Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Tugas mamas
1. Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata "Pramuka"
merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Jiwa Muda yang Suka
Berkarya.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga
(7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan
Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka,
Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis
Pembimbing.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan
keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang
dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan,
yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur. Kepramukaan
adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan
perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.
1. Sejarah Gerakan Pramuka
a. Sejarah berdirinya pramuka di Indonesia
Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai
dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung.[1]
Sedangkan pada tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische
Padvinderij Organisatie (JIPO).[1] Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia ini
meleburkan diri menjadi satu, bernama (Belanda) Indonesische Nationale Padvinderij
Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.[1]
Organisasi Kepanduan Indonesia di seputaran tahun 1920-an.
Pada tanggal 26 Oktober 2010, Dewan Perwakilan Rakyat mengabsahkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Berdasarkan UU ini, maka Pramuka bukan
lagi satu-satunya organisasi yang boleh menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.
Organisasi profesi juga diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.[2]
2. enyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai "saham" besar dalam
pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan
kepanduan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepanduan itu tampak
adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi
yang Bhinneka.
Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandsche Padvinders
Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki
kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders
Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah Javaansche Padvinders
Organisatie; berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas
dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama
menjadi "Hizbul Wathan" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo;
Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti
menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale
Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan
Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan
terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari
Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930
berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java
Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-
Pandu Kebangsaan).
PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia
(BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernapas
utama kebangsaan maupun bernapas agama. kepanduan yang bernapas kebangsaan dapat
dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan
(PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang
bernapas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia
(KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas
Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan
Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini
mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang
kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" disingkat
PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
3. Masa Perang Dunia II
Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda
meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan
kepanduan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan.
Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di dada para anggotanya. Karena
Pramuka merupakan suatu organisasi yang menjunjung tinggi nilai persatuan. Oleh karena
itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Pramuka di Indonesia.
Masa Republik Indonesia
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepanduan
berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan
Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi
kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Kongres Kesatuan
Kepanduan Indonesia.
Kongres yang dimaksud dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta
dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap
pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI
mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan
pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman
gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto
menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada
negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang
berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera
Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian
juga bagi para anggota pergerakan kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode
perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu
inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22
Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi
kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas organisasinya
masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi
satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K nomor
2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu
Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia, jadi keputusan
nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No.
2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepanduan menga-dakan konfersensi di
Ja-karta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan
Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
4. Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepanduan sedunia
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepanduan putera, sedangkan bagi organisasi
puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan
POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah
bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan
Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955,
Jakarta.
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu menyelenggarakan
seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup
kepanduan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
setiap gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada
dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam
hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan
topik "Penasionalan Kepanduan".
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI
menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di
Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo
mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
b. Sejarah Pramuka Internasional
Pencetus berdirinya Gerakan Pramuka sedunia adalah Lord Bodden Powel beliau
dilahirkan pada tanggal 22 februari 1857 di London, Inggris . Nama aslinya ialah Robert
Stepenshon Smyth. Ayahnya adalah seorang Profesor Geometri di Universitas Oxford
bernama Bodden Powell yang meninggal ketika Stepenshon masih kecil . lahirnya pendidikan
Gerakan Pramuka diilhami oleh pengalaman-pengalaman semasa hidupnya diantaranya
adalah :
a. Ditinggal ayahnya sejak kecil dan mendapat pembinaan watak dari ibunya
b. Latihan keterampilan berlayar ,berenang , berkemah, olahraga, dan lainnya didapat
dari kakak-kakaknya
c. Bodden Powell sangat disenangi teman-temannya karena selalu gembira, lucu, cerdas,
suka bermain musik, bersandiwara, mengarang,dan menggambar
d. Pengalaman di India sebagai Letnan Ass (pembantu Letnan) pasa resimen 13 Kavaleri
yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang. Dan ditemukan di puncak gunung,
serta keberhasilan melatih panca indera kepada Kimball O’Hare.epengalaman
5. terkepung Bangsa Boer di Kota Makefing , Afrika Selatan selama 127 hari dan
kekurangan makan.
Pengalaman mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu
milik Raja Dinizulu. Semua pengalaman hidupnya ditulis dalam buku yang berjudul ‘Aids to
Scouting. Buku ini sebenarnya berisikan petunjuk- petunnjuk kepada tentara muda Inggris
agar dapat melakukan tugas penyilidikan dengan baik. Seorang pemimpin Boys Brigade di
Inggris yang bernama tuan William smtyh meminta beliau untuk melatih anggotanya sesuai
dengan cerita- cerita pengalaman beliau yang terdapat dalam Buku ‘’Aid to Scouting’’.
Akhirny dipanggillah 21pemuda dari Boys Brigade dari berbagai wilayah negeri inggris
untuk diajak berkemah dan berlatih di pulau Brownsea pada tanggal 25 juli 1907 selama 8
hari . Pada tahun 1901 beliau meminta pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan
Jenndral. Pada tahun 1929, beliau mendapat tittle Lord dari Raja George. Beliau menikah
dengan Olave St Clair Soames dan dianugerahi 3 orang anak. Beliau meninggal pada tanggal
8 januari 1941 Nyeri, Kenya, Afrika.
c. Tahun- tahun Penting Dalam Sejarah Kepramukaan Dunia
Awal tahun 1908 Bodden Powell menulis buku yang berjudul “Scouting For Boys”
buku ini sebagai pembungkus acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Pada mulanya
latihan ini ditujukan kepada anak laki-laki usia penggalang yang disebut Boys Scout. Tetapi
kemudian atas bantuan agnes adik perempuannya di dirikan sebuah organisasi kepramukaan
putri yang diberi nama Girl Guides yang kemudian yang dilanjutkan oleh Nyonya Bodden
Powell. Tahun 1914 Bodden Powell mulai menulis petunjuk untuk kursus pembina pramuka.
Dari sahabatnya yang bernama W.F de Bols Maderen, Bodden powell mendapatkan sebidang
tanah di chingford, yang digunakan sebagai tempat pendidikan pembina pramuka. Tempat ini
terkenal dengan nama Gilwell Park .c tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga yang
disebut CUB (Anak Serigala) dengan buku the jungle book. Berisi tentang cerita Mowgil
anak didikan rimba (anak yang dipelihara di hutan oleh induk serigala) karangan Rudy
Klipling sebagai cerita pembungkus kegistsn CUB tersebut. Tahun 1918 Bodden Powell
membentuk Rover Scout (Pramuka usia Penegak).
2. Visi, Misi, dan Strategi Gerakan Pramuka
6. Visi:
“Gerakan Pramuka sebagai wadah pilihan utama dan solusi handal masalah kaum muda”
Misi:
1. Mempramukakan kaum muda
2. Membina anggota yang berjiwa dan berwatak pramuka, berlandaskan iman dan taqwa
(Imtaq), serta selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Imteq)
3. Membentuk kader bangsa patriot pembangunan yang memiliki jiwa bela Negara
4. Menggerakan anggota dan organisasi Gerakkan Pramuka agar peduli dan tanggap
terhadap masalah-masalah kemasyarakatan
Strategi:
1. Meningkatkan jumlah dan mutu satuan pendidikan keparamukaan
2. Meningkatkan jumlah dan mutu peserta didik
3. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga pendidik
4. Memperbarui kurikulum pendidikan kepramukaan
5. Meningkatkan sarana dan prasarana Pendidikan
6. Memantapkan organisasi, sitem manajemen, dan sumber daya
7. Meningkatkan pelaksanaan pelbagai program Gerakan Pramuka
3. Prinsip Dasar Kepramukaan
Gerakan Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
Iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Peduli terhadap bangsa, dan tanah air, sesama hidup, dan alam seisinya.
Peduli terhadap dirinya pribadi.
Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
4. Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.
Belajar sambil melakukan.
Kegiatan berkelompok, bekerja sama, dan berkompetisi.
Kegiatan yang menarik, dan menantang.
Kegiatan di alam terbuka.
Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan.
Penghargaan berupa tanda kecakapan.
Sistem Among dalam kepramukaan. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan di
Indonesia, Gerakan Pramuka menggunakan sistem among. Di mana dalam fungsinya sebagai
penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga
kepramukaan berlandaskan Sistem Among di samping menerapkan Prinsip Dasar
7. Kepramukaan dan Metode Kepramukaan.
Sistem Among adalah proses pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk hubungan khas
antara peserta didik dengan pendidiknya. Sistem Among dalam Pramuka, menciptakan
hubungan pendidik Ipembina pramuka) yang memberikan kebebasan kepada peserta didik
(anggota Gerakan Pramuka) untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa dan
menghidari paksaan, guna mengembangkan kemandirian, percaya diri, dan kreatifitas sesuai
aspirasi peserta didik. Kata "among" sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu "mong",
"momong" atau "ngemong", yang mempunyai arti mengasuh atau membimbing.
Sistem Among digagas pertama kali oleh Ki Hajar Dewantara dan kemudian diterapkan
dalam sistem pendidikan di Taman Siswa. Kini sistem Among tetap banyak dianut dan
diterapkan dalam dunia pendidikan. Tidak terkecuali pendidikan kepramukaan di Indonesia
yang ikut menerapkan Sistem Among.
Penerapan Sistem Among dalam pendidikan kepramukaan yang dilakukan oleh Gerakan
Pramuka ditegaskan dalam Undng-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
Bab III Pasal 10 Ayat (1), (2), dan (3). Pun termuat dalam Anggaran Dasar Gerakan
Pramuka, pada bagian Pendahuluan, Pasal 5, Pasal 9, dan Pasal 11. (Baca : AD ART Gerakan
Pramuka Terbaru Hasil Munas 2013)
Pelaksanaan Sistem Among dalam Kepramukaan
Sistem Among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yang harus
dipraktekkan oleh Pembina Pramuka. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu terdiri atas :
1. ing ngarsa sung tuladha yang memiliki maksud di depan menjadi teladan;
2. ing madya mangun karsa yang memiliki maksud di tengah membangun kemauan;
3. tut wuri handayani yang memiliki maksud di belakang memberi dorongan dan
pengaruh yang baik ke arah kemandirian.
Selain itu, seorang Pembina Pramuka, dalam melaksanakan tugasnya, dituntut bersikap dan
berperilaku yang antara lain :
8. 1. Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, keprasahajaan/kesederhanaan,
kesanggupan berkorban dan kesetiakawanan sosial.
2. Disiplin disertai inisiatif.
3. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam
dan lingkungan hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan yang Maha Esa.
Dalam gambar ilustrasi di atas, bisa dilihat bahwa proporsi pelaksanaan masing-masing
prinsip dalam Sistem Among akan berbeda di setiap golongan peserta didik. Pembimbingan
langsung sebagai implementasi dari prinsip "ing ngarsa sung tuladha" paling banyak
diberikan kepada anggota Pramuka Siaga dan semakin menurun proporsinya pada golongan
anggota pramuka yang lebih tinggi. Sebaliknya, pembimbingan secara tidak langsung, dalam
bentuk motivasi, dorongan, dan pengaruh ke arah kemandirian (tut wuri handayani) pada
anggota pramuka Pandega cukup tinggi dan berkurang proporsinya pada tingkatan anggota di
bawahnya.
Pelaksanaan Sistem Among dalam kepramukaan merupakan anak sistem Scouting Methode
(Metode Kepramukaan) yang perwujudannya akan terintergrasi dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Kode Kehormatan Pramuka, Motto Kepramukaan dan
Kisan Dasar Kepramukaan.
5. Lambang Gerakan Pramuka
Lambang Gerakan Pramuka adalah tanda pengenal organisasi Gerakan Pramuka yang bersifat
tetap. Lambang ini diciptakan oleh Soenardjo Atmodipurwo, seorang pegawai tinggi
Departemen Pertanian yang juga tokoh pramuka.
Lambang ini dipergunakan pertama kali sejak tanggal 14 Agustus 1961, ketika Presiden
Republik Indonesia Ir. Soekarno menganugrahkan Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan
Nasional Indonesia kepada organisasi Gerakan Pramuka melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 448 tahun 1961.
Bentuk
Lambang Gerakan Pramuka berbentuk Silluete (bayangan) Tunas Kelapa. (lihat gambar di
samping) Penjabaran tentang Lambang ini ditetapkan dalam Keputusan Kwarnas No.
06/KN/72 tentang Lambang Gerakan Pramuka.
Arti kiasan
Lambang Gerakan Pramuka mengandung arti kiasan sebagai berikut:
1. Buah kelapa dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal. Ini mengandung arti Pramuka
adalah inti bagi kelangsungan hidup bangsa (tunas penerus bangsa).
2. Buah kelapa tahan lama. Ini mengandung arti, Pramuka adalah orang yang jasmani
dan rohaninya kuat dan ulet.
3. Kelapa dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Ini mengandung arti, Pramuka adalah
orang yang mampu beradaptasi dalam kondisi apapun
4. Kelapa tumbuh menjulang tinggi. Ini mengandung arti, setiap Pramuka memiliki cita-
cita yang tinggi.
9. 5. Akar kelapa kuat. Mengandung arti, Pramuka berpegang pada dasar-dasar yang kuat.
6. Kelapa pohon yang serbaguna. Ini mengandung arti, Pramuka berguna bagi nusa,
bangsa dan agama.
Penggunaan
Lambang Gerakan Pramuka dapat dipergunakan pada Panji, Bendera, Papan Nama
Kwartir / Satuan, Tanda Pengenal dan alat administrasi Gerakan Pramuka
Penggunaan lambang tersebut dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk
mengingatkan dan menanamkan sifat dan keadaan seperti yang termaktub dalam arti
kiasan lambang Tunas Kelapa itu pada setiap anggota Gerakan Pramuka.
Setiap anggota Gerakan Pramuka diharapkan mampu mengamalkan dan
mempraktikkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya kepada masyarakat
di sekelilingnya. Sebab generasi muda yang tergabung dalam Gerakan Pramuka
diharapkan kelak mampu menjadi kader pembangunan yang berjiwa Pancasila.
7. Seragam Gerakan Pramuka dan Atribut
8. Syarat Kecakapan Umum Penggalang dan Siaga
a) Syarat Kecakapan Umum(SKU) Pramuka Penggalang
merupakan serangkaian syarat yang dipenuhi oleh seorang pramuka
penggalang untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum(TKU) Penggalang.
Selain berlaku bagi pramuka penggalang SKU juga diperlakukan bagi
golongan pramuka lainnya mulai dari siaga, penegak, hingga pandega.
Tentuya dengan syarat-syarat dan tingkatan yang berbeda.
Syarat kecakapan umum pun menjadi kurikulum pendidikan kepramukaan
yang wajib dipenuhi oleh seorang pramuka penggalang. Disamping itu SKU
menjadi salah satu penerapan sistem tanda kecakapan sebagaimana
dimaksudkan menjadi dalam Prinsip Dasar Kepramukaan(PDK) dan Metode
Kepramukaan (MK).
SKU tingkat pertama (SKU tingkat penggalang ramu) bahkan menjadi syarat
sahnya seorang calon penggalang menjadi pramuka penggalang. Setiap anak
dan remaja gerakan pramuka akan memasuki masa calon anggota yang biasa
disebut dengan “Tamu Penggalang”. Di masa ini, tamu penggalang tidak
diperkenankan mengenakan seragam pramuka lengkap dengan atributnya.
Bagi tamu penggalang yang sebelumnya telah menjadi pramuka siaga (pindah
golongan), bisa mengenakan seragam pramuka tetapi dengan atribut pakaian
seragam pramuka siaga. Setelah mereka menyelesaikan SKU tingkat
penggalang ramu dan dilantik oleh Pembina penggalang baru resmi menjadi
pramuka penggalang dan berhak mengenakan pakaian seragam pramuka
lengakap dengan atribut termasuk dengan Tanda Kecakapan Umum
(manggar).
Tanda Kecakapan Umum Penggalang biasa disebut juga sebagai Manggar,
merupakan tanda yang dikenakan setelah seorang pramuka penggalang
menyelesaikan SKU. Sesuai tingkatan SKU penggalang, TKU memiliki tiga
tingkatan dengan sebagai berikut :
10. 1. Penggalang Ramu
2. Penggalang Rakit
3. Penggalang Terap
Kiasan TKU Penggalang
a. Penggalang Ramu, mulai meramu, mengumpulkan, atau mempelajari ilmu-ilmu
kepramukaan guna mempersiapkan diri ke tingkatan selanjutnya.
b. Penggalang Rakit, mulai merakit atau menyusun hal-hal yang sudah dikumpulkan
pada tingkatan sebelumnya untuk memantapkan diri ke tingkatan selanjutnya.
c. Penggalang Terap, dapat menerapkan atau mengamalkan ilmunya selama ini telah
dikumpul dan disusun di kehidupan masyarakat.
b) Syarat Kecakapan Umum Pramuka Siaga
Merupakan syarat wajib yang dipenuhi oleh seorang parmuka siaga
untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum (TKU). TKU dalam
Pramuka Siaga ada tiga tingkatan, yaitu :
1. Siaga Mula
2. Siaga Bantu
3. Siaga Tata
Tanda Kecakapan Umum (TKU) Pramuka siaga dapat dikenakan pada
lengan sebelah kiri dibawah barung. TKU untuk siaga berbentuk
sebuah janur (ini juga diambil dari kebiasaan paea pahlawan dulu
untuk menandakan pangkat seseorang).
9. Upacara dan Kegiatan Pramuka Siaga
I. Upacara Pramuka Siaga
a. Upacara Pembukaan Latihan
b. Upacara Penutupan Latihan
c. Upacara Pelantikan Calon Pramuka Siaga
d. Upacara Kenaikan Tingkat
e. Upacara Perpindahan Golongan dari Pramuka Siaga menjadi Pramuka
Penggalang.
II. Kegiatan Pramuka Siaga
a. Pesta Siaga, pertemuan untuk golongan Pramuka Siaga. Pesta Siaga
diselenggarakan dalam satu atau gabungan dari bentuk permainan bersama
(kegiatan keterampilan pramuka), pameran siaga, pasar siaga (simulasi situasi
di pasar yang diperankan oleh pramuka siaga), darmawisata, Pentas Seni
Budaya, Karnaval, Perkemahan Satu Hari (PerSaRi)
b. PerSaMi (Perkemahan Sabtu Minggu)
c. Lomba Tingkat Pramuka Siaga
10. Upacara dan Kegiatan Pramuka Penggalang
I.Upacara Pramuka Penggalang
a. Upacara Pembukaan Latihan
b. Upacara Penutupan Latihan
c. Upacara Penerimaan Calon Anggota
d. Upacara pelantikan Pramuka Penggalang
e. Upacara Kenaikan Tingkat
f. Upacara Perpindahan Golongan Pramuka Penggalang menjadi Pramuka
Penegak.
II. Kegiatan Pramuka Penggalang
a. Dianpinru (Gladian Pimpinan Regu)
b. Jambore
c. Lomba Tingkat (LT)