3. CT-A
Tampak lesi slight hiperdens yang
menunjukkan penyangangatan post kontras
pada suprasellar kiri. Pada CT-A tampak
dilatasi sakular dari arteri karotis interna
pars cavernosa berukuran besar dengan
kalsifikasi didalamnya
Kesan: Giant aneurisma arteri karotis
interna pars cavernosa kiri disertai
trombosis
4. MRI
T2 menunjukkan flow void pada area
cavernous kiri. Pada MRA tampak
dilatasi sakular dari arteri karotis
interna pars cavernosa berukuran 2
cm dengan dome mengarah ke
lateral kiri, dan kaliber neck sebesar
.....
Kesan: Aneurisma saccular arteri
karotis interna pars cavernosa
5. Arteriografi arteri karotis
internal kanan menunjukkan
dilatasi sakular dari arteri karotis
internal pars petrosa (segmen
C2) dengan dome mengarah ke
lateral kanan.
6. AVM auricula posterior
Feeding artery umumnya dari a. temporal superfisial, a. occipital
dan a. posterior auricular. Draining vein: posterior auricular vein
-> external jugular
7. Tampak vaskular yang tortuous
yang membentuk nidus pada
auricula kanan dengan feeding
artery dari a. auricula posterior
Kesan: Arteriovenous
malformation pada auricula
dengan feeding artery dari a.
auricula posterior
8. Tampak multiple flow void yang tortuous yang membentuk nidus pada
auricula kiri. Pada angiogram tampak nidus vaskular dengan feeding
artery dari a. auricula posterior dan superfisial temporal artery
9. Tampak multiple flow void yang tortuous yang
membentuk nidus pada auricula kiri. Pada MRA
tampak nidus vaskular dengan feeding artery
dari superfisial temporal artery. Tampak pula
dilatasi dari draining vein (posterior auricular)
10. Pulmonary arteriovenous malformation
Feeding artery umumnya dari a. temporal superfisial, a. occipital
dan a. posterior auricular. Draining vein: posterior auricular vein
-> external jugular
11. Tampak soft tissue density
yang lobulated pada
paracardial kiri dengan
pembuluh darah prominen
yang mengarah ke massa
tersebut
Kesan: Suspek pulmonary
AVM dd/ nodul paru
12. CT-Angiography
Tampak pembuluh darah yang dilatasi dan
tortuous pada segmen posterior lobus
superior kanan dengan feeding artery dari
cabang arteri pulmonal kanan lobus
superior dan draining vein pada vena
pulmonal lobus superior kanan
Kesan: Pulmonary arterivenous
malformation
13. Right pulmonal angiography
Tampak pembuluh darah yang dilatasi dan
tortuous pada lobus medius dan lobus
inferior paru kanan dengan feeding artery
dari cabang arteri pulmonal kanan
draining vein pada vena pulmonal
14. Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage
Tindakan untuk mengatasi terjadinya obstruksi bilier
yang dilakukan dengan cara pemasangan kateter
melalui hepar agar cairan empedu dapat dialirkan
keluar (eksternal drainage) maupun ke dalam (internal
drainage ke duodenum
Indikasi:
1. Obstruksi dari ductus biliaris, sehingga dapat
diketahui level, seberapa berat obstruksi dan
penyebab obstruksi
2. Sebagai bentuk persiapan preoperatif, yang
dapat membantu surgery mengetahui
permasalahan duktus biliaris
3. Trauma pada duktus biliaris
4. Sebagai jalan untuk pemasangan internal stent
5. Penderita dengan infeksi duktus biliaris
(Cholangitis)
Kontraindikasi:
1. Abnormality hemostasis
2. Sepsis
3. Ascites
4. Intrahepatic metastase
15. Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage
1. Identifikasi tempat Puncture (intercostal VIII) linea axillaris Dextra dan pasang marker (logam)
pada processus Xiphoideus
2. Disenfeksi tempat puncture, kemudian pasang duk steril sekitarnya
3. Anestesi lokal dengan lidocain 10 cc
4. Lakukan puncture (jarum khusus untuk PTCD) dengan inspirasi dari penderita menuju sub proc.
Xiphoideus pada paravertebralis dextra dengan bantuan fluoroskopi, cabut needle untuk
melihat cairan biliaris keluar, jika belum terlihat lakukan manipulasi ringan dengan menarik
manring Puncture keluar secara berlahan-lahan, sambil mengevaluasi jika ada cairan biliaris
yang keluar.
5. Jika cairan biliaris (+) injeksi kontras 10-20 cc untuk melihat visualisasi bile duct dengan level
obstruksi
6. Masukkan guidewire menelusuri manring menuju bile duct yang terendah
7. Cabut manring, lalu masukkan introduser sit dengan dilatatornya (jika perlu), keluarkan
dilatator kemudian masukkan kateter pigtail 6 F masuk menelusuri guidewire, cabut guidewire
dan kateter pigtail berfungsi sebagai drainage
8. Lakukan fiksasi dan perawatan tempat puncture serta drainage aliran bile duct.
16. Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage
Management post prosedural
1. Menjaga fiksasi kateter dengan baik dan mencegah bile leakage oleh karena peritonitis
2. Monitor bile duct output serta Input dan output cairan. Normal bile duct output 400-
800 ml/hari, jika berlebih ganti dengan cairan
3. Cek vital sign setiap 15 menit selama 1 jam, kemudian 30 menit selama 2 jam
kemudian setiap jam selama 5 jam
4. Kateter harus di flush dengan normal saline steril setiap 6 jam selama 24 jam jika tidak
ada darah dalam drain, frekuensi ditingkatkan jika ada darah dalam drain setiap 2 jam
selama 24 jam. Setelah 5-7 hari jika bile tidak ada darah dan infeksi dibawah kontrol
maka dianjurkan dilakukan internal drainage
5. Jika penderita pulang dengan external drainage diinstruksikan bagaimana melakukan
flush kateter dengan cairan atau normal saline 10 ml per hari sebagai dasar.
6. Kontinu antibiotik untuk 2-4 hari yang tergantung situasi klinik
7. Pengaturan diet sesuai preprosedural
17. Pemeriksaan cholangiografi dari tindakan PTBD, tampak
needle yang masuk ke ductus biliary. Obstruksi biliary
setinggi ampulla vateri . Tampak kontras mengisi
cabang-cabang ductus biliary namun masih tampak
kontras yang sampai keduodenum
18. A. tampak guidewire sampai ke duodenum dengan
dilatasi duktus biliaris sebagai penuntun kateter seperti
pada gambar B, dan kateter ini yang berfungsi sebagai
drainage atau tindakan dekompressi penderita
obstruksi biliaris.
20. Tampak massa isodens pada
sinonasal dengan perluasan ke
sinus maxillaris bilateral, cavum
nasi, nasofaring, orofaring, cavum
orbita kiri hingga ke regio buccal
kiri disertai pembesaran KGB
cervical bilateral (T4N2Mx)
Kesan: Massa sinonasal
21. MRI T2coronal dan T1 axial post
kontras
Tampak massa heterogen pada
T2WI yang menyangat post kontras
pada nasoethmoid kanan yang
meluas ke sinus maksilaris kanan
dan kavum nasal kiri hingga orbita.
Kesan: Massa sinonasal
22. -
Dimasukkan kontras kedalam arteri carotis
communis kiri, tampak kontras mengisi arteri
carotis interna dan externa serta cabang-
cabangnya. Tampak massa pada daerah sinonasal
kiri dengan tumor staining di perifer sedangkan
bagian central tampak hipovascular (central
necrosis) yang mendapat feeding arteri dari arteri
maksilaris kiri (moderately vascular). Cabang-
cabang lain dari arteri carotis externa tampak
normal, tidak memberikan feeding arteri ke
tumor.
Dimasukkan kontras kedalam arteri carotis
communis kanan, tampak kontras mengisi arteri
carotis interna dan externa serta cabang-
cabangnya dengan baik. Tidak tampak feeding
arteri ke tumor
Kesan : Tumor sinonasal kiri yang moderately
vascular dngan feeding arteri dari a.maxillaris kiri
23. Juvenile Angiofibroma Nasofaring
Staging (Radkowski et al)
Stage Keterangan
I Ia Terbatas pada kavum nasal/ nasofaring
Ib Ekstensi ke satu atau lebih sinus paranasal
II IIa Ekstensi minimal melalui foramen sfenopalatine dan bagian minimal dari sisi medial
fossa pterygopalatine
IIb Pengisian fossa pterygomaksilaris dengan bowing dari dinding posterior antrum
maksila ke anterior atau perluasan ke orbit melalui fissura orbital inferior
IIc Ekstensi melewati fissura pterygomaksilaris ke fossa infratemporal dan buccal atau
posterior ke pterygoid plate
III IIIa Erosi skull base dengan ekstensi minimal ke intrakranial
IIIb Erosi skull base dengan ekstensi ekstensif ke intrakranial dengan atau tanpa
keterlibatan sinus cavernosa
24. Massa isodens berbatas relatif tegas, tepi
irreguler, meyangat heterogen post kontras,
ukuran +/- 5.48 x 6.02 x 7.09 cm kesan berasal
dari foramen sphenopalatine kiri yang meluas ke
sinus sphenoidalis bilateral, cavum nasi, sinus
maksilaris kiri, nasofaring, fossa intratemporal kiri
serta mendestruksi dinding posterior dan medial
sinus maksilaris kiri dan roof sphenoid dan
menyebabkan erosi pada greater wing of
sphenoid. Tampak pula penyangatan pada area
sinus cavernosus kiri. Feeding arteri berasal dari
arteri maksilaris interna sinistra dan arteri
ascendens pharyngeal sinistra
Kesan: Juvenil angiofibroma nasopharynx sinistra
yang meluas ke sinus sphenoidalis bilateral,
cavum nasi, sinus maksilaris kiri, nasofaring, fossa
intratemporal kiri dengan kemungkinan ekstensi
ke intrakranial. Feeding arteri berasal dari arteri
maksilaris interna sinistra dan arteri ascendens
pharyngeal sinistra
25. MR T1 tanpa dan dengan
kontras potongan koronal
yang menunjukkan massa
heterogen besar yang
menyangat post kontras pada
sisi posterior nasofaring yang
melibatkan sinus sphenoid,
prosesus pterygoid, fossa
pterygopalatina dan fossa
kranial media
26. A. Digital substraction
angiogram Preembolisasi
menunjukkan massa yang
hipervaskular disuplai oleh
cabang sfenopalatina
(panah) pada distal arteri
maksilaris internal kanan.
Tidak ada suplai tumor
arterial dari arteri karotis
internal atau arteri karotis
eksternal kiri. (b) Digital
substraction angiogram
post embolisasi
menunjukkan keberhasilan
embolisasi partikel dari
massa hipervaskular
27. Juvenile angiofibroma nasofraing
1. Pasien berada pada posisi supine dilakukan tindakan aseptik regio arteri femoralis
2. Dilakukan anestesi lokal di inguinal kanan dengan lidocain 5 ampul ;dilakukan pungsi
arteri femoral dengan abottcath no. 18. Guide wire pendek Fr 5 dimasukkan dengan
bimbingan fluoroskopi, abottcath digantikan dengan introducer sheath 5 FR, Injeksi
arteri karotis komunis dextra menunjukkan kompleks bifuskasio normal. Tidak tampak
stenosis pada arteri karotis interna dan eksterna
3. Injeksi arteri karotis eksterna dextra menunjukkan adanya tumor blush yang mendapat
suplai darah dari a. maksilaris interna dextra
4. Dengan menggunakan guide kateter JR 46 F, mikrokateter 2.4 F dan mikroguid wire 1.4
F dan countour PVA partikel 300-500 mikron (1 vial) dilakukan embolisasi tumor.
Embolisasi dilakukan secara selektif terhadap a. maksilaris interna dextra hingga tumor
blush tidak tampak lagi
29. Aorta tampak dilatasi dengan pergeseran
kalsifikasi arkus aorta ke bagian tengah dari
bayangan aorta
Cor membesar dengan left main bronchus yang
terangkat (LAE)
Kesan:
Dilatasi et atherosclerosis aorta disertai suspek
diseksi aorta thoracalis
Cardiomegaly
30. Tampak robekan/ intimal flap pada proximal
hingga distal aorta thoracalis ascendens yang
membentuk area true lumen +/- 1.04 cm dan false
lumen +/- 6.29 cm. Tampak false lumen terisi
kontras minimal dan membentuk sacculasi besar
yang menekan struktur trachea dan main
bronchus.
Kesan: Diseksi Aorta ascendens (debakey type II/
stanford type A)
32. MSCT scan abdomen kontras 3 fase
Hepar: ukuran membesar permukaan irreguler,
tampak massa heterogen batas relatif tegas, tepi
irreguler ukuran +/- 7.4 x 4.2 x 3.6 cm yang
menyangat post kontras pada fase arteri dan
washed out pada fase vena dengan area nekrotik
pada sentralnya pada segmen V-VI lobus kanan
hepar. Feeding artery dari a. hepatica dextra.
Tampak filling defect pada MPV, bifurcatio sampai
vena porta kanan
Kesan:
Hepatomegaly dengan hepatoma lobus dextra
Trombus MPV, bifurcatio sampai vena porta dextra
33. MRI abdomen kontras 3 fase
Hepar: tampak massa heterogen pada T1WI dan
T2WI yang berbatas tegas, ukuran 4 cm yang
menyangat post kontras pada fase arteri dan
washed out pada fase vena dengan area nekrotik
pada sentralnya pada segmen VI lobus kanan
hepar. Pada DWI sebagian menunjukkan restriksi
difusi
Kesan:
Hepatocellular carcinoma segmen VI lobus dextra
hepar
34. MSCT scan abdomen kontras 3 fase
Angiography truncus celiac
menunjukkan tumor blush pada
lobus kanan hepar yang
diperdarahi oleh a. hepatika
kanan
35. Juvenile angiofibroma nasofraing
1. Pasien berada pada posisi supine dilakukan tindakan aseptik regio arteri femoralis
2. Dilakukan anestesi lokal di inguinal kanan dengan lidocain 5 ampul ;dilakukan pungsi
dengan seldinger dilanjutkan dengan introducer sheath 5 Fr pada a. femoralis kanan
dan dimasukkan kateter Simmons 5 Fr beserta guide wire melalui a. femoralis kanan
hingga aorta abdominalis setinggi CV L1 . Kateter dimasukkan ke arteri hepatika
komunis
3. Kontras diinjeksikan, tampak a. hepatika komunis mempercabangkan a. hepatika kanan
dan kiri, tampak tumor staining pada lobus kanan hepar dengan feeding arteri berasal
dari a. hepatika kanan
4. Microcatheter Progreat Fr 2.7 dimasukkan secara superselektif melalui a. hepatika
komunis hingga a. hepatika kanan. Kontras diinjeksikan sehinga tampak staining tumor.
Dimasukkan obat doxurubisim 10 mg 50 cc + NasCl 0.95% + Lipiodol diakhiri dengan
embolisasi menggunakan gelfoam.