Hi semua, terima kasih sudah berkunjung kesini 😆 Semua file yang diupload adalah materi perkuliahan. Nah... materi ini dari dosen yang dikhususkan untuk teman-teman kelas #manabeve 💚
Biar gampang diakses, yah masukin sini aja kan😆 Sekalian membantu kalian yang mungkin butuh beberapa konten dalam file-file ini.
Jangan lupa di like yah 💙 Kalau mau dishare atau didownload PLEASE MINTA IZIN dulu oke??
Biar ngga salah paham cuy😆
ASK FOR PERMISSION ▶ itsmeroses@mail.ru
Kalau kesulitan untuk mendownload FEEL FREE untuk email ke aku🔝🔝🔝🔝
[DISCLAIMER] Mohon banget kalau udah didownload. Kemuadian ingin dijadikan materi atau referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya. Terima kasih atas pengertiannya💖
------------------------------------------------------------
Materi details :
Pertemuan ke 15 . Kamis 11 Juni 2015
------------------------------------------------------------
MEET CLASS FELLAS💚
Instagram ▶ https://www.instagram.com/manabeve
Blog ▶ https://manabeve.blogspot.com
Email ▶ manabeve@gmail.com
------------------------------------------------------------
LET'S BECOME FRIENDS WITH ME💜
Instagram ▶ https://www.instagram.com/ameldiana3
Twitter ▶ https://www.twitter.com/amlediana3
Power point tentang " Animasi Stop Motion "Mozok Aboy
Power point ini berisikan tentang Animasi Stop motion
Disini membahas tentang:
1. pengertian
2. contoh
3. sejarah
4. macam-macam
5. alat dan bahan
6. cara membuat
7. video interaktif
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. by: Ghufranaka Aldrien
MUATAN LOKAL
MEMBUAT DOKUMENTASI VIDEO
Teknik Pengambilan Gambar
Kamera merupakan salah satu aspek penting dalam suatu pembuatan film,
fungsi kamera yaitu mengambil/merekam adegan-adegan yang diarahkan
oleh sang sutradara kemudian divisualisasikan oleh pemain-pemain yang
melakukan adegan-adegan. Kamera dioperasikan oleh kru film yang biasa
disebut kameramen, kameramen mengoperasikan kamera sesuai dengan
arahan sutradara. Untuk menjadi seorang kameramen harus mengetahui
jenis-jenis kamera, mengenal cara-cara atau teknik memegang kamera, teknik
pengambilan gambar, unsur-unsur dalam pengambilan gambar, dll.
Jenis kamera yang digunakan dalam film sangat beragam jenisnya, namun
secara garis besar kamera terbagi tiga yaitu :
1. Kamera foto (still photography)
Kamera foto menghasilkan gambar-gambar yang tidak bergerak ( still single
picture). Bahan baku penyimpanan gambar berasal dari pita selluloid,
sehingga setelah melakukan perekaman harus diproses lagi dengan
pemrosesan secara kimiawi. Contoh : kamera analog, kamera digital.
2. Kamera film (cinema photography)
Kamera film memiliki bahan yang sama dengan kamera foto namun hasil
yang didapat berbeda, kamera film menghasilkan gambar yang bergerak atau
biasa disebut still motion. Contoh : kamera 8 mm, 16 mm, 35 mm.
2. 3. Kamera video (video photography)
Untuk kamera vide sendiri memiliki persamaan dengan kamera film karena
menghasilkan gambar bergerak (still motion), namun yang membedakan yaitu
bahan bakunya yang berupa kaset video yang setelah pengambilan gambar
hasilnya dapat langsung dilihat karena terjadinya gambar secara optis dan
elektronis. Contoh : kamera Betacam, MiniDV, HDCam.
Teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi,
sehingga saat kita menonton suatu film tampak macam-macam sudut
pandang pengambilan gambar yang merupakan hal penting dalam film.
Penonton akan merasa jenuh apabila gambar yang disajikan terlihat monoton.
Adapun teknik-teknik yang ada dalam pengambilan gambar yaitu :
1. Sudut pengambilan gambar (Camera Angle)
a. Bird Eye View
3. Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu sehingga
memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain
yang tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya
menggunakan helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi
b. High Angle
Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti
ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.
c. Low Angle
Pengambilan gambar diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar
ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut
pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.
4. d. Eye Level
Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak
ada kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya
memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
e. Frog Level
Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat
objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.
2. Ukuran gambar (frame size)
a. Extreem Close-up (ECU)
5. Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian
tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek.
b. Big Close-up (BCU)
Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk
menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek.
c. Close-up (CU)
Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. Fungsi untuk
memberi gambaran jelas terhadap objek.
6. d. Medium Close-up (MCU)
Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya
untuk mepertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.
e. Mid Shoot (MS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya
memperlihatkan sosok objek secara jelas.
7. f. Knee Shoot (KS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama
dengan Mid Shot.
g. Full Shoot (FS)
Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki. Fungsinya
memperlihatkan objek beserta lingkungannya.
h. Long Shoot (LS)
Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya menunjukkan
objek dengan latar belakangnya.
8. i. Extreem Long Shoot (ELS)
Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan lingkungan si objek
secara utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa objek tersebut bagian dari
lingkungannya.
j. 1 Shoot
Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan
seseorang/benda dalam frame.
k. 2 Shoot
pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua
orang yang sedang berkomunikasi.
9. l. 3 shoot
pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan adegan tiga
orang sedang mengobrol.
m. Group Shoot
Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya memperlihatkan adegan
sekelompok orang dalam melakukan suatu aktifitas.
10. 3. Gerakan kamera (moving camera)
a. Zooming (In/Out)
Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun menjauhkan
objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan
kameramen hanya mengoperasikannya saja.
b. Panning (Left/Right)
Yang dimaksud dengan gerakkan panning yaitu kamera bergerak dari tengah
ke kanan atau dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya yang bergerak
tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang diinginkan.
c. Tilting (Up/Down)
Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih menggunakan
tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar yang didapat memuaskan dan
stabil.
11. d. Dolly (In/Out)
Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama dengan
gerakan Zooming namun pada dolly yang bergerak adalah tripod yang telah
diberi roda dengan cara mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur.
e. Follow
Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak
searah.
f. Framing (In/Out)
Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau
keluar (out) framming shot.
12. g. Fading (In/Out)
Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru
masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan jika
gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru
disebut fade out.
h. Crane Shoot.
Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin beroda
danbergerak sendiri bersama kameramen, baik mendekati maupun menjauhi
objek.
13. 4. Gerakan objek (moving object)
a. Kamera sejajar objek. Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek, baik ke
kiri maupun ke kanan.
b. Walking (In/Out) Objek bergerak mendekati (in) maupun menjauhi (out)
kamera.
Setelah mengetahui teknik-teknik dalam pengambilan gambar, ada beberapa
elemen penting yang harus ada di dalam gambar. Adapun elemen-elemen
tersebut yaitu :
a. Motivasi
b. Informasi
c. Komposisi
d. Suara
e. Sudut Kamera
f. Kontinuitas
Selain teknik-teknik maupun tata cara pengambilan gambar yang harus
dimiliki oleh seorang kameramen yaitu sense of art atau rasa seni, karena
gambar yang diambil oleh kameramen merupakan karya seni. Setiap orang
memungkinkan untuk menguasai teknik-teknik pengambilan gambar namun
apabila tidak memiliki rasa seni atau keindahan maka hasil yang didapatpun
kurang maksimal. Jadi rasa seni yang tinggi dapat dijadikan modal utama
untuk menjadi kameramen. Gali terus potensi diri, selamat berkarya, bangun
perfilman Indonesia menjadi lebih maju dan sukses.
14. Apa Itu Film Dokumenter
FILM DOKUMENTER
Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari „aktualitas‟—potongan
rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat
di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan
tanpa media perantara. Walaupun kadang menjadi bahan ramuan utama
dalam pembuatan dokumenter, unsur-unsur itu jarang menjadi bagian dari
keseluruhan film dokumenter itu sendiri, karena semua bahan tersebut harus
diatur, diolah kembali, dan ditata struktur penyajiannya. Terkadang, bahkan
dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh
para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran
shot (type of shot), pencahayaan, dan lain-lain, agar dapat mencapai hasil
akhir yang mereka inginkan.
John Grierson pertama-tama menemukan istilah „dokumenter‟ dalam suatu
pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia
mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual
tentang suatu kejadian tertentu. Dia sangat percaya bahwa “...sinema
bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat
dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda
pula.” Oleh karena itu, dokumenter pun termasuk di dalamnya sebagai suatu
metode publikasi sinematik yang, dalam istilah Grierson sendiri, disebut
„perlakuan kreatif atas keaktualitasan‟ (creative treatment of actuality). Karena
ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter
dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi
sebagai jenis „representasi lain‟ dari realitas itu sendiri.
Kebanyakan penonton film/ video dokumenter di layar kaca sudah begitu
terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang
selama ini palaing banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran
televisi. Sehingga, mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari
dokumenter tersebut. Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter
yang dipandu oleh suara (voice over) seorang penutur cerita (narator),
wawancara dari para pakar, saksi-mata atas suatu kejadian, rekaman
pendapat anggota masyarakat, Demikian pula dengan suasana tempat
kejadian yang terlihat nyata, potongan-potongan gambar kejadiannya
langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang ditemukan. Semua
unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam
perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik.
Ini penting ditekankan, karena --dalam berbagai hal-- bentuk dokumenter
sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni, seakan-akan
dokumenter cenderung menjadi bersifat „pemberitaan‟ (jurnalistik) dalam
15. dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan
pesatnya perkembangan film/ video dokumenter dalam bentuk pemberitaan,
ada kecenderungan kuat di kalangan para pembuat film dokumenter akhir-
akhir ini untuk mengarah kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik.
Dan, kini, perdebatannya berpindah pada segi estetik. Pengertian tentang
„kebenaran‟ dan „keaslian‟ suatu film dokumenter mulai dipertanyakan,
diputarbalikkan, dan diubah, mengacu pada pendekatan segi estetik film
dokumenter dan film-film non-fiksi lainnya.
Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam tentang
apa yang dia sebut sebagai „film non-fiksi‟. Daftar ini secara efektif
menunjukkan jenis-jenis film yang dipandang sebagai dokumenter, dan
dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama.
Kategori-kategori tersebut adalah:
* film faktual
* film etnografik
* film eksplorasi
* film propaganda
* cinéma-vérité
* direct cinema
* dokumenter
Pada dasarnya, Barsam menempatkan dokumenter sebagai suatu kategori
tersendiri, karena ia mengatakan bahwa peran si pembuat film dalam
menentukan interpretasi materi dalam jenis-jenis film tersebut jauh lebih khas.
Perkembangan dokumenter dan genre-nya saat ini sudah sangat pesat dan
beragam, tetapi ada beberapa unsur yang tetap dan penggunaannya; yakni
unsur-unsur visual dan verbal yang biasa digunakan dalam dokumenter.
Unsur Visual:
* Observasionalisme reaktif; pembuatan film dokumenter dengan bahan yang
sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan. Hal ini
berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah kamera atau
sutradara.
* Observasionalisme proaktif; pembuatan film dokumenter dengan memilih
materi film secara khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya oleh
pengarah kamera atau sutradara.
* Mode ilustratif; pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha
menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh narator
(yang direkam suaranya sebagai voice over).
* Mode asosiatif; pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha
menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai cara. Dengan
demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang ada pada informasi
harafiah dalam film itu, dapat terwakili.
16. Unsur Verbal:
* Overheard exchange; rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih
yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung.
* Kesaksian; rekaman pengamatan, pendapat atau informasi, yang
diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang
berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini merupakan tujuan utama
dari wawancara.
* Eksposisi; penggunaan voice over atau orang yang langsung berhadapan
dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton yang menerima
informasi dan argumen-argumennya.
Tekhnik Produksi Film
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film.
Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan,
dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat
perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai.
Mengembangkan naskah ke dalam program video siap pakai melalui tahapan-
tahapannya : Tahap Pra Produksi, Tahap Produksi, Tahap Pasca Produksi
Dalam produksi film sangat erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim atau
crue pelaksana pembuatan film dan deskripsi kerjanya masing-masing.
Adapun tim tersebut dapat terdiri atas :
1.Director, Bertugas memimpin dan mengarahkan keseluruhan proses
pembuatan film. (Sutradara)
2.Ide cerita, Pencetus atau pemilik ide cerita pada naskah film yang
diproduksi.
3.Script Writer, Bertugas menterjemahkan ide cerita ke dalam bahasa visual
gambar atau skenario.
4.Kameramen, Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera
saat shooting.
5.lighting, Bertugas mengatur pencahayan dalam produksi film.
6.Tata musik (music director), Bertugas membuat atau memilih musik yang
sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi film.
7.costume designer), Bertugas membuat atau memilih dan
8.Tata kostum, menyediakan kostum atau pakaian yang sesuai dengan
nuansa cerita dalam produksi film.
9.Make up Artist), Bertugas mengatur make up yang sesuai dengan nuansa
cerita dalam produksi film
10. sound effect (sound recorder), Bertugas membuat atau memilih atau
merekam suara dan efek suara yang sesuai dengan nuansa cerita
17. dalam produksi film. artistic director), Bertugas membuat dan
mengatur
11. Tata artistik ( latar dan setting yang sesuai dengan nuansa cerita dalam
produksi film.
12. Editor, Bertugas melakukan editing pada hasil pengambilan gambar
dalam produksi film.
13. Kliper, Bertugas memberi tanda pengambilan shot dalam produksi film.
14. Pencatat adegan, Bertugas mencatat adegan atau shot yang diambil
serta kostum yang dipakai dalam produksi film.
15. Casting, Bertugas mencari dan memilih pemain yang sesuai ide cerita
dalam produksi film.
TAHAP PRA PRODUKSI
ANALISIS IDE CERITA.
Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan pembuatan film.
Hanya sebagai hiburan, mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan,
dokumenter, ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat
perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika tujuan telah
ditentukan maka semua detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan
lebih mudah. Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data dan
faktanya. Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada
sumbernya. Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam sumber antara
lain: • Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan. • Percakapan atau
aktifitas sehari-hari yang menarik untuk difilmkan. • Cerita rakyat atau
dongeng. • Biografi seorang terkenal atau berjasa. • Adaptasi dari cerita di
komik, cerpen, atau novel. • Dari kajian musik, dll
MENYIAPKAN NASKAH
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil
cerita dari cerpen, novel ataupun film yang sudah ada dengan diberi adaptasi
yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan Breakdown naskah.
Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita yang akan
dibuat film.
MENYUSUN JADWAL DAN BUDGETING
Jadwal atau working schedule disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa
saja , biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas
waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan shot
keberapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa. Lokasi
sangat menentukan jadwal pengambilan gambar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat menyusun alokasi biaya: • Penggandaan naskah skenario
18. film untuk kru dan pemain. • Penyediaan kaset video. • Penyediaan CD
blank sejumlah yang diinginkan. • Penyediaan property, kostum, make-up. •
Honor untuk pemain, konsumsi. • Akomodasi dan transportasi. • Menyewa
alat jika tidak tersedia.
HUNTING LOKASI
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah.
Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin
tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya shooting jika tiba-tiba diusir
dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki ijin (dan saya
mengalaminya.. hehe). Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai
resiko seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya
sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus betul-betul
layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya produksi kecil,
maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.
MENYIAPKAN KOSTUM DAN PROPERTY.
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita beserta
propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan desainer khusus
ataupun cukup membeli atau menyewa namun disesuaikan dengan cerita
skenario. Kelengkapan produksi menjadi tanggung jawab tim property dan
artistik.
MENYIAPKAN PERALATAN
Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan peralatan
yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan (dalam film
minimalis) : • Clipboard. • Proyektor. • Lampu. • Kabel Roll. • TV
Monitor. • Kamera video S-VHS atau Handycam. • Pita/Tape. • Mikrophone
clip-on wireless. • Tripod Kamera. • Tripod Lampu.
CASTING PEMAIN
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film.
Dapat dipilih langsung ataupun dicasting terlebih dahulu. Casting dapat
diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat rekan-rekan saja.
Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi kemampuannya juga dari segi
budget/pembiayaan yang dimiliki.
TAHAP PRODUKSI
TATA SETTING
Set construction merupakan bagunan latar belakang untuk keperluan
pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi
lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan
19. mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita
secaramenarik.
TATA SUARA
Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang
tepat dan berkualitas. Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah
dibawa, peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise (gangguan
suara) di dalam dan di luar ruangan.]
TATA CAHAYA
Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya
keualitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat diibaratkan
melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun
maka kamera tidak akan dapat merekam objek. Penataan cahaya dengan
menggunakan kamera video cukup memperhatikan perbandingan Hi light
(bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang tergelap) agar
tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai contoh jika
pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan
dengan artist yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor
untuk menambah cahaya. Reflektor dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan styrofoam atau aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal
atau triplek, dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Perlu
diperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang
digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku petunjuk kamera minimal
lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka
gambar akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang menandakan
cahaya under. Perlu diperhatikan juga tentang standart warna pencahayaan
film yang dibuat yang disebut white balance. Disebut white balance karena
memang untuk mencari standar warna putih di dalam atau di luar ruangan,
karena warna putih mengandung semua unsur warna cahaya.
TATA KOSTUM (WARDROBE)
Pakaian yang dikenakan pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan
gambar dapat dilakukan tidak sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat dari
scene satu ke yang lain. Hal ini dilakukan agar lebih mudah, yaitu dengan
mengambil seluruh shot yang terjadi pada lokasi yang sama. Oleh karenanya
sangat erlu mengidentifikasi kostum pemain. Jangan sampai adegan yang
terjadi berurutan mengalami pergantian kostum. Untuk mengantisipasinya
maka sebelum pengambilan gambar dimulai para pemain difoto dengan
kamera digital terlebih dahulu atau dicatat kostum apa yang dipakai. Tatanan
rambut, riasan, kostum dan asesoris yang dikenakan dapat dilihat pada hasil
foto dan berguna untuk shot selanjutnya.
TATA RIAS
20. Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada
wajah tetapi juga pada seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih
cantik atau tampan tetapi lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi unsur
manipulasi sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula
bagaimana efeknya pada saat pengambilan gambar dengan kamera.
Membuat tampak tua, tampak sakit, tampak jahat/baik, dll.
TAHAP PASCA PRODUKSI
PROSES EDITING
Secara sederhana, proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat
sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam
kegiatan ini seorang editor akan merekonstruksi potongan-potongan gambar
yang diambil oleh juru kamera. Tugas editor antara lain sebagai berikut: •
Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai
kontruksi dramatinya. • Melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan
yang tidak (NG) sesuai shooting report. • Menyiapkan bahan gambar dan
menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara. • Berkonsultasi
dengan sutradara atas hasil editingnya. • Bertanggung jawab sepenuhnya
atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan
kepadanya untuk keperluan editing.
REVIEW HASIL EDITING
Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran
film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-
macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, ataupun
dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light
Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing.
Jika ternyata terdapat kekurangan atau penyimpangan dari skenario maka
dapat segera diperbaiki. Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yang
pasti tidak luput dari kelalaian. Maka kegiatan review ini sangat membantu
tercapainya kesempurnaan hasil akhir suatu film.
PRESENTASI DAN EVALUASI
Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan
sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama
dengan kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan : •
Ahli Sinematografi. • Untuk mengupas film dari segi atau unsur
dramatikalnya. • Ahli Produksi Film. • Untuk mengupas film dari segi teknik,
baik pengambilan gambar, angle, teknik lighting, dll. • Ahli Editing Film
(Editor). • Untuk mengupas dari segi teknik editingnya. • Penonton/penikmat
film. • Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film.
Hal ini dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat
film yang mungkin masih awam dalam pembuatan film.
21. Membuat Skenario Film
Berikut ini adalah langkah-langkah sederhana membuat skenario
film:
1.IDE CERITA
Film itu sebuah cerita bergambar dan bersuara. Karena
sebuah cerita, jadi kamu harus punya cerita yang dianggap
menarik untuk difilmkan. Dari mana datangnya ide? Ide
banyak. Ada di mana-mana. Tinggal kamu buka lebar-lebar
semua indera kamu. Kamu bakal mendengar, merasa, melihat,
mengecap, dan mencium ide.
2.SIAPKAN SINOPSISNYA
Sekalipun film dan cerpen atau novel sama-sama sebuah
cerita, tetapi ada perbedaan. Perbedaannya pada medium yang
digunakan. Seperti disebutkan pada nomor satu, film
menggunakan medium gambar dan suara. Sedangkan cerpen dan
novel menggunakan medium teks.
Sementara sinopsis sendiri memiliki arti penting dalam
pembuatan skenario, yaitu sebagai pijakan. Kita akan
kesusahan bikin skenario bila kita tidak tahu sinopsis
ceritanya. Akan sama sulitnya kita akan bikin sinopsis bila
tidak punya ide cerita.
Bila yang kamu bikin bukan film lepas (FTV/layar lebar),
melainkan sinetron, maka selain menyiapkan sinopsis global,
kamu juga harus menyiapkan sinopsis per episode yang tentu
saja lebih detail dibanding dengan sinopsis global.
3.BIKIN LOGLINE/PREMIS
Logline atau premis bertujuan untuk memperjelas film apa
yang kamu buat. Logline sejenis iklan. Logline yang bagus
akan menarik orang untuk menonton film yang kita buat. Agar
mudah membuat logline, Richard Krevolin memberikan pola
kalimat sebagai berikut: bagaimana jika…… dan kemudian…….
Contoh: bagaimana jika orang yang kamu siksa adalah orang
yang akan menolong kamu dan kamu tidak tahu. Kalimatnya
dibikin sederhana menjadi: yang kamu siksa adalah
penolongmu yang tidak kamu ketahui.
22. Untuk lebih jelas tentang logline, kamu bisa melihat cover-
cover film. Di sana ada kalimat-kalimat yang menarik.
Itulah logline atau premis.
4.TREATMEN
Treatmen ini pembabakan. Sebuah film umumnya tiga babak.
Sinopsis itu harus dipecah ke dalam tiga babak ini. Babak
pertama sebagai pengenalan seting, tokoh, dan awal
masalahnya. Babak kedua sebagai bagian berkecamuknya
masalah. Babak ketiga sebagai penyelesaiannya.
Yang tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak
(tree acts structure). Ada juga yang disebut struktur
sembilan babak (nine acts structure), sebagai pengembangan
dari yang tiga babak. Yang sembilan babak ini terdiri dari:
· Babak 1: kejadian buruk menimpa orang lain.
· babak 2: pengenalan tokoh utama (protagonis).
· Babak 3: kejadian buruk menimpa protagonis, atau
terlibat/dilibatkan kepada masalah orang lain pada
babak 1.
· Babak 4: protagonis dan antagonis
· Babab 5: protagonis berusaha keluar dari masalah
· Babak 6: protagonis salah mengambil jalan
· Babak 7: protagonis mendapat pertolongan
· Babak 8: protagonis berusaha keluar dari masalah lagi
· Babak 9: protagonis dan antagonis berperang,
menyelesaikan masalahnya
5.OUTLINE SCENE/SCENE PLOT
Sekarang saatnya membuat outline scene/scene plot. Outline
scene/scene plot adalah rencana peristiwa-peristiwa yang
akan diambil (disyut). Pembuatan outline scene/scene plot
akan mempermudah pembuatan skenario.
Contoh:
1. Lisa pamit kepada orangtuanya untuk pergi ke Jakarta.
23. 2. Arman, pacar Lisa, sedang menyiapkan rencana menculik
Lisa.
3. Dst
6. BIKIN SKENARIO!
Ini contoh skenario:
SANG PRABU
Datang Untuk Kembali
Cerita : Yul Andryono
Skenario : Gola Gong
Fade In
Act 1
01. EXT. TAMAN SARI-PAGI (HARI 1)
Pemain: Kepengen, Putri Malaka, Roh Deni
Kepengen memergoki PUTRI MALAKA sedang bersedih hati.
Kepengen menanyakan kesedihannya. Putri malaka bermuram
durja.
Tanpa mereka sadari, roh deni hadir di sini. Mendengarkan
percakapan mereka.
KEPENGAN:
Haiya, kenapa putli owe yang cantik ini belmulam
dulja?
ROH DENI:
Haiya, putli sedang sedih. Kasihan… ini salahku
juga!
PUTRI MALAKA:
Bagaimana Ay tidak sedih? Sekarang Ay tak punya
datang! Gusti Prabu belum nyariin Ay punya
dayang! Padahal gengsi seorang putri itu ada pada
seorang dayang!
Dialog dan seterusnya….
24. CUT TO
02. INT. PENDOPO ISTANA – SIANG (HARI 2)
Pemain: Prabu, Putri Malaka, Woro Denok, Putra Mahkota,
Selir, Permaesuri, Mahapatih, Para Punggawa, Dayang
Prabu duduk di singgasananya. Permaisuri di sebelahnya.
Woro Denok dengan genit duduk sambil memegang Putri
Mahkota.
PRABU:
Siang ini sengaja kukumpulkan. Pertemuan ini atas
permintaan Putri Bunga Seroja dari Kerjaan
Malaka…
Dst
CUT TO
03…………….
04………………….
FADE OUT
Keterangan:
Fade In : Cerita dimulai
Act 1 : Babak 1
01 : Scene 1 (secene [pemandangan]= potongan peristiwa)
EXT : Exterior (peristiwa terjadi di luar), INT=interior
Taman Sari : Lokasi peristiwa
Pagi : Waktu kejadian
Hari 1 : Hari kejadian (untuk membedakan kostum dll)
Pemain: ….. : Pemain yang main pada film
Kepengen…. : Deskripsi peristiwa
Kepengen: Haiya : Dialog
CUT TO : Pemisah antar scene.
25. Fade Out : Tanda cerita sudah usai
Selain Cut To masih ada turunannya spt: intercut to,
disslove to, paralel cut to, dll
PERTANYAAN PENTING
Ada 7 pertanyaan penting yang harus dijawab penulis
skenario agar skenarionya bagus. Tujuh pertanyaan itu
ialah:
1. Siapa tokoh utamanya?
2. Apa yang diinginkan oleh tokoh utama?
3. Siapa antaginisnya? Apa hal yang menghalangi tercapainya
keinginan protagonis?
4. Bagaimana protagonis bisa mencapai keinginannya?
5. Apa pesan yang ingin kamu sampaikan dalam cerita itu?
6. Bagaimana kamu nyeritain cerita itu?
7. Bagaimana perubahan nasib tokoh-tokohnya?
Itulah “prosedur” penulisan skenario film. Lebih jelasnya
kamu bisa baca pada buku-buku panduan menulis skenario.
BAHAN REFERENSI BACAAN:
Gola Gong, Menulis Skenario Itu (Lebih) Gampang
Richard Krevolin, Rahasia Sukses Skenario Film Box Office
Sony Set, Jangan Cuma Nonton, Jadilah Penulis Skenario
Profesional
27. Skript Film
Written By Rizqisme
Judul Film : NASIR DAN ARIS
Penulis Skrip : Rizki Sopiyandi
Ide Cerita : Rizky Sopiyandi
Cuaca pagi hari di kota Bandung. Pagi ini lumayan cerah.
Mahasiswa berlalu-lalang terlihat sedang terburu-buru mengejar
waktu kuliah. Nasir Abdurrahman dan teman baiknya yang satu
kelas Aris Maulana. Mereka tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi semester 6 di salah satu Universitas Komunikasi
Bandung terlihat santai berjalan menuju kelas disamping hiruk
pikuk temannya yang sedang berlarian karena takut terlambat.
SCENE 1.Ext. Kantin (MORNING)
Cast : Ibu Kantin, Nasir, Aris, Extras
(Terlihat banyak Mahasiswa yang sedang sarapan pagi sambil
berdiskusi tentang Mata Kuliah)
Nasir : Bu Bubur Ayamnya satu…(Sambil menuangkan Air Teh)
Ibu kantin : Mangga..Air minumnya udah a?
Nasir : (dengan muka yang dingin) Belum bu, baru Air Teh..
Ibu Kantin: (tersenyum kecil) he.. sama aza ath a..(sambil
menyerahkan satu mangkok bubur)
Nasir : oiaa..punteun bu..abi mah mun nuju hilap teh sok tara
inget..
Ibu Kantin : (Kebingungan) aya-aya wae si aa mah..
(Datanglah Aris dengan gaya khasnya)
Aris : Hallo Brother..enak ni. (Sambil membawa mangkok bubur
yang sedang dimakan Nasir)
Nasir : Ente kebiasaan..(dengan wajah yang sedikit kesal)
Aris : pelit amat lu (sambil menyerahkan mangkok bubur tadi)
28. Aris : ga bkln masuk lu sir? (Sambil berjalan menuju TV yang
ada di kantin itu)
Nasir : yaelah..orang banjaran ngomongnya sok betawi..ngomong
tuh musti enak nyet, biar bisa dimengerti orang.
Aris : lah..dah ganteng gini dipanggil monyet (aga kesal)
Nasir : ente emang ga masuk mata kul hadist kemaren
Aris : Emang kenapa? Apa hubungannya? (keheran-keranan)
Nasir : kemaren kan kata dosen…berkatalah yang haq meskipun itu
sakit.
Aris : (dengan gaya khasnya) Maksud lo????????? (lalu
menyalakan TV yang ada didekatnya, dan ternyata TV itu tidak
ada gambarnya)
Aris: (berteriak bertanya kepada ibu kantin) koq gd gambarnya
bu?
Ibu kantin : antena nya mereun a, kalo ngga mungkin TV nya lagi
gada signal? (sambil memainkan Hp nya)
Aris: Gd Signal?? Dah kaya Hp aza ni TV.. (lalu mengecek Antena
TV yang ternyata terbuat dari tali Rapia)
Aris : Nah ini apa bu? (sambil menunjukan Rapia tersebut)
Ibu kantin : itu antenanya? (menjawab sebari memainkan HPnya)
Aris : hah???? (dengan wajah yang bingung, dan mengambil kabel
yang tidak tidak ada colokannya dan menunjukan kepada ibu
kantin)
Aris : (Bertanya tentang kabel tersebut kepada ibu kantin) ini
apa?
Ibu kantin : itu colokannya (menjawab masih sebari memainkan
HPnya)
Aris : (tambah aneh, lalu mengambil asbak yang ada di sebelah
TV tersebut, dan bertanya lagi)
29. Ibu Kantin : (berhenti memainkan Hp karena sedikit kesal karena
aris banya bertanya dan menjawab), yaah..gt aza musti
nanya..yaah itu mah asbak atuh ris..
Aris : (tak kalah kesal) dasar si ibu..
(Dan berbunyi lah HP kepunyaan Nasir, Nasir pun mengambil HP
yang ada di kantong celananya, lalu ia membacanya, dan ternyata
sms temannya memberitahukan bahwa ada dosen yang mau masuk.)
Nasir : Ris udah ada dosen..ayooo (sambil berlari), bu ngutang
dulu..(berteriak kepada ibu kantin)
ibu kantin : (menggelengkan kepalanya)
Aris : Okei…
SCENE 2.INT.RUANG KELAS (MORNING)
Cast: Ibu Dosen, Nasir, Aris, Extras
Suasana kelas masih ramai. Ada beberapa Mahasiswa yang masih
berbincang-bincang dengan temannya di dalam kelas. ada yang
sedang membaca buku. Selang beberapa menit kemudian Ibu Dosen
masuk ke dalam kelas, disusul 2 orang Mahasiswa yang datang
terlambat.
Nasir : “Maaf Bu, kita terlambat. Ban motor saya bocor. Masih
boleh masuk bu?”
IBU DOSEN : “Ya sudah, duduk”.
Ibu DOsen : “Trus Aris kenapa kamu terlambat?”
Aris : (Dengan terbata-bata ia pun kebingungan mencari alasan).
“Emm..anu ..anu bu..tadi saya liat Nasir sedang dorong motor
bututnya, jadi jiwa social saya pun tergugah untuk membantunya
(dengan lantang ia berkata kepada Ibu Dosen)
IBU DOSEN :“kamu tuh banyak alasan. Ya sudah, kamu juga duduk”.
IBU Dosen : (Berbicara didepan kelas)
Dengan penuh wibawa ibu dosen pun berkata pada seluruh
Mahasiswa.
30. “Anak-anak, untuk hari ini kita akan praktek berpidato. Setiap
Mahasiswa saya beri waktu 5 menit untuk berpidato. Dan sekarang
kalian saya beri waktu 10 menit untuk merumuskan apa saja yang
akan kalian sampaikan ato yang jadi materi pidato kalian nanti.
Bagaimana bisa dimengerti?”
Seluruh Mahasiswa : (Bersama-sama) Paham Bu…
IBU Dosen : Jika sudah paham, silahkan mulai mengerjakan dan
jangan membuat kegaduhan.
CUT TO:
SCENE 3.INT.RUANG KELAS (MORNING)
Cast: Ibu Dosen, Nasir dan Aris, Extras
Seluruh Mahasiswa pun mengeluarkan buku catatan mereka dan
segera mengerjakan begitupun dengan Nasir dan Aris.
Nasir : (Berpikir, Dubbing) Hmm… tentang apa yaa…
CAMERA Move TO EXTRAS I
EXTRAS I : Kayanya tentang kasus mafia hukum yang kemaren marak
diberitakan ke TV seru tuh..
CAMERA MOVE TO EXTRAS II
EXTRAS II : Tentang pengarahan motivasi kaya Mario Teguh mantap
tu..
CAMERA MOVE TO Aris
Aris : (Wajah Kebingungan, mencoba menanyakan ide kepada nasir)
Sir..sir..lho bikin tantang apaan?
CAMERA MOVE TO Nasir
Nasir : (sedang berpikir keras.)
CUT : FADE OUT
CUT IN:
31. SCENE4.INT.RUANG KELAS (MORNING)
Cast: Nasir,Aris, Extras
Nasir : (Nasir sedang menggoyang-goyangkan pulpennya.) Yah,kok
macet sih…(Nasir mengeluarkan isi pulpen dan meniupnya lalu
mencoba untuk menulis lagi.)
CAMERA ZOOM TO: Aris SEDANG TERTIDUR
(Aris tertidur sambil menopang dagunya)
Aris : (Terantuk, Berteriak) Aduhh…
IBU Dosen : (Tegas) teman-teman kamu mengerjakan tugas kamu
asyik-asyikan tidur. Sekarang kamu berdiri di depan kelas
(Aris berjalan ke depan kelas.)
IBU Dosen : Angkat satu kaki, pegang kedua telinga dan bilang
saya tidak akan tidur lagi dikelas.
(Keheningan kelas pecah oleh suara anak-anak yang tertawa
menertawakan )
SCENE 5.INT.RUANG KELAS (MORNING)
Cast: Ibu Guru, Komandan Cilik, Extras
Bel pertanda jam usai pun berbunyi.
IBU Dosen : (Berjalan ke tengah kelas) Baik anak-anak, waktunya
sudah habis. Nasir tolong kumpulkan karanganya teman-temannya
dan bawakan ke meja Ibu.
Nasir : (Berdiri, Tegas) Siap Bu…!!! (tampak kebingungan karena
ia belum beres menyiapkan materinya)
(Nasir mengumpulkan pekerjaan teman-temannya. )
IBU Dosen : Silahkan siapa yang ingin pertama kedepan berpidato
Semua Mahasiswa : (Saling menoleh satu sama lain dengan keadaan
hening)
(Keheningan pun pecah ketika EXTRAS 1 mengangkat tangan dan
32. kedepan untuk berpidato)
CUT TO
Extras II
Berjalan Kedepan
CUT TO
Ibu Dosen :“Baik siapa yang belum kedepan?”
Camera Move To Aris dan Nasir
(Nasir dan aris tampak kebingungan)
Camera Move To Nasir
(Nasir Pun berjalan perlahan kedepan kelas dengan wajah
kebingungan)
Ibu Dosen : “silahkan Nasir”
Nasir : (Mengangguk, namun dengan wajah bingung, lalu ia
menghela nafas dan tersenyum kecil)
Nasir : “Baiklah sahabat-sahabat. Assalamualaikum wr.wb”
Seluruh Mahasiswa : (Menjawab) “wa’alaikum salam..”
Nasir : Berinteraksi dengan Audiens kelas (Seluruh Mahasiswa)
Nasir :”Sebelum ke pokok apakan sahabat-sahabat tau apa yang
akan saya sampaikan pada kesempatan kali ini?” (Seluruh
Mahasiswa pun kebingungan, lalu menjawab serentak)
Seluruh Mahasiswa : “Tidaaaak tau….”
Nasir : (dengan wajah yang kecewa, lalu ia berkata..)
“yaaah..percuma saya berdiri di depan sini kalaulah kalian
tidak tahu apa yang akan saya sampaikan”
(Nasir pun berlalu dengan wajah tanpa dosa menuju kusrinya)
(Seluruh Mahasiswa wajah bingung , aneh melihat tingkah nasir)
Extras III : Dasar Nasir..emang cerdik dia.
33. Ibu Dosen : (dengan wajah yang bingung, kecewa dan marah)
“baiklah siapa lagi yang belum?”
Seluruh Mahasiswa : (menjawab) “Aris Bu..”
Camera Move To Aris
(yang sedari tadi berdiri di depan karena di hokum nampak
bingung karena tidak punya materi yang akan disampaikan, ia pun
tersunyum kecil)
Aris : (berjalan menuju arah teman-temannya) ”Baiklah..
Assalamualaikum wr.wb”
Seluruh Mahasiswa : (Menjawab) “wa’alaikum salam..”
Aris : Agar lebih efektif, Sebelumnya saya juga terlebih dahulu
akan bertanya..Apa sahabat tahu apa yang akan saya sampaikan?”
Seluruh Mahasiswa : (dengan wajah bingung, namun punya
pengalaman seperti ini dan tidak mau hal sama terjadi seperti
yang nasir lakukan, menjawab setentak) “tahu..!!!”
Aris : (dengan wajah yang pura-pura bahagia) “Saya Bangga
kepada kalian semua..”
Seluruh Mahasiswa (ada yang bingung, ada yang tersenyum ke-
geeran)
Aris : “Baiklah, oleh karena itu saya tidak perlu lagi
menyampaikan pidato saya karena kalian semua sudah tau..terima
kasih. Wassalamualaikum”
(Sama seperti Nasir, Aris pun berlalu dengan wajah tanpa dosa
menuju kursinya)
Seluruh Mahasiswa : (Kebingungan namun dengan wajah kesal
karena telah tertipu untuk kedua kalinya)
Ibu Dosen : (dengan wajah yang bingung, kecewa dan marah)
“Nasir……….Aris………kalian berdua kedepan cepat sampaikan materi
pidato kalian!!!!
CAMERA MOVE TO ARIS DAN NASIR
34. (Nasir Dan Aris Pun Berjalan Menuju Kelas Dan Satu sama lain
Saling berbisik)
Nasir : Mungkin langsung saja, karena saya dan Aris sadar saya
sudah banyak menyita waktu..
Aris Dan Nasir : (Bersama-sama) Assalamualaikum Wr.Wb.
Aris : (Kembali Bertanya) Apa kalian tau apa yang akan kami
sampaikan?
Seluruh Mahasiswa : (Kebingungan karena tak ingin ditipu untuk
kesekian kalinya)
Nasir : “ada yang tau?”
Seluruh Mahasiswa : (Kebingungan, satu sama lain saling
berbisik, dan mereka pun menjawab) Tau..tidak…tau… (sebagian
ada yang menjawab tau, ada juga yang menjawab tidak)
Aris Dan Nasir : (Saling menatap dan tersenyum kecil)
Nasir : Baiklah..saya harap teman teman yang tau tidak egois.
Dan menyampaikan kepada yang tidak tau”
CAMERA MOVE TO SELURUH MAHASISWA (FREZZ)
Seluruh Mahasiswa : (Wajah bingung dan kesal)
(sama seperti sebelumnya Nasir dan Aris pun berlalu dengan
wajah tanpa dosa menuju kursinya)
CAMERA MOVE TO Ibu Dosen Close Up)
Ibu Dosen : (Dengan Wajah yang sangat Marah)
“Nasiiiiiiir…Ariiiiiiiiiis…Keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaar!!!!!!!”
SCENE ?.EXt. Luar KELAS (Pagi Menuju Siang)
Cast : Aris, Nasir, Extras
(Saling Berlangkulan dan tersenyum Kecil)
CAMERA Move To Gedung
END FADE OUT
35. Dengan ada buku panduan untuk membuat dokumentasi video
ini semoga para siswa didik yang bersungguh sungguh
dengan bakat dan minat akan dapat kelak mengisi salah
satu bidang yang disukai dalam dunia broadcasting dan
perfilman di indonesia. Buku ini saya ambil dari berbagai
media perorangan maupun perusahaan baik dalam bentuk
tulisan dan gambar sehingga memungkinkan siswa didik
untuk mempelajarinya lebih fokus dan terarah tampa harus
membuang-buang waktu bersusah payah mencari diinternet
maupun buku panduan dari dinas pendidikan yang telah ada
saat ini. Untuk itulah saya minta maaf jika ada
kekeliruan dan kesalahan atas buku ini saya mohon
dikoreksi agar dapat perbaikan kelak dimasa mendatang.
Akhirnya saya ucapakan selamat membaca dan belajar
tentang apa yang ada pada buku yang ditangan anda
sekarang.
WASSALAM