Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Technopreneurship dalam go jek
1. TECHNOPRENEURSHIP DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN GLOBAL
Posted on 08.18 by Zauhary Satya B.P | No comments
“We are living in a one big ship with 197 different cabins” adalah quotes yang saya ambil
dari Dr. Handry Satriago, yang saat ini menjabat sebagai CEO General Electric (GE) Indonesia.
Bukan tanpa alasan beliau berkata demikian, karena jika kita melihat dari perkembangan dunia
yang semakin global, quotes diatas berhubungan dengan globalisasi yang sebenarnya telah
terjadi dalam 5-10 tahun terakhir, serta dampak globalisasi yang terjadi di berbagai aspek
kehidupan penduduk di seluruh penjuru dunia, termasuk di bidang perekonomian.
Technopreneurship dan tantangan global adalah, peran Technopreneurship dalam
menyikapi tantangan global yang merujuk ke globalisasi dan merujuk kepada istilah “a world
full of uncertainty” jadi tantangan global yang sebenarnya sedang dihadapi adalah istilah “a
world full of uncertainty” itu sendiri, yang artinya adalah kita sedang hidup di dunia penuh
dengan ketidakpastian. Yaitu sesuatu yang
sebenarnya tidak kita duga, bisa menjadi kompleks, jika kita tilas balik ke krisis perekonomian di
tahun 2008, dimana krisis ini bermula dari macetnya kredit perumahan di Amerika karena
ternyata para pemilik rumah memang tak mampu membayar cicilan kredit. Kemacetan itu
merembet ke mana-mana, terutama menimbulkan krisis keuangan di Amerika, dan kemudian
berdampak ke berbagai belahan dunia, yang kemudian disebut Subprime Mortgage. Dari hal
sederhana seperti kredit perumahan ini dampaknya bahkan sampai ke perekonomian dunia, benar
benar a world full of uncertainty, bukan?
Melihat permasalahan yang ada saat ini, penerapan teknologi dalam bidang
perekonomian menjadi salah satu solusi dari permasalahan global yang terjadi saat ini, penerapan
teknologi dalam bidang ekonomi atau yang bisa disebut Technopreneurship ini dapat
menghasilkan industry baru yang kreatif dan out of the box. Perpaduan yang baik antara
teknologi dan bidang ekonomi dapat membantu mengatasi krisis ekonomi global yang terjadi
saat ini, di dunia yang serba membutuhkan teknologi seperti saat ini, penerapannya dapat dimulai
dari usaha makro, mikro dan sampai skala usaha yang lebih besar. Menurut laporan yang
diungkapkan oleh Bambang Heru Tjahyono, Dirjen aplikasi dan informatika Kominfo, saat ini
jumlah entrepreneur di indonesia tercatat cukup besar yakni mencapai 55,6 juta orang, namun
dari jumlah tersebut untuk technopreneur ternyata porsinya sangat kecil yakni hanya 1,56 %.
Presentase ini sangat kecil dibandingkan negeri jiran mencapai 5 % saat ini, sedangkan di negeri
singa lebih besar lagi 8%. Contoh technopreneur sukses adalah Nadiem Makarim (31), Founder
dari GOJEK, adalah perusahaan dalam bidang jasa ojek berupa aplikasi pada platform Android
dan iOS yang memudahkan penumpang yang ingin menggunakan ojek. Saat ini GOJEK sudah
memiliki hamper 150 ribu driver yang tersebar merata di daerah Jabodetabek, Bandung,
Surabaya, Makassar dan Bali.
2. Dalam menghadapi permasalahan global, hal-hal yang dapat menjadi faktor penentu kita
sebagai manusia global di abad ke-21 adalah penanaman karakter dan sifat yang berdaya saing
global, sehingga tercipta manusia yang siap bersaing dalam skala global, sehingga ketika telah
terbentuk karakter global, daya saing ini tidak hanya digunakan pada aspek ekonomi saja, tetapi
juga dalam bidang IPTEK, pengembangan inovasi, dan lain lain. Faktor yang lain adalah daya
lentur (resiliensi), resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan
meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup.
Karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada
seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan. Sehingga daya untuk
selalu siap dalam menghadapi setiap permasalahan pastinya sangat penting melihat realitas
kekinian yang ada saat ini, karena hal kecil dapat menjadi permasalahan kompleks di era serba
ketidakpastian seperti saat ini.
Sehingga dari penjelasan diatas, peran Technopreneurship dalam menghadapi tantangan
global adalah :
1. Ikut serta dalam menggerakkan perekonomian di Indonesia, baik ekonomi makro, mikro dan
skala yang lebih besar.
2. Memiliki wawasan global dan berorientasi internasional, memiliki daya saing global yang
berdampak pada jalannya roda perekonomian di Indonesia.
3. Tidak terpaku pada lapangan kerja yang ada, sehingga berani untuk membuka lapangan kerja
baru.
4. Mengembangkan penerapan teknologi dalam bidang ekonomi, sehingga tercipta inovasi-inovasi
yang out of the box.
5. Mengembangkan sayap bisnis berskala Internasional dalam menghadapi tantangan global.
3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Technopreneur mau tidak mau harus
mengembangkan suatu bisnis yang kreatif, baik dalam bidang, jasa, teknologi maupun aspek
bisnis yang lain. Yang tentunya memiliki daya saing global, sehingga dapat menjadi penggerak
roda perekonomian Indonesia yang notabene juga akan menghadapi ASEAN Economic
Corporation (AEC). Dimana daya saing akan menjadi salah satu faktor penting dalam perjalanan
Indonesia menghadapi AEC dan tantangan perekonomian global.
sejarah GO-JEK
GO-JEK atau sering dikenal dengan Gojek rasanya saat ini sudah menjadi pemandangan yang
umum di jalan ibu kota , yaitu jeket dan helem hijau terang dengan tulisan besar-besar GO-JEK
membuat layanan ini mudah di kenal. Gojek lahir dari ide CEO dan Monaging Director Nadiem
Makarim yang mengaku seorang pengguna ojek. ojek merupakan transportasi yang sangat
efektif untuk mobilitas di kemacetan kota
distribusi resminya di sebutkan bahwa layanan gojek adalah sbb:
1. jasa kurir
2. jasa transportasi
3. jasa delivari makanan
4. jasa belanja dengan nominan di bawah 1 juta rupiah
pengertian GOJEK
gojek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi ojek .
Gojek bermitra dalam pengiriman pesan, pesan antar makanan , dll. Bagaimana cara penggunaan
gojek ?
dengan menggunakan gojek? gojek app, driver kamu dapat memesan GO-JEK untuk mengakses
semua layanan kamu
kamu bisa mendownload aplikasi GO-JEK di www.go-jek.com/app/
keunggulan aplikasi gojek adalah memproses pesanan kamu lebih cepat dan kamu dapat
membayar dengan gojek kredit
bagaimana cara untuk top up? anda bisa buka di MY WALLET dan Klik 'Top Up' from top up di
bawah tata cara pengisian. setelah kamu validasi; GO-JEK kredit kamu akan bertamba secara
otomatis ke dalam MY WALLET kamu
kalau hujan bagai mana?
Dalam bebrapa bulan kedepan kami akan menyediakan layanan pinjaman jas hujan untuk
konsumen sehingga perjalananny tidak terhambat dan tidak mengalami basa akibat hujan
GO-FOOD adalah salah satu fitur dalam aplikasi GO-JEK GO-FOOD memberikan pelanggan
kemudian dalam layanan pesan antar makanan . pada saat ini GO-FOOD baru ada di jakarta dan
bandug. saat memilih dari menu kamu dapat menggunakan fiture 'add note ' untuk memperjelas
pesanan kamu
bagaimana cara mendaftarkan restoran ke GO-FOOD?
Kirimkan email ke : gofood@go-jek.com dan dengan mencantumkan nama, nomor telepon ,
nama restorsan dan jenis makanan. Representatif dari GO-FOOD akan segera menghubungi
kamu .
4. Nadiem, sapaan akrab Nadiem Makarim adalah pendiri GoJek, ialah orang yang pertama kali
memiliki ide jenius untuk membuat sistem berbasis online untuk menghubungkan sopir ojek
dengan penumpang lewat teknologi internet smartphone, yaitu Aplikasi Go-Jek. Ia merupakan
pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek
Mari kita bahas lebih jauh mengenai profil pendiri GoJek ini.
Profil Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek
Nadiem Makarim sebenarnya tidak lahir dari keluarga yang berlatar belakang pengusaha.
Ayahnya merupakan seorang pengacara asal dari Pekalongan, Jawa Tengah, sementara ibunya
bekerja dibidang non profit.
Di keluarga hanya dia seoang yang terjun menjadi entrepreneur. Ia pun merasa beruntung
memiliki orang tua yang selalu mendukung usahanya.
Pendidikan Nadiem Makarim
Nadiem kecil belajar di sebuah sekolah dasar Jakarta. Ketika remaja ia hijrah ke Singapura untuk
melanjutkan pendidikan jenjang SMA-nya. Kemudian ia hijrah ke Amerika untuk berkuliah
mengambil jurusan International Relations di Brown University, AS. Ia juga sempat mengikuti
foreign exchange di London School of Economics selama satu tahun disana.
Tak puas hanya menjadi sarjana kemudian Nadiem melanjutkan studi S2 nya di Harvard
Business School hingga lulus dan kini menyandang gelar MBA (Master of Business
Administration).
Karir Nadiem Makarim
Menghabiskan sebagian masa mudanya diluar negeri untuk mencapai studi pendidikannya,
Nadiem yang menyandang lulusan Harvard kemudian memberanikan diri pulang ke Indonesia
utk terjun ke dunia kerja. Ia pun langsung direktut bekerja menjadi Management Consultant di
McKinsey & Company, yaitu sebuah perusahaan konsultan ternama di Jakarta.
Merasa tidak puas bekerja selama 3 tahun di perusahaan konsultan tersebut, ia memilih berhenti
dan melanjutkan karirnya dengan menjadi Co-founder dan Managing Editor Zalora Indonesia
dan Chief Innovation Officer Kartuku dalam jangka waktu berurutan, sebelum terbesit
menginisiasikan lahirnya sebuah social entrepreneurship StartUp, Go-Jek.
Ide Mendirikan Go-Jek
Bermula dari obrolannya dengan sopir ojek ketika sedang nongkrong, ia mengetahui bahwa
mayoritas waktu kerja ojek itu dihabiskan untuk menunggu penumpang sehingga tidak produktif.
Dari situ ia lantas berkeinginan menjalankan misi sosial utk membantu sopir ojek supaya dapat
lebih produktif. Begitu dikutip darinya pada forum WhatWorks di New Cities Summit 2015.
5. pose pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim bersama
para driver
Pada tahun 2011, berbekal tekad dan ilmu teknologi yang didapatnya saat bekerja, lantas ia
menciptakan sebuah sistem jasa pemesanan ojek yg dinamakan Go-Jek. Sistem ini bekerja untuk
membantu para supir ojek mendapatkan penumpang dan membantu penumpang yang
membutuhkan ojek.
Perkembangan GoJek sebagai StartUp
Sejak itu, Go-Jek mulai melayani telepon pesanan ojek melalui call center, kemudian operator
call centre akan mencari driver gojek terdekat. Lalu menugaskan driver menjemput pelanggan
sambil memantau kedatangan driver dengan sistem navigasi & koordinasi si pelanggan.
Nadiem pun tidak mau tanggung-tanggung dalam mengembangkan bisnis startup sekaligus misi
sosialnya ini. Selain menyediakan sarana teknologi bersistem call centre tersebut, Ia juga
memberikan smartphone kepada mitra ojeknya guna sebagai sarana utk menerima panggilan
pelanggan. Ia juga tak sungkan memfasilitasi full set keamanan berkendara (safety riding) utk
mitranya, yaitu berupa jaket dan helm SNI berwarna hijau dan berlogo Go-Jek. Hal ini juga
sekaligus guna memenuhi kebutuhan branding perusahaan.
Melihat peluang ketika maraknya pengguna smartphone, Nadiem pun melakukan inovasi dengan
meluncurkan aplikasi mobile Go-Jek untuk pengguna smartphone dalam mempermudah
pemesanan ojek.
Mobile app itu pun membawa perubahan positif. Dari semula hanya memiliki sekitar 300 mitra
ojek, kini Go-Jek sudah merekrut ribuan mitra yg tersebar diwilayah Jabodetabek, Bali, Bandung
dan Surabaya. Aplikasi itu pun kini sudah diunduh sebanyak lebih dari 400 ribu kali.
Ekpektasi Nadiem untuk GoJek
Penambahan jumlah mitra sopir Go-Jek menjadi fokus utama rencana bisnisnya saat ini. Nadiem
juga berniat untuk memperluas jangkauan Go-Jek ke seluruh Indonesia nantinya. Layanannya
6. pun kini tidak terbatas hanya mengantarkan penumpang, melainkan juga bisa sebagai pengantar
barang atau kurir.
Sebenarnya Nadiem banyak ditawari untuk membuka franchise Go-Jek di luar negeri. Namun, ia
belum berminat dan ingin fokus membantu tukang ojek di Indonesia. Ia berharap, kedepan
tukang ojek tidak lagi dipandang sebagai profesi kelas bawah, melainkan profesi yang
profesional dan dapat diapresiasi.
Kesan
Bangga rasanya melihat pemuda Indonesia seperti mas Nadiem Makarim, pendiri GoJek.
Dimana ketika para mahasiswa lulusan luar negeri lainnya lebih memilih bekerja di luar negeri,
namun ia lebih memilih kembali ke tanah air dan memberdayakan masyarakat.
Melalui Go-Jek, ia telah mampu menjalankan misi sosialnya dengan membuka lapangan
pekerjaan untuk ribuan orang di sektor informal. Kini para sopir ojek menjadi lebih produktif
dan tidak lagi dipandang sebagai profesi yang kurang menjanjikan.
Sebelum heboh di Indonesia, model bisnis seperti Go-Jek telah diterapkan oleh UBER di Benua
Amerika dan Eropa. Tidak ada yang membedakan antara Uber dan GO-Jek selain jenis
transportasi yang digunakan.
Uber seperti yang kita ketahui mengkordinir rental mobil untuk dijadikan Taxi, sedangkan GO-
Jek mengkordinir Tukang ojek atau siapapun yang memiliki motor.
Nadiem, CEO Go-Jek berdarah Arab yg merupakan lulusan Harvard, secara cerdas mengadopsi
model bisnis Uber dengan mengganti moda transportasinya. Motifnya sangat sederhana, yaitu
karena melihat kondisi Ibukota (Jakarta) yang masih berjibaku dengan masalah kemacetan,
Nadiem lantas berfikir Ojek adalah moda transportasi yang paling efektif untuk menerobos
kemacetan Ibukota.
Ditambah, keluhan masyarakat terkait Ojek pangkalan menjadikan hal tersebut sebagai peluang
bisnis yang amat potensial. Keluhan mereka diantaranya:
1. Tidak aman (rawan tindak kriminal)
2. Harga yang tidak transparan. Harus tawar menawar terlebih dahulu, seringkali
konsumen yang tidak tahu medan ditipu oleh tukang ojek yang memberikan harga lebih.
3. Harus datang ke pangkalan ojek, namun seringkali pangkalan ojek pun tidak ada
ojeknya
Nadiem pun akhirnya memiliki ide untuk mengkordinir ojek-ojek yang sudah ada sehingga
menjadi:
(1) Aman, karena setiap driver dan konsumen Go-Jek harus melakukan registrasi terlebih
dahulu. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, semua dapat dilacak dengan mudah.
7. (2) Transparan, karena ojek Go-Jek menggunakan argometer dan katanya bisa cetak slip bukti
juga
Disamping kelebihan diatas, Nadiem juga menyadari bahwa masyarakat saat ini menginginkan
segala sesuatu yang serba mudah. Mau makan tapi malas keluar, mau mengantar dokumen tapi
malas keluar. Yap, Nadiem pun menambahkan jasa Go-Jek bukan hanya sekedar untuk
mengantar orang tapi juga mengantar barang atau pesanan orang. Semua terkordinir kedalam
satu sistem aplikasi sehingga membuat segalanya menjadi efektif dan efisien. Maka kelebihan
Go-Jek yang ketiga adalah:
(3) Efektif serta efisienbagi konsumen maupun driver.
Ketenaran Go-Jek pun menyulut rasa iri dan benci Organda dan pemerintah yang mengatakan
Go-Jek sudah merusak sistem transportasi. Karena menurut Undang-Undang, ojek adalah moda
transportasi ilegal. Berdasarkan Undang-Undang, suatu moda transportasi angkutan publik itu
minimal harus beroda tiga. Karena ojek tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga tidak
aturan tentang pajak yang wajib dikeluarkan.
Hal tersebut bukan malah dilihat sebagai hambatan namun sebagai potensi bisnis yang
menggiurkan, karena Go-Jek tidak harus membayar pajak angkutan publik. Ketika diminta pajak
terkait angkutan publik pun, Nadiem berkilah cerdas bahwa Go-Jek adalah perusahaan aplikasi
bukan perusahaan transportasi. Praktis, hal tersebut menguntungkan bagi perusahaan (Go-Jek)
dan juga driver. Maka keuntungan Go-Jek selanjutnya adalah:
(4) Dari sisi perusahaan, tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk membayar pajak
(5) Dari sisi driver, mendapatkan bagi hasil 80% dari penghasilan kotor. Karena itulah mengapa
driver Go-Jek dapat berpenghasilan besih kurang lebih 6-8 juta per bulan. Hal tersebut membuat
banyak orang, baik yang sudah bekerja baik yang pengangguran berbondong-bondong mendaftar
untuk dapat menjadi driver Go-Jek. Sehingga kelebihan Go-Jek selanjutnya adalah:
(6) Menciptakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan untuk mereka
yang memiliki motor.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan diatas, Go-Jek juga harus menyadari dua kekurangan yang
bisa saja mengancam bisnis mereka, yaitu:
(1) Karena tidak adanya Undang-Undang yang mengatur praktik per-ojekan, maka tidak ada
pajak yang harus dibayarkan. Pajak yang dimaksud berupa pajak mendirikan usaha. Dengan
tidak adanya pajak tersebut, biaya masuk industri menjadi cost-less sehingga dapat
merangsang para pesaing untuk masuk kedalam bisnis yang sama. Bisa dikatakan barriers of
entry nya kecil. Pemain baru yang menyadari hal ini pun sudah mulai berdatangan, sebut saja
Blu-Ojek dan yang lainnya.
(2) Kekurangan kedua adalah masalah privasi. Di portal berita online disebutkan ada konsumen
Go-Jek yang diteror oleh Driver karena konsumen tersebut memberikan review atau testimoni
8. yang buruk kepada driver yang bersangkutan. Teror tersebut bisa saja berubah menjadi
kenyataan karena driver Go-Jek yang bersangkutan sudah mengetahui nomor handphone serta
alamat rumah konsumen yang memesan tadi.
Kedua kekurangan diatas harus segera diatas Go-Jek agar bisnis mereka dapat terus
menguntungkan dan sustain.
AnalisisSWOT dari Go-Jek
Go Jek
Go Jekadalahaplikasi jasaojekonline.Denganaplikasi ini,penggunaaplikasibisamemesanojeksecara
online.Olehkarenaituorangyang inginmenggunakanjasaojektidakharusmencari ojekdi pangkalan
ojek.Pemesananojekmenjadi lebihmudahdancepat.
Latar Belakang Berdirinya GoJek
GO-Jeklahirdari ide sangCEO dan Managing DirectorNadiemMakarimyang mengakuseorang
penggunaojek. Ojekyangmerupakankendaranmotorrodaduaini memangtransportasi yangsangat
efektif untukmobilitasdi kemacetankota.Denganpengalamannyasaatnaikojekdi jalananyangmacet
inilahiakemudianmenciptakanGo-Jek,sebuahlayananantarjemputdenganojekmodernberbasis
pesanan.
AnalisisSWOT
Strength:
Berbasisaplikasi mobile,sehinggagojekmudahuntukdiaksesdari manasaja.
Memudahkanpenggunauntukmelihatharga.
Bisadiakseskapanpun.
Weakness:
Tidaksemuaorang bisamenggunakansmartphone.
Pada awalnyasusahuntukmengumpulkandanmelatihcaloncalontukangojek.
Opportunity:
Semakinbanyaknyaorangyangmembutuhkantransportasiumum.
Kebanyakantransportasi umumyangadasekarangsedikitsusahuntukdipesansecaramendadak.
Thread:
Mulai munculnyaaplikasi aplikasi yangserupa.