SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/Pdevita nuryco
Laporan ini mendeskripsikan eksperimen pengukuran waktu setting pada gypsum tipe III dengan variasi rasio air dan bubuk. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu setting semakin lama ketika rasio air semakin besar, yakni 26 menit 47 detik untuk rasio 1:2 dan 11 menit 47 detik untuk rasio 1:1."
Dokumen tersebut membahas tentang peran dental asisten dalam tindakan pencabutan gigi, meliputi persiapan alat dan bahan yang diperlukan, prosedur ekstraksi gigi, serta posisi operator saat melakukan pencabutan gigi.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan preparasi gigi untuk mahkota dan gigi penyangga, meliputi pemeliharaan struktur gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi, serta pemeliharaan jaringan periodonsium. Dibahas pula alat dan urutan yang digunakan dalam preparasi gigi.
SETTING TIME GYPSUM TYPE III KEDOKTERAN GIGI RASIO W/Pdevita nuryco
Laporan ini mendeskripsikan eksperimen pengukuran waktu setting pada gypsum tipe III dengan variasi rasio air dan bubuk. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu setting semakin lama ketika rasio air semakin besar, yakni 26 menit 47 detik untuk rasio 1:2 dan 11 menit 47 detik untuk rasio 1:1."
Dokumen tersebut membahas tentang peran dental asisten dalam tindakan pencabutan gigi, meliputi persiapan alat dan bahan yang diperlukan, prosedur ekstraksi gigi, serta posisi operator saat melakukan pencabutan gigi.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan preparasi gigi untuk mahkota dan gigi penyangga, meliputi pemeliharaan struktur gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi, serta pemeliharaan jaringan periodonsium. Dibahas pula alat dan urutan yang digunakan dalam preparasi gigi.
Dokumen tersebut membahas tentang indeks kebersihan rongga mulut yang digunakan untuk menilai kondisi higiene mulut seseorang. Indeks tersebut meliputi penilaian terhadap debris dan kalkulus yang menempel pada gigi. Ada dua jenis indeks yaitu Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang keduanya menggunakan skala nilai 0-3 untuk menentukan skor kebersihan mulut seseor
Dokumen tersebut membahas tentang periodontitis kronis, meliputi etiologi, klasifikasi, diagnosis, dan pengelolaannya pada pasien dengan diabetes melitus. Faktor risiko utama periodontitis kronis adalah plak, sedangkan diabetes melitus dapat memperburuk kondisi ini. Pengobatan melibatkan perawatan periodontal dan pengendalian kadar gula darah.
Dokumen tersebut menjelaskan prosedur pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs) untuk mengevaluasi penyakit periodontal di populasi. CPITN digunakan untuk menilai prevalensi penyakit periodontal, kategori kebutuhan perawatan, dan skor kondisi periodontal berdasarkan kedalaman pocket dan gejala lainnya. Dokumen tersebut menjelaskan tahapan persiapan, posisi pasien dan operator, teknik probing menggunakan probe
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
This clinical case of traumatic ulcer and fordcye's spot , were found on two patient that come to Moestopo Dentistry hospital (RSGM-Moestopo). this literature, include photo of clinical case,general definition of each symptons and way to cure it.
Dokumen tersebut membahas mengenai:
1. Pentingnya riwayat kesehatan pasien dalam merencanakan perawatan gigi
2. Teknik pemeriksaan TMJ dan tes vitalitas, perkusi, tekanan
3. Jenis hubungan antara gigi sulung dan permanen
Laporan ini membahas tentang penyakit infeksi jaringan periodontal seperti periodontitis kronis, periodontitis agresif, dan necrotizing ulcerative periodontitis. Periodontitis kronis adalah bentuk periodontitis paling umum yang ditandai dengan inflamasi gusi, poket periodontal, dan kehilangan tulang. Periodontitis agresif menyerang individu muda dan berkembang lebih cepat. Necrotizing ulcerative periodontitis ditandai dengan nekrosis dan ulkusasi gusi yang dap
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa konsep penting dalam manajemen perilaku anak selama perawatan gigi, termasuk definisi behaviour management, klasifikasi perilaku anak, faktor yang mempengaruhi perilaku, teknik pengelolaan tingkah laku dasar dan lanjut, serta klasifikasi tingkat kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk mendapatkan ker
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan fraktur edentulous mandibula dan fraktur mandibula pada anak, dengan menjelaskan beberapa teknik seperti reduksi tertutup menggunakan splint dan reduksi terbuka menggunakan kawat dan pin.
2. Beberapa tantangan pengobatan fraktur pada mandibula edentulous dijelaskan seperti suplai darah yang rendah dan ketebalan tulang yang
Dokumen tersebut membahas tentang penyelarasan oklusal dan pensplinan periodontal. Penyelarasan oklusal bertujuan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi periodonsium dengan meminimalisir tekanan oklusal yang mencederai. Pensplinan periodontal adalah prosedur pemasangan splint pada gigi goyang untuk membantu penyembuhan dan menstabilkan gigi. Ada beberapa jenis splint seperti splint sementara, provisional, dan perman
Dokumen tersebut membahas tentang indeks kebersihan rongga mulut yang digunakan untuk menilai kondisi higiene mulut seseorang. Indeks tersebut meliputi penilaian terhadap debris dan kalkulus yang menempel pada gigi. Ada dua jenis indeks yaitu Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang keduanya menggunakan skala nilai 0-3 untuk menentukan skor kebersihan mulut seseor
Dokumen tersebut membahas tentang periodontitis kronis, meliputi etiologi, klasifikasi, diagnosis, dan pengelolaannya pada pasien dengan diabetes melitus. Faktor risiko utama periodontitis kronis adalah plak, sedangkan diabetes melitus dapat memperburuk kondisi ini. Pengobatan melibatkan perawatan periodontal dan pengendalian kadar gula darah.
Dokumen tersebut menjelaskan prosedur pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs) untuk mengevaluasi penyakit periodontal di populasi. CPITN digunakan untuk menilai prevalensi penyakit periodontal, kategori kebutuhan perawatan, dan skor kondisi periodontal berdasarkan kedalaman pocket dan gejala lainnya. Dokumen tersebut menjelaskan tahapan persiapan, posisi pasien dan operator, teknik probing menggunakan probe
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Univ.Moestopo
This clinical case of traumatic ulcer and fordcye's spot , were found on two patient that come to Moestopo Dentistry hospital (RSGM-Moestopo). this literature, include photo of clinical case,general definition of each symptons and way to cure it.
Dokumen tersebut membahas mengenai:
1. Pentingnya riwayat kesehatan pasien dalam merencanakan perawatan gigi
2. Teknik pemeriksaan TMJ dan tes vitalitas, perkusi, tekanan
3. Jenis hubungan antara gigi sulung dan permanen
Laporan ini membahas tentang penyakit infeksi jaringan periodontal seperti periodontitis kronis, periodontitis agresif, dan necrotizing ulcerative periodontitis. Periodontitis kronis adalah bentuk periodontitis paling umum yang ditandai dengan inflamasi gusi, poket periodontal, dan kehilangan tulang. Periodontitis agresif menyerang individu muda dan berkembang lebih cepat. Necrotizing ulcerative periodontitis ditandai dengan nekrosis dan ulkusasi gusi yang dap
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa konsep penting dalam manajemen perilaku anak selama perawatan gigi, termasuk definisi behaviour management, klasifikasi perilaku anak, faktor yang mempengaruhi perilaku, teknik pengelolaan tingkah laku dasar dan lanjut, serta klasifikasi tingkat kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk mendapatkan ker
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan fraktur edentulous mandibula dan fraktur mandibula pada anak, dengan menjelaskan beberapa teknik seperti reduksi tertutup menggunakan splint dan reduksi terbuka menggunakan kawat dan pin.
2. Beberapa tantangan pengobatan fraktur pada mandibula edentulous dijelaskan seperti suplai darah yang rendah dan ketebalan tulang yang
Dokumen tersebut membahas tentang penyelarasan oklusal dan pensplinan periodontal. Penyelarasan oklusal bertujuan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi periodonsium dengan meminimalisir tekanan oklusal yang mencederai. Pensplinan periodontal adalah prosedur pemasangan splint pada gigi goyang untuk membantu penyembuhan dan menstabilkan gigi. Ada beberapa jenis splint seperti splint sementara, provisional, dan perman
Dokumen tersebut membahas tentang implan gigi, yang merupakan pengganti gigi yang hilang dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi stomatognatik. Implan gigi terdiri dari beberapa bagian seperti badan implan, healing cup, abutment, dan mahkota. Ada beberapa jenis implan berdasarkan lokasinya seperti subperiosteal, transosseus, intramukosal. Prosedur pemasangan implan meliputi pemilihan pasien, pemeriksaan, pem
1. Pasien berusia 25 tahun datang untuk pencabutan gigi bungsu akibat sakit dan susah membersihkan sisa makanan. Pemeriksaan menunjukkan gigi bungsu mengalami impaksi dan perlu tindakan odontektomi.
2. Odontektomi adalah teknik pencabutan gigi dengan melakukan pemotongan gigi atau tulang. Gigi bungsu pasien mengalami impaksi yang perlu ditangani dengan odontektomi.
3.
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)dentalid
Miniscrew Implant digunakan untuk mengintrusikan gigi molar pertama atas kiri dan kanan seorang pasien wanita berusia 19 tahun yang ekstrusi akibat hilangnya gigi antagonis. Gigi molar pertama kiri dan kanan berhasil diturunkan sebanyak 3 mm dalam waktu 4 bulan dengan menggunakan miniscrew sebagai penjangkar.
Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi anatomi jaringan lunak dan keras yang mempengaruhi estetika gigi, seperti frenulum, inklinasi, dan impaksi gigi. Kelainan frenulum dapat menyebabkan diastema dan gangguan fungsi, sedangkan inklinasi dan impaksi gigi dapat mengganggu penampilan. Berbagai teknik seperti frenectomi, frenotomi, dan bedah diperlukan untuk mengatasi kelainan tersebut.
Laporan ini membahas perawatan endodontik dan fraktur gigi pada pasien yang mengalami sakit gigi akibat trauma. Dibahas mengenai klasifikasi fraktur gigi, etiologi fraktur, diagnosis dan perawatan yang sesuai untuk kasus gigi pasien yang mengalami fraktur dan peradangan jaringan pulpa.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Ada dua jenis fraktur, yaitu tertutup dan terbuka. Fraktur terbuka dibedakan menurut derajatnya. Diagnosis fraktur memerlukan riwayat trauma, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan seperti rontgen.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, dan komplikasi dari impaksi gigi. Impaksi gigi adalah kondisi dimana gigi tidak mengalami erupsi sempurna ke posisi yang seharusnya karena adanya hambatan. Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga rahang bawah.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. 目录CONTENT
S
01 Pengertian Trauma
Dentoalveolar
02 Macam Trauma
Dentoalveolar
03 Penatalaksanaan Trauma
DentoAlveolar
04
Fiksasi interdental menggunakan
bahan komposit/ komposit dengan
wiring 4
05
Teknik Dental Wiring
(single/double ivy eyelet,
essig)
3. Pengertian
TRAUMA :
Kerusakan jaringan tubuh baik pada jarngan
lunak maupun jaringan keras akibat
benturan dengan komponen atau obyek lain
Fraktur:
Terganggunya kontinuitas suatu jaringan
keras akibat trauma
4. 01 Trauma Yang mengenai Jaringan
Keras Gigi
- Fraktur email hanya memerlukan penghalusan bagian
yang tajam, atau penambalan dengan komposit.
- Fraktur dentin sebaiknya ditambal sesegera mungkin,
khususnya pada pasien muda karena penetrasi bakteri
melalui tubulus dentin cepat terjadi.
- Fraktur pulpa dapat dirawat dengan pulp capping,
pulpotomi, atau ekstirpasi pulpa.
1 Fraktur Mahkota
- fraktur meluas sampai jauh ke apikal, atau bila gigi
terbelah secara vertikal, umumnya ekstraksi harus
dilakukan.
- Fraktur akar horizontal prognosisnya tergantung pada
garis fraktur. Bila garis fraktur terletak di dekat gingiva,
fragmen mahkota dapat diekstraksi dan dilakukan
perawatan endodontik serta pembuatan mahkota pasak.
2 Fraktur Akar
5. *Trauma Jaringan Periodontal
Concussion
Perkusi sensitif tanpa ada
mobilitas atau dispacement
Subluksasi
Ligamen merenggang namun tidak
ada displacement. Ada perdarahan
Avulsi
Gigi terlepas dari soketnya untuk
beberapa lama. Dengan atau tanpa
tulang pendukung
Luksasi
Displace pada gigi n( lateral,
intrusif, dan ekstrusif) tanpa
fraktur soket alveolar
1
3
Gigi yang luksasi, ekstrusi
dan intrusi direposisi dan di-
splint untuk imobilisasi gigi
selama 7-21 hari. Setelah
periode imobilisasi selesai
vitalitas gigi tersebut harus
diperiksa
Gigi yang avulsi dapat
direplantasi dengan
memperhatikan sejumlah faktor
yaitu tahap perkembangan akar,
lamanya keberadaan gigi di luar
soket, lamanya penyimpanan dan
media yang digunakan. Idealnya
replantasi dilakukan sesegera
mungkin. Sebaiknya dipastikan
bahwa sel ligamen periodontal
tidak mengering, yakni tidak
lebih dari 30 menit. Kemudian
dilakukan imobilisasi dengan
pemasangan splint
6. Trauma pada Tulang Alveolar
Fraktur Dinding Tunggal
Alveolus
Terlihat dengan adanya
luksasi intrusif atau luksasi
lateral
Fraktur Prosessus alveolar
Garis fraktur tidak selalu
meluas melewati soket gigi.
1
4
8. Prosedur fiksasi Eyelet
点击此处添加标题
1. membentuk loop kawat
dan memasukkan kedua
ujung kawat ke ruang
interproximal
2. kedua ujung kawat
kemudian dimasukkan
lagi ke arah bukal
3. ujung distal di
telusupkan ke dalam
loop
4. Kemudian ujung-ujung
kawat tersebut ditarik,
supaya ikatanya kuat
5. Di akhiri dengan dipilin
satu sama lain
.
10. Prosedur essig
-Lilitan dimulai dari distal gigi 13 bagian bukal, s/d distal
gigi 23,
- kemudian menembus interdental distal gigi 23 s/d bagian
lingual, selanjutnya kawat ditarik kembali sepanjang
lingual s/d bagian distal gigi 13, menembus interdental 13
tembus ke bagian bukal dan bertemu dengan ujung kawat
asalnya dan dieratkan di distobukal gigi 13.
-Ambil sepotong kawat pendek tembuskan melalui
interdental gigi dari bukal ke lingual tepat di atas kawat
panjang bukal & lingual, kemudian belokkan ke bawah
dan kembali menembus interdental tepat di bawah kawat
panjang bagian libgual & bukal s/d bertemu dengan ujung
kawat di bukal dan dieratkan
-Selanjutnya untuk lebih mempererat fiksasi, maka di
setiap interdental gigi-gigi antara 13 & 23 dieratkan
masing-masing dengan sepotong kawat.
11. Prosedur essig
1. Melakukan desinfeksi intra oral regio 11 dengan povidone iodine 10%
pada sisi labial dan sisi palatal
2. anastesi pada sisi labial 11 dan pada foramen insisivus masingmasing
sebanyak 0,5 cc
3. debridement soket dengan Irigasi menggunakan normal saline atau
NaCl hingga clot yang ada terlepas dan debris hilang
4. Memastikan tulang soket masih cukup baik untuk tempat gigi yang akan
direplantasikan
5. persiapan gigi dengan cara Membersihkan gigi dengan cairan doxyciclin
dengan memegang hanya bagian mahkota
6. Melakukan replantasi gigi dengan memasukkan gigi ke dalam soket dan
diposisikan sesuai kondisi sebelum
7. Memastikan tidak ada kontak prematur setelah dilakukan replantasi,
apabila terdapat kontak prematur, dilakukan oklusal grinding
8. fiksasi gigi menggunakan wire dan komposit
9. etsa pada sisi labial gigi 13,12,11,21,22
10.Irigasi
11.Mengaplikasikan bonding pada daerah etsa dan Disinar dengan light
cure
12.Menempelkan wire pada sisi palatal dan
13. Mengaplikasikan komposit untuk fiksasi wire dengan gigi dan di sinar
dengan LED light cure