SlideShare a Scribd company logo
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan

PROSES WEIGHTING KAIN SUTERA

I. MAKSUD DAN TUJUAN
• Maksud

: Untuk Mengetahui proses dan mekanisme serta cara kerja penambahan
berat (weighting) bahan sutera ini.

•

Tujuan

: Mengembalikan berat sutera yang hilang akibat proses pemasakan
sehingga dihasilkan bahan sutera yang lembut, langsai baik dan
pegangan yang penuh.

II. TEORI DASAR
A.

Serat
SUTERA
Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis serangga yang disebut
Lepidoptera. Serat sutera berbentuk filament, dihasilkan oleh larva ulat sutera
waktu membentuk kepompong. Spesies utama dari ulat sutera yang dipelihara
untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori.
Pemeliharaan ulat sutera dimulai di negeri China., kemudian menyebar ke
Jepang, Asia Tengah, Asia Timur dan Eropa. Pada saat ini, Negara utama
penghasil sutera adalah Jepang, China, Italia dan Perancis.
Proses Produksi
Proses produksi sutera dapat dibagi atas dua tahap yaitu :
1.

Pembibitan

2.

Penggulungan sutera

• Struktur Serat

Serat sutera mentah mempunyai komposisi sebagai berikut :

Proses weightimg Kain Sutera

1
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Fibrovin (serat)

: 76%

Serisin (perekat)

: 22%

Lilin

: 1,5%

Garam-garam mineral : 0,5%
Fibrovin adalah protein yang tidak mengandung belerang, tidak larut
didalam alkali lemah dan sabun.
Serisin adalah protein yang tidak mengandung belerang, dan
merupakan protein Albumin yang tidak larut dalam air dingin, tetapi
menjadi lunak didalam air panas, dan larut dalam alkali lemak atau sabun.
Serisin menyebabkan serat sutera mentah, pegangannya kaku dan kasar, dan
merupakan pelindung serat selama pengerjaan mekanik. Supaya kain sutera
menjadi lembut, berkilau dan dapat dicelup, serisin harus dihilangkan,
biasanya dengan pemasakan didalam larutan sabun. Dalam pemasakan ini,
lilin dan garam-garam mineral juga ikut hilang.
• Sifat Fisika
Kekuatan serat sutera dalam keadaan kering 4-4,5 g/d dengan mulur
20-25%, dan dalam keadaan basah 3,5-4,0 g/d dengan mulur 25-30%. Serat
sutera dapat kembali ke panjang semula setelah mulur 4%, tetapi kalau
mulurnya lebih dari 4%, pemulihannya lambat dan tidak kembali ke panjang
semula.
Sifat khusus dari sutera adalah bunyi germerisik (scroop) yang
timbul, apabila serat saling bergeseran. Sifat ini bukan pembawa sutera,
tetapi merupakan hasil pengerjaan dengan larutan asam encer, yang
mekanismenya belum diketahui.
Untuk mengimbangi hilangnya berat dari serisin, maka sutera diberati
dengan cara merendamnya didalam larutan garam-garam timah dalam asam.
Pemberatan

ini

juga

mengembalikan

sifat

peregangan

dan

sifat

menggantung dari sutera, tetapi akan mengurangi kekuatannya dan akan
mempercepat kerusakan karena sinar matahari.

Proses weightimg Kain Sutera

2
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan

• Sifat Kimia
Sutera tidak dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan akan
dirusak oleh asam kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan asam tetapi
lebih tahan alkali meskipun dalam konsentrasi rendah. Pada suhu tinggi akan terjadi
kemunduran pada kekuatannya. Sutera tahan terhadap semua pelarut organic, tetapi
larut didalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilena diamida.
Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan simar matahari,
tetapi lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibandingkan dengan serat-serat
alam yang lain.
B. Mekanisme
Proses penambahan berat ini dilakukan dengan merendam bahan sutera
dengan suatu larutan yang mengandung zat yang dapat menempel dengan baik pada
sera suera baik secara fisik ataupn kimia.
Zat yang mampu bereaksi secara kimia dengan terbentuknya ikatan dengan
serat akan memiliki efek penambahan berat yang permanen , seperti pada metoda
yang menggunkan polimer. Sementara metoda tanin dan logam mineral hailnya
kurang tahan lama terutama bila bahan telah mengalami pencucian berulang.
Disamping itu pemakaian metoda logam mineral dengan zat beracun Sn Cl2
berbahaya bagi kesehatan manusia serta mencemari lingkungan.Faktor yang
berpengaruh dalam proses ini antara lain konsentrasi zat, suhu dan lamanya proses,
air proses yag mengandung kesadahan tinggi dapat menyebabkan pengendapan pda
bahan yang akan menurunkan kilau, serat pengangan bahan jadi kasar.
Saat ini ada tiga metoda yang bisa digunakan dalm proses penambahan
berat sutera yaitu :
• Metoda tanin
• Metoda logam mineral
• Metoda polimer/resin

Proses weightimg Kain Sutera

3
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Adapun karakteristik tiap metoda dapat dilihat pada tabel berikut :
Karakter

Metoda Tanin

Metoda SnCl2

Metode Polimer

Proses & Waktu

1 tahap/singkat

3 tahap/lama

1 tahap/singkat

Biaya

Murah

mahal

mahal

Efek Pemberatan

Tidak tahan lama

Cukup tahan lama

Permanen

Kesehatan

Aman

Beracun

aman

Pencemaran

rendah

Tinggi

sedang

C.

ZAT PEMBANTU
•

Tanin, SnCl2, Metha Acril Amide

•

Dinatrium hidrogen posfat, Na silikat, Amonium Persulfat

•

Asam Pormiat

•

Zat Pembasah nonoionik

:

:

Zat pemberat.
: katalis

Pengatur Ph reaksi resin dengan serat sutera
:

Menurunkan

egangan

permukaan

bahan,memudahkan bahan terbasahi
III.

Alat dan Bahan
NO

ALAT DAN BAHAN

JUMLAH

1.

Beaker gelas/keramik 500 ml

1 buah

2.

Kasa + Kaki tiga + bunsen

1set

3.

Pengaduk kaca

2 buah

4.

Timbangan digital

1 buah

5.

Kain Sutera

30x30cm

6.

Zat yang dibutuhkan sesuai resep

IV. Resep
•

Metoda Tanin
•

Tanin

: 100 % owf

•

Suhu

: 80oC

•

Waktu

: 60 menit

•

LR

: 1 : 30

Proses weightimg Kain Sutera

4
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
•

Metoda SnCl2
Tahap I
• SnCl2

: 48 - 58o TW

• Suhu

: 30oC

• Waktu

: 1 jam

Tahap II
•

Dinatrium hydrogen fofat

: 7 - 13 o TW

•

Suhu

: 60oC

•

Waktu

: 1 jam

Tahap III
•

: 3- 10 o TW

•

Suhu

: 70oC

•
•

Natrium Silikat

Waktu

: 1 jam

Metoda Polimer
• Polimer MAA

: 50 % owf

• Amonium Persulfat

: 3,5 % dari MAA

• Asam Formiat

: 2 ml/L

• Zat pembasah nonionik

: 0,2 g/L

• Suhu

: 80oC

• Waktu

: 1 jam

• LR

: 1:30

Pencucian Sabun
• Sabun

:

2 g/L

• Suhu

:

80 oC

• Waktu

:

1 jam

V. Fungsi Zat
•

Tanin, SnCl2, Metha Acril Amide

•

Dinatrium hidrogen posfat, Na silikat, Amonium Persulfat

Proses weightimg Kain Sutera

:

Zat pemberat.
: katalis

5
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
•

Asam Pormiat :

•

Zat Pembasah nonoionik

Pengatur Ph reaksi resin dengan serat sutera
:

Menurunkan

egangan

permukaan

bahan,memudahkan bahan terbasahi
VI. Skema Proses
Metoda Tanin

- bahan + tanin
o

80 C

300C
0

10

aktu (menit)

90

30

0

C

Metoda SnCl2
Na2SiO3Xh2o

- bahan + SnCl2

Na2HPO2

300C
Tahap 1
0

Tahap 2
60

80

Tahap 3
140 145

205

Waktu (menit)

Metoda Resin MAA

- ( bahan ,MAA, Katalis, WA)

Sabun

80o C

Pencucian Sabun
300C
Waktu (menit)
0

10

20

Proses weightimg Kain Sutera

60

160

6
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan

VII. Diagram Alir Percobaan

Timbang bahan (Kain Sutera yang akan
diproses Degumming)

Proses Weighting

Pencucian

Pengeringan

Evaluasi

VIII. Perhitungan Kebutuhan Zat

Metoda SnCl2
Metoda Tanin
Tahap 1

Tahap 2
Vlot/Lr

Tanin(
%)

Suhu
(0C)

Waktu
(menit)

A

200

80

100

80

Suhu
(0C)

Waktu
(menit)

Na2SiO3
(g/L )

Suhu
(0C)

E

-

50

-

30

60

50

70

45

1,31

100

30

60

50

70

45

1,27

100

C
D

1,29

Waktu
(menit)

40

-

1,59

1 : 50

30

B

SnCl2
(g/L )

Berat
Awal
(g)

1 : 50

Kain

30

60

100

70

45

1,29

Proses weightimg Kain Sutera

7
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan

IX. Data Percobaan dan Hasil Evaluasi
•

Sampel

Kain A

Kain B

Kain C

Kain D

•

Kain E

Persentase Penambahan Berat
BERAT BAHAN
KAIN

PERSENTASE
PENAMBAHAN
BERAT

Awal

Akhir

A

1,59

2,03

27,67

B

1,29

1,49

15,5

C

1,31

1,32

0,007

D

1,27

1,28

0,007

E

1,29

1,30

0,007

Proses weightimg Kain Sutera

8
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan

Berat Akhir – Berat Awal
Persentase Penambahan Berat =

Kain A
%

=

=

=

= 27,67 %

1,49

x 100

= 15,5 %

1,31

x100

= 0,007 %

x100

= 0,007 %

x100

= 0,007 %

1,28 - 1,27

=

Kain E
%

x 100

1,32 - 1,31

Kain D
%

1,59

1,49 - 1,29

Kain C
%

x 100 %

2,03 - 1,59

Kain B
%

Berat Awal

1,27

1.30 - 1,29

=

1,29

Proses weightimg Kain Sutera

9
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan

GRAFIK
Grafik Perbandingan Persentase Penambahan
berat Kain Setelah Proses

Penambahan Berat ( %)

30

27.67

25
20
15.5

15
10
5

0.007

0.007

0
A

B

C

D

0.007
E

Kain

X. Diskusi
Pada praktikum proses weighting pada kain sutera ini ada beberapa cara
yaitu dengan menggunakan tanin, Logam mineral(SnCl 2) dan Polimer. Akan tetapi pada
praktikum yang akan dilakukan tidak menggunakan metoda polimer melainkan tanin dan
logam mineral padahal kalau dilihat dari karakteristik metoda prosesnya, metoda polimer
yang paling efektif digunakan untuk hasil kain yang baik dibandingkan metode lainnya
karena prosesnya singkat, efek pemberatnya permanent,aman untuk kasehatan dan
limbah yang ditimbulkan hanya bersifat sedang walaupun zatnya sedikit mahal.
Dari hasil evaluasi penambahan berat yang diperoleh dari dua proses yaitu
kain A (27,67g), B (15,5g), C (0,007g), D (0,007g), E (0,007g) dapat didiskusikan
bahwa kain A dan B yang menggunakan metode tanin hasil efek pemberatnya jauh lebih
besar daripada kain yang menggunakan metode SnCl2 karena mungkin pada metode
tanin, zat pemberatnya lebih banyak menempel pada kain dari pada menggunakan
metode SnCl2, hal tersebut mungkin disebabkan pada metode tanin tahap yang
digunakan sedikit dan zat pembantunya tidak ada sehingga memungkinkan zat pemberat
bisa bekerja lebih maksimal dibandingkan dengan kain yang menggunakan metode

Proses weightimg Kain Sutera

10
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan
SnCl2,selain itu pada metode SnCl2 tahap yang digunakan pada saat praktikum hanya dua
tahap yang seharusnya dilakukan tiga tahap,mungkin hal ini yang mempengaruhi efek
pemberat pada kain tidak maksimal.
Pada praktikum juga banyak masalah yang timbul,seperti larutan habis
ditengah-tengah praktikum akan tetapi belum mencapai waktu yang ditentukan. Oleh
karena itu praktek yang dilakukan tidak efisien dan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Kain yang menggunakan metode tanin berwarna agak coklat, oleh karena
itu kain harus dibleaching pada proses selanjutnya untuk mendapatkan kain dengan putih
dan kilau yang tinggi.
XI. Kesimpulan
Dari praktikum proses degumming kain sutera ini dapat disimpulkan bahwa :
•

Proses yang menggunakan metode tanin,persentase penambahan berat kainnya
jauh lebih besar dari pada proses yang menggunakan metode SnCl2.

•

Pada metode weighting ini ada tiga metode yang digunakan dan masing-masing
ada keuggulan dan kekurangannya.

.

Proses weightimg Kain Sutera

11
Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan

XII. Daftar Pustaka
• Ichwan, Muhammad, dkk. 2008. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
• Jumaeri, 1977. Pengetahuan Barang Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil
• Soeparman, 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil
• Soeprijono, 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil
Majalah Dinamika Kerajinan & Batik.1995. Balai Besar Pengembangan Industri
Kerajinan & Batik. Yogyakarta.

Proses weightimg Kain Sutera

12

More Related Content

What's hot

Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Politeknik STT Tekstil Bandung
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifOperator Warnet Vast Raha
 
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINPENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
aji indras
 
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang KanjiBu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
aji indras
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
aji indras
 

What's hot (20)

Proses pengelantangan
Proses pengelantanganProses pengelantangan
Proses pengelantangan
 
Laporan pemutih optikan
Laporan pemutih optikanLaporan pemutih optikan
Laporan pemutih optikan
 
Sutera
SuteraSutera
Sutera
 
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyehProses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
 
Proses persiapan penyempurnaan simultan
Proses persiapan penyempurnaan simultanProses persiapan penyempurnaan simultan
Proses persiapan penyempurnaan simultan
 
Poliester weight reduce
Poliester weight reducePoliester weight reduce
Poliester weight reduce
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
 
Tc2
Tc2Tc2
Tc2
 
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINPENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
 
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang KanjiBu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
 
Ratihsutera
RatihsuteraRatihsutera
Ratihsutera
 
Lap 1.persiapan screen
Lap 1.persiapan screenLap 1.persiapan screen
Lap 1.persiapan screen
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Laporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzimLaporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzim
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 

Similar to Weighting sutera

PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAPROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
aji indras
 
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basahMakalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Politeknik STT Tekstil Bandung
 
Uji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstilUji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstil
Fajar Pitarsi Dharma
 
Anggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptx
Anggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptxAnggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptx
Anggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptx
AnggiDiahLestari1
 
Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...
Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...
Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...
Abu Yazid
 

Similar to Weighting sutera (20)

9. bleaching sutera
9. bleaching sutera9. bleaching sutera
9. bleaching sutera
 
Tc 3
Tc 3Tc 3
Tc 3
 
Lap ujian
Lap ujianLap ujian
Lap ujian
 
Rayon
RayonRayon
Rayon
 
Masak
MasakMasak
Masak
 
Tc 4
Tc 4Tc 4
Tc 4
 
Tc 1
Tc 1Tc 1
Tc 1
 
Poliester bleaching
Poliester bleachingPoliester bleaching
Poliester bleaching
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAPROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Lap 8. cap bo
Lap 8. cap boLap 8. cap bo
Lap 8. cap bo
 
Simultan polyester
Simultan polyesterSimultan polyester
Simultan polyester
 
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basahMakalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
Makalah Proses pemintalan leleh,kering dan basah
 
Uji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstilUji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstil
 
Anggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptx
Anggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptxAnggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptx
Anggi Diah Lestari_207032051_Higiene Industri.pptx
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...
Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...
Pengolahan Limbah Tekstil Oleh BMD Street Consulting, Training Wastewater Tre...
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Weighting sutera

  • 1. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan PROSES WEIGHTING KAIN SUTERA I. MAKSUD DAN TUJUAN • Maksud : Untuk Mengetahui proses dan mekanisme serta cara kerja penambahan berat (weighting) bahan sutera ini. • Tujuan : Mengembalikan berat sutera yang hilang akibat proses pemasakan sehingga dihasilkan bahan sutera yang lembut, langsai baik dan pegangan yang penuh. II. TEORI DASAR A. Serat SUTERA Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis serangga yang disebut Lepidoptera. Serat sutera berbentuk filament, dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Spesies utama dari ulat sutera yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori. Pemeliharaan ulat sutera dimulai di negeri China., kemudian menyebar ke Jepang, Asia Tengah, Asia Timur dan Eropa. Pada saat ini, Negara utama penghasil sutera adalah Jepang, China, Italia dan Perancis. Proses Produksi Proses produksi sutera dapat dibagi atas dua tahap yaitu : 1. Pembibitan 2. Penggulungan sutera • Struktur Serat Serat sutera mentah mempunyai komposisi sebagai berikut : Proses weightimg Kain Sutera 1
  • 2. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan Fibrovin (serat) : 76% Serisin (perekat) : 22% Lilin : 1,5% Garam-garam mineral : 0,5% Fibrovin adalah protein yang tidak mengandung belerang, tidak larut didalam alkali lemah dan sabun. Serisin adalah protein yang tidak mengandung belerang, dan merupakan protein Albumin yang tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi lunak didalam air panas, dan larut dalam alkali lemak atau sabun. Serisin menyebabkan serat sutera mentah, pegangannya kaku dan kasar, dan merupakan pelindung serat selama pengerjaan mekanik. Supaya kain sutera menjadi lembut, berkilau dan dapat dicelup, serisin harus dihilangkan, biasanya dengan pemasakan didalam larutan sabun. Dalam pemasakan ini, lilin dan garam-garam mineral juga ikut hilang. • Sifat Fisika Kekuatan serat sutera dalam keadaan kering 4-4,5 g/d dengan mulur 20-25%, dan dalam keadaan basah 3,5-4,0 g/d dengan mulur 25-30%. Serat sutera dapat kembali ke panjang semula setelah mulur 4%, tetapi kalau mulurnya lebih dari 4%, pemulihannya lambat dan tidak kembali ke panjang semula. Sifat khusus dari sutera adalah bunyi germerisik (scroop) yang timbul, apabila serat saling bergeseran. Sifat ini bukan pembawa sutera, tetapi merupakan hasil pengerjaan dengan larutan asam encer, yang mekanismenya belum diketahui. Untuk mengimbangi hilangnya berat dari serisin, maka sutera diberati dengan cara merendamnya didalam larutan garam-garam timah dalam asam. Pemberatan ini juga mengembalikan sifat peregangan dan sifat menggantung dari sutera, tetapi akan mengurangi kekuatannya dan akan mempercepat kerusakan karena sinar matahari. Proses weightimg Kain Sutera 2
  • 3. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan • Sifat Kimia Sutera tidak dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan akan dirusak oleh asam kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun dalam konsentrasi rendah. Pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran pada kekuatannya. Sutera tahan terhadap semua pelarut organic, tetapi larut didalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilena diamida. Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan simar matahari, tetapi lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibandingkan dengan serat-serat alam yang lain. B. Mekanisme Proses penambahan berat ini dilakukan dengan merendam bahan sutera dengan suatu larutan yang mengandung zat yang dapat menempel dengan baik pada sera suera baik secara fisik ataupn kimia. Zat yang mampu bereaksi secara kimia dengan terbentuknya ikatan dengan serat akan memiliki efek penambahan berat yang permanen , seperti pada metoda yang menggunkan polimer. Sementara metoda tanin dan logam mineral hailnya kurang tahan lama terutama bila bahan telah mengalami pencucian berulang. Disamping itu pemakaian metoda logam mineral dengan zat beracun Sn Cl2 berbahaya bagi kesehatan manusia serta mencemari lingkungan.Faktor yang berpengaruh dalam proses ini antara lain konsentrasi zat, suhu dan lamanya proses, air proses yag mengandung kesadahan tinggi dapat menyebabkan pengendapan pda bahan yang akan menurunkan kilau, serat pengangan bahan jadi kasar. Saat ini ada tiga metoda yang bisa digunakan dalm proses penambahan berat sutera yaitu : • Metoda tanin • Metoda logam mineral • Metoda polimer/resin Proses weightimg Kain Sutera 3
  • 4. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan Adapun karakteristik tiap metoda dapat dilihat pada tabel berikut : Karakter Metoda Tanin Metoda SnCl2 Metode Polimer Proses & Waktu 1 tahap/singkat 3 tahap/lama 1 tahap/singkat Biaya Murah mahal mahal Efek Pemberatan Tidak tahan lama Cukup tahan lama Permanen Kesehatan Aman Beracun aman Pencemaran rendah Tinggi sedang C. ZAT PEMBANTU • Tanin, SnCl2, Metha Acril Amide • Dinatrium hidrogen posfat, Na silikat, Amonium Persulfat • Asam Pormiat • Zat Pembasah nonoionik : : Zat pemberat. : katalis Pengatur Ph reaksi resin dengan serat sutera : Menurunkan egangan permukaan bahan,memudahkan bahan terbasahi III. Alat dan Bahan NO ALAT DAN BAHAN JUMLAH 1. Beaker gelas/keramik 500 ml 1 buah 2. Kasa + Kaki tiga + bunsen 1set 3. Pengaduk kaca 2 buah 4. Timbangan digital 1 buah 5. Kain Sutera 30x30cm 6. Zat yang dibutuhkan sesuai resep IV. Resep • Metoda Tanin • Tanin : 100 % owf • Suhu : 80oC • Waktu : 60 menit • LR : 1 : 30 Proses weightimg Kain Sutera 4
  • 5. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan • Metoda SnCl2 Tahap I • SnCl2 : 48 - 58o TW • Suhu : 30oC • Waktu : 1 jam Tahap II • Dinatrium hydrogen fofat : 7 - 13 o TW • Suhu : 60oC • Waktu : 1 jam Tahap III • : 3- 10 o TW • Suhu : 70oC • • Natrium Silikat Waktu : 1 jam Metoda Polimer • Polimer MAA : 50 % owf • Amonium Persulfat : 3,5 % dari MAA • Asam Formiat : 2 ml/L • Zat pembasah nonionik : 0,2 g/L • Suhu : 80oC • Waktu : 1 jam • LR : 1:30 Pencucian Sabun • Sabun : 2 g/L • Suhu : 80 oC • Waktu : 1 jam V. Fungsi Zat • Tanin, SnCl2, Metha Acril Amide • Dinatrium hidrogen posfat, Na silikat, Amonium Persulfat Proses weightimg Kain Sutera : Zat pemberat. : katalis 5
  • 6. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan • Asam Pormiat : • Zat Pembasah nonoionik Pengatur Ph reaksi resin dengan serat sutera : Menurunkan egangan permukaan bahan,memudahkan bahan terbasahi VI. Skema Proses Metoda Tanin - bahan + tanin o 80 C 300C 0 10 aktu (menit) 90 30 0 C Metoda SnCl2 Na2SiO3Xh2o - bahan + SnCl2 Na2HPO2 300C Tahap 1 0 Tahap 2 60 80 Tahap 3 140 145 205 Waktu (menit) Metoda Resin MAA - ( bahan ,MAA, Katalis, WA) Sabun 80o C Pencucian Sabun 300C Waktu (menit) 0 10 20 Proses weightimg Kain Sutera 60 160 6
  • 7. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan VII. Diagram Alir Percobaan Timbang bahan (Kain Sutera yang akan diproses Degumming) Proses Weighting Pencucian Pengeringan Evaluasi VIII. Perhitungan Kebutuhan Zat Metoda SnCl2 Metoda Tanin Tahap 1 Tahap 2 Vlot/Lr Tanin( %) Suhu (0C) Waktu (menit) A 200 80 100 80 Suhu (0C) Waktu (menit) Na2SiO3 (g/L ) Suhu (0C) E - 50 - 30 60 50 70 45 1,31 100 30 60 50 70 45 1,27 100 C D 1,29 Waktu (menit) 40 - 1,59 1 : 50 30 B SnCl2 (g/L ) Berat Awal (g) 1 : 50 Kain 30 60 100 70 45 1,29 Proses weightimg Kain Sutera 7
  • 8. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan IX. Data Percobaan dan Hasil Evaluasi • Sampel Kain A Kain B Kain C Kain D • Kain E Persentase Penambahan Berat BERAT BAHAN KAIN PERSENTASE PENAMBAHAN BERAT Awal Akhir A 1,59 2,03 27,67 B 1,29 1,49 15,5 C 1,31 1,32 0,007 D 1,27 1,28 0,007 E 1,29 1,30 0,007 Proses weightimg Kain Sutera 8
  • 9. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan Berat Akhir – Berat Awal Persentase Penambahan Berat = Kain A % = = = = 27,67 % 1,49 x 100 = 15,5 % 1,31 x100 = 0,007 % x100 = 0,007 % x100 = 0,007 % 1,28 - 1,27 = Kain E % x 100 1,32 - 1,31 Kain D % 1,59 1,49 - 1,29 Kain C % x 100 % 2,03 - 1,59 Kain B % Berat Awal 1,27 1.30 - 1,29 = 1,29 Proses weightimg Kain Sutera 9
  • 10. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan GRAFIK Grafik Perbandingan Persentase Penambahan berat Kain Setelah Proses Penambahan Berat ( %) 30 27.67 25 20 15.5 15 10 5 0.007 0.007 0 A B C D 0.007 E Kain X. Diskusi Pada praktikum proses weighting pada kain sutera ini ada beberapa cara yaitu dengan menggunakan tanin, Logam mineral(SnCl 2) dan Polimer. Akan tetapi pada praktikum yang akan dilakukan tidak menggunakan metoda polimer melainkan tanin dan logam mineral padahal kalau dilihat dari karakteristik metoda prosesnya, metoda polimer yang paling efektif digunakan untuk hasil kain yang baik dibandingkan metode lainnya karena prosesnya singkat, efek pemberatnya permanent,aman untuk kasehatan dan limbah yang ditimbulkan hanya bersifat sedang walaupun zatnya sedikit mahal. Dari hasil evaluasi penambahan berat yang diperoleh dari dua proses yaitu kain A (27,67g), B (15,5g), C (0,007g), D (0,007g), E (0,007g) dapat didiskusikan bahwa kain A dan B yang menggunakan metode tanin hasil efek pemberatnya jauh lebih besar daripada kain yang menggunakan metode SnCl2 karena mungkin pada metode tanin, zat pemberatnya lebih banyak menempel pada kain dari pada menggunakan metode SnCl2, hal tersebut mungkin disebabkan pada metode tanin tahap yang digunakan sedikit dan zat pembantunya tidak ada sehingga memungkinkan zat pemberat bisa bekerja lebih maksimal dibandingkan dengan kain yang menggunakan metode Proses weightimg Kain Sutera 10
  • 11. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan SnCl2,selain itu pada metode SnCl2 tahap yang digunakan pada saat praktikum hanya dua tahap yang seharusnya dilakukan tiga tahap,mungkin hal ini yang mempengaruhi efek pemberat pada kain tidak maksimal. Pada praktikum juga banyak masalah yang timbul,seperti larutan habis ditengah-tengah praktikum akan tetapi belum mencapai waktu yang ditentukan. Oleh karena itu praktek yang dilakukan tidak efisien dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kain yang menggunakan metode tanin berwarna agak coklat, oleh karena itu kain harus dibleaching pada proses selanjutnya untuk mendapatkan kain dengan putih dan kilau yang tinggi. XI. Kesimpulan Dari praktikum proses degumming kain sutera ini dapat disimpulkan bahwa : • Proses yang menggunakan metode tanin,persentase penambahan berat kainnya jauh lebih besar dari pada proses yang menggunakan metode SnCl2. • Pada metode weighting ini ada tiga metode yang digunakan dan masing-masing ada keuggulan dan kekurangannya. . Proses weightimg Kain Sutera 11
  • 12. Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan XII. Daftar Pustaka • Ichwan, Muhammad, dkk. 2008. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil • Jumaeri, 1977. Pengetahuan Barang Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil • Soeparman, 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil • Soeprijono, 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil Majalah Dinamika Kerajinan & Batik.1995. Balai Besar Pengembangan Industri Kerajinan & Batik. Yogyakarta. Proses weightimg Kain Sutera 12