Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi (Perusahaan Industri Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
Peramalan, Pendekatan, Teknik Naif, Rata rata bergerak, Pembobotan Rata rata bergerak, Penghalusan Eksponensial, dan Metode Evaluasi Teknik Peramalan MAD, MSE, MAPE, MPE
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi (Perusahaan Industri Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
Peramalan, Pendekatan, Teknik Naif, Rata rata bergerak, Pembobotan Rata rata bergerak, Penghalusan Eksponensial, dan Metode Evaluasi Teknik Peramalan MAD, MSE, MAPE, MPE
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
Tehbotol1
1. 39
SUPPLY CHAIN SIRKULASI BOTOL TEH BOTOL SOSRO
(Studi Kasus di PT. Sinar Sosro, Ungaran)
Aditya Priyambodo1
, Yandra Rahadian Perdana
Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
adit_if_ada7@yahoo.com1
ABSTRAK
Peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital terhadap produk-produk yang beredar di
pasaran. Jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan produk pindah dari lokasi produksi ke lokasi
konsumen akhir (end user) yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat jauh. Penggunaan kemasan botol
kaca pada produksi Teh Botol Sosro mengharuskan perusahaan melakukan pengisian ulang produk teh pada
kemasan botol. Dengan asumsi total jumlah botol yang dimiliki, bagaimana PT. Sinar Sosro mengatur
sirkulasi jumlah botol terisi yang beredar di pasaran dan jumlah botol kosong yang harus berada di pabrik
untuk diisi ulang agar proses pengisian tidak terhenti. Sistem Supply Chain Management yang diterapkan PT.
Sinar Sosro sudah sangat baik dengan ditunjang oleh sistem informasi, mode transportasi anak perusahaan
sendiri, prosedur penanganan material yang baik, sistem pemasaran yang variatif dan faktor pendukung
lainnya membuat PT. Sinar Sosro masih menjadi market leader khususnya untuk produk minuman teh dalam
kemasan. Ketersediaan PB terkadang menjadi penghambat faktor proses produksi. Botol kosong yang siap
diisi di pabrik belum mampu mencukupi target rencana produksi secara kontinyu. Aplikasi reverse logistics
sudah baik diaplikasikan, walaupun PT. Sinar Sosro Ungaran masih belum optimal untuk menangani
permintaan ‘pengendapan’ dari Kantor Penjualan (KP).
Kata kunci : Supply Chain Management, Reverse Logistic, Teh Botol Sosro.
1. PENDAHULUAN
Peran jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital terhadap produk-produk yang beredar di
pasaran. Jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan produk pindah dari lokasi produksi ke lokasi
konsumen akhir (end user) yang sering kali dibatasi oleh jarak yang sangat jauh. Kemampuan untuk
mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dengan jumlah yang sesuai, dan dalam kondisi yang
baik sangat menentukan kesuksesan sebuah produk agar kompetitif di pasar. Oleh karena itu, kemampuan
untuk mengelola jaringan distribusi merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang sangat penting untuk
industri.
Penggunaan kemasan botol kaca pada produksi Teh Botol Sosro mengharuskan perusahaan
melakukan pengisian ulang produk teh pada kemasan botol. Dengan asumsi total jumlah botol yang dimiliki,
bagaimana PT. Sinar Sosro mengatur sirkulasi jumlah botol terisi yang beredar di pasaran dan jumlah botol
kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi ulang agar proses pengisian tidak terhenti.
Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) adalah manajemen mengenai arus barang
sejak dari sumber yang paling hulu sampai ke ujung hilir paling akhir yaitu konsumen. Manajemen arus
barang ini lebih menekankan pada kelancaran pasokan barang, baik dari segi efisiensi maupun dari segi
efektifitas (Indrajit dan Permono, 2005). Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, retail, serta perusahaan-
perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005).
Tujuan utama dari adanya supply chain management adalah penyerahan/pengiriman produk secara
tepat waktu demi memuaskan pelanggan, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai
pasokan (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu penyampaian dan memuaskan kegiatan
perencanaan dan distribusi (Ellesmare, 1995). Secara kesuluruhan, komponen rantai pasokan ini adalah fungsi
pembelian, inbound logistic, produksi, distribusi yang meliputi outbound logistic dan pemasaran, dan reverse
2. 40
logistic. Mayoritas perusahaan masih memfokuskan dirinya pada aktifitas-aktifitas yang berada dalam
perusahaan, yaitu purchasing, inbound logistic, dan produksi. Hal ini dapat dimengerti mengingat ketiga
elemen rantai pasokan yang popular dengan value chain concept (Porter, 1985) ini masih berada dalam
internal organisasi sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengendalian.
2. METODE PENELITIAN
2.1.Sumber Data
Penelitian menggunakan data yang bersumber dari Department Production and Maintenance,
Department Gudang PIPB (Peti Isi Peti Botol), dan Department Personalia and General Affair. Metode
penelitian dilakukan dengan wawancara dengan pihak yang berwenang pada bagian tersebut dan observasi
langsung di lapangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem supply chain management sirkulasi botol
produk Teh Botol Sosro terkait pengiriman produk jadi dan penarikan botol kosong kembali ke pabrik
(aktivitas reverse logistics).
2.2.Analisis Data
Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data terkait inventory dan hasil produksi di PT. Sinar
Sosro, Ungaran.
Menurut Pujawan (2005), beberapa ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja persediaan adalah :
1. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate).
2. Inventory days of supply adalah rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah
persediaan yang dimiliki.
3. Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan.
3. HASIL PENELITIAN
3.1 Sistem Informasi Manajemen
Supply Chain Management merupakan salah satu proses yang krusial dimana arus pertukaran bahan
baku, informasi serta keuangan antar perusahaan terjadi. Konsep kerja sama ini kemudian berkembang
menjadi E-SCM dengan menggunakan internet, intranet maupun extranet sebagai media komunikasi secara
online dan realtime, memastikan bahan baku baik dari pemasok maupun barang jadi ke konsumen selalu
tersedia sesuai kebutuhan.
Menu utama dari SI Fusion antara lain :
• Material Requirement Planning (MRP)
• Purchasing
• Inventory
• Plant Maintenance
• Executive Information System
• Order Management
• Administrator
Chopra & Meindl (2001) menyatakan bahwa dalam SCM terdapat empat penggerak (driver), yaitu
persediaan, transportasi, fasilitas, dan informasi. Dari keempat penggerak tersebut, informasi merupakan
penggerak utama. Informasi sangat mempengaruhi ketiga penggerak lainnya.
3.2 Proses Produksi
Proses produksi di PT. Sinar Sosro Ungaran dalam pembuatan TBS, secara umum dilakukan dalam 3
tahap, yaitu:
1. Proses pengolahan air (di Unit Water Treatment)
2. Proses pembuatan Teh Cair Manis (di Unit Kitchen)
3. Proses pembotolan (di Unit Bottling Line)
Bahan baku pembuatan Teh Cair Manis (TCM) adalah teh kering, gula industri dan air baku. Air baku
adalah air (raw water) yang telah mengalami beberapa tahap proses pengolahan di unit Water Treatment.
3. 41
3.2.1 Proses di Unit Water Treatment
Untuk kebutuhan air diperoleh dari sumur bawah tanah. PT. Sinar Sosro Ungaran memiliki 3 buah
sumur, sumur nomor 1 dipakai untuk kebutuhan masyarakat sekitar pabrik, sedangkan sumur nomor 2 dan 3
dipakai untuk proses produksi secara bergantian, 4 jam sekali. Air sumur (raw water) diambil dari kedalaman
80 – 100 m dengan deep well pump, dan masih mengandung kotoran dan mineral. Produk yang dihasilkan
PT. Sinar Sosro Ungaran harus memenuhi standar yang ditetapkan, maka air yang diperoleh dari alam harus
melewati proses pengolahan di unit Water Treatment (WT), sebelum dimanfaatkan untuk proses produksi.
3.2.2 Proses di Unit Kitchen
Pada Unit Kitchen dilakukan proses pembuatan Teh Cair Manis (TCM). Tahapan proses pembuatan
TCM adalah pembuatan sirup gula, pembuatan Teh Cair Pahit, pencampuran TCP dengan sirup gula dan
pasteurisasi.
3.2.3 Proses di Unit Bottling Line
A. Proses Pembotolan
Sebelum botol dan krat memasuki ruang produksi, dilakukan inspeksi terlebih dahulu di Pos Gudang.
Inspeksi ini meliputi penyortiran botol yang gupil/retak, botol asing, botol isi cairan, botol kotor/flek semen,
botol tertutup, botol berlabel, botol isi benda asing, krat asing, krat rusak, dan 1 krat < 24 botol. Untuk botol
yang sudah tidak dapat dipakai lagi seperti botol gupil/retak, botol asing dimasukkan dalam krat dan diberi
label “rejected” yang nantinya akan dimusnahkan. Sedangkan botol lain yang masih dapat dipakai, seperti
botol isi cairan, botol kotor/flek semen, botol tertutup, botol berlabel, botol isi benda asing dimasukkan ke
dalam krat merah yang nantinya akan dikembalikan ke gudang PI/PB untuk dilakukan pembersihan ulang.
Botol-botol yang masuk dalam proses pembotolan diklasifikasikan menjadi 3 macam, antara lain:
1. Botol dari konsumen, yakni botol yang diperoleh dari tempat pemasaran dan dikembalikan ke pabrik
untuk diproses dan digunakan kembali.
2. Botol dari pencucian manual, meliputi botol non-standar yang tidak dapat dibersihkan dengan mesin
bottle washer.
3. Botol baru. Pembelian botol baru dari supplier dilakukan setahun sekali dan jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
B. Penyimpanan dan Masa Inkubasi
Peti Isi disusun di atas pallet sebanyak 60 buah, kemudian dibawa ke gudang bahan jadi memakai
forklift. Di gudang, pallet berisi peti isi disusun per batch produksi dan diberi nomor batch produksi, nama
kepala regu (supervisor) dan tanggal dimulai inkubasi. Sebelum dipasarkan, TBS terlebih dahulu di inkubasi
selama 2-3 hari. Setelah masa inkubasi selesai TBS diperiksa kembali apakah ada terjadi perubahan pada
TBS. hal-hal yang diperiksa antara lain meliputi : basi, bau, perubahan warna dan rasa. Jika tidak terjadi
perubahan pada TBS maka akan dinyatakan Teh Botol Sosro siap untuk dipasarkan.
3.3 Manajemen Pergudangan
PT. Sinar Sosro Ungaran memiliki beberapa gudang untuk menyimpan materialnya. Gudang tersebut
antara lain :
1. Gudang PIPB
2. Gudang Spare part
3. Gudang Gula
4. Gudang Teh
5. Gudang Crown Cork
6. Gudang Harian Produksi
Gudang-gudang tersebut pengelolaannya di bawah departemen/bagian yang berbeda. Gudang spare
part, gudang gula, gudang teh, gudang crown cork, dan gudang harian produksi pengelolaannya di bawah
manajemen Departemen Produksi dan Maintenance bagian Spare Part dan Logistik, sedangkan Gudang PIPB
menjadi bagian tersendiri yang dikepalai oleh seorang supervisor dan langsung bertanggung jawab kepada
4. 42
General Manager. Metode penyimpanan ke dalam blok gudang menggunakan metode penyimpanan FiFO
(First In First Out).
A. Fungsi Persediaan
Fungsi persediaan yang digunakan PT. Sinar Sosro Ungaran adalah safety stock dengan persediaan
minimal 40.000 krat PI atau minimal ada 4 blok gudang dalam sehari dan pipeline/transit inventory karena
adanya lead time pengiriman untuk produk-produk Sosro lain (jenis OWP dan AMDK) yang tidak diproduksi
di PT. Sinar Sosro Ungaran. Satu blok gudang dapat menampung 14 baris x 4 kolom x 3 tingkat x 60 krat =
1080 krat.
3.4 Sirkulasi Penanganan Botol di Gudang PIPB
3.4.1 Penerimaan PB
Truk bermuatan PB dari Kantor Penjualan (KP) yang masuk ke Gudang PIPB akan diperiksa
dokumen Surat Jalan-nya oleh Petugas Pengawas PB. Surat Jalan diperiksa apakah sesuai dengan kondisi
muatan truk. Jika dokumen sesuai dengan kondisi muatan, maka dokumen distempel dan dibuatkan Tanda
Terima oleh bagian Administrasi Gudang PIPB dan dimasukkan data ke SI Fusion. Jika dokumen tidak sesuai
dengan kondisi muatan, maka Delivery Order (DO) akan diinfokan ke KPW. Kemudian akan dilakukan
pembongkaran beserta penyortiran PB. PB standard akan disusun ke atas palet, dan PB dengan kondisi non
standard akan disortir berdasarkan kriteria PB non standard seperti botol bibir karat, botol buram, botol flek
semen, botol gupil, botol retak, dan botol asing.
3.4.2 Penyimpanan PB
PB standard yang telah disusun di atas palet akan segera dimasukkan ke dalam gudang Blok A-I
menganut sistem FIFO (First In First Out). Dilakukan pencatatan stock PB masuk untuk ditambahkan pada
saldo Kartu Stock PB No.003/Gud-Ugn dan dimasukkan data ke SI Fusion, sehingga diketahui jumlah
persediaan PB dalam Gudang PIPB yang siap untuk keperluan produksi. Setelah divalidasi, data stock PB
dapat diakses oleh Departemen Produksi untuk mengetahui ketersediaan PB yang dapat digunakan untuk
produksi pada hari tersebut.
3.4.3 Pemakaian PB untuk Produksi
Stock PB dalam Gudang PIPB dapat diketahui jumlah saldo awal melalui SI Fusion. Departemen
Produksi and Maintenance dapat mengakses informasi ketersediaan PB ini dan mengajukan Bukti
Permintaan/Penyerahan Barang (BPPB). Data PB masuk ke lantai produksi akan dimasukkan ke SI Fusion.
Dalam bisnis Returnable Glass Bottle (RGB), ketersediaan PB sebagai bahan pengemas produk sangat
menentukan kapasitas produksi yang akan dijalankan. Dalam satu batch produksi yang menghasilkan 9300
liter, akan menghasilkan 1740 krat. Ketersediaan PB siap produksi akan dibagi dengan 1740 sebagai variabel
pembagi satuan batch hasil produksi. Sehingga didapatkan jumlah batch yang dapat diproduksi agar
penggunaan bahan di Unit Kitchen menjadi efisien.
3.4.4 Proses Produksi
PB yang dinaikkan ke lantai produksi dengan menggunakan Forklift akan kembali mengalami
penyortiran pada Pos 1,2, dan 3. Hasil pensortiran botol pada Departemen Produksi akan dicatat pada Bukti
Mutasi Intern Retur Produksi. PB yang disortir pada Pos 1 dan 2 akan diklasifikasikan ke dalam kategori PB
sangat kotor yang akan diproses ke Cuci Botol Manual dan afkir yang akan dimusnahkan. Produk jadi akan
dicek mutunya disesuaikan dengan proses produksi yang berjalan. Jika sudah sesuai maka diberi label
“Passed” dan jika kurang sesuai maka diberi label “Karantina”.
3.4.5 Penyimpanan PI
PI yang telah disusun di atas palet (60 krat) akan diberi keterangan “Passed” oleh Petugas QC.
Kemudian dimasukkan ke dalam Gudang PIPB Blok J-Q. Data jumlah PI hasil produksi yang masuk dicatat
ke dalam Kartu Stock PI No.009/Gud-Ugn. Data jumlah PI akan dimasukkan ke SI Fusion.
5. 43
3.4.6 Pengeluaran PI
PI yang sudah diberi memo released oleh petugas QC, kemudian data divalidasi oleh Departemen
Produksi dan Departemen QC agar PI dapat dipasarkan. Surat Permintaan Barang (SPB) dari KPW dicek oleh
Petugas PI dan dibuatkan Surat Jalan oleh Administrasi Bagian Gudang PIPB. Kemudian PI di Gudang PIPB
siap untuk dimasukkan ke dalam moda transportasi. Data PI yang dimuat akan dicatat ke Kartu Stock PI
No.009/gud-Ugn dan mengurangi saldo stock PI dalam Gudang PIPB. Truk dengan muatan PI siap menuju
lokasi KP tujuan distribusi.
3.4.7 Penghancuran Botol
Botol-botol yang telah disortir dengan kriteria botol asing, botol gupil, botol retak, dan botol yang
sudah tidak bisa ditangani lebih lanjut akan dikumpulkan dekat Gudang Bahan Baku dan siap untuk
dihancurkan. Penghancuran botol dapat dilakukan dengan pengajuan penghancuran botol oleh Petugas PB
Non-Standard yang disetujui oleh Departemen Purchasing dan General Manager dengan kuota minimal
tercapai 25 palet atau 1800 krat. Untuk botol yang akan dihancurkan, disusun mencapai 6 tingkat untuk
membedakan dengan tumpukan PB Standard yang disusun 5 tingkat.
Proses penghancuran dilakukan dengan cara menjatuhkan botol-botol afkir tersebut dari ketinggian.
3.5 Reverse Logistic Function
Reverse logistic merupakan aliran balik material, komponen, dan produk menuju ke bagian hulu rantai
pasokan. Carter dan Ellram (1998) mendefinisikan reverse logistic sebagai gerakan produk yang arahnya
berlawanan setelah digunakan, didaur ulang, dibuang, dengan tujuan untuk meminimalkan limbah. Reverse
logistic ini merupakan aktifitas yang spesifik, memerlukan keahlian dan bukan kompetensi inti mayoritas
perusahaan. Akibatnya, mayoritas perusahaan melakukan outsourcing untuk menangani reverse logistic ini.
Keterlibatan pihak ketiga ini memberikan berpeluang membuka pesaing baru bagi produsen awal produk
apabila perusahaan reverse logistic ini memutuskan untuk melakukan rekondisi (remanufacture) terhadap
produk dalam aliran reverse logistic.
Reverse logistics sebagai aktivitas untuk merencanakan, mengaplikasikan, dan mengendalikan proses
agar tercapai efisiensi terkait dengan arus material, persediaan, produk jadi, dan informasi terkait dari
konsumen kembali ke manufaktur dengan tujuan untuk mendapatkan kembali nilai ekonomis produk atau
untuk melakukan proses pembuangan yang tepat (Rogers dan Tibben-Lembke, 1999). Reverse logistics saat
ini menjadi salah satu alternatif terbaik yang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi keterbatasan sumber
daya bahan baku. Selain itu, reverse logistics terbukti dapat memberikan nilai ekonomi bagi para pelakunya
(Rivera dan Ertel, 2008). Aktivitas utama dari reverse logistics adalah mengumpulkan produk yang akan
diperbaharui dan melakukan redistribusi material baru yang dihasilkan (De Britto, 2002).
Dalam pemenuhan kebutuhan pasar, PT. Sinar Sosro setidaknya harus memiliki botol di pabrik untuk
diisi, botol yang diantar ke distribusi, dan botol yang ditarik dari gerai sehabis diminum pelanggan. PT. Sinar
Sosro mempercayakan proses reverse logistics-nya pada masing-masing Kantor Penjualan (KP). Material
yang ditarik dalam proses ini adalah krat berisi botol kosong. Idealnya dalam proses reverse logistics ini, KP
mengembalikan botol kosong sesuai dengan kuantitas Delivery Order pengiriman sebelumnya. Namun dalam
aplikasinya, dengan motif untuk pengembangan pasar, maka KP terkadang menyimpan stock PI di gudangnya
untuk ekspansi pasar sehingga terjadi pengendapan. Hal ini yang harus ditanggung oleh KPB Ungaran untuk
menyeimbangkan ketersediaan botolnya. Padahal pengadaan botol dan krat baru sangat ditentukan oleh
keputusan Head Office di Jakarta.
6. 44
Gambar 1. Alur Rantai Pasokan dari Hulu-Hilir PT. Sinar Sosro Ungaran
7. 45
4. PEMBAHASAN
Menurut Pujawan (2005), beberapa ukuran yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja persediaan
adalah :
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate).
Tabel 1. Data Persediaan Bulan Juni 2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9
No Tanggal
Rencana
Produksi
(krat)
Jumlah
Persediaan
PB (krat)
Jumlah
Pengeluaran
PI (krat)
Selisih= 4‐5
Persediaa
n Akhir PB
(krat)
Persediaa
n Akhir PI
(krat)
Rencana Produksi
dgn Ketersediaan PB
1 01‐Jun‐11 34.800 31.023 29.580 1.443 943 0 Tidak Tercapai
2 02‐Jun‐11 7.540 3.403 3.325 78 0 0 Tidak Tercapai
3 03‐Jun‐11 11.600 0 0 0 0 0 Tidak Tercapai
4 04‐Jun‐11 26.100 19.500 19.152 348 0 0 Tidak Tercapai
5 05‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production
6 06‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production
7 07‐Jun‐11 13.050 12.456 11.585 871 668 0 Tidak Tercapai
8 08‐Jun‐11 30.450 29.708 28.008 1.700 1.191 0 Tidak Tercapai
9 09‐Jun‐11 11.600 2.391 2.304 87 0 0 Tidak Tercapai
10 10‐Jun‐11 26.680 19.020 17.826 1.194 889 0 Tidak Tercapai
11 11‐Jun‐11 0 14.089 13.772 317 0 0 Over Inventory
12 12‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production
13 13‐Jun‐11 5.800 6.936 5.714 1.222 1.153 0 Over Inventory
14 14‐Jun‐11 29.000 33.433 32.856 577 0 0 Over Inventory
15 15‐Jun‐11 5.075 0 0 0 0 0 Tidak Tercapai
16 16‐Jun‐11 33.350 17.500 15.847 1.653 1.404 0 Tidak Tercapai
17 17‐Jun‐11 31.175 30.524 29.330 1.194 617 0 Tidak Tercapai
18 18‐Jun‐11 26.100 11.237 11.058 179 0 0 Tidak Tercapai
19 19‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production
20 20‐Jun‐11 13.050 10.020 8.896 1.124 1.035 0 Tidak Tercapai
21 21‐Jun‐11 34.800 29.235 28.068 1.167 810 0 Tidak Tercapai
22 22‐Jun‐11 4.350 12.306 12.086 220 0 0 Over Inventory
23 23‐Jun‐11 19.575 29.664 28.187 1.477 1.049 0 Over Inventory
24 24‐Jun‐11 31.175 16.649 15.390 1.259 950 0 Tidak Tercapai
25 25‐Jun‐11 26.100 7.310 7.151 159 0 0 Tidak Tercapai
26 26‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production
27 27‐Jun‐11 17.400 19.500 18.523 977 658 0 Over Inventory
28 28‐Jun‐11 13.920 9.298 9.117 181 0 0 Tidak Tercapai
29 29‐Jun‐11 0 0 0 0 0 0 No Production
30 30‐Jun‐11 13.050 13.548 12.425 1.123 902 0 Over Inventory
Total 465.740 378.750 360.200 18.550 12.269 0
Sumber : Data rencana produksi dan persediaan Departemen PEM
Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa PT. Sinar Sosro untuk produk TBS, antara lain
sebagai berikut :
a. Tidak melakukan penyimpanan PI dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga PI yang baru
diproduksi bisa segera dididistribusikan ke saluran pemasarannya, dengan persyaratan sudah
melalui masa inkubasi.
b. Jumlah pengeluaran/produksi PI selalu lebih rendah dari jumlah persediaan PB (PI ≤ PB), hal ini
dikarenakan botol sebagai bahan pengemas merupakan salah satu komponen bahan yang harus
ada untuk mendukung proses produksi.
c. Jumlah persediaan PB yang ada selama bulan Juni belum mampu mendukung rencana produksi
yang telah ditetapkan, sehingga dalam satu bulan (bulan Juni) terdapat 17 hari dimana target
rencana produksi tidak tercapai.
d. Terdapat 7 hari dimana terdapat kondisi jumlah persediaan PB melebihi target rencana produksi.
8. 46
e. Terdapat 6 hari dimana catatan produksi kosong, hal ini dikarenakan PT. Sinar Sosro Ungaran
tidak memproduksi TBS pada hari-hari tersebut. Tidak produksi dikarenakan hari minggu, hari
libur, maintenance mesin, dan memproduksi produk jenis lain.
Inventory days of supply adalah rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah
persediaan yang dimiliki. Safety stock dengan persediaan minimal 40.000 krat PI atau minimal ada 4
blok gudang dalam sehari, maka PT. Sinar Sosro Ungaran masih aman untuk tidak berproduksi
selama satu hari.
Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan.
5. KESIMPULAN
Berikut ini adalah kesimpulan dalam penelitian ini:
1. PT. Sinar Sosro Cabang Ungaran memproduksi Teh Botol Sosro (TBS), Fruit Tea Botol (FTB) dengan 2
rasa, yaitu rasa apel dan black currant, S-Tee, dan Joy Tea Green.
2. Proses produksi TBS secara umum terdiri dari 3 langkah yaitu:
a. Proses pembuatan air baku dan air softener di Unit Water Treatment (WT)
b. Proses pembuatan sirup gula, Teh Cair Pahit (TCP), pencampuran TCP- sirup gula menjadi Teh Cair
Manis (TCM) dan pasteurisasi di Unit Kitchen.
c. Proses pembotolan TCM pada Bottling Line ( ± 36.000 botol per jam).
3. Produk yang dihasilkan oleh PT Sinar Sosro Ungaran aman bagi kesehatan karena tidak mengandung 3P,
yaitu pengawet, pewarna dan pemanis buatan.
4. Proses pembuatan TBS membutuhkan bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku yang diperlukan
adalah:
a. Bahan baku produk berupa teh kering (Jasmine Tea), gula industri rafinasi, dan air baku
b. Bahan baku kemasan adalah Crown cork, botol, dan krat.
5. Semua langkah dalam proses produksi dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu dilakukan dari
proses kedatangan bahan baku, proses produksi berlangsung, hingga proses pengemasan produk jadi (PI).
6. Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas dan menghasilkan produk sesuai harapan konsumen
adalah dengan melakukan sanitasi secara periodik, yang secara umum dibedakan menjadi Daily
Maintenance dan Weekly Maintenance.
7. Sistem Supply Chain Management yang diterapkan PT. Sinar Sosro sudah sangat baik dengan ditunjang
oleh sistem informasi, mode transportasi anak perusahaan sendiri, prosedur penanganan material yang
baik, sistem pemasaran yang variatif dan faktor pendukung lainnya membuat PT. Sinar Sosro masih
menjadi market leader khususnya untuk produk minuman teh dalam kemasan.
8. Ketersediaan PB terkadang menjadi penghambat faktor proses produksi. Botol kosong yang siap diisi di
pabrik belum mampu mencukupi target rencana produksi secara kontinyu.
9. Aplikasi reverse logistics sudah baik diaplikasikan, walaupun PT. Sinar Sosro Ungaran masih belum
optimal untuk menangani permintaan ‘pengendapan’ dari Kantor Penjualan (KP).
10. Pemasaran dari hasil produksi PT. Sinar Sosro Cabang Ungaran dilakukan oleh PT. Sasanamaya
Tirtamukti untuk wilayah sebagian Jawa Barat, seluruh Jawa Tengah dan DIY.
DAFTAR PUSTAKA
Carter, C.R., dan L.M. Ellram, 1998. “Reverse logistics: A review of the literature and framework for future
investigation.” Journal of Business Logistics. 19(1): 85-102.
Chopra, Sunil. Meindl, Peter. 2004. SCM Strategy, Planning, and Operation. 2nd Edition. Prentice Hall.
Ellesmare, Steve. 1995. Distribution and Logistic : Transforming the Supply Chain Management. Prime
Marketing Publication.
Indrajit dan Permono, 2005. Manajemen Manufaktur. Penerbit Pustaka Fahima : Yogyakarta.
Porter, M.E., 1985. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance, New York: The
Free Press.
9. 47
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Penerbit Guna Widya : Surabaya.
Rivera, Reynaldo., Ertel, Jurgen. 2008. Reverse logistics network design for the collection of End-of-Life
Vehicles in Mexico. European Journal of Operational Research 196 : 930–939
Rogers, D. S., and Tibben-Lembke, R., 1999. Going Backwards: Reverse Logistics Trends and Practices,
Reverse Logistics Executive Council, University of Nevada, Reno Center for Logistics Management.