Generasi tua cenderung kesulitan menyerap informasi baru dari media sosial sehingga mudah percaya berita hoaks, seperti yang terjadi pada seorang kakek yang meminum minyak kayu putih untuk mengobati batuknya akibat berita di WhatsApp tanpa konfirmasi, menimbulkan konflik dengan anaknya.
1. Dampak Rendahnya Literasi Penggunaan Media Sosial Pada Generasi Baby Boomer
Aurelia Minar Fedora P, Nauval Syahriza Faqih, Regita Wyartiningtyaz, Novalia Agung W.
Ardhoyo
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Profesor Dr.Moestopo (Beragama)
Email Korespondesi : pandeiirot1404@gmail.com
ABSTRAK
Manusia adalah mahluk hidup yang tidak bisa lepas dari pengaruh mahluk hidup lain (manusia
lain). Internet adalah salah satu contoh bahwa kemajuan zaman telah terjadi. Internet membuat
segala sesuatu menjadi lebih cepat, namun tidak semua orang dapat menggunakan kemajuan
tersebut dengan baik. Perbedaan generasi menjadi salah satu faktor utama perbedaan literasi
digital. Begitu banyak informasi dapat kita peroleh melalu berbagai sosial media, hoaks adalah
hal yang tidak dapat kita hindari. Perbedaan usia mempengaruhi daya literasi serta daya serap
untuk mengolah informasi baru. Rata-rata orang yang sudah memasuki usia tua dan masuk ke
dalam generasi tua terbilang sulit untuk menyerap informasibaru. Tidak heran bila mereka
mudah mempercayai sesuatu atau mempercayai berita hoaks. Karena itu penelitian ini kami
lakukan untuk mendeskripsikan dampak rendahnya literasi penggunaan sosial media pada
generasi baby boomer. Peneliti menggunakan model teori Lasswell sebagai metode penelitian.
Peneliti juga menggunakan metode yang memfokuskan pengamatan yang dalam, yaitu
pendekatan kualitatif. Peneliti atau penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif guna
mendeskripsikan kejadian yang terjadi dan digambarkan sesuai dengan kejadian yang
sebenarnya. Hasil penelitian menyebutkan perbedaan usia membedakan reaksi manusia
tehadap perubahan. Generasi baby boomer memiliki literasi penggunaan sosial media yang
cukup rendah.
Kata Kunci : Internet, Literasi Digital, Baby Boomer, Hoaks
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk hidup. Mahluk hidup yang tidak bisa lepas dari pengaruh
mahluk hidup lain (manusia lain). Karena itu manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, yaitu
mahluk yang hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Begini beberapa
ahli menyebutkan pengertian bahwa manusia adalah mahluk sosial. Menurut Aristoteles (384-
322 SM) yang merupakan ahli filsafat Yunani kuno menyatakan, manusia itu zoon politicon
2. artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam
masyarakat. Karena sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusiadisebut sebagai
makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosi al adalah manusia yang antiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya). Manusia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan
dirinya sendiri (Hernanto, 2012). Manusia pasti akan membutuhkan manusia lain untuk
merealisasikan potensi dirinya. Sebab manusia harus memenuhi kebutuhan hidup untuk
bertahan hidup.
Adam Smith menyebut istilah makhluk sosial dengan Homo Homini Socius, yang
berarti manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya. Bahkan Adam Smith menyebut manusia
sebagai makhluk ekonomi “homo economicus” makhluk yang cenderung tidak pernah merasa
puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus menerus dalam memenuhi
kebutuhannya (https://id.wikipedia.org/wiki/Zoon_Politikon, 2022). Paul Ernes dan Enda
M.C menyebut mahluk sosial merupakan Hubungan individu dalam sebuahkelompok atau
komunitas dan bagaimana cara mereka menjalin hubungan antar sesama manusia dalam
berbagai kegiatan bersama dan hubungan ini adalah inti dari interaksi di antara mereka di
lingkungan masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola-pola tertentu. Karena sosial
merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam berbagai kegiatan, maka seiring
dengan perkembangan budaya, sifat sosial juga mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang disepakati bersama
oleh suatu kumpulan manusia (Santoso, 2018).
Menurut Koentjarainingrat (1979), dalam kehidupan masyarakat, banyak terdapat
pranata-pranata sosial. Keanekaragaman pranata-pranata sosial tersebut berbeda-beda antara
orang satu dengan yang lainnya dalam sebuah kelompok. Menurut beliau, ada delapan macam
pranata sosial, yaitu sebagai berikut: Pertama, Pranata sosial yang bertujuan memenuhi
kebutuhan kehidupan kekerabatan. Kedua, Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia untuk mata pencaharian. Ketiga, Pranata sosial yang bertujuanmemenuhi kebutuhan
pendidikan, seperti lembaga-lembaga pendidikan. Keempat, Pranata sosial yang bertujuan
memenuhi kebutuhan ilmiah manusia. Kelima, Pranata sosial yang bertujuan memenuhi
kebutuhan rohani-batiniah dalam menyatakan rasa keindahan dan rekreasi. Keenam, Pranata
sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau
alam ghaib. Ketujuh, Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan untuk mengatur
kehidupan berkelompok-kelompok atau bernegara. Delapan, Pranata sosial yang bertujuan
mengurus kebutuhan jasmani manusia (Santoso, 2018).
3. Manusia memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sekarang zaman
sudah maju. Salah satu contoh bahwa zaman sudah maju ialah adanya internet. Internet
membuat manusia dapat memenuhi kebutuhannya dengan lebih cepat. Tetapi, tidak semua
orang dapat mengakses internet dengan baik. Perbedaan generasi menjadi salah satu faktor
utama perbedaan literasi digital. Pengguna internet yang lahir di tahun 1940-an hanya
menggunakan media koran, televisi, WhatsApp, dan Facebook. Berbeda dengan yang kelahiran
tahun 1960-an yang mulai menggunakan Twitter. Sementara generasi selanjutnya bertambah
menggunakan YouTube dan Instagram. Generasi kelahiran 1995 merambah ke TikTok yang
sedang hits serta menggunakan Line sebagai aplikasi chatting dengan alasan stikernya lebih
menarik. Begitu juga generasi kelahiran tahun 2011 hingga kini yang bahkan tidak
menggunakan WhatsApp untuk sehari-hari kecuali keperluan tugas sekolah atau kampus
(Venue, 2021).
Penduduk Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbanyak. Bahkan
Indonesia masuk kedalam 10 besar pengguna internet terbanyak didunia. Kominfo atau
Kementrian Komunikasi dan Informatika mengungkapkan bahwa Indonesia menempati
pengguna internet terbanyak ke-8 di dunia. Direktorat Jendral Aplikasi Informatika (Aptika)
Kementrian Komunikasi dan Informatika menyebutkan pengguna internet di Indonesia telah
mencapai 82 juta orang (BRS, 2014).
Dalam penyerapan informasi melalui berbagai sosial media, yang tidak dapat kita
hindari adalah hoaks. Hoaks adalah sebuah informasi yang tidak memiliki kebenaran. Hoaks
tersebar diseluruh dunia maya. Media sosial sebagai sumber nomor satu pemberitaan tidak
tervalidasi atau hoaks.
Orang-orang tidak bertanggung jawab atas apa yang diunggahnya di dunia maya
menggunakan semua sosial media yang ada di internet. Membuat orang-orang tidak bersalah
mempercayai hal tidak benar tersebut. Menurut Survey yang diadakan oleh Mastel pada tahun
2019, sosial media yang paling sering digunakan untuk menyebarkan hoaks, diantaranya,
Facebook, Twitter, dan Instagram meraih posisi pertama sebagai media sosial yang paling
sering dipakai atau paling sukar untuk menyebar hoaks. Di posisi kedua ada Whatsapp, Line,
dan Telegram. Dan diposisi ketiga ada website sebagai penyebar berita tidakbervalidasi atau
hoax (MASTEL.ID, 2019).
Manusia adalah mahluk sosial. Manusia selalu membutuhkan manusia lain untuk
bertahan hidup. Kekurangan literasi serta penyerapan informasi dapat membuat manusia buta
4. arah dan mudah ditipu. Seiring perkembangannya teknologi, tentu saja banyak hal yang harus
diperhatikan. Salah satunya bagaimana pengguna menyerap informasi tersebut. Perbedaan usia
mempengaruhi daya literasi serta daya serap untuk mengolah informasi baru. Generasi muda
menganggap, generasi tua sebagai mahluk konservatif. Rata-rata orang yang sudah memasuki
usia tua dan masuk ke dalam generasi tua terbilang sulit untuk menyerap informasibaru. Tidak
heran bila mereka mudah mempercayai sesuatu atau mempercayai berita hoaks. Pemberitaan
hoaks ini dapat menimbulkan konflik antar generasi.
Salah satu contoh konflik dapat kita lihat pada sebuah keluarga yang telah kami
observasi, kejadian ini terjadi disaat pandemic virus Covid-19. Kejadian ini terjadi dirumah
keluarga tersebut, karena itu setiap hari mereka harus bertemu karena adanya Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang diberlakukan oleh pemerintah. Berada di dalam rumah
yang sama dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rasa stress bagi semua orang.
Ditambah lagi dengan beredarnya virus yang menakutkan, dapat membuat orang cemas. Hal
ini dirasakan bagi semua orang namun telebih lagi para lansia. Generasi kakek nenek kita yang
sangat rentan akan virus tersebut, membuat mereka ingin tahu lebih banyak tentang virus dan
cara mencegah atau menyembuhkannya. Karena minimnya pengetahuan soal sosial media,
seorang kakek A menjadi korban hoaks yang beredar. Hoaks tersebut beredar pada group
whatsapp yang isinya penuh dengan lansia. Artikel yang dikirimkan mengatakan bahwa
minyak kayu putih jika diminum dapat menyembuhkan batuk akibat terpapar virus Covid-19,
dengan mencantumkan nama seorang dokter sebagai penjamin informasi tersebut. Kakek
tersebut yang menderita batuk akibat terpapar virus Covid-19 langsung mencobanya. Pertama
kali ia meminum minyak kayu putih, sang anak dari kakek melihat aksi tersebut. Disaat sang
anak melarang kakek untuk meminum minyak kayu putih, kakek membantahnya. Kakek yang
sudah dilarang meminum minyak kayu putih sembarangan, tidak berhenti meminumnya,
melainkan meminum minyak kayu putih secara diam diam. Disitulah konflik terjadi antara
kakek dan anaknya. Karena adanya orang orang yang tidak bertanggung jawab menyebarkan
informasi yang tidak benar, dapat menyebabkan perseteruan antara manusia.
Atas dasar uraian permasalahan diatas tujuan dari penelitian ini untuk memaparkan
unsur-unsur perbedaan antar generasi. Mendeskripsikan pengaruh perbedaan usia terhadap
penyerapan informasi dari sosial media. Dan menjabarkan hambatan yang dialami antar
individu yang berinteraksi.
5. METODOLOGI PENELITIAN
Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktif. Disebut
konstruktif dikarenakan fenomena yang diteliti adalah dampak rendahnya literasi penggunaan
media sosial pada generasi baby boomer. Metode penelitian secara umum sebagai suatu
kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap dimulai dari penentuan topik, pengumpulan
data dan menganalisis data, sehingga nantinya diperoleh suatu pemahaman dan pengertian atas
topik, gejala atau isu tertentu (Mulyana, 2018). Peneliti menggunakan metode yang
memfokuskan pengamatan yang dalam, yaitu pendekatan kualitatif. Peneliti atau penulis
menggunakan jenis penelitian deskriptif guna mendeskripsikan kejadian yang terjadi dan
digambarkan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan sumber data dengan wawancara, observasi, dan daftar kepustakaan. Wawancara
kepada objek A dan objek B dalam mengobservasi konflik tentang rendahnya literasi
penggunaan media sosial sebagai sumber informasi. Daftar kepustakaan merupakan
pengumpulan data dari berbagai sumber kebukuan. Dapat berupa artikel, jurnal, buku, dan lain-
lain. Dalam penulisan makalah ini, peneliti menggunakan artikel, e-book, dan jurnal sebagai
sumber kepustakaan.
ANALISIS PEMBAHASAN
Dalam penelitian kali ini, peneliti melakukakan penelitian pada sebuah keluarga. Yang
dimana terjadi konflik sosial yang disebabkan oleh berita miring atau hoaks. Peneliti
melakukan wawancara dan observasi kepada kakek dan anak sebagai objek penelitian. Peneliti
menggunakan model Lasswell sebagai penunjuk proses komunikasi yang terjadi antara
komunikan dan komunikator.
PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Mayarakat yang diperintahi oleh
pemerintah guna mengurangi pertumbuhan pasien covid-19, yang pada saat itu banyak sekali
orang – orang yang terpapar covid-19. Keadaan itu tentu saja membuat aktivitas diluar
berkurang, menjadi lebih banyak dilakukan didalam rumah yang terletak di Jakarta Selatan,
jalan Bendi. Lansia seperti kakek yang merupakan komunikator dalam kasus penelitian ini,
beliau sedang terpapar covid-19 tersebut dengan gejala batuk. Beliau mendapatkan pesan
melalui media sosial, yaitu Whatsapp. Pesan whatsapp ini berisi artikel hoaks yang dibuat oleh
orang yang tidak bertanggung jawab itu menyebutkan bahwa jika meminum minyak
6. kayu putih, maka akan sembuh dari batuk yang merupakan gejala covid-19. Kala itu, anaknya
yaitu melihat Kakek yang merupakan ayahnya akan meminum minyak kayu putih sebagai
penawar batuk dari gejala covid-19. Sang anak segera mencegah Kakek yang akan meminum
minyak kayu putih tersebut. Namun kakek bersikeras bahwa beliau membacanya pada artikel
yang beliau katakan sudah sesuai atau sudah dijamin oleh dokter yang dicantumkan pada artikel
tersebut. Kerendahan literasi sang kakek, membuat kakek tetap terus meminum minyak kayu
putih tanpa sepengetahuan sang anak. Kakek juga menambahkan bahwa saat itukondisi covid-
19 tahun 2020 lalu begitu kacau. Tingginya angka pasien terpapar dan angka kematian oleh
covid-19, membuat kakek panik. Beliau menggunakan segala cara untuk bisa sembuh, namun
kakek tidak menelaah informasi dengan baik. Beliau percaya akan kutipan yang dikatakan
sebagai dokter untuk minum minyak kayu putih sebagai penawar untuk gejalacovid-19.
Dalam konflik ini terdapat model lasswell yang mempunyai unsur Who, merujuk pada
komunikator atau sumber yang mengirimkan pesan. (Says) What, merujuk pada isi pesan. (In
Which) Channel, merujuk pada media atau saluran yang digunakan untuk mengirimkan pesan.
(To) Whom, merujuk pada penerima pesan. (With What) Effects, merujuk pada efek media
yang ditimbulkan (Ambar, 2017). Berikut Penerapan model lasswel pada konflik yang diangkat
oleh peneliti.
Dalam wawancara tersebut terjadi pesan verbal, yaitu yang berupa pesan yang ditulis
pada aplikasi sosial media whatsapp. Pesan tidak diterima secara langsung melainkan melalui
forward message, yaitu pesan yang dibagikan. Pesan tersebut sudah dibagikan kebanyak orang,
termasuk Kakek. Dibagikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Lalu percakapan antara
anak dan kakek, anak yang mencegah kakek untuk meminum minyak kayuputih karena itu
belum diakui kesahannya oleh dokter sebenarnya. Sang anak meyakinkan Kakek bahwa itu
hoaks. Namun Kakek membantah marah dan tetap meminumnya secara diam-diam. Yang
kakek lihat pada artikel tersebut merupakan berita hoaks. Dalam maksud pesan non verbal yang
mengartikan pesan dapat tersampaikan pada mimik, ekspresi tanpa adanya kata-kata yang
terlibat. Ekspresi yang didapati oleh komunikator, yaitu ekspresi bingung dan marah. Pada
komunikan, sang anak juga marah pada saat itu mendengar atau melihat kakek. Maka
komunikan (anak) bertindak untuk mencegah kakek dengan melarang untuk meminum minyak
kayu putih.
Dalam elemen yang dikemukakan Laswell, terdapat elemen channel. Elemen channel
disini menjelaskan melalui media apa informasi tersebut didapat atau diberikan. Kasus yang
digarap oleh peneliti pesan yang disampaikan melalui aplikasi media sosial whatsapp, lalu
7. diteruskan kepada komunikan, yaitu sang anak sebab sudah ketahuan dalam meminum minyak
kayu putih yang kala itu marak pemberitaan cara kesembuhan covid-19 padahal hal itu
pemberitaan hoaks. Kakek yang kala itu terpapar covid-19 tidak menelaah informasi yang
didapat dengan sebenar-benarnya. Kakek percaya akan informasi yang didapatinya di aplikasi
media sosial whatsapp.
8. Kakek sudah diberitahu anaknya bahwa itu pemberitaan hoaks, tetapi kakek tetap teguh
pada pendiriannya untuk meminum minyak kayu putih yang dipercaya dapat menyembuhkan
gejala batuk covid-19. Sang anak tahu bahwa itu adalah pemberitaan kebohongan atau koaks.
Ia berpikir setelah dirinya melarang kakek untuk meminum minyak kayu putih, kakek tidak
akan meminumnya. Dalam hal ini, dapat kita lihat nilai yang dilihat oleh pelaku komunikasi.
Dikutip dari pinhome.id nilai menurut Simanjuntak merupakan ide- ide masyarakat tentang
sesuatu yang baik dan sesuatu yang dianggap buruk. Keadaan ini bisa disebabkan dari adanya
faktor kebiasaan dalam masyarakat yang mana selalu dijalankan setiap harinya. (Fahmy,
2022). Dalam kasus ini, kakek menilai apa yang baik bagi dirinya tanpa menelaah dengan benar
informasi tersebut. Lalu sang anak melarang kakek, karena sang anak menilai infromasi itu,
informasi yang buruk atau informasi hoaks. Temtu sebagai mahluk sosial, bisa menentukan
baik atau buruknya informasi. Dalam hal ini terdapat norma yang harus dipahami dan diikuti.
Menurut Utrecht norma adalah kumpulan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib pada
masyakat. Aturan tersebut harus diaati, jika melanggar maka akan mendapat sanksi.
Pemberitaan yang didapat kakek, dapat terkena pasal Pada pasal 45A ayat (1) UU ITE
disebutkan, setiap orang yang sengaja menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik bisa dikenakan pidana penjara
paling lama enam tahun dan/atau denda maksimal Rp 1 miliar. (Adam005, 2020). Akan hal itu,
sebagai manusia yang berakal perlu literasi yang mendalam dalam menerima informasi.
Manusia harus memahami value atau nilai baik buruknya suatu informasi. Penyebaran berita
bohong tersebut dapat melanggar norma yang berdampak sanksihukum. Maka pengertian etika
menurut Sr. James. J adalah suatu prilaku atau tingkah laku dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan moralitas. Didefinisikan W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas
dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau
buruk. (Lararenjana, 2022). Sebagai manusia, tiap individu mempunyai atau mampu
mengambil keputusan. Kakek mengambil keputusan bahwadirinya menyerap infromasi dengan
mentah tanpa ditelaah lebih dalam. Literasi yang dilakukan kakek pun kurang. Jadi kakek tidak
dapat benar-benar memahami yang seharusnya baik atau benar dari informasi tersebut.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa usia menjadi faktor utama
perbedaan antar generasi. Perbedaan usia membedakan reaksi manusia tehadap perubahan.
Dapat kita lihat dari konflik diatas generasi baby boomer memiliki literasi penggunaan sosial
9. media yang cukup rendah. Berbeda dengan generasi sang anak yang tumbuh di era kemajuan
teknologi, memiliki literasi penggunaan sosial media yang lebih baik. Perbedaan usia
berpengaruh dalam penyerapan informasi dari sosial media. Seorang kakek dapat mempercayai
berita hoaks lebih mudah daripada anaknya. Kurangnya pengetahuan kakek terhadap sosial
media dapat menimbukan konflik serta membahayakan dirinya. Dalam hal ini kita sebagai
generasi yang lebih muda dan melek terhadap teknologi, harus lebih memperhatikan orang tua
disekitar kita. Agar kita dapat menghindari konflik dan juga menjaga orang disekitar kita.
10. Daftar Pustaka
18 Pengertian Etika Menurut Para Ahli. (2022, March 10). Retrieved November 10, 2022,
from Sastrawacana.id: https://www.sastrawacana.id/2022/03/pengertian-etika-
menurut-para-ahli.html
18 Pengertian Menurut Para Ahli. (2022, March 10). Retrieved November 22, 2022, from
Sastrawacana.id: https://www.sastrawacana.id/2022/03/pengertian-etika-menurut-
para-ahli.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Zoon_Politikon. (2022, September 27). Retrieved from
https://id.wikipedia.org/: https://id.wikipedia.org/wiki/Zoon_Politikon
Adam005. (2020, April 4). Kominfo: Penyebar Hoaks COVID-19 Diancam Sanksi Kurungan
dan Denda 1 Miliar. Retrieved November 21, 2022, from Kominfo:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/25923/kominfo-penyebar-hoaks-covid-19-
diancam-sanksi-kurungan-dan-denda-1-miliar/0/virus_corona
BRS. (2014, Mei 08). Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta. Retrieved from
https://www.kominfo.go.id/:
https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo%3A+Penggu
na+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker
Fahmy, I. A. (2022, September 29). 11 Pengertian Nilai menurut Para Ahli dan Contohnya.
Retrieved November 21, 2022, from pinhome.id:
https://www.pinhome.id/blog/pengertian-nilai-menurut-para-ahli/
Hernanto, W. (2012). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ilmu Sosial Budaya Dasar, 44.
Lararenjana, E. (2022, Juli 23). Moralitas Adalah Nilai yang Berhubungan dengan Baik dan
Buruk, Ini Penjelasannya. Retrieved November 22, 2022, from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/jatim/moralitas-adalah-nilai-yang-berhubungan-dengan-
baik-dan-buruk-ini-penjelasannya-kln.html
MASTEL.ID. (2019, April 10). Retrieved from https://onedrive.live.com/:
https://onedrive.live.com/View.aspx?resid=3C8D8931E75FEF99!967&wdEmbedFS=
1&authkey=!APWIz3aS9RHn0vk
Santoso, B. (2018, Juli 28). Esensi Manusia Sebagai Makhluk.
Venue. (2021, Juni 28). Perbedaan Generasi Menghasilkan Perilaku Berbeda di Media Sosial.
Retrieved from https://venuemagz.com/: https://venuemagz.com/literasi-
digital/perbedaan-generasi-menghasilkan-perilaku-berbeda-di-media-sosial/
Ambar. (2017, Juni 3). model-komunikasi-lasswell. Retrieved from
https://pakarkomunikasi.com/: https://pakarkomunikasi.com/model-komunikasi-lasswell
Mulyana. (2018). ,Metodologi Penelitian Kualitatif,Edisi Revisi. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.