SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Tugas Ujian Akhir Semester
Mata kuliah Public Governance
“Dilemma Posisi Gojek dalam Perspektif Metagovernance”
Oleh:
Brilian Priatmaja
17/414861/SP/27988
Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Gadjah Mada
2018
I. LATAR BELAKANG
Era globalisasi yang diiringi dengan pesatnya kemajuan teknologi menuntut sektor
– sektor kehidupan menjadi serba efektif, efisien, dan praktis. Permintaan kebutuhan
masyarakat yang bertambah kompleks, secara tidak langsung meminta para
entrepreneur untuk selalu update dengan teknologi dan issue terkini. Perkembangan
telekomunikasi yang didukung dengan adanya Big Data sebagai sarana mencari dan
menyimpan data, sangatlah bermanfaat bagi perusahaan – perusahaan model sekarang.
Salah satunya ialah maraknya perusahaan Start-Up (perusahaan rintisan) berbingkai
teknologi, khususnya adalah perusahaan Start-Up Gojek. Pada awalnya Gojek yang
merupakan perusahaan Start-Up berbasis transportasi Online, mulai melirik
opportunity mengingat mahalnya ongkos dan ketidakefisienan transportasi
konvensional. Bermula di tahun 2010 Nadiem Karim dan Michaelangelo Moran
mendirikan GO-JEK sebagai perusahaan transportasi roda dua melalui panggilan
telepon, GO-JEK kini telah tumbuh menjadi on-demand mobile platform dan aplikasi
yang menyediakan berbagai layanan lengkap mulai dari transportasi, logistik,
pembayaran, layan-antar makanan, dan berbagai layanan on-demand lainnnya.
GO-JEK bukanlah sebuah perusahaan transportasi online maupun jasa online,
namun GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi terkini yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai sektor informal di Indonesia,
mengingat jumlah pengangguran di Indonesia berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun
2018 mencapai 6,87 juta. Semua kegiatan yang dilakukan GO-JEK bertumpu pada 3
nilai pokok yaitu kecepatan, inovasi, dan dampak sosial (Go-Jek.com, 2018). Para
pekerja perusahaan GO-JEK ini mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat
setelah bermitra dengan GO-JEK. Tak hanya itu, dari segi keselamatan kerja mereka
juga mendapatkan jaminan asurans lalu akses kepada lembaga keuangan, cicilan
terjangkau, dan berbagi fasilitas penunjang lainnya.
Pada tahun 2018 ini, GO-JEK tercatat telah beroperasi di 50 kota di Indonesia,
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Medan, Palembang, Semarang,
Yogyakarta, Balikpapan, Malang, Solo, Manado, Samarinda, Batam, Sidoarjo, Gresik,
Pekanbaru, Jambi, Sukabumi, Bandar Lampung, Padang, Pontianak, Banjarmasin,
Mataram, Kediri, Probolinggo, Pekalongan, Karawang, Madiun, Purwokerto, Cirebon,
Serang, Jember, Magelang, Tasikmalaya, Belitung, Banyuwangi, Salatiga, Garut,
Bukittinggi, Pasuruan, Tegal,Sumedang, Banda Aceh, Mojokerto, Cilacap, Purwakarta,
Pematang Siantar, dan Madura serta pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun
mendatang. Ini membuktikan bahwa GO-JEK telah berkembang secara pesat dan cepat.
Tentunya hal ini didukung dengan produk – produk GO-JEK yang telah dilakukan
adjustment terhadap kebutuhan masyarakat. Ada 3 pengelompokan Jenis produk GO-
JEK yang terbagi 18 produk, yang ditawarkan kepada pasar yaitu 1) GO-JEK : GO-
JEK, GO-RIDE, GO-CAR, GO-FOOD, GO-SEND, GO-BOX, GO-TIX GO-MED,
GO-DEALS, GO-FOOD Festival, 2) GO-LIFE : GO-MASSAGE, GO-CLEAN, GO-
GLAM, GO-AUTO, 3) GO-PAY : GO-PAY, GO-POINTS, GO-PULSA, GO-BILLS
(GO-JEK.com, 2018)
Dilihat dari visi dan misi GO-JEK yang menekankan pada kecepatan/efisiensi,
kemudian inovasi, dan yang tidak kalah penting ialah dampak sosial, serta produk yang
mengakomodir kebutuhan masyarakat, menjadikan sebuah pertanyaan apakah gojek ini
merupakan perusahaan Start-Up yang pure dengan profit oriented. Tentunya setiap
perusahaan dibangun untuk mendapatkan benefit, guna menjaga sustainability dari
perusahaan tersebut. Tidak jarang perusahaan yang berlevel multinasional, nasional,
atau bahkan sebatas regional menganut logika kapitalisme, dimana banyak perusahaan
kapitalis hanya mementingkan perolehan keuntungan semata tanpa memperhatikan
lingkungan sekitar. GO-JEK telah mendapatkan Unicorn achievment yaitu perusahaan
dengan pendapatan lebih dari 1 miliar per-tahun (CBINSIGHTS, 2018). Berbicara
mengenai GO-JEK sebagai sebuah perusahaan pemberi layanan publik, merupakan
sebuah hal yang sangat menarik untuk diulas secara mendalam. Notabenenya GO-JEK
merupakan perusahaan swasta/private, namun pada produk yang mereka berikan
memiliki orientasi pada efisiensi pelayanan publik. Dalam analisis pembahasan
selanjutnya, akan dibahas mengenai dimana dan bagaimana posisi sebenarnya GO-JEK
menggunakan perspektif teori Public Governance khususnya dalam logika
metagovernance coordination.
II. PEMBAHASAN
GO-JEK Sebagai Pure Private Sector
Pasal 1 Ayat 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan adalah : “Setiap badan usaha
yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau
milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Dari sini jelas
bahwa GO-JEK termasuk sebagai sebuah Perusahaan (PT/Perseroan Terbatas) yang
mana mempekerjakan pekerja dengan membayar upah serta insentif berupa uang dan
juga imbalan seperti jaminan asuransi. Sebagai suatu perusahaan, tentu GO-JEK
membutuhkan keuntungan demi jalannya roda perekonomian perusahaan tersebut.
Sumber pendapatan GO-JEK ini tentu berasal dari platform Aplikasi dan produk
yang berhasil mereka jual. Dilihat dari segi pengunduhan aplikasi GO-JEK, sejak
didirikan pada tahun 2010, tahun 2017 kemarin total mitra driver GO-JEK mencapai
sekitar 250 ribu dan aplikasi GO-JEK telah diunduh oleh 25 juta pengguna baik itu
melalui Playstore maupun Appstore. Dari pengunduhan aplikasi tersebut, GO-JEK
telah mendapatkan suntikan dana sebesar 550 juta dolar atau setara dengan 7,2 triliun
rupiah, dan dari sini pula GO-JEK menjadi perusahaan Start-Up pertama yang
memperoleh Unicorn Achievment di Indonesia (Tirto, 2018). Kemudian dari akses
pelanggan pada setiap tranksaksi pembelian produk layanan GO-JEK setiap hari tentu
merupakan penyumbang utama dan bisa dikatakan sebagai daily income perusahaan ini.
Data Kompas Desember 2017 lalu menunjukkan bahwa setiap bulannya ada lebih dari
100 juta tranksaksi terjadi dalam platform GO-JEK, dapat diprediksi bahwa pendapatan
perusahaan ini tentu sangatlah besar.
Dengan pendapatan yang sangat besar, tentu pengeluaran yang digunakan
perusahaan GO-JEK juga tidak sedikit, meningat sebagai perusahaan berbasis teknologi
yang mengandalkan internet & big data, tentu biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit,
maka dari itu GO-JEK membuat sistem financial management yang sangat baik. Logika
– logika swasta dan kapitalisme terlihat jelas dalam perusahaan GO-JEK ini, yang mana
mereka berusaha untuk selalu menjaga kepuasan, keamanan, dan kenyamanan
pelanggan dalam setiap produk ‘service’ yang mereka berikan. Dalam platform aplikasi
GO-JEK para pelanggan berhak untuk menilai grade pelayanan yang diberikan oleh
para driver GO-JEK. Logika swasta yang mengedepankan kualitas layanan yang
diberikan pegawai terlihat jelas ketika ada pegawai ‘driver’ GO-JEK yang diberikan
nilai minus oleh para pelanggan, maka perusahaan tidak segan untuk memberikan
skorsing bahkan suspend (Kompas, 2018). Pada umumnya perusahaan swasta tidak
akan jauh dari logika kapitalis yang mengedepankan perolehan pendapatan secara terus
menerus, atau dalam kalimat lain bisa diartikan sebagai penimbunan kekayaan
(Heilbroner, dalam Suryajaya, 2013). Begitu pun dengan GO-JEK, yang selalu
memperbaharui dan melakukan inovasi produk demi mendapatkan keuntungan serta
bersaing dengan kompetitor transportasi online lainnya. Hal tersebut tentunya memang
telah menjadi sebuah prevalensi dalam dinamika perusahaan swasta, karena tanpa
adanya inovasi yang selalu update dengan era terkini, bukan tidak mungkin perusahaan
sekelas GO-JEK bisa tersingirkan oleh kompetitor yang lebih up to date.
Ke-publikan GO-JEK dalam Mata Public Governance
Dalam menjalankan suatu organisasi tentunya dibutuhkan koordinasi yang baik
dari semua elemen terkait pada organisasi tersebut. Dalam teori Public Governance
“The Ways” menjelaskan mengenai ketercapaian tujuan dari organisasi ini
membutuhkan interaksi dari para stakeholders sehingga ‘negosiasi’ atau kesepakatan
bersama dapat terlahir, hal ini memberikan impact terhadap tercapainya tujuan suatu
organisasi dan menghasilkan sebuah outcome yang merepresentasikan semua pihak
yang terlibat (Bovaird & Loffler, 2003). Ketika kita membicarakan GO-JEK yang
merupakan suatu organisasi ‘perusahaan start – up’, tentu dengan keberhasilannya
mencapai visi dan misi mereka, ini berarti dalam proses public governance telah
terlaksana dengan cukup baik. Mengingat setiap tahunnya GOJEK memerikan
sumbangan ekonomi pada Negara Indonesia sebesar Rp 9,9 Triliun, hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan GOJEK sangatlah baik (FEB UI dalam Kompas,
2018).
Framework organisasi GOJEK ini telah direpresentasikan dalam 3 nilai pokok
yaitu kecepatan, inovasi, dan dampak sosial (Go-Jek.com, 2018). Kecepatan atau
efisiensi sangatlah jelas adanya, dibuktikan dengan semakin mudahnya akses ‘jasa
antar’ yang dibutuhkan oleh publik yang tidak lain ialah masyarakat. Aplikasi yang
disediakan oleh perusahaan GOJEK pun sangat easyable bagi setiap pengguna, baik
newbie maupun yang sudah terbiasa memanfaatkan aplikasi GOJEK. Kebutuhan
masyarakat yang semakin berragam dan keinginan masyarakat untuk mendapatkan
secara cepat kini telah dipenuhi oleh GOJEK. Contoh konkritnya adalah kebutuhan
pangan Publik, masyarakat hanya perlu membuka gadget mereka lalu memilih menu di
aplikasi GOJEK dan tinggal menunggu lalu membayar nya secara tunai. Kemajuan
teknologi yang didorong oleh globalisasi semakin memberikan dampaknya, tak
terkecuali pada perusahaan GOJEK. Dulunya mungkin tak terpikirkan megenai jasa
transportasi online maupun jasa antar barang secara online. Perusahaan Jasa Online ini-
-pun merespon kemajuan teknologi yang sedang gencar dikalangan publik ialah uang
elektronik, implikasinya terlihat pada alat pembayaran pada aplikasi GOJEK yang
berbentuk digital “GO-Pay”. Jadi masyarakat tidak perlu repot melakukan pembayaran
secara tunai, karena masyarakat tinggal mengisi saldo GO-pay sebagai alat
pembayaran. Tak hanya sebatas itu, uang elektronik Go-Pay ini juga telah mengantongi
izin dari BANK INDONESIA (Kadata, 2017).
Menarik ketika GO-JEK memilih ‘dampak sosial’ dalam 3 nilai utama perusahaan
GO-JEK. Seperti halnya dijelaskan dalam teori public governance, yakni measuring
quality of life improvements, salah satunya ialah kepuasana terhadap bekerja (Bovaird
& Loffler, 2003). Kompas 2016 lalu memaparkan data yang diberikan oleh Kepala
BPS Suhariyanto, yang menyebutkan bahwa ojek online memberikan kontribusi ke
penurunan jumlah pengangguran di Indonesia. Data BPS tahun 2018 menyebutkan
bahwa telah terjadi penurunan penangguran terbuka dari tahun 2017 kemarin sejumlah
7,4 juta orang, pada tahun 2018 ini turun menjadi 7 juta orang. Keberhasilan ini juga
juga dapat terlakasana melalui kontribusi GO-JEK yang membuka lapangan pekerjaan
pada masyarakat. Ini juga mengartikan bahwa keberadaan GO-JEK telah memberikan
dampak sosial berupa peningkatan kualitas perekonomian.
Metagovernance Coordination dalam GO-JEK
Sesuai dengan ketentuan perseroan terbatas di Indonesia, GO-JEK memiliki
struktur organisasi yang terdiri dari pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan
direksi. Dewan direksi GO-JEK bertanggung jawab atas manajemen dan operasional
perusahaan. Sementara dewan komisaris melakukan pengawasan terhadap pengurusan
perusahaan oleh dewan direksi. Tanggung jawab lain dari dewan komisaris termasuk
meninjau rencana kerja dewan direksi, dan menyusun laporan tahunan untuk rapat
pemegang saham. Ada juga kewenangan untuk menentukan remunerasi dan
memberhentikan anggota dewan direksi (KompasTekno, 2018). Dari segi struktur
organisasi, GO-JEK juga mempunyai struktur sebagai layaknya sebuah Perseroan
Terbatas yang telah diatur dalam Undang – undang di Indonesia. Struktur dalam logika
metagovernance tidak hanya soal struktur birokrasi (vertical & horizontal), namun
struktur diartikan pula menjadi sebuah interaction & communication sehingga pihak
yang terlibat dalam struktur tersebut bisa menghasilkan sebuah optimal outcome
(Pedresen et all, 2011). Hal ini terlihat pula dalam struktur organisasi gojek dari anggota
komisaris Go-Jek mencakup Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto,
Direktur Toba Bara Pandu Patria Sjahrir, CEO Blili.com dan COO GDP Venture,
Kusumo Martanto, kemudian ada Managing Director and Head of Southeast Asia
Warburg Pincus Jeffrey Perlman, George Raymond Zage III dari Farallon Capital Asia,
Principal Capital Group Hotak Chow, Zhahui Li dari Tencent Investment, dan Direktur
Temasek Pradyumna Agrawal. Dengan berragamnya latar belakang anggota komesaris
dalam perusahaan Go-Jek dimanfaatkan oleh Nadiem Makarim selaku CEO dan juga
pimpinan Komesaris untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi hingga bisa
menghasilkan best quality of product & optimum outcome. Pada awalnya Nadiem
Makarim selaku founder GO-JEK juga tidak segan untuk terjun langsung ke lapangan
dalam rangka mendengar keluh kesah, berdiskusi serta pendekatan kepada para tukang
ojek (TribunBisnis, 2015). Hal seperti ini sangat diperlukan dalam suatu perusahaan
demi mengetaui kondisi dan situasi jenjang jabatan paling bawah, seperti halnya teori
public governance menjelaskan bahwa koordinasi di dalam organisasi yang baik harus
bisa fleksibel dan tidak kaku. Kemudian, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi
dalam logika metagovernance coordination, yaitu autonomy, networking & linkages,
self-governance, adjustable & adaptive (Pederson, 2011).
Autonomy
Untuk memproduksi koordinasi yang baik, dalam teori metagovernance
dijelaskan bahwa dibutuhkan suatu autonomy para anggota guna menyuarakan ide
maupun pendapat guna menciptakan kemajuan bersama (Pedresen et all, 2011). Dalam
Go-Jek sendiri terdapat program jenjang karir guna meningkatkan kemampuan dan
kontribusi pada perusahaan. Kesempatan para mitra / pegawai GO-JEK untuk
berimprovisasi dan memberikan ide – ide kreatifnya sangat didukung oleh perusahaan.
Dalam rekruitmen sendiri GO-JEK tidak menuntut calon tenaga kerjanya harus berasal
dari Universitas ternama, dalam platformnya dijelaskan juga bahwa yang dibutuhkan
adalah individu yang mempunyai passion untuk belajar dan selalu membawa
kebahagiaan. Kaitannnya dengan autonomy setiap para tenaga kerja, perusahaan GO-
JEK memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada siapapun. Terdapat 4
oportunities yang akan didapat bagi para tenaga kerja, yaitu 1) TO INNOVATE, 2) TO
RAISE THE BAR, 3) TO COLLABORATE, 4) TO DRIVE IMPACT. Pertama, semua
karyawan/mitra GO-JEK sangat dianjurkan untuk memberikan kontribusi ide maupun
solusi bagi permasalahan dan menjadikan perusahaan menjadi lebih baik. Kedua semua
karyawan berhak mendapatkan achievment terhadap capaian – capaian yang telah
ditargetkan, serta berhak medapatkan tantangan baru (bisa posisi) agar kemampuannya
semakin meningkat. Ketiga, semua berhak untuk berkolaborasi dan berkomunikasi
untuk mendapatkan informasi dan diwajibkan respect satu sama lain. Keempat, karena
GO-JEK merupakan perusahaan yang memiliki cakupan seluruh Indonesia bahkan go-
International, anggotannya juga diberikan hak untuk selalu memberikan dampak
konkrit bagi publik (Go-Jek.com, 2018)
Networking & Linkages
Logika metagovernance menyatakan bahwa organisasi tidak hanya sebatas
vertical & horizontal coordination lagi, namun sangat kompleks. Maka dari itu
organisasi akan lebih baik ketika networking/jejaring yang dibangun itu luas, dengan
konsekuensinya yitu organisasi menjadi lebih kompleks. Dengan networking yang luas,
organisasi diharapkan mampu saling berkoordinasi untuk melakukan negosiasi
sehingga bisa tercipta goals bersama (Pedresen et all, 2011). Berbicara mengenai GO-
JEK, tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa perusahaan GO-JEK mempunyai
networking yang sangat luas, baik lingkup nasional maupun lingkup International.
Dalam lingkup region Indonesia sendiri GO-JEK bermitra dengan becak
motor(kearifan lokal), UMKM , perusahaan swasta seperti Telkomsel, 3 perusahaan
fintench (finadaya, dana cita, aktivaku), perbankan di Indonesia dan juga Bank
Indonesia selaku Bank entral Negara Indonesia (Kompas, 2018; KeuanganKontan,
2017; Republika, 2017). Sebuah pencapaian yang baik untuk sebuah perusahaan Start-
Up Indonesia, yang mungkin publik patut tahu akan hal ini. Hubungan kemitraan yang
sangat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia selain kemitraan dengan para driver
GO-JEK, juga hubungan kemitraan yang dijalin dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil
dan Menengah). Hubungan kemitraan GO-JEK dengan UMKM juga salah satu
manifestasi dari nilai ‘dampak sosial’ yang ada, dengan adanya hubungan kemitraan ini
selain dipermudah dalam hal tranksaksi, income yang didapatkan oleh UMKM juga
meningkat drastis. Data dari Lembaga Demografi UI 2017, menunjukkan bahwa
hubungan kemitraan GO-JEK dengan UMKM ini berkontribusi 1,7 triliun per tahun
dalam perekonomian Indonesia melalui penghasilan mitra UMKM. Tidak hanya
lingkup nasional, networking international yang dibangun oleh Go-Jek direncanakan ke
empat negara di Asia Tenggara yakni Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina dalam
waktu dekat. Vietnam sendiri sudah berjalan 1 bulan terhitung dari Bulan Juli 2018, dan
di Thailand akan segera beroperasi (Nikkei Asian Review, 2018; TribunTechno, 2018).
Ini menunjukkan keseriusan GO-JEK untuk memperluas jaringan guna menjadi
perusahaan yang memang layak menyandang gelar ‘Unicorn Acievement’. Dengan
adanya networking yang dibangun oleh GO-JEK, akan memicu lahirnya sebuah
linkages (keterkaitan) satu dengan yang lainnya.
Self-Governance
Penekanan pada networking yang ditumbuhkan dalam koordinasi
metagovernance,yang melahirkan suatu linkage (keterkaitan) antar pihak terkait, tentu
berimplikasi pada dampak yang dirasakan tidak lagi hanya pada satu pihak/ satu
organisasi saja, namun pada networking yang terbangun. Koordinasi yang dilakukan
dengan banyaknya networking tentu menimbulkan kompleksitas dan overlapping pada
organisasi yang bersangkutan didalamnya, maka dari itu setiap organisasi/ pihak yang
terlibat didalam nya harus mempunyai self-governance atau kesadaran untuk
berkontribusi demi mencapai dan menjaga goals yang telah disepakati (Pedersen et all,
2018). Berkaca pada networking yang dibangun oleh GO-JEK dengan para mitranya
yang menghasilkan better quality of service & otimal outcome, menunjukkan bahwa
self-govenance telah ada dalam setiap organisasi yang ada pada networking GO-JEK.
Contoh konkritnya ada pada produk GO-FOOD, yaitu jasa yang pemesanan dan
pengataran makanan oleh GO-JEK, tanpa adanya koordinasi dan kesadaran dari pemilik
produk makanan untuk segera menyajikan makanan dengan kesigapan driver pengatar
GO-FOOD maka efisiensi yang diinginkan publik tidak akan tercapai. Kecepatan yang
juga merupakan salah satu nilai dasar GO-JEK telah merepresentasikan hasil dari
adanya self-governance yang ada. Kemudian self-governance juga tercermin dengan
adanya kesadaran perusahaan GO-JEK dengan UMKM untuk sama – sama
meningkatkan perekonomian di Indonesia, mengingat adanya hubungan kemitraan ini
memberikan sumbangsih perekonomian sebesar 1,7 triliun per tahun (Lembaga
Demografi UI, 2017).
Adjustable & Adaptive
Organisasi dalam logika metagovernance juga diharuskan mampu adjustable &
adaptive terhadap perkembangan ruang dan waktu, maksudnya ialah organisasi harus
selalu up to date terhadap issu terkini dan permintaan pasar (Pedersen et all, 2018). GO-
JEK sendiri merupakan organisasi yang responsif terhadap issue yang berkembang,
kecepatan pekembangan teknologi secara global telah direspon GO-JEK melalui
platform aplikasinya yang mudah digunakan oleh newbie/pengguna baru serta selalu up
to date terhadap kebutuhan masyarakat/pasar. Apabila GO-JEK mampu
mempertahannkan dan menjaga keberlangungan untuk selalu update terhadap
environment, maka bukan tidak mungkin GO-JEK akan menjadi perusahaan nomor 1
(Coupez, 2017). Konkritnya ialah design aplikasi yang simple memudahkan akses bagi
semua pengguna, lalu responsive terhadap kebutuhan masyarakat dibuktikan dengan
jasa pijat (GO-MASSAGE), kemudian jasa bersih – bersih (GO-CLEAN), jasa
pembelian tiket (GO-TIX) dan masih banyak lainnya. Penilaian publik terhadap
responsivitas (adjustable & adaptive) GO-JEK dari range prosentase poin 1-100%,
GO-JEK memiliki poin sebesar 85% (Waruwu et al, 2017). Ini membuktikan bahwa
keberadaan GO-JEK di dalam kehidupan masyarakat sangat di butuhkan dan kepuasan
terhadap jasa layanan GO-JEK cukup baik.
III. KESIMPULAN
Dilemma mengenai posisi GO-JEK yang merupakan perusahaan swasta/ private
namun ber-orientasi terhadap efisiensi public service sudah terjawab. Mengingat
definisi dan ruang lingkup publik telah berubah menjadi lebih luas, mencakup
pemerintah, negara, masyarakat, bahkan perusahaan swasta juga termasuk publik.
Perusahaan GO-JEK sendiri telah memberikan kontribusinya terhadap kemajuan
umum, baik dari segi perkembangan teknologi, kemudian efisiensi pelayanan publik,
lalu dampak sosial berupa pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan perekonomian
Indonesia. Namun yang masih perlu di garis bawahi ialah kontribui Pemerintah
Indonesia selaku policy maker yang masih belum terlihat bukti konkritnya. Padahal
dalam teori public governance, khususnya logika metagovernancecoordination, semua
pihak diharuskan membangun networking yang luas serta linkages yang kuat. Apabila
keduanya telah terbangun maka negosiasi bisa dilaksanakan dengan baik dan kompleks,
yang akan berimplikasi terhadap tercapainya tujuan bersama serta problem solution
suatu masalah secara kolektif. Maka dari itu, seharusnya Pemerintah Indonesia mampu
menggandeng perusahaan karya anak bangsa ‘GO-JEK’ untuk berkolaborasi agar bisa
melahirkan optimal ouctome seperti kebijakan yang representatif publik, kemudian
pertumbuhan ekonomi nasional, pengembangan teknologi, peningkatan kualita
pelayanan publik, serta mampu menghasilkan problem solution terhadap permasalahan
yang lainnya, secara kolektif dan masif.
.
REFERENCES
Anne Reff Pedersen, Karina Sehested, and Eva Sørensen, 2011. Emerging Theoretical
Understanding of Pluricentric Coordination in Public Governance. The
American Review of Public Administration , 41(4), p. 375 –394 .
BADAN PUSAT STATISTIK.GO.ID (2018)
CBINSIGHTS, 2018. The Global Unicorn Club
Coupez, A., 2017. A Drive to Success The case of GO-JEK in Jakarta, Indonesia.
Sharing economy: a drive to success, pp. 1-88.
GO-JEK, 2018. About Gojek. [Online]
Available at: https://www.Go-Jek.com/about/
[Accessed 15 12 2018].
KOMPAS, 2016. BPS sebut ojek online mampu tekan angka pengangguran
KOMPAS, 2017. Berapa Jumlah Pengguna dan Pengemudi Go-Jek?, s.l.: s.n.
KOMPAS, 2018. PT Go-Jek Indonesia: "Open Suspend" Rugikan Mitra Aktif. s.l.:s.n.
KOMPAS, 2018. Berita Populer : Sumbangsih Go-Jek untuk perekonomian, hingga
Rencana Tarif Tol Turun
KOMPAS, 2018. Gandeng Gojek, BNI Bidik Penyaluran KUR Sektor Produktif
KOMPAS, 2018. Go-Jek Lakukan Ekspansi ke 4 Negara di Asia Tenggara
KompasTekno, 2018. Struktur Perusahaan Go-Jek Terungkap dari Bocoran Dokumen
KEUANGANKONTAN.CO.ID, 2017. Gojek gandeng tiga bank agar mitra driver
bankable
KADATA, 2017. Baru 26 Uang Elektronik Kantongi Izin BI, Termasuk GoPay dan
OVO
Lembaga Demografi Universitas Indonesia, 2018. Dampak GO-JEK terhadap
Perekonomian Indonesia
NIKKEI ASIAN REVIEW, 2018. BUSSINESS TRENDS : Go-Jek to launch service
in Vietnam through local partner
Republika.co.id, 2017. BI dan Perbankan Gandeng Gojek Distribusikan Uang
Elektronik
STATISTIK, B. P., 2018. Data Pengangguran. [Online]
Available at: bps.go.id
[Accessed 14 12 2018].
Suryajaya, M., 2013. Asal Usul Kekayaan: Sejarah Teori Nilai dalam Ilmu Ekonomi
dari Aristoteles sampai Amartya Sen. s.l.:Resist Book.
Tony Bovaird, Elke Loffler, 2003. Evaluating the quality of public governance :
indicators, models and methodologies. International Review of Administrative
Sciences, 69(036081), pp. 313-328.
TribunBisnis, 2015. Ini Cerita Nadiem Makarim Mendirikan Go-Jek
TribunTechno, 2018. Perkembangan Terbaru GO-JEK Ekspansi ke ASEAN
TIRTO.ID, 2018. Bagaimana Data Pengguna Memberi Untung Bagi Go-Jek.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Waruwu Jenis Jaya, Akbar Adhiutama, 2017. ANALYSIS OF MOTOR SHARING
(ONLINE TRANSPORTATION). JOURNAL OF ECONOMIC , 6(1), pp. 143-
159.

More Related Content

What's hot

300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt
300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt
300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt
UmmuFaizah7
 

What's hot (20)

Review Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Review Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalReview Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Review Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Menciptakan Good Governance melalui Perencanaan
Menciptakan Good Governance melalui PerencanaanMenciptakan Good Governance melalui Perencanaan
Menciptakan Good Governance melalui Perencanaan
 
7. Kolaboratif.pdf
7. Kolaboratif.pdf7. Kolaboratif.pdf
7. Kolaboratif.pdf
 
Perubahan Paradigma Kepemerintahan
Perubahan Paradigma KepemerintahanPerubahan Paradigma Kepemerintahan
Perubahan Paradigma Kepemerintahan
 
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
Peran dan Fungsi Pemda dan DPRD dalam Penyusunan APBD berbasis Kinerja
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
 
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
Kajian ”Pola Kemitraan Pemerintah Kota Dengan Swasta Dalam Pembangunan Daerah...
 
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan PublikAgenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
Agenda Setting & Perumusan Kebijakan Publik
 
Public choice
Public choicePublic choice
Public choice
 
E-Government
E-GovernmentE-Government
E-Government
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
 
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
Paradigma dalam pembangunan sosial (percentation)
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt
300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt
300944665-Ilmu-Administrasi-Publik-PPT.ppt
 
Powerpoint e government
Powerpoint e governmentPowerpoint e government
Powerpoint e government
 
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
 
Analisis CSR pada PT. Freeport
Analisis CSR pada PT. FreeportAnalisis CSR pada PT. Freeport
Analisis CSR pada PT. Freeport
 
Analisis wilayah
Analisis wilayahAnalisis wilayah
Analisis wilayah
 
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdfBuku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
Buku Policy Brief-Telaah Isu Strategis-Penyederhanaan Birokrasi (final) 2022.pdf
 

Similar to Dilemma Posisi Gojek Dalam Perspektif Meta Governance

Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Amrulloh Amal
 
S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...
S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...
S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...
Amrulloh Amal
 
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Amrulloh Amal
 
Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...
Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...
Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...
RakaKhevrianur
 

Similar to Dilemma Posisi Gojek Dalam Perspektif Meta Governance (20)

Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
 
S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...
S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...
S im, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,penerapan sistem dan teknologi i...
 
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
Sim, amrulloh amal, prof.dr.ir.hapzi,mm,cma,conceptual framework, universitas...
 
E-Business GoTo by mahasiswa tugas kuliah.pptx
E-Business GoTo by mahasiswa tugas kuliah.pptxE-Business GoTo by mahasiswa tugas kuliah.pptx
E-Business GoTo by mahasiswa tugas kuliah.pptx
 
Gojek (analisis etika bisnis perusahaan gojek )
Gojek (analisis etika bisnis perusahaan gojek ) Gojek (analisis etika bisnis perusahaan gojek )
Gojek (analisis etika bisnis perusahaan gojek )
 
Analisis Swot Gojek
Analisis Swot GojekAnalisis Swot Gojek
Analisis Swot Gojek
 
Forum 9
Forum 9Forum 9
Forum 9
 
KELOMPOK GOJEK.pptx
KELOMPOK GOJEK.pptxKELOMPOK GOJEK.pptx
KELOMPOK GOJEK.pptx
 
Tentang Go-Jek Indonesia
Tentang Go-Jek IndonesiaTentang Go-Jek Indonesia
Tentang Go-Jek Indonesia
 
Analisis swot untuk mencari lokasi retail modern
Analisis swot untuk mencari lokasi retail modernAnalisis swot untuk mencari lokasi retail modern
Analisis swot untuk mencari lokasi retail modern
 
Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...
Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...
Sim, rahadian khevrianur, hapzi ali, sistem informasi pada pt. gojek indonesi...
 
Forum 9
Forum 9Forum 9
Forum 9
 
TECHNOPRENEURSHIP (1).pptx
TECHNOPRENEURSHIP (1).pptxTECHNOPRENEURSHIP (1).pptx
TECHNOPRENEURSHIP (1).pptx
 
13. sim, ressy ika ariana, hapzi ali, analisis dan perancangan sistem informa...
13. sim, ressy ika ariana, hapzi ali, analisis dan perancangan sistem informa...13. sim, ressy ika ariana, hapzi ali, analisis dan perancangan sistem informa...
13. sim, ressy ika ariana, hapzi ali, analisis dan perancangan sistem informa...
 
Mengenal Go-jek lebih
Mengenal Go-jek lebih Mengenal Go-jek lebih
Mengenal Go-jek lebih
 
Presentasi kreatif-go-jek-kelompok-6 [Ruangojol.com]
Presentasi kreatif-go-jek-kelompok-6  [Ruangojol.com]Presentasi kreatif-go-jek-kelompok-6  [Ruangojol.com]
Presentasi kreatif-go-jek-kelompok-6 [Ruangojol.com]
 
Data Company profile and mockup_Gojek.pdf
Data Company profile and mockup_Gojek.pdfData Company profile and mockup_Gojek.pdf
Data Company profile and mockup_Gojek.pdf
 
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
 
Literasi keuangan digital.pptx
Literasi keuangan digital.pptxLiterasi keuangan digital.pptx
Literasi keuangan digital.pptx
 
39 70 1 SM Gojek Teknologi gojek masa depan
39 70 1 SM Gojek Teknologi gojek masa depan39 70 1 SM Gojek Teknologi gojek masa depan
39 70 1 SM Gojek Teknologi gojek masa depan
 

Dilemma Posisi Gojek Dalam Perspektif Meta Governance

  • 1. Tugas Ujian Akhir Semester Mata kuliah Public Governance “Dilemma Posisi Gojek dalam Perspektif Metagovernance” Oleh: Brilian Priatmaja 17/414861/SP/27988 Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada 2018
  • 2. I. LATAR BELAKANG Era globalisasi yang diiringi dengan pesatnya kemajuan teknologi menuntut sektor – sektor kehidupan menjadi serba efektif, efisien, dan praktis. Permintaan kebutuhan masyarakat yang bertambah kompleks, secara tidak langsung meminta para entrepreneur untuk selalu update dengan teknologi dan issue terkini. Perkembangan telekomunikasi yang didukung dengan adanya Big Data sebagai sarana mencari dan menyimpan data, sangatlah bermanfaat bagi perusahaan – perusahaan model sekarang. Salah satunya ialah maraknya perusahaan Start-Up (perusahaan rintisan) berbingkai teknologi, khususnya adalah perusahaan Start-Up Gojek. Pada awalnya Gojek yang merupakan perusahaan Start-Up berbasis transportasi Online, mulai melirik opportunity mengingat mahalnya ongkos dan ketidakefisienan transportasi konvensional. Bermula di tahun 2010 Nadiem Karim dan Michaelangelo Moran mendirikan GO-JEK sebagai perusahaan transportasi roda dua melalui panggilan telepon, GO-JEK kini telah tumbuh menjadi on-demand mobile platform dan aplikasi yang menyediakan berbagai layanan lengkap mulai dari transportasi, logistik, pembayaran, layan-antar makanan, dan berbagai layanan on-demand lainnnya. GO-JEK bukanlah sebuah perusahaan transportasi online maupun jasa online, namun GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi terkini yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai sektor informal di Indonesia, mengingat jumlah pengangguran di Indonesia berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2018 mencapai 6,87 juta. Semua kegiatan yang dilakukan GO-JEK bertumpu pada 3 nilai pokok yaitu kecepatan, inovasi, dan dampak sosial (Go-Jek.com, 2018). Para pekerja perusahaan GO-JEK ini mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat setelah bermitra dengan GO-JEK. Tak hanya itu, dari segi keselamatan kerja mereka juga mendapatkan jaminan asurans lalu akses kepada lembaga keuangan, cicilan terjangkau, dan berbagi fasilitas penunjang lainnya. Pada tahun 2018 ini, GO-JEK tercatat telah beroperasi di 50 kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Balikpapan, Malang, Solo, Manado, Samarinda, Batam, Sidoarjo, Gresik, Pekanbaru, Jambi, Sukabumi, Bandar Lampung, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Mataram, Kediri, Probolinggo, Pekalongan, Karawang, Madiun, Purwokerto, Cirebon, Serang, Jember, Magelang, Tasikmalaya, Belitung, Banyuwangi, Salatiga, Garut,
  • 3. Bukittinggi, Pasuruan, Tegal,Sumedang, Banda Aceh, Mojokerto, Cilacap, Purwakarta, Pematang Siantar, dan Madura serta pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang. Ini membuktikan bahwa GO-JEK telah berkembang secara pesat dan cepat. Tentunya hal ini didukung dengan produk – produk GO-JEK yang telah dilakukan adjustment terhadap kebutuhan masyarakat. Ada 3 pengelompokan Jenis produk GO- JEK yang terbagi 18 produk, yang ditawarkan kepada pasar yaitu 1) GO-JEK : GO- JEK, GO-RIDE, GO-CAR, GO-FOOD, GO-SEND, GO-BOX, GO-TIX GO-MED, GO-DEALS, GO-FOOD Festival, 2) GO-LIFE : GO-MASSAGE, GO-CLEAN, GO- GLAM, GO-AUTO, 3) GO-PAY : GO-PAY, GO-POINTS, GO-PULSA, GO-BILLS (GO-JEK.com, 2018) Dilihat dari visi dan misi GO-JEK yang menekankan pada kecepatan/efisiensi, kemudian inovasi, dan yang tidak kalah penting ialah dampak sosial, serta produk yang mengakomodir kebutuhan masyarakat, menjadikan sebuah pertanyaan apakah gojek ini merupakan perusahaan Start-Up yang pure dengan profit oriented. Tentunya setiap perusahaan dibangun untuk mendapatkan benefit, guna menjaga sustainability dari perusahaan tersebut. Tidak jarang perusahaan yang berlevel multinasional, nasional, atau bahkan sebatas regional menganut logika kapitalisme, dimana banyak perusahaan kapitalis hanya mementingkan perolehan keuntungan semata tanpa memperhatikan lingkungan sekitar. GO-JEK telah mendapatkan Unicorn achievment yaitu perusahaan dengan pendapatan lebih dari 1 miliar per-tahun (CBINSIGHTS, 2018). Berbicara mengenai GO-JEK sebagai sebuah perusahaan pemberi layanan publik, merupakan sebuah hal yang sangat menarik untuk diulas secara mendalam. Notabenenya GO-JEK merupakan perusahaan swasta/private, namun pada produk yang mereka berikan memiliki orientasi pada efisiensi pelayanan publik. Dalam analisis pembahasan selanjutnya, akan dibahas mengenai dimana dan bagaimana posisi sebenarnya GO-JEK menggunakan perspektif teori Public Governance khususnya dalam logika metagovernance coordination.
  • 4. II. PEMBAHASAN GO-JEK Sebagai Pure Private Sector Pasal 1 Ayat 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan adalah : “Setiap badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Dari sini jelas bahwa GO-JEK termasuk sebagai sebuah Perusahaan (PT/Perseroan Terbatas) yang mana mempekerjakan pekerja dengan membayar upah serta insentif berupa uang dan juga imbalan seperti jaminan asuransi. Sebagai suatu perusahaan, tentu GO-JEK membutuhkan keuntungan demi jalannya roda perekonomian perusahaan tersebut. Sumber pendapatan GO-JEK ini tentu berasal dari platform Aplikasi dan produk yang berhasil mereka jual. Dilihat dari segi pengunduhan aplikasi GO-JEK, sejak didirikan pada tahun 2010, tahun 2017 kemarin total mitra driver GO-JEK mencapai sekitar 250 ribu dan aplikasi GO-JEK telah diunduh oleh 25 juta pengguna baik itu melalui Playstore maupun Appstore. Dari pengunduhan aplikasi tersebut, GO-JEK telah mendapatkan suntikan dana sebesar 550 juta dolar atau setara dengan 7,2 triliun rupiah, dan dari sini pula GO-JEK menjadi perusahaan Start-Up pertama yang memperoleh Unicorn Achievment di Indonesia (Tirto, 2018). Kemudian dari akses pelanggan pada setiap tranksaksi pembelian produk layanan GO-JEK setiap hari tentu merupakan penyumbang utama dan bisa dikatakan sebagai daily income perusahaan ini. Data Kompas Desember 2017 lalu menunjukkan bahwa setiap bulannya ada lebih dari 100 juta tranksaksi terjadi dalam platform GO-JEK, dapat diprediksi bahwa pendapatan perusahaan ini tentu sangatlah besar. Dengan pendapatan yang sangat besar, tentu pengeluaran yang digunakan perusahaan GO-JEK juga tidak sedikit, meningat sebagai perusahaan berbasis teknologi yang mengandalkan internet & big data, tentu biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, maka dari itu GO-JEK membuat sistem financial management yang sangat baik. Logika – logika swasta dan kapitalisme terlihat jelas dalam perusahaan GO-JEK ini, yang mana mereka berusaha untuk selalu menjaga kepuasan, keamanan, dan kenyamanan pelanggan dalam setiap produk ‘service’ yang mereka berikan. Dalam platform aplikasi GO-JEK para pelanggan berhak untuk menilai grade pelayanan yang diberikan oleh
  • 5. para driver GO-JEK. Logika swasta yang mengedepankan kualitas layanan yang diberikan pegawai terlihat jelas ketika ada pegawai ‘driver’ GO-JEK yang diberikan nilai minus oleh para pelanggan, maka perusahaan tidak segan untuk memberikan skorsing bahkan suspend (Kompas, 2018). Pada umumnya perusahaan swasta tidak akan jauh dari logika kapitalis yang mengedepankan perolehan pendapatan secara terus menerus, atau dalam kalimat lain bisa diartikan sebagai penimbunan kekayaan (Heilbroner, dalam Suryajaya, 2013). Begitu pun dengan GO-JEK, yang selalu memperbaharui dan melakukan inovasi produk demi mendapatkan keuntungan serta bersaing dengan kompetitor transportasi online lainnya. Hal tersebut tentunya memang telah menjadi sebuah prevalensi dalam dinamika perusahaan swasta, karena tanpa adanya inovasi yang selalu update dengan era terkini, bukan tidak mungkin perusahaan sekelas GO-JEK bisa tersingirkan oleh kompetitor yang lebih up to date. Ke-publikan GO-JEK dalam Mata Public Governance Dalam menjalankan suatu organisasi tentunya dibutuhkan koordinasi yang baik dari semua elemen terkait pada organisasi tersebut. Dalam teori Public Governance “The Ways” menjelaskan mengenai ketercapaian tujuan dari organisasi ini membutuhkan interaksi dari para stakeholders sehingga ‘negosiasi’ atau kesepakatan bersama dapat terlahir, hal ini memberikan impact terhadap tercapainya tujuan suatu organisasi dan menghasilkan sebuah outcome yang merepresentasikan semua pihak yang terlibat (Bovaird & Loffler, 2003). Ketika kita membicarakan GO-JEK yang merupakan suatu organisasi ‘perusahaan start – up’, tentu dengan keberhasilannya mencapai visi dan misi mereka, ini berarti dalam proses public governance telah terlaksana dengan cukup baik. Mengingat setiap tahunnya GOJEK memerikan sumbangan ekonomi pada Negara Indonesia sebesar Rp 9,9 Triliun, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan GOJEK sangatlah baik (FEB UI dalam Kompas, 2018). Framework organisasi GOJEK ini telah direpresentasikan dalam 3 nilai pokok yaitu kecepatan, inovasi, dan dampak sosial (Go-Jek.com, 2018). Kecepatan atau efisiensi sangatlah jelas adanya, dibuktikan dengan semakin mudahnya akses ‘jasa antar’ yang dibutuhkan oleh publik yang tidak lain ialah masyarakat. Aplikasi yang disediakan oleh perusahaan GOJEK pun sangat easyable bagi setiap pengguna, baik newbie maupun yang sudah terbiasa memanfaatkan aplikasi GOJEK. Kebutuhan
  • 6. masyarakat yang semakin berragam dan keinginan masyarakat untuk mendapatkan secara cepat kini telah dipenuhi oleh GOJEK. Contoh konkritnya adalah kebutuhan pangan Publik, masyarakat hanya perlu membuka gadget mereka lalu memilih menu di aplikasi GOJEK dan tinggal menunggu lalu membayar nya secara tunai. Kemajuan teknologi yang didorong oleh globalisasi semakin memberikan dampaknya, tak terkecuali pada perusahaan GOJEK. Dulunya mungkin tak terpikirkan megenai jasa transportasi online maupun jasa antar barang secara online. Perusahaan Jasa Online ini- -pun merespon kemajuan teknologi yang sedang gencar dikalangan publik ialah uang elektronik, implikasinya terlihat pada alat pembayaran pada aplikasi GOJEK yang berbentuk digital “GO-Pay”. Jadi masyarakat tidak perlu repot melakukan pembayaran secara tunai, karena masyarakat tinggal mengisi saldo GO-pay sebagai alat pembayaran. Tak hanya sebatas itu, uang elektronik Go-Pay ini juga telah mengantongi izin dari BANK INDONESIA (Kadata, 2017). Menarik ketika GO-JEK memilih ‘dampak sosial’ dalam 3 nilai utama perusahaan GO-JEK. Seperti halnya dijelaskan dalam teori public governance, yakni measuring quality of life improvements, salah satunya ialah kepuasana terhadap bekerja (Bovaird & Loffler, 2003). Kompas 2016 lalu memaparkan data yang diberikan oleh Kepala BPS Suhariyanto, yang menyebutkan bahwa ojek online memberikan kontribusi ke penurunan jumlah pengangguran di Indonesia. Data BPS tahun 2018 menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan penangguran terbuka dari tahun 2017 kemarin sejumlah 7,4 juta orang, pada tahun 2018 ini turun menjadi 7 juta orang. Keberhasilan ini juga juga dapat terlakasana melalui kontribusi GO-JEK yang membuka lapangan pekerjaan pada masyarakat. Ini juga mengartikan bahwa keberadaan GO-JEK telah memberikan dampak sosial berupa peningkatan kualitas perekonomian. Metagovernance Coordination dalam GO-JEK Sesuai dengan ketentuan perseroan terbatas di Indonesia, GO-JEK memiliki struktur organisasi yang terdiri dari pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi. Dewan direksi GO-JEK bertanggung jawab atas manajemen dan operasional perusahaan. Sementara dewan komisaris melakukan pengawasan terhadap pengurusan perusahaan oleh dewan direksi. Tanggung jawab lain dari dewan komisaris termasuk meninjau rencana kerja dewan direksi, dan menyusun laporan tahunan untuk rapat pemegang saham. Ada juga kewenangan untuk menentukan remunerasi dan
  • 7. memberhentikan anggota dewan direksi (KompasTekno, 2018). Dari segi struktur organisasi, GO-JEK juga mempunyai struktur sebagai layaknya sebuah Perseroan Terbatas yang telah diatur dalam Undang – undang di Indonesia. Struktur dalam logika metagovernance tidak hanya soal struktur birokrasi (vertical & horizontal), namun struktur diartikan pula menjadi sebuah interaction & communication sehingga pihak yang terlibat dalam struktur tersebut bisa menghasilkan sebuah optimal outcome (Pedresen et all, 2011). Hal ini terlihat pula dalam struktur organisasi gojek dari anggota komisaris Go-Jek mencakup Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto, Direktur Toba Bara Pandu Patria Sjahrir, CEO Blili.com dan COO GDP Venture, Kusumo Martanto, kemudian ada Managing Director and Head of Southeast Asia Warburg Pincus Jeffrey Perlman, George Raymond Zage III dari Farallon Capital Asia, Principal Capital Group Hotak Chow, Zhahui Li dari Tencent Investment, dan Direktur Temasek Pradyumna Agrawal. Dengan berragamnya latar belakang anggota komesaris dalam perusahaan Go-Jek dimanfaatkan oleh Nadiem Makarim selaku CEO dan juga pimpinan Komesaris untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi hingga bisa menghasilkan best quality of product & optimum outcome. Pada awalnya Nadiem Makarim selaku founder GO-JEK juga tidak segan untuk terjun langsung ke lapangan dalam rangka mendengar keluh kesah, berdiskusi serta pendekatan kepada para tukang ojek (TribunBisnis, 2015). Hal seperti ini sangat diperlukan dalam suatu perusahaan demi mengetaui kondisi dan situasi jenjang jabatan paling bawah, seperti halnya teori public governance menjelaskan bahwa koordinasi di dalam organisasi yang baik harus bisa fleksibel dan tidak kaku. Kemudian, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi dalam logika metagovernance coordination, yaitu autonomy, networking & linkages, self-governance, adjustable & adaptive (Pederson, 2011). Autonomy Untuk memproduksi koordinasi yang baik, dalam teori metagovernance dijelaskan bahwa dibutuhkan suatu autonomy para anggota guna menyuarakan ide maupun pendapat guna menciptakan kemajuan bersama (Pedresen et all, 2011). Dalam Go-Jek sendiri terdapat program jenjang karir guna meningkatkan kemampuan dan kontribusi pada perusahaan. Kesempatan para mitra / pegawai GO-JEK untuk berimprovisasi dan memberikan ide – ide kreatifnya sangat didukung oleh perusahaan. Dalam rekruitmen sendiri GO-JEK tidak menuntut calon tenaga kerjanya harus berasal dari Universitas ternama, dalam platformnya dijelaskan juga bahwa yang dibutuhkan
  • 8. adalah individu yang mempunyai passion untuk belajar dan selalu membawa kebahagiaan. Kaitannnya dengan autonomy setiap para tenaga kerja, perusahaan GO- JEK memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada siapapun. Terdapat 4 oportunities yang akan didapat bagi para tenaga kerja, yaitu 1) TO INNOVATE, 2) TO RAISE THE BAR, 3) TO COLLABORATE, 4) TO DRIVE IMPACT. Pertama, semua karyawan/mitra GO-JEK sangat dianjurkan untuk memberikan kontribusi ide maupun solusi bagi permasalahan dan menjadikan perusahaan menjadi lebih baik. Kedua semua karyawan berhak mendapatkan achievment terhadap capaian – capaian yang telah ditargetkan, serta berhak medapatkan tantangan baru (bisa posisi) agar kemampuannya semakin meningkat. Ketiga, semua berhak untuk berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mendapatkan informasi dan diwajibkan respect satu sama lain. Keempat, karena GO-JEK merupakan perusahaan yang memiliki cakupan seluruh Indonesia bahkan go- International, anggotannya juga diberikan hak untuk selalu memberikan dampak konkrit bagi publik (Go-Jek.com, 2018) Networking & Linkages Logika metagovernance menyatakan bahwa organisasi tidak hanya sebatas vertical & horizontal coordination lagi, namun sangat kompleks. Maka dari itu organisasi akan lebih baik ketika networking/jejaring yang dibangun itu luas, dengan konsekuensinya yitu organisasi menjadi lebih kompleks. Dengan networking yang luas, organisasi diharapkan mampu saling berkoordinasi untuk melakukan negosiasi sehingga bisa tercipta goals bersama (Pedresen et all, 2011). Berbicara mengenai GO- JEK, tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa perusahaan GO-JEK mempunyai networking yang sangat luas, baik lingkup nasional maupun lingkup International. Dalam lingkup region Indonesia sendiri GO-JEK bermitra dengan becak motor(kearifan lokal), UMKM , perusahaan swasta seperti Telkomsel, 3 perusahaan fintench (finadaya, dana cita, aktivaku), perbankan di Indonesia dan juga Bank Indonesia selaku Bank entral Negara Indonesia (Kompas, 2018; KeuanganKontan, 2017; Republika, 2017). Sebuah pencapaian yang baik untuk sebuah perusahaan Start- Up Indonesia, yang mungkin publik patut tahu akan hal ini. Hubungan kemitraan yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia selain kemitraan dengan para driver GO-JEK, juga hubungan kemitraan yang dijalin dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Hubungan kemitraan GO-JEK dengan UMKM juga salah satu manifestasi dari nilai ‘dampak sosial’ yang ada, dengan adanya hubungan kemitraan ini
  • 9. selain dipermudah dalam hal tranksaksi, income yang didapatkan oleh UMKM juga meningkat drastis. Data dari Lembaga Demografi UI 2017, menunjukkan bahwa hubungan kemitraan GO-JEK dengan UMKM ini berkontribusi 1,7 triliun per tahun dalam perekonomian Indonesia melalui penghasilan mitra UMKM. Tidak hanya lingkup nasional, networking international yang dibangun oleh Go-Jek direncanakan ke empat negara di Asia Tenggara yakni Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina dalam waktu dekat. Vietnam sendiri sudah berjalan 1 bulan terhitung dari Bulan Juli 2018, dan di Thailand akan segera beroperasi (Nikkei Asian Review, 2018; TribunTechno, 2018). Ini menunjukkan keseriusan GO-JEK untuk memperluas jaringan guna menjadi perusahaan yang memang layak menyandang gelar ‘Unicorn Acievement’. Dengan adanya networking yang dibangun oleh GO-JEK, akan memicu lahirnya sebuah linkages (keterkaitan) satu dengan yang lainnya. Self-Governance Penekanan pada networking yang ditumbuhkan dalam koordinasi metagovernance,yang melahirkan suatu linkage (keterkaitan) antar pihak terkait, tentu berimplikasi pada dampak yang dirasakan tidak lagi hanya pada satu pihak/ satu organisasi saja, namun pada networking yang terbangun. Koordinasi yang dilakukan dengan banyaknya networking tentu menimbulkan kompleksitas dan overlapping pada organisasi yang bersangkutan didalamnya, maka dari itu setiap organisasi/ pihak yang terlibat didalam nya harus mempunyai self-governance atau kesadaran untuk berkontribusi demi mencapai dan menjaga goals yang telah disepakati (Pedersen et all, 2018). Berkaca pada networking yang dibangun oleh GO-JEK dengan para mitranya yang menghasilkan better quality of service & otimal outcome, menunjukkan bahwa self-govenance telah ada dalam setiap organisasi yang ada pada networking GO-JEK. Contoh konkritnya ada pada produk GO-FOOD, yaitu jasa yang pemesanan dan pengataran makanan oleh GO-JEK, tanpa adanya koordinasi dan kesadaran dari pemilik produk makanan untuk segera menyajikan makanan dengan kesigapan driver pengatar GO-FOOD maka efisiensi yang diinginkan publik tidak akan tercapai. Kecepatan yang juga merupakan salah satu nilai dasar GO-JEK telah merepresentasikan hasil dari adanya self-governance yang ada. Kemudian self-governance juga tercermin dengan adanya kesadaran perusahaan GO-JEK dengan UMKM untuk sama – sama meningkatkan perekonomian di Indonesia, mengingat adanya hubungan kemitraan ini
  • 10. memberikan sumbangsih perekonomian sebesar 1,7 triliun per tahun (Lembaga Demografi UI, 2017). Adjustable & Adaptive Organisasi dalam logika metagovernance juga diharuskan mampu adjustable & adaptive terhadap perkembangan ruang dan waktu, maksudnya ialah organisasi harus selalu up to date terhadap issu terkini dan permintaan pasar (Pedersen et all, 2018). GO- JEK sendiri merupakan organisasi yang responsif terhadap issue yang berkembang, kecepatan pekembangan teknologi secara global telah direspon GO-JEK melalui platform aplikasinya yang mudah digunakan oleh newbie/pengguna baru serta selalu up to date terhadap kebutuhan masyarakat/pasar. Apabila GO-JEK mampu mempertahannkan dan menjaga keberlangungan untuk selalu update terhadap environment, maka bukan tidak mungkin GO-JEK akan menjadi perusahaan nomor 1 (Coupez, 2017). Konkritnya ialah design aplikasi yang simple memudahkan akses bagi semua pengguna, lalu responsive terhadap kebutuhan masyarakat dibuktikan dengan jasa pijat (GO-MASSAGE), kemudian jasa bersih – bersih (GO-CLEAN), jasa pembelian tiket (GO-TIX) dan masih banyak lainnya. Penilaian publik terhadap responsivitas (adjustable & adaptive) GO-JEK dari range prosentase poin 1-100%, GO-JEK memiliki poin sebesar 85% (Waruwu et al, 2017). Ini membuktikan bahwa keberadaan GO-JEK di dalam kehidupan masyarakat sangat di butuhkan dan kepuasan terhadap jasa layanan GO-JEK cukup baik.
  • 11. III. KESIMPULAN Dilemma mengenai posisi GO-JEK yang merupakan perusahaan swasta/ private namun ber-orientasi terhadap efisiensi public service sudah terjawab. Mengingat definisi dan ruang lingkup publik telah berubah menjadi lebih luas, mencakup pemerintah, negara, masyarakat, bahkan perusahaan swasta juga termasuk publik. Perusahaan GO-JEK sendiri telah memberikan kontribusinya terhadap kemajuan umum, baik dari segi perkembangan teknologi, kemudian efisiensi pelayanan publik, lalu dampak sosial berupa pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun yang masih perlu di garis bawahi ialah kontribui Pemerintah Indonesia selaku policy maker yang masih belum terlihat bukti konkritnya. Padahal dalam teori public governance, khususnya logika metagovernancecoordination, semua pihak diharuskan membangun networking yang luas serta linkages yang kuat. Apabila keduanya telah terbangun maka negosiasi bisa dilaksanakan dengan baik dan kompleks, yang akan berimplikasi terhadap tercapainya tujuan bersama serta problem solution suatu masalah secara kolektif. Maka dari itu, seharusnya Pemerintah Indonesia mampu menggandeng perusahaan karya anak bangsa ‘GO-JEK’ untuk berkolaborasi agar bisa melahirkan optimal ouctome seperti kebijakan yang representatif publik, kemudian pertumbuhan ekonomi nasional, pengembangan teknologi, peningkatan kualita pelayanan publik, serta mampu menghasilkan problem solution terhadap permasalahan yang lainnya, secara kolektif dan masif. .
  • 12. REFERENCES Anne Reff Pedersen, Karina Sehested, and Eva Sørensen, 2011. Emerging Theoretical Understanding of Pluricentric Coordination in Public Governance. The American Review of Public Administration , 41(4), p. 375 –394 . BADAN PUSAT STATISTIK.GO.ID (2018) CBINSIGHTS, 2018. The Global Unicorn Club Coupez, A., 2017. A Drive to Success The case of GO-JEK in Jakarta, Indonesia. Sharing economy: a drive to success, pp. 1-88. GO-JEK, 2018. About Gojek. [Online] Available at: https://www.Go-Jek.com/about/ [Accessed 15 12 2018]. KOMPAS, 2016. BPS sebut ojek online mampu tekan angka pengangguran KOMPAS, 2017. Berapa Jumlah Pengguna dan Pengemudi Go-Jek?, s.l.: s.n. KOMPAS, 2018. PT Go-Jek Indonesia: "Open Suspend" Rugikan Mitra Aktif. s.l.:s.n. KOMPAS, 2018. Berita Populer : Sumbangsih Go-Jek untuk perekonomian, hingga Rencana Tarif Tol Turun KOMPAS, 2018. Gandeng Gojek, BNI Bidik Penyaluran KUR Sektor Produktif KOMPAS, 2018. Go-Jek Lakukan Ekspansi ke 4 Negara di Asia Tenggara KompasTekno, 2018. Struktur Perusahaan Go-Jek Terungkap dari Bocoran Dokumen KEUANGANKONTAN.CO.ID, 2017. Gojek gandeng tiga bank agar mitra driver bankable KADATA, 2017. Baru 26 Uang Elektronik Kantongi Izin BI, Termasuk GoPay dan OVO Lembaga Demografi Universitas Indonesia, 2018. Dampak GO-JEK terhadap Perekonomian Indonesia
  • 13. NIKKEI ASIAN REVIEW, 2018. BUSSINESS TRENDS : Go-Jek to launch service in Vietnam through local partner Republika.co.id, 2017. BI dan Perbankan Gandeng Gojek Distribusikan Uang Elektronik STATISTIK, B. P., 2018. Data Pengangguran. [Online] Available at: bps.go.id [Accessed 14 12 2018]. Suryajaya, M., 2013. Asal Usul Kekayaan: Sejarah Teori Nilai dalam Ilmu Ekonomi dari Aristoteles sampai Amartya Sen. s.l.:Resist Book. Tony Bovaird, Elke Loffler, 2003. Evaluating the quality of public governance : indicators, models and methodologies. International Review of Administrative Sciences, 69(036081), pp. 313-328. TribunBisnis, 2015. Ini Cerita Nadiem Makarim Mendirikan Go-Jek TribunTechno, 2018. Perkembangan Terbaru GO-JEK Ekspansi ke ASEAN TIRTO.ID, 2018. Bagaimana Data Pengguna Memberi Untung Bagi Go-Jek. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Waruwu Jenis Jaya, Akbar Adhiutama, 2017. ANALYSIS OF MOTOR SHARING (ONLINE TRANSPORTATION). JOURNAL OF ECONOMIC , 6(1), pp. 143- 159.