SlideShare a Scribd company logo
GEJALA GANGGUAN JIWA
DAN KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA
I. GEJALA GANGGUAN JIWA
A. Pendahuluan
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di negara maju diantaranya penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa
dan kecelakaan.
Gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala gangguan jiwa menandakan
dekompensasi proses adaptasi terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku.
Konsep gangguan jiwa memenuhi kriteria berikut:
1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:
- Sindrom atau pola prilaku
- Sindrom atau pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat
berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu dan disfungsi organ tubuh.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disability” yaitu keterbatasan atau
kekurangan kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada tingkat personal,
yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan
diri, buang air besar dan kecil.
Berdasarkan asal penyebabnya, gejala gangguan jiwa dibagi menjadi:
1. Organik
Gejala gangguan jiwa timbul akibat adanya perubahan pada jaringan atau fungsi otak.
Penyebab kelainan organik dapat berasal dari ekstrakranial seperti racun, infeksi dan
lainnya serta berasal dari intrakranial seperti tumor dan aterosklerosis.
2. Psikogenik
Gejala ditimbulkan karena adanya stres psikis yang tidak dapat ditanggulangi secara
baik oleh mekanisme mental.
1
Tanda (sign) adalah temuan objektif yang didapat oleh dokter, sedangkan gejala
(symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Sebagian besar
kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda dan gejala yang
terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang
spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas.
B. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
1. Kesadaran
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan
lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan
pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian).
1.1 Gangguan Kesadaran
a. Pengaburan kesadaran : kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan
gangguan persepsi dan sikap.
b. Somnolen : keadaan mengantuk abnormal yang sering ditemukan pada proses
organik.
c. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling.
d. Delirium : gelisah, bingung, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan
halusinasi dan rasa takut.
e. Koma : derajat ketidaksadaran yang berat.
f. Koma vigil : koma dimana pasien tampak tidur tetapi dapat segera
dibangunkan.
g. Keadaan seperti mimpi (dreamlike state) : seringkali digunakan secara sinonim
dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor.
h. Keadaan temaram (twilight state) : gangguan kesadaran dengan halusinasi
i. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat dan orang.
1.2 Gangguan atensi
Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian
tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu
aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.
2
a. Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian, penarikan atensi
kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.
b. Inatensi selektif : hambatan hanya pada hal – hal yang menimbulkan kecemasan.
c. Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli internal
dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid.
d. Keadaan tidak sadarkan diri (trance) : atensi yang terpusat dan kesadaran
yang berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan
pengalaman religius yang luar biasa.
1.3 Gangguan sugestibilitas
Adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh
a. Folie a deux / folie a trios : penyakit emosional yang berhubungan atara
dua atau tiga orang.
b. Hipnosis : modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang
ditandai dengan penigkatan sugestibilitas.
2. Emosi
Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan prilaku
yang berhubungan dengan afek dan mood.
2.1 Mood
Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara
subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain : contohnya elasi,
kemarahan, depresi.
a. Mood yang meluap-luap (expansive mood) : ekspresi perasaan seseorang tanpa
pembatasan
b. Mood eutimik : mood dalam rentang normal
c. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan
d. Mood yang meninggi (elevated mood) : suasana keyakinan dan kesayangan
e. Mood yang iritabel : dengan mudah diganggu atau diubah
f. Pergeseran mood (mood yang labil) : osilasi antara euforia dan depresi atau
kecemasan
g. Ektasi : perasaan kegairahan yang kuat
3
h. Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
i. Depresi : perasaan sedih yang psikopatologis
j. Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
k. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang
l. Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin
dan menyenangkan
2.2. Afek
Merupakan suatu ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan
emosi yang dikatakan pasien.
a. Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi dimana irama emosional
harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai.
b. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara
irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang
menyertai.
c. Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah
daripada afek tumpul tetapi jelas menurun.
d. Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang
tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.
e. Afek yang tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh penurunan
berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar.
f. Afek yang datar : tidak adanya atau hamper tidak ada tanda ekspresi afek, suara
yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
2.3 Emosi yang lain
a. Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara
sadar dan realistic.
b. Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik.
c. Kecemasan yang mengambang bebas : rasa takut yang meresap dan tidak
terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan.
d. Ketegangan (tension) : peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang
tidak menyenangkan.
4
e. Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri.
f. Abreaksional : pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang
menakutkan.
g. Panik : serangan kecamasan yang akut, episodic, dan kuat yang disertai
dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik.
h. Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan pelepasan atau
ketidakacuhan.
i. Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang
mungkin berasal dari dalam atau luar.
j. Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan
terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama
k. Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap
salah.
3. Perilaku motorik (Konasi)
a. Abullia : penurunan impuls untuk bertindak dan berfikir disertai dengan
ketidakacuhan tentang akibat tindakan, disertai dengan defisit neurologist
b. Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untun
menggerakkan atau terhadap semua instruksi
c. Mannerisme : pergerakan yang tidak disadari yang mendarah daging dan
kebiasaan
d. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain
e. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang
dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional
f. Otomatisme : tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu aktivitas
simbolik yang tidak disadari
g. Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif,
seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan
yang dapat terlihat
h. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural
i. Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang
5
j. Memerankan : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang
tidak disadari dalam bentuk gerakan
k. Mimikri ; aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak
l. Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti
m. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik
- Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang dapat diatur dalam
suatu posisi yang kemudian dipertahankannya, jika pemeriksa
menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-
akan terbuat dari lilin.
- Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku
yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. .
- Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan,
dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.
- Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali
sampai tidak mobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling.
- Katalepsi : posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus-
menerus.
- Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari,
menentang usaha untuk digerakkan
n. Overaktivitas
- Agitasi psikomotor : averaktivitas motorik dan kognitif yang
berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari
ketegangan.
- Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktifitas destruktif,
seringkali disertai patologi otak dasar.
- Tidur berjalan : aktivitas motorik saat tidur.
- Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
- Ataksia: kegagalan koordinasi otot, irregularitas gerakan otot.
- Polifagia : makan berlebihan yang patologis.
- Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik sekunder dari
medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan
6
kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-
ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik.
- Kompulsif : impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan
secara berulang.
i. Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol
ii. Kleptomania : kompulsi untuk mencuri
iii. Nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif
pada seorang wanita
iv. Satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada
seorang laki-laki
v. Trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambut
vi. Ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat, menurunkan
kecemasan yang orisinil.
o. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin
verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan atau
permusuhan.
4. Berfikir
Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh
suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Jika terjadi
urutan yang logis, berfikir adalah normal. Parapraksis (tergelincir dari logis yang
termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai
bagian dari berfikir yang normal.
A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berfikir
1. Gangguan mental
Sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dangan
penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan
dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan
masyarakat.
2. Psikosis
Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. Gangguan tes
realitas, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis :
7
gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar
norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan)
3. Tes realitas
Pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri
4. Gangguan pikiran formal
Gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran : berpikir ditandai dengan
kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir
mengalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik
5. Berpikir tidak logis
Berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal; hal ini
adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh kultural atau defisit
intelektual
6. Dereisme
Aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman
7. Berpikir autistik
Preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi
8. Berpikir magis
Suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase praopersional
pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan
mempunyai kekuatan
9. Proses berpikir primer
Istilah umu untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis. Normalnya
ditemukan dalam mimpi, abnormal pada psikosis
B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran
1. Neologisme
Kata baru yang diciptakan oleh pasien dengan mengkombinasikan suku kata dari
kata-kata lain, untuk alas an keanehan psikologis
2. World salad (gado-gado kata)
Campuran kata dan frasa yang membingungkan
8
3. Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya
dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan
perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan
4. Tangensialitas
Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan;
pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan
5. Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis)
Pikiran yang biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau kata-
kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yamg
menyebabkan disorganisasi
6. Perseverasi
Respon terhadap stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gagguan kognitif
7. Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atua frasa spesifik yang tidak mempunyai arti
8. Ekolalia
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara
psikopatologis, cendrung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan
mengejek atau intonasi terputus-putus
9. Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep
10. Jawaban yang tidak relevan
Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan uang dipertanyakan (pasien
tampaknya mengabaikan atua tidak memperhatikan pertanyaan)
11. Pengenduran asosiasi
Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain
dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat bicara mumngkin
membingungkan (inkoheheren)
12. Keluar dari jalur (derailment)
Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan
9
13. Flight of idea
Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang
menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cendrung
dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah, pendengar mungkin mampu
untuk mengikutinya
14. Asosiasi bunyi (clang association)
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata yang
tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata
15. Penghambatan (Blocking)
Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan
diselesaikan
16. Glossolalia
Ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (jaga
dikenal sebagai bicara pada lidah)
C. Gangguan spesifik pada isi pikiran
1. Kemiskinan isi pikiran
Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian,
pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas
2. Gagasan yang berlebihan
Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan dipertahankan secara
kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham
3. Waham
keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan
eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural,
yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan
a. Waham yang kacau (bizarre delusion) : keyakinan palsu yang
aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal.
b. Waham tersistematisasi : keyakinan yang palsu yang
digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal.
c. Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang
sesuai dengan mood
10
d. Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi
yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral.
e. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan
dunia adalah ada atau berakhir.
f. Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan
atau akan terampas semua harta miliknya.
g. Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi
tubuh pasien.
h. Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham
referensi, kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana
kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham)
• Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien
sedang diganggu, ditipu, atau disiksa.
• Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau
identitas seseorang yang berlebihan.
• Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang
lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain
mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam
bentuk negatif; diturunkan dari ide referensi, dimana seseorang secara
salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain.
i. Waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan yang palsu tentang
penyesalan yang dalam dan bersalah
j. Waham pengendalian : perasan palsu bahwa kemauan, pikiran,
atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar
• Penarikan pikiran (thought withdrawal) : waham bahwa
pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga
lain.
• Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa
pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang lain atau tenaga lain.
• Siar pikiran (thought broadcasting) : waham bahwa pikiran
pasien dapat didengar oleh lain.
11
• Pengendalian pikiran (thought control) : waham bahwa
pikiran pasien dikendalikan oleh orang lain atau tenaga lain.
k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang
didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak
jujur
l. Erotomania : kayakinan waham, lebih sering pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya
(dikenal sebagai kompleks Clerambault- Kandinsky)
m. Pseudologis phantastica : suatu jenis kebohongan, dimana
seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak
atas kenyataan
4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran
Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat,
seperti kecenderungan paranoid, atau preokupasi tentang bunuh diri atau
membunuh
5. Egomania
Egomania adalah preokupasi pada diri sendiri yang patologis
6. Monomania
Monomania adalah preokupasi dengan suatu objek tunggal
7. Hipokondria
Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan
pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interprestasi yang realistik terhadap
tanda atau sensasi fisik yang sebagai abnormal
8. Obsesi
Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat
ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang
disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai renungan)
9. Kompulsi
Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan
menyebabkan kecemasan
10. Koprolalia
12
Pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul
11. Fobia
Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti
• Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau
situasi yang jelas (contohnya, takut terhadap laba-laba atau ular)
• Fobia sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti
takut berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat
• Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi
• Agrofobia : rasa takut terhadap tempat yang luas
• Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri
• Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing
• Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah
• Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu
• Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup
• Xenofobia : rasa takut terhadap orang asing
• Zoofobia : rasa takut terhadap binatang
12. Noesis
Suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan
perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah
13. Unio mystica
Suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang
tidak terbatas
5. Bicara
Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi
melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.
13
A. Gangguan Bicara
1. Tekanan bicara : bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan
untuk memutus pembicaraan
2. Kesukaan bicara (logorrhea) : bicara yang banyak sekali, bertalian, dan
logis
3. Kemiskinan bicara (poverty of speech) : pembatasan bicara yang
digunakan; jawaban hanya satu suku kata
4. Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang diberikan hanya jika
ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri
5. Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi
memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan atau frasa yang
stereotipik
6. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal
7. Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau
tata bahasa
8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan
9. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atua suku kata yang sering,
menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas
10. Kekacauan : bicara yang aneh dan disritmik yang cepat dan menyentak
B. Gangguan Afasik : gangguan dalam pengeluaran bahasa
1. Afasia motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif
dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat
terganggu (dikenal sebagai afasia Broca)
2. Afasia sensorik : kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata;
bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan
3. Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu
benda (juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik)
4. Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam
urutan yang tepat
5. Afasia logat khusus : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik;
kata-kata yang bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara
14
6. Afasia global : kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih
yamg berat
6. Persepsi
Persepsi adalah memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses
mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran
6.1. Gangguan persepsi
Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi
psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.
1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan
stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi
waham tentang pengalaman halusinasi
a. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi
saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.
b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat
terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis.
c. Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi palsu, biasanya
suara tetapi juga berupa bunyi-bunyi lain, seperti musik, dan merupakan
halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik.
d. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang
berupa citra yang berbentuk (contoh : orang) dan citra yang tidak berbentuk
(contoh : kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik.
e. Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu,
paling sering pada gangguan organik.
f. Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang
palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh
kejang, paling sering pada ganggaun organik.
g. Halusinasi raba (taktil, haptic) : persepsi palsu tentang perabaan
atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom
limb), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit ( kesemutan).
15
h. Halusinasi somatik (halusinasi kenestetik) : sensasi palsu tentang
sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal
dari visceral.
i. Halusinasi liliput (mikropsia) : persepsi yang palsu dimana
benda-benda tampak lebih kecil ukurannya.
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent
hallucination) : halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan
mood yang tertekan atau manik.
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent
hallucination) : halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang
tertekan atau manik.
l. Halusinosis : halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar,
yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam
sensorium yag jernih.
m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi
lain.
n. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan
dengan obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai
sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.
2. Ilusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang
nyata
6.2. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif
Agnosia yaitu ketidakmampuan untuk mengenaki dan menginterpretasikan
kepentingan kesan sensoris
1. Anosognosia : ketidaktahuan tentang penyakit,
ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologist yang terjadi pada
dirinya
2. Somatopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu
bagian tubuh sebagai milik dirinya sendiri
3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda-
benda atau orang
16
4. Astereonosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda
melalui sentuhan
5. Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah
6. Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas – tugas
tertentu
7. Simutagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu
elemen pandangan visual pada suatu waktu untuk mengintegrasikanbagian-
bagian menjai keseluruhan
8. Adiasokokinesia : ketidakmampuan untuk melakukan
pergerakan yang berubah dengan cepat
6.3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif
Yaitu somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi
fisik yang melibatkan otot volunteer atau organ sensoris bukan di bawah kontrol
volunteer dan bukan disebabkan oleh suatu gangguan fisik
1. Anastesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang
disebabkan oleh konflik emosional
2. Makropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih
besar dari sesungguhnya
3. Mikropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih
kecil dari sesungguhnya
4. Depersonalisasi : peranan subjektif bahwa lingkungan
adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas
5. Fatigue (fuga) : mengambil identitas baru pada amnesia
identitas yang lama, seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke
lingkungan yang baru
6. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada
waktu yang berbeda menjadi 2 atau lebih kepribadian
7. Derealisasi : perasaan subjektif bahwa lingkungan
adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas
7. Daya ingat
17
Daya ingat adalah fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya
diingat kembali ke kesadaran.
I. Gangguan daya ingat
1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional.
a. Anterograd : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu
titik waktu.
b. Retrograd : amnesia sebelum suatu titik waktu.
2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan
a. Fausse reconnaissance : pengenalan yang palsu.
b. Pemalsuan retrospektif : ingatan secara tidak diharapkan (tidak
disadari) menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional,
kognitif, dan pengalaman pasien sekarang.
c. Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari
oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien
tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan, paling sering berhubungan dengan
patologi organik.
d. Déjà vu : ilusi pengenalan visual dimana situasi yang baru secara
keliru dianggap sebagai pengulangan ingatan sebelumnya.
e. Deja entendu : ilusi pengenalan auditoris
f. Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai
pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan.
g. Jamais vu : perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap
situasi nyata yang telah dialami seseorang.
3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan
4. Eidetic image : ingatan visual tentang kejelasan halusinasi
5. Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi
ingatan yang menyakitkan
6. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan yang
tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima
18
7. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau
suatu kata benda yang tepat
II. Tingkat daya ingat
1. Segara ( immediate) : reproduksi atau pengingatan hal- hal yang dirasakan
dalam beberapa detik sampai menit
2. Baru saja ( recent) : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari
3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama
beberapa bulan
4. Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi
8. Intelegensia
Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan
menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang
baru.
I. Retardasi mental : kurangnya intelegensia sampai derajat
dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejujuran.
II. Demensia : perburukan fungsi intelektual organik dan
global tanpa pengaburan kesadaran.
1. Diskalkulia (akalkulia) : hilngnya kemampuan untuk
melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan
konsentrasi.
2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk
menulis dalam gaya yang kursif, hilangnya struktur kata.
3. Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang
sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan.
III. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai
demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik, paling sering
disebabkan oleh depresi ( sindroma demensia dari depresi).
IV. Berpikir konkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan
yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu-dimensional.
19
V. Berpikir abstrak : kemampuan untuk mengerti nuansa
arti, berpikir multi dimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan
hipotesis dengan tepat.
9. Tilikan (Insight)
Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti
dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala).
1 Penyangkalan penyakit sama sekali
2 Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi
dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
3 Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain,
pada faktor eksternal, atau pada faktor organic
4 Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri
pasien
5 Tilikan intelektual : mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk
mengatasi situasi.
6 Tilikan emosional sesungguhnya : mengerti kenyataan objektif tentang suatu
situasi, disertai dengan daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk
mengatasi situasi.
10. Pertimbangan (Judgment)
Pertimbangan adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk
bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut.
a. Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih
berbagai pilihan di dalam suatu situasi
b. Pertimbangan otomatis : kinerja refleks di dalam suatu tindakan.
c. Pertimbangan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti
suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.
20
II. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA (DAFTAR & KATEGORI DIAGNOSIS)
F00-09 Gangguan mental organik, termasuk gangguan mental simtomatik.
Gambaran utama:
• Gangguan fungsi kognitif: daya ingat, daya pikir, dan belajar
• Gangguan sensorium: gangguan kesadaran dan perhatian
• Sindrom dengan menifestasi yang jelas dalam bidang: persepsi(halusinasi), isi
pikiran (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira dan
cemas)
• Gangguan mental simptomatik
F00 Demensia pada penyakit alzheimer
F00.0 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset dini
F00.1 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset lambat
21
F00.2 Demensia pada penyakit alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran
F00.9 Demensia pada penyakit alzheimer YTT
F01 Demensia vaskular
F01.0 Demensia vaskular onset akut
F01.1 Demensia multi infark
F01.2 Demensia vaskular subkortical
F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia vaskular lainnya
F01.9 Demensia vaskular YTT
F02 Demensia pada penyakit lain YDK
F02.0 Demensia pada penyakit Pick
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-jakob
F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson
F02.4 Demensia pada penyakit Human Imunodeficiency Virus [HIV]
F02.8 Demensia pada penyakit YDT YDK
F03 Demensia YTT
F04 Sindroma amnesia organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05 Deliriun bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainnya
F05.9 Delirium YTT
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
F06.0 Halusinosis organik
F06.1 Gangguan katatonik organik
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) organik
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik
F06.6 Gangguan astenik organik
F06.7 Gangguan kognitif ringan
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik lain YDT
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik YTT
F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindroma pasca-ensefalitis
22
F07.2 Sindroma pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak lainnya
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak YTT
F09 Gangguan mental organik atau simptomatik YTT
F10-19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
Dasar diagnosa:
• Adanya penggunaan zat psikoaktif (baik yang diresepkan maupun tidak)
• Adanya gejala psikotik maupun tidak ada
F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida
F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk
kafein
F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah
menguap
F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan
penggunaan zat psikoaktif lainnya
F20-29 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
Pedoman diagnosa :
• Gejala yang timbul yaitu gejala psikotik, semua umur
• Non organik
F20 Skizofrenia
Pedoman diagnosis:
Gejala Mayor: (1 gejala yang jelas, 2 gejala yang kurang jelas)
• Thought echo, though insertio, thought broadcasting
• Waham dikendalikan
• Halusinasi menetap
• Waham menetap
Gejala Minor: (paling sedikit 2)
• Halusinasi menetap
• Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan
• Perilaku katatonik
• Gejala negativistik
• Perubahan yang konsisten secara keseluruhan dari perilaku
23
Kurun waktu 1 bulan atu lebih
F20.0 Skizofrenia paranoid
F20.1 Skizofrenia hebefrenik
F20.2 Skizofrenia katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
F20.4 Skizofrenia pasca-skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia simpleks
F20.8 Skizofrenia lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
F21 Gangguan skizotipal
F22 Gangguan waham menetap
F22.0 Gangguan waham
F22.8 Gangguan waham menetap lainnya
F22.9 Gangguan waham YTT
F23 Gangguan psikotik akut dan sementara
F23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
F23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
F23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut
F23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
F23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
F23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT
F24 Gangguan waham terinduksi
F25 Gangguan skizoafektif
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif
F25.2 Gangguan skizoafektif tipe campuran
F25.8 Gangguan skizoafektif lainnya
F25.9 Gangguan skizoafenik YTT
F28 Gangguan psikotik non organik lainnya
F29 Psikosis non organik YTT
F30-39 Gangguan suasana perasaan (Mood [afektif])
Pedoman diagnosis:
• Perubahan suasana mood/ afek ( kearah depresi maupun elasi)
• Pada semua umut
• Perubahan semua tingkatan aktivitas (umumnya)
• Dapat disertai gejala psikotik maupun non psikotik
24
F30 Episode manik
F30.0 Hipomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
F30.8 Episode manik lainnya
F30.9 Episode manik YTT
F31 Gangguan afektif bipolar
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar,kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT
F32 Episode depresif
F32.0 Episode depresif ringan
F32.1 Episode depresif sedang
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psiotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
F33 Gangguan depresif berulang
F33.0 Episode depresif berulang, episode kini ringan
F33.1 Episode depresif berulang, episode kini sedang
F33.2 Episode depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
F33.3 Episode depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
F33.4 Episode depresif berulang, kini dalam remisi
F33.8 Episode depresif berulang lainnya
F33.9 Episode depresif berulang YTT
F34 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) menetap
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap lainnya
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap YTT
F38 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya
F38.0 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) tunggal lainnya
25
F38.1 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) berulang lainnya
F38.8 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya YDT
F39 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) YTT
F40-49 Gangguan Neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan
dengan stres
Gejala utama:
• Neurotik, somatoform dan berkaitan dengan stress
• Non organik
F40 Gangguan anxietas fobik
• F40.0 Agorafobia
• F40.1 Fobia sosial
• F40.2 Fobia khas (terisolasi)
• F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
• F40.9 Gangguan anxietas fobik lainnya
F41 Gangguan anxietas lainnya
• F41.0 Gangguan panik ( anxietas paroksismal episodik)
• F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
• F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
• F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
• F41.8 Gangguan anxietas lainnya
• F41.9 Gangguan anxietas YTT
F42 Gangguan obsesif-kompulsif
• F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan
• F42.1 Predominan tindakan kompulsif
• F42.2 campuran tindakan dan pikiran obsesional
• F42.8 Gangguan obsesif-kompulsif lainnya
• F42.9 Gangguan obsesif-kompulsif YTT
F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian
• F43.0 Reaksi stress akut
• F43.1 Gangguan stress pasca trauma
• F43.2 Gangguan penyesuaian
• F43.8 Reaksi terhadap stres berat lainnya
• F43.9 Reaksi terhadap stress berat YTT
F44 Gangguan disosiatif [konversi]
• F44.0 Amnesia disosiatif
• F44.1 Fugue disosiatif
26
• F44.2 Stupor disosiatif
• F44.3 Gangguan trans dan kesurupan
• F44.4 Gangguan motorik disosiatif
• F44.5 Konvulsi disosiatif
• F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
• F44.7 Gangguan disosiatif [konversi] campuran
• F44.8 Gangguan disosiatif [konversi] lainnya
• F44.9 Gangguan disosiatif [konversi] YTT
F45 Gangguan somatoform
• F45.0 Gangguan somatisasi
• F45.1 Gangguan somatoform tak terinci
• F45.2 Hipokondrik
• F45.3 Disfungsi otonomik somatoform
• F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap
• F45.8 Gangguan somatoform lainnya
• F45.9 Gangguan somatoform YTT
F48 Gangguan neurotik lainnya
• F48.0 Neurastenia
• F48.1 Sindroma depersonalisasi-derealisasi
• F48.8 Gangguan neurotik lainnya YDT
• F48.9 Gangguan neurotik YTT
F50-59 Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik
Gejala khas:
• Disfungsi fisiologi
• Etiologi non organik
F50 Gangguan makan
• F50.0 Anoreksia nervosa
• F50.1 Anoreksia nervosa tak khas
• F50.2 Bulimia nervosa
• F50.3 Bulimia nervosa tak khas
• F50.4 Makan berlebih yang berhubungan dengan gangguan psikologis
lainnya
• F50.5 Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya
• F50.8 Gangguan makan lainnya
27
• F50.9 Gangguan makan YTT
F51 Gangguan tidur nonorganik
• F51.0 Insomnia nonorganik
• F51.1 Hipersomnia nonorganik
• F51.2 Gangguan jadwal tidur nonorganik
• F51.3 Somnambulisme
• F51.4 Teror tidur
• F51.5 Mimpi buruk
• F51.8 Gangguan tidur nonorganik lainnya
• F51.9 Gangguan tidur nonorganik YTT
F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
• F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual
• F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks
• F52.2 Kegagalan dari respon genital
• F52.3 Disfungsi orgasme
• F52.4 Eyakulasi dini
• F52.5 Vaginismus nonorganik
• F52.6 Dispareunia nonorganik
• F52.7 Dorongan seksual berlebihan
• F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan olh gangguan atau
penyakit organik
• F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau
penyakit organik
F53 Gangguan jiwa dan perilaku yang berhunungan dengan masa nifas YTK
• F53.0 Gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.1 Gangguan jiwa dan perilaku berat yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.8 Gangguan jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa
nifas YTK
• F53.9 Gangguan masa nifas YTT
F54 Faktor psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit YDK
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan
• F55.0 Antidepresiva
• F55.1 Pencahar
28
• F55.2 Analgetika
• F55.3 Antasida
• F55.4 Vitamin
• F55.5 Stereoida atau hormon
• F55.6 Jamu atau obat tradisional
• F55.8 Zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan
• F55.9 YTT
F59 Sindroma perilaku YTT yang bverhubungan dengan gangguan fisiologi dan
faktor fisik
F60-69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.
Gajala khas
• Gejala prilaku
• Non organik
• Dewasa
F60 gangguan kepribadian khas
• F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
• F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
• F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
• F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
• F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
• F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
• F60.6 Gangguan kepribadian cemas
• F60.7 Gangguan kepribadian dependen
• F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
• F60.9 Gangguan kepribadian YTT
F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya.
• F61.0 Gangguan kepribadian campuran
• F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah
F62 Perilaku kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan okeh
kerusakan atau penyakit otak.
• F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa
• F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit
psikiatri
• F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya
• F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT
29
F63 Gangguan kebiasaan dan impuls
• F63.0 Judi patologis
• F63.1 Bakar patologis
• F63.2 Curi patologis
• F63.3 Trikotilomania
• F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya
• F63.9 Gangguan kebiasaan dan impuls YTT
F64 Gangguan preferensi seksual
• F64.0 Transseksualisme
• F64.1 Transvestisme peran ganda
• F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
• F64.8 Gangguan identitas jenis kelamin lainnya
• F64.9 Gangguan identitas jenis kelamin YTT
F65 Gangguan preferensi seksual
• F65.0 Fetishisme
• F65.1 Transvestisme fetishistik
• F65.2 Ekshibisionisme
• F65.3 Voyeurisme
• F65.4 Pedofilia
• F65.5 Sadomasokisme
• F65.6 Gangguan preferensi seksual multipel
• F65.8 Gangguan preferensi seksual lainnya
• F65.9 Gangguan preferensi seksual YTT
F66 Gangguan psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan
dan orientasi seksual
• F66.0 Gangguan maturasi seksual
• F66.1 Orientasi seksual egodistonik
• F66.2 Gangguan hubungan seksual
• F66.8 Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya
• F66.9 Gangguan perkembangan psikoseksual YTT
F68 Gangguan kepribadian dan perilaku dan perilaku masa dewasa
• F68.0 Elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis
• F68.1 Kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik
fisik maupun psikologi
• F68.8 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya YDT
F69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa 105
30
F70-79 Retardasi Mental
Gejala khas:
• Gejala perkembangan IQ
• Non organik
F70 Retardasi mental ringan
F71 Retardasi mental sedang
F72 Retardasi mental berat
F73 Retardasi mental sangat berat.
F78 Retardasi mental lainnya
F79 Retardasi mental YTT
F80-89 Gangguan perkembangan psikologis
Gejala khas:
• Gejala perkembangan khusus
• Onset masa kanak
F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa
• F80.0 Gangguan artikulasi berbicara khas
• F80.1 Gangguan berbahasa ekspresif
• F80.2 Gangguan berbahasa reseptif
• F80.3 Afasia yang dapat didapat dengan epilepsi (sindr landau-kleffner)
• F80.8 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya
• F80.9 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT
F81 Gangguan perkembangan belajar khas
• F81.0 Gangguan mambaca khas
• F81.1 Gangguan mengeja khas
• F81.2 Gangguan berhitung khas
• F81.3 Gangguan belajar campuran
• F81.4 Gangguan perkembangan belajar lainnya
• F81.5 Gangguan perkembangan belajar YTT
F82 Gangguan perkembangan motorik khas
F83 Gangguan perkembangan khas campuran
F84 Gangguan perkembangan pervasif
• F84.0 Autisme masa kanak
• F84.1 Autisme tak khas
• F84.2 Sindroma Rett
• F84.3 Gangguan desintegratif masa kanak lainnya
• F84.4 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi
mental dan gerakan stereotipik
31
• F84.5 Sindroma Asperger
• F84.8 Gangguan perkembangan pervasif lainnya
• F84.9 Gangguan perkembangan pervasif YTT
F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya
F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT
F90-99 Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada kanak
dan remaja
Gejala khas:
• Gejala prilaku/emosional
• Onset masa kanak
F90 Gangguan hiperkinetik
• F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian
• F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik
• F90.8 Gangguan hiperkinetik lainnya
• F90.9 Gangguan hiperkinetik YTT
F91 Gangguan tingkat laku
• F91.0 Gangguan tingkah laku yan berbatas pada lingkungan keluarga
• F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok
• F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok
• F91.3 Gangguan sikap menentang
• F91.8 Gangguan tingkah laku lainnya
• F91.9 Gangguan tingkah laku YTT
F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi
• F92.0 Gangguan tingkah laku depresif
• F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya
• F92.9 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT
F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak-kanak
• F93.0 Gangguan anxietas perpisahan masa kanak
• F93.1 Gangguan anxietas fobik masa kanan
• F93.2 Gangguan anxietas sosial masa kanak
• F93.3 Gangguan persaingan antar saudara
• F93.8 Gangguan emosional masa kanak lainnya
• F93.9 Gangguan emosional masa kanak YTT
32
F94 Gangguan fungsi sosialo dengan onset khas pada masa kanak-kanak dan
remaja
• F94.0 Mutisme elektif
• F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
• F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak lainnya
• F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya
• F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT
F95 Gangguan ’tic’
• F95.0 Gangguan ’tic’ sementara
• F95.1 Gangguan ’tic’ motorik atau vokal kronik
• F95.2 Gangguan campuran ’tic’ vokal dan motorik multiple
• F95.8 Gangguan ’tic’ lainnya
• F95.9 Gangguan ’tic’ lainnya
F98 Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset. Biasanya terjadi
setelah meninggal
• F98.0 Enuresis nonorganik
• F98.1 Enkoporesis nonorganik
• F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak
• F98.3 Pika masa bayi dan kanak
• F98.4 Gangguan gerakan stereotipik
• F98.5 Gagap
• F98.6 ’Cluttering’
• F98.8 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja
• F98.9 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja
F99 Gangguan jiwa YTT
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Pocket Handbook of Clinical Psichiatry. 4th
Edition.
USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. 21-34.
2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press, 2005. 91-4.
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI , 1993. 25-46.
34

More Related Content

What's hot

5 Tokoh Psikologi Kepribadian 2
5 Tokoh Psikologi Kepribadian 25 Tokoh Psikologi Kepribadian 2
5 Tokoh Psikologi Kepribadian 2
atone_lotus
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Ratih Aini
 
Fungsi jiwa kehendak
Fungsi jiwa kehendakFungsi jiwa kehendak
Fungsi jiwa kehendak
Operator Warnet Vast Raha
 
Copy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitikCopy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitik
elmakrufi
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
Romario Romario
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Afra Balqis
 
kesadaran
 kesadaran kesadaran
kesadaran
suher lambang
 
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Operator Warnet Vast Raha
 
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychologyPSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
Amin Upsi
 
Teori kepribadian menurut carl gustav
Teori kepribadian menurut carl gustavTeori kepribadian menurut carl gustav
Teori kepribadian menurut carl gustavImam Suaydi
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl Jung
Asma Khairani
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umum
Warnet Raha
 
Dinamika kepribadian menurut sigmund freud
Dinamika kepribadian menurut sigmund freudDinamika kepribadian menurut sigmund freud
Dinamika kepribadian menurut sigmund freud
elmakrufi
 
Psikoanalisis (freud)
Psikoanalisis (freud)Psikoanalisis (freud)
Psikoanalisis (freud)masnasikin
 
Ppt Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Ppt Psikoanalisa dan Teori Belajar SosialPpt Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Ppt Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
ibnujabe
 

What's hot (17)

Psikologi_Kesadaran
Psikologi_KesadaranPsikologi_Kesadaran
Psikologi_Kesadaran
 
5 Tokoh Psikologi Kepribadian 2
5 Tokoh Psikologi Kepribadian 25 Tokoh Psikologi Kepribadian 2
5 Tokoh Psikologi Kepribadian 2
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
Fungsi jiwa kehendak
Fungsi jiwa kehendakFungsi jiwa kehendak
Fungsi jiwa kehendak
 
Copy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitikCopy of teori psikoanalitik
Copy of teori psikoanalitik
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 
Psikologi Umum
Psikologi UmumPsikologi Umum
Psikologi Umum
 
kesadaran
 kesadaran kesadaran
kesadaran
 
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
 
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychologyPSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
PSIKOLOGI KAUNSELING jung’s analytic psychology
 
Teori kepribadian menurut carl gustav
Teori kepribadian menurut carl gustavTeori kepribadian menurut carl gustav
Teori kepribadian menurut carl gustav
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl Jung
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umum
 
Dinamika kepribadian menurut sigmund freud
Dinamika kepribadian menurut sigmund freudDinamika kepribadian menurut sigmund freud
Dinamika kepribadian menurut sigmund freud
 
Psikoanalisis (freud)
Psikoanalisis (freud)Psikoanalisis (freud)
Psikoanalisis (freud)
 
Ppt Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Ppt Psikoanalisa dan Teori Belajar SosialPpt Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
Ppt Psikoanalisa dan Teori Belajar Sosial
 

Similar to Tanda dan gejalah gangguan jiwa KABUPATEN MUNA

Bilazim
BilazimBilazim
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptBeberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
kocankocan
 
Laporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiLaporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasi
Feri Prilopandi
 
Skizofrenia fix
Skizofrenia fixSkizofrenia fix
Skizofrenia fix
wahyu9652
 
Pb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNA
Pb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNAPb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNA
Pb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Operator Warnet Vast Raha
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Lena Setianingsih
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
Septian Muna Barakati
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1
Operator Warnet Vast Raha
 
Depresi
DepresiDepresi

Similar to Tanda dan gejalah gangguan jiwa KABUPATEN MUNA (20)

Bilazim
BilazimBilazim
Bilazim
 
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptBeberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
 
Laporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiLaporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasi
 
Pb 7. prilaku abnormal. AKPER PEMKAB MUNA
Pb 7. prilaku abnormal. AKPER PEMKAB MUNAPb 7. prilaku abnormal. AKPER PEMKAB MUNA
Pb 7. prilaku abnormal. AKPER PEMKAB MUNA
 
Skizofrenia fix
Skizofrenia fixSkizofrenia fix
Skizofrenia fix
 
Pb 7. prilaku abnormal.
Pb 7. prilaku abnormal.Pb 7. prilaku abnormal.
Pb 7. prilaku abnormal.
 
Pb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNA
Pb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNAPb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNA
Pb 1. perkembangan kepribadian AKPER PEMKAB MUNA
 
Pb 7. prilaku abnormal.
Pb 7. prilaku abnormal.Pb 7. prilaku abnormal.
Pb 7. prilaku abnormal.
 
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNAAskep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
 
P S I K O L O G I U M U M
P S I K O L O G I  U M U MP S I K O L O G I  U M U M
P S I K O L O G I U M U M
 
Psikologi Umum
Psikologi UmumPsikologi Umum
Psikologi Umum
 
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
Pb 1. perkembangan kepribadian akbid paramata muna
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
Depresi AKPER PEMKAB MUNA
Depresi AKPER PEMKAB MUNA Depresi AKPER PEMKAB MUNA
Depresi AKPER PEMKAB MUNA
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1
 
Depresi
DepresiDepresi
Depresi
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
Operator Warnet Vast Raha
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
AINARAHYUBINTISULAIM
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
SafaAgrita1
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
sucibrooks86
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
juliafnita47
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
andimagfirahwati1
 
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAKBAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
HUMAH KUMARASAMY
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
adityanoor64
 
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMKPanduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
PujiMaryati
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
Hasbullah66
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
AyuniDwiLestari
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Fathan Emran
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
DenysErlanders
 

Recently uploaded (20)

Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
Dialog Prestasi Peperiksaan Akhir Tahun 2023
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
 
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAKBAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
 
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMKPanduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
 

Tanda dan gejalah gangguan jiwa KABUPATEN MUNA

  • 1. GEJALA GANGGUAN JIWA DAN KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA I. GEJALA GANGGUAN JIWA A. Pendahuluan Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara maju diantaranya penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala gangguan jiwa menandakan dekompensasi proses adaptasi terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku. Konsep gangguan jiwa memenuhi kriteria berikut: 1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa: - Sindrom atau pola prilaku - Sindrom atau pola psikologik 2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu dan disfungsi organ tubuh. 3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disability” yaitu keterbatasan atau kekurangan kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil. Berdasarkan asal penyebabnya, gejala gangguan jiwa dibagi menjadi: 1. Organik Gejala gangguan jiwa timbul akibat adanya perubahan pada jaringan atau fungsi otak. Penyebab kelainan organik dapat berasal dari ekstrakranial seperti racun, infeksi dan lainnya serta berasal dari intrakranial seperti tumor dan aterosklerosis. 2. Psikogenik Gejala ditimbulkan karena adanya stres psikis yang tidak dapat ditanggulangi secara baik oleh mekanisme mental. 1
  • 2. Tanda (sign) adalah temuan objektif yang didapat oleh dokter, sedangkan gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Sebagian besar kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda dan gejala yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas. B. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa 1. Kesadaran Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). 1.1 Gangguan Kesadaran a. Pengaburan kesadaran : kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap. b. Somnolen : keadaan mengantuk abnormal yang sering ditemukan pada proses organik. c. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling. d. Delirium : gelisah, bingung, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan halusinasi dan rasa takut. e. Koma : derajat ketidaksadaran yang berat. f. Koma vigil : koma dimana pasien tampak tidur tetapi dapat segera dibangunkan. g. Keadaan seperti mimpi (dreamlike state) : seringkali digunakan secara sinonim dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor. h. Keadaan temaram (twilight state) : gangguan kesadaran dengan halusinasi i. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat dan orang. 1.2 Gangguan atensi Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi. 2
  • 3. a. Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian, penarikan atensi kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan. b. Inatensi selektif : hambatan hanya pada hal – hal yang menimbulkan kecemasan. c. Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli internal dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid. d. Keadaan tidak sadarkan diri (trance) : atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar biasa. 1.3 Gangguan sugestibilitas Adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh a. Folie a deux / folie a trios : penyakit emosional yang berhubungan atara dua atau tiga orang. b. Hipnosis : modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai dengan penigkatan sugestibilitas. 2. Emosi Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan prilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. 2.1 Mood Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain : contohnya elasi, kemarahan, depresi. a. Mood yang meluap-luap (expansive mood) : ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan b. Mood eutimik : mood dalam rentang normal c. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan d. Mood yang meninggi (elevated mood) : suasana keyakinan dan kesayangan e. Mood yang iritabel : dengan mudah diganggu atau diubah f. Pergeseran mood (mood yang labil) : osilasi antara euforia dan depresi atau kecemasan g. Ektasi : perasaan kegairahan yang kuat 3
  • 4. h. Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran i. Depresi : perasaan sedih yang psikopatologis j. Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata k. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang l. Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan menyenangkan 2.2. Afek Merupakan suatu ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien. a. Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi dimana irama emosional harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai. b. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai. c. Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah daripada afek tumpul tetapi jelas menurun. d. Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang tidak berhubungan dengan stimuli eksternal. e. Afek yang tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar. f. Afek yang datar : tidak adanya atau hamper tidak ada tanda ekspresi afek, suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak. 2.3 Emosi yang lain a. Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan realistic. b. Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik. c. Kecemasan yang mengambang bebas : rasa takut yang meresap dan tidak terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan. d. Ketegangan (tension) : peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang tidak menyenangkan. 4
  • 5. e. Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri. f. Abreaksional : pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang menakutkan. g. Panik : serangan kecamasan yang akut, episodic, dan kuat yang disertai dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik. h. Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan pelepasan atau ketidakacuhan. i. Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang mungkin berasal dari dalam atau luar. j. Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama k. Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap salah. 3. Perilaku motorik (Konasi) a. Abullia : penurunan impuls untuk bertindak dan berfikir disertai dengan ketidakacuhan tentang akibat tindakan, disertai dengan defisit neurologist b. Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untun menggerakkan atau terhadap semua instruksi c. Mannerisme : pergerakan yang tidak disadari yang mendarah daging dan kebiasaan d. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain e. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional f. Otomatisme : tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari g. Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan yang dapat terlihat h. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural i. Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang 5
  • 6. j. Memerankan : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan k. Mimikri ; aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak l. Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti m. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik - Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang dapat diatur dalam suatu posisi yang kemudian dipertahankannya, jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan- akan terbuat dari lilin. - Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. . - Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan, dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal. - Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali sampai tidak mobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling. - Katalepsi : posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus- menerus. - Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari, menentang usaha untuk digerakkan n. Overaktivitas - Agitasi psikomotor : averaktivitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari ketegangan. - Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktifitas destruktif, seringkali disertai patologi otak dasar. - Tidur berjalan : aktivitas motorik saat tidur. - Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari. - Ataksia: kegagalan koordinasi otot, irregularitas gerakan otot. - Polifagia : makan berlebihan yang patologis. - Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik sekunder dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan 6
  • 7. kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang- ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik. - Kompulsif : impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan secara berulang. i. Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol ii. Kleptomania : kompulsi untuk mencuri iii. Nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada seorang wanita iv. Satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada seorang laki-laki v. Trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambut vi. Ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat, menurunkan kecemasan yang orisinil. o. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan atau permusuhan. 4. Berfikir Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Jika terjadi urutan yang logis, berfikir adalah normal. Parapraksis (tergelincir dari logis yang termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai bagian dari berfikir yang normal. A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berfikir 1. Gangguan mental Sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dangan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan masyarakat. 2. Psikosis Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. Gangguan tes realitas, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis : 7
  • 8. gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan) 3. Tes realitas Pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri 4. Gangguan pikiran formal Gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran : berpikir ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir mengalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik 5. Berpikir tidak logis Berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal; hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh kultural atau defisit intelektual 6. Dereisme Aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman 7. Berpikir autistik Preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi 8. Berpikir magis Suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase praopersional pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan mempunyai kekuatan 9. Proses berpikir primer Istilah umu untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis. Normalnya ditemukan dalam mimpi, abnormal pada psikosis B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran 1. Neologisme Kata baru yang diciptakan oleh pasien dengan mengkombinasikan suku kata dari kata-kata lain, untuk alas an keanehan psikologis 2. World salad (gado-gado kata) Campuran kata dan frasa yang membingungkan 8
  • 9. 3. Sirkumstansialitas Bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan 4. Tangensialitas Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan; pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan 5. Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis) Pikiran yang biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau kata- kata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yamg menyebabkan disorganisasi 6. Perseverasi Respon terhadap stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gagguan kognitif 7. Verbigerasi Pengulangan kata-kata atua frasa spesifik yang tidak mempunyai arti 8. Ekolalia Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara psikopatologis, cendrung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau intonasi terputus-putus 9. Kondensasi Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep 10. Jawaban yang tidak relevan Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan uang dipertanyakan (pasien tampaknya mengabaikan atua tidak memperhatikan pertanyaan) 11. Pengenduran asosiasi Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat bicara mumngkin membingungkan (inkoheheren) 12. Keluar dari jalur (derailment) Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan 9
  • 10. 13. Flight of idea Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cendrung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah, pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya 14. Asosiasi bunyi (clang association) Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata yang tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata 15. Penghambatan (Blocking) Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan diselesaikan 16. Glossolalia Ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (jaga dikenal sebagai bicara pada lidah) C. Gangguan spesifik pada isi pikiran 1. Kemiskinan isi pikiran Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas 2. Gagasan yang berlebihan Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham 3. Waham keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan a. Waham yang kacau (bizarre delusion) : keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal. b. Waham tersistematisasi : keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal. c. Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang sesuai dengan mood 10
  • 11. d. Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral. e. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan dunia adalah ada atau berakhir. f. Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta miliknya. g. Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien. h. Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham referensi, kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham) • Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu, atau disiksa. • Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang yang berlebihan. • Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif; diturunkan dari ide referensi, dimana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain. i. Waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah j. Waham pengendalian : perasan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar • Penarikan pikiran (thought withdrawal) : waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain. • Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang lain atau tenaga lain. • Siar pikiran (thought broadcasting) : waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh lain. 11
  • 12. • Pengendalian pikiran (thought control) : waham bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh orang lain atau tenaga lain. k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur l. Erotomania : kayakinan waham, lebih sering pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya (dikenal sebagai kompleks Clerambault- Kandinsky) m. Pseudologis phantastica : suatu jenis kebohongan, dimana seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan 4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid, atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh 5. Egomania Egomania adalah preokupasi pada diri sendiri yang patologis 6. Monomania Monomania adalah preokupasi dengan suatu objek tunggal 7. Hipokondria Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interprestasi yang realistik terhadap tanda atau sensasi fisik yang sebagai abnormal 8. Obsesi Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai renungan) 9. Kompulsi Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan 10. Koprolalia 12
  • 13. Pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul 11. Fobia Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti • Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas (contohnya, takut terhadap laba-laba atau ular) • Fobia sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti takut berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat • Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi • Agrofobia : rasa takut terhadap tempat yang luas • Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri • Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing • Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah • Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu • Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup • Xenofobia : rasa takut terhadap orang asing • Zoofobia : rasa takut terhadap binatang 12. Noesis Suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah 13. Unio mystica Suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas 5. Bicara Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa. 13
  • 14. A. Gangguan Bicara 1. Tekanan bicara : bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan untuk memutus pembicaraan 2. Kesukaan bicara (logorrhea) : bicara yang banyak sekali, bertalian, dan logis 3. Kemiskinan bicara (poverty of speech) : pembatasan bicara yang digunakan; jawaban hanya satu suku kata 4. Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang diberikan hanya jika ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri 5. Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan atau frasa yang stereotipik 6. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal 7. Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau tata bahasa 8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan 9. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atua suku kata yang sering, menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas 10. Kekacauan : bicara yang aneh dan disritmik yang cepat dan menyentak B. Gangguan Afasik : gangguan dalam pengeluaran bahasa 1. Afasia motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat terganggu (dikenal sebagai afasia Broca) 2. Afasia sensorik : kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata; bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan 3. Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu benda (juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik) 4. Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan yang tepat 5. Afasia logat khusus : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik; kata-kata yang bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara 14
  • 15. 6. Afasia global : kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih yamg berat 6. Persepsi Persepsi adalah memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran 6.1. Gangguan persepsi Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran. 1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi a. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis. b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis. c. Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi palsu, biasanya suara tetapi juga berupa bunyi-bunyi lain, seperti musik, dan merupakan halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik. d. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk (contoh : orang) dan citra yang tidak berbentuk (contoh : kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik. e. Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu, paling sering pada gangguan organik. f. Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang, paling sering pada ganggaun organik. g. Halusinasi raba (taktil, haptic) : persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit ( kesemutan). 15
  • 16. h. Halusinasi somatik (halusinasi kenestetik) : sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari visceral. i. Halusinasi liliput (mikropsia) : persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil ukurannya. j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination) : halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan atau manik. k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent hallucination) : halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau manik. l. Halusinosis : halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar, yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yag jernih. m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain. n. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu. 2. Ilusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata 6.2. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif Agnosia yaitu ketidakmampuan untuk mengenaki dan menginterpretasikan kepentingan kesan sensoris 1. Anosognosia : ketidaktahuan tentang penyakit, ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologist yang terjadi pada dirinya 2. Somatopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai milik dirinya sendiri 3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda- benda atau orang 16
  • 17. 4. Astereonosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui sentuhan 5. Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah 6. Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas – tugas tertentu 7. Simutagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu elemen pandangan visual pada suatu waktu untuk mengintegrasikanbagian- bagian menjai keseluruhan 8. Adiasokokinesia : ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang berubah dengan cepat 6.3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif Yaitu somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot volunteer atau organ sensoris bukan di bawah kontrol volunteer dan bukan disebabkan oleh suatu gangguan fisik 1. Anastesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional 2. Makropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih besar dari sesungguhnya 3. Mikropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih kecil dari sesungguhnya 4. Depersonalisasi : peranan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas 5. Fatigue (fuga) : mengambil identitas baru pada amnesia identitas yang lama, seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke lingkungan yang baru 6. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi 2 atau lebih kepribadian 7. Derealisasi : perasaan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas 7. Daya ingat 17
  • 18. Daya ingat adalah fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran. I. Gangguan daya ingat 1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional. a. Anterograd : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu titik waktu. b. Retrograd : amnesia sebelum suatu titik waktu. 2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan a. Fausse reconnaissance : pengenalan yang palsu. b. Pemalsuan retrospektif : ingatan secara tidak diharapkan (tidak disadari) menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif, dan pengalaman pasien sekarang. c. Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan, paling sering berhubungan dengan patologi organik. d. Déjà vu : ilusi pengenalan visual dimana situasi yang baru secara keliru dianggap sebagai pengulangan ingatan sebelumnya. e. Deja entendu : ilusi pengenalan auditoris f. Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan. g. Jamais vu : perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap situasi nyata yang telah dialami seseorang. 3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan 4. Eidetic image : ingatan visual tentang kejelasan halusinasi 5. Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi ingatan yang menyakitkan 6. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan yang tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima 18
  • 19. 7. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau suatu kata benda yang tepat II. Tingkat daya ingat 1. Segara ( immediate) : reproduksi atau pengingatan hal- hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit 2. Baru saja ( recent) : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari 3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama beberapa bulan 4. Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi 8. Intelegensia Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru. I. Retardasi mental : kurangnya intelegensia sampai derajat dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejujuran. II. Demensia : perburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran. 1. Diskalkulia (akalkulia) : hilngnya kemampuan untuk melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan konsentrasi. 2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk menulis dalam gaya yang kursif, hilangnya struktur kata. 3. Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan. III. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik, paling sering disebabkan oleh depresi ( sindroma demensia dari depresi). IV. Berpikir konkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu-dimensional. 19
  • 20. V. Berpikir abstrak : kemampuan untuk mengerti nuansa arti, berpikir multi dimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis dengan tepat. 9. Tilikan (Insight) Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala). 1 Penyangkalan penyakit sama sekali 2 Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya 3 Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau pada faktor organic 4 Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien 5 Tilikan intelektual : mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi situasi. 6 Tilikan emosional sesungguhnya : mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi. 10. Pertimbangan (Judgment) Pertimbangan adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut. a. Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih berbagai pilihan di dalam suatu situasi b. Pertimbangan otomatis : kinerja refleks di dalam suatu tindakan. c. Pertimbangan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat. 20
  • 21. II. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA (DAFTAR & KATEGORI DIAGNOSIS) F00-09 Gangguan mental organik, termasuk gangguan mental simtomatik. Gambaran utama: • Gangguan fungsi kognitif: daya ingat, daya pikir, dan belajar • Gangguan sensorium: gangguan kesadaran dan perhatian • Sindrom dengan menifestasi yang jelas dalam bidang: persepsi(halusinasi), isi pikiran (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira dan cemas) • Gangguan mental simptomatik F00 Demensia pada penyakit alzheimer F00.0 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset dini F00.1 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset lambat 21
  • 22. F00.2 Demensia pada penyakit alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran F00.9 Demensia pada penyakit alzheimer YTT F01 Demensia vaskular F01.0 Demensia vaskular onset akut F01.1 Demensia multi infark F01.2 Demensia vaskular subkortical F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal F01.8 Demensia vaskular lainnya F01.9 Demensia vaskular YTT F02 Demensia pada penyakit lain YDK F02.0 Demensia pada penyakit Pick F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-jakob F02.2 Demensia pada penyakit Huntington F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson F02.4 Demensia pada penyakit Human Imunodeficiency Virus [HIV] F02.8 Demensia pada penyakit YDT YDK F03 Demensia YTT F04 Sindroma amnesia organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya F05 Deliriun bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya F05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensia F05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensia F05.8 Delirium lainnya F05.9 Delirium YTT F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik F06.0 Halusinosis organik F06.1 Gangguan katatonik organik F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia) F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) organik F06.4 Gangguan anxietas organik F06.5 Gangguan disosiatif organik F06.6 Gangguan astenik organik F06.7 Gangguan kognitif ringan F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain YDT F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik YTT F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak F07.0 Gangguan kepribadian organik F07.1 Sindroma pasca-ensefalitis 22
  • 23. F07.2 Sindroma pasca-kontusio F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak lainnya F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak YTT F09 Gangguan mental organik atau simptomatik YTT F10-19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif Dasar diagnosa: • Adanya penggunaan zat psikoaktif (baik yang diresepkan maupun tidak) • Adanya gejala psikotik maupun tidak ada F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain F15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau F18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya F20-29 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham Pedoman diagnosa : • Gejala yang timbul yaitu gejala psikotik, semua umur • Non organik F20 Skizofrenia Pedoman diagnosis: Gejala Mayor: (1 gejala yang jelas, 2 gejala yang kurang jelas) • Thought echo, though insertio, thought broadcasting • Waham dikendalikan • Halusinasi menetap • Waham menetap Gejala Minor: (paling sedikit 2) • Halusinasi menetap • Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan • Perilaku katatonik • Gejala negativistik • Perubahan yang konsisten secara keseluruhan dari perilaku 23
  • 24. Kurun waktu 1 bulan atu lebih F20.0 Skizofrenia paranoid F20.1 Skizofrenia hebefrenik F20.2 Skizofrenia katatonik F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated) F20.4 Skizofrenia pasca-skizofrenia F20.5 Skizofrenia residual F20.6 Skizofrenia simpleks F20.8 Skizofrenia lainnya F20.9 Skizofrenia YTT F21 Gangguan skizotipal F22 Gangguan waham menetap F22.0 Gangguan waham F22.8 Gangguan waham menetap lainnya F22.9 Gangguan waham YTT F23 Gangguan psikotik akut dan sementara F23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia F23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia F23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut F23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham F23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya F23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT F24 Gangguan waham terinduksi F25 Gangguan skizoafektif F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif F25.2 Gangguan skizoafektif tipe campuran F25.8 Gangguan skizoafektif lainnya F25.9 Gangguan skizoafenik YTT F28 Gangguan psikotik non organik lainnya F29 Psikosis non organik YTT F30-39 Gangguan suasana perasaan (Mood [afektif]) Pedoman diagnosis: • Perubahan suasana mood/ afek ( kearah depresi maupun elasi) • Pada semua umut • Perubahan semua tingkatan aktivitas (umumnya) • Dapat disertai gejala psikotik maupun non psikotik 24
  • 25. F30 Episode manik F30.0 Hipomania F30.1 Mania tanpa gejala psikotik F30.2 Mania dengan gejala psikotik F30.8 Episode manik lainnya F30.9 Episode manik YTT F31 Gangguan afektif bipolar F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran F31.7 Gangguan afektif bipolar,kini dalam remisi F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT F32 Episode depresif F32.0 Episode depresif ringan F32.1 Episode depresif sedang F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psiotik F32.8 Episode depresif lainnya F32.9 Episode depresif YTT F33 Gangguan depresif berulang F33.0 Episode depresif berulang, episode kini ringan F33.1 Episode depresif berulang, episode kini sedang F33.2 Episode depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik F33.3 Episode depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik F33.4 Episode depresif berulang, kini dalam remisi F33.8 Episode depresif berulang lainnya F33.9 Episode depresif berulang YTT F34 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) menetap F34.0 Siklotimia F34.1 Distimia F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap lainnya F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap YTT F38 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya F38.0 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) tunggal lainnya 25
  • 26. F38.1 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) berulang lainnya F38.8 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya YDT F39 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) YTT F40-49 Gangguan Neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stres Gejala utama: • Neurotik, somatoform dan berkaitan dengan stress • Non organik F40 Gangguan anxietas fobik • F40.0 Agorafobia • F40.1 Fobia sosial • F40.2 Fobia khas (terisolasi) • F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya • F40.9 Gangguan anxietas fobik lainnya F41 Gangguan anxietas lainnya • F41.0 Gangguan panik ( anxietas paroksismal episodik) • F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh • F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif • F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya • F41.8 Gangguan anxietas lainnya • F41.9 Gangguan anxietas YTT F42 Gangguan obsesif-kompulsif • F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan • F42.1 Predominan tindakan kompulsif • F42.2 campuran tindakan dan pikiran obsesional • F42.8 Gangguan obsesif-kompulsif lainnya • F42.9 Gangguan obsesif-kompulsif YTT F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian • F43.0 Reaksi stress akut • F43.1 Gangguan stress pasca trauma • F43.2 Gangguan penyesuaian • F43.8 Reaksi terhadap stres berat lainnya • F43.9 Reaksi terhadap stress berat YTT F44 Gangguan disosiatif [konversi] • F44.0 Amnesia disosiatif • F44.1 Fugue disosiatif 26
  • 27. • F44.2 Stupor disosiatif • F44.3 Gangguan trans dan kesurupan • F44.4 Gangguan motorik disosiatif • F44.5 Konvulsi disosiatif • F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif • F44.7 Gangguan disosiatif [konversi] campuran • F44.8 Gangguan disosiatif [konversi] lainnya • F44.9 Gangguan disosiatif [konversi] YTT F45 Gangguan somatoform • F45.0 Gangguan somatisasi • F45.1 Gangguan somatoform tak terinci • F45.2 Hipokondrik • F45.3 Disfungsi otonomik somatoform • F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap • F45.8 Gangguan somatoform lainnya • F45.9 Gangguan somatoform YTT F48 Gangguan neurotik lainnya • F48.0 Neurastenia • F48.1 Sindroma depersonalisasi-derealisasi • F48.8 Gangguan neurotik lainnya YDT • F48.9 Gangguan neurotik YTT F50-59 Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik Gejala khas: • Disfungsi fisiologi • Etiologi non organik F50 Gangguan makan • F50.0 Anoreksia nervosa • F50.1 Anoreksia nervosa tak khas • F50.2 Bulimia nervosa • F50.3 Bulimia nervosa tak khas • F50.4 Makan berlebih yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya • F50.5 Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya • F50.8 Gangguan makan lainnya 27
  • 28. • F50.9 Gangguan makan YTT F51 Gangguan tidur nonorganik • F51.0 Insomnia nonorganik • F51.1 Hipersomnia nonorganik • F51.2 Gangguan jadwal tidur nonorganik • F51.3 Somnambulisme • F51.4 Teror tidur • F51.5 Mimpi buruk • F51.8 Gangguan tidur nonorganik lainnya • F51.9 Gangguan tidur nonorganik YTT F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik • F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual • F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks • F52.2 Kegagalan dari respon genital • F52.3 Disfungsi orgasme • F52.4 Eyakulasi dini • F52.5 Vaginismus nonorganik • F52.6 Dispareunia nonorganik • F52.7 Dorongan seksual berlebihan • F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan olh gangguan atau penyakit organik • F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik F53 Gangguan jiwa dan perilaku yang berhunungan dengan masa nifas YTK • F53.0 Gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTK • F53.1 Gangguan jiwa dan perilaku berat yang berhubungan dengan masa nifas YTK • F53.8 Gangguan jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa nifas YTK • F53.9 Gangguan masa nifas YTT F54 Faktor psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan • F55.0 Antidepresiva • F55.1 Pencahar 28
  • 29. • F55.2 Analgetika • F55.3 Antasida • F55.4 Vitamin • F55.5 Stereoida atau hormon • F55.6 Jamu atau obat tradisional • F55.8 Zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan • F55.9 YTT F59 Sindroma perilaku YTT yang bverhubungan dengan gangguan fisiologi dan faktor fisik F60-69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa. Gajala khas • Gejala prilaku • Non organik • Dewasa F60 gangguan kepribadian khas • F60.0 Gangguan kepribadian paranoid • F60.1 Gangguan kepribadian skizoid • F60.2 Gangguan kepribadian dissosial • F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil • F60.4 Gangguan kepribadian histrionik • F60.5 Gangguan kepribadian anankastik • F60.6 Gangguan kepribadian cemas • F60.7 Gangguan kepribadian dependen • F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya • F60.9 Gangguan kepribadian YTT F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya. • F61.0 Gangguan kepribadian campuran • F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah F62 Perilaku kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan okeh kerusakan atau penyakit otak. • F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa • F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit psikiatri • F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya • F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT 29
  • 30. F63 Gangguan kebiasaan dan impuls • F63.0 Judi patologis • F63.1 Bakar patologis • F63.2 Curi patologis • F63.3 Trikotilomania • F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya • F63.9 Gangguan kebiasaan dan impuls YTT F64 Gangguan preferensi seksual • F64.0 Transseksualisme • F64.1 Transvestisme peran ganda • F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak • F64.8 Gangguan identitas jenis kelamin lainnya • F64.9 Gangguan identitas jenis kelamin YTT F65 Gangguan preferensi seksual • F65.0 Fetishisme • F65.1 Transvestisme fetishistik • F65.2 Ekshibisionisme • F65.3 Voyeurisme • F65.4 Pedofilia • F65.5 Sadomasokisme • F65.6 Gangguan preferensi seksual multipel • F65.8 Gangguan preferensi seksual lainnya • F65.9 Gangguan preferensi seksual YTT F66 Gangguan psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual • F66.0 Gangguan maturasi seksual • F66.1 Orientasi seksual egodistonik • F66.2 Gangguan hubungan seksual • F66.8 Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya • F66.9 Gangguan perkembangan psikoseksual YTT F68 Gangguan kepribadian dan perilaku dan perilaku masa dewasa • F68.0 Elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis • F68.1 Kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologi • F68.8 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya YDT F69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa 105 30
  • 31. F70-79 Retardasi Mental Gejala khas: • Gejala perkembangan IQ • Non organik F70 Retardasi mental ringan F71 Retardasi mental sedang F72 Retardasi mental berat F73 Retardasi mental sangat berat. F78 Retardasi mental lainnya F79 Retardasi mental YTT F80-89 Gangguan perkembangan psikologis Gejala khas: • Gejala perkembangan khusus • Onset masa kanak F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa • F80.0 Gangguan artikulasi berbicara khas • F80.1 Gangguan berbahasa ekspresif • F80.2 Gangguan berbahasa reseptif • F80.3 Afasia yang dapat didapat dengan epilepsi (sindr landau-kleffner) • F80.8 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya • F80.9 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT F81 Gangguan perkembangan belajar khas • F81.0 Gangguan mambaca khas • F81.1 Gangguan mengeja khas • F81.2 Gangguan berhitung khas • F81.3 Gangguan belajar campuran • F81.4 Gangguan perkembangan belajar lainnya • F81.5 Gangguan perkembangan belajar YTT F82 Gangguan perkembangan motorik khas F83 Gangguan perkembangan khas campuran F84 Gangguan perkembangan pervasif • F84.0 Autisme masa kanak • F84.1 Autisme tak khas • F84.2 Sindroma Rett • F84.3 Gangguan desintegratif masa kanak lainnya • F84.4 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipik 31
  • 32. • F84.5 Sindroma Asperger • F84.8 Gangguan perkembangan pervasif lainnya • F84.9 Gangguan perkembangan pervasif YTT F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT F90-99 Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada kanak dan remaja Gejala khas: • Gejala prilaku/emosional • Onset masa kanak F90 Gangguan hiperkinetik • F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian • F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik • F90.8 Gangguan hiperkinetik lainnya • F90.9 Gangguan hiperkinetik YTT F91 Gangguan tingkat laku • F91.0 Gangguan tingkah laku yan berbatas pada lingkungan keluarga • F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok • F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok • F91.3 Gangguan sikap menentang • F91.8 Gangguan tingkah laku lainnya • F91.9 Gangguan tingkah laku YTT F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi • F92.0 Gangguan tingkah laku depresif • F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya • F92.9 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak-kanak • F93.0 Gangguan anxietas perpisahan masa kanak • F93.1 Gangguan anxietas fobik masa kanan • F93.2 Gangguan anxietas sosial masa kanak • F93.3 Gangguan persaingan antar saudara • F93.8 Gangguan emosional masa kanak lainnya • F93.9 Gangguan emosional masa kanak YTT 32
  • 33. F94 Gangguan fungsi sosialo dengan onset khas pada masa kanak-kanak dan remaja • F94.0 Mutisme elektif • F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak • F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak lainnya • F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya • F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT F95 Gangguan ’tic’ • F95.0 Gangguan ’tic’ sementara • F95.1 Gangguan ’tic’ motorik atau vokal kronik • F95.2 Gangguan campuran ’tic’ vokal dan motorik multiple • F95.8 Gangguan ’tic’ lainnya • F95.9 Gangguan ’tic’ lainnya F98 Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset. Biasanya terjadi setelah meninggal • F98.0 Enuresis nonorganik • F98.1 Enkoporesis nonorganik • F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak • F98.3 Pika masa bayi dan kanak • F98.4 Gangguan gerakan stereotipik • F98.5 Gagap • F98.6 ’Cluttering’ • F98.8 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja • F98.9 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja F99 Gangguan jiwa YTT 33
  • 34. DAFTAR PUSTAKA 1. Sadock BJ, Sadock VA. Pocket Handbook of Clinical Psichiatry. 4th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. 21-34. 2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, 2005. 91-4. 3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI , 1993. 25-46. 34