1. SLE adalah penyakit otoimun sistemik yang melibatkan banyak organ dan menyebabkan gejala klinis yang beragam.
2. Pemeriksaan sel Lupus Eritematosus (sel LE) merupakan salah satu temuan penting untuk mendiagnosis SLE.
3. Ada beberapa metode untuk memeriksa sel LE, termasuk menggunakan darah defibrinated, darah heparin, dan darah yang membeku.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip dan metode pemeriksaan parameter hematologi seperti hemoglobin, hitung jumlah sel darah, laju endap darah, dan hematokrit menggunakan berbagai alat dan reagen. Dokumen ini juga menjelaskan rujukan nilai normal hasil pemeriksaan parameter hematologi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s testDewi Fitriani
Dokumen tersebut membahas tentang tes Coombs yang digunakan untuk mendeteksi antibodi pada darah pasien sebelum transfusi. Tes ini dilakukan secara langsung dengan mendeteksi antibodi pada permukaan eritrosit atau secara tidak langsung dengan mendeteksi antibodi di serum menggunakan eritrosit O sebagai pembawa. Tes ini penting untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan darah akibat keberadaan antibodi.
Dokumen tersebut membahas dua metode untuk mengukur laju endap darah yaitu metode Westergreen dan Wintrobe. Kedua metode melibatkan pengambilan darah vena dan pencampurannya dengan antikoagulan sebelum dimasukkan ke dalam tabung untuk diukur kecepatan endapnya selama satu atau dua jam. Metode Westergreen menggunakan tabung dan rak Westergreen sementara metode Wintrobe menggunakan tabung dan rak Wintrobe
Dokumen tersebut membahas tentang leukosit dan prosedur hitung jenis leukosit. Terdapat 6 jenis utama leukosit yaitu basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Prosedur hitung jenis leukosit meliputi pengambilan contoh darah, pemeriksaan di bawah mikroskop, dan pengelompokkan 100 sel leukosit berdasarkan jenisnya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur penentuan golongan darah ABO, yang meliputi tujuan pemeriksaan, metode forward dan reverse, pembuatan suspensi sel darah, dan interpretasi hasil reaksi untuk menentukan golongan darah pasien.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip dan metode pemeriksaan parameter hematologi seperti hemoglobin, hitung jumlah sel darah, laju endap darah, dan hematokrit menggunakan berbagai alat dan reagen. Dokumen ini juga menjelaskan rujukan nilai normal hasil pemeriksaan parameter hematologi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s testDewi Fitriani
Dokumen tersebut membahas tentang tes Coombs yang digunakan untuk mendeteksi antibodi pada darah pasien sebelum transfusi. Tes ini dilakukan secara langsung dengan mendeteksi antibodi pada permukaan eritrosit atau secara tidak langsung dengan mendeteksi antibodi di serum menggunakan eritrosit O sebagai pembawa. Tes ini penting untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan darah akibat keberadaan antibodi.
Dokumen tersebut membahas dua metode untuk mengukur laju endap darah yaitu metode Westergreen dan Wintrobe. Kedua metode melibatkan pengambilan darah vena dan pencampurannya dengan antikoagulan sebelum dimasukkan ke dalam tabung untuk diukur kecepatan endapnya selama satu atau dua jam. Metode Westergreen menggunakan tabung dan rak Westergreen sementara metode Wintrobe menggunakan tabung dan rak Wintrobe
Dokumen tersebut membahas tentang leukosit dan prosedur hitung jenis leukosit. Terdapat 6 jenis utama leukosit yaitu basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit. Prosedur hitung jenis leukosit meliputi pengambilan contoh darah, pemeriksaan di bawah mikroskop, dan pengelompokkan 100 sel leukosit berdasarkan jenisnya.
Tes darah lengkap merupakan pemeriksaan penting untuk mendiagnosis dan memantau penyakit. Pemeriksaan ini meliputi hitung sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, hematokrit, dan indeks eritrosit yang memberikan informasi mengenai kondisi sel darah dan produksi sumsum tulang. Hasil tes darah lengkap dapat membantu diagnosis penyakit seperti anemia dan infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis atau analisis urine untuk tujuan diagnosis penyakit. Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi, dan mikroskopik urine untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diabetes, dan kehamilan. Pemeriksaan urine merupakan uji penyaring yang bermanfaat untuk skrining awal berbagai penyakit.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Dokumen tersebut membahas tentang penghitungan jumlah trombosit dalam darah dengan metode manual menggunakan pipet Thoma dan kamar hitung, serta metode otomatis menggunakan alat Cell-dyn Ruby. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa kelainan jumlah trombosit seperti trombositopenia dan trombositosis, serta cara membaca hasil print out dari Cell-dyn Ruby.
Sel darah merah membawa oksigen dan karbon dioksida ke seluruh tubuh. Hematologi mempelajari darah dan penyakitnya. Darah terdiri dari sel-sel dan plasma yang mengangkut zat gizi, hasil metabolisme, dan antibodi. Sel darah putih melindungi tubuh dari infeksi. Pembekuan darah menghentikan perdarahan akibat cedera pembuluh darah.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi secara kronis. Faktor reumatoid (RF) adalah antibodi yang bereaksi dengan IgG dan uji RF dilakukan dengan metode aglutinasi lateks. Berdasarkan pemeriksaan, sampel pasien tidak mengandung RF.
Teks tersebut memberikan informasi tentang pemeriksaan hemoglobin fetus (Hb F) dengan 3 metode utama, yaitu:
1) Metode Betke yang mengukur Hb F berdasarkan resistensinya terhadap alkali, 2) Metode Jonxis dan Visser yang mengukur Hb F dengan menambahkan ammonium hidroksida, 3) Metode acid elution test untuk mengukur distribusi Hb F di dalam sel darah merah. Teks tersebut juga menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan Hb
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis leukosit beserta penjelasan mengenai hitungan dan penyebab peningkatan atau penurunan jumlah masing-masing jenis leukosit."
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan feses sebagai salah satu parameter penting untuk membantu diagnosis penyakit sistem pencernaan dan menyelidiki penyakit secara mendalam. Ia menjelaskan pengertian feses, komposisi feses normal maupun patologis, teknik pengumpulan dan pengawetan sampel feses, jenis-jenis pemeriksaan feses, serta manfaat dan keterbatasan hasil pemeriksaan feses.
Sitohistologi sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan teknik penyediaan contoh jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.
Tes darah lengkap merupakan pemeriksaan penting untuk mendiagnosis dan memantau penyakit. Pemeriksaan ini meliputi hitung sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, hematokrit, dan indeks eritrosit yang memberikan informasi mengenai kondisi sel darah dan produksi sumsum tulang. Hasil tes darah lengkap dapat membantu diagnosis penyakit seperti anemia dan infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang urinalisis atau analisis urine untuk tujuan diagnosis penyakit. Urinalisis meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi, dan mikroskopik urine untuk mendeteksi berbagai kondisi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diabetes, dan kehamilan. Pemeriksaan urine merupakan uji penyaring yang bermanfaat untuk skrining awal berbagai penyakit.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Dokumen tersebut membahas tentang penghitungan jumlah trombosit dalam darah dengan metode manual menggunakan pipet Thoma dan kamar hitung, serta metode otomatis menggunakan alat Cell-dyn Ruby. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa kelainan jumlah trombosit seperti trombositopenia dan trombositosis, serta cara membaca hasil print out dari Cell-dyn Ruby.
Sel darah merah membawa oksigen dan karbon dioksida ke seluruh tubuh. Hematologi mempelajari darah dan penyakitnya. Darah terdiri dari sel-sel dan plasma yang mengangkut zat gizi, hasil metabolisme, dan antibodi. Sel darah putih melindungi tubuh dari infeksi. Pembekuan darah menghentikan perdarahan akibat cedera pembuluh darah.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi secara kronis. Faktor reumatoid (RF) adalah antibodi yang bereaksi dengan IgG dan uji RF dilakukan dengan metode aglutinasi lateks. Berdasarkan pemeriksaan, sampel pasien tidak mengandung RF.
Teks tersebut memberikan informasi tentang pemeriksaan hemoglobin fetus (Hb F) dengan 3 metode utama, yaitu:
1) Metode Betke yang mengukur Hb F berdasarkan resistensinya terhadap alkali, 2) Metode Jonxis dan Visser yang mengukur Hb F dengan menambahkan ammonium hidroksida, 3) Metode acid elution test untuk mengukur distribusi Hb F di dalam sel darah merah. Teks tersebut juga menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan Hb
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis leukosit beserta penjelasan mengenai hitungan dan penyebab peningkatan atau penurunan jumlah masing-masing jenis leukosit."
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan feses sebagai salah satu parameter penting untuk membantu diagnosis penyakit sistem pencernaan dan menyelidiki penyakit secara mendalam. Ia menjelaskan pengertian feses, komposisi feses normal maupun patologis, teknik pengumpulan dan pengawetan sampel feses, jenis-jenis pemeriksaan feses, serta manfaat dan keterbatasan hasil pemeriksaan feses.
Sitohistologi sangat menggantungkan diri pada penggunaan mikroskop dan teknik penyediaan contoh jaringan.
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat untuk proses menghilangkan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang berlangsung selama 12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan ini kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin. Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.
Menggunakan teknik sentrifugasi bertahap untuk memisahkan organel-organel di dalam sel berdasarkan ukuran dan berat molekulnya, dokumen tersebut menjelaskan prosedur isolasi kloroplas dari daun bayam dengan melakukan homogenisasi, filtrasi, dan dua tahap sentrifugasi untuk memisahkan kloroplas, diikuti dengan pengujian aktivitas fotosintesis menggunakan reaksi Hill."
Transfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekatDewi Fitriani
pembelajaran transfusi darah..
pencucian eritrosit dilakukan oleh praktikan.
dimana siswa mencuci eritrosit yang sudah dipisahkan dari serum.
untuk kemudian dilakukan pencucian menggunakan saline sehingga di dapat eritrosit pekat (100%)
Bab III menjelaskan metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, tempat penelitian, alat dan bahan, serta tahapan penelitian yang terdiri atas pembuatan ekstrak daun pepaya, formulasi sabun cair, evaluasi sediaan sabun, uji aktivitas antibakteri, dan analisis statistik hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya dalam berbagai konsentrasi sabun cair terhadap bakter
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang enzim dan pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap aktivitas enzim seperti suhu, pH, dan kadar enzim
2. Beberapa percobaan dilakukan untuk membuktikan pengaruh faktor-faktor tersebut, seperti menguji aktivitas enzim amilase pada berbagai suhu dan pH
3. Dokumen juga menjelaskan kerja beberapa enzim seperti enzim
Prosedur isolasi plasmid bakteri dengan kit ekstraksi plasmid membahas proses isolasi plasmid dari bakteri menggunakan metode mini-prep yang meliputi pertumbuhan bakteri, lisis sel, pemurnian DNA plasmid, dan analisis menggunakan elektroforesis. Kit ekstraksi plasmid komersial mempermudah proses isolasi plasmid.
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
Laporan ini membahas praktikum biokimia tentang enzim dan kadar glukosa darah. Terdapat empat percobaan utama yaitu hidrolisa pati oleh air liur, pengaruh suhu dan pH terhadap kerja enzim ptyalin, serta penetapan kadar glukosa darah menggunakan metode O-toluidin. Hasilnya menunjukkan bahwa ptyalin dapat menghidrolisis pati menjadi maltose dan suhu optimal kerjanya adalah 37°C.
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
Laporan ini membahas praktikum biokimia tentang enzim dan kadar glukosa darah. Terdapat empat percobaan utama yaitu hidrolisa pati oleh air liur, pengaruh suhu dan pH terhadap kerja enzim ptyalin, serta penetapan kadar glukosa darah menggunakan metode O-toluidin. Hasilnya menunjukkan bahwa ptyalin dapat menghidrolisis pati menjadi maltose dan suhu optimal kerjanya adalah 37°C.
Teks ini membahas tentang pengujian antibodi antinuklir (ANA) pada penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). Metode pengujian ANA meliputi pemeriksaan imunofluoresensi pada sel Hep-2, tes ELISA, dan tes strip Euroline. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis dan memantau SLE karena keberadaan ANA dapat menunjukkan aktivitas penyakit.
The document discusses flow cytometry and its clinical application in monitoring CD4 T lymphocyte counts. Flow cytometry works by passing fluorescent-labeled cells in a fluid stream through a laser which causes fluorescence. Detectors then measure the cells' light scattering and fluorescence properties to characterize the cells and identify subsets. The document provides details on using the BD FACSCalibur flow cytometer to measure CD4 counts via two-color staining and gating on T lymphocyte populations. Normal CD4 values in adults and children are listed.
The document discusses viral load testing using NASBA (Nucleic Acid Sequence-Based Amplification) technology. It describes the NASBA process which uses 3 enzymes to amplify viral RNA or DNA in one temperature. The document provides examples of using NASBA to test viral load in HIV samples and discusses the benefits of NASBA including its high throughput, minimal hands-on time, and ability to detect down to 10-10^7 copies/ml.
This document summarizes methods for quantitatively determining serum immunoglobulin A (IgA) concentration, including radial immunodiffusion (RID), nephelometry, and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). RID involves measuring the diameter of precipitation rings formed between serum IgA and antibody-containing agar. Nephelometry measures light scatter from immune complexes formed between serum IgA and anti-IgA antiserum. ELISA uses a capture antibody to bind serum IgA and a labeled secondary antibody for detection. ELISA provides the best sensitivity while nephelometry is most commonly used in clinical labs due to its rapid automation capabilities. Normal IgA levels, deficiencies, and causes of high values are also
Teks ini membahas tentang elektroforesis kapiler menggunakan alat Minicap untuk memisahkan molekul seperti protein, lipoprotein, isoenzim, dan hemoglobin. Metode ini bekerja dengan memisahkan molekul berdasarkan kecepatan elektroforesisnya dalam tabung kapiler dengan diameter 100 μm yang dipengaruhi pH elektrolit dan aliran elektroosmosis. Teks ini juga menjelaskan prosedur dan komponen elektroforesis protein, hemoglobin, dan immunotyping
This document discusses thyroid hormone tests (T3, T4, TSH, fT4) and their principles, procedures, and clinical significance. It describes the hormones T3 and T4, how they are regulated by the hypothalamus-pituitary-thyroid axis, and common thyroid disorders like hypothyroidism and hyperthyroidism. It provides details on specific assays for the hormones, including radioimmunoassay, immunoradiometric assay, enzyme immunoassay, and electrochemiluminescent assay. Reference ranges and clinical implications of test results are also covered.
1. Western Blot dan RIBA merupakan tes konfirmasi untuk infeksi HIV yang mendeteksi antibodi terhadap protein inti, polimerase, dan envelope virus HIV.
2. Terdapat perbedaan antara Western Blot dan RIBA dalam hal protein yang digunakan sebagai antigen.
3. Hasil tes dapat negatif palsu, indeterminate, atau positif tergantung pola protein HIV yang terdeteksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan kadar antigen CA 125 dengan metode ELISA untuk skrining, diagnosis, pemantauan terapi, dan prognosis kanker ovarium. Metode ELISA digunakan karena ekonomis dan sensitivitas yang tinggi. Kadar CA 125 yang meningkat dapat menandakan adanya kanker ovarium.
Tinjauan pustaka mengenai trombositopenia pada demam berdarah dengue membahas mekanisme penyebabnya yaitu supresi sumsum tulang, aktivasi dan destruksi trombosit oleh virus, serta disfungsi trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit penting untuk diagnosis dan pemantauan, dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Terapi trombositopenia meliputi transfusi trombosit dalam kondisi tertentu.
Thrombelastography (TEG) adalah tes koagulasi yang dilakukan di samping pasien untuk mengukur berbagai parameter koagulasi dalam 30 menit. TEG dapat digunakan untuk memantau koagulasi pada operasi jantung dan transplantasi hati serta mendeteksi gangguan koagulasi pada pasien trauma.
Tinjauan pustaka ini membahas patogenesis, diagnosis, dan klasifikasi paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH). PNH disebabkan oleh mutasi gen PIG-A yang mengakibatkan defisiensi protein yang terikat pada permukaan sel seperti DAF dan CD59. Ini menyebabkan aktivasi komplemen yang berlebihan dan hemolisis. Diagnosis didasarkan pada tes komplemen seperti sucrose lysis test dan flow sitometri untuk mengukur defisiensi CD55 dan CD59. PNH dik
Dokumen tersebut membahas sindrom mielodisplastik yang merupakan kelompok penyakit neoplastik pada sel induk hemopoietik yang ditandai oleh kegagalan sumsum tulang dan kelainan sel darah. Dibahas pula patogenesis, diagnosis, klasifikasi, dan prognosis sindrom mielodisplastik menurut WHO dan terapi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur hitung jenis lekosit secara manual dan otomatis. Secara manual melibatkan pembuatan hapusan darah, pewarnaan, dan perhitungan secara visual di bawah mikroskop. Secara otomatis menggunakan berbagai metode seperti impedansi, scatter cahaya, dan fluoresensi untuk menghitung dan membedakan jenis lekosit dengan lebih cepat dan akurat. Kedua metode memiliki kelebi
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan Prothrombin Time (PTT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) secara otomatis. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi melalui jalur ekstrinsik, intrinsik, dan bersama dengan mengukur waktu pembekuan plasma menggunakan metode cahaya tersebar.
1. TUTOR HEMATOLOGI PEMERIKSAAN SEL LUPUS ERITEMATOSUSNUZULUL QURIYAH / PAULUS BUDIONO N. 1
2. PENDAHULUAN (1) SLE . SLE SLE Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalahpenyakit yang penyebabnyatidakdiketahui Terjadikerusakanjaringandanselolehotoantibodidankompleks-imunpatogenik Merupakan penyakit otoimun yang melibatkan banyak organ dan memberikan gejala-gejala klinik yang beragam 2
3. . SLE SLE Etiopatogenesisdanpenatalaksanaanmasihdiperdebatkandanberbagaipenelitiandarisegalaaspektelahdilakukan, namunbelummenjawabsejumlahpertanyaan Sel Lupus Eritematosus (sel LE) merupakansalahsatutemuan yang memberikankeyakinanbahwa SLE merupakanpenyakitotoimun PENDAHULUAN (2) 3
4. PERMASALAHAN Manifestasi klinis SLE sangat bervariasi, gambaran klinis terutama keluhan penderita juga beragam Kelambatan diagnosis SLE Pemeriksaan sel LE masih digunakan atau dipertimbangkandi daerah Pemeriksaan serologis awal yang sering digunakan untuk menegakkan diagnosis SLE adalah pemeriksaan ANA (Antinuclear Antibody) cukup mahal www.themegallery.com 4
5. Pembentukan Sel LE 1 2 3 Depolimerisasi DNA inti sel lekosit yang rusak, diikuti pelepasan bagian-bagian dari inti sel, sehingga terbentuk masa globular yang homogen, kemudiandifagositoleh sel netrofil sel LE Tubuh akan membentuk antibodi (otoantibodi) faktorLE Kerusakan pada jaringan penyambung menyebabkan pelepasan protein ke dalam aliran darah(antigen) www.themegallery.com 5
6. 1 2 Metode Pemeriksaan Sel LE Defibrinated Blood (Metode Zinkham dan Conley) Dipakai di RSU dr. Soetomo 6 MereaksikanSerum Pasien dengan Lekositnya Sendiri Metode 5 Darah Heparin 3 4 Mereaksikan Serum Pasien denganLekosit Orang Normal Clotted Blood (Metode Zimmer dan Hargraves) www.themegallery.com 6
7. Metode Menggunakan Defibrinated Blood 1 3 2 Darah vena10 ml dimasukkan dalamErlenmeyer yang berisi glass beads. Digoyang dengangerakan memutar selama 5 menit atausampai tidakterdengar suara gelas lagi, untukmendapatkan defribinated blood. Kemudian dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 3 - 4 jam Lapisan buffy coat diambil dengan pipet Pasteur dan dibuat sediaan hapus, dipulas dengan pewarnaan Romanowsky Darah dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe, disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit www.themegallery.com 7
8. Metode Menggunakan Darah Heparin Darah vena 10 ml dimasukkandalamtabungberisi heparin 60 unit danglass beads 3 mm sebanyak 10 buah. Tabungdibolak-balikkansupayadarahdan heparin tercampur Darah diinkubasi pada suhu kamar 30 menit dan diletakkan pada rotator selama 30 menit Metode Menggunakan Darah Heparin Dibiarkan lagi selama 30 menit.Kemudian disentrifus pada kecepatan 1500 rpm selama 5 menit Plasmanya dibuang dan lapisan buffy coat diambil dengan menggunakan pipet Pasteur, dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe Disentrifus pada kecepatan 1500 rpm selama 5 menit Lapisan buffy coat diambil dan dibuat sediaan hapus dan dipulas www.themegallery.com 8
9. Metode Menggunakan Clotted Blood Darah vena 10 ml dibiarkan beku pada suhu kamar kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 jam Bekuan darah diambil dan ditempatkan di atas saringan yang terbuat dari kawat. Serum dan sel yang keluar dari saringan dimasukkan dalam tabung Metode Menggunakan Clotted Blood Disentrifus pada kecepatan 2000 rpm selama 5 menit Diambil 1 ml lapisan yang teratas dari sel, dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe dan disentrifus lagi pada kecepatan 2000 rpm selama 5 menit untuk mendapatkan lapisan buffy coat Dibuat sediaan hapus dari buffy coat dan dipulas dengan pewarnaan Romanowsky www.themegallery.com 9
10. Metode Mereaksikan Serum Pasien dengan Lekosit Orang Normal (1) Serum : darah vena10 ml dibiarkan beku pada suhu kamar, kemudian disimpan pada suhu -20°C sampai digunakan. 1 2 Normal Leucocyte Suspension : darah golongan O, jumlah 5 ml dimasukkan dalam tabung yana berisi heparin 1 ml.Disentrifus pada kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. Setengah bagian bawah dari sel dibuang dengan memakai pipet Pasteur,sisanya dicampur dan dibiarkan mengendap pada suhu 37°C sampai didapat 1 – 2 ml plasma.Supernatan plasma ini disentrifus pada kecepatan 1000 rpm dan dicuci 3 kali dengan normal salin. Kemudian salin dibuang dan suspensi lekosit ditampung (0,5 ml) www.themegallery.com 10
11. Metode Mereaksikan Serum Pasien dengan Lekosit Orang Normal (2) Campur 1 volume serum dan 1 volume suspensi dan diinkubasi 37°C selama 3 – 4 jam 3 Disentrifus pada 1000 rpm selama 5 menit, lapisan buffy coat dibuat sediaan hapus dan dipulas dengan pewarnaan Romanowsky 4 www.themegallery.com 11
12. Metode Mereaksikan Serum Pasien dengan Lekositnya Sendiri(1) 1 Persiapan spesimen dan merusak dinding lekosit a. Darah vena 10 ml diletakkan pada waterbath dengan suhu 37°C selama 1 – 2 jam sampai terjadi bekuan. Kemudian bekuan dengan kawat saringan diletakkan pada mortir dan dihaluskan dengan alat penumbuk b. Darah heparin 5 ml dalam tabung 15 ml yang berisi glass bead, disentrifus pada kecepatan 50 rpm selama 30 menit pada suhu 37°C. Kemudian diletakkan pada suhu 37°C selama 15 menit www.themegallery.com 12
13. Metode Mereaksikan Serum Pasien dengan Lekositnya Sendiri (Lanjutan...) Spesimen darah dipindahkan ke beberapa tabung Wintrobe dengan pipet Pasteur, disentrifus pada kecepatan 2500 rpm selama 20 menit. Serum yang hemolisis dipindahkan, buffy coat disimpan 2 3 4 Diperiksa dengan mikroskop pada pembesaran 1000x Bagian buffy coat dipindahkan dengan pipet Pasteur yang bersih, diteteskan ke 3 slide mikroskop, dibuat hapusan dan dipulas dengan pengecatan Leishman atau Wright www.themegallery.com 13
14. Metode di RSU Dr. Soetomo(1) Darah vena 5 ml dibiarkanbekupadasuhuruangan 1 – 2 jam Serum dibuang dan bekuannya dihaluskan dalam mortir. Setelah halus, diambil dengan pipet kapiler Metode di RSU Dr. Soetomo Dibiarkanselama 10 – 15 menit agar terjadifagositosis Kemudian disentrifus pada kecepatan 2000 rpm selama 5 menit Lapisanbuffy coatdiambildandibuathapusan Pewarnaan dengan giemsa selama 3 – 4 menit. Dibilas air dan dilihat dengan mikroskop dengan pembesaran 1000x www.themegallery.com 14
15. Metode di RSU Dr. Soetomo(2) Syarat pembacaan : 1 Dibuat 3 buah hapusan buffy coat Diperiksa dengan mikroskop pembesaran 1000x selama minimal 10 menit 2 www.themegallery.com 15
16. INTERPRETASI Positif Negatif False negatif False positif rheumatoid arthritis, anemia hemolitik, interaksi obat (penisilin, hidralazin, obat antikonvulsi, metildopa) didapatkan kurang dari 2 sel LE didapatkan minimal 2 sel LE pemakaian adenokortiko-steroid, severe leucopenia, remisi spontan www.themegallery.com 16
19. PENUTUP Di daerah penggunaan pemeriksaan sel LE masih dipertimbangkan, meski dari penderita SLE yang diperiksa hanya 75% yang ditemukan sel LE-nya, karena relatif lebih murah dibanding pemeriksaan ANA www.themegallery.com 19
21. KEPUSTAKAAN Brown, Barbara A. Hematology : Principles and Procedures. 3rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger, 1980, pp. 184 - 187 Dacie, S.J.V. et al. Practical Haematology. 7th ed. Singapore : Churchill-Livingstone, Medical Division of Longman Group UK Ltd, 1991, pp. 530 – 532 Dacie, S.J.V. et al. Practical Haematology. 8th ed. Singapore : Churchill-Livingstone, Medical Division of Longman Group UK Ltd,1998, pp. 569 – 571 Harrison. Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam. 13th ed. Volume 4. Jakarta : EGC, 2000, pp. 1834 – 1839 Mukherjee, Kanai L. Medical Laboratory Technology. 1st ed. Volume I,New Delhi : Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Limited, 1988, pp. 337 – 341 Seiverd, Charles E. Hematology for Medical Technology. 5th ed. Philadelphia : Lea & Febiger, 1983, pp. 522 – 527 Simmons, Arthur. Technical Hematology. 3rd ed. Philadelphia : J.B. Lippincott Company, 1980, pp. 126 – 129, 145 SimposiumNasional I Systemic Lupus ErythematosusdanPembentukanPerhimpunan SLE Indonesia. Jakarta, 1995 21
24. Pewarnaan Giemsa Komposisi : Bubuk warna Giemsa 0,75 g Methanol 65 ml Glycerol 35 ml Buffer : KH2PO4 6,63 g Na2HPO4 3,20 g Aquades ad 1000 ml Panaskan 50° /15 menit lalu saring Sebagai stok cat Giemsa Larutan cat Giemsa kerja: Encerkan dengan buffer dengan perbandingan 1 : 4-5 24
26. Pewarnaan Wright Komposisi : Eosin & Methylene blue dg pelarut methanol Buffer : KH2PO4 6,63 g Na2HPO4 3,20 g Aquades ad 1000 ml 26
27. Tehnik Pengecatan Wright Hapusandarahkeringdifiksasidenganmeneteskan cat wrightmenutupi rata hapusandarah, selama 2 menit Meneteskanlarutan buffer samaatau 1,5 kalinya. Tiupsampaitimbulwarnametalikdantunggusampai 20 menit Cucihapusandengan air, sampaiseluruhlapisan cat tercuci Keringkandanlihatdenganpembesaran 1000 x 27
28. Pewarnaan Leishman Komposisi : Bubuk warna Leishman 0,2 g Methanol 100 ml Buffer : Disodium hydrogen phosphate 3,76 g (Na2HPO4-2H2O) Potassium dihydrogen phosphate anhydrous (KH2PO4) 2,10 g Aquades ad 1000 ml Bilas botol bersih dengan metanol tambah beberapa glass beads, tambahkan bubuk warna dan metanol ,kocok agar larut. 28
30. Kriteria ARA (American Rheumatology Association) 1982 Ruamkupu-kupu Lupus diskoid Fotosensitivitas Ulkusronggamulut Artritis Serositis a. Pleuritis : terdengar “gesekan” olehdokteratauefusipleura atau b. Perikarditis : tampakpada EKG atau “gesekan” atauadanyaefusi pericardial KelainanGinjal a. Proteinuriapersisten > 0,5 g/dl per hari 30
31. Kriteria ARA (2) 7. b. Silinderselular; mungkinseldarahmerah, hemoglobin, granular tubular ataucampuran Kelainanneurologis a. Seizures (serangantiba-tiba); tanparangsanganobatataukekacauanmetaboliktertentu b. Psikosistanparangsanganobat Kelainanhematologis a. Anemiahemolitik; denganretikulosis, atau b. Lekopenia : 4.000 sel/µL padaduaataulebihpemeriksaan, atau c. Limfopenia : 1.500 sel/µL padaduaataulebihpemeriksaan, atau d.Trombositopenia : 100.000 /µL tanpaadanyagangguanobat 31
32. Kriteria ARA (3) Kelainanimunologis a. Sel LE positifpadasediaan, atau b. Anti DNA : adanyaantiboditerhadap DNA asli dengantiter abnormal, atau c.Anti-SM : adanyaantiboditerhadap antigen- nuklear-SM (Smooth Muscle) d.STS (Serologis test for syphilis) positifpalsu paling sedikit 6 bulantesTPI (TreponemaPallidumImmobilization) atau FTA (Fluorescence TreponemalAntibody). 11. Antibodi-antinuklear : suatutiterabnormal antibodi- antinukleardengancaraimunofluoresen 32
34. DETEKSI ANA Beberapa otoantibodi dapat merupakan suatu petanda (marker) pada penyakit tertentu, seperti anti ds-DNA, anti-SM, anti PCNA untuk SLE Anti Sc 170 dan anti centromer (ACA) untuk Sklerosis Sistemik 34
35. Substrat antigen : sel kultur HEp2(human carcinoma larynx) Bahan : serum, pengenceran 1:25 / 1:40 Tehnik : IMUNOFLUORESEN yang memberi fluoresensi khas (memakai mikroskop fluoresen) 1. Fluoresensi Nuklear : 5 pola Cenderung pada penyakit : (tidak spesifik) 1.1 Homogen SLE 1.2 Speckled UCTD, PSS, SLE 35
36. 1.3 Rim SLE 1.4 Nucleolar PSS, SLE 1.5 Centromere CREST 2. Fluoresensi Cytoplasmic : dijumpai pada penyakit : 2.1 Fine Speckled (JO-1) SLE 2.2 Ribosomal-p UCTD, PSS, SLE 36
38. Spektrum penyakit autoimun Non organ spesifik Sjogrens syndrome Rheumatoid arthritis Dermatomyositis Scleroderma Mixed connective tissue disease Discoid lupus erythematosus Systemic lupus erythematosus (SLE) 38
39. Pembentukan sel LE menurut Dacie (1993) Lekosit ——> Diberikan trauma : -mekanis - kimiawi Kerusakan membran sel lekosit Inkubasi : inti sel lekosit kontak dengan faktor LE yang ada dalam serum (gama globulin) Depolimerisasi inti, struktur kromatis hilang, massa homogen komplemen Difagosit netrofil yang aktif Sel LE 39
40. Prinsip Pemeriksaan Serum pasien ---->gamma globulin yang secara langsung menuju ke inti lekosit. Inti sesudah bereaksi dengan faktor LE---->badan LE dengan ciri-ciri : bulat, homogen, inti yang terbentuk yang menarik netrofil dan ditelan oleh satu netrofil disebut sel LE. Sel LE mengambil pewarnaan dan dapat dikenali di bawah mikroskop ketika membuat hapusan buffy coat Memerlukan lekosit yang mengalami trauma. Sel LE sering hampir sama dengan Tart Cell ---->monosit memfagosit sel lain biasanya lekosit atau sel nukleus yang lain. 40
41. Sensitivitas Diagnostik = TP x100% TP+FN Jumlah penderita yang memberikan hasil positif dari semua penderita yang diperiksa dengan dugaan menderita penyakit tsb Spesifisitas Diagnostik = TN x 100% TN+FP Jumlah penderita yang memberikan hasil negatif dari semua penderita yang diperiksa dengan dugaan tidak menderita penyakit tsb 41
42. Nilai Ramal Positif = TP x 100% (~ Sp) TP+FP Jumlah penderita dengan hasil benar2 positif dari semua penderita yang memberi hasil positif Nilai Ramal Negatif = TN x 100% (~ Sn) TN+FN Jumlah penderita dengan hasil yang benar2 negatif dari semua penderita yang memberi hasil negatif 42