi pada telinga bagian dalam
(labirin).
• Etiologi :
• Infeksi virus: virus Rubella,
Cytomegalovirus, Mumps
• Infeksi bakteri: Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Neisseria meningitidis; paling umum
meningitis/komplikasi otitis media.
• Autoimmune Labyrinthitis
• Risiko faktor: infeksi dari saluran pernapasan
atas.
• Komplikasi: kehilangan pendengaran
permanen.
Tiga jenis labyrinthitis dikenali;
1. Perliabyrinthitis; tidak berhubungan dg OMA.
2. Labyrinthitis serosa; peradangan labirin tanpa
pembentukan nanah, ditandai dg gangguan
pendengaran sensorineural & vertigo, biasanya
pada pasien non-toxic.
3. Labyrinthitis supuratif; terjadi akibat penyebaran
infeksi dari mastoid/telinga tengah & dapat
meningkatkan kecurigaan adanya defek anatomis/
defisiensi imun.
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
Labyrinthitis
Epidemiologi:
• Ada sedikit penelitian mengenai insiden dan prevalensi
labirinitis,
• Korea Selatan, prevalensi disfungsi vestibular bervariasi dari
3,1-35,4%, dan insiden meningkat seiring bertambahnya usia.
• Labirinitis virus, bentuk yang paling umum dan biasanya
sekunder dari infeksi saluran pernapasan atas.
• orang dewasa berusia 30-60 dan 2x > sering terjadi
pada wanita.
• Labirinitis bakteri supuratif, sebagai komplikasi meningitis
bakteri; penyebab paling umum ketulian pada anak < 2
tahun, namun untungnya, hal ini semakin jarang terjadi pada
era pasca-antibiotik.
• Labirinitis supuratif otogenik dapat terjadi pada semua usia
dan biasanya ditemukan pada kolesteatoma atau sekunder
dari otitis media yang tidak diobati.
Gejala & Tanda:
● Vertigo berat/parah
● Mual, muntah
● Nistagmus
● Tinnitus, hearing loss
● Gangguan gaya berjalan dan keseimbangan
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
Labyrinthitis
Diagnosis
• Head,neck examination: nystagmus
• Neurologi examination:
• Positive Romberg’s test: ketidakmampuan untuk mempertahankan kontrol postural
• Abnormal tandem gait: ketidakmampuan untuk berjalan dalam garis lurus dengan satu kaki di
depan yang lain (heel-to-toe)
• Meningeal test; jika adanya menigitis bacterial
• Head impluse, Nystagmus, and Test of skew (HiNTs) examination
• Positive head-thrust tets: inability to maintain visual fixation when head truned rapidly toward
side of lesion body
• Negative test of skew
• Direction-changing nystagmus
• Audiometry:
• Rinne and Weber hearing tests → sensorineural hearing loss
• Otoskopi; dapat memberikan petunjuk etiologi penyakit (misal otitis media atau
kolesteatoma)
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
Labyrinthitis
Diagnosis
• Tes laboratorium harus disesuaikan dengan gejala pasien dan diagnosis banding.
• muntah yang parah → urea dan elektrolit harus dilakukan untuk menilai
apakah penggantian elektrolit perlu dimulai.
• Jika dicurigai meningitis bakterial → kultur cairan serebrospinal (CSF) harus
dikirim.
• MRI, jika dilakukan, dapat menunjukkan peningkatan kontras labirin dan ada
beberapa bukti yang menunjukkan tingkat peningkatan yang berkorelasi dengan
gejala subjektif dan penilaian objektif nistagmus.
• CT, tidak membantu dalam diagnosis tetapi dapat membantu untuk
menggambarkan kelainan anatomi yang mendasarinya.
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
LI 4 Gangguan Pendengaran
Presbiakusis
Presbiakusis
• Presbyacusis adalah gangguan pendengaran terkait usia, yaitu efek
penuaan dalam kombinasi dengan paparan seumur hidup terhadap
kebisingan non-okupasi, agen ototoksik, diet, obat-obatan, olahraga,
dan faktor lain-lain.
• presbyacusis -> gangguan pendengaran yang meningkat disebabkan
oleh “Aging". Gangguan pendengaran “Purely Aging" ini mungkin
memiliki dasar genetik. Ini mungkin berkorelasi dengan kemunduran
atau penurunan yang berkaitan dengan usia dalam indera lain,
terutama keseimbangan, penglihatan, dan sentuhan.
Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 18ed
Epidemiologi
• Sementara tingkat
kerusakan cenderung
meningkat seiring
bertambahnya usia,
waktu onset bervariasi,
dengan variabilitas
terbesar pada
pertengahan tahun (40-
60 tahun).
Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
Faktor Resiko
• dua kategori utama faktor yang dapat dimodifikasi yang dapat
berkontribusi pada pengembangan gangguan pendengaran terkait
usia
1. faktor lingkungan -> paparan kebisingan, merokok dan
penggunaan alkohol
2. komorbiditas kesehatan -> hipertensi, hiperviskositas darah dan
penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.
Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
Patofisiologi
Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
Patofisiologi
1. Sensory -> Hilangnya sel rambut dan sel sustentakular pada ujung basal
organ Corti.
2. Neural -> hilangnya sel ganglion (neuro) di koklea.
3. Vascular or metabolic -> Atrofi stria vaskularis koklea dan Hilangnya
jaringan stria di koklea terutama di bagian apikal dan tengah koklea.
4. Mechanical or cochlear conductive -> Membran basilaris koklea kaku
dan Peningkatan jumlah lapisan fibrilar membran basilar.
5. Intermediette -> Kemungkinan perubahan organel intraseluler yang
terlibat dalam metabolisme sel, penurunan jumlah sinaps dan perubahan
komposisi endolimfe.
Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
Pemeriksaan
Diagnosis
• Tidak ada pemeriksaan
spesifik.
• pure-tone audiogram ->
menunjukkan gangguan
pendengaran yang
cenderung lebih buruk pada
frekuensi yang lebih tinggi.
• Individu (usia 60), dengan
temuan pemeriksaan normal
dan gangguan pendengaran
simetris (sering didominasi nada
tinggi), diagnosis gangguan
pendengaran yang berkaitan
dengan usia cukup aman.
Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
Tatalaksana
• Menggunakan hearing aid (Alat bantu dengar).
• Dukungan keluarga.
• bilateral severe hearing loss -> tidak terbantu secara signifikan oleh alat
bantu dengar, implan koklea diindikasikan tanpa memandang usia.
Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 18ed
Tuli Kongenital
Tuli Kongenital
Terminologi dan definisi
• Gangguan pendengaran dikategorikan
sebagai ringan, sedang, berat atau dalam
berdasarkan ambang pendengaran di db HL
(tingkat pendengaran) rata-rata pada
frekuensi 0,5, 1,0, 2,0 dan 4,0 khz. Untuk
pendengaran telinga yang lebih baik sebagai
berikut:
• Mild 21–39db
• Moderate 40–69db
• Severe 70–95db
• Profound >95db
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Tuli Kongenital
Terminologi & definisi
• Gangguan pendengaran anak
permanen/Permanent childhood hearing
impairment (PCHI) termasuk gangguan
pendengaran yang dihasilkan dari kelainan
struktur pada telinga luar, telinga tengah
serta tuli sensorineural.
• Istilah kongenital digunakan untuk
menunjukkan gangguan pendengaran yang
hadir pada, atau segera setelah, lahir.
Faktor risiko gangguan pendengaran
kongenital permanen
Tiga faktor risiko utama adalah:
1. Riwayat perawatan di neonatal intensive
care unit (NICU) atau special care baby
unit (SCBU) selama lebih dari 48 jam
2. Riwayat keluarga tuli anak usia dini
3. Anomali kraniofasial (misalnya celah
langit-langit/cleft palate) yang
berhubungan dengan gangguan
pendengaran.
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
Tuli Konduktif
•Adalah tuli yang disebabkan gangguan dari telinga luar
hingga tulang pendengaran.
•Etiologi
-Kelainan pada pinna
-Kanal auditori eksterna – aural atresia, penumpukan ear wax
-Membran timpani – rupture membrane timpani
-Tulang pendengaran – otosklerosis
-Otitis media dengan efusi
-Efusi telinga tengah pada dewasa – tumor nasofaringeal
-Koleosteatoma
https://www.ncbi.nlm.nih.go
v/books/NBK563267/
Tanda dan gejala
•Pada anak terjadi penurunan perkembangan bicara dan
Bahasa
•Penurunan pendengaran dan gejala tambahan seperti
•vertigo,
•otorea,
•otalgia,
•dan lemah wajah.
Diagnosis
•Tes weber – garpu tala ditempatkan di tengah
dahi
Pada tuli konduktif, getaran lebih keras pada
telinga yang terdampak. Jika pada sensorineural
terdengar lebih pada yang ‘sehat’
•Tes rinne – ditempatkan pada prosesus mastoid
hingga tidak terdengar dan mejauhkannya 1 cm
dari meatus akustikus eksterna, normalnya
konduksi udara lebih jelas dari konduksi tulang –
positif. Jika konduksi tulang lebih jelas, dan
negative maka tuli konduktif ditegakkan.
•Pure tone audiometry, pada anak >4 tahun. Air
bone gap >10 db
Tatalaksana
•Sesuai dengan gejala, ear wax/debris = dibersihkan,
otitis media = pengamatan, antibiotic, rupture TM –
myringotomy, choleosteatoma = diangkat, otosclerosis =
operasi dan alat bantu dengar
•Prognosis – tergantung gejala, biasanya prognosis baik
Komplikasi
•Gangguan bicara dan terlambat bicara pada anak
•kolesteatoma dapat merusak struktur sekitar
Tuli Perseptif
•Merupakan tipe tuli paling umum. Merujuk pada hilangnya pendengaran karena
gangguan koklea, saraf auditori, atau CNS.
•Etiologi : kongenital
•Prebikusis
•Noise induced
•Trauma kepala
•Penyakit meniere
•Ototoksisitas – contoh aminoglikosida, diuretik, dan obat kemoterapi
•Kondisi sistemik – meningitis, diabet
•Vestibular schwannoma
•Lainnya – autoimun, barotrauma, fistula perilimfatik
https://www.ncbi.nlm.nih.go
v/books/NBK565860/
Patofisiologi
Kerusakan hair cell pada telinga dalam, saraf vestibulokolear, atau pusat proses info pada otak.
Pada SNHL patologi pada telinga dalam yang dipikirkan menjadi penyebab.
•Mekanisme :
1.Kelainan struktural komponen koklea – bisa karena trauma atau kongenital
2.Gangguan aktivitas metabolic – gangguan transfer ion dan perubahan pada endolimfe
3.Vaskular – gangguan suplai pemb darah dan menyebabkan gangguan metabolik
4.Overcrowding membran basilar – gangguan motilitas OHC dan konduktivitas IHC
5.Trauma bising – menyebabkan pergeseran lempeng tektorial dan membrane basilar yang
merusak stereosilia. Aminoglycoside antibiotics, co - gentamicin, sbg potassium channel blockers
and menghentikan depolarisasi hair cells . Merubah konsentrasi ion perilimfe yang berujung pada
kerusakan kumpulan hari cell yang menyebabkan tuli permanen.
Tanda dan gejala
•Tinnitus, disekuilibrium, vertigo
•Pasien dengan prebikusis menunjukkan penurunan pendengaran
progresif
•Diagnosis
•Tes rinne dan weber
•Audiometri - audiogram
Tatalaksana
•Pada kasus idiopatik dan akut, pasien biasa
diberi kortikosteroid oral dengan prednisone
1mg/kgbb/hari, maksimal 60 mg selama 7 hari
dan diturunkan dosisnya per minggu. Sambil
dilakukan audiometri untuk melihat ada
perbaikan atau tidak dalam 4-10 hari. Jika
tidak – salvage intratympanic steroid.
•Menghentikan obat yang diduga berisiko
menyebabkan ototoksik
•Alat bantu dengar
Prognosis
Ada 4 faktor yang
memprediksi
prognosis
-Waktu
-Usia
-Vertigo
-Besar Hilang
pendengaran
Noise-Induced Hearing Loss
Noise-Induced Hearing Loss (NIHL)
Definisi
Noise-induced Hearing Loss → penurunan ketajaman pendengaran yang disebabkan
oleh paparan suara kebisingan yang berlebihan.
Hearing loss yang terjadi dapat bersifat:
- Temporary (temporary threshold shift/TTS) → hanya sementara, jam-hari
- Permanent (permanent threshold shift/PTS) → terjadi karena TTS berulang
- Trauma akustik→ single exposure dari suara yang intense menyebabkan immediate
hearing loss
Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
Etiologi
Paparan kebisingan → Penggunaan perangkat musik, klub dan konser, suara
tembakan, balap motor
Faktor Predisposisi
● Usia
● Merokok
● Penyakit tertentu: DM, penyakit jantung
● Penggunaan obat tertentu: obat ototoxic
Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
Tanda dan Gejala
1. Kesulitan untuk mendengar
2. Tinnitus
3. Hiperakusis
Tatalaksana
1. Menghindari pajanan suara kebisingan
2. Menggunakan alat bantu dengar
Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
Pemeriksaan
● Audiogram
● Tympanometry
● MRI
Neuroma Akustik
Neuroma Akustik
● Neuroma akustik, juga dikenal sebagai
schwannoma vestibular, adalah tumor
non-kanker dan biasanya tumbuh lambat
yang berkembang pada saraf utama
(vestibular) yang mengarah dari telinga
bagian dalam ke otak.
● Neuroma akustik biasanya muncul dari sel
Schwann yang menutupi saraf ini dan
tumbuh perlahan atau tidak sama sekali.
Pada beberapa kasus yang jarang terjadi,
tetapi itu bisa tumbuh dengan cepat dan
menjadi cukup besar untuk menekan otak
dan mengganggu fungsi vital.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acoustic-
neuroma/symptoms-causes/syc-20356127
Etiologi
● Penyebab neuroma akustik dapat dikaitkan
dengan masalah pada gen pada kromosom 22.
Biasanya, gen ini menghasilkan protein penekan
tumor yang membantu mengontrol pertumbuhan
sel Schwann yang menutupi saraf.
● Dalam kebanyakan kasus neuroma akustik, tidak
ada penyebab yang diketahui. Gen yang rusak ini
juga diturunkan pada neurofibromatosis tipe 2,
kelainan langka yang biasanya melibatkan
pertumbuhan tumor pada saraf pendengaran dan
keseimbangan di kedua sisi kepala (schwannomas
vestibular bilateral).
Tanda dan Gejala
● Gangguan pendengaran, biasanya memburuk
secara bertahap selama berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun
● Dering (tinnitus) di telinga yang terkena
● Ketidakstabilan atau kehilangan keseimbangan
● Pusing (vertigo)
● Wajah mati rasa dan kelemahan atau
hilangnya gerakan otot
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acoustic-
neuroma/symptoms-causes/syc-20356127
Komplikasi
● Gangguan pendengaran
● Wajah mati rasa dan kelemahan
● Kesulitan dengan keseimbangan
● Berdenging di telinga
● Tumor besar dapat menekan batang
otak, mencegah aliran normal cairan
antara otak dan sumsum tulang
belakang (cairan serebrospinal).
Dalam hal ini, cairan dapat
menumpuk di kepala (hidrosefalus),
meningkatkan tekanan di dalam
tengkorak.
Treatment
● Monitoring
● Surgery
● Radiation therapy :
○ Stereotactic radiosurgery
○ Stereotactic radiotherapy
○ Proton beam therapy
● Supportive therapy
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acoustic-
neuroma/symptoms-causes/syc-20356127
Sudden Sensorineural Hearing
Loss
LI 5 Gangguan Keseimbangan
BPPV
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
• Penyebab paling umum dari vertigo → prevalensi 2,4%
• Dapat berhubungan dengan penurunan kualitas hidup, jatuh & depresi
• Usia rata-rata onset adalah pada dekade keempat dan kelima
• Baik orang dewasa muda dan orang tua memiliki prevalensi 9%
• Insiden meningkat seiring bertambahnya usia dan dua kali lebih sering
terjadi pada wanita
• Sering: posterior semicircular canal (p-SCC) ; Jarang: horizontal
semicircular canal (h-SCC) ; Rare: anterior canal (a-SCC)
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Etiology
• Tidak ada penyebab (34-86% pasien) → BPPV ‘primer’ / idiopatik → lebih
sering terjadi pada usia lanjut → pelepasan otokonia mungkin berhubungan
dengan degenerasi organ otolith
• Mungkin juga ada hubungan dengan patologi lain: neuritis vestibular (9,8-
15,3%), otosklerosis (51% pasien), penyakit meniere, trauma kepala
(penyebab umum BPPV pada 14,5-18%), terkait dengan koklea progresif /
kegagalan vestibular , iskemia vertebrobasilar dan gangguan vestibular
lainnya
• Gambaran umum dari kondisi ini → lepasnya otokonia dari utrikulus →
menginvasi satu / beberapa kanalis semisirkularis setelah berhari-hari,
berminggu-minggu / bulan
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Risk Factors
• Istirahat di tempat tidur yang lama, membungkuk ke depan dengan
kepala di bawah, dan anestesi umum → posisi terlentang, kepala di
bawah & kepala bersandar (misalnya selama intubasi) pembukaan
kanal posterior → mendorong penetrasi partikel
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Symptoms
• Hallmark p-BPPV: vertigo berlangsung beberapa detik dengan atau
tanpa mual dan ketidakseimbangan saat berbaring, duduk dari posisi
berbaring, atau berguling di tempat tidur dan saat ekstensi atau fleksi
leher → dapat muncul secara berkelompok dengan beberapa serangan
per hari
• Di antara serangan / sesaat setelah berhasil tr/ → bebas gejala / sensasi
ketidakseimbangan ‘walking on pillow’
• Dalam sebagian besar kasus, gejala BPPV akan mereda dalam beberapa
minggu, tetapi hingga 30% gejalanya dapat bertahan selama berbulan-
bulan
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Diagnosis
• Dibuat berdasarkan tanda-tanda khas (nistagmus) dan gejala
(vertigo dan mual) yang dipicu oleh tes posisi tertentu
• Dix-Hallpike, jika dapat ditoleransi, harus dilakukan sebagai tes
provokatif → amati perubahan gejala yang diharapkan & lokalisasi
saluran mana yang terlibat
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Diagnosis
Anterior canal BPPV ● Dix-Hallpike kanan atau tes side-lying akan terhambat → Jika ada partikel, mereka akan
menyebabkan efek penghambatan yang akan mendominasi menyebabkan nistagmus yang
berlawanan dengan kanal posterior
● straight head-hanging manoeuvre → diagnosis a-BPPV
○ kepala ekstensi ke belakang ke posisi head-hanging dari ujung tempat tidur → duduk ke
terlentang
Horizontal canal
BPPV
● Dinilai dengan roll test →kepala ditekuk 30 derajat, membawa saluran horizontal ke bidang aksial,
dan kemudian diputar cepat ke satu sisi → nistagmus akan horizontal & geotropik & ke arah telinga
yang diuji
● diulang ke sisi yang berlawanan → nistagmus akan berbalik dan berdetak ke arah telinga paling
bawah lagi
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Treatment of P-BPPV
Epley’s Repositioning Manoeuvre
• Manuver Canalith repositioning (CRM) → efektif pada hampir 80%
kasus → berdasarkan teori ‘canalolithiasis’ → memindahkan partikel
dari post canal ke artikel melalui common crus
• Ditoleransi dengan baik & non-invasif
• Ulangi manuver sampai tidak ada nistagmus atau tidak ada
kemajuan dalam dua siklus terakhir
• Kegagalan tr/: penghentian dini / kinerja manuver yang tidak akurat
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Epley Maneuver
Manuver repositioning
(Epley), yang
menggunakan gravitasi
untuk memindahkan
debris endolimfatik keluar
dari kanalis semisirkularis
dan masuk ke vestibulum,
di mana dapat diserap
kembali.
Simon R.P., & Aminoff M.J., & Greenberg D.A.(Eds.),
(2017). Clinical Neurology, 10e. McGraw Hill.
Surgical Treatment
• Pada pasien yang gagal merespons manuver reposisi → operasi oklusi p-
SCC → mungkin mengalami gangguan pendengaran permanen, disfungsi
keseimbangan, ketidakseimbangan subjektif
• Neuroektomi tunggal untuk tr/ BPPV refrakter → umumnya efektif,
secara teknis sulit → risiko gangguan pendengaran dari prosedur: 41%
• Oklusi kanalis semisirkularis posterior (1990) → menyumbat lumen kanal
• Oklusi kanal posterior bilateral (kasus BPPV yang persisten jarang terjadi)
→ terkait dengan tuli pascaop → membaik dalam beberapa minggu &
dapat kehilangan fungsi keseimbangan permanen
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Treatment of H-BPPV
‘FORCED PROLONGED
POSITION’ ON THE
HEALTHY SIDE
● pasien dengan h-BPPV untuk berbaring di sisi yang sehat selama 12 jam untuk memfasilitasi gravitasi
puing-puing ke ruang depan dengan mempertahankan h-SCC yang terkena paling atas
● obesitas & spondylosis serviks → tidak mengizinkan pemeliharaan posisi untuk waktu yang dibutuhkan
● mungkin berhasil dalam kasus yang sedikit lebih banyak daripada manuver barbecue → mencapai hasil
langsung
270-DEGREE ‘BARBECUE’
MANOEUVRE
● adaptasi manuver Epley → memutar kepala pasien terlebih dahulu dan kemudian tubuh dari posisi
terlentang dalam tiga putaran 90 derajat (total 270 derajat) ke arah telinga yang tidak terpengaruh
● tubuh pada akhirnya akan mengambil posisi tengkurap dengan telinga yang terkena menghadap ke
bawah
● rotasi dilakukan dalam waktu setengah detik dan posisi kepala dipertahankan selama 30-60 detik
360-DEGREE YAW
ROTATION
● berhasil merawat dua pasien dengan h-BPPV dengan rotasi yaw 360 derajat yang dilakukan dalam
langkah 90 derajat pada interval 30 detik
LIBERATORY MANOEUVRES ● posisi terlentang, kepala diangkat 30 derajat, menoleh ke sisi yang sakit dan dipertahankan dalam posisi
itu selama 5 menit → putar kepala dengan cepat 180 derajat ke sisi lain sambil mempertahankan fleksi 30
derajat, ditahan selama 5 menit → setelah: hindari menggelengkan kepala & tidak berbaring selama 48
jam berikutnya
● kontraindikasi: spondylosis serviks, insufisiensi vertebrobasilar atau nyeri leher selama manuver
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Treatment of A-BPPV
• Kemanjuran 96,7% telah dilaporkan untuk manuver Epley yang dimodifikasi
yang dilakukan pada 30 kasus berturut-turut dengan a-BPPV
Modified Epley Alternative manoeuvre
● Mulai menggunakan Dix– Hallpike dengan kepala
diputar 45 derajat dari telinga yang sakit & dibawa
ke 30 derajat di bawah horizontal
● Pertahankan posisi ini selama 30 detik kemudian
ditinggikan sambil mempertahankan posisi
terlentang dengan kepala 45 derajat selama 1
menit
● Posisi duduk kemudian diasumsikan dengan dagu
ditekuk ke depan pada 30 derajat
● Melibatkan perpindahan dari posisi duduk ke posisi
menggantung kepala dengan kepala 30 derajat di
bawah horizontal → melibatkan pergerakan dari
posisi duduk ke posisi menggantung kepala
dengan kepala 30 derajat di bawah horizontal
● Otolith bergerak menuju crus & utricle (selama
manuver)
● 84,6% keberhasilan setelah satu manuver →
resolusi lengkap dalam semua kasus dengan
manuver berulang
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
Complications
• Mual dan muntah terus
menerus
• Gerakan kepala yang tiba-tiba
saat mengemudi atau
mengendarai sepeda →
memicu episode BPPV →
mengakibatkan tabrakan
• Sepertiga pasien mengalami
remisi dalam tiga minggu
• Mayoritas pasien sembuh
pada enam bulan
• Di bawah 1% kasus BPPV
akan membutuhkan
pembedahan
Prognosis
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470308/
Motion Sickness
Motion Sickness
Definisi
● Sindrom respons fisiologis saat melakukan perjalanan melalui laut, mobil, kereta api, udara,
● Terjadi ketika adanya konflik dari input proprioseptif, vestibular dan visual yang bercampur atau
bertentangan
○ Contoh:
■ Seasickness → dari lingkungan visual tidak menunjukan adanya pergerakan namun
pada sistem vestibularnya menunjukan adanya pergerakan
Faktor resiko
● Usia → 2-12 th
● Jenis kelamin → >wanita
● Kondisi medis lainnya → vertigo,
vestibular pathology, Meniere’s
disease, migraines
Etiologi
● Stimulasi aparatus vestibularis yang terjadi
secara berlebihan dan berulang
○ Perubahan laju kecepatan yang cepat dan
berulang-ulang saat berkendara
○ Perubahan arah yang cepat dan berulang
Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th
Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
K Sembulingam, Prema Sembulingam. Essentials of Medical Physiology. 6th Edition. Jaypee.
2012
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539706/
Motion Sickness
Gejala
● Nausea
● Vomitus
● Dizziness
● Fatigue
● Pucat (pallor)
Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th
Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
K Sembulingam, Prema Sembulingam. Essentials of Medical Physiology. 6th Edition. Jaypee.
2012
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539706/
● Perspirasi (cold sweats)
● Salivasi
● Rasa tidak nyaman
● Sakit kepala
● Disorientasi
● Untuk anak usia 2–12 tahun
○ Dimenhydrinate (Dramamine), 1–1.5 mg/kg
per dose
○ Diphenhydramine (Benadryl), 0.5–1 mg/kg
per dose up to 25 mg
○ Diberikan 1 jam sebelum perjalanan dan
setiap 6 jam dalam perjalanan
Tatalaksana
● Anticholinergic
○ Scopolamine → → FDA class C for pregnant
woman
● Antihistamines
○ Diphenhydramine, Meclizine → FDA class B
for pregnant woman
○ Cyclizine, Cinnarizine
○ Promethazine → → FDA class C for pregnant
woman
Motion Sickness
Pencegahan
● Menghindari hal pencetus gejala.
● Mengoptimalkan posisi untuk mengurangi gerak atau persepsi gerak → misal, duduk di kursi depan mobil
atau bus(lbh stabil).
● Mengurangi input sensorik → menutup mata, tidur, atau melihat langit.
● Mempertahankan hidrasi dengan minum air, makan dgn porsi sedikit secara teratur, dan membatasi
minuman beralkohol dan berkafein.
● Distraction → mengendalikan pernapasan, mendengarkan musik, atau menggunakan aroma aromaterapi
seperti mint atau lavender.
● Permen pelega tenggorokan juga dapat membantu.
Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th
Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
K Sembulingam, Prema Sembulingam. Essentials of Medical Physiology. 6th Edition. Jaypee.
2012
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539706/
Resep Motion Sickness
dr. X
SIP 0000
Jakarta Barat
Jakarta, 31 Agustus 2022
R/ Dimenhydrinate tab 50 mg no XII
S 3 dd 1 p.r.n
Pro : Ny. A
Usia : 50 tahun
Meniere’s Disease
Ménière
Gangguan yang ditandai oleh serangan spontan vertigo, dengan gangguan
pendengaran sensorineural yang fluktuasi, tinnitus, dan kadang-kadang
perasaan penuh atau tekanan di telinga.
Etiologi :
Idiopatik tapi berbagai faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor- faktor
predisposisi menyebabkan produksi berlebihan atau malabsorpsi endolymph
→ endolymphatic hipertension → pembesaran masif labirin membran
(hydrops endolimfatik) → ruptur periodik labirin membran → kebocoran
endolymph kaya potasium ke dalam perilymph → serangan meniere.
Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
Ménière
Serangan berulang vertigo spontan yang disertai mual dan muntah
Gangguan pendengaran frekuensi rendah, tinnitus & perasaan penuh di telinga.
Serangan yang khas memiliki 3 fase , yang masing-masing ditentukan oleh arah
nistagmus spontan :
Fase irrritatif
Fase paretik
Fase pemulihan
Pada tahap lanjut penyakit → dapat terjadi drop attacks.
Pasien jatuh ke tanah tanpa peringatan & bisa menderita patah tulang atau luka
serius lainnya.
Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
Diagnosis
Penyakit 'Meniere' yang pasti:
- Memiliki dua atau lebih serangan vertigo
spontan (masing-masing berlangsung 20 menit
atau lebih)
- Gangguan pendengaran didokumentasikan oleh
audiogram nada murni setidaknya satu kali
- Tinnitus atau aural penuh pada sisi yang sakit
• 'Kemungkinan' penyakit Meniere:
– Memiliki dua atau lebih serangan vertigo
spontan dengan gangguan pendengaran
unilateral, tinitus, dan aural fullness pada
saat bersamaan.
– Memiliki dua atau lebih serangan vertigo
spontan tetapi tidak ada gejala
pendengaran selama serangan.
• Pada tahap awal Penyakit Meniere, tes
fungsi auditori dan vestibular → sering
normal di antara serangan.
• Seiring perkembangan penyakit → gangguan
permanen fungsi auditori & vestibular
menjadi jelas terlihat pada sisi yg terkena.
• Audiogram → semua frekuensi menjadi
terpengaruh sehingga menyebabkan
gangguan pendengaran sensorineural yang
datar.
• Electrocochleografi → paling sensitif dan
spesifik untuk penyakit Meniere ketika
stimulus tone-burst & click stimuli
digunakan
Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
Diagnosis banding Tatalaksana
• Vestibular neuritis
• Vertigo migrain
• Penyakit autoimun telinga
dalam.
• Tujuan utama terapi : untuk menurunan
produksi atau timbunan endolymph.
• Pembatasan sodium yg ketat (sodium di
urin <50 mmoL/hari) dan diuretik →
efektif mengurangi frekuensi serangan
vertigo.
• Pasien yg terus mengalami serangan
vertigo mungkin cocok untuk operasi:
– operasi endolymphatic sac
– Selective vestibular neurectomy
– Labyrinthectomy
Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
Vestibular Neuritis
Vestibular Neuritis
• Disebut juga sebagai neuronitis vestibular →
penyebab vertigo yang timbul dari gangguan labirin
(kurang umum)
• Mungkin terjadi karena peradangan saraf
vestibular, iskemia labirin, atau reaktivasi infeksi
laten dengan virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1)
• Usia 40-50 tahun
• Dewasa > anak-anak
• Etiologi → Inflamasi selektif saraf vestibular → virus
• Neuritis vestibular dapat terjadi pada cabang
superior atau inferior dari saraf vestibular
• Vestibular neuritis superior
(lebih sering) → sel-sel inflamasi
melintasi hanya satu kanal
tulang yang panjang → lebih
mudah untuk terjadi sel
inflamasi
• Vestibular neuritis inferior →
sel inflamasi harus melewati
dua kanal tulang yang terpisah
→ lebih sulit terjadi inflamasi
Ballenger's. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 18th Ed.
Scott-Brown’s. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Vol. 2. 8th Ed.
Tanda dan Gejala
• Khas → onset mendadak dari pusing parah
yang berkelanjutan, ketidakseimbangan
postural
• Nistagmus, mual, muntah, berkeringat dan
pucat
• Biasanya tidak ada gejala koklea terkait →
tidak ada gangguan pendengaran dan
tinitus
• Vertigo visual → pusing yang dipicu oleh
lingkungan visual dengan pola visual yang
berulang atau bergerak → umum terjadi
pada disfungsi vestibular perifer → tidak
menyukai/menghindari keramaian
Ballenger's. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 18th Ed.
Scott-Brown’s. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Vol. 2. 8th Ed.
Tatalaksana
• Pengobatan simtomatik → antiemetik,
antihistamin, agen antikolinergik dan agen
antidopaminergik
• Penggantian cairan → kasus yang sangat parah
• Kegunaan kortikosteroid dan antivirus belum
terbukti secara pasti
• Rehabilitasi vestibular
• Terapi perilaku kognitif
Diagnosis
• Pemeriksaan gerakan mata
• Head thrust test
• Hallpike test
• Romberg test
• Gait test
• Unterberger test
• oVEMP dan cVEMP
• Subjective visual vertical and horizontal and
video head impulse test (VHIT)
Scott-Brown’s. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Vol. 2. 8th Ed.
Vestibular Migraine
VESTIBULAR MIGRAINE
•DEFINISI :
•Migrain vestibular adalah masalah sistem saraf
yang menyebabkan pusing berulang (atau
vertigo) pada orang yang memiliki riwayat
gejala migrain. Kelainan ini merupakan salah
satu kelainan terbanyak yang menyebabkan
vertigo spontan yang bersifat episodik.
•ETIOLOGI :
•Meniere Syndrome
•Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
•Migraine Anxiety-Related Dizziness (MARD)
•EPIDEMIOLOGI :
•Paling sering ditemukan pada wanita usia
paruh baya.
•P : L = 5 : 1 (dengan usia rata-rata onset
37 tahun untuk perempuan dan 42 tahun
untuk laki-laki.)
•KLASIFIKASI :
•Definite vestibular migraine
•Probable vestibular migraine
Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
VESTIBULAR MIGRAINE
•TANDA & GEJALA :
1. Pusing yang berlangsung lebih
dari beberapa menit
2. Mual dan muntah
3. Adanya masalah keseimbangan
4. Sensitivitas gerakan ekstrem →
merasa sakit atau pusing saat
menggerakkan kepala, mata,
atau tubuh
5. Merasa disorientasi atau
bingung
6. Merasa goyah, seperti berada di
perahu goyang
•FAKTOR RESIKO :
1. Menstruasi, yang dapat
memberatkan gejala migrain
vestibular
2. Gangguan tidur, seperti tidur yang
tidak teratur
3. Hipoglikemia
4. Stress yang berlebihan
5. Stimulus sensorik (cahaya yang
terlalu terang, suara yang terlalu
ramai, dan bau yang terlalu kuat)
6. Perubahan cuaca yang tidak
menentu
Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
VESTIBULAR MIGRAINE
•PATOFISIOLOGI :
•Migrain disebabkan oleh
adanya penyebaran impuls saraf
sepanjang korteks serebri dan
aktivasi reseptor nyeri (dekat
apparatus vestibular) pada
batang otak.
Adanya aktivasi nyeri tersebut
disebabkan oleh pelepasan
neurotransmiter tertentu →
menyebabkan dilatasi pembuluh
darah dekat scalp.
•PEMERIKSAAN :
•Pemeriksaan keseimbangan dan
otologik → hasil normal.
•Pemeriksaan serangan vertigo →
nistagmus posisional, nistagmus spontan
yang bersifat horizontal,
•Pemeriksaan head thrust
→Abnormalitas
•Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan
yaitu :
1. vENG (video electronystagmography)
dengan calorics chair testing,
2. Pemeriksaan audiogram,
3. ABR (auditory brainstem response).
Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
VESTIBULAR MIGRAINE
•TATALAKSANA
•Profilaksis migrain, dapat diberikan:
- obat golongan beta-blocker seperti propanolol dan
metoprolol,
- obat golongan antidepresan,
- CCB (calcium-channel blockers) seperti flunarizin,
- obat golongan antikonvulsan seperti topiramat, dan
pizotrifen.
•Penatalaksanaan migrain akut, dapat
diberikan:
•Supresan vestibular seperti promethazine,
dimenhidrinat, dan meclizine, aspirin, ibuprofen, dan
isometepten mukat. (Dapat mem-blok aktivitas serotonin
atau prostalglandin yang berperan dalam kontraksi
pembuluh darah.)
•Tatalaksana non-farmakologik :
- Manajemen stress,
- Menghindari faktor yang dapat memicu migrain,
- Rehabilitasi vestibular.
•PROGNOSIS :
•Prognosis untuk pasien vestibular
migraine tetap tidak diketahui, tetapi
laporan anekdotal menunjukkan
bahwa kekambuhan sering terjadi.
•KOMPLIKASI :
•Pengalaman klinis telah menunjukkan
berbagai tingkat kecacatan dan daya
tanggap terhadap pengobatan di
antara populasi migrain vestibular.
Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
LI 6 Keganasan Onkologi THT
Ca Nasofaring
Ca Nasofaring
● Etiologi : virus Epstein barr
● Tanda & gejala : jika ada gejala biasanya berhubungan dengan
hidung, telinga ataupun keduanya seperti : tinnitus, hidung
buntu, hearing loss, post-nasal discharge. Pasien juga dapat
mengeluh adanya pembengkakan pada leher atas. Bisa juga di
mata : ada double vision
Pemeriksaan :
● Biopsi.
● Serologi : mendeteksi antibody IgA.
● Pemeriksaan radiologi : CT-scan, MRI, ultrasound
Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery 7th edition
Tatalaksana
● Radioterapi : megavoltage
external radiotherapy
merupakan pilihan utama.
Biasanya pada stage I-II, hanya
dilakukan radioterapi. Pada
stage III-IVB, perlu dilakukan
radioterapi dan kemoterapi
untuk hasil yang lebih baik.
● Kemoterapi
● Pembedahan
Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery 7th edition
Ca Laring
Angiofibroma Nasofaring
Juvenile
•tumor yang muncul hampir secara eksklusif pada pria remaja,
tumor ini jarang terjadi.
•Tumor secara histopatologis →sebagai lesi jinak,erosi tulang
pterygoid, clivus dan sinus sphenoid adalah ciri umum JA.
•Tumor biasanya muncul dari dinding lateral rongga hidung
posterior dekat dengan foramen sphenopalatina dan dasar
pterigoid
•Gejala→sumbatan hidung dan pendarahan hidung
Diagnosis
CT- scan→informasi lebih lanjut tentang erosi tulang
MRI→ paling berguna untuk penilaian struktur jaringan lunak
Angiografi→dapat dilakukan sebelum operasi untuk menentukan dan
mengembolisasi pembuluh darah
Daftar Pustaka

More Related Content

Similar to Telinga Dalam

Tugas Biologi kelas IX
Tugas Biologi kelas IXTugas Biologi kelas IX
Tugas Biologi kelas IXDhudy_Hario
 
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.pptWahyujawaI
 
Anatomi dan fisiologi sistem pengindraan
Anatomi dan fisiologi sistem pengindraanAnatomi dan fisiologi sistem pengindraan
Anatomi dan fisiologi sistem pengindraanAnggaN7
 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensorinita maulida
 
Anatomi pendengaran
Anatomi pendengaranAnatomi pendengaran
Anatomi pendengaranmateri-x2
 
Sistema respiratorius new
Sistema respiratorius newSistema respiratorius new
Sistema respiratorius newalliz_well
 
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan LidahNita Sintari
 
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptxANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptxResii1
 
Anatomi pendengaran
Anatomi pendengaranAnatomi pendengaran
Anatomi pendengaranmateri-x2
 
Anatomi pendengaran
Anatomi pendengaranAnatomi pendengaran
Anatomi pendengaranmateri-x2
 
116642547 fraktur-basis-kranii
116642547 fraktur-basis-kranii116642547 fraktur-basis-kranii
116642547 fraktur-basis-kraniizulfikri joule
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus melym3ly22
 
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfanatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfZULFIEKAWATY
 

Similar to Telinga Dalam (20)

Referat Presbikusis
Referat PresbikusisReferat Presbikusis
Referat Presbikusis
 
Mengenal indra pembau
Mengenal indra pembauMengenal indra pembau
Mengenal indra pembau
 
Tugas Biologi kelas IX
Tugas Biologi kelas IXTugas Biologi kelas IX
Tugas Biologi kelas IX
 
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
 
Anatomi dan fisiologi sistem pengindraan
Anatomi dan fisiologi sistem pengindraanAnatomi dan fisiologi sistem pengindraan
Anatomi dan fisiologi sistem pengindraan
 
Tutor 22 M1B19.pptx
Tutor 22 M1B19.pptxTutor 22 M1B19.pptx
Tutor 22 M1B19.pptx
 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensori
 
Anatomi pendengaran
Anatomi pendengaranAnatomi pendengaran
Anatomi pendengaran
 
Sistema respiratorius new
Sistema respiratorius newSistema respiratorius new
Sistema respiratorius new
 
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
 
POLA KERJA OTAK DAN SARAF KRANIAL
POLA KERJA OTAK DAN SARAF KRANIALPOLA KERJA OTAK DAN SARAF KRANIAL
POLA KERJA OTAK DAN SARAF KRANIAL
 
indera pendengaran
indera pendengaranindera pendengaran
indera pendengaran
 
Panca indera manusia
Panca indera manusiaPanca indera manusia
Panca indera manusia
 
Telinga.pptx
Telinga.pptxTelinga.pptx
Telinga.pptx
 
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptxANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
 
Anatomi pendengaran
Anatomi pendengaranAnatomi pendengaran
Anatomi pendengaran
 
Anatomi pendengaran
Anatomi pendengaranAnatomi pendengaran
Anatomi pendengaran
 
116642547 fraktur-basis-kranii
116642547 fraktur-basis-kranii116642547 fraktur-basis-kranii
116642547 fraktur-basis-kranii
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdfanatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
anatomi-sistem-panca-indra-120118184237-phpapp01 (1).pdf
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 

Telinga Dalam

  • 1. LI 1 Anatomi Telinga Dalam
  • 3. Sakulus, Koklea, dan Organ Corti
  • 4. Sakulus, Koklea, dan Organ Corti
  • 5. Utrikulus dan Kanalis Semisirkularis
  • 6.
  • 7.
  • 8. Labyrinthus osseus ● Vestibulum, yang berisi fenestra vestibuli pada dinding lateralnya, merupakan bagian pusat labyrinthus osseus. ○ Di anterior vestibulum ini berhubungan dengan cochlea dan di posterosuperior dengan canalis semicirculares. ● Canalis semicirculares anterior, posterior, dan lateralis ○ Setiap canalis membentuk 2/3 lingkaran yang pada kedua ujungnya berhubungan dengan vestibulum dan dengan salah satu ujungnya melebar membentuk ampulla. ● Berproyeksi ke anterior dari vestibulum adalah cochlea yang merupakan struktur tulang yang membelit sebanyak 2½ sampai 2¾ kali mengelilingi columna centralis tulang (modiolus). ○ Susunan ini menghasilkan struktur berbentuk konus/kerucut dengan basis cochleae yang menghadap ke arah posteromedial dan apex yang menghadap ke anterolateral.
  • 13. Perdarahan: ● Suplai arterial menuju auris interna terbagi antara pembuluh-pembuluh darah yang menyuplai labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus. ○ Labyrinthus osseus disuplai oleh arteriae yang sama yang menyuplai sekeliling tulang temporale termasuk arteria tympanica anterior (cabang dari arteria maxillaris), arteria stylomastoidea (cabang dari arteria auricularis posterior), dan ramus petrosus dari arteria meningea media. ○ Labyrinthus membranaceus disuplai oleh arteria labyrinthi yang berasal dari arteria cerebelli inferior anterior atau merupakan cabang langsung arteria basilaris. Arteria ini masuk ke meatus acusticus internus bersama dengan nervus facialis [VII] dan nervus vestibulocochlearis [VIII] dan akhirnya terbagi menjadi: ramus cochlearis, yang berjalan melalui modiolus dan menyuplai ductus cochlearis: dan satu atau dua ramus vestibularis, yang menyuplai apparatus vestibularis. ● Drainase vena dari labyrinthus membranaceus melalui venae vestibulares dan venae cochleares. yang mengikuti arteriaenya. Venae tersebut bergabung untuk membentuk vena labyrinthi yang akhirnya bermuara ke dalam sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus.
  • 14. Kanalis Semisirkularis - Kanalis semisirkularis (anterior, posterior, dan lateral) terletak posterosuperior dari vestibulum tempat mereka terbuka. - Kanal menempati tiga bidang di ruangnya. Setiap kanalis semisirkularis membentuk kira-kira dua pertiga lingkaran dan berdiameter kira-kira 1,5 mm, kecuali pada salah satu ujungnya terdapat pembengkakan, yaitu ampula. - Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui duktus utrikulosakular, dari mana duktus endolimfatikus muncul. - Dua divisi labirin membran dihubungkan melalui ductus reuniens, memanjang antara sakulus dan duktus koklea.
  • 15.
  • 16. Utrikulus & Sakulus - Utrikulus dan sakulus memiliki area spesialisasi epitel sensoris disebut macula - Makula utrikulus berada di dasar utrikulus, secara parallel dengan basis cranium - Makula sensitive terhadap gravitasi dan akselerasi linear/deselerasi - Sel rambut di macula diinervasi oleh serat saraf divisi vestibular N. vestibulokoklear (CN VIII)
  • 17. LI 2 Fisiologi Pendengaran dan Keseimbangan
  • 18.
  • 19.
  • 20. Peranan Telinga Luar, Tengah, dan Dalam
  • 21.
  • 22.
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28.
  • 29. Endolymph & Perilymph Cochlear fluids are the extracellular fluids in the inner ear. These fluids are perilymph and endolymph, which have different composition. Perilymph Scala vestibuli and scala tympani are filled with perilymph, which is similar to ECF in composition with high concentration of sodium ions. Endolymph Scala media is filled with endolymph, which contains high concentration of potassium and low concentration of sodium. It is due to continuous secretion of potassium ions by stria vascularis into scala media.
  • 30.
  • 31.
  • 32.
  • 33. Jalur Pendengaran dan Pusat Pendengaran
  • 34. Diskriminasi Nada •Kemampuan membedakan antara berbagai frekuensi gel. Suara yg dtg) bergantung membran basilaris ,yg menyempit dankaku di ujung jendela ovalnya serta lebar dan lentur di ujung helikotremanya. •Energi gel tekanan diserap o/ getaran membran yg kuat ini sehingga gelombang lenyap di daerah dengan getaran terbesar •Fungsi bentuk koklea spiral untuk membungkus banyak membran menjadi bagian kecil, dan memperkuat deteksi nada rendah. •Gelombang suara yg berbeda mencetuskan pergerakan maksimal pd regio membran basilaris yg berbeda dan mengaktifkan sel rambut yg berbeda .Informasi dihantarkan ke SSP ,yg mnginterpretasikan pola stimulasi sel rambut sebagai suara dengan frekuensi tertentu. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
  • 35. Proses pendengaran Dimulai dari adanya getaran suara (F 16 – 2000 Hz), ditangkap oleh daun telinga l.telinga luar →menggetarkan membran tympani → getaran diteruskan melalui tulang-tulang pendengaran di lubang tengah → tulang stapes →cairan endolimfe di dalam labirin → ditangkap oleh organ corti. Getaran bunyi yang masuk disebut getaran mekanis diubah → getaran elektris oleh nervus cochlearis disalurkan ke pusat- pusat di otak → lobus temporalis → sehingga terjadi kesadaran bunyi.
  • 38. •Aparatus vestibularis memberikan informasi esensial mengenai sensasi keseimbangan & koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata & postural •Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis & organ otolith (utriculus & sacculus) •Keseimbangan adalah sensai orientasi tubuh & gerakan
  • 39.
  • 41. Suplai Saraf Apparatus Vestibularis FIRST ORDER NEURON: - Sel bipolar di ganglion vestibular/ganglion Scarpa lokasi: meatus akustikus internus. Akson sel bipolar membentuk divisi vestibular N. vestibulokoklear mencapai medulla oblongata dan berakhir di nucleus vestibular SECOND ORDER NEURON: - Vestibulo-ocular tract - Vestibulospinal tract - Vestibuloreticular tract - Vestibulocerebellar tract
  • 42. Tranduksi Suara Oleh Organ Corti
  • 43.
  • 44.
  • 46. Jalur Keseimbangan Barret K, Barman S, Brooks H, Yuan J. Ganong’s review of medical physiology. 26th ed. McGrawHill;2019
  • 48. Aliran Kelenjar Getah Bening Pada Kepala dan Leher
  • 49. Drainase Limfatik Wajah Drainase limfatik pada wajah terbagi menjadi 3 nodus limfe: - Nodus submental → dari inferior dan posterior dagu yang mengalirkan limfatik dari bagian medial bibir bawah dan dagu secara bilateral - Nodus submandibular → dari kelenjar mandibula dan inferior korpus mandibular yang mengalirkan limfatik dari sudut medial orbit, nasal eksternal dan bagian medial pipi, bibir bagian atas dan bagian lateral bibir bawah - Nodus pre-auricular dan parotid yg mengalirkan limfatik dari sebagian besar kelopak mata, bagian hidung luar dan lateral pipi Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill Livingstone Elsevier
  • 50. Drainase Limfatik Kulit Kepala - Limfatik di regio oksipital mengalirkan limfe ke nodus oksipital dekat M. trapezius (di dasar tulang tengkorak) menuju ke nodus cervical profunda - Limfatik dari kulit kepala bagian atas mengalirkan ke dua arah: - Bagian posterior vertex mengalirkan ke nodus mastoid (retro-auricular/posterior auricular nodes) di sebelah posterior telinga dekat proc. Mastoideus os temporal nodus cervical profunda bagian atas - Bagian anterior vertex mengalirkan ke nodus pre-auricular dan parotid di sebelah anterior telinga Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill Livingstone Elsevier
  • 51. Drainase Limfatik Leher NODI LYMPHOIDEI SUPERFISIAL - Nodus occipital → dekat perlekatan M. trapezius ke tengkorak. Berhubungan dengan A. oksipital – drainase limfatik dari kulit kepala posterior dan leher - Nodus mastoid (retro-auricular/posterior auricular) disebelah posterior telinga dekat perlekatan M. sternocleidomastoideus – drainase limfe dari ½ kulit kepala posterolateral - Nodus pre-auricular dan parotid disebelah anterior telinga, drainase limfe dari aurikula anterior, kulit kepala anterolateral, ½ bag atas wajah, kelopak mata dan pipi Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill Livingstone Elsevier
  • 52. Drainase Limfatik Leher (2) - Nodus submandibular → dibagian inferior korpus mandibular dan berkaitan dengan A. fasial, drainase limfatik berasal dari struktur jalur A. fasial (setinggi dahi) - Nodus submental drainase limfatik dari bagian tengah bibir bagian bawah, dasar mulut, ujung lidah dan gigi seri bawah **Nodus oksipital & mastoid mengalir ke Nodus limfoidei superfisial sepanjang V. jugularis eksterna **Nodus preaurikular, parotid, submandibular & submental mengalir ke Nodus cervical profunda Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill Livingstone Elsevier
  • 53. Drainase Limfatik Leher (3) NODI LIMPHOIDEI CERVICAL SUPERFISIAL - Mengumpulkan limfe sepanjang V. jugularis eksterna di permukaan superifisial M. sternocleidomastoideus - Menerima drainase limfatik dari regio posterior & posterolateral kulit kepala melalui nodus oksipital & mastoid NODI LYMPHOIDEI CERVICAL PROFUNDA - Nodus cervical profunda mengumpulkan nodus limfe yg membentuk rantai sepanjang V. jugularis interna - Dibagian superior → jugulodigastric node menerima drainase limfatik dari regio tonsil - Jugulo-omohyoid node → menerima drainase limfatik dari lidah Drake RL, Volg AW, Mitchell AW. Gray’s anatomy for students. 3rd ed. Churchill Livingstone Elsevier
  • 54. LI 3 Gangguan/Infeksi Telinga Dalam
  • 56. Otosklerosis Otosklerosis → kelainan herediter lokal yg mengenai tulang endokondral kapsul otic yg ditandai dgn kelainan resorpsi & deposisi tulang. Secara klinis mengacu pada lesi yg melibatkan tulang stapes / sendi stapediovestibular shg scr klinis dimanifestasikan oleh gg. pendengaran konduktif. - Most common: area anterior to the oval window - Round window niche (30%) - The stapes footplate (12%) - Posterior to the oval window (5-10%) - Otosclerosis it usually bilateral, with involvement of both ears in 70-90% cases Ballenger Otorhinolaryngology 18 Head and Neck Surgery Scorr-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Vol.3
  • 57. Histopathology Otosclerotic process is divided into two phases: 1. Early phase: Bone resorption and increased vascularity 2. Otospongiosis: As the mature collagen content diminishes, the bone acquires a spongy appearance ⮚HE staining: - a bluish coloration - the reabsorbed bone is replaced with dense sclerotic bone Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 17th ed
  • 58. Patofisiologi Otosklerosis - Pada pasien dgn otosklerosis, remodeling tulang dalam kapsul optic meningkat → akumulasi deposit tulang → merusak struktur audiologis & memperburuk transmisi suara normal. - Remodeling tulang abnormal pada otosklerosis terjadi dalam 3 fase : - Fase otospongiosis - Fase transisi - Fase otosklerotic Otosclerosis: An update on diagnosis and treatment : Journal of the American Academy of PAs (lww.com)
  • 59. Etiology 1. Genetic predisposition 2. Measles 3. Autoimmune disease 4. Biochemistry 5. Hormonal Clinical Presentation 1. Tinnitus 2. Vertigo 3. Gangguan pendengaran sensorineural 4. Schwartze sign Ballenger Otorhinolaryngology 18 Head and Neck Surgery Scorr-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Vol.3
  • 60. Diagnosis 1. Otoscopy 2. Surgical diagnosis 3. Histological diagnosis 4. Pure - Tone audiometry 5. Tympanometry 6. Radiology Tatalaksana 1. Medical management 2. Surgical management a. Stapedectomy b. Stapedotomy Ballenger Otorhinolaryngology 18 Head and Neck Surgery Scorr-Browns Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Vol.3 Otosclerosis: An update on diagnosis and treatment : Journal of the American Academy of PAs (lww.com)
  • 61. Complications • Immediate • Facial nerve injury, vertigo and/hearing loss • Bed rest and light activities are recommended for vertiginous patients,and most recover shortly after surgery • Delayed • Fistula formation,granuloma,prosthesis dislocation • Immediate treatment with antibiotics and rest is recommend Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 17th ed
  • 63. Labyrinthitis • Definisi: inflamasi pada telinga bagian dalam (labirin). • Etiologi : • Infeksi virus: virus Rubella, Cytomegalovirus, Mumps • Infeksi bakteri: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis; paling umum meningitis/komplikasi otitis media. • Autoimmune Labyrinthitis • Risiko faktor: infeksi dari saluran pernapasan atas. • Komplikasi: kehilangan pendengaran permanen. Tiga jenis labyrinthitis dikenali; 1. Perliabyrinthitis; tidak berhubungan dg OMA. 2. Labyrinthitis serosa; peradangan labirin tanpa pembentukan nanah, ditandai dg gangguan pendengaran sensorineural & vertigo, biasanya pada pasien non-toxic. 3. Labyrinthitis supuratif; terjadi akibat penyebaran infeksi dari mastoid/telinga tengah & dapat meningkatkan kecurigaan adanya defek anatomis/ defisiensi imun. Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
  • 64. Labyrinthitis Epidemiologi: • Ada sedikit penelitian mengenai insiden dan prevalensi labirinitis, • Korea Selatan, prevalensi disfungsi vestibular bervariasi dari 3,1-35,4%, dan insiden meningkat seiring bertambahnya usia. • Labirinitis virus, bentuk yang paling umum dan biasanya sekunder dari infeksi saluran pernapasan atas. • orang dewasa berusia 30-60 dan 2x > sering terjadi pada wanita. • Labirinitis bakteri supuratif, sebagai komplikasi meningitis bakteri; penyebab paling umum ketulian pada anak < 2 tahun, namun untungnya, hal ini semakin jarang terjadi pada era pasca-antibiotik. • Labirinitis supuratif otogenik dapat terjadi pada semua usia dan biasanya ditemukan pada kolesteatoma atau sekunder dari otitis media yang tidak diobati. Gejala & Tanda: ● Vertigo berat/parah ● Mual, muntah ● Nistagmus ● Tinnitus, hearing loss ● Gangguan gaya berjalan dan keseimbangan Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
  • 65. Labyrinthitis Diagnosis • Head,neck examination: nystagmus • Neurologi examination: • Positive Romberg’s test: ketidakmampuan untuk mempertahankan kontrol postural • Abnormal tandem gait: ketidakmampuan untuk berjalan dalam garis lurus dengan satu kaki di depan yang lain (heel-to-toe) • Meningeal test; jika adanya menigitis bacterial • Head impluse, Nystagmus, and Test of skew (HiNTs) examination • Positive head-thrust tets: inability to maintain visual fixation when head truned rapidly toward side of lesion body • Negative test of skew • Direction-changing nystagmus • Audiometry: • Rinne and Weber hearing tests → sensorineural hearing loss • Otoskopi; dapat memberikan petunjuk etiologi penyakit (misal otitis media atau kolesteatoma) Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
  • 66. Labyrinthitis Diagnosis • Tes laboratorium harus disesuaikan dengan gejala pasien dan diagnosis banding. • muntah yang parah → urea dan elektrolit harus dilakukan untuk menilai apakah penggantian elektrolit perlu dimulai. • Jika dicurigai meningitis bakterial → kultur cairan serebrospinal (CSF) harus dikirim. • MRI, jika dilakukan, dapat menunjukkan peningkatan kontras labirin dan ada beberapa bukti yang menunjukkan tingkat peningkatan yang berkorelasi dengan gejala subjektif dan penilaian objektif nistagmus. • CT, tidak membantu dalam diagnosis tetapi dapat membantu untuk menggambarkan kelainan anatomi yang mendasarinya. Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed Barkwill, David; Arora, Rubeena. Labyrinthitis. In: StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing, 2021.
  • 67. LI 4 Gangguan Pendengaran
  • 69. Presbiakusis • Presbyacusis adalah gangguan pendengaran terkait usia, yaitu efek penuaan dalam kombinasi dengan paparan seumur hidup terhadap kebisingan non-okupasi, agen ototoksik, diet, obat-obatan, olahraga, dan faktor lain-lain. • presbyacusis -> gangguan pendengaran yang meningkat disebabkan oleh “Aging". Gangguan pendengaran “Purely Aging" ini mungkin memiliki dasar genetik. Ini mungkin berkorelasi dengan kemunduran atau penurunan yang berkaitan dengan usia dalam indera lain, terutama keseimbangan, penglihatan, dan sentuhan. Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 18ed
  • 70. Epidemiologi • Sementara tingkat kerusakan cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, waktu onset bervariasi, dengan variabilitas terbesar pada pertengahan tahun (40- 60 tahun). Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
  • 71. Faktor Resiko • dua kategori utama faktor yang dapat dimodifikasi yang dapat berkontribusi pada pengembangan gangguan pendengaran terkait usia 1. faktor lingkungan -> paparan kebisingan, merokok dan penggunaan alkohol 2. komorbiditas kesehatan -> hipertensi, hiperviskositas darah dan penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
  • 73. Patofisiologi 1. Sensory -> Hilangnya sel rambut dan sel sustentakular pada ujung basal organ Corti. 2. Neural -> hilangnya sel ganglion (neuro) di koklea. 3. Vascular or metabolic -> Atrofi stria vaskularis koklea dan Hilangnya jaringan stria di koklea terutama di bagian apikal dan tengah koklea. 4. Mechanical or cochlear conductive -> Membran basilaris koklea kaku dan Peningkatan jumlah lapisan fibrilar membran basilar. 5. Intermediette -> Kemungkinan perubahan organel intraseluler yang terlibat dalam metabolisme sel, penurunan jumlah sinaps dan perubahan komposisi endolimfe. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
  • 74. Pemeriksaan Diagnosis • Tidak ada pemeriksaan spesifik. • pure-tone audiogram -> menunjukkan gangguan pendengaran yang cenderung lebih buruk pada frekuensi yang lebih tinggi. • Individu (usia 60), dengan temuan pemeriksaan normal dan gangguan pendengaran simetris (sering didominasi nada tinggi), diagnosis gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia cukup aman. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. Vol 2
  • 75. Tatalaksana • Menggunakan hearing aid (Alat bantu dengar). • Dukungan keluarga. • bilateral severe hearing loss -> tidak terbantu secara signifikan oleh alat bantu dengar, implan koklea diindikasikan tanpa memandang usia. Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 18ed
  • 77. Tuli Kongenital Terminologi dan definisi • Gangguan pendengaran dikategorikan sebagai ringan, sedang, berat atau dalam berdasarkan ambang pendengaran di db HL (tingkat pendengaran) rata-rata pada frekuensi 0,5, 1,0, 2,0 dan 4,0 khz. Untuk pendengaran telinga yang lebih baik sebagai berikut: • Mild 21–39db • Moderate 40–69db • Severe 70–95db • Profound >95db Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
  • 78. Tuli Kongenital Terminologi & definisi • Gangguan pendengaran anak permanen/Permanent childhood hearing impairment (PCHI) termasuk gangguan pendengaran yang dihasilkan dari kelainan struktur pada telinga luar, telinga tengah serta tuli sensorineural. • Istilah kongenital digunakan untuk menunjukkan gangguan pendengaran yang hadir pada, atau segera setelah, lahir. Faktor risiko gangguan pendengaran kongenital permanen Tiga faktor risiko utama adalah: 1. Riwayat perawatan di neonatal intensive care unit (NICU) atau special care baby unit (SCBU) selama lebih dari 48 jam 2. Riwayat keluarga tuli anak usia dini 3. Anomali kraniofasial (misalnya celah langit-langit/cleft palate) yang berhubungan dengan gangguan pendengaran. Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
  • 79. Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
  • 80. Scott-Brown’s otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th ed
  • 82. •Adalah tuli yang disebabkan gangguan dari telinga luar hingga tulang pendengaran. •Etiologi -Kelainan pada pinna -Kanal auditori eksterna – aural atresia, penumpukan ear wax -Membran timpani – rupture membrane timpani -Tulang pendengaran – otosklerosis -Otitis media dengan efusi -Efusi telinga tengah pada dewasa – tumor nasofaringeal -Koleosteatoma https://www.ncbi.nlm.nih.go v/books/NBK563267/
  • 83. Tanda dan gejala •Pada anak terjadi penurunan perkembangan bicara dan Bahasa •Penurunan pendengaran dan gejala tambahan seperti •vertigo, •otorea, •otalgia, •dan lemah wajah.
  • 84. Diagnosis •Tes weber – garpu tala ditempatkan di tengah dahi Pada tuli konduktif, getaran lebih keras pada telinga yang terdampak. Jika pada sensorineural terdengar lebih pada yang ‘sehat’ •Tes rinne – ditempatkan pada prosesus mastoid hingga tidak terdengar dan mejauhkannya 1 cm dari meatus akustikus eksterna, normalnya konduksi udara lebih jelas dari konduksi tulang – positif. Jika konduksi tulang lebih jelas, dan negative maka tuli konduktif ditegakkan. •Pure tone audiometry, pada anak >4 tahun. Air bone gap >10 db
  • 85.
  • 86. Tatalaksana •Sesuai dengan gejala, ear wax/debris = dibersihkan, otitis media = pengamatan, antibiotic, rupture TM – myringotomy, choleosteatoma = diangkat, otosclerosis = operasi dan alat bantu dengar •Prognosis – tergantung gejala, biasanya prognosis baik Komplikasi •Gangguan bicara dan terlambat bicara pada anak •kolesteatoma dapat merusak struktur sekitar
  • 88. •Merupakan tipe tuli paling umum. Merujuk pada hilangnya pendengaran karena gangguan koklea, saraf auditori, atau CNS. •Etiologi : kongenital •Prebikusis •Noise induced •Trauma kepala •Penyakit meniere •Ototoksisitas – contoh aminoglikosida, diuretik, dan obat kemoterapi •Kondisi sistemik – meningitis, diabet •Vestibular schwannoma •Lainnya – autoimun, barotrauma, fistula perilimfatik https://www.ncbi.nlm.nih.go v/books/NBK565860/
  • 89. Patofisiologi Kerusakan hair cell pada telinga dalam, saraf vestibulokolear, atau pusat proses info pada otak. Pada SNHL patologi pada telinga dalam yang dipikirkan menjadi penyebab. •Mekanisme : 1.Kelainan struktural komponen koklea – bisa karena trauma atau kongenital 2.Gangguan aktivitas metabolic – gangguan transfer ion dan perubahan pada endolimfe 3.Vaskular – gangguan suplai pemb darah dan menyebabkan gangguan metabolik 4.Overcrowding membran basilar – gangguan motilitas OHC dan konduktivitas IHC 5.Trauma bising – menyebabkan pergeseran lempeng tektorial dan membrane basilar yang merusak stereosilia. Aminoglycoside antibiotics, co - gentamicin, sbg potassium channel blockers and menghentikan depolarisasi hair cells . Merubah konsentrasi ion perilimfe yang berujung pada kerusakan kumpulan hari cell yang menyebabkan tuli permanen.
  • 90. Tanda dan gejala •Tinnitus, disekuilibrium, vertigo •Pasien dengan prebikusis menunjukkan penurunan pendengaran progresif
  • 91. •Diagnosis •Tes rinne dan weber •Audiometri - audiogram Tatalaksana •Pada kasus idiopatik dan akut, pasien biasa diberi kortikosteroid oral dengan prednisone 1mg/kgbb/hari, maksimal 60 mg selama 7 hari dan diturunkan dosisnya per minggu. Sambil dilakukan audiometri untuk melihat ada perbaikan atau tidak dalam 4-10 hari. Jika tidak – salvage intratympanic steroid. •Menghentikan obat yang diduga berisiko menyebabkan ototoksik •Alat bantu dengar Prognosis Ada 4 faktor yang memprediksi prognosis -Waktu -Usia -Vertigo -Besar Hilang pendengaran
  • 92.
  • 94. Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) Definisi Noise-induced Hearing Loss → penurunan ketajaman pendengaran yang disebabkan oleh paparan suara kebisingan yang berlebihan. Hearing loss yang terjadi dapat bersifat: - Temporary (temporary threshold shift/TTS) → hanya sementara, jam-hari - Permanent (permanent threshold shift/PTS) → terjadi karena TTS berulang - Trauma akustik→ single exposure dari suara yang intense menyebabkan immediate hearing loss Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
  • 95. Etiologi Paparan kebisingan → Penggunaan perangkat musik, klub dan konser, suara tembakan, balap motor Faktor Predisposisi ● Usia ● Merokok ● Penyakit tertentu: DM, penyakit jantung ● Penggunaan obat tertentu: obat ototoxic Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018
  • 96. Tanda dan Gejala 1. Kesulitan untuk mendengar 2. Tinnitus 3. Hiperakusis Tatalaksana 1. Menghindari pajanan suara kebisingan 2. Menggunakan alat bantu dengar Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018 Pemeriksaan ● Audiogram ● Tympanometry ● MRI
  • 98. Neuroma Akustik ● Neuroma akustik, juga dikenal sebagai schwannoma vestibular, adalah tumor non-kanker dan biasanya tumbuh lambat yang berkembang pada saraf utama (vestibular) yang mengarah dari telinga bagian dalam ke otak. ● Neuroma akustik biasanya muncul dari sel Schwann yang menutupi saraf ini dan tumbuh perlahan atau tidak sama sekali. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, tetapi itu bisa tumbuh dengan cepat dan menjadi cukup besar untuk menekan otak dan mengganggu fungsi vital. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acoustic- neuroma/symptoms-causes/syc-20356127
  • 99. Etiologi ● Penyebab neuroma akustik dapat dikaitkan dengan masalah pada gen pada kromosom 22. Biasanya, gen ini menghasilkan protein penekan tumor yang membantu mengontrol pertumbuhan sel Schwann yang menutupi saraf. ● Dalam kebanyakan kasus neuroma akustik, tidak ada penyebab yang diketahui. Gen yang rusak ini juga diturunkan pada neurofibromatosis tipe 2, kelainan langka yang biasanya melibatkan pertumbuhan tumor pada saraf pendengaran dan keseimbangan di kedua sisi kepala (schwannomas vestibular bilateral). Tanda dan Gejala ● Gangguan pendengaran, biasanya memburuk secara bertahap selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun ● Dering (tinnitus) di telinga yang terkena ● Ketidakstabilan atau kehilangan keseimbangan ● Pusing (vertigo) ● Wajah mati rasa dan kelemahan atau hilangnya gerakan otot https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acoustic- neuroma/symptoms-causes/syc-20356127
  • 100. Komplikasi ● Gangguan pendengaran ● Wajah mati rasa dan kelemahan ● Kesulitan dengan keseimbangan ● Berdenging di telinga ● Tumor besar dapat menekan batang otak, mencegah aliran normal cairan antara otak dan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal). Dalam hal ini, cairan dapat menumpuk di kepala (hidrosefalus), meningkatkan tekanan di dalam tengkorak. Treatment ● Monitoring ● Surgery ● Radiation therapy : ○ Stereotactic radiosurgery ○ Stereotactic radiotherapy ○ Proton beam therapy ● Supportive therapy https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acoustic- neuroma/symptoms-causes/syc-20356127
  • 102.
  • 103. LI 5 Gangguan Keseimbangan
  • 104. BPPV
  • 105. Benign Paroxysmal Positional Vertigo • Penyebab paling umum dari vertigo → prevalensi 2,4% • Dapat berhubungan dengan penurunan kualitas hidup, jatuh & depresi • Usia rata-rata onset adalah pada dekade keempat dan kelima • Baik orang dewasa muda dan orang tua memiliki prevalensi 9% • Insiden meningkat seiring bertambahnya usia dan dua kali lebih sering terjadi pada wanita • Sering: posterior semicircular canal (p-SCC) ; Jarang: horizontal semicircular canal (h-SCC) ; Rare: anterior canal (a-SCC) Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 106. Etiology • Tidak ada penyebab (34-86% pasien) → BPPV ‘primer’ / idiopatik → lebih sering terjadi pada usia lanjut → pelepasan otokonia mungkin berhubungan dengan degenerasi organ otolith • Mungkin juga ada hubungan dengan patologi lain: neuritis vestibular (9,8- 15,3%), otosklerosis (51% pasien), penyakit meniere, trauma kepala (penyebab umum BPPV pada 14,5-18%), terkait dengan koklea progresif / kegagalan vestibular , iskemia vertebrobasilar dan gangguan vestibular lainnya • Gambaran umum dari kondisi ini → lepasnya otokonia dari utrikulus → menginvasi satu / beberapa kanalis semisirkularis setelah berhari-hari, berminggu-minggu / bulan Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 107. Risk Factors • Istirahat di tempat tidur yang lama, membungkuk ke depan dengan kepala di bawah, dan anestesi umum → posisi terlentang, kepala di bawah & kepala bersandar (misalnya selama intubasi) pembukaan kanal posterior → mendorong penetrasi partikel Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 108.
  • 109. Symptoms • Hallmark p-BPPV: vertigo berlangsung beberapa detik dengan atau tanpa mual dan ketidakseimbangan saat berbaring, duduk dari posisi berbaring, atau berguling di tempat tidur dan saat ekstensi atau fleksi leher → dapat muncul secara berkelompok dengan beberapa serangan per hari • Di antara serangan / sesaat setelah berhasil tr/ → bebas gejala / sensasi ketidakseimbangan ‘walking on pillow’ • Dalam sebagian besar kasus, gejala BPPV akan mereda dalam beberapa minggu, tetapi hingga 30% gejalanya dapat bertahan selama berbulan- bulan Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 110. Diagnosis • Dibuat berdasarkan tanda-tanda khas (nistagmus) dan gejala (vertigo dan mual) yang dipicu oleh tes posisi tertentu • Dix-Hallpike, jika dapat ditoleransi, harus dilakukan sebagai tes provokatif → amati perubahan gejala yang diharapkan & lokalisasi saluran mana yang terlibat Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 111.
  • 112. Diagnosis Anterior canal BPPV ● Dix-Hallpike kanan atau tes side-lying akan terhambat → Jika ada partikel, mereka akan menyebabkan efek penghambatan yang akan mendominasi menyebabkan nistagmus yang berlawanan dengan kanal posterior ● straight head-hanging manoeuvre → diagnosis a-BPPV ○ kepala ekstensi ke belakang ke posisi head-hanging dari ujung tempat tidur → duduk ke terlentang Horizontal canal BPPV ● Dinilai dengan roll test →kepala ditekuk 30 derajat, membawa saluran horizontal ke bidang aksial, dan kemudian diputar cepat ke satu sisi → nistagmus akan horizontal & geotropik & ke arah telinga yang diuji ● diulang ke sisi yang berlawanan → nistagmus akan berbalik dan berdetak ke arah telinga paling bawah lagi Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 113. Treatment of P-BPPV Epley’s Repositioning Manoeuvre • Manuver Canalith repositioning (CRM) → efektif pada hampir 80% kasus → berdasarkan teori ‘canalolithiasis’ → memindahkan partikel dari post canal ke artikel melalui common crus • Ditoleransi dengan baik & non-invasif • Ulangi manuver sampai tidak ada nistagmus atau tidak ada kemajuan dalam dua siklus terakhir • Kegagalan tr/: penghentian dini / kinerja manuver yang tidak akurat Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 114.
  • 115. Epley Maneuver Manuver repositioning (Epley), yang menggunakan gravitasi untuk memindahkan debris endolimfatik keluar dari kanalis semisirkularis dan masuk ke vestibulum, di mana dapat diserap kembali. Simon R.P., & Aminoff M.J., & Greenberg D.A.(Eds.), (2017). Clinical Neurology, 10e. McGraw Hill.
  • 116. Surgical Treatment • Pada pasien yang gagal merespons manuver reposisi → operasi oklusi p- SCC → mungkin mengalami gangguan pendengaran permanen, disfungsi keseimbangan, ketidakseimbangan subjektif • Neuroektomi tunggal untuk tr/ BPPV refrakter → umumnya efektif, secara teknis sulit → risiko gangguan pendengaran dari prosedur: 41% • Oklusi kanalis semisirkularis posterior (1990) → menyumbat lumen kanal • Oklusi kanal posterior bilateral (kasus BPPV yang persisten jarang terjadi) → terkait dengan tuli pascaop → membaik dalam beberapa minggu & dapat kehilangan fungsi keseimbangan permanen Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 117. Treatment of H-BPPV ‘FORCED PROLONGED POSITION’ ON THE HEALTHY SIDE ● pasien dengan h-BPPV untuk berbaring di sisi yang sehat selama 12 jam untuk memfasilitasi gravitasi puing-puing ke ruang depan dengan mempertahankan h-SCC yang terkena paling atas ● obesitas & spondylosis serviks → tidak mengizinkan pemeliharaan posisi untuk waktu yang dibutuhkan ● mungkin berhasil dalam kasus yang sedikit lebih banyak daripada manuver barbecue → mencapai hasil langsung 270-DEGREE ‘BARBECUE’ MANOEUVRE ● adaptasi manuver Epley → memutar kepala pasien terlebih dahulu dan kemudian tubuh dari posisi terlentang dalam tiga putaran 90 derajat (total 270 derajat) ke arah telinga yang tidak terpengaruh ● tubuh pada akhirnya akan mengambil posisi tengkurap dengan telinga yang terkena menghadap ke bawah ● rotasi dilakukan dalam waktu setengah detik dan posisi kepala dipertahankan selama 30-60 detik 360-DEGREE YAW ROTATION ● berhasil merawat dua pasien dengan h-BPPV dengan rotasi yaw 360 derajat yang dilakukan dalam langkah 90 derajat pada interval 30 detik LIBERATORY MANOEUVRES ● posisi terlentang, kepala diangkat 30 derajat, menoleh ke sisi yang sakit dan dipertahankan dalam posisi itu selama 5 menit → putar kepala dengan cepat 180 derajat ke sisi lain sambil mempertahankan fleksi 30 derajat, ditahan selama 5 menit → setelah: hindari menggelengkan kepala & tidak berbaring selama 48 jam berikutnya ● kontraindikasi: spondylosis serviks, insufisiensi vertebrobasilar atau nyeri leher selama manuver Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 118. Treatment of A-BPPV • Kemanjuran 96,7% telah dilaporkan untuk manuver Epley yang dimodifikasi yang dilakukan pada 30 kasus berturut-turut dengan a-BPPV Modified Epley Alternative manoeuvre ● Mulai menggunakan Dix– Hallpike dengan kepala diputar 45 derajat dari telinga yang sakit & dibawa ke 30 derajat di bawah horizontal ● Pertahankan posisi ini selama 30 detik kemudian ditinggikan sambil mempertahankan posisi terlentang dengan kepala 45 derajat selama 1 menit ● Posisi duduk kemudian diasumsikan dengan dagu ditekuk ke depan pada 30 derajat ● Melibatkan perpindahan dari posisi duduk ke posisi menggantung kepala dengan kepala 30 derajat di bawah horizontal → melibatkan pergerakan dari posisi duduk ke posisi menggantung kepala dengan kepala 30 derajat di bawah horizontal ● Otolith bergerak menuju crus & utricle (selama manuver) ● 84,6% keberhasilan setelah satu manuver → resolusi lengkap dalam semua kasus dengan manuver berulang Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed, Volume 2 Paediatrics, The Ear, and Skull Base Surgery by John C Watkinson, Ray W Clarke
  • 119. Complications • Mual dan muntah terus menerus • Gerakan kepala yang tiba-tiba saat mengemudi atau mengendarai sepeda → memicu episode BPPV → mengakibatkan tabrakan • Sepertiga pasien mengalami remisi dalam tiga minggu • Mayoritas pasien sembuh pada enam bulan • Di bawah 1% kasus BPPV akan membutuhkan pembedahan Prognosis https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470308/
  • 121. Motion Sickness Definisi ● Sindrom respons fisiologis saat melakukan perjalanan melalui laut, mobil, kereta api, udara, ● Terjadi ketika adanya konflik dari input proprioseptif, vestibular dan visual yang bercampur atau bertentangan ○ Contoh: ■ Seasickness → dari lingkungan visual tidak menunjukan adanya pergerakan namun pada sistem vestibularnya menunjukan adanya pergerakan Faktor resiko ● Usia → 2-12 th ● Jenis kelamin → >wanita ● Kondisi medis lainnya → vertigo, vestibular pathology, Meniere’s disease, migraines Etiologi ● Stimulasi aparatus vestibularis yang terjadi secara berlebihan dan berulang ○ Perubahan laju kecepatan yang cepat dan berulang-ulang saat berkendara ○ Perubahan arah yang cepat dan berulang Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018 K Sembulingam, Prema Sembulingam. Essentials of Medical Physiology. 6th Edition. Jaypee. 2012 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539706/
  • 122. Motion Sickness Gejala ● Nausea ● Vomitus ● Dizziness ● Fatigue ● Pucat (pallor) Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018 K Sembulingam, Prema Sembulingam. Essentials of Medical Physiology. 6th Edition. Jaypee. 2012 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539706/ ● Perspirasi (cold sweats) ● Salivasi ● Rasa tidak nyaman ● Sakit kepala ● Disorientasi ● Untuk anak usia 2–12 tahun ○ Dimenhydrinate (Dramamine), 1–1.5 mg/kg per dose ○ Diphenhydramine (Benadryl), 0.5–1 mg/kg per dose up to 25 mg ○ Diberikan 1 jam sebelum perjalanan dan setiap 6 jam dalam perjalanan Tatalaksana ● Anticholinergic ○ Scopolamine → → FDA class C for pregnant woman ● Antihistamines ○ Diphenhydramine, Meclizine → FDA class B for pregnant woman ○ Cyclizine, Cinnarizine ○ Promethazine → → FDA class C for pregnant woman
  • 123. Motion Sickness Pencegahan ● Menghindari hal pencetus gejala. ● Mengoptimalkan posisi untuk mengurangi gerak atau persepsi gerak → misal, duduk di kursi depan mobil atau bus(lbh stabil). ● Mengurangi input sensorik → menutup mata, tidur, atau melihat langit. ● Mempertahankan hidrasi dengan minum air, makan dgn porsi sedikit secara teratur, dan membatasi minuman beralkohol dan berkafein. ● Distraction → mengendalikan pernapasan, mendengarkan musik, atau menggunakan aroma aromaterapi seperti mint atau lavender. ● Permen pelega tenggorokan juga dapat membantu. Warkitson JC, Clarke R, et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 8th Edition. Chapman and Hall/CRC, Boca Raton; 2018 K Sembulingam, Prema Sembulingam. Essentials of Medical Physiology. 6th Edition. Jaypee. 2012 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539706/
  • 124. Resep Motion Sickness dr. X SIP 0000 Jakarta Barat Jakarta, 31 Agustus 2022 R/ Dimenhydrinate tab 50 mg no XII S 3 dd 1 p.r.n Pro : Ny. A Usia : 50 tahun
  • 126. Ménière Gangguan yang ditandai oleh serangan spontan vertigo, dengan gangguan pendengaran sensorineural yang fluktuasi, tinnitus, dan kadang-kadang perasaan penuh atau tekanan di telinga. Etiologi : Idiopatik tapi berbagai faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor- faktor predisposisi menyebabkan produksi berlebihan atau malabsorpsi endolymph → endolymphatic hipertension → pembesaran masif labirin membran (hydrops endolimfatik) → ruptur periodik labirin membran → kebocoran endolymph kaya potasium ke dalam perilymph → serangan meniere. Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
  • 127. Ménière Serangan berulang vertigo spontan yang disertai mual dan muntah Gangguan pendengaran frekuensi rendah, tinnitus & perasaan penuh di telinga. Serangan yang khas memiliki 3 fase , yang masing-masing ditentukan oleh arah nistagmus spontan : Fase irrritatif Fase paretik Fase pemulihan Pada tahap lanjut penyakit → dapat terjadi drop attacks. Pasien jatuh ke tanah tanpa peringatan & bisa menderita patah tulang atau luka serius lainnya. Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
  • 128. Diagnosis Penyakit 'Meniere' yang pasti: - Memiliki dua atau lebih serangan vertigo spontan (masing-masing berlangsung 20 menit atau lebih) - Gangguan pendengaran didokumentasikan oleh audiogram nada murni setidaknya satu kali - Tinnitus atau aural penuh pada sisi yang sakit • 'Kemungkinan' penyakit Meniere: – Memiliki dua atau lebih serangan vertigo spontan dengan gangguan pendengaran unilateral, tinitus, dan aural fullness pada saat bersamaan. – Memiliki dua atau lebih serangan vertigo spontan tetapi tidak ada gejala pendengaran selama serangan. • Pada tahap awal Penyakit Meniere, tes fungsi auditori dan vestibular → sering normal di antara serangan. • Seiring perkembangan penyakit → gangguan permanen fungsi auditori & vestibular menjadi jelas terlihat pada sisi yg terkena. • Audiogram → semua frekuensi menjadi terpengaruh sehingga menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural yang datar. • Electrocochleografi → paling sensitif dan spesifik untuk penyakit Meniere ketika stimulus tone-burst & click stimuli digunakan Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
  • 129. Diagnosis banding Tatalaksana • Vestibular neuritis • Vertigo migrain • Penyakit autoimun telinga dalam. • Tujuan utama terapi : untuk menurunan produksi atau timbunan endolymph. • Pembatasan sodium yg ketat (sodium di urin <50 mmoL/hari) dan diuretik → efektif mengurangi frekuensi serangan vertigo. • Pasien yg terus mengalami serangan vertigo mungkin cocok untuk operasi: – operasi endolymphatic sac – Selective vestibular neurectomy – Labyrinthectomy Scott Brown’s otorhinolaryngology, 7th edition
  • 131. Vestibular Neuritis • Disebut juga sebagai neuronitis vestibular → penyebab vertigo yang timbul dari gangguan labirin (kurang umum) • Mungkin terjadi karena peradangan saraf vestibular, iskemia labirin, atau reaktivasi infeksi laten dengan virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) • Usia 40-50 tahun • Dewasa > anak-anak • Etiologi → Inflamasi selektif saraf vestibular → virus • Neuritis vestibular dapat terjadi pada cabang superior atau inferior dari saraf vestibular • Vestibular neuritis superior (lebih sering) → sel-sel inflamasi melintasi hanya satu kanal tulang yang panjang → lebih mudah untuk terjadi sel inflamasi • Vestibular neuritis inferior → sel inflamasi harus melewati dua kanal tulang yang terpisah → lebih sulit terjadi inflamasi Ballenger's. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 18th Ed. Scott-Brown’s. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Vol. 2. 8th Ed.
  • 132. Tanda dan Gejala • Khas → onset mendadak dari pusing parah yang berkelanjutan, ketidakseimbangan postural • Nistagmus, mual, muntah, berkeringat dan pucat • Biasanya tidak ada gejala koklea terkait → tidak ada gangguan pendengaran dan tinitus • Vertigo visual → pusing yang dipicu oleh lingkungan visual dengan pola visual yang berulang atau bergerak → umum terjadi pada disfungsi vestibular perifer → tidak menyukai/menghindari keramaian Ballenger's. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 18th Ed. Scott-Brown’s. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Vol. 2. 8th Ed.
  • 133. Tatalaksana • Pengobatan simtomatik → antiemetik, antihistamin, agen antikolinergik dan agen antidopaminergik • Penggantian cairan → kasus yang sangat parah • Kegunaan kortikosteroid dan antivirus belum terbukti secara pasti • Rehabilitasi vestibular • Terapi perilaku kognitif Diagnosis • Pemeriksaan gerakan mata • Head thrust test • Hallpike test • Romberg test • Gait test • Unterberger test • oVEMP dan cVEMP • Subjective visual vertical and horizontal and video head impulse test (VHIT) Scott-Brown’s. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Vol. 2. 8th Ed.
  • 135. VESTIBULAR MIGRAINE •DEFINISI : •Migrain vestibular adalah masalah sistem saraf yang menyebabkan pusing berulang (atau vertigo) pada orang yang memiliki riwayat gejala migrain. Kelainan ini merupakan salah satu kelainan terbanyak yang menyebabkan vertigo spontan yang bersifat episodik. •ETIOLOGI : •Meniere Syndrome •Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) •Migraine Anxiety-Related Dizziness (MARD) •EPIDEMIOLOGI : •Paling sering ditemukan pada wanita usia paruh baya. •P : L = 5 : 1 (dengan usia rata-rata onset 37 tahun untuk perempuan dan 42 tahun untuk laki-laki.) •KLASIFIKASI : •Definite vestibular migraine •Probable vestibular migraine Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
  • 136. VESTIBULAR MIGRAINE •TANDA & GEJALA : 1. Pusing yang berlangsung lebih dari beberapa menit 2. Mual dan muntah 3. Adanya masalah keseimbangan 4. Sensitivitas gerakan ekstrem → merasa sakit atau pusing saat menggerakkan kepala, mata, atau tubuh 5. Merasa disorientasi atau bingung 6. Merasa goyah, seperti berada di perahu goyang •FAKTOR RESIKO : 1. Menstruasi, yang dapat memberatkan gejala migrain vestibular 2. Gangguan tidur, seperti tidur yang tidak teratur 3. Hipoglikemia 4. Stress yang berlebihan 5. Stimulus sensorik (cahaya yang terlalu terang, suara yang terlalu ramai, dan bau yang terlalu kuat) 6. Perubahan cuaca yang tidak menentu Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
  • 137. VESTIBULAR MIGRAINE •PATOFISIOLOGI : •Migrain disebabkan oleh adanya penyebaran impuls saraf sepanjang korteks serebri dan aktivasi reseptor nyeri (dekat apparatus vestibular) pada batang otak. Adanya aktivasi nyeri tersebut disebabkan oleh pelepasan neurotransmiter tertentu → menyebabkan dilatasi pembuluh darah dekat scalp. •PEMERIKSAAN : •Pemeriksaan keseimbangan dan otologik → hasil normal. •Pemeriksaan serangan vertigo → nistagmus posisional, nistagmus spontan yang bersifat horizontal, •Pemeriksaan head thrust →Abnormalitas •Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan yaitu : 1. vENG (video electronystagmography) dengan calorics chair testing, 2. Pemeriksaan audiogram, 3. ABR (auditory brainstem response). Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
  • 138. VESTIBULAR MIGRAINE •TATALAKSANA •Profilaksis migrain, dapat diberikan: - obat golongan beta-blocker seperti propanolol dan metoprolol, - obat golongan antidepresan, - CCB (calcium-channel blockers) seperti flunarizin, - obat golongan antikonvulsan seperti topiramat, dan pizotrifen. •Penatalaksanaan migrain akut, dapat diberikan: •Supresan vestibular seperti promethazine, dimenhidrinat, dan meclizine, aspirin, ibuprofen, dan isometepten mukat. (Dapat mem-blok aktivitas serotonin atau prostalglandin yang berperan dalam kontraksi pembuluh darah.) •Tatalaksana non-farmakologik : - Manajemen stress, - Menghindari faktor yang dapat memicu migrain, - Rehabilitasi vestibular. •PROGNOSIS : •Prognosis untuk pasien vestibular migraine tetap tidak diketahui, tetapi laporan anekdotal menunjukkan bahwa kekambuhan sering terjadi. •KOMPLIKASI : •Pengalaman klinis telah menunjukkan berbagai tingkat kecacatan dan daya tanggap terhadap pengobatan di antara populasi migrain vestibular. Kramer, J., & Buskirk, J. (n.d.). Vestibular migraine (a.k.a. migraine associated vertigo or MAV)
  • 139. LI 6 Keganasan Onkologi THT
  • 141. Ca Nasofaring ● Etiologi : virus Epstein barr ● Tanda & gejala : jika ada gejala biasanya berhubungan dengan hidung, telinga ataupun keduanya seperti : tinnitus, hidung buntu, hearing loss, post-nasal discharge. Pasien juga dapat mengeluh adanya pembengkakan pada leher atas. Bisa juga di mata : ada double vision Pemeriksaan : ● Biopsi. ● Serologi : mendeteksi antibody IgA. ● Pemeriksaan radiologi : CT-scan, MRI, ultrasound Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery 7th edition
  • 142. Tatalaksana ● Radioterapi : megavoltage external radiotherapy merupakan pilihan utama. Biasanya pada stage I-II, hanya dilakukan radioterapi. Pada stage III-IVB, perlu dilakukan radioterapi dan kemoterapi untuk hasil yang lebih baik. ● Kemoterapi ● Pembedahan Scott-Brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery 7th edition
  • 145. •tumor yang muncul hampir secara eksklusif pada pria remaja, tumor ini jarang terjadi. •Tumor secara histopatologis →sebagai lesi jinak,erosi tulang pterygoid, clivus dan sinus sphenoid adalah ciri umum JA. •Tumor biasanya muncul dari dinding lateral rongga hidung posterior dekat dengan foramen sphenopalatina dan dasar pterigoid •Gejala→sumbatan hidung dan pendarahan hidung
  • 146.
  • 147.
  • 148. Diagnosis CT- scan→informasi lebih lanjut tentang erosi tulang MRI→ paling berguna untuk penilaian struktur jaringan lunak Angiografi→dapat dilakukan sebelum operasi untuk menentukan dan mengembolisasi pembuluh darah