Dokumen ini memberikan panduan tentang prosedur ekstraksi vakum yang meliputi persiapan pasien dan alat, penempatan mangkok vakum, traksi kepala bayi, dan penanganan komplikasi.
Dokumen tersebut merupakan daftar 58 langkah asuhan persalinan normal yang mencakup tahapan sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Langkah-langkah tersebut meliputi pengenalan gejala persalinan kala dua, persiapan peralatan dan obat, pemantauan pembukaan dan keadaan janin, bimbingan meneran, pertolongan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, penatalaksanaan persalinan kala tiga termas
Dokumen tersebut merupakan daftar 58 langkah asuhan persalinan normal yang mencakup tahapan sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Langkah-langkah tersebut meliputi pengenalan gejala persalinan kala dua, persiapan peralatan dan obat, pemantauan pembukaan dan keadaan janin, bimbingan meneran, pertolongan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, penatalaksanaan persalinan kala tiga termas
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi vakum dan ekstraksi forsep. Ekstraksi vakum digunakan untuk membantu persalinan ketika kepala janin telah mengalami engagement namun tidak ada CPD, sedangkan ekstraksi forsep digunakan untuk membantu ekstraksi kepala janin ketika presentasi kepala dan pembukaan serviks lengkap. Kedua metode memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing dalam membantu persalinan.
Dokumen tersebut membahas beberapa tindakan ginekologi operatif yaitu dilatasi dan kuretase, ekstraksi vakum, dan ekstraksi forcep. Dilatasi dan kuretase digunakan untuk mengakhiri kehamilan pada usia kurang dari 20 minggu, sedangkan ekstraksi vakum dan forcep digunakan untuk melahirkan janin. Dokumen ini menjelaskan prosedur, indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi masing-masing
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan 60 langkah persalinan normal yang mencakup tahapan persiapan, pemantauan, bantuan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, dan tindakan pasca persalinan. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk memastikan proses persalinan berjalan lancar dan aman bagi ibu dan bayinya.
Dokumen tersebut merangkum prosedur resusitasi bayi baru lahir untuk penolong persalinan, mulai dari persiapan, penilaian sebelum lahir, langkah awal resusitasi, ventilasi, hingga asuhan pasca resusitasi. Prosedur ini bertujuan untuk menolong bayi yang mengalami asfiksia saat lahir.
Proses persalinan normal melibatkan empat tahap (kala), dimulai dari pembukaan serviks hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Pada setiap tahap terjadi serangkaian gerakan janin untuk melewati panggul ibu, seperti fleksi, desensus, putar paksi, dan ekspulsi. Hormon dan faktor lain seperti kontraksi rahim, tekanan janin, dan elastisitas jalan lahir memungkinkan kelahir
Dokumen tersebut merangkum asuhan keperawatan untuk ibu intranatal dan persalinan, mulai dari fase laten aktif hingga fase pengawasan pascapersalinan. Terdapat 4 kala persalinan yang masing-masing memuat pengkajian, lingkup masalah, dan tindakan keperawatan yang sesuai. Dokumen ini memberikan panduan lengkap mengenai proses dan asuhan persalinan normal pada ibu.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan sayang ibu dalam proses persalinan dengan cara-cara sederhana dan tidak melakukan intervensi medis yang tidak perlu. Dokumen juga menjelaskan posisi-posisi yang dapat dipilih ibu untuk meneran dan tahapan-tahapan dalam persalinan mulai dari kelahiran kepala, bahu, tubuh bayi hingga pemotongan tali pusat.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asfiksia bayi lahir dan tindakan resusitasi yang harus dilakukan bidan. Faktor-faktor risiko asfiksia seperti kondisi ibu dan bayi serta persiapan yang dibutuhkan untuk resusitasi dijelaskan. Prosedur resusitasi meliputi tahap awal, ventilasi, dan penilaian ulang yang harus dilakukan setiap 30 detik hingga 2 menit jika bayi masih tidak bernafas
Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai malpresentasi dan malposisi janin selama persalinan, seperti presentasi kepala dengan oksiput posterior, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, presentasi ganda, serta komplikasi yang mungkin terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan penanganan dan mekanisme persalinan pada setiap kondisi tersebut, serta merekomendasikan seksio sesarea pada kondisi-kondisi tertentu.
Distosia bahu adalah komplikasi persalinan dimana bahu janin tidak dapat lahir secara spontan setelah kepalanya keluar. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan jalur kelahiran. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan riwayat kehamilan. Penanganannya meliputi manuver rotasi bahu, penekanan suprapubik, dan bila gagal Kleidotomi atau Simfisiotomi. Komplikasi yang mungkin timbul antara lain
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi vakum dan ekstraksi forsep. Ekstraksi vakum digunakan untuk membantu persalinan ketika kepala janin telah mengalami engagement namun tidak ada CPD, sedangkan ekstraksi forsep digunakan untuk membantu ekstraksi kepala janin ketika presentasi kepala dan pembukaan serviks lengkap. Kedua metode memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing dalam membantu persalinan.
Dokumen tersebut membahas beberapa tindakan ginekologi operatif yaitu dilatasi dan kuretase, ekstraksi vakum, dan ekstraksi forcep. Dilatasi dan kuretase digunakan untuk mengakhiri kehamilan pada usia kurang dari 20 minggu, sedangkan ekstraksi vakum dan forcep digunakan untuk melahirkan janin. Dokumen ini menjelaskan prosedur, indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi masing-masing
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan 60 langkah persalinan normal yang mencakup tahapan persiapan, pemantauan, bantuan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, dan tindakan pasca persalinan. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk memastikan proses persalinan berjalan lancar dan aman bagi ibu dan bayinya.
Dokumen tersebut merangkum prosedur resusitasi bayi baru lahir untuk penolong persalinan, mulai dari persiapan, penilaian sebelum lahir, langkah awal resusitasi, ventilasi, hingga asuhan pasca resusitasi. Prosedur ini bertujuan untuk menolong bayi yang mengalami asfiksia saat lahir.
Proses persalinan normal melibatkan empat tahap (kala), dimulai dari pembukaan serviks hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Pada setiap tahap terjadi serangkaian gerakan janin untuk melewati panggul ibu, seperti fleksi, desensus, putar paksi, dan ekspulsi. Hormon dan faktor lain seperti kontraksi rahim, tekanan janin, dan elastisitas jalan lahir memungkinkan kelahir
Dokumen tersebut merangkum asuhan keperawatan untuk ibu intranatal dan persalinan, mulai dari fase laten aktif hingga fase pengawasan pascapersalinan. Terdapat 4 kala persalinan yang masing-masing memuat pengkajian, lingkup masalah, dan tindakan keperawatan yang sesuai. Dokumen ini memberikan panduan lengkap mengenai proses dan asuhan persalinan normal pada ibu.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan sayang ibu dalam proses persalinan dengan cara-cara sederhana dan tidak melakukan intervensi medis yang tidak perlu. Dokumen juga menjelaskan posisi-posisi yang dapat dipilih ibu untuk meneran dan tahapan-tahapan dalam persalinan mulai dari kelahiran kepala, bahu, tubuh bayi hingga pemotongan tali pusat.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asfiksia bayi lahir dan tindakan resusitasi yang harus dilakukan bidan. Faktor-faktor risiko asfiksia seperti kondisi ibu dan bayi serta persiapan yang dibutuhkan untuk resusitasi dijelaskan. Prosedur resusitasi meliputi tahap awal, ventilasi, dan penilaian ulang yang harus dilakukan setiap 30 detik hingga 2 menit jika bayi masih tidak bernafas
Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai malpresentasi dan malposisi janin selama persalinan, seperti presentasi kepala dengan oksiput posterior, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, presentasi ganda, serta komplikasi yang mungkin terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan penanganan dan mekanisme persalinan pada setiap kondisi tersebut, serta merekomendasikan seksio sesarea pada kondisi-kondisi tertentu.
Distosia bahu adalah komplikasi persalinan dimana bahu janin tidak dapat lahir secara spontan setelah kepalanya keluar. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan jalur kelahiran. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan riwayat kehamilan. Penanganannya meliputi manuver rotasi bahu, penekanan suprapubik, dan bila gagal Kleidotomi atau Simfisiotomi. Komplikasi yang mungkin timbul antara lain
This document provides guidelines for the treatment of uterine neoplasms from the National Comprehensive Cancer Network (NCCN). It recommends that the best management of patients is through clinical trials. For endometrial carcinoma of endometrioid histology with disease limited to the uterus, the primary treatment is a total hysterectomy and bilateral salpingo-oophorectomy with surgical staging, followed by adjuvant treatment depending on stage and grade. For suspected or proven extrauterine disease, further evaluation and treatment may involve chemotherapy, radiation therapy, surgery, or a combination. Treatment for other histologies like serous carcinoma or carcinosarcoma is also outlined.
Asherman's Syndrome (AS) is an acquired gynecological disorder characterized by bands of fibrous scar tissue inside the uterine cavity and/or cervix, usually resulting from uterine surgery or infection. It causes symptoms like abnormal bleeding and infertility. Hysteroscopy is the gold standard for diagnosis as it allows visualization of the uterine cavity. Risk factors include miscarriage curettage, postpartum curettage, and other uterine surgeries or infections. Prevention efforts focus on avoiding unnecessary instrumentation of the uterine cavity.
Amnioinfusion involves instilling fluid into the amniotic cavity and can be performed transcervically during labor or transabdominally. Potential indications for amnioinfusion include prevention and treatment of repetitive variable fetal heart rate decelerations, prevention of meconium aspiration, reduction in cesarean deliveries for fetal heart rate issues, improved visualization for procedures, treatment of chorioamnionitis with premature rupture of membranes, and to aid in external cephalic version. Complications can include uterine hypertonus, abnormal fetal heart rate tracings, and amnionitis. There is no standard technique and protocols vary, with no evidence any one method is superior.
Amnioinfusi adalah tindakan memasukkan cairan kristaloid ke dalam rongga amnion untuk menggantikan cairan amnion yang berkurang. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas USG, mencegah hipoplasia paru, dan mengurangi komplikasi pada janin akibat oligohidramnion. Prosedurnya meliputi pemasangan kateter untuk memantau tekanan dan memasukkan cairan secara perlahan hingga tercapai indeks c
Dokumen tersebut memberikan pedoman penggunaan magnesium sulfat (MgSO4) untuk mengobati preeklamsia dan eklamsia. Terdapat beberapa kriteria untuk melanjutkan pemberian MgSO4 yaitu adanya refleks patela, frekuensi pernapasan di atas 16 kali/menit, dan produksi urin lebih dari 30 cc per jam. Jika terjadi gangguan refleks atau pernapasan, dosis MgSO4 harus diturunkan atau dihentikan serta diberikan kalsium
This document discusses congenital adrenal hyperplasia (CAH), which results from a genetic defect in adrenal steroid biosynthesis. It causes decreased cortisol production and increased production of other hormones. The most common type is 21-hydroxylase deficiency, which can present as salt-wasting or simple virilizing CAH. Diagnosis is made through newborn screening, physical exam, and lab tests. Treatment involves hydrocortisone and fludrocortisone supplementation as well as stress dosing during illness to prevent adrenal crisis. Outcomes have improved with newborn screening and lifelong medical management.
Dokumen tersebut berisi riwayat pekerjaan dan latihan seorang perawat bernama Rodiah. Riwayat pekerjaannya meliputi berbagai instalasi di rumah sakit besar di Palembang dan menjabat sebagai kepala instalasi. Dokumen ini juga memuat daftar latihannya yang terkait kebidanan dan kesehatan ibu dan anak.
3. Kaji ulang dengan syarat-syarat
presentasi belakang kepala/verteks;
janin cukup bulan;
Pembukaan lengkap;
Kepala di H lll - lV atau l/5 - 2/5.
4. Persetujuan tindakan medis.
Berikan dukungan emosional. Jika perlu, lakukan
anestesi blok pudendal.
Persiapan alat alat sebelum tindakan: untuk
pasien, penolong (operator dan asisten) dan bayi.
Pencegahan infeksi sebelum tindakan
Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi
dengan meraba sutura sagitalis dan ubun-ubun
kecil/ Posterior
6. Masukkan mangkok vakum
melalui introitus vagina secara
miring dan pasang pada kepala
bayi dengan titik tengah mangkok
pada sutura sagitalis + 1 cm
anterior dari ubun-ubun kecil dan
menjauhi ubun-ubun besar.
Penempatan mangkok pada
daerah ini dapat membantu
mempertahankan fleksi kepala.
7. Nilai apakah diperlukan episiotomi. Jika episiotomi
tidak diperlukan pada saat Pemasangan mangkok,
mungkin diperlukan pada saat perineum
meregang, ketika kepala akan lahir
Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang
terjepit.
Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau
negatif - 0,2 kg/cm2 (Malmstrom), dan periksa
aplikasi mangkok (minta asisten menurunkan
tekanan secara bertahap).
8. Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik)
atau negatif - 0,6 kg/cm2 (Malm strom), periksa
aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi.
Periksa adakah jaringan vagina yang terjepit. Jika
ada, turunkan tekanan dan lepaskan jaringan yang
terjepit tersebut.
Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal,
lakukan traksi searah dengan sumbu panggul dan
tegak lurus pada mangkok.
9. Tarikan dilakukan pada puncak his dengan
mengikuti sumbu jalan lahir. Pada saat penarikan
(pada puncak his) minta pasien meneran. Posisi
tangan: tangan luar menarik pengait
Ibu jari tangan dalam pada mangkok, telunjuk dan
jari tengah pada kulit kepala bayi
Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja.
10. Lakukan pemeriksaan di antara kontraksi:
Denyut jantung janin,
Aplikasi mangkok.
Saat suboksiput sudah berada di bawah simfisis, arahkan
tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan
dagu. Segera lepaskan mangkok vakum dengan
menghilangkan tekanan negatif.
11. Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan
seperti pertolongan persalinan normal.
Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan
spekulum Sims atas dan bawah untuk melihat
apakah ada robekan pada dinding vagina atau
perluasan luka episiotomi.
12. Tips
Jangan memutar kepala bayi dengan cara
memutar mangkok. Putaran kepala bayi
akan terjadi sambil traksi.
Tarikan pertama menentukan arah tarikan.
Jangan lakukan tarikan di antara his.
Jika tidak ada gawat janin, tarikan
"terkendali“ dapat dilakukan maksimum 30
menit.
13. Kegagalan:
Ekstraksi vakum dianggap gagal jika:
kepala tidak turun pada tarikan
jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi
belum turun, atau tarikan sudah 30 menit,
mangkok lepas pada TIGA tarikan pada
tekanan maksimum.
Setiap aplikasi vakum harus dianggap sebagai
ekstraksi vakum percobaan. Jangan lanjutkan jika
tidak terdapat penurunan kepala pada setiap
tarikan
14. Komplikasi
Komplikasi biasanya terjadi karena hal-hal di atas
tidak diperhatikan.
Komplikasi Janin
Edema skalp, yang akan hilang dalam 1-2 hari
Sefal hematoma, akan hilang dalam 3-4 minggu
Aberasi dan laserasi kulit kepala.
Perdarahan intrakranial sangat jarang.
15. Komplikasi Ibu
Robekan jalan lahir dapat terjadi. Periksa dengan
seksama, dan lakukan reparasi jika terdapat
robekan serviks, vagina atau luka episiotomi
meluas.
CATATAN:
Ingat bahwa salah satu penyulit dari tindakan ekstraksi vakum
adalah distosia bahu karena menyebabkan abduksi kedua lengan.
Pikirkan distosia bahu sebelum melakukan ekstraksi vakum dan
saat kepala sudah lahir (ALSO 2006)
16. VACUUM MNEMONIC
A ANAESTHESIA
ASSISTANCE
adequate pain relief
neonatal support
B BLADDER bladder empty
C CERVIX fully dilated, membranes ruptured
D DETERMINE position, station and pelvic adequacy
think possible shoulder dystocia
E EQUIPMENT inspect vacuum cup, pump, tubing and check pressure
F FONTANELLE position the cup over the posterior fontanelle
sweep finger around cup to clear maternal tissue
G GENTLE
TRACTION
100 mm Hg initially and between contractions
pull with contractions only
as contraction begins:
increase pressure to 600 mm Hg
prompt mother for good expulsive effort
traction in axis of birth canal
H HALT no progress with three traction aided contractions
vacuum pops-off three times
no significant progress after 30 minutes of assisted vaginal delivery.
I INCISION consider episiotomy if laceration imminent
J JAW remove vacuum when jaw is reachable or delivery assured