SlideShare a Scribd company logo
Radiologi Intervensi
Silvia Suminto
Aneurisma arteri carotis internal
CT-A
Tampak lesi slight hiperdens yang
menunjukkan penyangangatan post kontras
pada suprasellar kiri. Pada CT-A tampak
dilatasi sakular dari arteri karotis interna
pars cavernosa berukuran besar dengan
kalsifikasi didalamnya
Kesan: Giant aneurisma arteri karotis
interna pars cavernosa kiri disertai
trombosis
MRI
T2 menunjukkan flow void pada area
cavernous kiri. Pada MRA tampak
dilatasi sakular dari arteri karotis
interna pars cavernosa berukuran 2
cm dengan dome mengarah ke
lateral kiri, dan kaliber neck sebesar
.....
Kesan: Aneurisma saccular arteri
karotis interna pars cavernosa
Arteriografi arteri karotis
internal kanan menunjukkan
dilatasi sakular dari arteri karotis
internal pars petrosa (segmen
C2) dengan dome mengarah ke
lateral kanan.
AVM auricula posterior
Feeding artery umumnya dari a. temporal superfisial, a. occipital
dan a. posterior auricular. Draining vein: posterior auricular vein
-> external jugular
Tampak vaskular yang tortuous
yang membentuk nidus pada
auricula kanan dengan feeding
artery dari a. auricula posterior
Kesan: Arteriovenous
malformation pada auricula
dengan feeding artery dari a.
auricula posterior
Tampak multiple flow void yang tortuous yang membentuk nidus pada
auricula kiri. Pada angiogram tampak nidus vaskular dengan feeding
artery dari a. auricula posterior dan superfisial temporal artery
Tampak multiple flow void yang tortuous yang
membentuk nidus pada auricula kiri. Pada MRA
tampak nidus vaskular dengan feeding artery
dari superfisial temporal artery. Tampak pula
dilatasi dari draining vein (posterior auricular)
Pulmonary arteriovenous malformation
Feeding artery umumnya dari a. temporal superfisial, a. occipital
dan a. posterior auricular. Draining vein: posterior auricular vein
-> external jugular
Tampak soft tissue density
yang lobulated pada
paracardial kiri dengan
pembuluh darah prominen
yang mengarah ke massa
tersebut
Kesan: Suspek pulmonary
AVM dd/ nodul paru
CT-Angiography
Tampak pembuluh darah yang dilatasi dan
tortuous pada segmen posterior lobus
superior kanan dengan feeding artery dari
cabang arteri pulmonal kanan lobus
superior dan draining vein pada vena
pulmonal lobus superior kanan
Kesan: Pulmonary arterivenous
malformation
Right pulmonal angiography
Tampak pembuluh darah yang dilatasi dan
tortuous pada lobus medius dan lobus
inferior paru kanan dengan feeding artery
dari cabang arteri pulmonal kanan
draining vein pada vena pulmonal
Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage
Tindakan untuk mengatasi terjadinya obstruksi bilier
yang dilakukan dengan cara pemasangan kateter
melalui hepar agar cairan empedu dapat dialirkan
keluar (eksternal drainage) maupun ke dalam (internal
drainage ke duodenum
Indikasi:
1. Obstruksi dari ductus biliaris, sehingga dapat
diketahui level, seberapa berat obstruksi dan
penyebab obstruksi
2. Sebagai bentuk persiapan preoperatif, yang
dapat membantu surgery mengetahui
permasalahan duktus biliaris
3. Trauma pada duktus biliaris
4. Sebagai jalan untuk pemasangan internal stent
5. Penderita dengan infeksi duktus biliaris
(Cholangitis)
Kontraindikasi:
1. Abnormality hemostasis
2. Sepsis
3. Ascites
4. Intrahepatic metastase
Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage
1. Identifikasi tempat Puncture (intercostal VIII) linea axillaris Dextra dan pasang marker (logam)
pada processus Xiphoideus
2. Disenfeksi tempat puncture, kemudian pasang duk steril sekitarnya
3. Anestesi lokal dengan lidocain 10 cc
4. Lakukan puncture (jarum khusus untuk PTCD) dengan inspirasi dari penderita menuju sub proc.
Xiphoideus pada paravertebralis dextra dengan bantuan fluoroskopi, cabut needle untuk
melihat cairan biliaris keluar, jika belum terlihat lakukan manipulasi ringan dengan menarik
manring Puncture keluar secara berlahan-lahan, sambil mengevaluasi jika ada cairan biliaris
yang keluar.
5. Jika cairan biliaris (+) injeksi kontras 10-20 cc untuk melihat visualisasi bile duct dengan level
obstruksi
6. Masukkan guidewire menelusuri manring menuju bile duct yang terendah
7. Cabut manring, lalu masukkan introduser sit dengan dilatatornya (jika perlu), keluarkan
dilatator kemudian masukkan kateter pigtail 6 F masuk menelusuri guidewire, cabut guidewire
dan kateter pigtail berfungsi sebagai drainage
8. Lakukan fiksasi dan perawatan tempat puncture serta drainage aliran bile duct.
Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage
Management post prosedural
1. Menjaga fiksasi kateter dengan baik dan mencegah bile leakage oleh karena peritonitis
2. Monitor bile duct output serta Input dan output cairan. Normal bile duct output 400-
800 ml/hari, jika berlebih ganti dengan cairan
3. Cek vital sign setiap 15 menit selama 1 jam, kemudian 30 menit selama 2 jam
kemudian setiap jam selama 5 jam
4. Kateter harus di flush dengan normal saline steril setiap 6 jam selama 24 jam jika tidak
ada darah dalam drain, frekuensi ditingkatkan jika ada darah dalam drain setiap 2 jam
selama 24 jam. Setelah 5-7 hari jika bile tidak ada darah dan infeksi dibawah kontrol
maka dianjurkan dilakukan internal drainage
5. Jika penderita pulang dengan external drainage diinstruksikan bagaimana melakukan
flush kateter dengan cairan atau normal saline 10 ml per hari sebagai dasar.
6. Kontinu antibiotik untuk 2-4 hari yang tergantung situasi klinik
7. Pengaturan diet sesuai preprosedural
Pemeriksaan cholangiografi dari tindakan PTBD, tampak
needle yang masuk ke ductus biliary. Obstruksi biliary
setinggi ampulla vateri . Tampak kontras mengisi
cabang-cabang ductus biliary namun masih tampak
kontras yang sampai keduodenum
A. tampak guidewire sampai ke duodenum dengan
dilatasi duktus biliaris sebagai penuntun kateter seperti
pada gambar B, dan kateter ini yang berfungsi sebagai
drainage atau tindakan dekompressi penderita
obstruksi biliaris.
Massa sinonasal
Tampak massa isodens pada
sinonasal dengan perluasan ke
sinus maxillaris bilateral, cavum
nasi, nasofaring, orofaring, cavum
orbita kiri hingga ke regio buccal
kiri disertai pembesaran KGB
cervical bilateral (T4N2Mx)
Kesan: Massa sinonasal
MRI T2coronal dan T1 axial post
kontras
Tampak massa heterogen pada
T2WI yang menyangat post kontras
pada nasoethmoid kanan yang
meluas ke sinus maksilaris kanan
dan kavum nasal kiri hingga orbita.
Kesan: Massa sinonasal
-
Dimasukkan kontras kedalam arteri carotis
communis kiri, tampak kontras mengisi arteri
carotis interna dan externa serta cabang-
cabangnya. Tampak massa pada daerah sinonasal
kiri dengan tumor staining di perifer sedangkan
bagian central tampak hipovascular (central
necrosis) yang mendapat feeding arteri dari arteri
maksilaris kiri (moderately vascular). Cabang-
cabang lain dari arteri carotis externa tampak
normal, tidak memberikan feeding arteri ke
tumor.
Dimasukkan kontras kedalam arteri carotis
communis kanan, tampak kontras mengisi arteri
carotis interna dan externa serta cabang-
cabangnya dengan baik. Tidak tampak feeding
arteri ke tumor
Kesan : Tumor sinonasal kiri yang moderately
vascular dngan feeding arteri dari a.maxillaris kiri
Juvenile Angiofibroma Nasofaring
Staging (Radkowski et al)
Stage Keterangan
I Ia Terbatas pada kavum nasal/ nasofaring
Ib Ekstensi ke satu atau lebih sinus paranasal
II IIa Ekstensi minimal melalui foramen sfenopalatine dan bagian minimal dari sisi medial
fossa pterygopalatine
IIb Pengisian fossa pterygomaksilaris dengan bowing dari dinding posterior antrum
maksila ke anterior atau perluasan ke orbit melalui fissura orbital inferior
IIc Ekstensi melewati fissura pterygomaksilaris ke fossa infratemporal dan buccal atau
posterior ke pterygoid plate
III IIIa Erosi skull base dengan ekstensi minimal ke intrakranial
IIIb Erosi skull base dengan ekstensi ekstensif ke intrakranial dengan atau tanpa
keterlibatan sinus cavernosa
Massa isodens berbatas relatif tegas, tepi
irreguler, meyangat heterogen post kontras,
ukuran +/- 5.48 x 6.02 x 7.09 cm kesan berasal
dari foramen sphenopalatine kiri yang meluas ke
sinus sphenoidalis bilateral, cavum nasi, sinus
maksilaris kiri, nasofaring, fossa intratemporal kiri
serta mendestruksi dinding posterior dan medial
sinus maksilaris kiri dan roof sphenoid dan
menyebabkan erosi pada greater wing of
sphenoid. Tampak pula penyangatan pada area
sinus cavernosus kiri. Feeding arteri berasal dari
arteri maksilaris interna sinistra dan arteri
ascendens pharyngeal sinistra
Kesan: Juvenil angiofibroma nasopharynx sinistra
yang meluas ke sinus sphenoidalis bilateral,
cavum nasi, sinus maksilaris kiri, nasofaring, fossa
intratemporal kiri dengan kemungkinan ekstensi
ke intrakranial. Feeding arteri berasal dari arteri
maksilaris interna sinistra dan arteri ascendens
pharyngeal sinistra
MR T1 tanpa dan dengan
kontras potongan koronal
yang menunjukkan massa
heterogen besar yang
menyangat post kontras pada
sisi posterior nasofaring yang
melibatkan sinus sphenoid,
prosesus pterygoid, fossa
pterygopalatina dan fossa
kranial media
A. Digital substraction
angiogram Preembolisasi
menunjukkan massa yang
hipervaskular disuplai oleh
cabang sfenopalatina
(panah) pada distal arteri
maksilaris internal kanan.
Tidak ada suplai tumor
arterial dari arteri karotis
internal atau arteri karotis
eksternal kiri. (b) Digital
substraction angiogram
post embolisasi
menunjukkan keberhasilan
embolisasi partikel dari
massa hipervaskular
Juvenile angiofibroma nasofraing
1. Pasien berada pada posisi supine dilakukan tindakan aseptik regio arteri femoralis
2. Dilakukan anestesi lokal di inguinal kanan dengan lidocain 5 ampul ;dilakukan pungsi
arteri femoral dengan abottcath no. 18. Guide wire pendek Fr 5 dimasukkan dengan
bimbingan fluoroskopi, abottcath digantikan dengan introducer sheath 5 FR, Injeksi
arteri karotis komunis dextra menunjukkan kompleks bifuskasio normal. Tidak tampak
stenosis pada arteri karotis interna dan eksterna
3. Injeksi arteri karotis eksterna dextra menunjukkan adanya tumor blush yang mendapat
suplai darah dari a. maksilaris interna dextra
4. Dengan menggunakan guide kateter JR 46 F, mikrokateter 2.4 F dan mikroguid wire 1.4
F dan countour PVA partikel 300-500 mikron (1 vial) dilakukan embolisasi tumor.
Embolisasi dilakukan secara selektif terhadap a. maksilaris interna dextra hingga tumor
blush tidak tampak lagi
Diseksi aorta
Aorta tampak dilatasi dengan pergeseran
kalsifikasi arkus aorta ke bagian tengah dari
bayangan aorta
Cor membesar dengan left main bronchus yang
terangkat (LAE)
Kesan:
Dilatasi et atherosclerosis aorta disertai suspek
diseksi aorta thoracalis
Cardiomegaly
Tampak robekan/ intimal flap pada proximal
hingga distal aorta thoracalis ascendens yang
membentuk area true lumen +/- 1.04 cm dan false
lumen +/- 6.29 cm. Tampak false lumen terisi
kontras minimal dan membentuk sacculasi besar
yang menekan struktur trachea dan main
bronchus.
Kesan: Diseksi Aorta ascendens (debakey type II/
stanford type A)
Hepatoma
MSCT scan abdomen kontras 3 fase
Hepar: ukuran membesar permukaan irreguler,
tampak massa heterogen batas relatif tegas, tepi
irreguler ukuran +/- 7.4 x 4.2 x 3.6 cm yang
menyangat post kontras pada fase arteri dan
washed out pada fase vena dengan area nekrotik
pada sentralnya pada segmen V-VI lobus kanan
hepar. Feeding artery dari a. hepatica dextra.
Tampak filling defect pada MPV, bifurcatio sampai
vena porta kanan
Kesan:
Hepatomegaly dengan hepatoma lobus dextra
Trombus MPV, bifurcatio sampai vena porta dextra
MRI abdomen kontras 3 fase
Hepar: tampak massa heterogen pada T1WI dan
T2WI yang berbatas tegas, ukuran 4 cm yang
menyangat post kontras pada fase arteri dan
washed out pada fase vena dengan area nekrotik
pada sentralnya pada segmen VI lobus kanan
hepar. Pada DWI sebagian menunjukkan restriksi
difusi
Kesan:
Hepatocellular carcinoma segmen VI lobus dextra
hepar
MSCT scan abdomen kontras 3 fase
Angiography truncus celiac
menunjukkan tumor blush pada
lobus kanan hepar yang
diperdarahi oleh a. hepatika
kanan
Juvenile angiofibroma nasofraing
1. Pasien berada pada posisi supine dilakukan tindakan aseptik regio arteri femoralis
2. Dilakukan anestesi lokal di inguinal kanan dengan lidocain 5 ampul ;dilakukan pungsi
dengan seldinger dilanjutkan dengan introducer sheath 5 Fr pada a. femoralis kanan
dan dimasukkan kateter Simmons 5 Fr beserta guide wire melalui a. femoralis kanan
hingga aorta abdominalis setinggi CV L1 . Kateter dimasukkan ke arteri hepatika
komunis
3. Kontras diinjeksikan, tampak a. hepatika komunis mempercabangkan a. hepatika kanan
dan kiri, tampak tumor staining pada lobus kanan hepar dengan feeding arteri berasal
dari a. hepatika kanan
4. Microcatheter Progreat Fr 2.7 dimasukkan secara superselektif melalui a. hepatika
komunis hingga a. hepatika kanan. Kontras diinjeksikan sehinga tampak staining tumor.
Dimasukkan obat doxurubisim 10 mg 50 cc + NasCl 0.95% + Lipiodol diakhiri dengan
embolisasi menggunakan gelfoam.
Thankyou

More Related Content

Similar to Ulok Intervensi - Silvia.pptx

Catatan belajar NI kebeuleut.pptx
Catatan belajar NI kebeuleut.pptxCatatan belajar NI kebeuleut.pptx
Catatan belajar NI kebeuleut.pptx
elgieaulia
 
Bab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertensionBab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertension
Lilik Supianti
 
2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf
2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf
2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf
dennyandrea1
 
359218810-Apendisitis-PPT.pptx
359218810-Apendisitis-PPT.pptx359218810-Apendisitis-PPT.pptx
359218810-Apendisitis-PPT.pptx
Vinsensius12
 
J_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdf
J_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdfJ_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdf
J_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdf
drAri2
 
USG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.ppt
USG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.pptUSG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.ppt
USG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.ppt
YoastaElsaKovsZero
 
Histerektomi postpartum
Histerektomi postpartumHisterektomi postpartum
Histerektomi postpartum
Pebri Warita Pulungan
 
Anatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopiAnatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopiReza Tiansah
 
Anatomi traktus urinarius
Anatomi traktus urinariusAnatomi traktus urinarius
Anatomi traktus urinariusfkunila2013
 
Prolaps Rektum
Prolaps RektumProlaps Rektum
Prolaps Rektum
Maria Chrismayani
 
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
Nona Zesifa
 
Teknik operasi gondongentomy
Teknik operasi gondongentomy Teknik operasi gondongentomy
Teknik operasi gondongentomy
Isnoe Suryandanu, drg
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantung
Miftahul ulum
 
anatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantunganatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantung
adliah purnawaty
 
Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung KongenitalPenyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung Kongenital
Muhammad Nasrullah
 
serba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptx
serba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptxserba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptx
serba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptx
daratsuraiyaaulia
 
TO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptx
TO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptxTO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptx
TO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptx
bedahunand0723
 
KOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptx
KOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptxKOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptx
KOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptx
reginasuatan
 

Similar to Ulok Intervensi - Silvia.pptx (20)

Catatan belajar NI kebeuleut.pptx
Catatan belajar NI kebeuleut.pptxCatatan belajar NI kebeuleut.pptx
Catatan belajar NI kebeuleut.pptx
 
Bab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertensionBab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertension
 
2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf
2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf
2. pemeriksaan penunjanhg radiologi pada kelainan urogenital.pdf
 
359218810-Apendisitis-PPT.pptx
359218810-Apendisitis-PPT.pptx359218810-Apendisitis-PPT.pptx
359218810-Apendisitis-PPT.pptx
 
J_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdf
J_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdfJ_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdf
J_CesimodadcvJDCV Uds litySASJC AS_and.pdf
 
USG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.ppt
USG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.pptUSG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.ppt
USG_Abdomen_Muh_Furqon_F_G_501_08_049.ppt
 
Histerektomi postpartum
Histerektomi postpartumHisterektomi postpartum
Histerektomi postpartum
 
Anatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopiAnatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopi
 
Anatomi traktus urinarius
Anatomi traktus urinariusAnatomi traktus urinarius
Anatomi traktus urinarius
 
Prolaps Rektum
Prolaps RektumProlaps Rektum
Prolaps Rektum
 
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
 
Cardiovascular.new
Cardiovascular.newCardiovascular.new
Cardiovascular.new
 
Appendektom1
Appendektom1Appendektom1
Appendektom1
 
Teknik operasi gondongentomy
Teknik operasi gondongentomy Teknik operasi gondongentomy
Teknik operasi gondongentomy
 
Anatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantungAnatomi fisiologi jantung
Anatomi fisiologi jantung
 
anatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantunganatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantung
 
Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung KongenitalPenyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung Kongenital
 
serba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptx
serba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptxserba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptx
serba serbi pembahasan tentang aneurisma aorta.pptx
 
TO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptx
TO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptxTO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptx
TO Isthffrrffrfrfrfrmolobectomy dani.pptx
 
KOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptx
KOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptxKOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptx
KOREKSI JAGA 3 - MR 120223 OPEN Hemathothorax.pptx
 

Recently uploaded

Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
roomahmentari
 
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptxPERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
AndrikIrfani
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
LinaJuwairiyah1
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
zirmajulianda1
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIAMATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
ratih402596
 
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
PratiwiZikri
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
nirmalaamir3
 

Recently uploaded (8)

Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
 
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptxPERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA 3 (penilaian korban).pptx
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
 
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIAMATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
MATERI PENCATATAN DAN PELAPORAN SKRINING LANSIA
 
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
2. Update Situasi dan Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis_16 Mei 2024.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
 

Ulok Intervensi - Silvia.pptx

  • 3. CT-A Tampak lesi slight hiperdens yang menunjukkan penyangangatan post kontras pada suprasellar kiri. Pada CT-A tampak dilatasi sakular dari arteri karotis interna pars cavernosa berukuran besar dengan kalsifikasi didalamnya Kesan: Giant aneurisma arteri karotis interna pars cavernosa kiri disertai trombosis
  • 4. MRI T2 menunjukkan flow void pada area cavernous kiri. Pada MRA tampak dilatasi sakular dari arteri karotis interna pars cavernosa berukuran 2 cm dengan dome mengarah ke lateral kiri, dan kaliber neck sebesar ..... Kesan: Aneurisma saccular arteri karotis interna pars cavernosa
  • 5. Arteriografi arteri karotis internal kanan menunjukkan dilatasi sakular dari arteri karotis internal pars petrosa (segmen C2) dengan dome mengarah ke lateral kanan.
  • 6. AVM auricula posterior Feeding artery umumnya dari a. temporal superfisial, a. occipital dan a. posterior auricular. Draining vein: posterior auricular vein -> external jugular
  • 7. Tampak vaskular yang tortuous yang membentuk nidus pada auricula kanan dengan feeding artery dari a. auricula posterior Kesan: Arteriovenous malformation pada auricula dengan feeding artery dari a. auricula posterior
  • 8. Tampak multiple flow void yang tortuous yang membentuk nidus pada auricula kiri. Pada angiogram tampak nidus vaskular dengan feeding artery dari a. auricula posterior dan superfisial temporal artery
  • 9. Tampak multiple flow void yang tortuous yang membentuk nidus pada auricula kiri. Pada MRA tampak nidus vaskular dengan feeding artery dari superfisial temporal artery. Tampak pula dilatasi dari draining vein (posterior auricular)
  • 10. Pulmonary arteriovenous malformation Feeding artery umumnya dari a. temporal superfisial, a. occipital dan a. posterior auricular. Draining vein: posterior auricular vein -> external jugular
  • 11. Tampak soft tissue density yang lobulated pada paracardial kiri dengan pembuluh darah prominen yang mengarah ke massa tersebut Kesan: Suspek pulmonary AVM dd/ nodul paru
  • 12. CT-Angiography Tampak pembuluh darah yang dilatasi dan tortuous pada segmen posterior lobus superior kanan dengan feeding artery dari cabang arteri pulmonal kanan lobus superior dan draining vein pada vena pulmonal lobus superior kanan Kesan: Pulmonary arterivenous malformation
  • 13. Right pulmonal angiography Tampak pembuluh darah yang dilatasi dan tortuous pada lobus medius dan lobus inferior paru kanan dengan feeding artery dari cabang arteri pulmonal kanan draining vein pada vena pulmonal
  • 14. Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage Tindakan untuk mengatasi terjadinya obstruksi bilier yang dilakukan dengan cara pemasangan kateter melalui hepar agar cairan empedu dapat dialirkan keluar (eksternal drainage) maupun ke dalam (internal drainage ke duodenum Indikasi: 1. Obstruksi dari ductus biliaris, sehingga dapat diketahui level, seberapa berat obstruksi dan penyebab obstruksi 2. Sebagai bentuk persiapan preoperatif, yang dapat membantu surgery mengetahui permasalahan duktus biliaris 3. Trauma pada duktus biliaris 4. Sebagai jalan untuk pemasangan internal stent 5. Penderita dengan infeksi duktus biliaris (Cholangitis) Kontraindikasi: 1. Abnormality hemostasis 2. Sepsis 3. Ascites 4. Intrahepatic metastase
  • 15. Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage 1. Identifikasi tempat Puncture (intercostal VIII) linea axillaris Dextra dan pasang marker (logam) pada processus Xiphoideus 2. Disenfeksi tempat puncture, kemudian pasang duk steril sekitarnya 3. Anestesi lokal dengan lidocain 10 cc 4. Lakukan puncture (jarum khusus untuk PTCD) dengan inspirasi dari penderita menuju sub proc. Xiphoideus pada paravertebralis dextra dengan bantuan fluoroskopi, cabut needle untuk melihat cairan biliaris keluar, jika belum terlihat lakukan manipulasi ringan dengan menarik manring Puncture keluar secara berlahan-lahan, sambil mengevaluasi jika ada cairan biliaris yang keluar. 5. Jika cairan biliaris (+) injeksi kontras 10-20 cc untuk melihat visualisasi bile duct dengan level obstruksi 6. Masukkan guidewire menelusuri manring menuju bile duct yang terendah 7. Cabut manring, lalu masukkan introduser sit dengan dilatatornya (jika perlu), keluarkan dilatator kemudian masukkan kateter pigtail 6 F masuk menelusuri guidewire, cabut guidewire dan kateter pigtail berfungsi sebagai drainage 8. Lakukan fiksasi dan perawatan tempat puncture serta drainage aliran bile duct.
  • 16. Percutaneous Transcutaneous Biliary Drainage Management post prosedural 1. Menjaga fiksasi kateter dengan baik dan mencegah bile leakage oleh karena peritonitis 2. Monitor bile duct output serta Input dan output cairan. Normal bile duct output 400- 800 ml/hari, jika berlebih ganti dengan cairan 3. Cek vital sign setiap 15 menit selama 1 jam, kemudian 30 menit selama 2 jam kemudian setiap jam selama 5 jam 4. Kateter harus di flush dengan normal saline steril setiap 6 jam selama 24 jam jika tidak ada darah dalam drain, frekuensi ditingkatkan jika ada darah dalam drain setiap 2 jam selama 24 jam. Setelah 5-7 hari jika bile tidak ada darah dan infeksi dibawah kontrol maka dianjurkan dilakukan internal drainage 5. Jika penderita pulang dengan external drainage diinstruksikan bagaimana melakukan flush kateter dengan cairan atau normal saline 10 ml per hari sebagai dasar. 6. Kontinu antibiotik untuk 2-4 hari yang tergantung situasi klinik 7. Pengaturan diet sesuai preprosedural
  • 17. Pemeriksaan cholangiografi dari tindakan PTBD, tampak needle yang masuk ke ductus biliary. Obstruksi biliary setinggi ampulla vateri . Tampak kontras mengisi cabang-cabang ductus biliary namun masih tampak kontras yang sampai keduodenum
  • 18. A. tampak guidewire sampai ke duodenum dengan dilatasi duktus biliaris sebagai penuntun kateter seperti pada gambar B, dan kateter ini yang berfungsi sebagai drainage atau tindakan dekompressi penderita obstruksi biliaris.
  • 20. Tampak massa isodens pada sinonasal dengan perluasan ke sinus maxillaris bilateral, cavum nasi, nasofaring, orofaring, cavum orbita kiri hingga ke regio buccal kiri disertai pembesaran KGB cervical bilateral (T4N2Mx) Kesan: Massa sinonasal
  • 21. MRI T2coronal dan T1 axial post kontras Tampak massa heterogen pada T2WI yang menyangat post kontras pada nasoethmoid kanan yang meluas ke sinus maksilaris kanan dan kavum nasal kiri hingga orbita. Kesan: Massa sinonasal
  • 22. - Dimasukkan kontras kedalam arteri carotis communis kiri, tampak kontras mengisi arteri carotis interna dan externa serta cabang- cabangnya. Tampak massa pada daerah sinonasal kiri dengan tumor staining di perifer sedangkan bagian central tampak hipovascular (central necrosis) yang mendapat feeding arteri dari arteri maksilaris kiri (moderately vascular). Cabang- cabang lain dari arteri carotis externa tampak normal, tidak memberikan feeding arteri ke tumor. Dimasukkan kontras kedalam arteri carotis communis kanan, tampak kontras mengisi arteri carotis interna dan externa serta cabang- cabangnya dengan baik. Tidak tampak feeding arteri ke tumor Kesan : Tumor sinonasal kiri yang moderately vascular dngan feeding arteri dari a.maxillaris kiri
  • 23. Juvenile Angiofibroma Nasofaring Staging (Radkowski et al) Stage Keterangan I Ia Terbatas pada kavum nasal/ nasofaring Ib Ekstensi ke satu atau lebih sinus paranasal II IIa Ekstensi minimal melalui foramen sfenopalatine dan bagian minimal dari sisi medial fossa pterygopalatine IIb Pengisian fossa pterygomaksilaris dengan bowing dari dinding posterior antrum maksila ke anterior atau perluasan ke orbit melalui fissura orbital inferior IIc Ekstensi melewati fissura pterygomaksilaris ke fossa infratemporal dan buccal atau posterior ke pterygoid plate III IIIa Erosi skull base dengan ekstensi minimal ke intrakranial IIIb Erosi skull base dengan ekstensi ekstensif ke intrakranial dengan atau tanpa keterlibatan sinus cavernosa
  • 24. Massa isodens berbatas relatif tegas, tepi irreguler, meyangat heterogen post kontras, ukuran +/- 5.48 x 6.02 x 7.09 cm kesan berasal dari foramen sphenopalatine kiri yang meluas ke sinus sphenoidalis bilateral, cavum nasi, sinus maksilaris kiri, nasofaring, fossa intratemporal kiri serta mendestruksi dinding posterior dan medial sinus maksilaris kiri dan roof sphenoid dan menyebabkan erosi pada greater wing of sphenoid. Tampak pula penyangatan pada area sinus cavernosus kiri. Feeding arteri berasal dari arteri maksilaris interna sinistra dan arteri ascendens pharyngeal sinistra Kesan: Juvenil angiofibroma nasopharynx sinistra yang meluas ke sinus sphenoidalis bilateral, cavum nasi, sinus maksilaris kiri, nasofaring, fossa intratemporal kiri dengan kemungkinan ekstensi ke intrakranial. Feeding arteri berasal dari arteri maksilaris interna sinistra dan arteri ascendens pharyngeal sinistra
  • 25. MR T1 tanpa dan dengan kontras potongan koronal yang menunjukkan massa heterogen besar yang menyangat post kontras pada sisi posterior nasofaring yang melibatkan sinus sphenoid, prosesus pterygoid, fossa pterygopalatina dan fossa kranial media
  • 26. A. Digital substraction angiogram Preembolisasi menunjukkan massa yang hipervaskular disuplai oleh cabang sfenopalatina (panah) pada distal arteri maksilaris internal kanan. Tidak ada suplai tumor arterial dari arteri karotis internal atau arteri karotis eksternal kiri. (b) Digital substraction angiogram post embolisasi menunjukkan keberhasilan embolisasi partikel dari massa hipervaskular
  • 27. Juvenile angiofibroma nasofraing 1. Pasien berada pada posisi supine dilakukan tindakan aseptik regio arteri femoralis 2. Dilakukan anestesi lokal di inguinal kanan dengan lidocain 5 ampul ;dilakukan pungsi arteri femoral dengan abottcath no. 18. Guide wire pendek Fr 5 dimasukkan dengan bimbingan fluoroskopi, abottcath digantikan dengan introducer sheath 5 FR, Injeksi arteri karotis komunis dextra menunjukkan kompleks bifuskasio normal. Tidak tampak stenosis pada arteri karotis interna dan eksterna 3. Injeksi arteri karotis eksterna dextra menunjukkan adanya tumor blush yang mendapat suplai darah dari a. maksilaris interna dextra 4. Dengan menggunakan guide kateter JR 46 F, mikrokateter 2.4 F dan mikroguid wire 1.4 F dan countour PVA partikel 300-500 mikron (1 vial) dilakukan embolisasi tumor. Embolisasi dilakukan secara selektif terhadap a. maksilaris interna dextra hingga tumor blush tidak tampak lagi
  • 29. Aorta tampak dilatasi dengan pergeseran kalsifikasi arkus aorta ke bagian tengah dari bayangan aorta Cor membesar dengan left main bronchus yang terangkat (LAE) Kesan: Dilatasi et atherosclerosis aorta disertai suspek diseksi aorta thoracalis Cardiomegaly
  • 30. Tampak robekan/ intimal flap pada proximal hingga distal aorta thoracalis ascendens yang membentuk area true lumen +/- 1.04 cm dan false lumen +/- 6.29 cm. Tampak false lumen terisi kontras minimal dan membentuk sacculasi besar yang menekan struktur trachea dan main bronchus. Kesan: Diseksi Aorta ascendens (debakey type II/ stanford type A)
  • 32. MSCT scan abdomen kontras 3 fase Hepar: ukuran membesar permukaan irreguler, tampak massa heterogen batas relatif tegas, tepi irreguler ukuran +/- 7.4 x 4.2 x 3.6 cm yang menyangat post kontras pada fase arteri dan washed out pada fase vena dengan area nekrotik pada sentralnya pada segmen V-VI lobus kanan hepar. Feeding artery dari a. hepatica dextra. Tampak filling defect pada MPV, bifurcatio sampai vena porta kanan Kesan: Hepatomegaly dengan hepatoma lobus dextra Trombus MPV, bifurcatio sampai vena porta dextra
  • 33. MRI abdomen kontras 3 fase Hepar: tampak massa heterogen pada T1WI dan T2WI yang berbatas tegas, ukuran 4 cm yang menyangat post kontras pada fase arteri dan washed out pada fase vena dengan area nekrotik pada sentralnya pada segmen VI lobus kanan hepar. Pada DWI sebagian menunjukkan restriksi difusi Kesan: Hepatocellular carcinoma segmen VI lobus dextra hepar
  • 34. MSCT scan abdomen kontras 3 fase Angiography truncus celiac menunjukkan tumor blush pada lobus kanan hepar yang diperdarahi oleh a. hepatika kanan
  • 35. Juvenile angiofibroma nasofraing 1. Pasien berada pada posisi supine dilakukan tindakan aseptik regio arteri femoralis 2. Dilakukan anestesi lokal di inguinal kanan dengan lidocain 5 ampul ;dilakukan pungsi dengan seldinger dilanjutkan dengan introducer sheath 5 Fr pada a. femoralis kanan dan dimasukkan kateter Simmons 5 Fr beserta guide wire melalui a. femoralis kanan hingga aorta abdominalis setinggi CV L1 . Kateter dimasukkan ke arteri hepatika komunis 3. Kontras diinjeksikan, tampak a. hepatika komunis mempercabangkan a. hepatika kanan dan kiri, tampak tumor staining pada lobus kanan hepar dengan feeding arteri berasal dari a. hepatika kanan 4. Microcatheter Progreat Fr 2.7 dimasukkan secara superselektif melalui a. hepatika komunis hingga a. hepatika kanan. Kontras diinjeksikan sehinga tampak staining tumor. Dimasukkan obat doxurubisim 10 mg 50 cc + NasCl 0.95% + Lipiodol diakhiri dengan embolisasi menggunakan gelfoam.