Slide ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Agama Islam II di Universitas Islam "45" Bekasi.
Boleh dicopy-paste dan disebarluaskan. ^^
Slide ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Agama Islam II di Universitas Islam "45" Bekasi.
Boleh dicopy-paste dan disebarluaskan. ^^
How to Build a Dynamic Social Media PlanPost Planner
Stop guessing and wasting your time on networks and strategies that don’t work!
Join Rebekah Radice and Katie Lance to learn how to optimize your social networks, the best kept secrets for hot content, top time management tools, and much more!
Watch the replay here: bit.ly/socialmedia-plan
http://inarocket.com
Learn BEM fundamentals as fast as possible. What is BEM (Block, element, modifier), BEM syntax, how it works with a real example, etc.
Content personalisation is becoming more prevalent. A site, it's content and/or it's products, change dynamically according to the specific needs of the user. SEO needs to ensure we do not fall behind of this trend.
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-QuranRidlo Abelian
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-Quran
"At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran"
Dalam garis besarnya, kitab ini mengandung sembilan bagian dan sebuah mukadimah yang menjelaskan secara ringkas latar-belakang dan kandungan kitab ini secara keseluruhan. Kemudian diteruskan dengan riwayat hidup Imam Nawawi.
Adapun kesembilan bagian yang menjadi inti kitab ini adalah:
• KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QUR’AN
• KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-QUR’AN
• MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN ALQUR’AN
• PANDUAN MENGAJAR DAN BELAJAR AL-QUR’AN
• PANDUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN
• ADAB DAN ETIKA MEMBACA AL-QUR’AN
• ADAB BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
• AYAT DAN SURAT YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU
• RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QUR’AN
1. Pengertian Al-Qur‟an
Secara Bahasa (Etimologi) merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-‟a ( )
yang bermakna Talaa ( ) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama‟a
(mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-‟a Qor‟an Wa Qur‟aanan (
) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan (
).Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang
semakna dengan Ism Maf‟uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna
kedua (Yakni: Jama‟a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa‟il, artinya Jaami‟ (Pengumpul,
Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Secara Syari‟at (Terminologi) adalah Kalam Allah ta‟ala yang diturunkan kepada Rasul
dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu „alaihi wasallam, diawali dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Allah ta‟ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur‟an kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (al-Insaan:23)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur‟an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta‟ala telah menjaga al-Qur‟an yang agung ini dari upaya merubah, menambah,
mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta‟ala telah menjamin akan menjaganya
sebagaimana dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami-lah yang menunkan al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami benr-benar
memeliharanya.” (al-Hijr:9)
Oleh karena itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-
musuh Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun
menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka kedoknya.
Allah ta‟ala menyebut al-Qur‟an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan
keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia adalah
pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
Allah ta‟ala berfirman, “Dan sesunguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang dan al-Qur‟an yang agung.” (al-Hijr:87)
Dan firman-Nya, “Qaaf, Demi al-Quran yang sangat mulia.” (Qaaf:1)
Dan firman-Nya, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (Shaad:29)
2. Dan firman-Nya, “Dan al-Qur‟an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka
iktuilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (al-An‟am:155)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur‟an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (al-
Waqi‟ah:77)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jalan ) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu‟min yang menjajakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang benar.” (al-Isra‟:9)
Dan firman-Nya, “Kalau sekiranya kami menurunkan al-Qur‟an ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (al-
Hasyr:21)
-
Dan firman-Nya, “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang
munafik) ada yang berkata, „Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini.„ Adapun orang-orang yang berimana, maka surat ini menambah imannya
sedang mereka merasa gembira # Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit, maka dengan surat ini bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang
telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (at-Taubah:124-125)
Dan firman-Nya, “Dan al-Qur‟an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi
peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur‟an (kepadanya)…” (al-
An‟am:19)
Dan firman-Nya, “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan al-Qur‟an dengan jihad yang benar.” (al-Furqan:52)
3. Dan firman-Nya, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur‟an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (an-Nahl:89)
Dan firman-Nya, “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur‟an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu
ujian* terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan…” (al-Maa‟idah:48)
Al-Qur‟an al-Karim merupakan sumber syari‟at Islam yang karenanya Muhammad shallallaahu
„alaihi wasallam diutus kepada seluruh umat manusia. Allah ta‟ala berfirman,
Dan firman-Nya, “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Qur‟an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).” (al-
Furqaan:1)
Sedangkan Sunnah Nabi shallallaahu „alaihi wasallam juga merupakan sumber Tasyri‟ (legislasi
hukum Islam) sebagaimana yang dikukuhkan oleh al-Qur‟an. Allah ta‟ala berfirman,
“Barangsiapa yang menta‟ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta‟ati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari keta‟atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.” (an-Nisa‟:80)
Dan firman-Nya, “Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata.” (al-Ahzab:36)
Dan firman-Nya, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (al-Hasyr:7)
Dan firman-Nya, “Katakanlah, „Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.‟ Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Ali „Imran:31)
4. Wahyu Secara Bahasa
Para peneliti kosa kata berkeyakinan bahwa wahyu adalah suatu kaidah untuk
penyampaian ilmu, makrifat, dan lainnya. Kekhususan dan spesifikasi dari wahyu di antaranya
adalah: isyarat cepat terhadap penulisan dan risalah, pemberitahuan terhadap misteri dan simbol,
terkadang dalam bentuk tak berkomposisi, isyarat terhadap sebagian anggota-anggota badan, dan
terkadang dalam artian ilham dan ungkapan rahasia serta tersembunyi. Oleh karena itu, rahasia,
cepat, dan misteri merupakan pilar-pilar asli dari wahyu.
Wahyu Dalam Al-Qur’an
Wahyu kebanyakan dari jenis ilmu dan kognisi, bukan dari jenis amal dan perbuatan; dan
ilmu merupakan dimensi khusus dari wujud yang tidak terlaburi mahiyah; kendatipun mahiyah
senantiasa menyertainya. Oleh sebab itu, wahyu adalah sebuah komprehensi yang digali dari
eksistensi. Dari sisi ini maka wahyu tidak mempunyai kuiditas dan tidak mungkin didefinisikan
dengan jalan genus, difrensia, definisi, dan deskripsi. Jadi wahyu bersih dari semua itu yang
berada di bawah kategori-kategori popular kuiditas, dan komprehensi wahyu –seperti pengertian
eksistensi– mempunyai wujud luar (ekstensi), dimana misdaknya sendiri mempunyai tingkatan
yang berbeda dan beragam.
Penjelasan tentang matlab ini:
1. Setiap ” wujud mungkin” terangkap dari wujud dan mahiyah.
2. Sesudah diurai akal dan dipisahkan mahiyah dari wujud, meskipun masing-masing dari mahiyah
dan wujud ini adalah “mungkin” (possible), tetapi tidak satupun secara sendirian terangkap dari
wujud dan mahiyah; yakni sesudah diurai oleh akal, meskipun masing-masing harus disertai
lainnya, akan tetapi dalam atmosfir analisa, tidak satupun dari keduanya adalah berkomposisi.
3. Wahyu ilmi adalah dari jenis ilmu, dan ilmu adalah dari tipe wujud; apakah ia itu ilmu husuli
ataukah ia ilmu huduri.
4. Wahyu adalah dari tipe ilmu huduri, bukan dari jenis ilmu husuli; akan tetapi dari bagian spesifik
ilmu huduri, bukan mutlak ilmu tersebut.
5. Mungkin saja kadang suatu matlab terlontar dalam hati dalam bentuk ilmu husuli dan
merupakan bagian dari wahyu.
Dalam kultur al-Qur‟an semua maujud-maujud mendapatkan saham dari ilmu dan
kesadaran serta semuanya dapat mengambil manfaat dari jenis wahyu dan ilham. Seluruh alam
ciptaan dalam sistem eksistensi berada di bawah pengelolaan Tuhan serta Tuhan adalah pengajar
mereka, dan ini memungkinkan bahwa Tuhan terkadang dari jalan wahyu atau ilham
melontarkan dan memahamkan suatu hakikat kepada manusia, malaikat, hewan, tumbuhan,
5. bahkan hatta bebatuan; meskipun pada dasarnya terdapat juga jalan-jalan selain jalan pewahyuan
dalam masalah ini.
Oleh karena itu:
a. Karena wahyu galibnya dari jenis ta‟lim (pengajaran) yang memiliki kekhususan tersembunyi,
cepat, dan misteri maka pengajaran terang-terangan, dihadiri orang lain, lambat, bertahap, dan
tanpa simbol tidaklah masuk dalam kunci dan gembok wahyu.
Simbol atau sandi, bukanlah ambigu dan global, sebab dalam perkara global dan ambigu
tersimpan kegelapan dan ketidaktahuan, tetapi ungkapan yang bersandi memiliki isyarat terhadap
makna-makna, yang mana dalam perkara wahyu, gembok dan kuncinya berada di tangan para
nabi As.
Pengetahuan global berbaur dengan kejahilan dan ilmu ijmâl (ilmu global dalam ilmu ushul
fikh), yaitu percampuran dari beragam ketidaktahuan dengan satu ilmu.
Kendatipun wahyu galibnya dari tipe ilmu dan kognisi, tetapi terkadang ia juga dari jenis
keputusan dan resolusi ilmu; dalam berhadapan dengan doktrin dan dogma. Terkadang iradah
(kehendak) melakukan pekerjaan diperoleh dari wahyu, seperti: “Kami wahyukan kepada ibu
Musa…” dan “Kami wahyukan kepada mereka perbuatan kebaikan…”, dimana dalam masalah-
masalah ini yang menjadi perkara diwahyukan adalah iradah, keputusan, dan pergerakan dalam
diri, yang mana tidak satupun dari mereka ini termasuk dari kategori mafhum dzihni.
b. Demikian pula wahyu, bukanlah munajat dan pembicaraan bisik-bisik serta sembunyi-
sembunyi. Dalam Islam sejati, seluruh al-Qur‟an, adalah wahyu Tuhan: “…dan al-Qur‟an ini
diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang
yang sampai (al-Qur‟an kepadanya)”; “Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang
paling baik dengan mewahyukan al-Qur‟an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum
itu dinisbahkan kepadanya adalah orang yang tidak mengetahui”.
Oleh karena itu, jika seseorang melakukan perenungan, pemikiran, dan tadabbur dalam
ayat-ayat al-Qur‟an, dia akan mengenal satu sudut dari rahasia-rahasia wahyu; sebab al-Qur‟an
adalah kalam Tuhan dan kalam Tuhan adalah wahyu-Nya. Dia adalah pengajar yang berbicara
dengan manusia dengan perantara wahyu, dan seluruh alam eksistensi serta manusia mendapat
pengajaran serta mendengarkan kalam Ilahi. Di samping itu, manusia sendiri juga adalah kalam
Tuhan. Sebagai petunjuk bahwasanya Tuhan berbicara dengan manusia dengan kalam-Nya, al-
6. Qur‟an menyetir firman Tuhan dalam ayat-ayatnya: “…dan Allah bebicara (kallama) kepada
Musa dengan pembicaraan (taklîman)”; “…di antara mereka ada yang (langsung) Allah
berbicara dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat.”
Jadi pada hakikatnya kita dapat meneliti seukuran kapasitas akal, kemampuan memahami
dan mempersepsi diri kita terhadap wahyu dan kalam Tuhan; sebagaimana dapat juga dengan
seukuran kapasitas itu melakukan penjelajahan intelektual dalam wilayah dzat, asmâ (nama-
nama) dan sifat-sifat-Nya.