SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
TAHUN 2014
Nama : Brigita P. Manohara
NIM : 1406509901
Mata Kuliah : Kriminologi
No. Urut Kehadiran :
Pengajar : Prof. Harkristuti Harkrisnowo,SH, MA,PhD
Dr. Eva Achjani Zulfa, SH, MH
BAB I
GANG AND DELINQUENCY
1. Etimologi
Berdasarkan kamus bahasa Inggris-Indonesia, maka terjemahannya adalah
sebagai berikut :
Gang : gerombolan, komplotan, rombongan, sekawan, regu
Delinquency : kenakalan, perilaku jahat, pelanggaran
Gang and Delinquency : gerombolan/komplotan dan kenakalan
Dari pengertian diatas gang and delinquency bisa diasumsikan sebagai
kenakalan/pelanggaran/ perilaku jahat yang dilakukan oleh gerombolan/ komplotan.
Pengertian Gang and Delinquency kerap dikaitkan dengan Juvenille Delinquency
yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kenakalan remaja.
2. Gang and Delinquency dalam Kriminologi
Salah satu tokoh kriminologi Frederic M. Thrasher yang pada tahun 1927
mempelajari gangs sebagai sebuah sistem, ia mempelajari bagaimana pola yang ada
dalam gangs, perilaku para anggotanya, dan menganalisisnya. Frederic dalam
bukunya kemudian mendefinisikan1 :
“gangs is an interstitial group originally formed spontaneously, and then integrated
through conflict. It is characterized by the following types of behaviour; meeting face
to face, milling, movement through space as a unit, conflict, and planning. The result
of this collective behaviour is the development of tradition, unreflective internal
structure, esprit de corps, solidarity, morale, group awarness, and attachment to a
local territory”.
"Geng adalah kelompok interstitial yang awalnya terbentuk secara spontan, lalu terintegrasi
dengan konflik. Hal ini ditandai dengan jenis perilaku berikut; bertemu langsung,
penggilingan, gerakan melalui ruang sebagai unit, konflik, dan perencanaan. Hasil perilaku
kolektif ini adalah pengembangan dari tradisi, struktur internal yang tidak terefleksi, semangat
korps, solidaritas, semangat, kelompok awarness, dan keterikatan pada suatu wilayah lokal "
Dalam kriminologi, bahasan ini merupakan salah satu sub struktur teori yang
dikembangkan dan terus dipelajari karena ada fenomena yang terjadi di masyarakat,
ketika ada sejumlah kelompok yang kemudian melakukan beberapa kejahatan secara
1 http://e n.m.wikipedia.org/wiki/subcultural_theory; diakses pada 19 Oktober 2014 pkl.18.00wib
berkala sehingga menyebabkan keresahan dan ketakutan di masyarakat itu sendiri. Hal
inilah yang mendorong para ahli kriminologi terus melakukan penelitian guna
mengurangi tingkat kejahatan yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
a. Penjelasan dalam Buku Gang and Delinquency
Buku Gang and Delinquency Gang and Delinquency in Developmental
Perspective karya Terence P. Thornberry, Marvin D. Krohn, Alan J. Lizotte, Carolyn
A. Smith, dan Kimberly Tobin, menjelaskan remaja pelaku tindak pidana di Amerika
terdiri dari pria dan wanita, meskipun dari hasil penelitian penulis perbandingannya
tidak signifikan,persentasenya lebih banyak kaum pria. Sementara itu, para anggota
gang berasal dari tiga jenis ras, yakni Afrika-Amerika, Hispanic, dan White (kulit
putih). Para anggota gang kerap terlibat sejumlah tindak pidana seperti kejahatan
(general delinquency) , kekerasan (violence delinquent), penggunaan narkoba dan
peredaran/perdagangan narkoba.
Pada penelitian lain yang diterbitkan dalam Juvenile Justice Bulletin OJJDP (
Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention)US Departemen of Justice
pada Oktober 1998, dijelaskan mengenai jenis kejahatan yang dilakukan oleh remaja.
Kejahatan itu digolonggkan menjadi dua, yakni kejahatan yang dilakukan secara
pribadi dan yang dibawa ke pengadilan. Kejahatan yang dilaporkan secara pribadi
meliputi :
 Violent : Hitting teacher, hitting to hurt, picking a fight, using force to get
things, throwing objects (Memukul guru, memukul untuk menyakiti, memilih
berkelahi, menggunakan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu, melempar benda)
 Nonviolent : Taking something worth more than $50, taking something worth
between $5 and $50, breaking into a house, destroying property, writing graffiti,
selling illegal drugs (Mengambil sesuatu yang bernilai lebih dari $ 50, mengambil
sesuatu bernilai antara $ 5 dan $ 50, membobol rumah, menghancurkan properti,
menulis grafiti, menjual obat-obatan terlarang )
 General Combined self-reported violent and nonviolent : offenses and frequency
of being arrested and in trouble with the police (pelanggaran dan frekuensi
ditahan serta tindakan yang menimbulkan masalah dengan polisi ).
Sementara itu, kejahatan yang dilakukan dan dilaporkan ke pengadilan
diklasifikasikan menjadi :
 Violent : Simple assault, aggravated assault, hit and run, murder, threat,
robbery, sex offense, disorderly conduct, using a weapon ( Serangan sederhana,
penyerangan, hit and run, pembunuhan, ancaman, perampokan, pelanggaran seks,
perilaku tidak tertib, penggunaan senjata )
 Nonviolent : Arson, reckless arson, burglary, larceny, motor vehicle theft,
trespassing, prostitution, stolen property, selling illegal drugs (Pembakaran,
pembakaran sembrono, perampokan, pencurian, pencurian kendaraan bermotor,
pelanggaran, prostitusi, barang curian, menjual obat-obatan terlarang )
 General : Combined court-recorded violent and nonviolent offenses (Gabungan
pelanggaran kekerasan dan non-kekerasan pengadilan dicatat )
Para remaja yang bergabung dengan sebuah kelompok (gang) rata-rata selama
setahun atau lebih, namun hanya sedikit yang bertahan hingga lebih dari tiga tahun.
Meskipun dapat dipastikan keterlibatan mereka sebagai bagian dari gang, terjadi pada
masa remaja. Kehadiran gang di Amerika dari hasil temuan penulis, kini tak lagi
hanya di kota besar namun sudah merata di banyak daerah. Dari hasil pengujian
sejulah teori yangs ebelumnya pernah disampaikan ahli kriminologi Amerika,
diketahui beberapa faktor penyebab mengapa para remaja kerap bergabung dengan
gang, faktor tersebut meliputi :
 Komunitas (community)
 Keluarga : lemahnya manajemen keluarga, lemahnya peran orang tua dalam
mendidik dan mengawasi anaknya, kenyamanan dalam keluarga (parent-child
relations, hal.58,62).
 Sekolah : meliputi sejumlah elemen, yakni rendahnya ekspektasi keluarga
terhadap pendidikan anak (parents have low expectation for them), lemahnya
performance mereka di sekolah (poor school performance), lemahnya keinginan
untuk terlibat dalam kegiatan di sekolah (low commitment to and involvement in
school), frustasi dengan sekolah (hal.59).
 Lingkungan pertemanan (peer relationship) : rekan menyimpang yang
berpengaruh, early dating, waktu tanpa pengawasan dengan teman (unsupervised
time with friend) , aktivitas seksual precociuous (precociuous sexual activity).
 Karakter individu : rendahnya self-esteem, stressful/ negative life, psikopatologi
(psychopathology), depressive symtoms (hal 62).
 Penyimpangan sebelumnya (Prior deviance) : melakukan pelanggaran sejak dini
(early general delinquency), violent delinquency, drug use, age of onset of
delinquency (hal.63).
Ketika bergabung dengan kelompoknya, penulis menyampaikan ada sejumlah
kerugian sosial yang dialami para anggota gang, yaitu :
 Lemahnya prestasi di sekolah (poor performance in school)
 Early dating
 Externalizing behaviors
 Prior delinquency
 Kejahatan/pelanggaran dipercaya meningkat angkanya (Delinquent beliefs
increase).
Terkait motivasi anggota gang, ada tiga hal yang menjadi jawaban mereka :
 Keluarga dan teman mereka sudah menjadi anggota sebelumnya
 Ada label perlindungan (labeled protection)
 Fun / action
Penulis mengutip teori yang dikemukakan kriminolog, mengenai pola sebab akibat
dari keanggotaan gang, diantaranya :
 “barries in social structure limit the ability of lower cass youth to attain the
American dream” – stain theory arientation yang diadopsi Cohen (1955) dan
Cloward serta Ohin (1960).
 “gangs and gang behavior are seen as natural offshoots of lower-class culture, a
long-established, distictively patterned tradition with an integrity of its own”
(Miller,1958) : penulis mengkaitkan dengan norma dan fokus utama budaya pada
masyarakat kelas bawah dan kelas menengah.
 “the influence of poverty inadequate educational process, population shift and
ethnic segregation” (Klein, 1995).
Penulis juga mengutip teori interaksi, dimana teori ini merupakan teori yang
sengaja dikembangkan untuk menjelaskan kejahatan yang dilakukan remaja terutama
kejahatan serius. Teori yang dikemukakan oleh Thornberry dan Krohn (2001), berisi
tiga premis utama, yang meliputi :
 Teori interaksi mengadopsi perkembangan atau perspektif bahwa penyebab
perilaku yang terjadi saat remana tidak ditentukan oleh masa kecil pelaku;
 Teori interaksi menekankan interaksi pelaku dan kausalitas dua arah;
 Teori interaksi menggabungkan dampak pengaruh struktur sosial dalam
menjelaskan perkembangan perjalanan hidup, termasuk pekerjaan seseorang.
Mengutip apa yang disampaikan Thornberry (1998), penulis buku menyampaikan ada
tiga hal yang memiliki kaitan kuat antara keanggotaan gang dan kejahatan, yaitu :
 Selection : bagaimana proses perekrutan anggota, dimana dinyatakan bahwa
gangs tidak menyebabkan anggotanya sebagai seorang pelaku kejahatan, namun
keanggotaan gang yang menarik para pelaku kejahatan untuk bergabung.
 Facilitation : “gangs provide strong normative support for a variety of delinquent
and deviant behaviors”. kalimat ini menggambarkan ketika seseorang tergabung
dalam suatu kelompok dalam hal ini adalah gang, maka ada kekuatan yang
mendorongnya untuk melakukan beragam jenis pelanggaran, karena gangs
memberi semacam fasilitas.
 Kombinasi kedua model diatas : “it compromises a large facilitatio effect and a
small selection effect”.
Dalam kesehariannya, para anggota gangs melakukan aktivitasnya dengan membawa
senjata (senjata api ataupun senjata tajam), terkait mengenai hal ini, ada tiga
pertanyaan utama yang menjadi perhatian penulis buku. Ketiga pertanyaan itu adalah:
1. Apakah sebuah kelompok sengaja merekrut mereka yang memiliki senjata api,
apakah keanggotaan gang memperbesar angka penggunaan senjata atau keduanya
merupakan proses yang saling terkait?
2. Apakah anggota gang secara berkelanjutan membawa senjata (pistol) sebagai
hasil dari pengalaman sebagai anggota gang?
3. Apa dampak terkait antara keanggotaan gang dan penggunaan senjata pada
kejahatan, penggunaan narkoba, dan penjualan narkoba ?
Dari tiga hal ini penulis kemudian mengerucutkan analisisnya ke dalam dua jenis
penggunaan senjata ilegal, yakni :
 Mereka yang membawa senjata ilegal tetapi tidak memilikinya
 Mereka yang membawa senjata ilegal milik mereka sendiri
Kebanyakan para anggota gang bisa memiliki senjata karena senjata dijadikan
sebagai salah satu barang yang rutin mereka bawa, terutama dalam kaitannya ketika
melakukan sejumlah kejahatan. Selain itu, ada kemudahan untuk mendapatnya, entah
mereka membeli atau meminjamnya. Hal ini erat kaitannya dengan apa yang sudah
dibahas mengenai gang yang memfasilitasi anggotanya. Dalam hal ini, gang menjadi
sumber atau pusat orang mendapatkan senjata dan mereka juga terlibat dalam
perdagangan gelap yang membuat anggotanya bisa membelinya. Ketika penelitian
berlangsung, penulis mendapati alasan para anggota memiliki senjata adalah karena
alasan untuk olah raga, untuk perlindungan dan karena kedua hal tersebut. Ironisnya
penulis buku menemukan, para remaja khususnya remaja pria yang merupakan
anggota gang dan memiliki senjata memiliki potensi lebih besar dalam melakukan
tindak kejahatan.
Para kriminolog yang teorinya atau tulisannya digunakan sebagai dasar dalam
penulisan buku tersebut membandingkan gangs dengan kelompok pemuda pelanggar
hukum lainnya. Muncul sejumlah definisi dari para ahli yang dimungkinkan menjadi
dasar pembeda antara gangs dan kelompok lain tersebut, yaitu :
 Moore (1991)
“gangs are no longer just the rowdy end of the continuum of local adolescent
groups-they are now really outside thet continuum”
“Geng tidak lagi hanya kegaduhan yang dilakukan remaja local namun kini
kelompok mereka sekarang benar-benar di luar kontinuum"
 Klein (1995)
“street gangs are something special, something qualitatively different from
other groups and from other categories of law breakers”.
“Geng jalanan adalah sesuatu yang istimewa, sesuatu yang secara kualitatif
berbeda dari kelompok lain dan dari kategori pelanggar hokum lainnya".
Penulis buku menjelaskan lebih lanjut bahwa :
“gangs are predicted to exert a stronger criminogenic influence on the
behavior of their members that the influence exerted by even highly
delinquent, but ningang peer groups”
"Geng diperkirakan memberikan pengaruh kriminogenik yang kuat pada
perilaku anggotanya dan pengaruh yang diberikan pada pelanggaran berat,
tapi kelompok ningang yang menyimpang"
Hal ini terkait dengan sejumlah alasan, yang dikemukakan penulis buku:
“gangs have a more formal, hierarchical structure as compared with other
adolescent peer group”
"Geng memiliki struktur hirarkis lebih formal, dibandingkan dengan group
remaja menyimpang lainnya"
 Decker (1996), tujuh langkah/proses unik pada gangs (hal 141):
1. Loose bonds to the gangs
2. Collective identification of threat from rival gang, reinforcing the
centrality of violence that expands the number of participants and
increase cohesion (Identifikasi Kolektif ancaman dari geng
saingannya, memperkuat sentralitas kekerasan yang memperluas
jumlah peserta dan meningkatkan keterpaduan dalam geng)
3. A mobilizing even possibly, but necessarily, violence (memobilisasi
bahkan mungkin, tetapi tentu, kekerasan)
4. Escalation of activity (Eskalasi aktivitas)
5. Violent even (acara yang mengandung kekerasan)
6. Rapid de-escalation (penurunan ekskalasi yang cepat)
7. Retaliation (pembalasan)
Pada perjalanannya, para anggota gangs mengalami sejumlah ganggguan yang
kemudian dalam buku, penulis menggolongkannya dalam tiga bagian (hal162) :
1. The failure to complete some developmental tasks before moving on to later, age-
graded roles (contohnya : dikeluarkan dari sekolah)
2. Source of disorder in the life course is transitions that are out of sequence
3. Sense in which there is disorder in the life course is when trantitions are made off
time – either too early or too late.
Bergabung dengan gang bisa menimbulkan pengaruh/ dampak yang mengganggu
dalam perkembangan hidup seseorang, diantaranya (hal 167) :
 Dikeluarkan dari sekolah
 Kehamilan pada usia dini
 Orang tua muda
 Hidup terpisah dari salah satu orang tua
 Pola pekerjaan yang tidak stabil
 Hidup serumah
Hal lain yang mencengangkan dan kebanyakan terjadi pada anggota gang adalah
mayoritas dari mereka memiliki catatan kriminal di kepolisian. Bahkan, dalam tulisan
yang dikutip oleh penulis buku, Moore (1991) melaporkan bahwa separuh dari pria
anggota gang memandang anggota perempuan sebagai “possessions” dan obyek
eksploitasi seksual.
Guna mengatasi masalah ini, penulis buku kembali mengutip pendapat ahli,
diantaranya:
1. Klein and Howel (2005) : tripartite classification
 Prevention
 Reform
 Suppression
Howel menggabungkan dua atau lebih dari pendekatan itu
2. Spergel (1995)
 Local community organizing and mobilization
 Social intervention
 Suppression
 Social and economic opportunities provision
Penulis buku sendiri menggolongkan ke dalam dua agenda besar, yakni secara
langsung (direct approaches) kepada anggota gang, dan tidak langsung (indirect
approaches) dengan melakukan pendekatan melalui sekolah, keluarga, ketrampilan
sosial, dan sejumlah faktor resiko lainnya.
Mereka juga menyimpulkan enam hal yang bisa dijadikan acuan terkait mengenai
gang, dampak, pengaruh dan proses pembentukannya.
 Early prevention and reform program, starting during the middle school years
 Program should be comprehensive and multifaceted, able to target multiple
deficits in the individual’s development
 The results of our investigation indicate that gang membership is strongly
linked to minority group status, poverty, and disadvantaged neighborhoods
 Gangs are a form of adolescent peer group and that peer influence and
reinforcements appear to be central contributors to gang delinquency
 Gang effects are as strong for female members as they are for male gang
members
 Gang membership is relatively fleeting (sekejap).
b. Penjelasan sumber lainnya
Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan,
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa
anak-anak ke dewasa. Paul Moedikdo,SH seperti dikutip oleh setio hadi,
mendefinisikan kenakalan remaja adalah 2:
 Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi
anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana,
seperti mencuri, menganiaya, dsb
2 http://salingberbaginfo.blogspot.com,diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.00 wib
 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu utuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat
 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Lebih lanjut, Paul Moedikdo memberikan contoh seperti membolos sekolah, kebut-
kebutan dijalanan, penyalahgunaan narkoba, perilaku seksual pranikah, perkelahian
antar pelajar, dll.
Ada konsep abnormalitas terkait alkohol dan obat terlarang yang dikemukakan
John W. Santrock 3. Tingkah laku abnormal dijelaskansebagai tingkah laku mal-
adaptif dan berbahaya. Tingkah laku seperti ini tidak mampu mendukung
kesejahteraan, perkembangan , dan pemenuhan masa remaja dan juga pada akhirnya
orang lain. Yang menyebabkan terjadinya tingkah laku abnormal menurut pendekatan
biologis adalah gangguan mental, yang difokuskan pada proses kerja otak dan gakor
keturunan sebagai penyebab utama. Sementara berdasar pendekatan psikologis dan
sosial budaya menitikberatkan pada proses interaksi yang menghasilkan tingkah laku
abnormal. Terkait mengenai kenakalan remaja dan penyebabnya, dijelaskan bahwa
ada sejumlah penyebab, yaitu4 :
 Identitas negatif (kenakalan terjadi karena remaja gagal menemukan suatu
identitas peran, kurang lebih dengan menggabungkan motivasi, nilai,
kemampuan, dan gaya )
 Rendahnya kontrol diri (beberapa anak dan remaja gagal memperoleh kontrol
yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan)
 Dimulai pada usia dini (munculnya tingkah laku antisosial di usia dini
berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaa. Namun
demikian, tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan
menjadi pelaku kenakalan)
 Jenis kelamin laki-laki ( anak laki-laki banyak melakukan tingkah laku anti
sosial daripada anak perempuan, walaupun aak perempuan lebih banyak yang
kabur. Anak laki-laki lebih banyak melakukan tindakan kekerasan.
3 John W. Santrock, Adolescense Perkembangan Remaja, alih bahasa oleh Shinto B. Adelar, Sherly Saragih,
editor oleh Wisnu C. Kristiaji, Yati Sumiharti; Jakarta, Erlangga ; 2003, hal 520
4 Ibid, hal 523
 Harapan terhadap pendidikan dan nilai di sekolah yang rendah (remaja yang
menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap
pendidikan dan juga nilai yang rendah di sekolah. Kemampuan verbal mereka
seringkali tergolong kurang)
 Rendahnya penagwasan, dukungan dan penerapan disipling yang tidak efektif
dari orang tua (para pelaku kenakalan seringkali berasal dari keluarga dimana
orang tua jarang mengawasi anak remajanya, memberikan mereka sedikit
dukungan dan menerapkan pola disiplin secara tidak efektif)
 Pengaruh besar dari teman sebagay, dan ketahanan diri yang rendah (memiliki
teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi
pelaku kenakalan
 Status sosial ekonomi rendah (penyerangan serius lebih sering oleh laki-laki
dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah)
 Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal yang berkaitan dengan tingkat
kriminalitas tinggi, tingkat mobillitas tinggi ( masyarakat sering kali memupuk
kriminalitas. Tinggal di suatu daerah dengan tingkat kriminalitas yang tinggi
yang jga ditandai dengan kemiskinan dan kondisi pemukiman yang padat,
meningkaykan kemungkinan seorang anak akan melakukan kenakalan.
Komunitas seperti ini seringkali memiliki sekolah yang sangat tidak memadai).
Kenakalan remaja sendiri meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan
dirinya sendiri dan orang-orang sekitar5. Masa kenakalan remaja mulai mendapat
perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak nakal
pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Jenis kenakalan remaja yang dikenal di
masyarakat6 :
 Penyalahgunaan narkoba
 Seks bebas
 Tawuran antar pelajar.
Kenakalan remaja terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja
itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal) 7. Faktor internal meliputi
5 http://id.m. Wikipedia.org/wiki/kenakalan_remaja, diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.15 wib
6 ibid
7 ibid
krisis indentitas. Sementara faktor eksternal meliputi keluarga, teman sebaya yang
kurang baik, komunitas/ lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja antara lain8 :
 Memberikan prinsip keteladanan
 Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan poin
pertama
 Kemauan orang tua membenahi kondisi keluarga agar tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja
 Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, sementara orang tua
memberikan arahan dengan siapa dan di komunitas mana mereka semestinya
bergaul
 Remaja membentuk ketahnan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata
teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
8 ibid
BAB II
IMPLEMENTASI DI INDONESIA
Sejumlah kasus kenakalan remaja yang terjadi di Indonesia dan menarik perhatian
publik antara lain adalah :
1. Tawuran pelajar
Contoh kasus :
 Sabtu, 7 Desember 2013, tawuran terjadi antara siswa SMKN 3 dan SUPM
Ma’arif kota Tegal, Jawa Tengah. Seorang siswa SMKN 3 terpaksa dilarikan
ke rumah sakit karena terluka dibagian muka dan kepala. Tawuran terjadi di
Jalan Wisanggeni, Kelurahan Kejambon. Pada kasus ini, polisi menangkap 12
siswa dari SUPM Ma’arif untuk diperiksa lebih lanjut9.
 Kamis, 5 Desember 2013, tawuran pelajar terjadi di KM 45 sebelum pintu tol
Jagorawi, tawuran antara siswa SMK Bakti Taruna denagn SMK YZA I Tajur.
Seorang pelajar SMK Bakti Taruna, Adriansyah, tewas akibat luka tusukan
dan sabetan disekujur tubuhnya, tak hanya itu, pada bagian tangan korban
terdapat luka seperti bekas terseret di jalan10.
 Minggu, 24 November 2013, seorang siswa SMP tewas diclurit tiga pelajar
berbeda sekolah karena menolak diajak tawuran. Korban tewas bernama
Mohammad Mahdor diclurit di Cibungbulang, Bogor.
 Kamis, 21 November 2013, polisi menangkap 23 pelajar dari SMK Porti dan
SMK Barat Trikora saat tawuran di jalan Latumenten, Tambora, Jakarta Barat.
Ironisnya, hukuman menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dikenakan pada
mereka, tidak semuanya bisa menyanyikannya.
2. Penyalahgunaan narkotika dan minuman beralkohol
Contoh kasus :
 Selasa, 14 Oktober 2014, pelajar SMP kedapatan menyelundupkan narkoba ke
Rutan kelas IIB Gianyar. Tersangka kedapatan berusaha menyelundupkan
sabu, pada hari sabtu (11/10/2014)11
9 http://merdeka.com, diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 15.00 wib
10 Ibid
11 http://balipost.com, sabtu,25 Oktober 2014 pukul 17.00 wib
 Kamis, 22 Mei 2014, Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis 695 pelajar
yang tengah berstatus tersangka. Angka ini meningkat jika dibandingkan
denagn tahun-tahun sebelumnya. Bahkan menurut Kasubdit Media elektronik
deputi Bidang Pencegahan BNN, Chotidjah, dirinya pernak mendapati anak
usia 5 tahun yang sudah menggunakan ganja12.
 Senin, 28 April 2014, kepolisian Bogor merilis berita penangkapan 12
tersangka penguna dan pengedar narkoba, dua diantaranya adalah pelajar yang
berusia 17 tahun. Dari kedua pelajar, polisi menyita mariyuana seberat 45
gram13.
3. Seks pra-nikah
Contoh kasus :
 Selasa, 28 Mei 2013, penelitian yang dilakukan perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) mengungkapkan sebanyak 85 persen remaja usia
13-15 tahun mengaku pertama kali melakukan hubungan seks dengan pacar
mereka di rumah. Penelitian dilakukan terhadap 2488 remaja di Tasikmalaya,
Cirebon, Singkawang, Palembang dan Kupang pada 200514.
 Kamis, 30 Mei 2013, budaya seks bebas di kalangan geng motor merupakan
satu fenomena yang menjadi perhatian bidang ilmu psikologi. Kapolsek Metro
Kembangan, Kompol Heru Agus menjelaskan bahwa ia menemukan hubungan
antara balap liar yang dilakukan geng motor dengan seks bebas. Dimana dalam
pelaksanaan balap liar, terdapat perjudian, dan cewek ABG yang dijadikan
hadiah15.
 Jumat, 17 Mei 2013, anggota geng motor, anak buah Anto Klewang di
Pekanbaru. Para anggota Klewang, membenarkan adanya seks bebas
dikalangan sesama anggota geng motor. Bahkan mereka sempat membuat
rekaman video porno ketika melakukan hubungan seks. Para anggota geng
mptor bahkan harus berduel untuk bisa mendapatkan predikat panglima di
kalangan mereka16.
12 http://news.okezone.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.45 wib
13 http://republika.co.id, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.50 wib
14 http://republika.co.id, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 17.05 wib
15 http://merdeka.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pada pukul 17.10 wib
16http://merdeka.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pada pukul 17.15 wib
BAB III
KESIMPULAN
Geng merupakan kelompok dimana struktur dan keanggotaannya merupakan
kemlompok informal. Keberadaan geng dalam masyarakat sejakk abad ke 19 sudah
meresahkan warga, karena anggota geng kerap melakukan tindak pidana. Ironisnya, para
anggota geng kebanyakan adalah remaja sehingga seringkali dikenal sebagai juvenille
delinquency atau kenakalan remaja.
Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan,
atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-
anak ke dewasa. Faktor penyebab mengapa para remaja kerap bergabung dengan gang,
meliputi :
 Komunitas (community)
 Keluarga
 Sekolah
 Lingkungan pertemanan (peer relationship)
 Karakter individu
 Penyimpangan sebelumnya (Prior deviance)
Dari sejumlah faktor diatas, beberapa ahli mengelompokkannya kedalam faktor internal
dan eksternal. Sementara motivasi anggota gang, untuk bergabung kedalam kelompok
mereka, antara lain :
 Keluarga dan teman mereka sudah menjadi anggota sebelumnya
 Ada label perlindungan (labeled protection)
 Fun / action.
Dampak keanggotaan geng dalam perkembangan hidup seseorang:
 Dikeluarkan dari sekolah
 Kehamilan pada usia dini
 Orang tua muda
 Hidup terpisah dari salah satu orang tua
 Pola pekerjaan yang tidak stabil
 Hidup serumah
Jenis kenakalan remaja yang dikenal di masyarakat, diantaranya :
 Penyalahgunaan narkoba
 Seks bebas
 Tawuran antar pelajar.
Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini, antara lain dengan tripartite
classification, yaitu:
 Prevention
 Reform
 Suppression
 Local community organizing and mobilization
 Social intervention
 Social and economic opportunities provision
DAFTAR PUSTAKA
http://e n.m.wikipedia.org/wiki/subcultural_theory; diakses pada 19 Oktober 2014
pkl.18.00wib
Terence P. Thornberry, Marvin D. Krohn, Alan J. Lizotte, Carolyn A. Smith, dan Kimberly
Tobin, Gang and Delinquency in Developmental Perspective, Cambridge University Press,
2003
http://salingberbaginfo.blogspot.com, diakses pada sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.00 wib
John W. Santrock, Adolescense Perkembangan Remaja, alih bahasa oleh Shinto B. Adelar,
Sherly Saragih, editor oleh Wisnu C. Kristiaji, Yati Sumiharti; Jakarta, Erlangga ; 2003, hal
520
http://merdeka.com, diakses pada sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 15.00 wib
http://balipost.com, sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 17.00 wib
http://news.okezone.com, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.45 wib
http://republika.co.id, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.50 wib
http://republika.co.id, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 17.05 wib
http://merdeka.com, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pada pukul 17.10 wib

More Related Content

Similar to Gang dan Kenakalan Remaja

Report crime & devian muhammad b abdullah
Report crime & devian muhammad b abdullahReport crime & devian muhammad b abdullah
Report crime & devian muhammad b abdullahUbaidillah Muhammad
 
MEETING 2.pdf
MEETING 2.pdfMEETING 2.pdf
MEETING 2.pdfNovicatur
 
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamjaMarulituazalukhu
 
Kenakalan remaja
Kenakalan remajaKenakalan remaja
Kenakalan remajahellohary
 
contoh Kritikan jurnal
contoh Kritikan jurnalcontoh Kritikan jurnal
contoh Kritikan jurnalRohana Hamid
 
Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2Eyda Fareeda
 
Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2Eyda Fareeda
 
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2eli priyatna laidan
 
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)Jeybie Moeth Thiea
 
Tugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdf
Tugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdfTugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdf
Tugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdfIndra Sofian
 
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3Paarief Udin
 
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3Paarief Udin
 
Sari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptxSari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptxTheFlat1
 
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosialPengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosialelmakrufi
 
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxMENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxDESIWILDAYANI1
 
Makalah geng motor
Makalah geng motorMakalah geng motor
Makalah geng motorHolis Fiven
 

Similar to Gang dan Kenakalan Remaja (20)

Kekerasan
KekerasanKekerasan
Kekerasan
 
Report crime & devian muhammad b abdullah
Report crime & devian muhammad b abdullahReport crime & devian muhammad b abdullah
Report crime & devian muhammad b abdullah
 
MEETING 2.pdf
MEETING 2.pdfMEETING 2.pdf
MEETING 2.pdf
 
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamja
 
Kenakalan remaja
Kenakalan remajaKenakalan remaja
Kenakalan remaja
 
contoh Kritikan jurnal
contoh Kritikan jurnalcontoh Kritikan jurnal
contoh Kritikan jurnal
 
Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2
 
Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2Aggresif di kalangan_remaja_part_2
Aggresif di kalangan_remaja_part_2
 
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 1 pertemuan 2
 
Isbd q
Isbd qIsbd q
Isbd q
 
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial (2)
 
kenakalan remaja
kenakalan remaja kenakalan remaja
kenakalan remaja
 
Tugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdf
Tugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdfTugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdf
Tugas Tutorial 3 Teori Kriminologi 4302 Indra Sofian 042051183.doc.pdf
 
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3
 
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3Annisa sri heldayanti dan zetty aqma   xii ips   3
Annisa sri heldayanti dan zetty aqma xii ips 3
 
Sari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptxSari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptx
 
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosialPengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
Pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial
 
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxMENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
 
Makalah geng motor
Makalah geng motorMakalah geng motor
Makalah geng motor
 
032
032032
032
 

More from Brigita Manohara

More from Brigita Manohara (16)

Uas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perekUas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perek
 
Uas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perekUas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perek
 
Uas spp soal politik kriminal
Uas spp soal politik kriminalUas spp soal politik kriminal
Uas spp soal politik kriminal
 
Uas sosiologi soal lalu lintas
Uas sosiologi soal lalu lintasUas sosiologi soal lalu lintas
Uas sosiologi soal lalu lintas
 
Uas perkembangan teori hukum soal strict liability
Uas perkembangan teori hukum soal strict liabilityUas perkembangan teori hukum soal strict liability
Uas perkembangan teori hukum soal strict liability
 
Teori pidana tiga
Teori pidana tigaTeori pidana tiga
Teori pidana tiga
 
Teori hukum 2
Teori hukum 2Teori hukum 2
Teori hukum 2
 
Ppt theory of justice
Ppt theory of justicePpt theory of justice
Ppt theory of justice
 
Tindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruTindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baru
 
Determinasi ekonomi
Determinasi ekonomiDeterminasi ekonomi
Determinasi ekonomi
 
Gang and delinquency
Gang and delinquencyGang and delinquency
Gang and delinquency
 
Presentasi kelompok
Presentasi kelompokPresentasi kelompok
Presentasi kelompok
 
Teori hukum 2
Teori hukum 2Teori hukum 2
Teori hukum 2
 
Tindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baruTindak pidana (criminal conduct) baru
Tindak pidana (criminal conduct) baru
 
Gang and delinquency
Gang and delinquencyGang and delinquency
Gang and delinquency
 
Determinasi ekonomi
Determinasi ekonomiDeterminasi ekonomi
Determinasi ekonomi
 

Recently uploaded

Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 

Recently uploaded (12)

Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 

Gang dan Kenakalan Remaja

  • 1. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM TAHUN 2014 Nama : Brigita P. Manohara NIM : 1406509901 Mata Kuliah : Kriminologi No. Urut Kehadiran : Pengajar : Prof. Harkristuti Harkrisnowo,SH, MA,PhD Dr. Eva Achjani Zulfa, SH, MH
  • 2. BAB I GANG AND DELINQUENCY 1. Etimologi Berdasarkan kamus bahasa Inggris-Indonesia, maka terjemahannya adalah sebagai berikut : Gang : gerombolan, komplotan, rombongan, sekawan, regu Delinquency : kenakalan, perilaku jahat, pelanggaran Gang and Delinquency : gerombolan/komplotan dan kenakalan Dari pengertian diatas gang and delinquency bisa diasumsikan sebagai kenakalan/pelanggaran/ perilaku jahat yang dilakukan oleh gerombolan/ komplotan. Pengertian Gang and Delinquency kerap dikaitkan dengan Juvenille Delinquency yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kenakalan remaja. 2. Gang and Delinquency dalam Kriminologi Salah satu tokoh kriminologi Frederic M. Thrasher yang pada tahun 1927 mempelajari gangs sebagai sebuah sistem, ia mempelajari bagaimana pola yang ada dalam gangs, perilaku para anggotanya, dan menganalisisnya. Frederic dalam bukunya kemudian mendefinisikan1 : “gangs is an interstitial group originally formed spontaneously, and then integrated through conflict. It is characterized by the following types of behaviour; meeting face to face, milling, movement through space as a unit, conflict, and planning. The result of this collective behaviour is the development of tradition, unreflective internal structure, esprit de corps, solidarity, morale, group awarness, and attachment to a local territory”. "Geng adalah kelompok interstitial yang awalnya terbentuk secara spontan, lalu terintegrasi dengan konflik. Hal ini ditandai dengan jenis perilaku berikut; bertemu langsung, penggilingan, gerakan melalui ruang sebagai unit, konflik, dan perencanaan. Hasil perilaku kolektif ini adalah pengembangan dari tradisi, struktur internal yang tidak terefleksi, semangat korps, solidaritas, semangat, kelompok awarness, dan keterikatan pada suatu wilayah lokal " Dalam kriminologi, bahasan ini merupakan salah satu sub struktur teori yang dikembangkan dan terus dipelajari karena ada fenomena yang terjadi di masyarakat, ketika ada sejumlah kelompok yang kemudian melakukan beberapa kejahatan secara 1 http://e n.m.wikipedia.org/wiki/subcultural_theory; diakses pada 19 Oktober 2014 pkl.18.00wib
  • 3. berkala sehingga menyebabkan keresahan dan ketakutan di masyarakat itu sendiri. Hal inilah yang mendorong para ahli kriminologi terus melakukan penelitian guna mengurangi tingkat kejahatan yang dilakukan oleh kelompok tertentu. a. Penjelasan dalam Buku Gang and Delinquency Buku Gang and Delinquency Gang and Delinquency in Developmental Perspective karya Terence P. Thornberry, Marvin D. Krohn, Alan J. Lizotte, Carolyn A. Smith, dan Kimberly Tobin, menjelaskan remaja pelaku tindak pidana di Amerika terdiri dari pria dan wanita, meskipun dari hasil penelitian penulis perbandingannya tidak signifikan,persentasenya lebih banyak kaum pria. Sementara itu, para anggota gang berasal dari tiga jenis ras, yakni Afrika-Amerika, Hispanic, dan White (kulit putih). Para anggota gang kerap terlibat sejumlah tindak pidana seperti kejahatan (general delinquency) , kekerasan (violence delinquent), penggunaan narkoba dan peredaran/perdagangan narkoba. Pada penelitian lain yang diterbitkan dalam Juvenile Justice Bulletin OJJDP ( Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention)US Departemen of Justice pada Oktober 1998, dijelaskan mengenai jenis kejahatan yang dilakukan oleh remaja. Kejahatan itu digolonggkan menjadi dua, yakni kejahatan yang dilakukan secara pribadi dan yang dibawa ke pengadilan. Kejahatan yang dilaporkan secara pribadi meliputi :  Violent : Hitting teacher, hitting to hurt, picking a fight, using force to get things, throwing objects (Memukul guru, memukul untuk menyakiti, memilih berkelahi, menggunakan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu, melempar benda)  Nonviolent : Taking something worth more than $50, taking something worth between $5 and $50, breaking into a house, destroying property, writing graffiti, selling illegal drugs (Mengambil sesuatu yang bernilai lebih dari $ 50, mengambil sesuatu bernilai antara $ 5 dan $ 50, membobol rumah, menghancurkan properti, menulis grafiti, menjual obat-obatan terlarang )  General Combined self-reported violent and nonviolent : offenses and frequency of being arrested and in trouble with the police (pelanggaran dan frekuensi ditahan serta tindakan yang menimbulkan masalah dengan polisi ). Sementara itu, kejahatan yang dilakukan dan dilaporkan ke pengadilan diklasifikasikan menjadi :
  • 4.  Violent : Simple assault, aggravated assault, hit and run, murder, threat, robbery, sex offense, disorderly conduct, using a weapon ( Serangan sederhana, penyerangan, hit and run, pembunuhan, ancaman, perampokan, pelanggaran seks, perilaku tidak tertib, penggunaan senjata )  Nonviolent : Arson, reckless arson, burglary, larceny, motor vehicle theft, trespassing, prostitution, stolen property, selling illegal drugs (Pembakaran, pembakaran sembrono, perampokan, pencurian, pencurian kendaraan bermotor, pelanggaran, prostitusi, barang curian, menjual obat-obatan terlarang )  General : Combined court-recorded violent and nonviolent offenses (Gabungan pelanggaran kekerasan dan non-kekerasan pengadilan dicatat ) Para remaja yang bergabung dengan sebuah kelompok (gang) rata-rata selama setahun atau lebih, namun hanya sedikit yang bertahan hingga lebih dari tiga tahun. Meskipun dapat dipastikan keterlibatan mereka sebagai bagian dari gang, terjadi pada masa remaja. Kehadiran gang di Amerika dari hasil temuan penulis, kini tak lagi hanya di kota besar namun sudah merata di banyak daerah. Dari hasil pengujian sejulah teori yangs ebelumnya pernah disampaikan ahli kriminologi Amerika, diketahui beberapa faktor penyebab mengapa para remaja kerap bergabung dengan gang, faktor tersebut meliputi :  Komunitas (community)  Keluarga : lemahnya manajemen keluarga, lemahnya peran orang tua dalam mendidik dan mengawasi anaknya, kenyamanan dalam keluarga (parent-child relations, hal.58,62).  Sekolah : meliputi sejumlah elemen, yakni rendahnya ekspektasi keluarga terhadap pendidikan anak (parents have low expectation for them), lemahnya performance mereka di sekolah (poor school performance), lemahnya keinginan untuk terlibat dalam kegiatan di sekolah (low commitment to and involvement in school), frustasi dengan sekolah (hal.59).  Lingkungan pertemanan (peer relationship) : rekan menyimpang yang berpengaruh, early dating, waktu tanpa pengawasan dengan teman (unsupervised time with friend) , aktivitas seksual precociuous (precociuous sexual activity).  Karakter individu : rendahnya self-esteem, stressful/ negative life, psikopatologi (psychopathology), depressive symtoms (hal 62).
  • 5.  Penyimpangan sebelumnya (Prior deviance) : melakukan pelanggaran sejak dini (early general delinquency), violent delinquency, drug use, age of onset of delinquency (hal.63). Ketika bergabung dengan kelompoknya, penulis menyampaikan ada sejumlah kerugian sosial yang dialami para anggota gang, yaitu :  Lemahnya prestasi di sekolah (poor performance in school)  Early dating  Externalizing behaviors  Prior delinquency  Kejahatan/pelanggaran dipercaya meningkat angkanya (Delinquent beliefs increase). Terkait motivasi anggota gang, ada tiga hal yang menjadi jawaban mereka :  Keluarga dan teman mereka sudah menjadi anggota sebelumnya  Ada label perlindungan (labeled protection)  Fun / action Penulis mengutip teori yang dikemukakan kriminolog, mengenai pola sebab akibat dari keanggotaan gang, diantaranya :  “barries in social structure limit the ability of lower cass youth to attain the American dream” – stain theory arientation yang diadopsi Cohen (1955) dan Cloward serta Ohin (1960).  “gangs and gang behavior are seen as natural offshoots of lower-class culture, a long-established, distictively patterned tradition with an integrity of its own” (Miller,1958) : penulis mengkaitkan dengan norma dan fokus utama budaya pada masyarakat kelas bawah dan kelas menengah.  “the influence of poverty inadequate educational process, population shift and ethnic segregation” (Klein, 1995). Penulis juga mengutip teori interaksi, dimana teori ini merupakan teori yang sengaja dikembangkan untuk menjelaskan kejahatan yang dilakukan remaja terutama kejahatan serius. Teori yang dikemukakan oleh Thornberry dan Krohn (2001), berisi tiga premis utama, yang meliputi :  Teori interaksi mengadopsi perkembangan atau perspektif bahwa penyebab perilaku yang terjadi saat remana tidak ditentukan oleh masa kecil pelaku;  Teori interaksi menekankan interaksi pelaku dan kausalitas dua arah;
  • 6.  Teori interaksi menggabungkan dampak pengaruh struktur sosial dalam menjelaskan perkembangan perjalanan hidup, termasuk pekerjaan seseorang. Mengutip apa yang disampaikan Thornberry (1998), penulis buku menyampaikan ada tiga hal yang memiliki kaitan kuat antara keanggotaan gang dan kejahatan, yaitu :  Selection : bagaimana proses perekrutan anggota, dimana dinyatakan bahwa gangs tidak menyebabkan anggotanya sebagai seorang pelaku kejahatan, namun keanggotaan gang yang menarik para pelaku kejahatan untuk bergabung.  Facilitation : “gangs provide strong normative support for a variety of delinquent and deviant behaviors”. kalimat ini menggambarkan ketika seseorang tergabung dalam suatu kelompok dalam hal ini adalah gang, maka ada kekuatan yang mendorongnya untuk melakukan beragam jenis pelanggaran, karena gangs memberi semacam fasilitas.  Kombinasi kedua model diatas : “it compromises a large facilitatio effect and a small selection effect”. Dalam kesehariannya, para anggota gangs melakukan aktivitasnya dengan membawa senjata (senjata api ataupun senjata tajam), terkait mengenai hal ini, ada tiga pertanyaan utama yang menjadi perhatian penulis buku. Ketiga pertanyaan itu adalah: 1. Apakah sebuah kelompok sengaja merekrut mereka yang memiliki senjata api, apakah keanggotaan gang memperbesar angka penggunaan senjata atau keduanya merupakan proses yang saling terkait? 2. Apakah anggota gang secara berkelanjutan membawa senjata (pistol) sebagai hasil dari pengalaman sebagai anggota gang? 3. Apa dampak terkait antara keanggotaan gang dan penggunaan senjata pada kejahatan, penggunaan narkoba, dan penjualan narkoba ? Dari tiga hal ini penulis kemudian mengerucutkan analisisnya ke dalam dua jenis penggunaan senjata ilegal, yakni :  Mereka yang membawa senjata ilegal tetapi tidak memilikinya  Mereka yang membawa senjata ilegal milik mereka sendiri Kebanyakan para anggota gang bisa memiliki senjata karena senjata dijadikan sebagai salah satu barang yang rutin mereka bawa, terutama dalam kaitannya ketika melakukan sejumlah kejahatan. Selain itu, ada kemudahan untuk mendapatnya, entah mereka membeli atau meminjamnya. Hal ini erat kaitannya dengan apa yang sudah dibahas mengenai gang yang memfasilitasi anggotanya. Dalam hal ini, gang menjadi
  • 7. sumber atau pusat orang mendapatkan senjata dan mereka juga terlibat dalam perdagangan gelap yang membuat anggotanya bisa membelinya. Ketika penelitian berlangsung, penulis mendapati alasan para anggota memiliki senjata adalah karena alasan untuk olah raga, untuk perlindungan dan karena kedua hal tersebut. Ironisnya penulis buku menemukan, para remaja khususnya remaja pria yang merupakan anggota gang dan memiliki senjata memiliki potensi lebih besar dalam melakukan tindak kejahatan. Para kriminolog yang teorinya atau tulisannya digunakan sebagai dasar dalam penulisan buku tersebut membandingkan gangs dengan kelompok pemuda pelanggar hukum lainnya. Muncul sejumlah definisi dari para ahli yang dimungkinkan menjadi dasar pembeda antara gangs dan kelompok lain tersebut, yaitu :  Moore (1991) “gangs are no longer just the rowdy end of the continuum of local adolescent groups-they are now really outside thet continuum” “Geng tidak lagi hanya kegaduhan yang dilakukan remaja local namun kini kelompok mereka sekarang benar-benar di luar kontinuum"  Klein (1995) “street gangs are something special, something qualitatively different from other groups and from other categories of law breakers”. “Geng jalanan adalah sesuatu yang istimewa, sesuatu yang secara kualitatif berbeda dari kelompok lain dan dari kategori pelanggar hokum lainnya". Penulis buku menjelaskan lebih lanjut bahwa : “gangs are predicted to exert a stronger criminogenic influence on the behavior of their members that the influence exerted by even highly delinquent, but ningang peer groups” "Geng diperkirakan memberikan pengaruh kriminogenik yang kuat pada perilaku anggotanya dan pengaruh yang diberikan pada pelanggaran berat, tapi kelompok ningang yang menyimpang" Hal ini terkait dengan sejumlah alasan, yang dikemukakan penulis buku: “gangs have a more formal, hierarchical structure as compared with other adolescent peer group” "Geng memiliki struktur hirarkis lebih formal, dibandingkan dengan group remaja menyimpang lainnya"  Decker (1996), tujuh langkah/proses unik pada gangs (hal 141): 1. Loose bonds to the gangs
  • 8. 2. Collective identification of threat from rival gang, reinforcing the centrality of violence that expands the number of participants and increase cohesion (Identifikasi Kolektif ancaman dari geng saingannya, memperkuat sentralitas kekerasan yang memperluas jumlah peserta dan meningkatkan keterpaduan dalam geng) 3. A mobilizing even possibly, but necessarily, violence (memobilisasi bahkan mungkin, tetapi tentu, kekerasan) 4. Escalation of activity (Eskalasi aktivitas) 5. Violent even (acara yang mengandung kekerasan) 6. Rapid de-escalation (penurunan ekskalasi yang cepat) 7. Retaliation (pembalasan) Pada perjalanannya, para anggota gangs mengalami sejumlah ganggguan yang kemudian dalam buku, penulis menggolongkannya dalam tiga bagian (hal162) : 1. The failure to complete some developmental tasks before moving on to later, age- graded roles (contohnya : dikeluarkan dari sekolah) 2. Source of disorder in the life course is transitions that are out of sequence 3. Sense in which there is disorder in the life course is when trantitions are made off time – either too early or too late. Bergabung dengan gang bisa menimbulkan pengaruh/ dampak yang mengganggu dalam perkembangan hidup seseorang, diantaranya (hal 167) :  Dikeluarkan dari sekolah  Kehamilan pada usia dini  Orang tua muda  Hidup terpisah dari salah satu orang tua  Pola pekerjaan yang tidak stabil  Hidup serumah Hal lain yang mencengangkan dan kebanyakan terjadi pada anggota gang adalah mayoritas dari mereka memiliki catatan kriminal di kepolisian. Bahkan, dalam tulisan yang dikutip oleh penulis buku, Moore (1991) melaporkan bahwa separuh dari pria anggota gang memandang anggota perempuan sebagai “possessions” dan obyek eksploitasi seksual. Guna mengatasi masalah ini, penulis buku kembali mengutip pendapat ahli, diantaranya: 1. Klein and Howel (2005) : tripartite classification  Prevention  Reform
  • 9.  Suppression Howel menggabungkan dua atau lebih dari pendekatan itu 2. Spergel (1995)  Local community organizing and mobilization  Social intervention  Suppression  Social and economic opportunities provision Penulis buku sendiri menggolongkan ke dalam dua agenda besar, yakni secara langsung (direct approaches) kepada anggota gang, dan tidak langsung (indirect approaches) dengan melakukan pendekatan melalui sekolah, keluarga, ketrampilan sosial, dan sejumlah faktor resiko lainnya. Mereka juga menyimpulkan enam hal yang bisa dijadikan acuan terkait mengenai gang, dampak, pengaruh dan proses pembentukannya.  Early prevention and reform program, starting during the middle school years  Program should be comprehensive and multifaceted, able to target multiple deficits in the individual’s development  The results of our investigation indicate that gang membership is strongly linked to minority group status, poverty, and disadvantaged neighborhoods  Gangs are a form of adolescent peer group and that peer influence and reinforcements appear to be central contributors to gang delinquency  Gang effects are as strong for female members as they are for male gang members  Gang membership is relatively fleeting (sekejap). b. Penjelasan sumber lainnya Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Paul Moedikdo,SH seperti dikutip oleh setio hadi, mendefinisikan kenakalan remaja adalah 2:  Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, dsb 2 http://salingberbaginfo.blogspot.com,diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.00 wib
  • 10.  Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu utuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat  Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial. Lebih lanjut, Paul Moedikdo memberikan contoh seperti membolos sekolah, kebut- kebutan dijalanan, penyalahgunaan narkoba, perilaku seksual pranikah, perkelahian antar pelajar, dll. Ada konsep abnormalitas terkait alkohol dan obat terlarang yang dikemukakan John W. Santrock 3. Tingkah laku abnormal dijelaskansebagai tingkah laku mal- adaptif dan berbahaya. Tingkah laku seperti ini tidak mampu mendukung kesejahteraan, perkembangan , dan pemenuhan masa remaja dan juga pada akhirnya orang lain. Yang menyebabkan terjadinya tingkah laku abnormal menurut pendekatan biologis adalah gangguan mental, yang difokuskan pada proses kerja otak dan gakor keturunan sebagai penyebab utama. Sementara berdasar pendekatan psikologis dan sosial budaya menitikberatkan pada proses interaksi yang menghasilkan tingkah laku abnormal. Terkait mengenai kenakalan remaja dan penyebabnya, dijelaskan bahwa ada sejumlah penyebab, yaitu4 :  Identitas negatif (kenakalan terjadi karena remaja gagal menemukan suatu identitas peran, kurang lebih dengan menggabungkan motivasi, nilai, kemampuan, dan gaya )  Rendahnya kontrol diri (beberapa anak dan remaja gagal memperoleh kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan)  Dimulai pada usia dini (munculnya tingkah laku antisosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaa. Namun demikian, tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan)  Jenis kelamin laki-laki ( anak laki-laki banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada anak perempuan, walaupun aak perempuan lebih banyak yang kabur. Anak laki-laki lebih banyak melakukan tindakan kekerasan. 3 John W. Santrock, Adolescense Perkembangan Remaja, alih bahasa oleh Shinto B. Adelar, Sherly Saragih, editor oleh Wisnu C. Kristiaji, Yati Sumiharti; Jakarta, Erlangga ; 2003, hal 520 4 Ibid, hal 523
  • 11.  Harapan terhadap pendidikan dan nilai di sekolah yang rendah (remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan dan juga nilai yang rendah di sekolah. Kemampuan verbal mereka seringkali tergolong kurang)  Rendahnya penagwasan, dukungan dan penerapan disipling yang tidak efektif dari orang tua (para pelaku kenakalan seringkali berasal dari keluarga dimana orang tua jarang mengawasi anak remajanya, memberikan mereka sedikit dukungan dan menerapkan pola disiplin secara tidak efektif)  Pengaruh besar dari teman sebagay, dan ketahanan diri yang rendah (memiliki teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko untuk menjadi pelaku kenakalan  Status sosial ekonomi rendah (penyerangan serius lebih sering oleh laki-laki dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah)  Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal yang berkaitan dengan tingkat kriminalitas tinggi, tingkat mobillitas tinggi ( masyarakat sering kali memupuk kriminalitas. Tinggal di suatu daerah dengan tingkat kriminalitas yang tinggi yang jga ditandai dengan kemiskinan dan kondisi pemukiman yang padat, meningkaykan kemungkinan seorang anak akan melakukan kenakalan. Komunitas seperti ini seringkali memiliki sekolah yang sangat tidak memadai). Kenakalan remaja sendiri meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitar5. Masa kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak nakal pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Jenis kenakalan remaja yang dikenal di masyarakat6 :  Penyalahgunaan narkoba  Seks bebas  Tawuran antar pelajar. Kenakalan remaja terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal) 7. Faktor internal meliputi 5 http://id.m. Wikipedia.org/wiki/kenakalan_remaja, diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.15 wib 6 ibid 7 ibid
  • 12. krisis indentitas. Sementara faktor eksternal meliputi keluarga, teman sebaya yang kurang baik, komunitas/ lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja antara lain8 :  Memberikan prinsip keteladanan  Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan poin pertama  Kemauan orang tua membenahi kondisi keluarga agar tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja  Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, sementara orang tua memberikan arahan dengan siapa dan di komunitas mana mereka semestinya bergaul  Remaja membentuk ketahnan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. 8 ibid
  • 13. BAB II IMPLEMENTASI DI INDONESIA Sejumlah kasus kenakalan remaja yang terjadi di Indonesia dan menarik perhatian publik antara lain adalah : 1. Tawuran pelajar Contoh kasus :  Sabtu, 7 Desember 2013, tawuran terjadi antara siswa SMKN 3 dan SUPM Ma’arif kota Tegal, Jawa Tengah. Seorang siswa SMKN 3 terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena terluka dibagian muka dan kepala. Tawuran terjadi di Jalan Wisanggeni, Kelurahan Kejambon. Pada kasus ini, polisi menangkap 12 siswa dari SUPM Ma’arif untuk diperiksa lebih lanjut9.  Kamis, 5 Desember 2013, tawuran pelajar terjadi di KM 45 sebelum pintu tol Jagorawi, tawuran antara siswa SMK Bakti Taruna denagn SMK YZA I Tajur. Seorang pelajar SMK Bakti Taruna, Adriansyah, tewas akibat luka tusukan dan sabetan disekujur tubuhnya, tak hanya itu, pada bagian tangan korban terdapat luka seperti bekas terseret di jalan10.  Minggu, 24 November 2013, seorang siswa SMP tewas diclurit tiga pelajar berbeda sekolah karena menolak diajak tawuran. Korban tewas bernama Mohammad Mahdor diclurit di Cibungbulang, Bogor.  Kamis, 21 November 2013, polisi menangkap 23 pelajar dari SMK Porti dan SMK Barat Trikora saat tawuran di jalan Latumenten, Tambora, Jakarta Barat. Ironisnya, hukuman menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dikenakan pada mereka, tidak semuanya bisa menyanyikannya. 2. Penyalahgunaan narkotika dan minuman beralkohol Contoh kasus :  Selasa, 14 Oktober 2014, pelajar SMP kedapatan menyelundupkan narkoba ke Rutan kelas IIB Gianyar. Tersangka kedapatan berusaha menyelundupkan sabu, pada hari sabtu (11/10/2014)11 9 http://merdeka.com, diakses pada sabtu,25 Oktober 2014 pukul 15.00 wib 10 Ibid 11 http://balipost.com, sabtu,25 Oktober 2014 pukul 17.00 wib
  • 14.  Kamis, 22 Mei 2014, Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis 695 pelajar yang tengah berstatus tersangka. Angka ini meningkat jika dibandingkan denagn tahun-tahun sebelumnya. Bahkan menurut Kasubdit Media elektronik deputi Bidang Pencegahan BNN, Chotidjah, dirinya pernak mendapati anak usia 5 tahun yang sudah menggunakan ganja12.  Senin, 28 April 2014, kepolisian Bogor merilis berita penangkapan 12 tersangka penguna dan pengedar narkoba, dua diantaranya adalah pelajar yang berusia 17 tahun. Dari kedua pelajar, polisi menyita mariyuana seberat 45 gram13. 3. Seks pra-nikah Contoh kasus :  Selasa, 28 Mei 2013, penelitian yang dilakukan perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mengungkapkan sebanyak 85 persen remaja usia 13-15 tahun mengaku pertama kali melakukan hubungan seks dengan pacar mereka di rumah. Penelitian dilakukan terhadap 2488 remaja di Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang, Palembang dan Kupang pada 200514.  Kamis, 30 Mei 2013, budaya seks bebas di kalangan geng motor merupakan satu fenomena yang menjadi perhatian bidang ilmu psikologi. Kapolsek Metro Kembangan, Kompol Heru Agus menjelaskan bahwa ia menemukan hubungan antara balap liar yang dilakukan geng motor dengan seks bebas. Dimana dalam pelaksanaan balap liar, terdapat perjudian, dan cewek ABG yang dijadikan hadiah15.  Jumat, 17 Mei 2013, anggota geng motor, anak buah Anto Klewang di Pekanbaru. Para anggota Klewang, membenarkan adanya seks bebas dikalangan sesama anggota geng motor. Bahkan mereka sempat membuat rekaman video porno ketika melakukan hubungan seks. Para anggota geng mptor bahkan harus berduel untuk bisa mendapatkan predikat panglima di kalangan mereka16. 12 http://news.okezone.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.45 wib 13 http://republika.co.id, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 16.50 wib 14 http://republika.co.id, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pukul 17.05 wib 15 http://merdeka.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pada pukul 17.10 wib 16http://merdeka.com, diakses sabtu,25 Oktober 2014 pada pukul 17.15 wib
  • 15. BAB III KESIMPULAN Geng merupakan kelompok dimana struktur dan keanggotaannya merupakan kemlompok informal. Keberadaan geng dalam masyarakat sejakk abad ke 19 sudah meresahkan warga, karena anggota geng kerap melakukan tindak pidana. Ironisnya, para anggota geng kebanyakan adalah remaja sehingga seringkali dikenal sebagai juvenille delinquency atau kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak- anak ke dewasa. Faktor penyebab mengapa para remaja kerap bergabung dengan gang, meliputi :  Komunitas (community)  Keluarga  Sekolah  Lingkungan pertemanan (peer relationship)  Karakter individu  Penyimpangan sebelumnya (Prior deviance) Dari sejumlah faktor diatas, beberapa ahli mengelompokkannya kedalam faktor internal dan eksternal. Sementara motivasi anggota gang, untuk bergabung kedalam kelompok mereka, antara lain :  Keluarga dan teman mereka sudah menjadi anggota sebelumnya  Ada label perlindungan (labeled protection)  Fun / action. Dampak keanggotaan geng dalam perkembangan hidup seseorang:  Dikeluarkan dari sekolah  Kehamilan pada usia dini  Orang tua muda  Hidup terpisah dari salah satu orang tua  Pola pekerjaan yang tidak stabil  Hidup serumah Jenis kenakalan remaja yang dikenal di masyarakat, diantaranya :
  • 16.  Penyalahgunaan narkoba  Seks bebas  Tawuran antar pelajar. Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini, antara lain dengan tripartite classification, yaitu:  Prevention  Reform  Suppression  Local community organizing and mobilization  Social intervention  Social and economic opportunities provision
  • 17. DAFTAR PUSTAKA http://e n.m.wikipedia.org/wiki/subcultural_theory; diakses pada 19 Oktober 2014 pkl.18.00wib Terence P. Thornberry, Marvin D. Krohn, Alan J. Lizotte, Carolyn A. Smith, dan Kimberly Tobin, Gang and Delinquency in Developmental Perspective, Cambridge University Press, 2003 http://salingberbaginfo.blogspot.com, diakses pada sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.00 wib John W. Santrock, Adolescense Perkembangan Remaja, alih bahasa oleh Shinto B. Adelar, Sherly Saragih, editor oleh Wisnu C. Kristiaji, Yati Sumiharti; Jakarta, Erlangga ; 2003, hal 520 http://merdeka.com, diakses pada sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 15.00 wib http://balipost.com, sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 17.00 wib http://news.okezone.com, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.45 wib http://republika.co.id, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 16.50 wib http://republika.co.id, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pukul 17.05 wib http://merdeka.com, diakses sabtu, 25 Oktober 2014 pada pukul 17.10 wib