MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Tugas uas spi semester ganjil khoirul anwari
1. Nama: Khoirul Anwari
Kelas: HKI C
Nim: 33010210077
SEJARAH KYAI AGENG PENGGING
Menurut sejarah, Pangeran Handayaningrat menikah dengan Retno Pembayun,
putri sulung Brawijaya Pamungkas atau Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir. Dari
pernikahan ini lahirlah Kebo Kanigara, Kebo Kenanga, dan Kebo Amiluhur. Sumber
lain mengatakan bahwa ia memiliki lima anak, yaitu Retno Pandan Kuning, Retno
Pandansari, Kebo Kanigara, Kebo Kenanga, dan Kebo Sulastri.
Nama asli Ki Ageng Pengging Sepuh adalah Sharif Muhammad Kebunsuan, putra
bungsu Sayyid Husein Jumadil Kubro dan Putri Jauhar dari Kerajaan Muar Lama,
Malaysia. Muhammad Bungsuan dikatakan sebagai pendiri Kerajaan Maguindanao di
Filipina. Namun, ada juga sumber yang menyebut nama aslinya adalah Jaka Sengara
Tiga makam utama di makam Ki Ageng Pengging Sepuh Boyolali terletak di bawah
pohon Kepuh yang tinggi dan rindang. Menurut Ki Narto, pohon yang mengesankan
ini berusia lebih dari 600 tahun. Dua makam yang berdekatan adalah makam Ki
Ageng Pengging Sepuh dan istrinya Retno Pembayun. Yang lainnya adalah makam
Kebo Amiluhur, bungsu dari Ki Ageng tidak memiliki anak. Pangeran
Handayaningrat adalah pemimpin wilayah Pengging. Setelah kematiannya, ia
dipanggil Ki Ageng Penggging Sepuh. Ki Kebo Kenanga menggantikannya dengan
julukan Ki Ageng Pengging. Ki Ageng Penggging Sepuh terbunuh oleh keris ayah
Sunan Kudus Sunan Nudong dalam perang antara Demak dan Majapahit.
Jika Kebo Kenanga masuk Islam dan menjadi murid terbaik Syekh Siti Jenar, Kebo
Kanigara tetap setia pada agama lama (Hindu) dan meninggal saat bertapa di puncak
Gunung Merapi. Menariknya, di pinggir pagar pembatas terdapat makam Widuri
yang disebut-sebut sebagai anak tunggal Kebo Kanigara. Saya sempat mengambil
foto yang memperlihatkan hampir semua objek yang ada di makam Ki Ageng
Pengging Sepuh Boyolali. Makam Endang Widuri sedikit terpisah di ujung area.
Dalam kisah Nagasasra dan Sabuk Inten, seorang gadis lincah bernama Endang
Widuri adalah putra Kebo Kanigara, dan Widuri kemudian menikah dengan Arya
Salaka atau Ki Gede Banyubiru.
2. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa nama Ndangwiduri sebenarnya adalah
ciptaan SH Mintardja, bukan berdasarkan data sejarah, sehingga patut diduga makam
tersebut adalah makam Ndangwiduri. Setidaknya Chinato mengatakannya di awal,
dan apa yang dia katakan tidak boleh dianggap sebagai penegasan.
Karena menjadi murid Syekh Sitiynar dan tidak mau tunduk pada kekuasaan Sultan
Demark, Kebokenanga dijatuhi hukuman mati oleh Sultan Demark, seperti yang
dialami Syekh Sitiynar. Kisah kematian Kebo Kenanga dan Syekh Siti Jenar serta
dialog yang menyertainya merupakan kisah klasik yang selalu menarik untuk dibaca.
Kekuasaan Demak tidak bertahan lama dan digantikan oleh Kesultanan Pajang yang
didirikan oleh Karebet putra Kebo Kenanga. Kesultanan Pakistan tidak bertahan
lama, dan digantikan oleh Mataram yang didirikan oleh Sutawijaya dan Ki Ageng
Pemanahan. Sutawijaya adalah cucu dari Ki Ageng Henis atau cicit dari Ki Ageng
Sela, ia juga merupakan keturunan langsung dari Prabu Brawijaya V.
Pencarian makam ini membuat saya bisa membaca kembali cerita SH Mintardja
tentang tokoh Panembahan Ismaya di Padepokan Karang Tumaritis. Bersama Kebo
Kanigara, Mahesa Jenar mengungkap rahasia Panembahan Ismaya yang semula
sesepuh Pasingsingan, namun bernama asli Raden Buntara, adik Brawijaya V dari
Garwa Ampeyan.
Raden Buntara mundur ke Karang Tumaritis karena difitnah sebagai pengganggu istri
tumenggung yang mengikuti Prabu Brawijaya V ke Gunung Kidul setelah runtuhnya
Majapahit. Itu karena Raden Buntara mencium rencana jahat tumenggung untuk
menguasai harta benda yang dibawa raja sebagai persiapan untuk menyendiri.