SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
1
MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB
AKHLAQ QUR’ANI
MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA
Tafsir al-Hujurât/49:13
Berta’aruf Tanpa Kesombongan
Teks Ayat al-Quran
ۚۚ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu sekalian di sisi Allâh ialah orang yang paling takwa di antara kamu sekalian.
Sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-
Hujurât/49:13)
Tafsîr al-Mufradât
: “supaya kamu saling mengenal”. Kalimat perintah ini
mengisyaratkan peringatan sekaligus anjuran kepada semua
orang agar memahami artipenting ta’aruf dalam kehidupan ini.
Karena mereka tidak bisa hidup sendiri dan selalu memiliki
ketergantungan satu sama lain.
: “orang yang paling takwa di antara kamu”. Orang yang paling
mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara
seluruh umat manusia. Yang oleh karenanya, manusia tidak
‘boleh’ merasa lebih mulia dibandingkan yang lain karena
persepsinya terhadap kelebihan yang mereka miliki.
Penjelasan
Pada ayat mulia di atas, Allâh menyebutkan Dia (Allah) telah
menciptakan anak Adam dari satu permulaan dan jenis yang sama, dari
seorang lelaki dan perempuan, yaitu Adam dan Hawa. Kemudian dari
keduanya, Allâh mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak
dan menyebarkan mereka ke tempat-tempat yang berbeda-beda.1
Allâh berfirman:
1
Lihat Al-Qurtbubi, Al-Jâmi li Ahkâmil Qur`ân, juz XVI dan 292; Ibnu Katsir,
Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, juz VII, hal. 385, As-Sa’di, Taisîrul Karîmir Rahmân , hal. 880
dan Asy-Syinqithi, Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 631.
2
ۚ
ۚ
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu
sekalian dari seorang diri, dan dari padanya Allâh menciptakan isterinya; dan dari
keduanya Allâh mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allâh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu sekalian
saling meminta (satu sama lain), dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allâh selalu menjaga dan mengawasi kamu sekalian.” (QS an-
Nisâ/4:1]
Dalam ayat lain, Allâh berfirman:
…
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia
menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya… (QS al-A’râf/7:189)2
Ini menunjukkan bahwa manusia pada asalnya sederajat satu sama
lain. Sebab, asal ayah dan ibu mereka sama, Adam dan Hawa. Kesamaan asal
ini menjadi faktor terpenting untuk menghalangi manusia dari
membanggakan nasab dan menginjak-injak kehormatan orang lain.”3
Selanjutnya, Allâh menjelaskan hikmah menjadikan manusia
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu dengan
yang lain dan guna membedakan satu dengan yang lain, bukan supaya orang
membanggakan diri di hadapan yang lain. Oleh karena itu, ayat ini datang
setelah larangan bergunjing dan merendahkan sesama yang ada pada ayat
sebelumnya untuk mempertegas kesamaan derajat mereka sebagai manusia
agar terjadi proses saling mengenal di antara mereka.4 Akhirnya, manusia
mengetahui siapa saja yang dekat dengan garis nasabnya dan termasuk
karib-kerabatnya.5
Dengan kata lain, itu menunjukkan bahwa keutamaan dan
kemuliaan seseorang di atas orang lain hanya terjadi oleh faktor lain, bukan
dengan nasab atau hubungan darah. Allâh telah menjelaskannya pada
kelanjutan ayat:
……
2
Lihat juga QS az-Zumar/39: 6.
3
Asy-Syinqîthi, Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 635.
4
Lihat Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, juz VII, hal. 385 dan Adhwâul Bayân, juz VII,
hal. 635.
5
Lihat Ath-Thabari , Jâmi’ul Bayân fî Tafsîr Āyil Qur`ân, juz XIII, hal. 171.
3
“…sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allâh
ialah orang yang paling takwa di antara kamu sekalian …”
Melalui firman Allâh ini, jelaslah bahwa keutamaan dan kemuliaan
manusia hanya berdasarkan ketakwaan kepada Allâh, tidak dengan
hubungan suku dan darah maupun besar kecilnya keluarga dan tempat
tinggal.
“Maksud ketakwaan ialah memperhatikan rambu-rambu batas Allâh
baik berupa perintah atau larangan, dan menghiasi diri dengan apa yang
Allâh perintahkan kepadamu”.6
Ibnu Katsîr mengatakan, “Sesungguhnya kalian bertingkat-tingkat
kedudukannya di sisi Allâh dengan ketakwaan, bukan dengan status sosial”7
Sungguh benar ucapan orang yang melantunkan untaian bait syair
berikut:8
“Sungguh Islam telah mengangkat derajat Salman al-Farisi, dan sungguh kekufuran
telah merendahkan orang yang (dipersepsi dan memersepsi diri) mulia, (yaitu) Abu
Lahab.”
Salmân al-Fârisi r.a. pernah melantunkan:9
“Ayahku adalah Islam, aku tidak memunyai ayah selainnya
saat mereka bangga dengan suku Qais dan Tamim.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Dînul Islâm satu-satunya dîn samawi
yang shahih. Agama ini tidak memandang warna kulit, ras maupun asal-
muasal seseorang. Satu-satunya yang diperhitungkan hanyalah ketakwaan
dan ketaatan kepada Allâh. Insan yang paling utama adalah orang yang
paling bertakwa kepada Allâh.10 Berbeda dengan agama lain yang
melakukan tindakan diskriminasi terhadap para penganutnya. Walillâhil
hamdi ‘alâ minnatil Islâm (Segala puji bagi Allah atas karunia Islam). Semoga
Allâh mewafatkan kita dalam keadaan Muslim.
Inilah keadilan, karena bisa dicapai oleh siapa saja yang
mendapatkan taufik dari Allâh. Tidak ada kemuliaan dan keutamaan bagi
selain orang bertakwa, meski berdarah biru dan berstatus sosial tinggi. Tidak
ada kasta rendah dan kasta tinggi.
6
Al-Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâmil Qur`ân , juz XVI, hal. 296.
7
Ibnu Katsir, Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm , juz VII, hal. 386.
8
Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 417.
9
Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib, XXVII, hal. 106.
10
Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 635.
4
Rasûlullâh s.a.w. bersabda:11
“Sesungguhnya Allâh tidak melihat kepada fisik dan kekayaan kalian. Akan tetapi
melihat hati dan amalan kalian.”
Hadits ini memuat kandungan yang sama dengan QS al-Hujurât,
49:13.12
As-Sa’di menyatakan: “Orang yang paling mulia di sisi Allâh adalah
yang paling bertakwa, yaitu orang yang paling sempurna dalam
menjalankan perintah Allâh dan paling sempurna dalam menjauhi larangan
(maksiat-maksiat).”13
“Tidak ada hubungan antara Allâh dengan makhluk-Nya kecuali
dengan ketakwaan. Siapa saja yang lebih bertakwa kepada Allâh niscaya
akan lebih dekat dengan-Nya. Dia lebih mulia di sisi Allâh. Karena itu, orang
tidak boleh membanggakan kekayaan, paras wajah, fisik, anak dan
keturunan, istana ataupun dengan kendaraannya, serta apa pun yang ada di
dunia ini.“14
Sejarah telah mencatat terjadinya pernikahan antara seorang yang
berasal dari suku mulia dengan orang biasa. Sebagai contoh, Bilal r.a. seorang
budak yang dimerdekakan menikahi saudari Sahabat ‘Abdur Rahmân bin
‘Auf r.a. yang berasal dari suku Quraisy, Zainab binti Jahsy Radhiyallahu
anha diperistri oleh Zaid bin Hâritsah r.a., seorang budak yang
dimerdekakan.15
Pada penghujung ayat, Allâh berfirman:
Maksudnya, Allâh Maha Mengetahui siapa saja yang bertakwa
kepada-Nya (secara lahir dan batin), dan siapa saja yang tidak bertakwa
(secara lahir dan batin). Kemudian Allâh akan membalas setiap orang dengan
apa yang ‘ia’ (orang tersebut) berhak mendapatkannya.16
Allâh Maha Mengetahui tentang kalian dan Maha Mengenal urusan-
urusan kalian. Allâh memberikan hidayah bagi orang-orang yang Dia (Allah)
11
HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 11, hadits no.
2564.
12
Al-‘Utsaimin, Syarh Riyâdhish Shâlihin, juz I, hal. 31.
13
Taisîrul Karîmir Rahmân , hal. 881
14
Al-‘Utsaimin, Syarh Riyâdhish Shâlihin, juz I, hal. 31.
15
Lihat Al-Jâmi li Ahkâmil Qur`ân , juz XVI, hal. 297-298.
16
Taisîrul Karîmir Rahmân, hal. 881.
5
kehendaki, menyesatkan orang-orang yang Dia (Allah) kehendaki,
merahmati orang-orang yang Dia (Allah) kehendaki, dan menyiksa orang-
orang yang Dia (Allah) kehendaki, serta menaikkan derajat orang yang Dia
(Allah) kehendaki di atas orang lain. Allâh Maha Bijaksana, Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal dalam segala urusan (masalah) ini.17
Pelajaran Yang Bisa Kita Peroleh
Dari ayat tersebut di atas (QS Hujurât/49 13), kita bisa mengambil
beberapa pelajaran. Antara lain:
1. Allah telah menciptakan manusia dari asal yang sama, seluruhnya
berasal dari (keturunan) Adam dan Hawa. Masing-masing diberi
kelebihan atas yang lain, dan dengan kelebihan yang dimilikinya
mereka dilarang untuk bersikap sombong dengan cara memandang
‘rendah’ orang lain; karena kelebihan itu adalah bagian dari nikmat
Allah yang harus disyukuri.
2. Ketakwaan adalah unsur yang diperhitungkan di sisi Allâh dan Rasul-
Nya, bukan derajat sosial ataupun garis keturunan.18
3. Jika seseorang mendapatkan hidayah dan taufik dari Allâh, sehingga
menjadi orang yang bertakwa, hendaklah ia bersyukur, dan jangan
pernah lalai untuk selalu mengingat Allah. Karena semua yang telah
ia miliki adalah ‘amanah’ dari Allah yang harus selalu dijaga
sepanjang waktu.
4. Setiap orang tidak boleh memersepsi dirinya ‘paling baik’ dan
memersepsi orang lain ‘tidak lebih baik’ daripada dirinya. Karena
hanya Allahlah yang ‘berhak memberikan penilaian atasnya. Allahlah
yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal siapa yang ‘terbaik’ di
antara umat manusia.
17
Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, juz VII, hal 388.
18
Simak kembali, Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur`ân, juz XVI, hal. 296.

More Related Content

What's hot

Introduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih Mursalah
Introduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih MursalahIntroduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih Mursalah
Introduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih MursalahNaimAlmashoori
 
Kabul Açısından Hadisin Kısımları
Kabul Açısından Hadisin Kısımları Kabul Açısından Hadisin Kısımları
Kabul Açısından Hadisin Kısımları Recep Çarpar
 
Bab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptx
Bab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptxBab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptx
Bab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptxRumahbacaNurulquran1
 
Textual implications according_to_shafi'e
Textual implications according_to_shafi'eTextual implications according_to_shafi'e
Textual implications according_to_shafi'eHafizul Mukhlis
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Imam Susanto
 
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalahRiya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalahHelmon Chan
 
Introduction to Usul Fiqh : al hukm al-sharii
Introduction to Usul Fiqh : al hukm al-shariiIntroduction to Usul Fiqh : al hukm al-sharii
Introduction to Usul Fiqh : al hukm al-shariiNaimAlmashoori
 
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSAzzahra Azzahra
 
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimahMuhammad Jamhuri
 
materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"
materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"
materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"Arza Mukhib
 

What's hot (20)

Introduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih Mursalah
Introduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih MursalahIntroduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih Mursalah
Introduction to Usul Fiqh : Sadd dharai & Masalih Mursalah
 
Kabul Açısından Hadisin Kısımları
Kabul Açısından Hadisin Kısımları Kabul Açısından Hadisin Kısımları
Kabul Açısından Hadisin Kısımları
 
Shar'u man qablana
Shar'u man qablanaShar'u man qablana
Shar'u man qablana
 
Bab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptx
Bab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptxBab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptx
Bab 7_Beriman kepada Nabi dan Rasul.pptx
 
Istihsan
IstihsanIstihsan
Istihsan
 
Textual implications according_to_shafi'e
Textual implications according_to_shafi'eTextual implications according_to_shafi'e
Textual implications according_to_shafi'e
 
KB 3 Bunga Bank dan Fee
KB 3 Bunga Bank dan FeeKB 3 Bunga Bank dan Fee
KB 3 Bunga Bank dan Fee
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
 
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalahRiya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
Riya, sum’ah, ujub dan takabur adalah
 
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan TasamuhRingkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
 
Introduction to Usul Fiqh : al hukm al-sharii
Introduction to Usul Fiqh : al hukm al-shariiIntroduction to Usul Fiqh : al hukm al-sharii
Introduction to Usul Fiqh : al hukm al-sharii
 
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
 
Qisas,diyat
Qisas,diyatQisas,diyat
Qisas,diyat
 
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
 
Aqidah islam-ppt
Aqidah islam-pptAqidah islam-ppt
Aqidah islam-ppt
 
materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"
materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"
materi fiqih "Makanan dan Minuman yang Halal dan Haram"
 
Maqasid or Objectives of Shariah
Maqasid or Objectives of ShariahMaqasid or Objectives of Shariah
Maqasid or Objectives of Shariah
 
Kasih sayang
Kasih sayangKasih sayang
Kasih sayang
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
 
Jual beli
Jual beliJual beli
Jual beli
 

Similar to Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13

Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Muhsin Hariyanto
 
Menyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusiaMenyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusiaMuhsin Hariyanto
 
Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13
Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13
Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13Muhsin Hariyanto
 
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaNasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaMuhsin Hariyanto
 
Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamumi wandansari
 
PPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-B
PPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-BPPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-B
PPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-Bvinkaalysia
 
Etika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganEtika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganLazimatul A
 
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahanProposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahanYode Arliando
 
kelompok 4 manusia menurut islam.pptx
kelompok 4  manusia menurut islam.pptxkelompok 4  manusia menurut islam.pptx
kelompok 4 manusia menurut islam.pptxMuhammadFadillahfahr
 
UKHUWAH ISLAMIYYAH.pptx
UKHUWAH ISLAMIYYAH.pptxUKHUWAH ISLAMIYYAH.pptx
UKHUWAH ISLAMIYYAH.pptxEmaHDN
 
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)Islamhouse.com
 
Keajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur Mukjizat
Keajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur MukjizatKeajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur Mukjizat
Keajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur MukjizatNur Fuanto
 
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanHubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanandriandika
 

Similar to Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13 (20)

Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
 
Menyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusiaMenyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusia
 
Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13
Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13
Tafsîr qs luqmân, 31 ayat 13
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinyaNasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
Nasihat ‘pertama dan utama’ luqmân untuk buah hatinya
 
Khilafah
KhilafahKhilafah
Khilafah
 
Nikah itu indah
Nikah itu indahNikah itu indah
Nikah itu indah
 
Gender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islamGender dalam perspektif islam
Gender dalam perspektif islam
 
PPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-B
PPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-BPPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-B
PPT PKN KELOMPOK 9 MATERI 3 IE-B
 
Etika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkunganEtika pergaulan dengan lingkungan
Etika pergaulan dengan lingkungan
 
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahanProposal nikah & tips merencanakan pernikahan
Proposal nikah & tips merencanakan pernikahan
 
Taj us salatin
Taj us salatinTaj us salatin
Taj us salatin
 
Taj us salatin
Taj us salatinTaj us salatin
Taj us salatin
 
kelompok 4 manusia menurut islam.pptx
kelompok 4  manusia menurut islam.pptxkelompok 4  manusia menurut islam.pptx
kelompok 4 manusia menurut islam.pptx
 
^ ^
^ ^^ ^
^ ^
 
UKHUWAH ISLAMIYYAH.pptx
UKHUWAH ISLAMIYYAH.pptxUKHUWAH ISLAMIYYAH.pptx
UKHUWAH ISLAMIYYAH.pptx
 
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
 
Keajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur Mukjizat
Keajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur MukjizatKeajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur Mukjizat
Keajaiban Alquran, Perdamaian Manusia, Terukur Mukjizat
 
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanHubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
 
Galakan berkahwin
Galakan berkahwinGalakan berkahwin
Galakan berkahwin
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13

  • 1. 1 MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB AKHLAQ QUR’ANI MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA Tafsir al-Hujurât/49:13 Berta’aruf Tanpa Kesombongan Teks Ayat al-Quran ۚۚ “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allâh ialah orang yang paling takwa di antara kamu sekalian. Sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al- Hujurât/49:13) Tafsîr al-Mufradât : “supaya kamu saling mengenal”. Kalimat perintah ini mengisyaratkan peringatan sekaligus anjuran kepada semua orang agar memahami artipenting ta’aruf dalam kehidupan ini. Karena mereka tidak bisa hidup sendiri dan selalu memiliki ketergantungan satu sama lain. : “orang yang paling takwa di antara kamu”. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara seluruh umat manusia. Yang oleh karenanya, manusia tidak ‘boleh’ merasa lebih mulia dibandingkan yang lain karena persepsinya terhadap kelebihan yang mereka miliki. Penjelasan Pada ayat mulia di atas, Allâh menyebutkan Dia (Allah) telah menciptakan anak Adam dari satu permulaan dan jenis yang sama, dari seorang lelaki dan perempuan, yaitu Adam dan Hawa. Kemudian dari keduanya, Allâh mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak dan menyebarkan mereka ke tempat-tempat yang berbeda-beda.1 Allâh berfirman: 1 Lihat Al-Qurtbubi, Al-Jâmi li Ahkâmil Qur`ân, juz XVI dan 292; Ibnu Katsir, Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, juz VII, hal. 385, As-Sa’di, Taisîrul Karîmir Rahmân , hal. 880 dan Asy-Syinqithi, Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 631.
  • 2. 2 ۚ ۚ “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu sekalian dari seorang diri, dan dari padanya Allâh menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allâh mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allâh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu sekalian saling meminta (satu sama lain), dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allâh selalu menjaga dan mengawasi kamu sekalian.” (QS an- Nisâ/4:1] Dalam ayat lain, Allâh berfirman: … “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya… (QS al-A’râf/7:189)2 Ini menunjukkan bahwa manusia pada asalnya sederajat satu sama lain. Sebab, asal ayah dan ibu mereka sama, Adam dan Hawa. Kesamaan asal ini menjadi faktor terpenting untuk menghalangi manusia dari membanggakan nasab dan menginjak-injak kehormatan orang lain.”3 Selanjutnya, Allâh menjelaskan hikmah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal satu dengan yang lain dan guna membedakan satu dengan yang lain, bukan supaya orang membanggakan diri di hadapan yang lain. Oleh karena itu, ayat ini datang setelah larangan bergunjing dan merendahkan sesama yang ada pada ayat sebelumnya untuk mempertegas kesamaan derajat mereka sebagai manusia agar terjadi proses saling mengenal di antara mereka.4 Akhirnya, manusia mengetahui siapa saja yang dekat dengan garis nasabnya dan termasuk karib-kerabatnya.5 Dengan kata lain, itu menunjukkan bahwa keutamaan dan kemuliaan seseorang di atas orang lain hanya terjadi oleh faktor lain, bukan dengan nasab atau hubungan darah. Allâh telah menjelaskannya pada kelanjutan ayat: …… 2 Lihat juga QS az-Zumar/39: 6. 3 Asy-Syinqîthi, Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 635. 4 Lihat Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, juz VII, hal. 385 dan Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 635. 5 Lihat Ath-Thabari , Jâmi’ul Bayân fî Tafsîr Āyil Qur`ân, juz XIII, hal. 171.
  • 3. 3 “…sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allâh ialah orang yang paling takwa di antara kamu sekalian …” Melalui firman Allâh ini, jelaslah bahwa keutamaan dan kemuliaan manusia hanya berdasarkan ketakwaan kepada Allâh, tidak dengan hubungan suku dan darah maupun besar kecilnya keluarga dan tempat tinggal. “Maksud ketakwaan ialah memperhatikan rambu-rambu batas Allâh baik berupa perintah atau larangan, dan menghiasi diri dengan apa yang Allâh perintahkan kepadamu”.6 Ibnu Katsîr mengatakan, “Sesungguhnya kalian bertingkat-tingkat kedudukannya di sisi Allâh dengan ketakwaan, bukan dengan status sosial”7 Sungguh benar ucapan orang yang melantunkan untaian bait syair berikut:8 “Sungguh Islam telah mengangkat derajat Salman al-Farisi, dan sungguh kekufuran telah merendahkan orang yang (dipersepsi dan memersepsi diri) mulia, (yaitu) Abu Lahab.” Salmân al-Fârisi r.a. pernah melantunkan:9 “Ayahku adalah Islam, aku tidak memunyai ayah selainnya saat mereka bangga dengan suku Qais dan Tamim.” Ayat ini menunjukkan bahwa Dînul Islâm satu-satunya dîn samawi yang shahih. Agama ini tidak memandang warna kulit, ras maupun asal- muasal seseorang. Satu-satunya yang diperhitungkan hanyalah ketakwaan dan ketaatan kepada Allâh. Insan yang paling utama adalah orang yang paling bertakwa kepada Allâh.10 Berbeda dengan agama lain yang melakukan tindakan diskriminasi terhadap para penganutnya. Walillâhil hamdi ‘alâ minnatil Islâm (Segala puji bagi Allah atas karunia Islam). Semoga Allâh mewafatkan kita dalam keadaan Muslim. Inilah keadilan, karena bisa dicapai oleh siapa saja yang mendapatkan taufik dari Allâh. Tidak ada kemuliaan dan keutamaan bagi selain orang bertakwa, meski berdarah biru dan berstatus sosial tinggi. Tidak ada kasta rendah dan kasta tinggi. 6 Al-Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâmil Qur`ân , juz XVI, hal. 296. 7 Ibnu Katsir, Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm , juz VII, hal. 386. 8 Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 417. 9 Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib, XXVII, hal. 106. 10 Adhwâul Bayân, juz VII, hal. 635.
  • 4. 4 Rasûlullâh s.a.w. bersabda:11 “Sesungguhnya Allâh tidak melihat kepada fisik dan kekayaan kalian. Akan tetapi melihat hati dan amalan kalian.” Hadits ini memuat kandungan yang sama dengan QS al-Hujurât, 49:13.12 As-Sa’di menyatakan: “Orang yang paling mulia di sisi Allâh adalah yang paling bertakwa, yaitu orang yang paling sempurna dalam menjalankan perintah Allâh dan paling sempurna dalam menjauhi larangan (maksiat-maksiat).”13 “Tidak ada hubungan antara Allâh dengan makhluk-Nya kecuali dengan ketakwaan. Siapa saja yang lebih bertakwa kepada Allâh niscaya akan lebih dekat dengan-Nya. Dia lebih mulia di sisi Allâh. Karena itu, orang tidak boleh membanggakan kekayaan, paras wajah, fisik, anak dan keturunan, istana ataupun dengan kendaraannya, serta apa pun yang ada di dunia ini.“14 Sejarah telah mencatat terjadinya pernikahan antara seorang yang berasal dari suku mulia dengan orang biasa. Sebagai contoh, Bilal r.a. seorang budak yang dimerdekakan menikahi saudari Sahabat ‘Abdur Rahmân bin ‘Auf r.a. yang berasal dari suku Quraisy, Zainab binti Jahsy Radhiyallahu anha diperistri oleh Zaid bin Hâritsah r.a., seorang budak yang dimerdekakan.15 Pada penghujung ayat, Allâh berfirman: Maksudnya, Allâh Maha Mengetahui siapa saja yang bertakwa kepada-Nya (secara lahir dan batin), dan siapa saja yang tidak bertakwa (secara lahir dan batin). Kemudian Allâh akan membalas setiap orang dengan apa yang ‘ia’ (orang tersebut) berhak mendapatkannya.16 Allâh Maha Mengetahui tentang kalian dan Maha Mengenal urusan- urusan kalian. Allâh memberikan hidayah bagi orang-orang yang Dia (Allah) 11 HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 11, hadits no. 2564. 12 Al-‘Utsaimin, Syarh Riyâdhish Shâlihin, juz I, hal. 31. 13 Taisîrul Karîmir Rahmân , hal. 881 14 Al-‘Utsaimin, Syarh Riyâdhish Shâlihin, juz I, hal. 31. 15 Lihat Al-Jâmi li Ahkâmil Qur`ân , juz XVI, hal. 297-298. 16 Taisîrul Karîmir Rahmân, hal. 881.
  • 5. 5 kehendaki, menyesatkan orang-orang yang Dia (Allah) kehendaki, merahmati orang-orang yang Dia (Allah) kehendaki, dan menyiksa orang- orang yang Dia (Allah) kehendaki, serta menaikkan derajat orang yang Dia (Allah) kehendaki di atas orang lain. Allâh Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan Maha Mengenal dalam segala urusan (masalah) ini.17 Pelajaran Yang Bisa Kita Peroleh Dari ayat tersebut di atas (QS Hujurât/49 13), kita bisa mengambil beberapa pelajaran. Antara lain: 1. Allah telah menciptakan manusia dari asal yang sama, seluruhnya berasal dari (keturunan) Adam dan Hawa. Masing-masing diberi kelebihan atas yang lain, dan dengan kelebihan yang dimilikinya mereka dilarang untuk bersikap sombong dengan cara memandang ‘rendah’ orang lain; karena kelebihan itu adalah bagian dari nikmat Allah yang harus disyukuri. 2. Ketakwaan adalah unsur yang diperhitungkan di sisi Allâh dan Rasul- Nya, bukan derajat sosial ataupun garis keturunan.18 3. Jika seseorang mendapatkan hidayah dan taufik dari Allâh, sehingga menjadi orang yang bertakwa, hendaklah ia bersyukur, dan jangan pernah lalai untuk selalu mengingat Allah. Karena semua yang telah ia miliki adalah ‘amanah’ dari Allah yang harus selalu dijaga sepanjang waktu. 4. Setiap orang tidak boleh memersepsi dirinya ‘paling baik’ dan memersepsi orang lain ‘tidak lebih baik’ daripada dirinya. Karena hanya Allahlah yang ‘berhak memberikan penilaian atasnya. Allahlah yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal siapa yang ‘terbaik’ di antara umat manusia. 17 Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, juz VII, hal 388. 18 Simak kembali, Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur`ân, juz XVI, hal. 296.