Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang gang and delinquency dalam perspektif kriminologi berdasarkan buku Gang and Delinquency in Developmental Perspective karya beberapa penulis.
2. Buku tersebut menjelaskan faktor-faktor penyebab remaja bergabung dengan gang seperti komunitas, keluarga, sekolah, lingkungan pertemanan, dan karakter individu.
3. Keanggotaan gang berkaitan
1. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
TAHUN 2014
Nama : Brigita P. Manohara
NIM : 1406509901
Mata Kuliah : Kriminologi
No. Urut Kehadiran :
Pengajar : Prof. Harkristuti Harkrisnowo,SH, MA,PhD
Dr. Eva Achjani Zulfa, SH, MH
2. BAB I
GANG AND DELINQUENCY
1. Etimologi
Berdasarkan kamus bahasa Inggris-Indonesia, maka terjemahannya adalah
sebagai berikut :
Gang : gerombolan, komplotan, rombongan, sekawan, regu
Delinquency : kenakalan, perilaku jahat, pelanggaran
Gang and Delinquency : gerombolan/komplotan dan kenakalan
Dari pengertian diatas gang and delinquency bisa diasumsikan sebagai
kenakalan/pelanggaran/ perilaku jahat yang dilakukan oleh gerombolan/ komplotan.
Pengertian Gang and Delinquency kerap dikaitkan dengan Juvenille Delinquency
yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kenakalan remaja.
2. Gang and Delinquency dalam Kriminologi
Salah satu tokoh kriminologi Frederic M. Thrasher yang pada tahun 1927
mempelajari gangs sebagai sebuah sistem, ia mempelajari bagaimana pola yang ada
dalam gangs, perilaku para anggotanya, dan menganalisisnya. Frederic dalam
bukunya kemudian mendefinisikan1 :
“gangs is an interstitial group originally formed spontaneously, and then integrated
through conflict. It is characterized by the following types of behaviour; meeting face
to face, milling, movement through space as a unit, conflict, and planning. The result
of this collective behaviour is the development of tradition, unreflective internal
structure, esprit de corps, solidarity, morale, group awarness, and attachment to a
local territory”.
"Geng adalah kelompok interstitial yang awalnya terbentuk secara spontan, lalu terintegrasi
dengan konflik. Hal ini ditandai dengan jenis perilaku berikut; bertemu langsung,
penggilingan, gerakan melalui ruang sebagai unit, konflik, dan perencanaan. Hasil perilaku
kolektif ini adalah pengembangan dari tradisi, struktur internal yang tidak terefleksi, semangat
korps, solidaritas, semangat, kelompok awarness, dan keterikatan pada suatu wilayah lokal "
Dalam kriminologi, bahasan ini merupakan salah satu sub struktur teori yang
dikembangkan dan terus dipelajari karena ada fenomena yang terjadi di masyarakat,
ketika ada sejumlah kelompok yang kemudian melakukan beberapa kejahatan secara
1 http://e n.m.wikipedia.org/wiki/subcultural_theory; diakses pada 19 Oktober 2014 pkl.18.00wib
3. berkala sehingga menyebabkan keresahan dan ketakutan di masyarakat itu sendiri. Hal
inilah yang mendorong para ahli kriminologi terus melakukan penelitian guna
mengurangi tingkat kejahatan yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
a. Penjelasan dalam Buku Gang and Delinquency
Buku Gang and Delinquency Gang and Delinquency in Developmental
Perspective karya Terence P. Thornberry, Marvin D. Krohn, Alan J. Lizotte, Carolyn
A. Smith, dan Kimberly Tobin, menjelaskan remaja pelaku tindak pidana di Amerika
terdiri dari pria dan wanita, meskipun dari hasil penelitian penulis perbandingannya
tidak signifikan,persentasenya lebih banyak kaum pria. Sementara itu, para anggota
gang berasal dari tiga jenis ras, yakni Afrika-Amerika, Hispanic, dan White (kulit
putih). Para anggota gang kerap terlibat sejumlah tindak pidana seperti kejahatan
(general delinquency) , kekerasan (violence delinquent), penggunaan narkoba dan
peredaran/perdagangan narkoba.
Pada penelitian lain yang diterbitkan dalam Juvenile Justice Bulletin OJJDP (
Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention)US Departemen of Justice
pada Oktober 1998, dijelaskan mengenai jenis kejahatan yang dilakukan oleh remaja.
Kejahatan itu digolonggkan menjadi dua, yakni kejahatan yang dilakukan secara
pribadi dan yang dibawa ke pengadilan. Kejahatan yang dilaporkan secara pribadi
meliputi :
Violent : Hitting teacher, hitting to hurt, picking a fight, using force to get
things, throwing objects (Memukul guru, memukul untuk menyakiti, memilih
berkelahi, menggunakan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu, melempar benda)
Nonviolent : Taking something worth more than $50, taking something worth
between $5 and $50, breaking into a house, destroying property, writing graffiti,
selling illegal drugs (Mengambil sesuatu yang bernilai lebih dari $ 50, mengambil
sesuatu bernilai antara $ 5 dan $ 50, membobol rumah, menghancurkan properti,
menulis grafiti, menjual obat-obatan terlarang )
General Combined self-reported violent and nonviolent : offenses and frequency
of being arrested and in trouble with the police (pelanggaran dan frekuensi
ditahan serta tindakan yang menimbulkan masalah dengan polisi ).
Sementara itu, kejahatan yang dilakukan dan dilaporkan ke pengadilan
diklasifikasikan menjadi :
4. Violent : Simple assault, aggravated assault, hit and run, murder, threat,
robbery, sex offense, disorderly conduct, using a weapon ( Serangan sederhana,
penyerangan, hit and run, pembunuhan, ancaman, perampokan, pelanggaran seks,
perilaku tidak tertib, penggunaan senjata )
Nonviolent : Arson, reckless arson, burglary, larceny, motor vehicle theft,
trespassing, prostitution, stolen property, selling illegal drugs (Pembakaran,
pembakaran sembrono, perampokan, pencurian, pencurian kendaraan bermotor,
pelanggaran, prostitusi, barang curian, menjual obat-obatan terlarang )
General : Combined court-recorded violent and nonviolent offenses (Gabungan
pelanggaran kekerasan dan non-kekerasan pengadilan dicatat )
Para remaja yang bergabung dengan sebuah kelompok (gang) rata-rata selama
setahun atau lebih, namun hanya sedikit yang bertahan hingga lebih dari tiga tahun.
Meskipun dapat dipastikan keterlibatan mereka sebagai bagian dari gang, terjadi pada
masa remaja. Kehadiran gang di Amerika dari hasil temuan penulis, kini tak lagi
hanya di kota besar namun sudah merata di banyak daerah. Dari hasil pengujian
sejulah teori yangs ebelumnya pernah disampaikan ahli kriminologi Amerika,
diketahui beberapa faktor penyebab mengapa para remaja kerap bergabung dengan
gang, faktor tersebut meliputi :
Komunitas (community)
Keluarga : lemahnya manajemen keluarga, lemahnya peran orang tua dalam
mendidik dan mengawasi anaknya, kenyamanan dalam keluarga (parent-child
relations, hal.58,62).
Sekolah : meliputi sejumlah elemen, yakni rendahnya ekspektasi keluarga
terhadap pendidikan anak (parents have low expectation for them), lemahnya
performance mereka di sekolah (poor school performance), lemahnya keinginan
untuk terlibat dalam kegiatan di sekolah (low commitment to and involvement in
school), frustasi dengan sekolah (hal.59).
Lingkungan pertemanan (peer relationship) : rekan menyimpang yang
berpengaruh, early dating, waktu tanpa pengawasan dengan teman (unsupervised
time with friend) , aktivitas seksual precociuous (precociuous sexual activity).
Karakter individu : rendahnya self-esteem, stressful/ negative life, psikopatologi
(psychopathology), depressive symtoms (hal 62).
5. Penyimpangan sebelumnya (Prior deviance) : melakukan pelanggaran sejak dini
(early general delinquency), violent delinquency, drug use, age of onset of
delinquency (hal.63).
Ketika bergabung dengan kelompoknya, penulis menyampaikan ada sejumlah
kerugian sosial yang dialami para anggota gang, yaitu :
Lemahnya prestasi di sekolah (poor performance in school)
Early dating
Externalizing behaviors
Prior delinquency
Kejahatan/pelanggaran dipercaya meningkat angkanya (Delinquent beliefs
increase).
Terkait motivasi anggota gang, ada tiga hal yang menjadi jawaban mereka :
Keluarga dan teman mereka sudah menjadi anggota sebelumnya
Ada label perlindungan (labeled protection)
Fun / action
Penulis mengutip teori yang dikemukakan kriminolog, mengenai pola sebab akibat
dari keanggotaan gang, diantaranya :
“barries in social structure limit the ability of lower cass youth to attain the
American dream” – stain theory arientation yang diadopsi Cohen (1955) dan
Cloward serta Ohin (1960).
“gangs and gang behavior are seen as natural offshoots of lower-class culture, a
long-established, distictively patterned tradition with an integrity of its own”
(Miller,1958) : penulis mengkaitkan dengan norma dan fokus utama budaya pada
masyarakat kelas bawah dan kelas menengah.
“the influence of poverty inadequate educational process, population shift and
ethnic segregation” (Klein, 1995).
Penulis juga mengutip teori interaksi, dimana teori ini merupakan teori yang
sengaja dikembangkan untuk menjelaskan kejahatan yang dilakukan remaja terutama
kejahatan serius. Teori yang dikemukakan oleh Thornberry dan Krohn (2001), berisi
tiga premis utama, yang meliputi :
Teori interaksi mengadopsi perkembangan atau perspektif bahwa penyebab
perilaku yang terjadi saat remana tidak ditentukan oleh masa kecil pelaku;
Teori interaksi menekankan interaksi pelaku dan kausalitas dua arah;
6. Teori interaksi menggabungkan dampak pengaruh struktur sosial dalam
menjelaskan perkembangan perjalanan hidup, termasuk pekerjaan seseorang.
Mengutip apa yang disampaikan Thornberry (1998), penulis buku menyampaikan ada
tiga hal yang memiliki kaitan kuat antara keanggotaan gang dan kejahatan, yaitu :
Selection : bagaimana proses perekrutan anggota, dimana dinyatakan bahwa
gangs tidak menyebabkan anggotanya sebagai seorang pelaku kejahatan, namun
keanggotaan gang yang menarik para pelaku kejahatan untuk bergabung.
Facilitation : “gangs provide strong normative support for a variety of delinquent
and deviant behaviors”. kalimat ini menggambarkan ketika seseorang tergabung
dalam suatu kelompok dalam hal ini adalah gang, maka ada kekuatan yang
mendorongnya untuk melakukan beragam jenis pelanggaran, karena gangs
memberi semacam fasilitas.
Kombinasi kedua model diatas : “it compromises a large facilitatio effect and a
small selection effect”.
Dalam kesehariannya, para anggota gangs melakukan aktivitasnya dengan membawa
senjata (senjata api ataupun senjata tajam), terkait mengenai hal ini, ada tiga
pertanyaan utama yang menjadi perhatian penulis buku. Ketiga pertanyaan itu adalah:
1. Apakah sebuah kelompok sengaja merekrut mereka yang memiliki senjata api,
apakah keanggotaan gang memperbesar angka penggunaan senjata atau keduanya
merupakan proses yang saling terkait?
2. Apakah anggota gang secara berkelanjutan membawa senjata (pistol) sebagai
hasil dari pengalaman sebagai anggota gang?
3. Apa dampak terkait antara keanggotaan gang dan penggunaan senjata pada
kejahatan, penggunaan narkoba, dan penjualan narkoba ?
Dari tiga hal ini penulis kemudian mengerucutkan analisisnya ke dalam dua jenis
penggunaan senjata ilegal, yakni :
Mereka yang membawa senjata ilegal tetapi tidak memilikinya
Mereka yang membawa senjata ilegal milik mereka sendiri
Kebanyakan para anggota gang bisa memiliki senjata karena senjata dijadikan
sebagai salah satu barang yang rutin mereka bawa, terutama dalam kaitannya ketika
melakukan sejumlah kejahatan. Selain itu, ada kemudahan untuk mendapatnya, entah
mereka membeli atau meminjamnya. Hal ini erat kaitannya dengan apa yang sudah
dibahas mengenai gang yang memfasilitasi anggotanya. Dalam hal ini, gang menjadi
7. sumber atau pusat orang mendapatkan senjata dan mereka juga terlibat dalam
perdagangan gelap yang membuat anggotanya bisa membelinya. Ketika penelitian
berlangsung, penulis mendapati alasan para anggota memiliki senjata adalah karena
alasan untuk olah raga, untuk perlindungan dan karena kedua hal tersebut. Ironisnya
penulis buku menemukan, para remaja khususnya remaja pria yang merupakan
anggota gang dan memiliki senjata memiliki potensi lebih besar dalam melakukan
tindak kejahatan.
Para kriminolog yang teorinya atau tulisannya digunakan sebagai dasar dalam
penulisan buku tersebut membandingkan gangs dengan kelompok pemuda pelanggar
hukum lainnya. Muncul sejumlah definisi dari para ahli yang dimungkinkan menjadi
dasar pembeda antara gangs dan kelompok lain tersebut, yaitu :
Moore (1991)
“gangs are no longer just the rowdy end of the continuum of local adolescent
groups-they are now really outside thet continuum”
“Geng tidak lagi hanya kegaduhan yang dilakukan remaja local namun kini
kelompok mereka sekarang benar-benar di luar kontinuum"
Klein (1995)
“street gangs are something special, something qualitatively different from
other groups and from other categories of law breakers”.
“Geng jalanan adalah sesuatu yang istimewa, sesuatu yang secara kualitatif
berbeda dari kelompok lain dan dari kategori pelanggar hokum lainnya".
Penulis buku menjelaskan lebih lanjut bahwa :
“gangs are predicted to exert a stronger criminogenic influence on the
behavior of their members that the influence exerted by even highly
delinquent, but ningang peer groups”
"Geng diperkirakan memberikan pengaruh kriminogenik yang kuat pada
perilaku anggotanya dan pengaruh yang diberikan pada pelanggaran berat,
tapi kelompok ningang yang menyimpang"
Hal ini terkait dengan sejumlah alasan, yang dikemukakan penulis buku:
“gangs have a more formal, hierarchical structure as compared with other
adolescent peer group”
"Geng memiliki struktur hirarkis lebih formal, dibandingkan dengan group
remaja menyimpang lainnya"
Decker (1996), tujuh langkah/proses unik pada gangs (hal 141):
1. Loose bonds to the gangs
8. 2. Collective identification of threat from rival gang, reinforcing the
centrality of violence that expands the number of participants and
increase cohesion (Identifikasi Kolektif ancaman dari geng
saingannya, memperkuat sentralitas kekerasan yang memperluas
jumlah peserta dan meningkatkan keterpaduan dalam geng)
3. A mobilizing even possibly, but necessarily, violence (memobilisasi
bahkan mungkin, tetapi tentu, kekerasan)
4. Escalation of activity (Eskalasi aktivitas)
5. Violent even (acara yang mengandung kekerasan)
6. Rapid de-escalation (penurunan ekskalasi yang cepat)
7. Retaliation (pembalasan)
Pada perjalanannya, para anggota gangs mengalami sejumlah ganggguan yang
kemudian dalam buku, penulis menggolongkannya dalam tiga bagian (hal162) :
1. The failure to complete some developmental tasks before moving on to later, age-
graded roles (contohnya : dikeluarkan dari sekolah)
2. Source of disorder in the life course is transitions that are out of sequence
3. Sense in which there is disorder in the life course is when trantitions are made off
time – either too early or too late.
Bergabung dengan gang bisa menimbulkan pengaruh/ dampak yang mengganggu
dalam perkembangan hidup seseorang, diantaranya (hal 167) :
Dikeluarkan dari sekolah
Kehamilan pada usia dini
Orang tua muda
Hidup terpisah dari salah satu orang tua
Pola pekerjaan yang tidak stabil
Hidup serumah
Hal lain yang mencengangkan dan kebanyakan terjadi pada anggota gang adalah
mayoritas dari mereka memiliki catatan kriminal di kepolisian. Bahkan, dalam tulisan
yang dikutip oleh penulis buku, Moore (1991) melaporkan bahwa separuh dari pria
anggota gang memandang anggota perempuan sebagai “possessions” dan obyek
eksploitasi seksual.
Guna mengatasi masalah ini, penulis buku kembali mengutip pendapat ahli,
diantaranya:
1. Klein and Howel (2005) : tripartite classification
Prevention
Reform
9. Suppression
Howel menggabungkan dua atau lebih dari pendekatan itu
2. Spergel (1995)
Local community organizing and mobilization
Social intervention
Suppression
Social and economic opportunities provision
Penulis buku sendiri menggolongkan ke dalam dua agenda besar, yakni secara
langsung (direct approaches) kepada anggota gang, dan tidak langsung (indirect
approaches) dengan melakukan pendekatan melalui sekolah, keluarga, ketrampilan
sosial, dan sejumlah faktor resiko lainnya.
Mereka juga menyimpulkan enam hal yang bisa dijadikan acuan terkait mengenai
gang, dampak, pengaruh dan proses pembentukannya.
Early prevention and reform program, starting during the middle school years
Program should be comprehensive and multifaceted, able to target multiple
deficits in the individual’s development
The results of our investigation indicate that gang membership is strongly
linked to minority group status, poverty, and disadvantaged neighborhoods
Gangs are a form of adolescent peer group and that peer influence and
reinforcements appear to be central contributors to gang delinquency
Gang effects are as strong for female members as they are for male gang
members
Gang membership is relatively fleeting (sekejap).
b. Penjelasan sumber lainnya
Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan,
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa
anak-anak ke dewasa. Paul Moedikdo,SH seperti dikutip oleh setio hadi,
mendefinisikan kenakalan remaja adalah 2:
Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi
anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana,
seperti mencuri, menganiaya, dsb
2 http://salingberbaginfo.blogspot.com,diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.00 wib
10. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu utuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat
Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Lebih lanjut, Paul Moedikdo memberikan contoh seperti membolos sekolah, kebut-
kebutan dijalanan, penyalahgunaan narkoba, perilaku seksual pranikah, perkelahian
antar pelajar, dll.
Ada konsep abnormalitas terkait alkohol dan obat terlarang yang dikemukakan
John W. Santrock 3. Tingkah laku abnormal dijelaskansebagai tingkah laku mal-
adaptif dan berbahaya. Tingkah laku seperti ini tidak mampu mendukung
kesejahteraan, perkembangan , dan pemenuhan masa remaja dan juga pada akhirnya
orang lain. Yang menyebabkan terjadinya tingkah laku abnormal menurut pendekatan
biologis adalah gangguan mental, yang difokuskan pada proses kerja otak dan gakor
keturunan sebagai penyebab utama. Sementara berdasar pendekatan psikologis dan
sosial budaya menitikberatkan pada proses interaksi yang menghasilkan tingkah laku
abnormal. Terkait mengenai kenakalan remaja dan penyebabnya, dijelaskan bahwa
ada sejumlah penyebab, yaitu4 :
Identitas negatif (kenakalan terjadi karena remaja gagal menemukan suatu
identitas peran, kurang lebih dengan menggabungkan motivasi, nilai,
kemampuan, dan gaya )
Rendahnya kontrol diri (beberapa anak dan remaja gagal memperoleh kontrol
yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan)
Dimulai pada usia dini (munculnya tingkah laku antisosial di usia dini
berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaa. Namun
demikian, tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan
menjadi pelaku kenakalan)
Jenis kelamin laki-laki ( anak laki-laki banyak melakukan tingkah laku anti
sosial daripada anak perempuan, walaupun aak perempuan lebih banyak yang
kabur. Anak laki-laki lebih banyak melakukan tindakan kekerasan.
3 John W. Santrock, Adolescense Perkembangan Remaja, alih bahasa oleh Shinto B. Adelar, Sherly Saragih,
editor oleh Wisnu C. Kristiaji, Yati Sumiharti; Jakarta, Erlangga ; 2003, hal 520
4 Ibid, hal 523
11. Harapan terhadap pendidikan dan nilai di sekolah yang rendah (remaja yang
menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap
pendidikan dan juga nilai yang rendah di sekolah. Kemampuan verbal mereka
seringkali tergolong kurang)
Rendahnya penagwasan, dukungan dan penerapan disipling yang tidak efektif
dari orang tua (para pelaku kenakalan seringkali berasal dari keluarga dimana
orang tua jarang mengawasi anak remajanya, memberikan mereka sedikit
dukungan dan menerapkan pola disiplin secara tidak efektif)
Pengaruh besar dari teman sebagay, dan ketahanan diri yang rendah (memiliki
teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi
pelaku kenakalan
Status sosial ekonomi rendah (penyerangan serius lebih sering oleh laki-laki
dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah)
Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal yang berkaitan dengan tingkat
kriminalitas tinggi, tingkat mobillitas tinggi ( masyarakat sering kali memupuk
kriminalitas. Tinggal di suatu daerah dengan tingkat kriminalitas yang tinggi
yang jga ditandai dengan kemiskinan dan kondisi pemukiman yang padat,
meningkaykan kemungkinan seorang anak akan melakukan kenakalan.
Komunitas seperti ini seringkali memiliki sekolah yang sangat tidak memadai).
Kenakalan remaja sendiri meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan
dirinya sendiri dan orang-orang sekitar5. Masa kenakalan remaja mulai mendapat
perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak nakal
pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Jenis kenakalan remaja yang dikenal di
masyarakat6 :
Penyalahgunaan narkoba
Seks bebas
Tawuran antar pelajar.
Kenakalan remaja terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja
itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal) 7. Faktor internal meliputi
5 http://id.m. Wikipedia.org/wiki/kenakalan_remaja, diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.15 wib
6 ibid
7 ibid
12. krisis indentitas. Sementara faktor eksternal meliputi keluarga, teman sebaya yang
kurang baik, komunitas/ lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja antara lain8 :
Memberikan prinsip keteladanan
Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan poin
pertama
Kemauan orang tua membenahi kondisi keluarga agar tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, sementara orang tua
memberikan arahan dengan siapa dan di komunitas mana mereka semestinya
bergaul
Remaja membentuk ketahnan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata
teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
8 ibid
13. BAB II
IMPLEMENTASI DI INDONESIA
Sejumlah kasus kenakalan remaja yang terjadi di Indonesia dan menarik perhatian
publik antara lain adalah :
1. Tawuran pelajar
Contoh kasus :
Sabtu, 7 Desember 2013, tawuran terjadi antara siswa SMKN 3 dan SUPM
Ma’arif kota Tegal, Jawa Tengah. Seorang siswa SMKN 3 terpaksa dilarikan
ke rumah sakit karena terluka dibagian muka dan kepala. Tawuran terjadi di
Jalan Wisanggeni, Kelurahan Kejambon. Pada kasus ini, polisi menangkap 12
siswa dari SUPM Ma’arif untuk diperiksa lebih lanjut9.
Kamis, 5 Desember 2013, tawuran pelajar terjadi di KM 45 sebelum pintu tol
Jagorawi, tawuran antara siswa SMK Bakti Taruna denagn SMK YZA I Tajur.
Seorang pelajar SMK Bakti Taruna, Adriansyah, tewas akibat luka tusukan
dan sabetan disekujur tubuhnya, tak hanya itu, pada bagian tangan korban
terdapat luka seperti bekas terseret di jalan10.
Minggu, 24 November 2013, seorang siswa SMP tewas diclurit tiga pelajar
berbeda sekolah karena menolak diajak tawuran. Korban tewas bernama
Mohammad Mahdor diclurit di Cibungbulang, Bogor.
Kamis, 21 November 2013, polisi menangkap 23 pelajar dari SMK Porti dan
SMK Barat Trikora saat tawuran di jalan Latumenten, Tambora, Jakarta Barat.
Ironisnya, hukuman menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dikenakan pada
mereka, tidak semuanya bisa menyanyikannya.
2. Penyalahgunaan narkotika dan minuman beralkohol
Contoh kasus :
Selasa, 14 Oktober 2014, pelajar SMP kedapatan menyelundupkan narkoba ke
Rutan kelas IIB Gianyar. Tersangka kedapatan berusaha menyelundupkan
sabu, pada hari sabtu (11/10/2014)11
9 http://merdeka.com, diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 15.00 wib
10 Ibid
11 http://balipost.com, sabtu,25 Oktober 2014 pukul 17.00 wib
14. Kamis, 22 Mei 2014, Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis 695 pelajar
yang tengah berstatus tersangka. Angka ini meningkat jika dibandingkan
denagn tahun-tahun sebelumnya. Bahkan menurut Kasubdit Media elektronik
deputi Bidang Pencegahan BNN, Chotidjah, dirinya pernak mendapati anak
usia 5 tahun yang sudah menggunakan ganja12.
Senin, 28 April 2014, kepolisian Bogor merilis berita penangkapan 12
tersangka penguna dan pengedar narkoba, dua diantaranya adalah pelajar yang
berusia 17 tahun. Dari kedua pelajar, polisi menyita mariyuana seberat 45
gram13.
3. Seks pra-nikah
Contoh kasus :
Selasa, 28 Mei 2013, penelitian yang dilakukan perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) mengungkapkan sebanyak 85 persen remaja usia
13-15 tahun mengaku pertama kali melakukan hubungan seks dengan pacar
mereka di rumah. Penelitian dilakukan terhadap 2488 remaja di Tasikmalaya,
Cirebon, Singkawang, Palembang dan Kupang pada 200514.
Kamis, 30 Mei 2013, budaya seks bebas di kalangan geng motor merupakan
satu fenomena yang menjadi perhatian bidang ilmu psikologi. Kapolsek Metro
Kembangan, Kompol Heru Agus menjelaskan bahwa ia menemukan hubungan
antara balap liar yang dilakukan geng motor dengan seks bebas. Dimana dalam
pelaksanaan balap liar, terdapat perjudian, dan cewek ABG yang dijadikan
hadiah15.
Jumat, 17 Mei 2013, anggota geng motor, anak buah Anto Klewang di
Pekanbaru. Para anggota Klewang, membenarkan adanya seks bebas
dikalangan sesama anggota geng motor. Bahkan mereka sempat membuat
rekaman video porno ketika melakukan hubungan seks. Para anggota geng
mptor bahkan harus berduel untuk bisa mendapatkan predikat panglima di
kalangan mereka16.
12 http://news.okezone.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.45 wib
13 http://republika.co.id, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.50 wib
14 http://republika.co.id, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 17.05 wib
15 http://merdeka.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pada pukul 17.10 wib
16http://merdeka.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pada pukul 17.15 wib
15. BAB III
KESIMPULAN
Geng merupakan kelompok dimana struktur dan keanggotaannya merupakan
kemlompok informal. Keberadaan geng dalam masyarakat sejakk abad ke 19 sudah
meresahkan warga, karena anggota geng kerap melakukan tindak pidana. Ironisnya, para
anggota geng kebanyakan adalah remaja sehingga seringkali dikenal sebagai juvenille
delinquency atau kenakalan remaja.
Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan,
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-
anak ke dewasa. Faktor penyebab mengapa para remaja kerap bergabung dengan gang,
meliputi :
Komunitas (community)
Keluarga
Sekolah
Lingkungan pertemanan (peer relationship)
Karakter individu
Penyimpangan sebelumnya (Prior deviance)
Dari sejumlah faktor diatas, beberapa ahli mengelompokkannya kedalam faktor internal
dan eksternal. Sementara motivasi anggota gang, untuk bergabung kedalam kelompok
mereka, antara lain :
Keluarga dan teman mereka sudah menjadi anggota sebelumnya
Ada label perlindungan (labeled protection)
Fun / action.
Dampak keanggotaan geng dalam perkembangan hidup seseorang:
Dikeluarkan dari sekolah
Kehamilan pada usia dini
Orang tua muda
Hidup terpisah dari salah satu orang tua
Pola pekerjaan yang tidak stabil
Hidup serumah
Jenis kenakalan remaja yang dikenal di masyarakat, diantaranya :
16. Penyalahgunaan narkoba
Seks bebas
Tawuran antar pelajar.
Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini, antara lain dengan tripartite
classification, yaitu:
Prevention
Reform
Suppression
Local community organizing and mobilization
Social intervention
Social and economic opportunities provision
17. DAFTAR PUSTAKA
http://e n.m.wikipedia.org/wiki/subcultural_theory; diakses pada 19 Oktober 2014
pkl.18.00wib
Terence P. Thornberry, Marvin D. Krohn, Alan J. Lizotte, Carolyn A. Smith, dan Kimberly
Tobin, Gang and Delinquency in Developmental Perspective, Cambridge University Press,
2003
http://salingberbaginfo.blogspot.com, diakses pada sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.00 wib
John W. Santrock, Adolescense Perkembangan Remaja, alih bahasa oleh Shinto B. Adelar,
Sherly Saragih, editor oleh Wisnu C. Kristiaji, Yati Sumiharti; Jakarta, Erlangga ; 2003, hal
520
http://merdeka.com, diakses pada sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 15.00 wib
http://balipost.com, sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 17.00 wib
http://news.okezone.com, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.45 wib
http://republika.co.id, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.50 wib
http://republika.co.id, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 17.05 wib
http://merdeka.com, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pada pukul 17.10 wib