2. Mota, J., & Moreira, A. C. (2023).
Capital Budgeting Practices: A
Survey of Two Industries. Journal
of Risk and Financial
Management, 16(3), 191.
About Jornal
3. Abstrak
Penelitian ini mengkaji praktik penganggaran
modal yang digunakan oleh perusahaan kecil dan
menengah (UKM) di dua industri Portugal, yaitu
industri alas kaki dan permesinan logam, dengan
tujuan menjawab pertanyaan penelitian berikut:
Seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki
manajer tentang praktik penganggaran modal?
Praktik apa yang paling sering digunakan?
Seberapa penting mereka menganggap
penerapannya? Penelitian ini dilakukan melalui
survei online dengan tingkat respons sebesar 14,9%.
Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa sebagian
besar perusahaan di kedua industri tersebut
familiar dengan praktik penganggaran modal,
meskipun terdapat perbedaan antara keduanya.
4. • Penelitian fokus pada praktik Penganggaran
Modal (CB) di UKM alas kaki dan permesinan
logam di Portugal.
• Kurangnya penelitian CB pada UKM dan
kebutuhan pemahaman lebih lanjut di Portugal.
• Perusahaan besar maksimalkan kekayaan,
sementara pemilik UKM cari manfaat bisnis dan
kebahagiaan.
• UKM lebih emosional terlibat, cenderung over-
atau underinvest, dan hadapi biaya agensi.
INTRODUCTION
5. • Studi fokus pada alas kaki dan
permesinan logam untuk hasil yang lebih
spesifik.
• Kedua industri berperan sentral dalam
daya saing Portugal dan ekspor ekonomi.
• Gunakan kuesioner online terbagi menjadi
tiga kelompok pertanyaan: perusahaan,
manajer/CEO, dan investasi.
• Sebagian besar perusahaan tahu tentang
CB, tapi perbedaan terdapat dalam
penggunaan dan pentingnya praktik
tersebut. Penelitian memberikan
wawasan untuk meningkatkan
penggunaan CB di perusahaan UKM di
Portugal.
INTRODUCTION
6. Landasan Teori
Penganggaran modal (CB), sebagai alat perencanaan,
bertujuan untuk membantu distribusi yang tepat dari sumber
daya keuangan di antara proyek investasi untuk membuat
keputusan investasi yang baik dan menilai kelayakan proyek.
Penganggaran modal secara luas mencakup seluruh proses
mulai dari identifikasi hingga pemilihan dan realisasi proyek
investasi, dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan
dan pemegang saham (Megginson et al. 2008; Keršyte˙ 2011;
Andor et al. 2015).
7. Landasan Teori
Beberapa penulis telah melakukan penelitian membandingkan
penggunaan praktik anggaran modal antara perusahaan
besar dan UMKM Graham dan Harvey (2001) mengidentifikasi
faktor-faktor seperti karakteristik manajer (usia, pengalaman,
dan pendidikan) dan karakteristik tingkat perusahaan (ukuran,
jumlah akuisisi yang dilakukan, ekspor, industri, dan kebijakan
distribusi dividen) yang terkait dengan penggunaan beberapa
indikator.
Vecino dkk. (2015) menganalisis pengetahuan dan penerapan
praktik anggaran modal di Kolombia. Sampel mereka
mencakup 54 persen perusahaan besar dan 46 persen UMKM,
dengan sebagian besar manajer memiliki gelar universitas.
Temuan mereka menunjukkan bahwa 68 persen perusahaan
menerapkan praktik anggaran modal. Indikator yang paling
banyak digunakan adalah NPV, rasio biaya/manfaat, dan IRR.
8. • Data dikumpulkan dengan menerapkan kuesioner
online karena kesederhanaan pengumpulan dan
analisis informasi yang diperoleh.
• Sampel alas kaki: 370 perusahaan, 45 tanggapan.
Permesinan: 131 perusahaan, 30 tanggapan.
• Dua industri ini didefinisikan berdasarkan ukuran
perusahaan (SMEs),
DESAIN PENELITIAN
9. Kuesioner menggunakan pertanyaan pilihan ganda (untuk
menjawab dengan cepat dan meningkatkan tingkat
respons) dan dibagi menjadi tiga kelompok:
• (1) Pertanyaan tentang perusahaan:
• (2) Pertanyaan tentang manajer/pemilik/CEO:
• (3) Pertanyaan terkait investasi:
DESAIN PENELITIAN
10. • Sebagian besar perusahaan dalam industri alas kaki dan permesinan
adalah milik keluarga, dengan lebih dari 50% memiliki karakteristik ini
di kedua sektor.
• Usia perusahaan dalam sampel menunjukkan bahwa 40% perusahaan
alas kaki berusia antara 11 dan 20 tahun, sementara industri permesinan
memiliki sebaran usia yang lebih besar.
• Industri alas kaki didominasi oleh perusahaan dengan 10-50 karyawan,
sementara industri permesinan memiliki kategori utama dari 10 hingga
50 dan dari 50 hingga 250 karyawan.
• Penjualan di Portugal menunjukkan bahwa 51% perusahaan alas kaki
memiliki penjualan EUR 2M hingga EUR 10M, sementara sebagian besar
penjualan di industri permesinan di bawah EUR 2M.
• Penggunaan praktik anggaran modal mencatat bahwa 44% perusahaan
alas kaki melaporkan tidak menggunakan, sedangkan di industri
permesinan 42% memilih NPV.
Hasil
11. • Mayoritas perusahaan di kedua industri memiliki pengetahuan
tentang praktik anggaran modal, dengan tingkat aplikasi yang
lebih tinggi di industri permesinan.
• Kedua industri tidak memiliki preferensi yang jelas terhadap
praktik anggaran modal tertentu, dengan PBP menjadi pilihan
umum dan NPV lebih disukai di industri permesinan.
• Tidak menggunakan praktik anggaran modal, jika menyadari,
utamanya disebabkan oleh kurangnya SDM khusus di kedua
industri.
• Hasil menunjukkan bahwa lebih dari 70% perusahaan milik
keluarga memiliki pengetahuan tentang praktik anggaran
modal, dengan tingkat yang lebih tinggi di alas kaki (81%)
daripada permesinan (71%).
• Terdapat variasi dalam praktik anggaran modal yang lebih
disukai berdasarkan ukuran dan penjualan perusahaan, dengan
kecenderungan penggunaan NPV dan PBP.
Hasil
12. Hasil Diskusi
Diskusi hasil penelitian ini membahas praktik anggaran modal
di industri alas kaki dan permesinan, menyoroti perbedaan
antara klaim pengetahuan dan penggunaan sebenarnya dari
indikator keuangan seperti NPV dan PBP. Meskipun industri
permesinan cenderung lebih aktif dalam penggunaan praktik
anggaran modal, penelitian ini menemukan variasi dalam
pemilihan indikator antara kedua sektor tersebut. Faktor-faktor
seperti kepemilikan keluarga, usia responden, dan tingkat
pendidikan mempengaruhi pengetahuan praktik anggaran
modal, namun tidak selalu konsisten dalam pengaruhnya
terhadap pemilihan indikator. Studi ini juga mengidentifikasi
kendala seperti kurangnya SDM ahli dan ketersediaan
keuangan yang terbatas sebagai faktor yang membatasi
pengetahuan dan penggunaan praktik anggaran modal,
terutama di kalangan SME.
13. HASIL DISKUSI
Hasil penelitian ini juga mencatat bahwa, meskipun posisi manajemen
responden memainkan peran dalam penggunaan indikator, mayoritas
responden, terutama dalam industri alas kaki, melaporkan pengetahuan
tentang indikator-indikator tersebut tanpa memandang posisi mereka.
Pemilik nonindustri permesinan tampak lebih aktif dalam menerapkan
praktik anggaran modal. Temuan ini memberikan wawasan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan di kedua
industri, menunjukkan kompleksitas dalam pemilihan indikator dan
penggunaan praktik anggaran modal.
14. Kesimpulan
Studi ini menyimpulkan bahwa para manajer
memiliki pengetahuan tentang praktik anggaran
modal (CB), tetapi tidak mengaplikasikannya,
terutama karena kekurangan sumber daya. Selain
itu, penggunaan alat CB berbeda antara SMEs di
berbagai industri, bahkan di dalam sektor
manufaktur. Industri dengan elastisitas aset yang
lebih rendah, seperti permesinan dibanding alas
kaki, lebih aktif menggunakan praktik CB.
Penelitian ini juga menegaskan pentingnya
pengetahuan praktik CB yang diperoleh melalui
pendidikan tinggi untuk penggunaannya.
15. PERSPEKTIF PENELITIAN
DI MASA DEPAN
Penelitian masa depan sebaiknya mengatasi kekurangan sumber daya
manusia yang ahli sebagai penyebab tidak digunakannya praktik anggaran
modal. Selain itu, akan menarik untuk menguji penggunaan yang tepat dan
pembaruan arus kas, dampak pembatasan keuangan terhadap
penggunaan praktik anggaran modal, dan hubungan antara persyaratan
pinjaman dan penggunaan praktik anggaran modal. Selanjutnya, ukuran
sampel yang diperluas yang didukung oleh studi berbasis ekonometrika
yang mencakup LC dan SME dari berbagai industri akan memberikan
keandalan dan generalisabilitas yang lebih besar untuk penelitian masa
depan.