SlideShare a Scribd company logo
TUGAS BETON
MAKALAH PLAT DUA ARAH
Dikerjakan Oleh :
 IBNU EL MUSAYYAB (119130216)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
SEMESTER 4 2020 - 2021
2
A.PENGERTIAN
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban transfersal
melalui aksi lentur dari masing-masing tumpuan pelat. Sistem perencanaan tulangan pelat
beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Sistem pelat satu arah (one way slab)
Apabila Lx < 0,4 Ly , pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan
B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan
demikian pelat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada
arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
2. Sistem pelat dua arah (two way slab)
Apabila Lx ≥ 0,4 Ly , pelat dianggap sebagai menumpu pada balok B1, B2, B3, B4 yang
lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat
tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang
pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang
timbul.
3
Plat dan slab dua arah merupakan panel-panel beton bertulang yang perbandingan antara
panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2. Analisis dan desain sistem slab meliputi beberapa
aspek antara lain, kapasitas momen, kapasitas geser kolom slab, dan perilaku
serviceability. Dalam perkembangannya saat ini plat beton 2 arah digunakan untuk
struktur dalam bangunan, jembatan, struktur hidrolik dan lain sebagainya. Untuk beban
plat lantai pada plat dua arah disalurkan ke empat sisi plat atau ke empat balok
pendukung, akibatnya tulangan utama plat diperlukan pada kedua arah sisi plat.
Permukaan lendutan plat mempunyai kelengkungan ganda.
Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi diantaranya:
1. Sistem Lantai Flat Slab
Sistem flat slab merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-
kolom tanpa adanya balok –balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang tidak
terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu,
biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser,
pons dan lentur. Flat slab tanpa diberi kepala kolom (drop panel) disebut flat plate.
2. Sistem Lantai Grid (Waffle System)
Sistem lantai grid (Waffle System) mempunyai balok-balok yang saling bersilangan
dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.
Gambar 4. Pelat lantai dengan sistem flat slab.
(http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
4
3. Sistem Pelat dan Balok
Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh balok-balok
monolit, yang umumnya ditempelkan pada jarak 3,0 m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak
dipakai, kokoh dan sering digunakan untuk menunjan sistem pelat lantai yang tidak
beraturan.
Gambar 5. Pelat lantai dengan sistem lantai grid
(http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
Gambar 6. Pelat lantai dengan sistem pelat dan balok.
(http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
5
B. METODE PLAT DUA ARAH
Beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis plat dua arah, antara lain:
1. Metode Klasik
Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana pemakaian analisis
tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini didasarkan pada fenomena fisis pelat, yaitu
lenturan pelat. Lenturan dibuat matematis dengan menggunakan penyederhanaan-
penyederhanaan.
2. Metode Pendekatan dan Nomerik, antara lain :
a. Metode garis luluh (Yield Line Theory)
Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh lentur saja. Pengaruh-
pengaruh lain seperti lendutan dan geser harus ditinjau tersendiri.
b. Metode jaringan balok
Metode ini didasarkan pada metode kekakuan (mengubah struktur kinematis tak tentu
menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis struktur pelat didekati dengan jaringan
balok silang, struktur pelat dianggap tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam masing-
masing arah dengan tinggi balok sama dengan pelat.
c. Metode pendekatan PBI 71
Didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang
disederhanakan. Momen-momen yang dihasilkan dari rumus momen yang sudah ada.
Besarnya momen ini dipengaruhi oleh besarnya beban terbagi rata per meter panjang,
panjang bentang arah x dan arah y dari panel pelat. Dari hitungan momen didapatkan
MLx (momen lapangan pada arah x), MTx (momen tumpuan/tepi pada arah x), MLy
(momen lapangan pada arah y), MTy (momen tumpuan/tepi pada arah y). Perhitungan
momen-momen tersebut harus sesuai dengan perletakan masing-masing sisi struktur
pelat yang direncanakan. Anggapan Tumpuan
c.1 Terletak bebas, hal ini terjadi apabila pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuannya.
pelat
Balok tepi sebelum berotasi
6
Pelat setelah berotasi
Balok tepi
pelat
balok
pelat
balok
c.2 Terjepit elastis, terjadi apabila pelat pada tumpuan merupakan satu kesatuan
dengan balok pemikul yang relative tidak terlalu kaku, sehingga memungkinkan
terjadi rotasi.
c.3 Terjepit penuh, hal ini terjadi apabila penampang pelat diatas tumpuan tidak
dapat berotasi akibat beban, misalnya pada balok pemikul yang relative kaku atau
pada kondisi pelat yang simetris.
pelat
kaku
d. Metode pendekatan SNI-2847-2002
 Metode Perencanaan Langsung (Direct Design Method)
Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen dengan menggunakan
koefisien-koefisien yang disederhanakan.
 Metode Portal Ekivalen (Eqivalen Frame Method)
7
Metode ini digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen dan geser,
maka kekakuan relatif dari kolom-kolom, berikut sistem lantai dimisalkan di dalam
analisis pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya dengan perencanaan dari
struktur statis tak tentu lainnya.
C.PENULANGAN PADA PLAT 2 ARAH
Penempatan tulangan pada sistem plat dua arah, sesuai dengan sifat beban dan kondisi
tumpuannya, harus memenuhi ketentuan yang ada pada SK-SNI-2002.
- Luas tulangan plat pada masing-masing arah dari sistem plat dua arah ditentukan
dengan meninjau momen-momen pada penampang kritis tapi tidak boleh kurang
daripada yang diisyaratkan.
- Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih daripada dua kali tebal
plat kecuali untuk bagian plat yang berada pada daerah rongga atau rusuk.
- Tulangan momen positif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus diteruskan
hingga mencapai tepi plat dan ditanam, dapat dengan kaitan, minimum sepanjang
150 mm ke dalam balok tepi, kolom, atau dinding.
- Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus di angkur pada
balok tepi, kolom, atau dinding, sesuai dengan ketentuaan mengenai panjang
penanaman.
- Bila plat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada tepi tak-menerus, atau pada
plat yang membentuk kantilever pada tumpuan maka pengangkuran tulangan
harus dilakukan di dalam plat itu sendiri.
8
Pada gambar 3 , terlihat pada garis tersebut hanya tulangan horizontal dan vertikal
bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas
atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan
penggambaran dan simbol-simbol sebagai berikut :
1. Aturan umum dalam penggambaran, yaitu harus dapat dilihat / dibaca dari bawah
dan / atau sebelah kanan diputar ke bawah.
2. Tulangan yang dipasang di atas diberi tanda berupa segitiga dengan bagian lancip
di bawah, disebut simbol mendukung (▼). Sesuatu yang mendukung, pasti berada
di atas.
3. Tulangan yang dipasang di atas diberi tanda segitiga dengan bagian lancin di atas,
disebut simbol menginjak (▲). Sesuatu yang diinjak, pasti berada di bawah.
Persyaratan tebal pelat lantai 2 arah
1. Tebal minimum pelat tanpa balok
 Pelat tanpa penebalan (drop panel) = 120 mm
 Pelat dengan penebalan = 100 mm
2. Tebal minimum pelat dengan balok
Tebal pelat tidak boleh lebih dari:
9
h =
𝑙𝑛(0,8+
𝑓𝑦
1500
)
36
Tebal pelat tidak boleh kurang dari
h =
𝑙𝑛(0,8+
𝑓𝑦
1500
)
36+9𝛽
Tebal pelat lantai dengan balok dihitung dengan rumus
h =
𝑙𝑛(0,8+
𝑓𝑦
1500
)
36+5𝛽[𝛼𝑚−0,12(1+
1
𝛽
)]
ln = bentang bersih terbesar antara kedua arah
𝛽 = perbandingan bentang bersih terpanjang dengan bentang bersih terpendek pada
panel yang ditinjau
𝛼𝑚 =
1
4
(𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4)
𝛼 =
𝐸𝑏.𝐼𝑏
𝐸𝑠.𝐼𝑠
𝛼1
𝛼2 𝛼3
𝛼4
Dalam segala hal tebal minimum pelat:
𝛼𝑚< 2 h minimum = 120 mm
𝛼𝑚 ≥ 2 h minimum = 90 mm
Tebal Minimum Plat dua arah
Tebal minimum plat tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya
dan mempunyai rasio bentang panjang terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari
dua, harus memenuhi ketentuan Tabel 10 pada pasal 11.5.3.2 dari SNI-03-2847-2002 dan
tidak boleh kurang dari nilai berikut:
- Pelat tanpa penebalan ………………………………………………..120 mm
- Pelat dengan penebalan ………………………………………………100 mm
10
Pada tepi yang tida menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan α ≥ 0,8 atau
sebagai alternatif ketebalan minimum yang ditentukan pada persamaan diatas harus
dinaikan paling tidak 10% pada panel dengan tepi yang tidak menerus. Plat yang
tebalnya kurang daripada yang ditetapkan maka boleh digunakan selama dapat
dibuktikan dengan perhitungan bahwa lendutan yang terjadi tidak melebihi batas
lendutan yang diijinkan.
Untuk tulangan plat tanpa balok ada tambahan persyaratan pada pasal 15.3.8, yaitu:
- Tulangan pada plat tanpa balok harus diteruskan pada panjang minimum.
- Bila panjang bentang yang bersebelahan tidak sama maka penerusan tulangan
momen negatif diluar bidang muka tumpuan seperti pada Gambar. 28 harus
didasarkan pada bentang yang lebih panjang.
11
- Tulangan miring hanya diperkenankan bila perbandingan tinggi terhadap
bentang memungkinkan digunakan tulangan dengan kemiringan ≤ 450
.
Batas Lendutan Plat (SNI 03-1287-2002 pasal 11.5.3 Tabel 9)
12
Batasan yang dimaksudkan tidak untuk mencegah terjadinya genangan air. Kemungkinan
penggenangan air harus diperiksa dengan melakukan perhitungan lendutan, termasuk
lendutan tambahan akibat adanya penggenangan air tersebut, dan mempertimbangkan
pengaruh jangka panjang dari beban yang selalu bekerja, lawan lendut, toleransi
konstruksi dan keandalan sistem drainase. Batas lendutan boleh dilampaui bila langkah
pencegahan kerusakan terhadap komponen yang ditumpu atau yang disatukan telah
dilakukan. Lendutan jangka panjang harus dihitung berdasarkan ketentuan pada pasal
11.5.2.5 atau 11.5.4.2, tetapi boleh dikurangi dengan nilai lendutan yang terjadi sebelum
penambahan komponen non-struktural. Besarnya nilai lendutan ini harus ditentukan
berdasarkan data teknis yang dapat diterima berkenaan dengan karakteristik hubungan
waktu dan lendutan dari komponen struktur yang serupa dengan komponen struktur yang
ditinjau. Tetapi tidak boleh lebih besar dari toleransi yang disediakan untuk komponen
non-struktur. Batasan ini boleh dilampaui bila ada lawan lendut yang disediakan
sedemikian hingga lendutan total dikurangi lawan lendut tidak melebihi batas lendutan
yang ada.

More Related Content

What's hot

4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
Agus Tri
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
Aristo Amir
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Indah Rosa
 
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
WSKT
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Ayu Fatimah Zahra
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailing
rhtrusli
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
Mira Pemayun
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
rakesword
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
wildan grenadi
 
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Universitas Pendidikan Indonesia
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
فهرودين سفي
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Rafi Perdana Setyo
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Yosua Freddyta'tama
 
Kayu sni2002 samb.paku-baut
Kayu sni2002   samb.paku-bautKayu sni2002   samb.paku-baut
Kayu sni2002 samb.paku-baut
andangsadewa
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
dpibskanida
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
Gilang Ramadhani
 
Pondasi Foot plan
Pondasi Foot planPondasi Foot plan
Pondasi Foot plan
Tiara Arianti
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
Yusrizal Mahendra
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
ironsand2009
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1
WSKT
 

What's hot (20)

4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Desain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailingDesain struktur portal baja dan detailing
Desain struktur portal baja dan detailing
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
 
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
 
Kayu sni2002 samb.paku-baut
Kayu sni2002   samb.paku-bautKayu sni2002   samb.paku-baut
Kayu sni2002 samb.paku-baut
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
Pondasi Foot plan
Pondasi Foot planPondasi Foot plan
Pondasi Foot plan
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1
 

Similar to Tugas beton plat 2 arah

4 slab
4 slab4 slab
4 slab
P Ramana
 
Onewayslab
OnewayslabOnewayslab
Onewayslab
P Ramana
 
footing file 2.ppt
footing file 2.pptfooting file 2.ppt
footing file 2.ppt
NirmeemNatour
 
foundations.ppt
foundations.pptfoundations.ppt
foundations.ppt
NirmeemNatour
 
15-TWO WAY SLAB.pptx
15-TWO WAY SLAB.pptx15-TWO WAY SLAB.pptx
15-TWO WAY SLAB.pptx
Rushi61
 
Design of concrete Structure 2
Design of concrete Structure 2Design of concrete Structure 2
Design of concrete Structure 2
SHARIQUE AHMAD
 
Design of One-Way Slab
Design of One-Way SlabDesign of One-Way Slab
Design of One-Way Slab
Mohotasimur Anik
 
Flat slab ppt
Flat slab pptFlat slab ppt
Flat slab ppt
nancy debora
 
Flat slab ppt
Flat slab pptFlat slab ppt
Flat slab ppt
nancy debora
 
Two way slab by Rashedul kabir
Two way slab by Rashedul kabirTwo way slab by Rashedul kabir
Two way slab by Rashedul kabir
badhanxy
 
one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162
Ananna Rashid
 
10.01.03.162
10.01.03.16210.01.03.162
10.01.03.162
Ananna Rashid
 
one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162
DM Rammin
 
One way slab design 10.01.03.162
One way slab design 10.01.03.162One way slab design 10.01.03.162
One way slab design 10.01.03.162
Mehrana Rashid Ananna
 
10.01.03.162
10.01.03.16210.01.03.162
10.01.03.162
Ananna Rashid
 
10.01.03.162 (one way slab)
10.01.03.162 (one way slab)10.01.03.162 (one way slab)
10.01.03.162 (one way slab)
Ananna Rashid
 
Slabs -Design steps
Slabs -Design steps Slabs -Design steps
Slabs -Design steps
rohinibjn
 
Footing
FootingFooting
Footing
Vikas Mehta
 
5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx
5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx
5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx
venkateshreddytab
 
Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...
Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...
Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...
Madi Na
 

Similar to Tugas beton plat 2 arah (20)

4 slab
4 slab4 slab
4 slab
 
Onewayslab
OnewayslabOnewayslab
Onewayslab
 
footing file 2.ppt
footing file 2.pptfooting file 2.ppt
footing file 2.ppt
 
foundations.ppt
foundations.pptfoundations.ppt
foundations.ppt
 
15-TWO WAY SLAB.pptx
15-TWO WAY SLAB.pptx15-TWO WAY SLAB.pptx
15-TWO WAY SLAB.pptx
 
Design of concrete Structure 2
Design of concrete Structure 2Design of concrete Structure 2
Design of concrete Structure 2
 
Design of One-Way Slab
Design of One-Way SlabDesign of One-Way Slab
Design of One-Way Slab
 
Flat slab ppt
Flat slab pptFlat slab ppt
Flat slab ppt
 
Flat slab ppt
Flat slab pptFlat slab ppt
Flat slab ppt
 
Two way slab by Rashedul kabir
Two way slab by Rashedul kabirTwo way slab by Rashedul kabir
Two way slab by Rashedul kabir
 
one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162
 
10.01.03.162
10.01.03.16210.01.03.162
10.01.03.162
 
one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162one way slab 10.01.03.162
one way slab 10.01.03.162
 
One way slab design 10.01.03.162
One way slab design 10.01.03.162One way slab design 10.01.03.162
One way slab design 10.01.03.162
 
10.01.03.162
10.01.03.16210.01.03.162
10.01.03.162
 
10.01.03.162 (one way slab)
10.01.03.162 (one way slab)10.01.03.162 (one way slab)
10.01.03.162 (one way slab)
 
Slabs -Design steps
Slabs -Design steps Slabs -Design steps
Slabs -Design steps
 
Footing
FootingFooting
Footing
 
5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx
5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx
5. TPES AND DESIGN OF FOOTING in rcc.pptx
 
Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...
Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...
Analysis of simply supported aluminum and composite plates with uniform loadi...
 

Recently uploaded

AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...
AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...
AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...
Paris Salesforce Developer Group
 
OOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming language
OOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming languageOOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming language
OOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming language
PreethaV16
 
NATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENT
NATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENTNATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENT
NATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENT
Addu25809
 
1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf
1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf
1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf
MadhavJungKarki
 
Digital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptx
Digital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptxDigital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptx
Digital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptx
aryanpankaj78
 
SENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptx
SENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptxSENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptx
SENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptx
b0754201
 
LLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by Anant
LLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by AnantLLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by Anant
LLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by Anant
Anant Corporation
 
Object Oriented Analysis and Design - OOAD
Object Oriented Analysis and Design - OOADObject Oriented Analysis and Design - OOAD
Object Oriented Analysis and Design - OOAD
PreethaV16
 
SCALING OF MOS CIRCUITS m .pptx
SCALING OF MOS CIRCUITS m                 .pptxSCALING OF MOS CIRCUITS m                 .pptx
SCALING OF MOS CIRCUITS m .pptx
harshapolam10
 
An Introduction to the Compiler Designss
An Introduction to the Compiler DesignssAn Introduction to the Compiler Designss
An Introduction to the Compiler Designss
ElakkiaU
 
Introduction to Computer Networks & OSI MODEL.ppt
Introduction to Computer Networks & OSI MODEL.pptIntroduction to Computer Networks & OSI MODEL.ppt
Introduction to Computer Networks & OSI MODEL.ppt
Dwarkadas J Sanghvi College of Engineering
 
P5 Working Drawings.pdf floor plan, civil
P5 Working Drawings.pdf floor plan, civilP5 Working Drawings.pdf floor plan, civil
P5 Working Drawings.pdf floor plan, civil
AnasAhmadNoor
 
Height and depth gauge linear metrology.pdf
Height and depth gauge linear metrology.pdfHeight and depth gauge linear metrology.pdf
Height and depth gauge linear metrology.pdf
q30122000
 
Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...
Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...
Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...
Prakhyath Rai
 
Zener Diode and its V-I Characteristics and Applications
Zener Diode and its V-I Characteristics and ApplicationsZener Diode and its V-I Characteristics and Applications
Zener Diode and its V-I Characteristics and Applications
Shiny Christobel
 
Mechatronics material . Mechanical engineering
Mechatronics material . Mechanical engineeringMechatronics material . Mechanical engineering
Mechatronics material . Mechanical engineering
sachin chaurasia
 
Supermarket Management System Project Report.pdf
Supermarket Management System Project Report.pdfSupermarket Management System Project Report.pdf
Supermarket Management System Project Report.pdf
Kamal Acharya
 
Mechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdf
Mechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdfMechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdf
Mechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdf
21UME003TUSHARDEB
 
一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理
一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理
一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理
ecqow
 
smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...
smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...
smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...
um7474492
 

Recently uploaded (20)

AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...
AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...
AI + Data Community Tour - Build the Next Generation of Apps with the Einstei...
 
OOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming language
OOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming languageOOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming language
OOPS_Lab_Manual - programs using C++ programming language
 
NATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENT
NATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENTNATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENT
NATURAL DEEP EUTECTIC SOLVENTS AS ANTI-FREEZING AGENT
 
1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf
1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf
1FIDIC-CONSTRUCTION-CONTRACT-2ND-ED-2017-RED-BOOK.pdf
 
Digital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptx
Digital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptxDigital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptx
Digital Twins Computer Networking Paper Presentation.pptx
 
SENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptx
SENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptxSENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptx
SENTIMENT ANALYSIS ON PPT AND Project template_.pptx
 
LLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by Anant
LLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by AnantLLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by Anant
LLM Fine Tuning with QLoRA Cassandra Lunch 4, presented by Anant
 
Object Oriented Analysis and Design - OOAD
Object Oriented Analysis and Design - OOADObject Oriented Analysis and Design - OOAD
Object Oriented Analysis and Design - OOAD
 
SCALING OF MOS CIRCUITS m .pptx
SCALING OF MOS CIRCUITS m                 .pptxSCALING OF MOS CIRCUITS m                 .pptx
SCALING OF MOS CIRCUITS m .pptx
 
An Introduction to the Compiler Designss
An Introduction to the Compiler DesignssAn Introduction to the Compiler Designss
An Introduction to the Compiler Designss
 
Introduction to Computer Networks & OSI MODEL.ppt
Introduction to Computer Networks & OSI MODEL.pptIntroduction to Computer Networks & OSI MODEL.ppt
Introduction to Computer Networks & OSI MODEL.ppt
 
P5 Working Drawings.pdf floor plan, civil
P5 Working Drawings.pdf floor plan, civilP5 Working Drawings.pdf floor plan, civil
P5 Working Drawings.pdf floor plan, civil
 
Height and depth gauge linear metrology.pdf
Height and depth gauge linear metrology.pdfHeight and depth gauge linear metrology.pdf
Height and depth gauge linear metrology.pdf
 
Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...
Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...
Software Engineering and Project Management - Introduction, Modeling Concepts...
 
Zener Diode and its V-I Characteristics and Applications
Zener Diode and its V-I Characteristics and ApplicationsZener Diode and its V-I Characteristics and Applications
Zener Diode and its V-I Characteristics and Applications
 
Mechatronics material . Mechanical engineering
Mechatronics material . Mechanical engineeringMechatronics material . Mechanical engineering
Mechatronics material . Mechanical engineering
 
Supermarket Management System Project Report.pdf
Supermarket Management System Project Report.pdfSupermarket Management System Project Report.pdf
Supermarket Management System Project Report.pdf
 
Mechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdf
Mechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdfMechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdf
Mechanical Engineering on AAI Summer Training Report-003.pdf
 
一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理
一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理
一比一原版(CalArts毕业证)加利福尼亚艺术学院毕业证如何办理
 
smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...
smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...
smart pill dispenser is designed to improve medication adherence and safety f...
 

Tugas beton plat 2 arah

  • 1. TUGAS BETON MAKALAH PLAT DUA ARAH Dikerjakan Oleh :  IBNU EL MUSAYYAB (119130216) PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI SEMESTER 4 2020 - 2021
  • 2. 2 A.PENGERTIAN Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban transfersal melalui aksi lentur dari masing-masing tumpuan pelat. Sistem perencanaan tulangan pelat beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1. Sistem pelat satu arah (one way slab) Apabila Lx < 0,4 Ly , pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi. 2. Sistem pelat dua arah (two way slab) Apabila Lx ≥ 0,4 Ly , pelat dianggap sebagai menumpu pada balok B1, B2, B3, B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang timbul.
  • 3. 3 Plat dan slab dua arah merupakan panel-panel beton bertulang yang perbandingan antara panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2. Analisis dan desain sistem slab meliputi beberapa aspek antara lain, kapasitas momen, kapasitas geser kolom slab, dan perilaku serviceability. Dalam perkembangannya saat ini plat beton 2 arah digunakan untuk struktur dalam bangunan, jembatan, struktur hidrolik dan lain sebagainya. Untuk beban plat lantai pada plat dua arah disalurkan ke empat sisi plat atau ke empat balok pendukung, akibatnya tulangan utama plat diperlukan pada kedua arah sisi plat. Permukaan lendutan plat mempunyai kelengkungan ganda. Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi diantaranya: 1. Sistem Lantai Flat Slab Sistem flat slab merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom- kolom tanpa adanya balok –balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu, biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat slab tanpa diberi kepala kolom (drop panel) disebut flat plate. 2. Sistem Lantai Grid (Waffle System) Sistem lantai grid (Waffle System) mempunyai balok-balok yang saling bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis. Gambar 4. Pelat lantai dengan sistem flat slab. (http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
  • 4. 4 3. Sistem Pelat dan Balok Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit, yang umumnya ditempelkan pada jarak 3,0 m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering digunakan untuk menunjan sistem pelat lantai yang tidak beraturan. Gambar 5. Pelat lantai dengan sistem lantai grid (http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html) Gambar 6. Pelat lantai dengan sistem pelat dan balok. (http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
  • 5. 5 B. METODE PLAT DUA ARAH Beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis plat dua arah, antara lain: 1. Metode Klasik Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana pemakaian analisis tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini didasarkan pada fenomena fisis pelat, yaitu lenturan pelat. Lenturan dibuat matematis dengan menggunakan penyederhanaan- penyederhanaan. 2. Metode Pendekatan dan Nomerik, antara lain : a. Metode garis luluh (Yield Line Theory) Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh lentur saja. Pengaruh- pengaruh lain seperti lendutan dan geser harus ditinjau tersendiri. b. Metode jaringan balok Metode ini didasarkan pada metode kekakuan (mengubah struktur kinematis tak tentu menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis struktur pelat didekati dengan jaringan balok silang, struktur pelat dianggap tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam masing- masing arah dengan tinggi balok sama dengan pelat. c. Metode pendekatan PBI 71 Didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan. Momen-momen yang dihasilkan dari rumus momen yang sudah ada. Besarnya momen ini dipengaruhi oleh besarnya beban terbagi rata per meter panjang, panjang bentang arah x dan arah y dari panel pelat. Dari hitungan momen didapatkan MLx (momen lapangan pada arah x), MTx (momen tumpuan/tepi pada arah x), MLy (momen lapangan pada arah y), MTy (momen tumpuan/tepi pada arah y). Perhitungan momen-momen tersebut harus sesuai dengan perletakan masing-masing sisi struktur pelat yang direncanakan. Anggapan Tumpuan c.1 Terletak bebas, hal ini terjadi apabila pelat dapat berotasi bebas pada tumpuannya. pelat Balok tepi sebelum berotasi
  • 6. 6 Pelat setelah berotasi Balok tepi pelat balok pelat balok c.2 Terjepit elastis, terjadi apabila pelat pada tumpuan merupakan satu kesatuan dengan balok pemikul yang relative tidak terlalu kaku, sehingga memungkinkan terjadi rotasi. c.3 Terjepit penuh, hal ini terjadi apabila penampang pelat diatas tumpuan tidak dapat berotasi akibat beban, misalnya pada balok pemikul yang relative kaku atau pada kondisi pelat yang simetris. pelat kaku d. Metode pendekatan SNI-2847-2002  Metode Perencanaan Langsung (Direct Design Method) Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan.  Metode Portal Ekivalen (Eqivalen Frame Method)
  • 7. 7 Metode ini digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen dan geser, maka kekakuan relatif dari kolom-kolom, berikut sistem lantai dimisalkan di dalam analisis pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya dengan perencanaan dari struktur statis tak tentu lainnya. C.PENULANGAN PADA PLAT 2 ARAH Penempatan tulangan pada sistem plat dua arah, sesuai dengan sifat beban dan kondisi tumpuannya, harus memenuhi ketentuan yang ada pada SK-SNI-2002. - Luas tulangan plat pada masing-masing arah dari sistem plat dua arah ditentukan dengan meninjau momen-momen pada penampang kritis tapi tidak boleh kurang daripada yang diisyaratkan. - Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih daripada dua kali tebal plat kecuali untuk bagian plat yang berada pada daerah rongga atau rusuk. - Tulangan momen positif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus diteruskan hingga mencapai tepi plat dan ditanam, dapat dengan kaitan, minimum sepanjang 150 mm ke dalam balok tepi, kolom, atau dinding. - Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus di angkur pada balok tepi, kolom, atau dinding, sesuai dengan ketentuaan mengenai panjang penanaman. - Bila plat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada tepi tak-menerus, atau pada plat yang membentuk kantilever pada tumpuan maka pengangkuran tulangan harus dilakukan di dalam plat itu sendiri.
  • 8. 8 Pada gambar 3 , terlihat pada garis tersebut hanya tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan simbol-simbol sebagai berikut : 1. Aturan umum dalam penggambaran, yaitu harus dapat dilihat / dibaca dari bawah dan / atau sebelah kanan diputar ke bawah. 2. Tulangan yang dipasang di atas diberi tanda berupa segitiga dengan bagian lancip di bawah, disebut simbol mendukung (▼). Sesuatu yang mendukung, pasti berada di atas. 3. Tulangan yang dipasang di atas diberi tanda segitiga dengan bagian lancin di atas, disebut simbol menginjak (▲). Sesuatu yang diinjak, pasti berada di bawah. Persyaratan tebal pelat lantai 2 arah 1. Tebal minimum pelat tanpa balok  Pelat tanpa penebalan (drop panel) = 120 mm  Pelat dengan penebalan = 100 mm 2. Tebal minimum pelat dengan balok Tebal pelat tidak boleh lebih dari:
  • 9. 9 h = 𝑙𝑛(0,8+ 𝑓𝑦 1500 ) 36 Tebal pelat tidak boleh kurang dari h = 𝑙𝑛(0,8+ 𝑓𝑦 1500 ) 36+9𝛽 Tebal pelat lantai dengan balok dihitung dengan rumus h = 𝑙𝑛(0,8+ 𝑓𝑦 1500 ) 36+5𝛽[𝛼𝑚−0,12(1+ 1 𝛽 )] ln = bentang bersih terbesar antara kedua arah 𝛽 = perbandingan bentang bersih terpanjang dengan bentang bersih terpendek pada panel yang ditinjau 𝛼𝑚 = 1 4 (𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4) 𝛼 = 𝐸𝑏.𝐼𝑏 𝐸𝑠.𝐼𝑠 𝛼1 𝛼2 𝛼3 𝛼4 Dalam segala hal tebal minimum pelat: 𝛼𝑚< 2 h minimum = 120 mm 𝛼𝑚 ≥ 2 h minimum = 90 mm Tebal Minimum Plat dua arah Tebal minimum plat tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya dan mempunyai rasio bentang panjang terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari dua, harus memenuhi ketentuan Tabel 10 pada pasal 11.5.3.2 dari SNI-03-2847-2002 dan tidak boleh kurang dari nilai berikut: - Pelat tanpa penebalan ………………………………………………..120 mm - Pelat dengan penebalan ………………………………………………100 mm
  • 10. 10 Pada tepi yang tida menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan α ≥ 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang ditentukan pada persamaan diatas harus dinaikan paling tidak 10% pada panel dengan tepi yang tidak menerus. Plat yang tebalnya kurang daripada yang ditetapkan maka boleh digunakan selama dapat dibuktikan dengan perhitungan bahwa lendutan yang terjadi tidak melebihi batas lendutan yang diijinkan. Untuk tulangan plat tanpa balok ada tambahan persyaratan pada pasal 15.3.8, yaitu: - Tulangan pada plat tanpa balok harus diteruskan pada panjang minimum. - Bila panjang bentang yang bersebelahan tidak sama maka penerusan tulangan momen negatif diluar bidang muka tumpuan seperti pada Gambar. 28 harus didasarkan pada bentang yang lebih panjang.
  • 11. 11 - Tulangan miring hanya diperkenankan bila perbandingan tinggi terhadap bentang memungkinkan digunakan tulangan dengan kemiringan ≤ 450 . Batas Lendutan Plat (SNI 03-1287-2002 pasal 11.5.3 Tabel 9)
  • 12. 12 Batasan yang dimaksudkan tidak untuk mencegah terjadinya genangan air. Kemungkinan penggenangan air harus diperiksa dengan melakukan perhitungan lendutan, termasuk lendutan tambahan akibat adanya penggenangan air tersebut, dan mempertimbangkan pengaruh jangka panjang dari beban yang selalu bekerja, lawan lendut, toleransi konstruksi dan keandalan sistem drainase. Batas lendutan boleh dilampaui bila langkah pencegahan kerusakan terhadap komponen yang ditumpu atau yang disatukan telah dilakukan. Lendutan jangka panjang harus dihitung berdasarkan ketentuan pada pasal 11.5.2.5 atau 11.5.4.2, tetapi boleh dikurangi dengan nilai lendutan yang terjadi sebelum penambahan komponen non-struktural. Besarnya nilai lendutan ini harus ditentukan berdasarkan data teknis yang dapat diterima berkenaan dengan karakteristik hubungan waktu dan lendutan dari komponen struktur yang serupa dengan komponen struktur yang ditinjau. Tetapi tidak boleh lebih besar dari toleransi yang disediakan untuk komponen non-struktur. Batasan ini boleh dilampaui bila ada lawan lendut yang disediakan sedemikian hingga lendutan total dikurangi lawan lendut tidak melebihi batas lendutan yang ada.