tulisan

1. TENTANG SAYA dan MENJADI IBU
Nama saya Tri Marcelina Tarigan. Lebih akrabdengan panggilan Celi. Lahir
di kota Medan pada tanggal 3 Maret 1989. Saya dilahirkan dari rahim seorang
perempuan hebat yang berhasil membesarkan saya dan dua saudara perempuan
saya sendiri. Beliau sudah menjadi janda sejak saya duduk di kelas 4 SD karena
perbedaan prinsip dan keyakinan. Dengan ketegarannya beliau mencari nafkah
sebagai pedagang keliling untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-
anaknya. Baginya, kesusahan yang didapatkan sekarang tidak jadi masalah
selama anaknya bisa mengecap pendidikan hingga ke perguruan tinggi dan
memakai toga dihadapannya sudah cukup membayar peluhnya diganti dengan
kesukacitaan yang besar.
Tahun 2012 setelah saya menyelesaikan studi di salah satu universitas
negeri di Padang, saya memilih hijrah ke Bengkulu Utara ikut tante. Berbekal
dengan kemampuan mengajar dan ilmu pendidikan dasar yang cukup saya
kuasai, saya terjun ke dunia pendidikan. Saya menghabiskan hari-hari untuk
mengajar lesanak-anak SD dari kelas 1 hingga kelas 6. Saya juga aktif pelayanan
di gereja sebagai guru Sekolah Minggu. Selain bertujuan pelayanan, saya dapat
mengembangkan potensi dalam diri saya bersama anak-anak yang saya didik.
Buka hanya mengajar pelajaran formal di sekolah tapi juga kegiatan-kegiatan
positif yang digemari anak-anak seperti membuat hasil karya dari barang bekas,
bernyanyi, menari tradisional dan kreasi, bermain lakon (drama) dan banyak lagi.
Hingga suatu hari seorang teman mengajak saya untuk mendirikan satu sekolah
PAUD Kristen. Atas dasar pelayanan saya dan 3 teman lainnya berjuang bersama
mendirikan satu-satunya sekolah PAUD Kristen di kecamatan Putri Hijau pada
tahun 2014. Namun setelah menikah dan ikut suami saya dengan berat hati tidak
bisa melanjutkan lagi mengajar karena jarak dan waktu yang ditempuh cukup
jauh yang menyulitkan saya dan suami.
Membaca, menari dan berlakon adalah kegemaran saya. Artinya setiap saya
melakukan hal-hal tersebut, saya merasa bahagia dan rasa percaya diripun
meningkat. Hobi ini sudah saya cintai sejak kelas 4 SD. Saya selalu ditunjuk oleh
guru di sekolah atau kakak sekolah minggu untuk menari dan bermain drama.
Saya dianggap berbakat dan berprestasi. Dari sinilah rasa percaya diri saya
muncul dan berkembang. Ada perasaan bangga dan istimewa karena saya berarti
bagi orang lain. Sementara membaca merupakan kegiatan yang saya lakukan di
sela-sela waktu kesibukan. Kebanyak buku yang saya baca adalah karangan-
karangan TeenLit atau komedi.
Namun ternyata kehidupan tak semulus itu. Saya pernah mengalami krisis
percaya diri ketika menjadi mahasiswa. Saya aktif mengikuti pengembangan diri di
kelompok menari. Disini saya melihat potensi-potensi pemuda yang luar biasa.
Kemampuan menari saya masih terbilang kelas teri saat melihat para senior yang
lincah dan gemulai, bahkan termasuk laki-laki. Sayangnya saya jarang terpilih
untuk tampil di acara-acara kampus karena dianggap postur tubuh saya belum
cukup ideal. Saya hanya ditunjuk untuk membantu melatih teman saja. Sayapun
keluar dari zona tersebut dan beralih ke klub jurnalistik. Kelas yang menarik

2. karena setiaptulisan dihargai dan dimuat di tabloid kampus tanpa pandang bulu.
Tulisan yang belum rapi akan dibantu dan dilatih untuk menjadi baik. Hal ini
yang mengembalikan semangat dan percaya diri saya lagi.
Saya memasuki babak baru dalam kehidupan ketika saya menjadi seorang
ibu. Saya memiliki seorang putri cantik yang saat ini berusia 14 bulan. Menjadi
ibu ternyata persis seperti yang saya gambarkan sendiri tentang ibu saya.
Istimewa dan luar biasa. Ketangguhan yang dimiliki seorang ibu sangat berarti
untuk masa depan keluarganya.Ketika mengandung, melahirkan hingga merawat
anak bukanlah hal yang mudah. Tak heran Tuhan menciptakan hati besi dan jiwa
baja untuk boleh melewati semua itu. Beruntung saya memiliki suami yang tak
kalah hebatnya. Suami saya adalah rekan partner nomor satu dihati saya. Suami
ikut ambil bagian dalam mengurus rumah dan anak bersama dengan saya. Kami
bekerja sama dengan penuh sukacita. Suamipun juga ikut mendukung setiap
kegiatan saya diluar rumah selama itu positif dan membuat saya bahagia.
Sayapun kembali kedunia pendidikan anak-anak, mengajar di PAUD TENERA,
yayasan pendidikan swasta yang sama dengan tempat suami saya bekerja, namun
beliau mengajar di SMA. Di sekolah ini saya banyak menemukan hal-hal baru
yang saya ingin tahu dan tekuni. Saya juga menemukan hal-hal yang sempat
hilang dalam dunia saya dan mendapat kesempatan lagi untuk menekuninya.
Menari, bernyanyi, berlakon, bercerita, mendongeng, berkreasi, membaca dan
menulis,semua ada di TENERA. Tak henti-hentinya saya terkagumatas semangat
Pengurus Yayasan dan para pengajar yang berpacu berkreatifitas dan berinovasi
untuk memberikan yang terbaik untuk dirinya, anak didik dan sekolah. Hal ini
pula yang memacu saya untuk bisa berbagi sesuatu kepada teman ibu-ibu
ditempat saya tinggal, Afdeling 3. Dengan bekal literasi yang diberikan oleh
Sekolah Tenera sebelumnya, saya mengajak ibu-ibu untuk mulai membiasakan
diri berliterasi. Dimulai dari kegiatan membaca.Sebagian besar ibu-ibu di afdeling
3 ikut bekerja ke lahan. Berangkat lebih awal dan pulang menjelang sore membuat
rutinitasmereka terasa jenuh dan penat. mereka membutuhkan hiburan untuk
menyegarkan hati dan pikiran mereka. Tak banyak yang menyadari bahwa dengan
membaca dapat membantu kita rileks dan pikiran menjadi segar. Bahkan dengan
membaca dapat memberikan ide-ide dan wawasan baru yang mengembangkan
potensi diri untuk berkreasi. Melalui kampanye tersebut ternyata saya mendapat
respon positif. Ibu-ibu mulai berminat untuk membaca. Bekerjasama dengan
perpustakaan Tenera dan beberapa koleksi buku yang saya miliki, satu-persatu
ibu-ibu bergantian meminjam dan bergantian membaca. Mereka senang karena
ada hiburan baru yang menambah pengetahuan dan menenangkan pikiran
mereka.
Selainmembaca, saya juga mengajak ibu-ibu untuk olahraga dengan cara senam
bersama yang nantinya akan jadi kegiatan rutin ibu-ibu afdeling 3 setiap dua
minggu sekali. Mereka semua bersemangat dan antusias karena semua
mengeluhkan badan yang kaku dan lemak yang bertumpuk dimana-mana cukup
mengganggu hari-hari mereka. Selain itu olahraga juga dapat memberikan rileks
dan kesegaran jasmani serta rohani kita.

3. Harapan saya, dimanapun saya berpijak saya boleh memberikan sesuatu
yang berarti bagi orang lain. Terlebih saat menjadi ibu saya lebih tahu banyak hal
tentang perempuan dan dunianya.
Semakin banyak melangkah, semakinbanyak yang dilihat.
Semakin banyak membaca, semakin banyak tahu.
Semakin banyak mencoba, semakin banyak kemampuan kita.
Menjadi ibu adalah jabatan istimewa. Akan lebih mulia lagi bila kita bisa menjadi
ibu yang mau berkarya dan memberi dampak bagi orang lain. 
Sebelat,6 November 2017
Tri Marcelina Tarigan
Dari Afdeling 3