SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Nama : Lusi Efrenti 
No. BP : 141200087 
Topik : WANITA DAN KEPEMIMPINANNYA 
Tujuan : Menggambarkan peranan wanita dalam kepemimpinannnya dan 
beberapa kajian tentang pandangan-pandnagan islam berdasarkan 
kepemimpinan wanita 
Pengungkapan 
Maksud 
: Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dalam konsumen 
pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunan, tapi juga 
sebagai fondasi yang berstruktur kuat. Sungguh ironis bila melihat 
sebuah kenyataan, apalagi jka melihat peran wanita tradisional yang 
selalu dianggap sebagai “cadangan”. Sebagai contoh, umur belia sudah 
dipaksa menikah dan melahirkan tanpa mengenyam pendidikan wajib. 
Namun, perubahan kian berkembang dengan pesat, perjuangan akan 
figur R.A. Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakkan 
emansipasi wanita. Keberadaan peran wanita sebagai pimpinan kini 
mulai dihargai dan disetarakan. 
Tesis : Pengukuran efektifitas wanita dalam memimpinan jika dikaji dalam 
pandangan islam
WANITA DAN KEPEMIMPINANNYA 
A. PENDAHULUAN 
Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dalam konsumen pembangunan bukan hanya 
sebagai proses pembangunan, tapi juga sebagai fondasi yang berstruktur kuat. Sungguh ironis 
bila melihat sebuah kenyataan, apalagi jka melihat peran wanita tradisional yang selalu 
dianggap sebagai “cadangan”. Sebagai contoh, umur belia sudah dipaksa menikah dan 
melahirkan tanpa mengenyam pendidikan wajib. Namun, perubahan kian berkembang 
dengan pesat, perjuangan akan figur R.A. Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakkan 
emansipasi wanita. Keberadaan peran wanita sebagai pimpinan kini mulai dihargai dan 
disetarakan. 
Dalam sejarah Indonesia saja Megawati Soekarno putri saja berhasil menjadi salah satu 
pemimpin Indonesia. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa wanita mampu menjadi seorang 
pemimpin apalagi menjadi seorang Kepala Negara. 
Menurut J.I. Brown dalam “Psychology and the Social Order”, disebutkan bahwa pemimpin 
tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang 
memiliki potensi yang tinggi di bidangnya. Karakter seorang pemimpin mampu mengubah, 
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dalam mencapai satu tujuan yang memiliki visi 
dan misi yang kuat. 
Ungkapan tersebut tentu saja dapat diartikan bahwa peranan wanita dalam kepemimpinan 
sebenarnya bukanlah suatu hal yang aneh. Dalam hal kesetaraan gender dapat diartikan 
bahwa, dengan adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam 
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan 
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan 
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil 
pembangunan. 
Terwujudnya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan 
membawa dampak yang mengarah lebih baik bahwa permasalahan akan kesetaraan gender 
ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, 
antara perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama dalam mencapai sebuah peran 
kepemimpinan. Kini perempuan mampu memberikan suara dalam berpartisipasi dan kontrol 
atas pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini adalah sebuah kebijakan dalam 
memperoleh manfaat kesetaraan serta adil dari pembangunan.Kini saatnya para wanita maju 
dan memiliki peran penting dalam kepemimpinan. Tidak salah kan, kalau perempuan menjadi 
seorang pemimpin 
B. ANALISIS 
Kepemimpinan wanita mendapatkan topik yang hangat jika dikaitkan dengan pandangan-pandangan 
islam terhadap kepemimpinannya. Timbul beberapa pertanyaan seputar wanita 
dengan kepemimpinannya, apakah efektif wanita dalam memimpin serta dibolehkankah
dalam islam seorang wanita memimpin. Berikut ada beberapa kajian tentang kepemimpinan 
wanita berdasarkan islam: 
1. Tidak Ada Nabi dan Rasul Wanita 
(Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun dalam 
skala kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman atau acuan bagi 
manusia lainnya). Rujukannya lihat : 
“Dan kalau Kami bermaksud menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat, tentulah 
Kami jadikan dia berupa laki-laki.” (QS. Al-An’aam: 9) 
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan 
wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (QS. Yusuf: 109) 
“Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa 
orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. “ (QS. Al-Anbiyaa’: 7) 
Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita (berdasarkan 
Imam Hanafi, Syafi’i, dan Hambali) 
2. Laki-laki sudah ditetapkan sebagai pemimpin wanita 
Rujukannya : 
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisaa’: 34) 
Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi secara 
logikanya, seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apalagi seorang kepala 
negara yang notabene sebagai kepala atau pemimpin dari banyak kepala keluarga lain, 
maka tidak bisa lain, dia haruslah laki-laki. 
“Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita.” (QS. Ali Imran: 36) 
Hadits : 
)67 / شرح السنة للبغوي ) 01 
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ « : عَنْ أبَِي بَكْرَةَ، قَالَ: لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنََّ أهَْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ 
.» وَلَّوْا أمَْرَهُمُ امْرَأةَ 
“Diriwayatkan dari Abu Bakrah, katanya: Tatkala sampai berita kepada Rasulullah 
bahwa orang-orang Persia mengangkat raja puteri Kaisar, Beliau bersabda: Tidak 
akan pernah beruntung keadaan suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinannya 
pada seorang perempuan.” (HR. Bukhari, Turmudzi dan An-Nasa’i) 
Hadits tersebut menjelaskan, bahwa suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka 
kepada seorang wanita, tidak akan mendapatkan keberuntungan. Padahal, meraih 
sebuah keberuntungan dan menghindarkan diri dari kesusahan adalah sebuah anjuran. 
Dari sini, Ulama berkesimpulan bahwa wanita tidak diperkenankan menduduki
tampuk kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara. Ketentuan semacam ini, menurut al- 
Qâdhi Abû Bakr ibn al-’Arabiy merupakan konsensus para ulama. 
Sedangkan untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas, semisal pemimpin 
daerah, keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi perdebatan para ulama. 
Perbedaan ini, dilatarbelakangi adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai 
kepemimpinan semacam ini, apakah termasuk bagian dari kekuasaan, persaksian, 
ataukah fatwa. 
Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa wanita tidak 
berhak menjadi pemimpin, meski dalam lingkup yang lebih terbatas. Sebab, bagaimanapun 
juga, menjadi pemimpin, baik dengan kekuasaan luas maupun terbatas, pada hakikatnya 
sama. Yang membedakan hanyalah wilayah kekuasaannya semata. Padahal, Rasulullâh jelas-jelas 
melarang seorang wanita menjadi pemimpin. 
 Tidak Ada Nabi dan Rasul Wanita 
(Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun dalam skala 
kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman atau acuan bagi manusia 
lainnya) 
Rujukannya lihat : 
“Dan kalau Kami bermaksud menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat, tentulah Kami 
jadikan dia berupa laki-laki.” (QS. Al-An’aam: 9) 
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu 
kepadanya di antara penduduk negeri.” (QS. Yusuf: 109) 
“Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang 
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. “ (QS. Al-Anbiyaa’: 7) 
Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita (berdasarkan Imam 
Hanafi, Syafi’i, dan Hambali) 
 Laki-laki Sudah Ditetapkan Sebagai Pemimpin Wanita 
Rujukannya : 
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisaa’: 34) 
Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi secara logikanya, 
seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apalagi seorang kepala negara yang 
notabene sebagai kepala atau pemimpin dari banyak kepala keluarga lain, maka tidak bisa 
lain, dia haruslah laki-laki. 
 “Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita.” (QS. Ali Imran: 36) 
 Hadits : 
)67 / شرح السنة للبغوي ) 01
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ « : عَنْ أبَِي بَكْرَةَ، قَالَ: لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنََّ أهَْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ 
.» وَلَّوْا أمَْرَهُمُ امْرَأةَ 
“Diriwayatkan dari Abu Bakrah, katanya: Tatkala sampai berita kepada Rasulullah bahwa 
orang-orang Persia mengangkat raja puteri Kaisar, Beliau bersabda: Tidak akan pernah 
beruntung keadaan suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinannya pada seorang 
perempuan.” (HR. Bukhari, Turmudzi dan An-Nasa’i) 
Hadits tersebut menjelaskan, bahwa suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada 
seorang wanita, tidak akan mendapatkan keberuntungan. Padahal, meraih sebuah 
keberuntungan dan menghindarkan diri dari kesusahan adalah sebuah anjuran. Dari sini, 
Ulama berkesimpulan bahwa wanita tidak diperkenankan menduduki tampuk kekuasaan 
tertinggi dalam suatu Negara. Ketentuan semacam ini, menurut al-Qâdhi Abû Bakr ibn al- 
’Arabiy merupakan konsensus para ulama. 
Sedangkan untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas, semisal pemimpin daerah, 
keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi perdebatan para ulama. Perbedaan ini, 
dilatarbelakangi adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai kepemimpinan semacam ini, 
apakah termasuk bagian dari kekuasaan, persaksian, ataukah fatwa. 
Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa wanita tidak berhak 
menjadi pemimpin, meski dalam lingkup yang lebih terbatas. Sebab, bagaimanapun juga, 
menjadi pemimpin, baik dengan kekuasaan luas maupun terbatas, pada hakikatnya sama. 
Yang membedakan hanyalah wilayah kekuasaannya semata. Padahal, Rasulullâh jelas-jelas 
melarang seorang wanita menjadi pemimpin. 
Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa wanita dapat menjadi penguasa dalam urusan 
harta. Beliau berpandangan, ketika wanita diperbolehkan memberikan kesaksian dalam 
urusan harta, berarti memberikan keputusan dalam wilayah tersebut juga sudah semestinya 
diperbolehkan. 
Ibn Jarîr ath-Thabariy, memiliki pandangan yang lebih longgar dalam permasalahan ini. 
Beliau berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pemimpin daerah secara mutlak dalam 
semua hal. Dalam pandangan beliau, kepemimpinan semacam ini, identik dengan fatwa. 
Padahal, Rasulullâh sendiri merestui dan melegalkan seorang wanita untuk memberikan 
fatwa, sebagaimana sabda yang beliau sampaikan; 
“Ambillah separuh ajaran agama kalian dari Khumayrâ’ ini”. 
Prinsipnya, menurut beliau, setiap orang yang memiliki kredibilitas untuk menengahi 
pertikaian atau persengketaan di antara manusia, (tanpa memandang jenis kelamin, entah 
laki-laki ataukah perempuan) maka keputusan hukumnya legal dan sah-sah saja, kecuali hal-hal 
yang memang telah diputuskan oleh ijma’, yaitu masalah kepemimpinan besar (al-imamah 
al-kubra).
C. PENUTUP 
Islam tidak melakukan diskriminasi.Untuk memimpin suatu negara, orang harus 
benar-benar total, baik dalam waktu, pikiran maupun resiko dan tanggung jawabnya bahkan 
terkadang harus rela disibukkan oleh aktifitasnya, menghadiri rapat di berbagai kesempatan, 
melakukan perjalanan dinas dan seterusnya yang tentu saja sulit dilakukan oleh seorang 
wanita, karena ia juga harus melayani suami dan anak-anak sebagai tugas utamanya. 
“Bagi para wanita, mereka punya hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara 
yang benar. Akan tetapi para suami memiliki satu tingkatan kelebihan dari pada 
istrinya.” (QS. Al-Baqarah: 228) 
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinanmu. 
Laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia harus mempertanggungjawabkan 
kepemimpinannya itu. Perempuan adalah pemimpin dlm rumah suaminya dan diapun 
bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.” (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, 
Abu Daud, Tirmidzi dari Ibnu Umar) 
Dalam sejarah, Nabi SAW mengikutsertakan wanita dalam medan perang, namun mereka 
bukan dijadikan umpan peluru, tetapi sebagai prajurit yang bertugas memberikan pertolongan 
bagi mereka yg terluka seperti dicontohkan oleh Fatimah Az-Zahrah puteri Beliau sendiri, 
kemudian wanita juga mempersiapkan konsumsi seperti dilakukan oleh ‘Aisyah, istri Beliau. 
Bahkan Khadijah istri Nabi yang pertama adalah seorang saudagar (pengusaha). 
Sesudah Nabi wafat, Khalifah Umar, sahabatnya, mengangkat Ummu Asy-syifa’ Al- 
Anshariah sebagai pengawas dan pengontrol pasar Madinah. 
Dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak membenarkan wanita memimpin pria, istri memimpin 
suami, Imam wanita Makmum laki-laki. 
DAFTAR PUSTAKA 
http://repository.gunadarma.ac.id/436/1/gaya%20%20kepemimpinan%20perempuan_ug.pdf 
http://id.jobsdb.com/id-id/articles/peranan-wanita-dalam-kepemimpinan 
http://www.nahimunkar.com/bolehkah-wanita-jadi-pemimpin-menurut-islam/

More Related Content

What's hot

What's hot (17)

Yuk Ngaji ! - Belajar dari Perjalanan Hidup Khulafaur Rasyidin
Yuk Ngaji ! - Belajar dari Perjalanan Hidup Khulafaur RasyidinYuk Ngaji ! - Belajar dari Perjalanan Hidup Khulafaur Rasyidin
Yuk Ngaji ! - Belajar dari Perjalanan Hidup Khulafaur Rasyidin
 
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
 
Tanya jawab keutamaan sahabat
Tanya jawab  keutamaan sahabatTanya jawab  keutamaan sahabat
Tanya jawab keutamaan sahabat
 
Saidina ali
Saidina aliSaidina ali
Saidina ali
 
Asal Kejadian Manusia
Asal Kejadian ManusiaAsal Kejadian Manusia
Asal Kejadian Manusia
 
kajian sejarah perkembangan syiah
kajian sejarah perkembangan syiahkajian sejarah perkembangan syiah
kajian sejarah perkembangan syiah
 
Indahnya menjadi muslimah sholehah
Indahnya menjadi  muslimah sholehahIndahnya menjadi  muslimah sholehah
Indahnya menjadi muslimah sholehah
 
MENGURUS ORGANISASI BELAJAR DARI SEMUT
MENGURUS ORGANISASI BELAJAR DARI SEMUTMENGURUS ORGANISASI BELAJAR DARI SEMUT
MENGURUS ORGANISASI BELAJAR DARI SEMUT
 
Membangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpinMembangun budaya ungguم dan memimpin
Membangun budaya ungguم dan memimpin
 
Saudah binti sam'ah
Saudah binti sam'ahSaudah binti sam'ah
Saudah binti sam'ah
 
Hadits ahkam
Hadits ahkamHadits ahkam
Hadits ahkam
 
Emansipasi Wanita
Emansipasi WanitaEmansipasi Wanita
Emansipasi Wanita
 
Mesjid dan anak anak kita
Mesjid dan anak anak kitaMesjid dan anak anak kita
Mesjid dan anak anak kita
 
Risalatul mahidl
Risalatul mahidl Risalatul mahidl
Risalatul mahidl
 
Dib books finishing
Dib books finishingDib books finishing
Dib books finishing
 
C4 - Adakah Aishah Berusia 6 tahun Ketika Kahwin
C4 - Adakah Aishah Berusia 6 tahun Ketika KahwinC4 - Adakah Aishah Berusia 6 tahun Ketika Kahwin
C4 - Adakah Aishah Berusia 6 tahun Ketika Kahwin
 
Tanya jawab nikah
Tanya jawab  nikahTanya jawab  nikah
Tanya jawab nikah
 

Viewers also liked

Kerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegaraKerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegaraFHREE
 
Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)
Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)
Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)Dian Cahyaningrum
 
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegarambak_aul
 
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegaraPowerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegaraChintya Koestri
 

Viewers also liked (11)

X - Sejarah Indonesia - Taruma negara
X - Sejarah Indonesia - Taruma negaraX - Sejarah Indonesia - Taruma negara
X - Sejarah Indonesia - Taruma negara
 
Kerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegaraKerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegara
 
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
 
Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)
Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)
Kerajaan Tarumanegara (SMAN7 SMG)
 
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
 
Tugas sejarah kelas X
Tugas sejarah kelas XTugas sejarah kelas X
Tugas sejarah kelas X
 
Kerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegaraKerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegara
 
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
 
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
 
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegaraPowerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
 
Kerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegaraKerajaan tarumanegara
Kerajaan tarumanegara
 

Similar to Wanita dan kepemimpinannya part ii

Kedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam Islam
Kedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam IslamKedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam Islam
Kedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam Islamsiska sri asali
 
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamBeberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamAgus Muqtafiy
 
Makalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) utsMakalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) utsLika Hyuga
 
Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Fajar Hidayat
 
Peran wanita dalam politik islam
Peran wanita dalam politik islamPeran wanita dalam politik islam
Peran wanita dalam politik islammelly lydea
 
Wanita dan kepemimpinan politik dalam islam
Wanita dan kepemimpinan politik dalam islamWanita dan kepemimpinan politik dalam islam
Wanita dan kepemimpinan politik dalam islamAndi Mutmainnah Salam
 
Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1
Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1
Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1KMNU IPB
 
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docxMAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docxYusYusrian
 
Tugasan peradaban 2
Tugasan peradaban 2Tugasan peradaban 2
Tugasan peradaban 2Anas Masud
 
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdfHadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdfmusyaffazaim
 
ANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptx
ANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptxANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptx
ANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptxMuhammadShobir
 
Kekurangan akal dan agama pada wanita
Kekurangan akal dan agama pada wanitaKekurangan akal dan agama pada wanita
Kekurangan akal dan agama pada wanitaHani Harahap
 
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIGERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIKuliahMandiri.org
 
Pencalonan Wanita
Pencalonan WanitaPencalonan Wanita
Pencalonan Wanitaatiyu
 
Pemimpin dalam-islam
Pemimpin    dalam-islamPemimpin    dalam-islam
Pemimpin dalam-islamHelmon Chan
 
Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]
Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]
Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]akmalmustafakamal
 

Similar to Wanita dan kepemimpinannya part ii (20)

Kedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam Islam
Kedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam IslamKedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam Islam
Kedudukan, Peran, dan Kepemimpinan Wanita dalam Islam
 
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islamBeberapa persoalan perempuan dalam islam
Beberapa persoalan perempuan dalam islam
 
Makalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) utsMakalah (wanita pemimpin) uts
Makalah (wanita pemimpin) uts
 
Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)Emansipasi wanita(new)
Emansipasi wanita(new)
 
Peran wanita dalam politik islam
Peran wanita dalam politik islamPeran wanita dalam politik islam
Peran wanita dalam politik islam
 
Wanita miftaqurrohman el qudsy
Wanita miftaqurrohman el qudsyWanita miftaqurrohman el qudsy
Wanita miftaqurrohman el qudsy
 
Wanita dan kepemimpinan politik dalam islam
Wanita dan kepemimpinan politik dalam islamWanita dan kepemimpinan politik dalam islam
Wanita dan kepemimpinan politik dalam islam
 
Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1
Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1
Buletin Nahdlatul Qolam Edisi 1
 
Kedudukan wanita
Kedudukan wanitaKedudukan wanita
Kedudukan wanita
 
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docxMAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
 
Tugasan peradaban 2
Tugasan peradaban 2Tugasan peradaban 2
Tugasan peradaban 2
 
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdfHadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
 
ANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptx
ANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptxANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptx
ANALISIS HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.pptx
 
Kekurangan akal dan agama pada wanita
Kekurangan akal dan agama pada wanitaKekurangan akal dan agama pada wanita
Kekurangan akal dan agama pada wanita
 
Kartini Tanpa Konde
Kartini Tanpa KondeKartini Tanpa Konde
Kartini Tanpa Konde
 
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSIGERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
 
Pencalonan Wanita
Pencalonan WanitaPencalonan Wanita
Pencalonan Wanita
 
Pemimpin dalam-islam
Pemimpin    dalam-islamPemimpin    dalam-islam
Pemimpin dalam-islam
 
Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]
Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]
Zaman Pemerintahan Rasul s.a.w [Sejarah Peradaban Islam (EP 20723)]
 
IMAMAH.pptx
IMAMAH.pptxIMAMAH.pptx
IMAMAH.pptx
 

More from Lusi Efrenti

Perbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitianPerbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitianLusi Efrenti
 
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinanLusi Efrenti
 
Pendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinanPendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinanLusi Efrenti
 
Pemrosesan Queri Terdistribusi
Pemrosesan Queri TerdistribusiPemrosesan Queri Terdistribusi
Pemrosesan Queri TerdistribusiLusi Efrenti
 
Social Enginerring
Social EnginerringSocial Enginerring
Social EnginerringLusi Efrenti
 
Kentucky fried chicken
Kentucky fried chickenKentucky fried chicken
Kentucky fried chickenLusi Efrenti
 
Usulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswaUsulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswaLusi Efrenti
 

More from Lusi Efrenti (13)

Perbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitianPerbedaan artikel penelitian dan non penelitian
Perbedaan artikel penelitian dan non penelitian
 
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
[PPT] Pendekatan dalam kepemimpinan
 
Pendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinanPendekatan dalam kepemimpinan
Pendekatan dalam kepemimpinan
 
Kode qr
Kode qrKode qr
Kode qr
 
Akuntasi SBDT
Akuntasi SBDTAkuntasi SBDT
Akuntasi SBDT
 
Pemrosesan Queri Terdistribusi
Pemrosesan Queri TerdistribusiPemrosesan Queri Terdistribusi
Pemrosesan Queri Terdistribusi
 
Social Enginerring
Social EnginerringSocial Enginerring
Social Enginerring
 
Kentucky fried chicken
Kentucky fried chickenKentucky fried chicken
Kentucky fried chicken
 
Laporan 1
Laporan 1Laporan 1
Laporan 1
 
Tugas presentasi
Tugas presentasiTugas presentasi
Tugas presentasi
 
Etika profesi1
Etika profesi1Etika profesi1
Etika profesi1
 
Usulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswaUsulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswa
 
Laporan2
Laporan2Laporan2
Laporan2
 

Wanita dan kepemimpinannya part ii

  • 1. Nama : Lusi Efrenti No. BP : 141200087 Topik : WANITA DAN KEPEMIMPINANNYA Tujuan : Menggambarkan peranan wanita dalam kepemimpinannnya dan beberapa kajian tentang pandangan-pandnagan islam berdasarkan kepemimpinan wanita Pengungkapan Maksud : Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dalam konsumen pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunan, tapi juga sebagai fondasi yang berstruktur kuat. Sungguh ironis bila melihat sebuah kenyataan, apalagi jka melihat peran wanita tradisional yang selalu dianggap sebagai “cadangan”. Sebagai contoh, umur belia sudah dipaksa menikah dan melahirkan tanpa mengenyam pendidikan wajib. Namun, perubahan kian berkembang dengan pesat, perjuangan akan figur R.A. Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakkan emansipasi wanita. Keberadaan peran wanita sebagai pimpinan kini mulai dihargai dan disetarakan. Tesis : Pengukuran efektifitas wanita dalam memimpinan jika dikaji dalam pandangan islam
  • 2. WANITA DAN KEPEMIMPINANNYA A. PENDAHULUAN Peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dalam konsumen pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunan, tapi juga sebagai fondasi yang berstruktur kuat. Sungguh ironis bila melihat sebuah kenyataan, apalagi jka melihat peran wanita tradisional yang selalu dianggap sebagai “cadangan”. Sebagai contoh, umur belia sudah dipaksa menikah dan melahirkan tanpa mengenyam pendidikan wajib. Namun, perubahan kian berkembang dengan pesat, perjuangan akan figur R.A. Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakkan emansipasi wanita. Keberadaan peran wanita sebagai pimpinan kini mulai dihargai dan disetarakan. Dalam sejarah Indonesia saja Megawati Soekarno putri saja berhasil menjadi salah satu pemimpin Indonesia. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa wanita mampu menjadi seorang pemimpin apalagi menjadi seorang Kepala Negara. Menurut J.I. Brown dalam “Psychology and the Social Order”, disebutkan bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi di bidangnya. Karakter seorang pemimpin mampu mengubah, mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dalam mencapai satu tujuan yang memiliki visi dan misi yang kuat. Ungkapan tersebut tentu saja dapat diartikan bahwa peranan wanita dalam kepemimpinan sebenarnya bukanlah suatu hal yang aneh. Dalam hal kesetaraan gender dapat diartikan bahwa, dengan adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan membawa dampak yang mengarah lebih baik bahwa permasalahan akan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, antara perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama dalam mencapai sebuah peran kepemimpinan. Kini perempuan mampu memberikan suara dalam berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini adalah sebuah kebijakan dalam memperoleh manfaat kesetaraan serta adil dari pembangunan.Kini saatnya para wanita maju dan memiliki peran penting dalam kepemimpinan. Tidak salah kan, kalau perempuan menjadi seorang pemimpin B. ANALISIS Kepemimpinan wanita mendapatkan topik yang hangat jika dikaitkan dengan pandangan-pandangan islam terhadap kepemimpinannya. Timbul beberapa pertanyaan seputar wanita dengan kepemimpinannya, apakah efektif wanita dalam memimpin serta dibolehkankah
  • 3. dalam islam seorang wanita memimpin. Berikut ada beberapa kajian tentang kepemimpinan wanita berdasarkan islam: 1. Tidak Ada Nabi dan Rasul Wanita (Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman atau acuan bagi manusia lainnya). Rujukannya lihat : “Dan kalau Kami bermaksud menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki.” (QS. Al-An’aam: 9) “Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (QS. Yusuf: 109) “Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. “ (QS. Al-Anbiyaa’: 7) Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita (berdasarkan Imam Hanafi, Syafi’i, dan Hambali) 2. Laki-laki sudah ditetapkan sebagai pemimpin wanita Rujukannya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisaa’: 34) Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi secara logikanya, seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apalagi seorang kepala negara yang notabene sebagai kepala atau pemimpin dari banyak kepala keluarga lain, maka tidak bisa lain, dia haruslah laki-laki. “Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita.” (QS. Ali Imran: 36) Hadits : )67 / شرح السنة للبغوي ) 01 لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ « : عَنْ أبَِي بَكْرَةَ، قَالَ: لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنََّ أهَْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ .» وَلَّوْا أمَْرَهُمُ امْرَأةَ “Diriwayatkan dari Abu Bakrah, katanya: Tatkala sampai berita kepada Rasulullah bahwa orang-orang Persia mengangkat raja puteri Kaisar, Beliau bersabda: Tidak akan pernah beruntung keadaan suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinannya pada seorang perempuan.” (HR. Bukhari, Turmudzi dan An-Nasa’i) Hadits tersebut menjelaskan, bahwa suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang wanita, tidak akan mendapatkan keberuntungan. Padahal, meraih sebuah keberuntungan dan menghindarkan diri dari kesusahan adalah sebuah anjuran. Dari sini, Ulama berkesimpulan bahwa wanita tidak diperkenankan menduduki
  • 4. tampuk kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara. Ketentuan semacam ini, menurut al- Qâdhi Abû Bakr ibn al-’Arabiy merupakan konsensus para ulama. Sedangkan untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas, semisal pemimpin daerah, keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi perdebatan para ulama. Perbedaan ini, dilatarbelakangi adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai kepemimpinan semacam ini, apakah termasuk bagian dari kekuasaan, persaksian, ataukah fatwa. Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa wanita tidak berhak menjadi pemimpin, meski dalam lingkup yang lebih terbatas. Sebab, bagaimanapun juga, menjadi pemimpin, baik dengan kekuasaan luas maupun terbatas, pada hakikatnya sama. Yang membedakan hanyalah wilayah kekuasaannya semata. Padahal, Rasulullâh jelas-jelas melarang seorang wanita menjadi pemimpin.  Tidak Ada Nabi dan Rasul Wanita (Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman atau acuan bagi manusia lainnya) Rujukannya lihat : “Dan kalau Kami bermaksud menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki.” (QS. Al-An’aam: 9) “Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (QS. Yusuf: 109) “Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. “ (QS. Al-Anbiyaa’: 7) Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita (berdasarkan Imam Hanafi, Syafi’i, dan Hambali)  Laki-laki Sudah Ditetapkan Sebagai Pemimpin Wanita Rujukannya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisaa’: 34) Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi secara logikanya, seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apalagi seorang kepala negara yang notabene sebagai kepala atau pemimpin dari banyak kepala keluarga lain, maka tidak bisa lain, dia haruslah laki-laki.  “Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita.” (QS. Ali Imran: 36)  Hadits : )67 / شرح السنة للبغوي ) 01
  • 5. لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ « : عَنْ أبَِي بَكْرَةَ، قَالَ: لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنََّ أهَْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ .» وَلَّوْا أمَْرَهُمُ امْرَأةَ “Diriwayatkan dari Abu Bakrah, katanya: Tatkala sampai berita kepada Rasulullah bahwa orang-orang Persia mengangkat raja puteri Kaisar, Beliau bersabda: Tidak akan pernah beruntung keadaan suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinannya pada seorang perempuan.” (HR. Bukhari, Turmudzi dan An-Nasa’i) Hadits tersebut menjelaskan, bahwa suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang wanita, tidak akan mendapatkan keberuntungan. Padahal, meraih sebuah keberuntungan dan menghindarkan diri dari kesusahan adalah sebuah anjuran. Dari sini, Ulama berkesimpulan bahwa wanita tidak diperkenankan menduduki tampuk kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara. Ketentuan semacam ini, menurut al-Qâdhi Abû Bakr ibn al- ’Arabiy merupakan konsensus para ulama. Sedangkan untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas, semisal pemimpin daerah, keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi perdebatan para ulama. Perbedaan ini, dilatarbelakangi adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai kepemimpinan semacam ini, apakah termasuk bagian dari kekuasaan, persaksian, ataukah fatwa. Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa wanita tidak berhak menjadi pemimpin, meski dalam lingkup yang lebih terbatas. Sebab, bagaimanapun juga, menjadi pemimpin, baik dengan kekuasaan luas maupun terbatas, pada hakikatnya sama. Yang membedakan hanyalah wilayah kekuasaannya semata. Padahal, Rasulullâh jelas-jelas melarang seorang wanita menjadi pemimpin. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa wanita dapat menjadi penguasa dalam urusan harta. Beliau berpandangan, ketika wanita diperbolehkan memberikan kesaksian dalam urusan harta, berarti memberikan keputusan dalam wilayah tersebut juga sudah semestinya diperbolehkan. Ibn Jarîr ath-Thabariy, memiliki pandangan yang lebih longgar dalam permasalahan ini. Beliau berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pemimpin daerah secara mutlak dalam semua hal. Dalam pandangan beliau, kepemimpinan semacam ini, identik dengan fatwa. Padahal, Rasulullâh sendiri merestui dan melegalkan seorang wanita untuk memberikan fatwa, sebagaimana sabda yang beliau sampaikan; “Ambillah separuh ajaran agama kalian dari Khumayrâ’ ini”. Prinsipnya, menurut beliau, setiap orang yang memiliki kredibilitas untuk menengahi pertikaian atau persengketaan di antara manusia, (tanpa memandang jenis kelamin, entah laki-laki ataukah perempuan) maka keputusan hukumnya legal dan sah-sah saja, kecuali hal-hal yang memang telah diputuskan oleh ijma’, yaitu masalah kepemimpinan besar (al-imamah al-kubra).
  • 6. C. PENUTUP Islam tidak melakukan diskriminasi.Untuk memimpin suatu negara, orang harus benar-benar total, baik dalam waktu, pikiran maupun resiko dan tanggung jawabnya bahkan terkadang harus rela disibukkan oleh aktifitasnya, menghadiri rapat di berbagai kesempatan, melakukan perjalanan dinas dan seterusnya yang tentu saja sulit dilakukan oleh seorang wanita, karena ia juga harus melayani suami dan anak-anak sebagai tugas utamanya. “Bagi para wanita, mereka punya hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang benar. Akan tetapi para suami memiliki satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya.” (QS. Al-Baqarah: 228) “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinanmu. Laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya itu. Perempuan adalah pemimpin dlm rumah suaminya dan diapun bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.” (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dari Ibnu Umar) Dalam sejarah, Nabi SAW mengikutsertakan wanita dalam medan perang, namun mereka bukan dijadikan umpan peluru, tetapi sebagai prajurit yang bertugas memberikan pertolongan bagi mereka yg terluka seperti dicontohkan oleh Fatimah Az-Zahrah puteri Beliau sendiri, kemudian wanita juga mempersiapkan konsumsi seperti dilakukan oleh ‘Aisyah, istri Beliau. Bahkan Khadijah istri Nabi yang pertama adalah seorang saudagar (pengusaha). Sesudah Nabi wafat, Khalifah Umar, sahabatnya, mengangkat Ummu Asy-syifa’ Al- Anshariah sebagai pengawas dan pengontrol pasar Madinah. Dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak membenarkan wanita memimpin pria, istri memimpin suami, Imam wanita Makmum laki-laki. DAFTAR PUSTAKA http://repository.gunadarma.ac.id/436/1/gaya%20%20kepemimpinan%20perempuan_ug.pdf http://id.jobsdb.com/id-id/articles/peranan-wanita-dalam-kepemimpinan http://www.nahimunkar.com/bolehkah-wanita-jadi-pemimpin-menurut-islam/