SlideShare a Scribd company logo
xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) termasuk famili
Solanaceae merupakan tanaman setahun yang berbentuk herbaceus (perdu) dan
umumnya tumbuh baik pada ketinggian 600-900 m di atas permukaan laut. Pada
dataran rendah tomat dapat tumbuh tetapi umurnya lebih singkat dan produksinya
lebih rendah dibanding di dataran tinggi.
Selama ini produsen benih lebih banyak merilis varietas-varietas tomat
untuk dataran tinggi yang berada lebih dari 750 m di atas permuakan laut. Ketika
pekebun membudidayakan varietas tersebut di dataran rendah, produksinya pun
anjlok. Oleh karena suhu tinggi, kualitas polen atau serbuk sari bunga tomat
menjadi buruk dan mudah rontok. Pada suhu tinggi, tanaman memproduksi cukup
tinggi hormon penuaan, yaitu etilen sehingga bunga menjadi gugur dan persentase
fruit-set sangat rendah. Itulah sebabnya produksi tomat di dataran rendah lebih
kecil jika dibandingkan di dataran tinggi (Dwi Utami, 2009).
Sekarang ini dikenal beberapa varietas tomat yang dibudidayakan di
dataran rendah seperti Intan, Ratna, Permata, LV, dan CLN yang memiliki
produksi lebih rendah di banding tomat yang dibudidayakan di dataran tinggi.
Produksinya berkisar antara 5 – 24 ton/Ha. Varietas-varietas tersebut memiliki
ketahanan yang lebih baik dari serangan hama dan penyakit yang biasa menyerang
tanaman tomat misalnya layu fusarium, pseudomonas dan lain-lain.
Selain mempunyai rasa yang lezat, tomat juga memiliki komposisi zat
yang cukup lengkap dan baik. Yang cukup menonjol dari komposisi tersebut
Universitas Sumatera Utara
xv
adalah vitamin A dan C. Tomat seperti halnya dengan sayuran dan buah-buahan
lainnya, dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Komposisi zat
gizi buah tomat dalam 100 gram adalah protein (1 gr), karbohidrat (4,2 gr), lemak
(0,3 gr), kalsium (5 mg), fosfor (27 mg),zat besi (0,5 mg), vitamin A (karoten)
1500 SI, vitamin B (tiamin) 60 mg, vitamin C 40 mg (Yani dan Ade, 2004).
Tomat merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksinya di Indonesia
tahun 2005 mencapai 647.020 ton (Redaksi Agromedia, 2007) dan tiap tahun akan
meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat yang meningkat dan juga
perluasan pasar (ekspor).
Salah satu produk berbahan tomat adalah saus. Para produsen saus
menghadapi kendala dalam pengolahan tomat yaitu, ketika menghancurkan biji.
Apabila tomat yang menjadi bahan baku saus mengandung sedikit biji, maka
proses pengolahan akan menjadi lebih efisien.
Buah tomat parthenokarpi adalah galur tomat tanpa biji yang diciptakan
untuk memenuhi keinginan para podusen saus. Parthenokarpi merupakan buah
yang terbentuk tanpa terlebih didahului adanya polinasi atau fertilisasi.
Parthenokarpi dapat dikatakan kurang menguntungkan bagi program produsen
benih/biji, karena tidak terbentuk biji pada buah. Akan tetapi, parthenokarpi
bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah khususnya pada
jenis tanaman komersial hortikultura. Selain dapat terjadi secara alami,
parthenokarpi juga dapat dilakukan secara buatan. Salah satu cara untuk
pembuatan buah parthenokarpi adalah dengan pemberian hormon pengatur
tumbuh misalnya auksin dan gibberelin (GA3).
Universitas Sumatera Utara
xvi
GA3 sudah lama dikenal sebagai hormon pencetak buah tanpa biji atau
memperkecil ukuran biji. Biji muda banyak mengandung hormon auksin dan
gibberelin. Hormon itu diproduksi biji untuk pembesaran buah. Saat gibberelin
atau auksin ditambah dari luar biji tak berkembang karena pembesaran buah
disokong dari luar.
Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh
terhadap sifat kerdil genetik (genetic dwarfism), pembungaan, parthenocarpy,
mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan, dan aspek fisiologi lainnya.
Gibberellin mempunyai peranan dalam mendukung; perpanjangan sel, aktivitas
kambium, dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein
(Abidin, 1983).
Gibberelin (GA3) adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam fungsi
pembelahan sel di seluruh bagian tanaman baik pada akar, batang, daun dan buah.
Tinggi rendahnya kandungan hormon GA3 pada tanaman akan menentukan
bagaimana tanaman tersebut tumbuh pada fase vegetatif dan berbunga pada fase
generatif. Dapat dikatakan bahwa hormon GA3 memainkan fungsi penting dalam
perpindahan fase vegetatif ke fase generatif. Pertumbuhan tanaman yang
dirangsang dengan menggunakan hormon GA3 dapat tumbuh 2 kali lebih cepat
dibanding dengan tanaman yang tidak dirangsang. Perlakuan hormon GA3 pada
buah-buahan seperti melon, semangka, tomat, nanas, dan lain-lain akan
mempercepat besarnya buah dalam tempo singkat
(http://www.trubus-online.co.id, 2010).
Universitas Sumatera Utara
xvii
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitan tentang “Peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3”.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan mutu dan
hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon
GA3.
Hipotesis Penelitian
Konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi keduanya
berpengaruh terhadap peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
xviii
Tinjauan Umum Tanaman Tomat
Klasifikasi tanaman tomat menurut Rismunandar (1999) adalah :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.
Tomat memiliki akar tunggang yang bisa tumbuh menembus tanah,
sekaligus akar serabut (akar samping) yang bisa tumbuh menyebar ke segala arah.
Sayangnya kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada
kedalaman 30-70 cm. Sesuai sifat perakarannya, tomat bisa tumbuh dengan baik
di tanah yang gembur dan mengikat air (Redaksi Agromedia, 2007).
Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat.
Warna batang hijau dan berbentuk persegi sampai bulat. Pada permukaan
batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama bagian yang berwarna hijau.
Di antara rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian
buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah
terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan
mempunyai banyak cabang yang menyebar merata (Yani dan Ade, 2004).
Universitas Sumatera Utara
xix
Bunga tanaman tomat termasuk sempurna (hermaprodit). Dengan
demikian, tomat bisa melakukan penyerbukan sendiri, sekaligus mampu
melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga, seperti lebah.
Penyerbukan silang lebih umum terjadi di daerah tropis dibandingkan di daerah
beriklim sedang. Bunga berwarna kuning dan tersusun dalam satu rangkaian
(dompolan), tergantung varietasnya. Bunga tomat dapat pula menghasilkan buah
tanpa adanya persarian, yaitu dengan bantuan zat hormon (fruit-tone) yang
disemprotkan langsung pada bunga. Dalam istilan botani disebut pembuahan
parthenocarpi (Rismunandar, 1995).
Bagian dalam buah memiliki ruang-ruang yang dipenuhi biji. Ukuran buah
tomat dan beratnya bervariasi tergantung varietasnya. Biji tomat berbentuk pipih,
berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau cokelat muda. Panjangnya 3-5
mm dan lebar 2-4 mm (Redaksi Agromedia, 2007).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tomat dapat tumbuh dalam musim hujan ataupun musim kemarau, namun
dalam musin basah tidak terjamin baik hasilnya. Iklim yang basah akan
membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan di daerah
pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat membuat fatal
pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan
menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran)
(Rismunandar, 1995).
Pada hakikatnya tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan di dataran
rendah maupun tinggi. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara akan semakin
Universitas Sumatera Utara
xx
rendah dan sebaliknya. Faktor suhu biasanya mempunyai hubungan dengan
pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suhu selama masa pertumbuhan, maka
semakin tinggi pula pertumbuhannya. Hal ini berpengaruh terhadap waktu
panennya. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat waktu panennya
(Redaksi Agromedia, 2007).
Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang
penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi
akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Suhu
udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah
suhu siang hari 18-29 0
C dan pada malam hari 10-20 0
C. Pada tanaman yang
masih muda, kelembaban udara yang tinggi yakni 95 % sangat baik untuk
merangsang pertumbuhan (http://www.nusaku.com/forum, 2010).
Tanah
Tanaman tomat dapat tumbuh di segala jenis tanah, mulai tanah pasir
sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu akar tanaman
tomat rentan terhadap kekurangan oksigen oleh karena itu air tidak boleh
tergenang (http://www.nusaku.com/forum/, 2010).
Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat adalah
pH 7 atau netral. Jika pH tanah terlalu masam atau di bawah 5,5 disarankan agar
dilakukan pengapuran. pH yang terlalu masam akan menghambat penyerapan
unsur hara oleh tanaman dan akan menguntungkan pertumbuhan jamur seperti
Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. (Redaksi Agromedia, 1997).
Universitas Sumatera Utara
xxi
Mutu buah tomat
Beberapa hal yang termasuk dalam standar mutu tomat adalah sebagai
berikut :
1. Produksi buah mencapai 25 ton/Ha.
2. Ukuran buah yang dihasilkan seragam, tergantung pada permintaan pasar.
3. Kesamaan sifat varietas seragam.
4. Keseragaman tingkat kematangan buah (60%-90%) tergantung permintaan
pasar.
5. Utuh, bebas dari bercak, tidak memar, tidak pecah, busuk, terbelah dan
terkelupas
6. Berat buah yang dihasilkan rata-rata 30 % besar, 35 % sedang, dan 35 %
kecil.
7. Buah aman untuk dikonsumsi.
8. Rasa segar buah cukup baik.
9. Berdasarkan ukurannya, buah tomat dibedakan menjadin 4 tipe yakni,
cherry (15 mm), oblong atau elongated (30 mm), round (35 mm), dan
ribbed (35 mm) (Redaksi Agromedia, 2007).
Dalam SNI, tomat segar digolongkan dalam 3 ukuran berat menurut
kultivarnya, yaitu :
- Besar, bila berat buah > 150 gr/buah
- Sedang, bila berat buah 100-150 gr/buah
- Kecil, bila berat buah < 100 gr/buah
Buah tomat dikatakan tua apabila buah tomat telah mencapai tingkat
perkembangan fisiologis yang menjamin proses pematangan yang sempurna dan
Universitas Sumatera Utara
xxii
rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai kekentalan menyerupai
jeli/gelatine, serta biji buah mencapai tingkat perkembangan sempurna. Buah
tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai
kematangan penuh dengan tekstur daging buah lunak
(http://www.puslitbangBSN.syaratmututomat, 2010).
Untuk menangkap peluang ekspor yang cukup baik, tentunya harus
diimbangi dengan peningkatan mutu yang baik pula. Dalam mempersiapkan mutu
ekspor yang lebih baik, seragam, dan mampu bersaing dengan mutu dari negara
lain diperlukan adanya standar mutu tomat yang jelas. Untuk kebutuhan pasar
dikenal dua jenis mutu yaitu mutu I dan II. Kerusakan maksimum pada buah
tomat mutu I sekitar 5% sedangkan pada mutu II sekitar 10 %
(Yani dan Ade, 2004).
Gibberellin
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula – mula diketemukan
di Jepang oleh Kurosawa dalam tahun 1926. Kurosawa melakukan penelitian
terhadap penyakit “bakane” pada tanaman padi yang disebabkan oleh jamur
Gibberella fujikuroi. Gejala khas dari penyakit ini ialah : apabila tanaman padi
terserang, maka tanaman tersebut memperlihatkan batang dan daun yang
memanjang secara tidak normal (Abidin, 1983).
Pada 1920-an para peneliti Jepang menyelidiki suatu penyakit cendawan
pada padi yang disebabkan oleh Gibberella fujikuroi. Bila cendawan ini
dikulturkan, ternyata mengeluarkan suatu zat medium yang disebut gibberellin A,
yang dapat mendorong gejala timbulnya penyakit bila disemprotkan pada tanaman
Universitas Sumatera Utara
xxiii
sehat dan dapat mendorong pemanjangan batang pada sejumlah jenis tanaman lain
(Heddy, 1986).
GA merupakan diterpenoid, yang menempatkan zat itu dalam keluarga
kimia yang secara bersama-sama dengan khlorofil dan karoten. GA yang berbeda-
beda dinamai dengan kode huruf-nomor (GA1, GA2, GA3, …, GA52). Jenis GA
yang pertama kali diidentifikasi, merupakan yang paling dikenal dan paling
banyak diteliti adalah Asam giberelat (GA3). Hal yang menarik, GA3 mempunyai
kisaran aktivitas fisiologis paling lebar.
O
OH
HO CH2
CH3 COOH
Gambar : GA3 (Gardner dkk, 1991).
Gibberellin disintesis di beberapa bagian tanaman khususnya dalam
jaringan tumbuh yang aktif seperti embrio dan jaringan meristem. Gibberellin
ditransportasi cepat dalam tanaman, kelihatan pada transportasi phloem dan
xylem. Ada beberapa campuran yang dikenal menghambat pengaruh gibberellin.
Hal ini meliputi zat penghambat pertumbuhan seperti AMU-1618, CCC, dan
Phosphon-D (Pradhan, 1997).
Agar aplikasi zat pengatur tumbuh efektif dalam mengatur pertumbuhan
dan perkembangan tanaman, pertama – tama zat pengatur tumbuh tersebut harus
masuk ke dalam jaringan tanaman. Zat pengatur tumbuh mungkin diserap melalui
akar atau daun. Laju serapan zat pengatur tumbuh oleh tanaman tergantung pada
beberapa faktor, antara lain : spesies tanaman yang bersangkutan, organ tanaman
yang diberi perlakuan, sifat kimia dan solubilitas dari zat pengatur tumbuh yang
C=O
Universitas Sumatera Utara
xxiv
bersangkutan, pelarut yang digunakan, dan kondisi lingkungan, terutama suhu dan
kelembaban. Faktor – faktor lingkungan akan ikut berperan. Secara umum,
kondisi lingkungan yang menghambat translokasi air, unsur hara, atau senyawa
organik lainnya juga akan menghambat pergerakan zat pengatur tumbuh dalam
tubuh tanaman (Lakitan, 1996).
Gibberellin dapat terdapat di dalam lebih dari satu keadaan pada sebuah
tanaman. Semua organ tanaman yang lebih tinggi mengandung gibberellin, tetapi
konsentrasi gibberellin sama sekali tidak konstan di seluruh tanaman. Tingkat
tertinggi ditemukan di dalam biji, dengan tingkat luar biasa terdapat pada
endosperma cair dari beberapa biji. Daun-daun muda kaya dengan gibberellin
dibandingkan dengan daun yang yang lebih tua dan tangkai dewasa. Secara umum
gibberellin dipusatkan di daerah tanaman yang paling cepat tumbuh dan
berkembang, seperti yang bisa diharapkan untuk zat yang terlibat dalam
pengaturan pertumbuhan dan produksi tanaman (Wilkins, 1989).
Seperti auxin, gibberellin pun berpengaruh terhadap parthenokarpi. Hasil
penelitian Barker dan Collin (1965) asam giberelat (GA3) lebih efektif dalam
terjadinya parthenokarpi dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry.
Begitu pula Delvin dan Demoranville pada tahun 1967 meneliti pear dengan
mengaplikasikan GA3. Dari hasil penelitiannya dapat diambil kesimpulan bahwa
kultivar tersebut mempunyai respon terhadap aplikasi GA3 sehingga dapat
meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.
Istilah parthenokarpi adalah buah yang mengandung sedikit biji atau tanpa
biji. Faktor-faktor penyebab terjadinya parthenokarpi ada 2, yaitu buatan dan
alami. Peristiwa bertemunya pollen (sel jantan) dengan bakal biji (sel telur) di
Universitas Sumatera Utara
xxv
dalam bakal buah (ovary) disebut pembuahan (fertilisasi). Kemudian bakal buah
akan membesar dan berkembang menjadi buah bersamaan dengan pembentukan
biji. Biji yang sedang berkembang mengandung hormon tumbuhan seperti auxin
dan gibberellin. Dengan penyemprotan hormon secara eksogen, maka biji tidak
berkembang karena pembesaran buah disokong dari luar (Duryatmo, 2008).
Penyemprotan dengan GA sebelum panen mempunyai pengaruh yang
menyolok dalam mengurangi laju perkembangan, pemasakan, pematangan dan
penuaan buah-buah kesemek. Beberapa pengaruh pemberian GA pada jeruk
adalah terhambatnya lenyapnya khlorofil, peningkatan ketebalan kulit, penundaan
penimbunan karotenoid-karotenoid pada jeruk manis ”Navel” (Coggins dan Hield,
1962), dan peningkatan asam askorbat (vitamin C) dibanding dengan sitrun
”Lisbon” yang tidak diberi perlakuan (Tjitrosoepomo, 1993).
Bukti untuk peranan gibberellin untuk pengendalian pertumbuhan buah
terus bertumbuh. Sekarang telah ditetapkan bahwa bunga yang tidak difertilisasi
dari banyak tanaman seperti misalnya tomat dan varietas apel tertentu dapat dibuat
untuk mengeluarkan buah-buah yang tampaknya normal tetapi tidak berbiji jika
diberi gibberellin (Crane, 1964). Sebagai tambahan, sebuah korelasi kuat telah
diperlihatkan pada buah normal antara kandungan gibberellin pada berbagai tahap
dan tingkat pertumbuhan buah (Jackson, 1966). Setelah fertilisasi, sintesis
gibberellin terjadi pada endosperma dan embrio. Gibberellin ini sebaliknya
diperlukan untuk memungkinkan pertumbuhan buah berlangsung (Wilkins, 1989).
Penggunaan GA3 pada anggur dengan perlakuan GA3 sebesar 200 ppm
pada waktu gugurnya kalipta (daun pelindung bunga) menghasilkan anggur yang
lebih besar dan kualitas rasa yang meningkat (Gardner, dkk, 1991).
Universitas Sumatera Utara
xxvi
Pada tanaman durian, GA3 dengan konsentrasi 100 ppm disemprotkan
dengan interval seminggu sekali untuk mencegah rontok bunga. GA3
meningkatkan kemampuan bunga menyerap makanan hasil fotosintesis, sehingga
bunganya tahan gugur (http://www.radarsampit.com, 2010).
Di dalam proses pematangan, gibberellin mempunyai peranan yang
penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (ripening) dan pemasakan
(maturing) suatu jenis buah. Asam gibberelat yang diterapkan dalam buah pisang
yang matang ternyata pemasakannya dapat ditunda (Abidin, 1983).
Pengaruh gibberellin juga merangsang pembungaan. Kebanyakan tanaman
memerlukan suhu dingin selama periode waktu tertentu diikuti hari panjang untuk
dapat berbunga. Pada tanaman-tanaman tersebut suhu dingin menyebabkan
terjadinya ”balting” (perpanjangan batang) yang mengawali proses pembungaan
tersebut. Gibberellin dapat mengganti pengaruh suhu dingin pada tanaman-
tanaman tersebut dan dapat mendorong terjadinya pembungaan
(Wattimena, 1985).
Salah satu efek utama dari gibberellin adalah mendorong pemanjangan
batang dan daun. Di dalam proses pembelahan sel bukan saja dipengaruhi oleh
gibberellin tetapi juga oleh auksin. Pengaruh gibberellin umumnya meningkatkan
kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui
secara pasti. Perbedaan antara gibberellin dan auksin dalam proses adalah bahwa
gibberellin lebih aktif pada tanaman utuh sedangkan auksin pada potongan-
potongan organ tanaman seperti stek akar, stek tunas dan lan-lain
(http://www.iel.ipb.ac.id/sac/hibah/2003/sf_tumbuhan/ZPT.html, 2010).
Universitas Sumatera Utara
xxvii
Peranan gibberellin dapat menyebabkan tinggi tanaman menjadi 3-5 kali
tingginya yang normal. Suatu kol yang biasanya hanya 3 dm tingginya, setelah
diberi gibberellin, maka kol tersebut mencapai tinggi 3,5 m. Percobaan ini
dilaksanakan di University of Michigan. Selain itu, mempercepat tumbuhnya
sayur-sayuran, dapat menyingkat waktu panenan sampai 50%. Sayur-sayuran
yang biasanya baru dapat dipetik setelah 4 atau 5 minggu, maka dengan
penggunaan gibberellin, sayur-sayuran tersebut sudah dapat dipetik setelah 2 atau
3 minggu (Dwidjoseputro, 1980).
Fungsi gibberellin dapat mengatur pembentukan protein dan asam nukleat
(bagian senyawa DNA). Gibberellin dengan konsentrasi tinggi (sampai 1000 ppm)
menghambat pembentukan akar. Gibberellin pada konsentrasi rendah mendorong
pertumbuhan akar adventif seperti yang terjadi pada stek batang kacang kapri, dan
mempercepat pembelahan serta pertumbuhan sel hingga tanaman cepat menjadi
tinggi (Ashari, 2006).
GA3 dapat menstimulir perpanjangan sel karena GA3 menghidrolisa pati
yang akan mendukung terbentuknya amylase. Sebagai akibat dari proses tersebut,
maka konsentrasi gula meningkat, yang mengakibatkan tekanan osmotik didalam
sel tersebut menjadi naik sehingga ada kecenderungan sel tersebut bekembang dan
menambah tinggi tanaman (Weaver, 1972).
Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...
Husna Kadir
 
KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT
KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT
KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT
Siti Jum'atun
 
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Fitroh NH
 
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMAContoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Ridho Satria
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
f' yagami
 
metode ilmiah tanaman cabai
metode ilmiah tanaman cabaimetode ilmiah tanaman cabai
metode ilmiah tanaman cabai
danar arya
 
Proposal Group project (kacang merah)
Proposal Group project (kacang merah)Proposal Group project (kacang merah)
Proposal Group project (kacang merah)
Naning I. F
 

What's hot (20)

Em4 pada tomat
Em4 pada tomatEm4 pada tomat
Em4 pada tomat
 
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIEN...
 
Budidaya tomat pada berbagai media tumbuh
Budidaya tomat pada berbagai media tumbuhBudidaya tomat pada berbagai media tumbuh
Budidaya tomat pada berbagai media tumbuh
 
KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT
KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT
KARYA ILMIAH PEMBUSUKAN TOMAT
 
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
Pengaruh kelembapan terhadap perkecambahan kacang hijau
Pengaruh kelembapan terhadap perkecambahan kacang hijauPengaruh kelembapan terhadap perkecambahan kacang hijau
Pengaruh kelembapan terhadap perkecambahan kacang hijau
 
Tugas 5
Tugas 5Tugas 5
Tugas 5
 
Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)
Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)
Fisiologi tanaman (Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman)
 
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMAContoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
Contoh Proposal Penelitian Sederhana bagi kelas 3 SMA
 
Contoh Makalah ( Makalah anggrek)
Contoh Makalah ( Makalah anggrek)Contoh Makalah ( Makalah anggrek)
Contoh Makalah ( Makalah anggrek)
 
Jagung
JagungJagung
Jagung
 
perkecambahan hipogeal dan epigeal
perkecambahan hipogeal dan epigealperkecambahan hipogeal dan epigeal
perkecambahan hipogeal dan epigeal
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
metode ilmiah tanaman cabai
metode ilmiah tanaman cabaimetode ilmiah tanaman cabai
metode ilmiah tanaman cabai
 
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
 
Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)
 
Karya ilmiah pertumbuhan jagung
Karya ilmiah pertumbuhan jagungKarya ilmiah pertumbuhan jagung
Karya ilmiah pertumbuhan jagung
 
LAPORAN HASIL PENELITIAN “PENGARUH MEDIA JENIS AIR PENYIRAMAN TERHADAP PERTU...
LAPORAN HASIL PENELITIAN  “PENGARUH MEDIA JENIS AIR PENYIRAMAN TERHADAP PERTU...LAPORAN HASIL PENELITIAN  “PENGARUH MEDIA JENIS AIR PENYIRAMAN TERHADAP PERTU...
LAPORAN HASIL PENELITIAN “PENGARUH MEDIA JENIS AIR PENYIRAMAN TERHADAP PERTU...
 
Proposal Group project (kacang merah)
Proposal Group project (kacang merah)Proposal Group project (kacang merah)
Proposal Group project (kacang merah)
 

Viewers also liked

Morfologi dan anatomi tomat
Morfologi dan anatomi tomatMorfologi dan anatomi tomat
Morfologi dan anatomi tomat
dhabitha
 
Buku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida Herlina
Buku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida HerlinaBuku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida Herlina
Buku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida Herlina
Rian Maulana
 
perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...
perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...
perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...
virly dwe
 
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortelMakalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
Bondan the Planter of Palm Oil
 
hormon gas etilen,asam absisat, asam traumalin
hormon gas etilen,asam absisat, asam traumalinhormon gas etilen,asam absisat, asam traumalin
hormon gas etilen,asam absisat, asam traumalin
Farida Aryanti
 
Soal sma biologi_f13
Soal sma biologi_f13Soal sma biologi_f13
Soal sma biologi_f13
kiemfull
 
Makalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanamanMakalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanaman
edhie noegroho
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
Ningrum Handayani
 

Viewers also liked (20)

Morfologi dan anatomi tomat
Morfologi dan anatomi tomatMorfologi dan anatomi tomat
Morfologi dan anatomi tomat
 
Buku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida Herlina
Buku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida HerlinaBuku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida Herlina
Buku Biologi SMA Kelas XII [BSE] 2009 – Ida Herlina
 
Proposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomatProposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomat
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...
perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...
perbedaan pupuk kompos dan pupuk kandang dalam pertmbuhan tanaman tomat (Sola...
 
Kedondong
KedondongKedondong
Kedondong
 
Macam macam hormon tumbuhan
Macam macam hormon tumbuhanMacam macam hormon tumbuhan
Macam macam hormon tumbuhan
 
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortelMakalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
 
Budidaya tanaman pisang
Budidaya tanaman pisangBudidaya tanaman pisang
Budidaya tanaman pisang
 
hormon gas etilen,asam absisat, asam traumalin
hormon gas etilen,asam absisat, asam traumalinhormon gas etilen,asam absisat, asam traumalin
hormon gas etilen,asam absisat, asam traumalin
 
Macam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikro
Macam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikroMacam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikro
Macam macam pupuk organik dan anorganik pengertian serta unsur mikro
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
Soal sma biologi_f13
Soal sma biologi_f13Soal sma biologi_f13
Soal sma biologi_f13
 
Tugas PE
Tugas PETugas PE
Tugas PE
 
Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan Energi Protein (KEP)Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan Energi Protein (KEP)
 
Makalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanamanMakalah pemuliaan tanaman
Makalah pemuliaan tanaman
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
 
Tanaman padi berdasarkan tempat tumbuh
Tanaman padi berdasarkan tempat tumbuhTanaman padi berdasarkan tempat tumbuh
Tanaman padi berdasarkan tempat tumbuh
 
Budidaya tanaman wortel
Budidaya tanaman wortelBudidaya tanaman wortel
Budidaya tanaman wortel
 
Perkebunan budidaya tebu
Perkebunan budidaya tebuPerkebunan budidaya tebu
Perkebunan budidaya tebu
 

Similar to Tomat

analisis stabilitas-literatur
analisis stabilitas-literaturanalisis stabilitas-literatur
analisis stabilitas-literatur
Aris Pamungkas
 

Similar to Tomat (20)

Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
 
analisis stabilitas-literatur
analisis stabilitas-literaturanalisis stabilitas-literatur
analisis stabilitas-literatur
 
Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3
Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3
Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
Proposal penelitian pengaruh cahaya
Proposal penelitian pengaruh cahayaProposal penelitian pengaruh cahaya
Proposal penelitian pengaruh cahaya
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 
Budidaya tomat pada berbagai media tumbuh
Budidaya tomat pada berbagai media tumbuhBudidaya tomat pada berbagai media tumbuh
Budidaya tomat pada berbagai media tumbuh
 
Jarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdfJarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdf
 
PENGARUH FAKTOR BIOLOGI DAN GEOGRAFI BAHAN ALAM FARMASI TERHADAP KUALITAS BAH...
PENGARUH FAKTOR BIOLOGI DAN GEOGRAFI BAHAN ALAM FARMASI TERHADAP KUALITAS BAH...PENGARUH FAKTOR BIOLOGI DAN GEOGRAFI BAHAN ALAM FARMASI TERHADAP KUALITAS BAH...
PENGARUH FAKTOR BIOLOGI DAN GEOGRAFI BAHAN ALAM FARMASI TERHADAP KUALITAS BAH...
 
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 
bio93.pptx
bio93.pptxbio93.pptx
bio93.pptx
 
Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen Tanaman
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhan
 
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
Pera- pengaruh peningkatan konsentrasi yeast dan pemotongan ujung bawang terh...
 

Tomat

  • 1. xiv PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) termasuk famili Solanaceae merupakan tanaman setahun yang berbentuk herbaceus (perdu) dan umumnya tumbuh baik pada ketinggian 600-900 m di atas permukaan laut. Pada dataran rendah tomat dapat tumbuh tetapi umurnya lebih singkat dan produksinya lebih rendah dibanding di dataran tinggi. Selama ini produsen benih lebih banyak merilis varietas-varietas tomat untuk dataran tinggi yang berada lebih dari 750 m di atas permuakan laut. Ketika pekebun membudidayakan varietas tersebut di dataran rendah, produksinya pun anjlok. Oleh karena suhu tinggi, kualitas polen atau serbuk sari bunga tomat menjadi buruk dan mudah rontok. Pada suhu tinggi, tanaman memproduksi cukup tinggi hormon penuaan, yaitu etilen sehingga bunga menjadi gugur dan persentase fruit-set sangat rendah. Itulah sebabnya produksi tomat di dataran rendah lebih kecil jika dibandingkan di dataran tinggi (Dwi Utami, 2009). Sekarang ini dikenal beberapa varietas tomat yang dibudidayakan di dataran rendah seperti Intan, Ratna, Permata, LV, dan CLN yang memiliki produksi lebih rendah di banding tomat yang dibudidayakan di dataran tinggi. Produksinya berkisar antara 5 – 24 ton/Ha. Varietas-varietas tersebut memiliki ketahanan yang lebih baik dari serangan hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman tomat misalnya layu fusarium, pseudomonas dan lain-lain. Selain mempunyai rasa yang lezat, tomat juga memiliki komposisi zat yang cukup lengkap dan baik. Yang cukup menonjol dari komposisi tersebut Universitas Sumatera Utara
  • 2. xv adalah vitamin A dan C. Tomat seperti halnya dengan sayuran dan buah-buahan lainnya, dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Komposisi zat gizi buah tomat dalam 100 gram adalah protein (1 gr), karbohidrat (4,2 gr), lemak (0,3 gr), kalsium (5 mg), fosfor (27 mg),zat besi (0,5 mg), vitamin A (karoten) 1500 SI, vitamin B (tiamin) 60 mg, vitamin C 40 mg (Yani dan Ade, 2004). Tomat merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksinya di Indonesia tahun 2005 mencapai 647.020 ton (Redaksi Agromedia, 2007) dan tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor). Salah satu produk berbahan tomat adalah saus. Para produsen saus menghadapi kendala dalam pengolahan tomat yaitu, ketika menghancurkan biji. Apabila tomat yang menjadi bahan baku saus mengandung sedikit biji, maka proses pengolahan akan menjadi lebih efisien. Buah tomat parthenokarpi adalah galur tomat tanpa biji yang diciptakan untuk memenuhi keinginan para podusen saus. Parthenokarpi merupakan buah yang terbentuk tanpa terlebih didahului adanya polinasi atau fertilisasi. Parthenokarpi dapat dikatakan kurang menguntungkan bagi program produsen benih/biji, karena tidak terbentuk biji pada buah. Akan tetapi, parthenokarpi bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah khususnya pada jenis tanaman komersial hortikultura. Selain dapat terjadi secara alami, parthenokarpi juga dapat dilakukan secara buatan. Salah satu cara untuk pembuatan buah parthenokarpi adalah dengan pemberian hormon pengatur tumbuh misalnya auksin dan gibberelin (GA3). Universitas Sumatera Utara
  • 3. xvi GA3 sudah lama dikenal sebagai hormon pencetak buah tanpa biji atau memperkecil ukuran biji. Biji muda banyak mengandung hormon auksin dan gibberelin. Hormon itu diproduksi biji untuk pembesaran buah. Saat gibberelin atau auksin ditambah dari luar biji tak berkembang karena pembesaran buah disokong dari luar. Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh terhadap sifat kerdil genetik (genetic dwarfism), pembungaan, parthenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan, dan aspek fisiologi lainnya. Gibberellin mempunyai peranan dalam mendukung; perpanjangan sel, aktivitas kambium, dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein (Abidin, 1983). Gibberelin (GA3) adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam fungsi pembelahan sel di seluruh bagian tanaman baik pada akar, batang, daun dan buah. Tinggi rendahnya kandungan hormon GA3 pada tanaman akan menentukan bagaimana tanaman tersebut tumbuh pada fase vegetatif dan berbunga pada fase generatif. Dapat dikatakan bahwa hormon GA3 memainkan fungsi penting dalam perpindahan fase vegetatif ke fase generatif. Pertumbuhan tanaman yang dirangsang dengan menggunakan hormon GA3 dapat tumbuh 2 kali lebih cepat dibanding dengan tanaman yang tidak dirangsang. Perlakuan hormon GA3 pada buah-buahan seperti melon, semangka, tomat, nanas, dan lain-lain akan mempercepat besarnya buah dalam tempo singkat (http://www.trubus-online.co.id, 2010). Universitas Sumatera Utara
  • 4. xvii Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitan tentang “Peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3”. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3. Hipotesis Penelitian Konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi keduanya berpengaruh terhadap peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat. Kegunaan Penelitian Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan. TINJAUAN PUSTAKA Universitas Sumatera Utara
  • 5. xviii Tinjauan Umum Tanaman Tomat Klasifikasi tanaman tomat menurut Rismunandar (1999) adalah : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicon (Lycopersicum) Spesies : Lycopersicum esculentum Mill. Tomat memiliki akar tunggang yang bisa tumbuh menembus tanah, sekaligus akar serabut (akar samping) yang bisa tumbuh menyebar ke segala arah. Sayangnya kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm. Sesuai sifat perakarannya, tomat bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gembur dan mengikat air (Redaksi Agromedia, 2007). Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang hijau dan berbentuk persegi sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama bagian yang berwarna hijau. Di antara rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan mempunyai banyak cabang yang menyebar merata (Yani dan Ade, 2004). Universitas Sumatera Utara
  • 6. xix Bunga tanaman tomat termasuk sempurna (hermaprodit). Dengan demikian, tomat bisa melakukan penyerbukan sendiri, sekaligus mampu melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga, seperti lebah. Penyerbukan silang lebih umum terjadi di daerah tropis dibandingkan di daerah beriklim sedang. Bunga berwarna kuning dan tersusun dalam satu rangkaian (dompolan), tergantung varietasnya. Bunga tomat dapat pula menghasilkan buah tanpa adanya persarian, yaitu dengan bantuan zat hormon (fruit-tone) yang disemprotkan langsung pada bunga. Dalam istilan botani disebut pembuahan parthenocarpi (Rismunandar, 1995). Bagian dalam buah memiliki ruang-ruang yang dipenuhi biji. Ukuran buah tomat dan beratnya bervariasi tergantung varietasnya. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau cokelat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm (Redaksi Agromedia, 2007). Syarat Tumbuh Iklim Tomat dapat tumbuh dalam musim hujan ataupun musim kemarau, namun dalam musin basah tidak terjamin baik hasilnya. Iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan di daerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran) (Rismunandar, 1995). Pada hakikatnya tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan di dataran rendah maupun tinggi. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara akan semakin Universitas Sumatera Utara
  • 7. xx rendah dan sebaliknya. Faktor suhu biasanya mempunyai hubungan dengan pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suhu selama masa pertumbuhan, maka semakin tinggi pula pertumbuhannya. Hal ini berpengaruh terhadap waktu panennya. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat waktu panennya (Redaksi Agromedia, 2007). Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang hari 18-29 0 C dan pada malam hari 10-20 0 C. Pada tanaman yang masih muda, kelembaban udara yang tinggi yakni 95 % sangat baik untuk merangsang pertumbuhan (http://www.nusaku.com/forum, 2010). Tanah Tanaman tomat dapat tumbuh di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen oleh karena itu air tidak boleh tergenang (http://www.nusaku.com/forum/, 2010). Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat adalah pH 7 atau netral. Jika pH tanah terlalu masam atau di bawah 5,5 disarankan agar dilakukan pengapuran. pH yang terlalu masam akan menghambat penyerapan unsur hara oleh tanaman dan akan menguntungkan pertumbuhan jamur seperti Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. (Redaksi Agromedia, 1997). Universitas Sumatera Utara
  • 8. xxi Mutu buah tomat Beberapa hal yang termasuk dalam standar mutu tomat adalah sebagai berikut : 1. Produksi buah mencapai 25 ton/Ha. 2. Ukuran buah yang dihasilkan seragam, tergantung pada permintaan pasar. 3. Kesamaan sifat varietas seragam. 4. Keseragaman tingkat kematangan buah (60%-90%) tergantung permintaan pasar. 5. Utuh, bebas dari bercak, tidak memar, tidak pecah, busuk, terbelah dan terkelupas 6. Berat buah yang dihasilkan rata-rata 30 % besar, 35 % sedang, dan 35 % kecil. 7. Buah aman untuk dikonsumsi. 8. Rasa segar buah cukup baik. 9. Berdasarkan ukurannya, buah tomat dibedakan menjadin 4 tipe yakni, cherry (15 mm), oblong atau elongated (30 mm), round (35 mm), dan ribbed (35 mm) (Redaksi Agromedia, 2007). Dalam SNI, tomat segar digolongkan dalam 3 ukuran berat menurut kultivarnya, yaitu : - Besar, bila berat buah > 150 gr/buah - Sedang, bila berat buah 100-150 gr/buah - Kecil, bila berat buah < 100 gr/buah Buah tomat dikatakan tua apabila buah tomat telah mencapai tingkat perkembangan fisiologis yang menjamin proses pematangan yang sempurna dan Universitas Sumatera Utara
  • 9. xxii rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai kekentalan menyerupai jeli/gelatine, serta biji buah mencapai tingkat perkembangan sempurna. Buah tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh dengan tekstur daging buah lunak (http://www.puslitbangBSN.syaratmututomat, 2010). Untuk menangkap peluang ekspor yang cukup baik, tentunya harus diimbangi dengan peningkatan mutu yang baik pula. Dalam mempersiapkan mutu ekspor yang lebih baik, seragam, dan mampu bersaing dengan mutu dari negara lain diperlukan adanya standar mutu tomat yang jelas. Untuk kebutuhan pasar dikenal dua jenis mutu yaitu mutu I dan II. Kerusakan maksimum pada buah tomat mutu I sekitar 5% sedangkan pada mutu II sekitar 10 % (Yani dan Ade, 2004). Gibberellin Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula – mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa dalam tahun 1926. Kurosawa melakukan penelitian terhadap penyakit “bakane” pada tanaman padi yang disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi. Gejala khas dari penyakit ini ialah : apabila tanaman padi terserang, maka tanaman tersebut memperlihatkan batang dan daun yang memanjang secara tidak normal (Abidin, 1983). Pada 1920-an para peneliti Jepang menyelidiki suatu penyakit cendawan pada padi yang disebabkan oleh Gibberella fujikuroi. Bila cendawan ini dikulturkan, ternyata mengeluarkan suatu zat medium yang disebut gibberellin A, yang dapat mendorong gejala timbulnya penyakit bila disemprotkan pada tanaman Universitas Sumatera Utara
  • 10. xxiii sehat dan dapat mendorong pemanjangan batang pada sejumlah jenis tanaman lain (Heddy, 1986). GA merupakan diterpenoid, yang menempatkan zat itu dalam keluarga kimia yang secara bersama-sama dengan khlorofil dan karoten. GA yang berbeda- beda dinamai dengan kode huruf-nomor (GA1, GA2, GA3, …, GA52). Jenis GA yang pertama kali diidentifikasi, merupakan yang paling dikenal dan paling banyak diteliti adalah Asam giberelat (GA3). Hal yang menarik, GA3 mempunyai kisaran aktivitas fisiologis paling lebar. O OH HO CH2 CH3 COOH Gambar : GA3 (Gardner dkk, 1991). Gibberellin disintesis di beberapa bagian tanaman khususnya dalam jaringan tumbuh yang aktif seperti embrio dan jaringan meristem. Gibberellin ditransportasi cepat dalam tanaman, kelihatan pada transportasi phloem dan xylem. Ada beberapa campuran yang dikenal menghambat pengaruh gibberellin. Hal ini meliputi zat penghambat pertumbuhan seperti AMU-1618, CCC, dan Phosphon-D (Pradhan, 1997). Agar aplikasi zat pengatur tumbuh efektif dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pertama – tama zat pengatur tumbuh tersebut harus masuk ke dalam jaringan tanaman. Zat pengatur tumbuh mungkin diserap melalui akar atau daun. Laju serapan zat pengatur tumbuh oleh tanaman tergantung pada beberapa faktor, antara lain : spesies tanaman yang bersangkutan, organ tanaman yang diberi perlakuan, sifat kimia dan solubilitas dari zat pengatur tumbuh yang C=O Universitas Sumatera Utara
  • 11. xxiv bersangkutan, pelarut yang digunakan, dan kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban. Faktor – faktor lingkungan akan ikut berperan. Secara umum, kondisi lingkungan yang menghambat translokasi air, unsur hara, atau senyawa organik lainnya juga akan menghambat pergerakan zat pengatur tumbuh dalam tubuh tanaman (Lakitan, 1996). Gibberellin dapat terdapat di dalam lebih dari satu keadaan pada sebuah tanaman. Semua organ tanaman yang lebih tinggi mengandung gibberellin, tetapi konsentrasi gibberellin sama sekali tidak konstan di seluruh tanaman. Tingkat tertinggi ditemukan di dalam biji, dengan tingkat luar biasa terdapat pada endosperma cair dari beberapa biji. Daun-daun muda kaya dengan gibberellin dibandingkan dengan daun yang yang lebih tua dan tangkai dewasa. Secara umum gibberellin dipusatkan di daerah tanaman yang paling cepat tumbuh dan berkembang, seperti yang bisa diharapkan untuk zat yang terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan produksi tanaman (Wilkins, 1989). Seperti auxin, gibberellin pun berpengaruh terhadap parthenokarpi. Hasil penelitian Barker dan Collin (1965) asam giberelat (GA3) lebih efektif dalam terjadinya parthenokarpi dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Begitu pula Delvin dan Demoranville pada tahun 1967 meneliti pear dengan mengaplikasikan GA3. Dari hasil penelitiannya dapat diambil kesimpulan bahwa kultivar tersebut mempunyai respon terhadap aplikasi GA3 sehingga dapat meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil. Istilah parthenokarpi adalah buah yang mengandung sedikit biji atau tanpa biji. Faktor-faktor penyebab terjadinya parthenokarpi ada 2, yaitu buatan dan alami. Peristiwa bertemunya pollen (sel jantan) dengan bakal biji (sel telur) di Universitas Sumatera Utara
  • 12. xxv dalam bakal buah (ovary) disebut pembuahan (fertilisasi). Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah bersamaan dengan pembentukan biji. Biji yang sedang berkembang mengandung hormon tumbuhan seperti auxin dan gibberellin. Dengan penyemprotan hormon secara eksogen, maka biji tidak berkembang karena pembesaran buah disokong dari luar (Duryatmo, 2008). Penyemprotan dengan GA sebelum panen mempunyai pengaruh yang menyolok dalam mengurangi laju perkembangan, pemasakan, pematangan dan penuaan buah-buah kesemek. Beberapa pengaruh pemberian GA pada jeruk adalah terhambatnya lenyapnya khlorofil, peningkatan ketebalan kulit, penundaan penimbunan karotenoid-karotenoid pada jeruk manis ”Navel” (Coggins dan Hield, 1962), dan peningkatan asam askorbat (vitamin C) dibanding dengan sitrun ”Lisbon” yang tidak diberi perlakuan (Tjitrosoepomo, 1993). Bukti untuk peranan gibberellin untuk pengendalian pertumbuhan buah terus bertumbuh. Sekarang telah ditetapkan bahwa bunga yang tidak difertilisasi dari banyak tanaman seperti misalnya tomat dan varietas apel tertentu dapat dibuat untuk mengeluarkan buah-buah yang tampaknya normal tetapi tidak berbiji jika diberi gibberellin (Crane, 1964). Sebagai tambahan, sebuah korelasi kuat telah diperlihatkan pada buah normal antara kandungan gibberellin pada berbagai tahap dan tingkat pertumbuhan buah (Jackson, 1966). Setelah fertilisasi, sintesis gibberellin terjadi pada endosperma dan embrio. Gibberellin ini sebaliknya diperlukan untuk memungkinkan pertumbuhan buah berlangsung (Wilkins, 1989). Penggunaan GA3 pada anggur dengan perlakuan GA3 sebesar 200 ppm pada waktu gugurnya kalipta (daun pelindung bunga) menghasilkan anggur yang lebih besar dan kualitas rasa yang meningkat (Gardner, dkk, 1991). Universitas Sumatera Utara
  • 13. xxvi Pada tanaman durian, GA3 dengan konsentrasi 100 ppm disemprotkan dengan interval seminggu sekali untuk mencegah rontok bunga. GA3 meningkatkan kemampuan bunga menyerap makanan hasil fotosintesis, sehingga bunganya tahan gugur (http://www.radarsampit.com, 2010). Di dalam proses pematangan, gibberellin mempunyai peranan yang penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (ripening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah. Asam gibberelat yang diterapkan dalam buah pisang yang matang ternyata pemasakannya dapat ditunda (Abidin, 1983). Pengaruh gibberellin juga merangsang pembungaan. Kebanyakan tanaman memerlukan suhu dingin selama periode waktu tertentu diikuti hari panjang untuk dapat berbunga. Pada tanaman-tanaman tersebut suhu dingin menyebabkan terjadinya ”balting” (perpanjangan batang) yang mengawali proses pembungaan tersebut. Gibberellin dapat mengganti pengaruh suhu dingin pada tanaman- tanaman tersebut dan dapat mendorong terjadinya pembungaan (Wattimena, 1985). Salah satu efek utama dari gibberellin adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Di dalam proses pembelahan sel bukan saja dipengaruhi oleh gibberellin tetapi juga oleh auksin. Pengaruh gibberellin umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara pasti. Perbedaan antara gibberellin dan auksin dalam proses adalah bahwa gibberellin lebih aktif pada tanaman utuh sedangkan auksin pada potongan- potongan organ tanaman seperti stek akar, stek tunas dan lan-lain (http://www.iel.ipb.ac.id/sac/hibah/2003/sf_tumbuhan/ZPT.html, 2010). Universitas Sumatera Utara
  • 14. xxvii Peranan gibberellin dapat menyebabkan tinggi tanaman menjadi 3-5 kali tingginya yang normal. Suatu kol yang biasanya hanya 3 dm tingginya, setelah diberi gibberellin, maka kol tersebut mencapai tinggi 3,5 m. Percobaan ini dilaksanakan di University of Michigan. Selain itu, mempercepat tumbuhnya sayur-sayuran, dapat menyingkat waktu panenan sampai 50%. Sayur-sayuran yang biasanya baru dapat dipetik setelah 4 atau 5 minggu, maka dengan penggunaan gibberellin, sayur-sayuran tersebut sudah dapat dipetik setelah 2 atau 3 minggu (Dwidjoseputro, 1980). Fungsi gibberellin dapat mengatur pembentukan protein dan asam nukleat (bagian senyawa DNA). Gibberellin dengan konsentrasi tinggi (sampai 1000 ppm) menghambat pembentukan akar. Gibberellin pada konsentrasi rendah mendorong pertumbuhan akar adventif seperti yang terjadi pada stek batang kacang kapri, dan mempercepat pembelahan serta pertumbuhan sel hingga tanaman cepat menjadi tinggi (Ashari, 2006). GA3 dapat menstimulir perpanjangan sel karena GA3 menghidrolisa pati yang akan mendukung terbentuknya amylase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat, yang mengakibatkan tekanan osmotik didalam sel tersebut menjadi naik sehingga ada kecenderungan sel tersebut bekembang dan menambah tinggi tanaman (Weaver, 1972). Universitas Sumatera Utara