SlideShare a Scribd company logo
SUPLEMENTASI TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI DALAM
         RANSUM AKHIR KEBUNTINGAN TERHADAP PERFORMA
              REPRODUKSI INDUK DAN PERTUMBUHAN
                 ANAK PRA SAPIH DOMBA LOKAL

               Dendy Vidianto1), Lilis Khotijah1), Dwierra Evvyernie Amirroenas 1)
     1)
          Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor


                                               ABSTRACT
           A fertile sheep is capable of producing two to three lambs in a birth. Birth weights and
  growth rate is the character that determine the performance of sheep. Nutritional needs for pregnant
  and lactation sheep is higher than other physiological conditions. The high protein intake is expected
  to increase the amount of retention protein in the body and used by livestock to meet maintenance,
  reproduction, and production. The purpose of this study is to examine the influence of the ration with
  a protein source of fish meal and soybean meal to the performance of a pregnant sheep and the pre-
  weaning lamb at local. The experiment was conducted at the local sheep randomized complete design
  with three treatment five replications. The treatment consists of P1 = commercial ration, P2 =
  commercial ration + fish meal 10%, and P3 = commercial ration + soybean meal 15%. The variable
  that observed in this study : Does Feed Consumption, Water Consumption, Feed Efficiency at Late
  Gestation, Does Weight at Late Gestation, Lamb Birth Weight, Litter Size, Mortality of Lamb At
  Birth, Weaning Weight. Pre-Wean average daily gain, Lamb Sex Ratio, Milk Production, ratio of
  births Twins, and Lambing Rate. The results showed that sheep reproduction on treatment P3 is better
  than P1 and P2 in terms of production of the parent and child. Based on the analysis of variance, level
  protein did not effect the reproductive performance and production of the does and lamb production.
  Keywords : soybean meal, local sheep, lamb, protein, reproduction, fish meal.

            PENDAHULUAN                                kesuburan induk. Induk domba yang
             Latar Belakang                            subur adalah induk domba yang mampu
        Ternak domba merupakan salah                   menghasilkan anak sekelahiran dua
satu ternak potong yang berkontribusi                  sampai dengan tiga ekor. Menurut
dalam kebutuhan protein hewani. Domba                  Suryadi (2006), jumlah anak sekelahiran
termasuk ternak penghasil daging yang                  dan jenis kelamin berpengaruh terhadap
sangat     potensial    karena   mampu                 bobot lahir, pertambahan bobot badan
mengkonversi bahan pakan berkualitas                   prasapih, dan bobot sapih anak domba.
rendah menjadi produk bergizi tinggi                   Bobot lahir domba berpengaruh terhadap
dan memiliki kemampuan reproduksi                      laju pertumbuhan pra sapihnya. Anak
yang relatif tinggi. Selain itu, domba                 domba dengan bobot lahir rendah
mampu menghasilkan anak banyak                         biasanya diikuti oleh rendahnya air susu
(prolifik)   dengan      rataan   jumlah               yang diperoleh dari induknya, sehingga
sekelahiran sebesar 1,77 ekor per induk                laju pertumbuhan sampai disapih terlihat
(Inounu, 1996).                                        lebih lambat daripada anak domba yang
        Produktifitas domba lokal selama               bobot lahirnya tinggi.
ini masih rendah. Rata-rata pertambahan                        Salah satu yang bisa dilakukan
bobot badan domba lokal yang                           adalah pemberian pakan sumber protein
dipelihara di peternakan rakyat berkisar               tinggi. Pakan yang mengandung sumber
30 gram/hari, namun melalui perbaikan                  protein yang tinggi akan meningkatkan
teknologi pakan PBB domba lokal                        produktifitas reproduksi domba lokal
mampu 57-132 gram/ekor (Prawoto et                     selama bunting dan laktasi. Menurut
al.,    2001).    Produktifitas   domba                Robinson (1987), bahwa kebutuhan
dipengaruhi oleh salah satunya tingkat                 protein pada saat fase akhir kebuntingan
                                                                                                       1
dan     awal     laktasi   lebih    tinggi                   Tujuan
dibandingkan kondisi fase lainnya                   Penelitian ini bertujuan untuk
sehingga         kebutuhan         protein   mengkaji pengaruh ransum dengan
mempengaruhi performa reproduksi.            sumber protein tepung ikan dan bungkil
Selain itu, peningkatan kadar protein        kedelai pada domba akhir kebuntingan
pakan secara nyata meningkatkan              terhadap penampilan induk bunting dan
produksi susu, tanpa terjadi penurunan       anak pra sapih domba lokal.
bobot hidup induk (Mathius et.al., 2003).
        Tingginya protein terkonsumsi               MATERI DAN METODE
diharapkan dapat meningkatkan jumlah                    Waktu dan Lokasi
protein teretensi dalam tubuh ternak dan             Penelitian ini dilaksanakan di
dimanfaatkan ternak untuk memenuhi           Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak
hidup pokok, reproduksi, dan produksi,       Daging dan Kerja untuk tahap
lebih-lebih pada ternak bunting dan          pemeliharaaan serta analisis sampel di
laktasi (Devendra dan Mcleroy, 1982).        Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Penggunaan nutrien untuk pembentukan         Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
susu selama laktasi menjadi prioritas        Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
utama dibandingkan penggunaan untuk          Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
proses lain di dalam tubuh, sehingga         dilaksanakan dari bulan Maret-Juni 2011
nutrien induk sangat mempengaruhi
produksi susu dan pertumbuhan anak                            Materi
(Gatenby, 1986).                             Kandang dan Peralatan
        Bahan pakan yang sering dipakai              Kandang yang digunakan dalam
sebagai sumber protein adalah bungkil        penelitian adalah kandang individu
kedelai dan tepung ikan. Bungkil kedelai     sebanyak 15 buah. Masing-masing
merupakan sumber protein nabati yang         kandang berukuran 125 cm x 55 cm x
memiliki kandungan protein yang tinggi       110 cm. Setiap kandang dilengkapi
tetapi kandungan Ca, P, dan vitamin A        dengan tempat konsentrat, hijauan, dan
rendah dan mengandung asam amino             air minum. Peralatan yang digunakan
yang hampir lengkap namun defisiensi         adalah termometer untuk mengukur suhu
salah satu asam amino ensensial seperti      dalam kandang, timbangan kapasitas 50
metionin. Bungkil kedelai mengandung         kg untuk menimbang bobot domba,
protein kasar sebesar 44,8% (NRC,            timbangan duduk dengan kapasitas 2 kg
1985). Tepung ikan merupakan sumber          untuk menimbang hijauan, timbangan
protein hewani yang memilki komposisi        digital   untuk     menimbang    pakan
asam amino yang sempurna dan                 konsentrat dan sisa pakan.
seimbang sehingga dapat mencukupi
kebutuhan      asam      amino    esensial   Ternak Percobaan
khususnya lisin dan metionin yang                   Ternak yang digunakan adalah
sering kali kurang dalam ransum ternak.      15 ekor domba betina akhir kebuntingan
Tepung ikan mengandung kadar protein         17,27±8,29 hari sebelum melahirkan
antara 55 – 65 %, lemak 5 – 7 %              dengan rata-rata bobot awal 25±2,90 kg.
(NRC,1994).        Melalui      perbaikan
pemberian pakan berbasis sumber              Ransum
protein pada penelitian ini diharapkan               Ransum yang digunakan selama
mampu memperbaiki kualitas reproduksi        penelitian terdiri dari hijauan dan
induk dan kualitas anak yang dilahirkan.     konsentrat komersil dari CV. Tani
                                             Mulya     Cibinong,   Bogor   dengan
                                                                                   2

                                                                                   2
imbangan hijauan dan konsentrat sebesar                P2 = ransum komersil + 10% tepung
40 : 60 serta air diberikan secara ad                  ikan, dan P3 = ransum komersil + 15%
libitum. Komposisi dan kandungan zat                   bungkil kedelai. Model matematik dari
makanan ransum disajikan pada Tabel 1                  rancangan adalah sebagai berikut :
dan 2.
                                                                   Xij =  + i + ij
Tabel 1. Komposisi Bahan Makanan                       Keterangan :
         Ransum Penelitian                             Xij = Respon amatan pada ransum ke-i
                             Ransum Penelitian                 dan ulangan ke-j
     Bahan Pakan
                            P1        P2       P3          = Rataan umum pengamatan
                              ------- % -------        i   = Pengaruh pemberian ransum (i
Konsentrat Komersil         60        54       51
Rumput Lapang               40        40       40
                                                               = 1, 2, 3)
Tepung Ikan                 0         6         0      ij  = Pengaruh galat ransum ke-i dan
Bungkil kedelai             0         0         9              ulangan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5)
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum
            dengan sumber protein tepung ikan, P3 :
            ransum dengan sumber protein bungkil
                                                                 Peubah yang diamati
            kedelai.                                   Peubah yang diamati : konsumsi pakan
                                                       induk, konsumsi air minum, efisiensi
Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Ransum                  penggunaan pakan akhir kebuntingan,
Penelitian*
                                                       bobot induk saat setelah melahirkan,
                             Perlakuan                 bobot lahir anak, litter size, lambing
Zat Makanan
                      P1          P2         P3        rate, rasio jenis kelamin anak, rasio
                      ----------- % BK ----------      kelahiran kembar dan tunggal, mortalitas
                                                       anak sampai sapih, bobot sapih, PBB
BK                  61,05       55,54       58,05
                                                       induk bunting, penyusutan bobot badan
Abu                 11,69        9,69       12,71      induk laktasi, PBB anak sampai sapih,
PK                  14,29       17,69       19,92      dan produksi susu.
LK                   5,88        2,66       2,36
                                                                     Analisis Data
                                                               Analisis data terbagi menjadi 2,
SK                  18,73       18,96       18,22      yaitu : secara deskriptif pada peubah
Beta-N              49,41       51,00       46,80      lambing rate, rasio jenis kelamin anak,
TDN                 67,71       74,90       69,86      rasio kelahiran kembar, dan mortalitas
Ca                   0,64        1,06       1,90       anak sampai sapih, sedangkan konsumsi
P                    0,57        0,34       1,32       pakan induk, konsumsi air minum,
Keterangan : *) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu
                                                       efisiensi penggunaan pakan, bobot induk
dan Teknologi Pakan, IPB (2011). P1 : ransum           saat setelah melahirkan, litter size,
komersil, P2 : ransum dengan sumber protein tepung     bobot lahir anak, bobot sapih, PBB
ikan, P3 : ransum dengan sumber protein bungkil
kedelai. BK : Bahan Kering, PK : Protein Kasar, LK :
                                                       induk bunting dan Laktasi, PBB anak
Lemak Kasar, SK : Serat Kasar, TDN : Total             sampai sapih, dan produksi susu
Digestibility Nutrient, Ca : kalsium, P : Phospor.     menggunakan analisa ragam (Analysis
                                                       of Variance) jika terdapat perbedaan
                Metode                                 yang nyata, maka dilakukan dengan Uji
Rancangan Percobaan                                    Kontras Ortogonal (Steel dan Torrie,
       Rancangan    percobaan     yang                 1993).
digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Tiga
perlakuan adalah P1 = ransum komersil,
                                                                                             3
                                                                                             3
HASIL DAN PEMBAHASAN                           Konsumsi bahan kering pada perlakuan
                                                    tanpa suplementasi sumber protein (P1)
   Konsumsi Bahan Kering Ransum                     cenderung lebih tinggi dibandingkan
                 Induk                              kedua perlakuan pemberian sumber
        Konsumsi bahan kering ransum                protein tepung ikan (P2) dan bungkil
domba akhir kebuntingan dan laktasi                 Kedelai (P3) selama akhir kebuntingan
disajikan pada Tabel 3.                             dan laktasi. Hal ini diduga tingkat
        Kualitas protein pada akhir                 kebutuhan bahan kering induk belum
kebuntingan      dan    laktasi     tidak           tercukupi karena rendahnya kualitas
berpengaruh nyata terhadap konsumsi                 ransum     perlakuan     P1      sehingga
bahan     kering    ransum      (P>0,05).           diperlukan kuantitas yang lebih tinggi.

Tabel 3. Konsumsi Bahan Kering Ransum Induk Domba yang Mendapat Perlakuan
Berbeda Selama Bunting dan Laktasi
                                                  Perlakuan
           Peubah                                                                      Rataan
                                    P1              P2                 P3
Selama Akhir kebuntingan
 Konsumsi BK (g/e/h)           787,96±72,66     735,09±41,64      717,78±54,61      746,94±61,73
 Ransum (%BB)                      3,05             2,81              2,77              2,88
 Konsumsi BK Rumput (g/e/h)    336,97±42,47     308,10±22,43      298,58±38,64      314,55±37,03
 Konsumsi Konsentrat (g/e/h)   450,99±40,57     426,99±25,66      419,20±34,01      432,39±34,42
 Konsumsi Air Minum (l/e/h)      2,66±0,30       2,82±0,32          2,73±0,26         2,74±0,26
 Rasio Hijauan : Konsentrat       43 : 57         42 : 58            42 : 58           42 : 58
Selama Laktasi
 Konsumsi BK (g/e/h)           968,90±112,30    890,35±93,84      879,51±74,82      912,92±97,05
 Ransum (%BB)                      3,33             2,88              2,88              3,03
 Konsumsi BK Rumput (g/e/h)    365,58±42,53     342,00±43,20      312,55±75,56      340,04±56,44
 Konsumsi Konsentrat (g/e/h)   603,32±96,26     548,36±64,24      566,97±33,86      572,88±68,65
 Konsumsi Air Minum (l/e/h)      3,16±0,46       3,27±0,25          3,32±0,50         3,25±0,39
 Rasio Hijauan : Konsentrat       38 : 62         38 : 62            36 : 64           37 : 63
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil
             kedelai, BB = Berat Badan, BK = Bahan Kering.

        Tingkat konsumsi dipengaruhi                dikonsumsi karena bersaing dengan
oleh berat badan, bangsa, jenis kelamin,            perkembangan fetus (Oor et. al., 1983).
umur, kondisi ternak, jenis makanan,                Sedangkan selama laktasi, domba induk
kadar energi bahan makanan, dan stress              banyak       memobilisasi      cadangan
(Parakkasi, 1999). Konsumsi BK domba                lemaknya untuk memenuhi kebutuhan
akhir kebuntingan sekitar 746,94±61,73              nutrisi yang meningkat akibat kebutuhan
g/e/h. Sedangkan selama laktasi,                    produksi susu, perbaikan jaringan
konsumsi BK sekitar 912,92±97,05                    reproduksi setelah melahiran dan
g/e/h. Konsumsi BK pada keadaan                     mempersiapkan perkawinan selanjutnya
laktasi cenderung meningkat 22,22%                  (NRC, 1985).
lebih tinggi dibandingkan pada keadaan
bunting. Hal ini diduga dikarenakan                 Konsumsi Air minum
domba pada status akhir kebuntingan                        Berdasarkan analisis ragam,
mempunyai rongga perut yang lebih                   peningkatan kualitas protein pakan tidak
kecil untuk menampung pakan yang                    berpengaruh nyata terhadap konsumsi air
                                                                                                   4
                                                                                                   4
(P>0,05) selama akhir kebuntingan dan                untuk memproduksi susu dan konsumsi
laktasi. Konsumsi air minum perlakuan                anak selama laktasi. Rata-rata konsumsi
P2 cenderung lebih tinggi dibandingkan               air pada penelitian ini sesuai dengan
perlakuan     lainnya    selama    akhir             penelitian Markwick (2007), konsumsi
kebuntingan, sedangkan selama laktasi,               air pada domba sekitar 2-4 l/e/h.
perlakuan P3 cenderung lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini              Konsumsi Zat Makanan
diduga dipengaruhi tingkat kandungan                         Berdasarkan       kualitas,   zat
protein ransum (Tabel 4). Kandungan                  makanan yang dikonsumsi selama
protein ransum dapat meningkatkan                    laktasi lebih besar dibandingkan bunting.
konsumsi air minum mencapai 26 persen                Nutrien tersebut digunakan untuk
atau lebih karena air banyak dibutuhkan              kebutuhan pokok hidup, reproduksi, dan
untuk mengeluarkan hasil metabolisme                 produksi susu (Devendra dan Mcleroy,
N via urin (Parakkasi, 1999)                         1982). Secara deskriptif, konsumsi
        Konsumsi air dipengaruhi oleh                protein selama laktasi cenderung lebih
konsumsi bahan kering, zat kandungan                 besar dibandingkan bunting. Hal ini
pakan, bahan makanan, dan lingkungan                 sesuai dengan NRC (1985), domba
(Parakkasi, 1999). Konsumsi air pada                 laktasi membutuhkan PK 14,6% dan
saat laktasi lebih tinggi dibandingkan               TDN 65.2%, sedangkan pada keadaan
selama akhir kebuntingan yaitu masing-               akhir kebuntingan membutuhan PK
masing 3,25±0,39 l/e/h dan 2,74±0,26                 11,6% dan TDN 64,8%.
l/e/h. Hal ini disebabkan air digunakan

Tabel 4. Konsumsi Zat Makanan selama bunting dan laktasi
                                                         Zat Makanan
   Perlakuan     Satuan
                             BK        Abu      LK        PK           SK    Ca      P      TDN
Akhir Bunting
   P1             g/e/h    787,96     75,86    44,93    105,92    159,81    4,15    3,05   348,77
   P2             g/e/h    735,09     61,68    26,07    115,98    149,58    6,02    1,82   363,88
   P3             g/e/h    717,78     74,79    24,00    123,93    142,50    9,93    6,48   332,35
Laktasi
   P1             g/e/h    968,90     96,60    55,53    131,61    194,02    5,27    4,04   454,82
   P2             g/e/h    890,36     76,13    30,59    142,60    179,64    7,57    2,31   459,91
   P3             g/e/h    879,52     95,92    27,56    156,81    171,56    13,13   8,72   436,92
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil
         kedelai, BK = Bahan Kering, LK = Lemak Kasar, PK = Protein Kasar, SK = Serat Kasar, Ca =
         Kalsium, P = Phosphor, TDN = Total Digestible Nutrient.

     Penampilan Reproduksi Induk                     dari sekelompok induk. Lambing rate ini
                 Domba                               dipengaruhi laju ovulasi, fertilitas, dan
         Penampilan reproduksi induk                 mortalitas embrio (Hanrahan dan Quirk,
domba terdiri dari lambing rate, litter              1985). Secara deskriptif, kelompok
size, rasio jantan betina, dan rasio                 induk tanpa suplementasi dan pemberian
kembar tunggal. Data penampilan                      bungkil kedelai memiliki lambing rate
reproduksi induk domba disajikan pada                yang sama. Lambing rate pada penelitian
tabel 5.                                             ini        mengalami        peningkatan
         Lambing    rate   merupakan                 dibandingkan penelitian Kumalasanti
persentase jumlah anak yang dilahirkan               (2011) yang memiliki lambing rate
                                                                                                  5
                                                                                                  2
tertinggi sekitar 120% pada domba                   Sugana (1988) dan Yedi (1997),
pertama melahirkan dengan pemberian                 Peningkatan kualitas pakan protein
suplementasi sumber energi berbeda                  tinggi akan meningkatkan pertumbuhan
pada ransum. Hal ini sesuai penelitian              dan daya tahan hidup.

Tabel 5. Penampilan Reproduksi Induk Domba.
                                                               Perlakuan
                Peubah
                                                  P1               P2                P3
Jumlah Induk Awal (ekor)                           5                5                 5
Jumlah Anak (ekor)                                 7                6                 7
Lambing Rate (%)                                  140              120               140
Litter size                                    1,4±0,55         1,2±0,45          1,4±0,89
Rasio ♂ : ♀ anak (%)                            57 : 43          83 : 17           71 : 29
Rasio Tunggal : Kembar (%)                      60 : 40          80 : 20           80 : 20
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil
         kedelai, ♂ = Jantan, ♀ = Betina.

        Tingkat         protein        tidak        tunggal 70,37% dan kembar 29,63%.
berpengaruh nyata terhadap litter size              Pembentukan jenis kelamin dan jumlah
induk       (P>0,05).      Induk      tanpa         anak sekelahiran terjadi pada saat
suplementasi sumber protein dan bungkil             fertilisasi sedangkan pemberian sumber
kedelai cenderung memiliki litter size              protein      dilakukan   pada     akhir
lebih banyak dibandingkan pemberian                 kebuntingan sehingga pemberian sumber
sumber protein tepung ikan. Litter size             protein tidak berdampak terhadap
pada penelitian ini lebih rendah                    penampilan reproduksi penentuan jenis
dibandingkan penelitian Inounu (1996)               kelamin dan jumlah anak sekelahiran.
pada domba lokal memiliki litter size
sekitar 1,77 ekor perkelahiran. Hal ini               Penampilan Produksi Induk Domba
diduga dipengaruhi genotip, manajemen,                       Penampilan     produksi      induk
dan PBB induk (Tiesnamurti, 2002).                  mencakup bobot induk saat setelah
        Secara deskriptif, rasio jenis              melahirkan, pertambahan bobot badan
kelamin pada penelitian ini didapatkan              induk akhir kebuntingan, efisiensi pakan
jenis kelamin jantan lebih banyak pada              akhir kebuntingan, bobot sapih induk,
pemberian sumber protein tepung ikan                dan penyusutan bobot badan induk
dan bungkil kedelai. Sedangkan jenis                sampai sapih. Penampilan produksi
kelamin betina lebih banyak pada                    induk domba akhir kebuntingan dan
perlakuan tanpa suplementasi sumber                 laktasi terdapat pada Tabel 6.
protein (P1). Akan tetapi, Menurut                           Kualitas       protein        tidak
Harahap (2008), rasio jenis kelamin                 berpengaruh nyata terhadap pertambahan
betina pada domba lokal tinggi                      bobot badan induk selama akhir
dibandingkan jantan, yaitu masing-                  kebuntingan (P>0,05). Pertambahan
masing 50,47% : 49,53%. Sedangkan                   bobot badan selama bunting mengalami
                                                                                               6
rasio     jumlah      anak      sekelahiran         peningkatan         dengan         rata-rata
didapatkan bahwa anak tunggal lebih                 136,41±165,85       g/e/h.    Pertambahan
banyak       pada      perlakuan      tanpa         bobot badan perlakuan P2 cenderung
suplementasi sumber protein (P1). Hal               lebih besar dibandingkan P1 dan P3. Hal
ini sejalan dengan penelitian Harahap               ini diduga dikarenakan perkembangan
(2008), rasio jumlah anak kelahiran                 dan jumlah fetus yang terdapat di dalam
                                                                                                2
                                                                                                6
kandungan dan tingkat konsumsi pakan.               konsumsi ini dikarenakan kapasitas
Kemampuan konsumsi pakan domba                      rongga perut yang lebih kecil untuk
bunting akan menurun sejalan dengan                 dapat   menampung         pakan yang
umur     kebuntingan.    Keterbatasan               dikonsumsi (Orr et al., 1983).

Tabel 6. Penampilan Produksi Induk Domba
                                                    Perlakuan
           Peubah                                                                       Rataan
                                       P1               P2               P3
BB Awal (kg/ekor)                  25,20±2,68       24,60±3,78       25,60±2,70         25,13±2,90
BB Sesaat Setelah Melahirkan
                                      24,20±2,95      24,80±3,35       23,40±2,97       24,13±2,92
(kg/ekor)
PBB Akhir Kebuntingan (g/e/h)       130,47±73,42    152,36±82,26 126,40±289,18        136,41±165,85
Efisiensi Ransum Akhir
                                       0,16±0,09       0,21±0,12        0,18±0,38      0,177±0,218
Kebuntingan
BB Sapih (kg/ekor)                    22,40±3,21      23,40±4,28       23,40±2,88       23,07±3,28
Penyusutan Bobot Badan Induk
                                      -1,80±1,79      -1,40±2,61        0,00±1,22       -1,07±1,98
Sapih
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil
           kedelai, BB = Berat Badan, PBB = Pertambahan Berat Badan.

        Efisiensi     ransum        akhir           (P>0,05). Perlakuan P3 dan P2
kebuntingan tidak nyata (P>0,05)                    cenderung memiliki bobot sapih sama
dipengaruhi perlakuan. Perlakuan P2                 tinggi dibandingkan perlakuan P1. Hal
cenderung memiliki efisiensi lebih tinggi           ini diduga kualitas ransum pada P3 dan
dibandingkan perlakuan P1 dan P3. Hal               P2 lebih tinggi dibandingkan perlakuan
ini diduga dipengaruhi kecernaan bahan              P1 sehingga kebutuhan induk dan anak
pakan, kecukupan nutrisi, dan bahan                 terpenuhi, terutama protein (Tabel 5).
pakan yang dikonsumsi (Cambell dan
Lasley (1985).                                            Penampilan Produksi Anak
        Kualitas      protein       tidak                   Penampilan produksi anak terdiri
berpengaruh nyata terhadap penyusutan               bobot lahir, bobot sapih, pertambahan
bobot badan induk sampai sapih                      bobot badan anak, mortalitas anak
(P>0,05).       Penyusutan       tersebut           sampai sapih dan produksi susu.
menandakan bahwa konsumsi ransum                    Penampilan produksi anak disajikan
ataupun cadangan lemak digunakan                    pada Tabel 7.
untuk produksi susu. Perlakuan P3 tidak                     Kualitas     protein      tidak
mengalami penyusutan bobot badan                    berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
dibandingkan perlakuan lainnya yang                 bobot lahir. Perlakuan P2 cenderung
mengalami penyusutan bobot badan. Hal               memiliki bobot lahir lebih berat
ini diduga dikarenakan induk domba                  dibandingkan perlakuan P1 dan P3.
memerlukan kebutuhan nutrisi untuk                  Bobot lahir dipengaruhi oleh jenis
pemulihan pasca melahirkan, perbaikan               kelahiran dan jenis kelamin (Farida,
jaringan reproduksi setelah melahirkan,             2008). Secara umum bobot lahir anak
dan      mempersiapkan        perkawinan            sesuai dengan standar bobot lahir lokal
selanjutnya (NRC, 1985)                             yaitu sebesar 2,0-3,2 kg (Heriyadi,
        Kualitas      protein       tidak           2007).
berpengaruh terhadap bobot sapih induk



                                                                                                 2
                                                                                                 7
Tabel 7. Penampilan Produksi Anak domba
                                                 Perlakuan
        Peubah                                                                          Rataan
                                 P1                P2                 P3
Bobot Lahir (kg/e)            2,29±0,52         2,96±0,81          2,76±0,78           2,67±0,72
Bobot Hari Ke-28 (kg/e)       6,05±1,25         6,82±2,23          7,55±2,13           6,81±1,89
PBB Hari Ke 0-28
                            134,21±42,77      137,82±59,34       171,03±50,40        147,68±50,48
(g/e/h)
Produksi Susu (g/e/h)*     805,24±256,64 826,91±356,03          1026,17±302,38      886,11±302,91
Bobot Sapih (kg/e)           8,92±2,15     10,33±3,14             11,32±3,20          10,19±2,84
PBB Hari Ke 29-56
                            102,50±42,04      125,36±42,99       134,46±39,63        120,77±40,93
(g/e/h)
PBB Anak Hari 0-56
                            118,35±40,49      131,59±46,07       152,75±43,92         134±42,91
(g/e/h)
Mortalitas Anak Sampai
                                   0                0                   0                  0
Sapih
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil
         kedelai, PBB = Pertambahan Berat Badan *) produksi susu hari 0-28 laktasi.

        Kualitas      protein      tidak           Sedangkan pertambahan bobot badan
berpengaruh nyata terhadap bobot sapih             anak selama hari ke 28-56 yaitu
anak (P>0,05). Bobot sapih anak pada               120,77±40,93       g/e/h.      Penurunan
perlakuan P3 cenderung lebih tinggi                pertambahan bobot badan anak diduga
dibandingkan perlakuan P2 dan P1.                  dikarenakan produksi susu pada hari ke
Bobot sapih anak diduga dipengaruhi                28-56 mengalami penurunan dan anak
oleh produksi air susu induk (Tabel 7)             telah mampu mengkonsumsi nutrisi dari
dan nutrisi pakan (Tabel 5). Rata-rata             ransum induk (Dove, 1988; Raharjo,
bobot sapih pada penelitian ini sesuai             2008).
dengan standar bobot sapih domba lokal                     Anak setelah melahirkan sampai
sebesar 10,69±1,2 kg (Kumalasanti,                 sapih tidak terdapat mortalitas. Akan
2011).                                             tetapi pada perlakuan P3 anak domba
        Kualitas      protein      tidak           (14,29%) mengalami abnormal induk
berpengaruh nyata terhadap pertambahan             karena tidak menyusui salahsatu anak
bobot badan anak selama laktasi                    kembar tiga. Hal ini diduga dikarenakan
(P>0,05). Perlakuan P3 cenderung                   tingkat kompetisi dalam memperoleh
memiliki Pertambahan bobot badan lebih             susu induk sehingga kebutuhan susu
besar dibandingkan perlakuan lainnya.              anak kurang tercukupi. Mortalitas pada
Hal ini diduga dipengaruhi oleh produksi           penelitaian ini tidak sesuai dengan
susu induk perlakuan P3 lebih tinggi               penelitian Inounu (1991), kemampuan
dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel              hidup anak domba sebesar 90% pada
7). Pertambahan bobot badan harian                 kelahiran tunggal, 68% pada kelahiran
anak domba pada penelitian ini lebih               kembar dua, dan 60 - 65% pada
tinggi dibandingkan domba lokal hasil              kelahiran kembar tiga.
penelitian Saputra (2008) yaitu sebesar                    Kualitas       protein      tidak
75,10±25,85 g/e/h.                                 berpengaruh nyata terhadap produksi
        Pertambahan bobot badan hari ke            susu. Perlakuan P3 cenderung memiliki
0-28      cenderung      lebih     besar           produksi      susu      lebih     banyak
dibandingkan hari 28-56 sebelum sapih.             dibandingkan P2 dan P1. Rata-rata
Pertambahan bobot badan anak selama                produksi susu pada penelitian ini
hari ke 0-28 yaitu 147,68±50,48 g/e/h.             (886,11±302,91 g/e/h) lebih rendah
                                                                                                 2
                                                                                                 8
dibandingkan produksi susu hasil            Gatenby, R.M. 1986. Sheep. The
penelitian Kumalasanti (2011) dengan                Tropical   Agriculturalist.
pemberian kualitas sumber energi                    McMillan Education    Ltd,
berbeda pada ransum domba laktasi                   London
yaitu rata-rata sebesar 976,85 g/e/h.       Harahap, A.S., 2008. Pengaruh umur
Sedangkan menurut penelitian Raharjo                terhadap performa reproduksi
(2008), rata-rata produksi susu sekitar             induk domba lokal yang
355,29±72,43          g/e/h       dengan            digembalakan di UP3 Jonggol.
menggunakan            domba        lokal           Skripsi. Fakultas Peternakan.
digembalakan di padang rumput. Hal ini              Institut Pertanian Bogor. Bogor
sejalan dengan hasil penelitian Mathius
et. al., (2003), peningkatan kadar energi   Heriyadi, D. 2007. Standarisasi Plasma
dan protein pakan akan meningkatkan                 Nutfah Mutu Bibit domba
produksi susu.                                      Garut. Fakultas Peternakan.
                                                    Universitas        Padjadjaran.
           KESIMPULAN                               Bandung
       Performa    reproduksi    induk      Inounu, I. 1991. Produstion performance
domba dengan pemberian ransum                       of prolific Javanese sheep.
sumber protein tepung ikan dan bungkil              Tesis. Program Pascasarjana.
kedelai tidak memberikan pengaruh                   Institut Pertanian Bogor. Bogor
yang nyata terhadap penampilan
reproduksi dan produksi induk serta         Inounu, I. 1996. Keragaman Produksi
produksi anak.                                      Ternak       Domba      Prolifik.
                                                    Disertasi. Sekolah Pascasarjana,
         DAFTAR PUSTAKA                             Institut Pertanian Bogor. Bogor
                                            Kumalasanti, N. E. 2011. performa
Campbell, J.R. & J.F. Lasley. 1985.                reproduksi      induk    dan
       TheScience of Animal that                   pertumbuhan      anak  domba
       Serve Humanity.3rd Ed. Mc                   jonggol yang mendapatkan
       Graw – Hill Inc., New York.                 ransum berbasis sumber energi
Devendra, C. & G.B. Mcleroy. 1982.                 jagung dan onggok. Skripsi.
       Goat and Sheep Production in                Fakultas Peternakan. Institut
       the    Tropics.   International             Pertanian Bogor.
       Tropical     Agric.     Series.      Markwick, G. 2007. Water requirements
       Longman. London                             for sheep and cattle. NSW
Dove, H. 1988. Estimating the Intake of            departement      of    Primary
       Milk by Lambs, From the Turn                Industries. New South Wales.
       Over Of Deuterium Ortritium-         Matthius, I. W. 1996. Kebuthan Energi
       labelled Water. British Journal              dan Protein Domba Induk Pada
       of Nutrition 60, 375-387.                    Fase Akhir Kebuntingan dan
Farida. 2008. Peran Perbedaan Kation-               Laktasi.   Disertasi.  Institut
         Anion      Ransum        dalam             Pertanian Bogor. Bogor
         Metabolisme Mineral dan pH         Matthius, I.W., Sastradipradja, D.,
         Cairan Vagina dalam Upaya                  Sutardi, T., Natasasmita, A.
         Mengubah Rasio Kelamin Anak                Sofyan, L. A., & Sihombing,
         Domba Garut. Disertasi. Institut           D.T. H. 2003. Studi Strategi
         Pertanian Bogor. Bogor                     Kebutuhan      Energi-Protein
                                                                                   2
                                                                                   9
                                                                                   9
Untuk Domba Lokal : Induk                  dua bulan di UP3J Jonggol.
           Fase Laktasi. Jurnal LIPI Vol. 8           Skripsi. Fakultas Peternakan.
           No. 1.                                     Institut Pertanian Bogor, Bogor
                                                      Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie.
National Research Council (NRC). 1985.
                                                      1993. Prinsip dan Prosedur
        Effect of Environment     on
                                                      Statistika. Terjemahan PT.
        nutrient    requirements    of
                                                      Gramedia. Jakarta
        domestic animals. National
        Academy Press,Washington.             Steel. R. G. D., & J.H. Torrie. 1993.
                                                      Prinsip dan Prosedur Statistika.
National     Research Council. 1994.
                                                      Terjemahan PT. Gramedia.
           Nutrient   Requrements   of
                                                      Jakarta.
           Poultry. 6th Ed. National
           Academic Press. Washington,        Sugana, N. 1988. Tumbuh Kembang
           D.C                                        Fetus dan Organ Reproduksi
                                                      Induk Domba Priangan selama
Orr, R.J., J.E. Newton & C.A. Jackson.
                                                      Kebuntingan. Thesis. Program
         1983.     The    intake    and
                                                      Pasca Sarjana-Institut Pertanian
         performance of ewes offered
         concentrate and grass silage in              Bogor. Bogor
         late pregnancy. Anim. Prod. 36:      Suryadi. 2006. Pengaruh Jumlah Anak
         21-27.                                       Sekelahiran Dan Jenis Kelamin
                                                      Terhadap Kinerja Anak Domba
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan
                                                      Sampai      Sapih.    Ejournal
        Makanan Ternak Ruminan.
                                                      Universitas Udayana Volume 1.
        Universitas Indonesia. Jakarta.
                                                      Bali.
Prawoto, J. A., C. M. S. Lestari, & E.
                                              Tiesnamurti, B. 2002. Kajian Genetik
        Purbowati. 2001. Keragaan dan
                                                     Terhadap      Induk      Domba
        kinerja produksi domba lokal
                                                     Priangan Peridi Ditinjau dari
        jantan yang dipelihara intensif
                                                     Aspek       Kuantitatif      dan
        dengan memanfaatkan ampas
                                                     Molekuler. Disertasi. Program
        tahu sebagai pakan campuran.
                                                     Pascasarjana. Institut Pertanian
        Abstrak Hasil-Hasil Penelitian
                                                     Bogor. Bogor
        Tahun 1998/1999. Lembaga
        Penelitian         Universitas        Yedi, M.S. 1977. Prediksi Banyaknya
        Diponegoro. Semarang. Hal 68-                Anak, Bobot Lahir, Komponen
        70 (Abstr).                                  Kimia Kelenjar Susu dan
                                                     Produksi     Susu     Kaitannya
Raharjo, P.P., 2008. Produksi susu induk
                                                     Dengan        Bobot         Sapih
         domba lokal pada tipe kelahiran
                                                     Berdasarkan Profil Hormon dan
         dan umur berbeda di UP3
                                                     Metabolit     Darah       Selama
         Jonggol.    Skripsi.   Fakultas
                                                     Kebuntingan Pada Domba
         Perternakan. Institut Pertanian
                                                     (Ovis Aries). Disertasi. Program
         Bogor. Bogor
                                                     Pasca Sarjana-Institut Pertanian
Robinson, J. J. 1987. Energi and Protein             Bogor. Bogor.
       Requirements of the Ewe. In :
       Recent advences in Animal
       Nutrition. Pp . 187-204
Saputra, Y. 2008. Penampilan produksi
         anak domba pra sapih selama
                                                                                      3
                                                                                     10

More Related Content

What's hot

Jadi fdf
Jadi fdfJadi fdf
Jadi fdf
sandi28011993
 
Pakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisiPakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisi
hylmihalim
 
Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Maman Fathurrohman
 
Integrasi tan pangan
Integrasi tan panganIntegrasi tan pangan
Integrasi tan pangan
BBPP_Batu
 
Bab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberianBab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberian
RMontong
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
dayan cito
 
Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...
Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...
Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...
Tata Naipospos
 
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secaraTeknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Jabatan Veterinar selangor
 
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...BBPP_Batu
 
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJAMANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
BBPP_Batu
 
Pedoman Pakan Ternak
Pedoman Pakan TernakPedoman Pakan Ternak
Pedoman Pakan Ternak
Warta Wirausaha
 
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanRMontong
 
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melaluiEvaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
ika rini
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
Repository Ipb
 

What's hot (17)

Jadi fdf
Jadi fdfJadi fdf
Jadi fdf
 
Pakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisiPakan dan-nutrisi
Pakan dan-nutrisi
 
Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1Laporan praktikum kapita selekta 1
Laporan praktikum kapita selekta 1
 
Integrasi tan pangan
Integrasi tan panganIntegrasi tan pangan
Integrasi tan pangan
 
Bab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberianBab iv makanan dan cara pemberian
Bab iv makanan dan cara pemberian
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...
Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...
Bimtek Karantina Deskripsi Bahan Pakan Asal Hewan - BUTTMKP, Bekasi, 19 April...
 
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secaraTeknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
Teknologi pakan dalam penggemukan sapi secara
 
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
 
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJAMANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
 
Pedoman Pakan Ternak
Pedoman Pakan TernakPedoman Pakan Ternak
Pedoman Pakan Ternak
 
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
APLIKASI TEKNOLOGI MODEL MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PETERNAKAN PERKE...
 
Bab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinanBab v pemuliaan dan perkawinan
Bab v pemuliaan dan perkawinan
 
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
 
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melaluiEvaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
 
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udangTeknik formulasi pakan ikan dan udang
Teknik formulasi pakan ikan dan udang
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
 

Similar to Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan terhadap performa reproduksi induk dan pertumbuhan anak pra sapih domba lokal

Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
AlamstaSuarjuniarta
 
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
lisa ruliaty 631971
 
Peper penggunaan parika yogyakarta 08
Peper penggunaan parika yogyakarta 08Peper penggunaan parika yogyakarta 08
Peper penggunaan parika yogyakarta 08
suwoyo
 
Pounder Terifik
Pounder TerifikPounder Terifik
Pounder Terifik
rindaaulutamii
 
Terafik Restorn
Terafik RestornTerafik Restorn
Terafik Restorn
rindaaulutamii
 
Intern Terifik
Intern TerifikIntern Terifik
Intern Terifik
rindaaulutamii
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
Bab 1Bab 1
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaIlmianisa Azizah
 
Presentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptx
Presentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptxPresentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptx
Presentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptx
Wiwin Kusuma Atmaja Putra
 
manaj, pakan.ppt
manaj, pakan.pptmanaj, pakan.ppt
manaj, pakan.ppt
MuhammadIdrus33
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Dendy Vidianto
 
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
Mustain Adinugroho
 
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
KeyArdian
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
dewi inne kumalasari
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
PPGhybrid3
 
Icp kim
Icp kimIcp kim
Icp kim
Bahtera Adi
 
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
PTPN VI
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
PPGhybrid3
 
Ilmu nutrisi unggas kbutuhan gizi
Ilmu nutrisi unggas kbutuhan giziIlmu nutrisi unggas kbutuhan gizi
Ilmu nutrisi unggas kbutuhan gizi
Emi Suhaemi
 

Similar to Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan terhadap performa reproduksi induk dan pertumbuhan anak pra sapih domba lokal (20)

Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
 
Peper penggunaan parika yogyakarta 08
Peper penggunaan parika yogyakarta 08Peper penggunaan parika yogyakarta 08
Peper penggunaan parika yogyakarta 08
 
Pounder Terifik
Pounder TerifikPounder Terifik
Pounder Terifik
 
Terafik Restorn
Terafik RestornTerafik Restorn
Terafik Restorn
 
Intern Terifik
Intern TerifikIntern Terifik
Intern Terifik
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
 
Presentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptx
Presentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptxPresentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptx
Presentasi Evaluasi sumber bahan baku pakan Protein Hewani Maggot.pptx
 
manaj, pakan.ppt
manaj, pakan.pptmanaj, pakan.ppt
manaj, pakan.ppt
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
 
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
Sistem Control Management PRODUKSI TAHU KEL 6
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
Icp kim
Icp kimIcp kim
Icp kim
 
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakanMakalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
Makalah teknologi penaganan dan pengolahan pakan
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
 
Ilmu nutrisi unggas kbutuhan gizi
Ilmu nutrisi unggas kbutuhan giziIlmu nutrisi unggas kbutuhan gizi
Ilmu nutrisi unggas kbutuhan gizi
 

Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan terhadap performa reproduksi induk dan pertumbuhan anak pra sapih domba lokal

  • 1. SUPLEMENTASI TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI DALAM RANSUM AKHIR KEBUNTINGAN TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DAN PERTUMBUHAN ANAK PRA SAPIH DOMBA LOKAL Dendy Vidianto1), Lilis Khotijah1), Dwierra Evvyernie Amirroenas 1) 1) Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor ABSTRACT A fertile sheep is capable of producing two to three lambs in a birth. Birth weights and growth rate is the character that determine the performance of sheep. Nutritional needs for pregnant and lactation sheep is higher than other physiological conditions. The high protein intake is expected to increase the amount of retention protein in the body and used by livestock to meet maintenance, reproduction, and production. The purpose of this study is to examine the influence of the ration with a protein source of fish meal and soybean meal to the performance of a pregnant sheep and the pre- weaning lamb at local. The experiment was conducted at the local sheep randomized complete design with three treatment five replications. The treatment consists of P1 = commercial ration, P2 = commercial ration + fish meal 10%, and P3 = commercial ration + soybean meal 15%. The variable that observed in this study : Does Feed Consumption, Water Consumption, Feed Efficiency at Late Gestation, Does Weight at Late Gestation, Lamb Birth Weight, Litter Size, Mortality of Lamb At Birth, Weaning Weight. Pre-Wean average daily gain, Lamb Sex Ratio, Milk Production, ratio of births Twins, and Lambing Rate. The results showed that sheep reproduction on treatment P3 is better than P1 and P2 in terms of production of the parent and child. Based on the analysis of variance, level protein did not effect the reproductive performance and production of the does and lamb production. Keywords : soybean meal, local sheep, lamb, protein, reproduction, fish meal. PENDAHULUAN kesuburan induk. Induk domba yang Latar Belakang subur adalah induk domba yang mampu Ternak domba merupakan salah menghasilkan anak sekelahiran dua satu ternak potong yang berkontribusi sampai dengan tiga ekor. Menurut dalam kebutuhan protein hewani. Domba Suryadi (2006), jumlah anak sekelahiran termasuk ternak penghasil daging yang dan jenis kelamin berpengaruh terhadap sangat potensial karena mampu bobot lahir, pertambahan bobot badan mengkonversi bahan pakan berkualitas prasapih, dan bobot sapih anak domba. rendah menjadi produk bergizi tinggi Bobot lahir domba berpengaruh terhadap dan memiliki kemampuan reproduksi laju pertumbuhan pra sapihnya. Anak yang relatif tinggi. Selain itu, domba domba dengan bobot lahir rendah mampu menghasilkan anak banyak biasanya diikuti oleh rendahnya air susu (prolifik) dengan rataan jumlah yang diperoleh dari induknya, sehingga sekelahiran sebesar 1,77 ekor per induk laju pertumbuhan sampai disapih terlihat (Inounu, 1996). lebih lambat daripada anak domba yang Produktifitas domba lokal selama bobot lahirnya tinggi. ini masih rendah. Rata-rata pertambahan Salah satu yang bisa dilakukan bobot badan domba lokal yang adalah pemberian pakan sumber protein dipelihara di peternakan rakyat berkisar tinggi. Pakan yang mengandung sumber 30 gram/hari, namun melalui perbaikan protein yang tinggi akan meningkatkan teknologi pakan PBB domba lokal produktifitas reproduksi domba lokal mampu 57-132 gram/ekor (Prawoto et selama bunting dan laktasi. Menurut al., 2001). Produktifitas domba Robinson (1987), bahwa kebutuhan dipengaruhi oleh salah satunya tingkat protein pada saat fase akhir kebuntingan 1
  • 2. dan awal laktasi lebih tinggi Tujuan dibandingkan kondisi fase lainnya Penelitian ini bertujuan untuk sehingga kebutuhan protein mengkaji pengaruh ransum dengan mempengaruhi performa reproduksi. sumber protein tepung ikan dan bungkil Selain itu, peningkatan kadar protein kedelai pada domba akhir kebuntingan pakan secara nyata meningkatkan terhadap penampilan induk bunting dan produksi susu, tanpa terjadi penurunan anak pra sapih domba lokal. bobot hidup induk (Mathius et.al., 2003). Tingginya protein terkonsumsi MATERI DAN METODE diharapkan dapat meningkatkan jumlah Waktu dan Lokasi protein teretensi dalam tubuh ternak dan Penelitian ini dilaksanakan di dimanfaatkan ternak untuk memenuhi Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak hidup pokok, reproduksi, dan produksi, Daging dan Kerja untuk tahap lebih-lebih pada ternak bunting dan pemeliharaaan serta analisis sampel di laktasi (Devendra dan Mcleroy, 1982). Laboratorium Ilmu dan Teknologi Penggunaan nutrien untuk pembentukan Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan susu selama laktasi menjadi prioritas Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, utama dibandingkan penggunaan untuk Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini proses lain di dalam tubuh, sehingga dilaksanakan dari bulan Maret-Juni 2011 nutrien induk sangat mempengaruhi produksi susu dan pertumbuhan anak Materi (Gatenby, 1986). Kandang dan Peralatan Bahan pakan yang sering dipakai Kandang yang digunakan dalam sebagai sumber protein adalah bungkil penelitian adalah kandang individu kedelai dan tepung ikan. Bungkil kedelai sebanyak 15 buah. Masing-masing merupakan sumber protein nabati yang kandang berukuran 125 cm x 55 cm x memiliki kandungan protein yang tinggi 110 cm. Setiap kandang dilengkapi tetapi kandungan Ca, P, dan vitamin A dengan tempat konsentrat, hijauan, dan rendah dan mengandung asam amino air minum. Peralatan yang digunakan yang hampir lengkap namun defisiensi adalah termometer untuk mengukur suhu salah satu asam amino ensensial seperti dalam kandang, timbangan kapasitas 50 metionin. Bungkil kedelai mengandung kg untuk menimbang bobot domba, protein kasar sebesar 44,8% (NRC, timbangan duduk dengan kapasitas 2 kg 1985). Tepung ikan merupakan sumber untuk menimbang hijauan, timbangan protein hewani yang memilki komposisi digital untuk menimbang pakan asam amino yang sempurna dan konsentrat dan sisa pakan. seimbang sehingga dapat mencukupi kebutuhan asam amino esensial Ternak Percobaan khususnya lisin dan metionin yang Ternak yang digunakan adalah sering kali kurang dalam ransum ternak. 15 ekor domba betina akhir kebuntingan Tepung ikan mengandung kadar protein 17,27±8,29 hari sebelum melahirkan antara 55 – 65 %, lemak 5 – 7 % dengan rata-rata bobot awal 25±2,90 kg. (NRC,1994). Melalui perbaikan pemberian pakan berbasis sumber Ransum protein pada penelitian ini diharapkan Ransum yang digunakan selama mampu memperbaiki kualitas reproduksi penelitian terdiri dari hijauan dan induk dan kualitas anak yang dilahirkan. konsentrat komersil dari CV. Tani Mulya Cibinong, Bogor dengan 2 2
  • 3. imbangan hijauan dan konsentrat sebesar P2 = ransum komersil + 10% tepung 40 : 60 serta air diberikan secara ad ikan, dan P3 = ransum komersil + 15% libitum. Komposisi dan kandungan zat bungkil kedelai. Model matematik dari makanan ransum disajikan pada Tabel 1 rancangan adalah sebagai berikut : dan 2. Xij =  + i + ij Tabel 1. Komposisi Bahan Makanan Keterangan : Ransum Penelitian Xij = Respon amatan pada ransum ke-i Ransum Penelitian dan ulangan ke-j Bahan Pakan P1 P2 P3  = Rataan umum pengamatan ------- % ------- i = Pengaruh pemberian ransum (i Konsentrat Komersil 60 54 51 Rumput Lapang 40 40 40 = 1, 2, 3) Tepung Ikan 0 6 0 ij = Pengaruh galat ransum ke-i dan Bungkil kedelai 0 0 9 ulangan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5) Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum dengan sumber protein tepung ikan, P3 : ransum dengan sumber protein bungkil Peubah yang diamati kedelai. Peubah yang diamati : konsumsi pakan induk, konsumsi air minum, efisiensi Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Ransum penggunaan pakan akhir kebuntingan, Penelitian* bobot induk saat setelah melahirkan, Perlakuan bobot lahir anak, litter size, lambing Zat Makanan P1 P2 P3 rate, rasio jenis kelamin anak, rasio ----------- % BK ---------- kelahiran kembar dan tunggal, mortalitas anak sampai sapih, bobot sapih, PBB BK 61,05 55,54 58,05 induk bunting, penyusutan bobot badan Abu 11,69 9,69 12,71 induk laktasi, PBB anak sampai sapih, PK 14,29 17,69 19,92 dan produksi susu. LK 5,88 2,66 2,36 Analisis Data Analisis data terbagi menjadi 2, SK 18,73 18,96 18,22 yaitu : secara deskriptif pada peubah Beta-N 49,41 51,00 46,80 lambing rate, rasio jenis kelamin anak, TDN 67,71 74,90 69,86 rasio kelahiran kembar, dan mortalitas Ca 0,64 1,06 1,90 anak sampai sapih, sedangkan konsumsi P 0,57 0,34 1,32 pakan induk, konsumsi air minum, Keterangan : *) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu efisiensi penggunaan pakan, bobot induk dan Teknologi Pakan, IPB (2011). P1 : ransum saat setelah melahirkan, litter size, komersil, P2 : ransum dengan sumber protein tepung bobot lahir anak, bobot sapih, PBB ikan, P3 : ransum dengan sumber protein bungkil kedelai. BK : Bahan Kering, PK : Protein Kasar, LK : induk bunting dan Laktasi, PBB anak Lemak Kasar, SK : Serat Kasar, TDN : Total sampai sapih, dan produksi susu Digestibility Nutrient, Ca : kalsium, P : Phospor. menggunakan analisa ragam (Analysis of Variance) jika terdapat perbedaan Metode yang nyata, maka dilakukan dengan Uji Rancangan Percobaan Kontras Ortogonal (Steel dan Torrie, Rancangan percobaan yang 1993). digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Tiga perlakuan adalah P1 = ransum komersil, 3 3
  • 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi bahan kering pada perlakuan tanpa suplementasi sumber protein (P1) Konsumsi Bahan Kering Ransum cenderung lebih tinggi dibandingkan Induk kedua perlakuan pemberian sumber Konsumsi bahan kering ransum protein tepung ikan (P2) dan bungkil domba akhir kebuntingan dan laktasi Kedelai (P3) selama akhir kebuntingan disajikan pada Tabel 3. dan laktasi. Hal ini diduga tingkat Kualitas protein pada akhir kebutuhan bahan kering induk belum kebuntingan dan laktasi tidak tercukupi karena rendahnya kualitas berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum perlakuan P1 sehingga bahan kering ransum (P>0,05). diperlukan kuantitas yang lebih tinggi. Tabel 3. Konsumsi Bahan Kering Ransum Induk Domba yang Mendapat Perlakuan Berbeda Selama Bunting dan Laktasi Perlakuan Peubah Rataan P1 P2 P3 Selama Akhir kebuntingan Konsumsi BK (g/e/h) 787,96±72,66 735,09±41,64 717,78±54,61 746,94±61,73 Ransum (%BB) 3,05 2,81 2,77 2,88 Konsumsi BK Rumput (g/e/h) 336,97±42,47 308,10±22,43 298,58±38,64 314,55±37,03 Konsumsi Konsentrat (g/e/h) 450,99±40,57 426,99±25,66 419,20±34,01 432,39±34,42 Konsumsi Air Minum (l/e/h) 2,66±0,30 2,82±0,32 2,73±0,26 2,74±0,26 Rasio Hijauan : Konsentrat 43 : 57 42 : 58 42 : 58 42 : 58 Selama Laktasi Konsumsi BK (g/e/h) 968,90±112,30 890,35±93,84 879,51±74,82 912,92±97,05 Ransum (%BB) 3,33 2,88 2,88 3,03 Konsumsi BK Rumput (g/e/h) 365,58±42,53 342,00±43,20 312,55±75,56 340,04±56,44 Konsumsi Konsentrat (g/e/h) 603,32±96,26 548,36±64,24 566,97±33,86 572,88±68,65 Konsumsi Air Minum (l/e/h) 3,16±0,46 3,27±0,25 3,32±0,50 3,25±0,39 Rasio Hijauan : Konsentrat 38 : 62 38 : 62 36 : 64 37 : 63 Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil kedelai, BB = Berat Badan, BK = Bahan Kering. Tingkat konsumsi dipengaruhi dikonsumsi karena bersaing dengan oleh berat badan, bangsa, jenis kelamin, perkembangan fetus (Oor et. al., 1983). umur, kondisi ternak, jenis makanan, Sedangkan selama laktasi, domba induk kadar energi bahan makanan, dan stress banyak memobilisasi cadangan (Parakkasi, 1999). Konsumsi BK domba lemaknya untuk memenuhi kebutuhan akhir kebuntingan sekitar 746,94±61,73 nutrisi yang meningkat akibat kebutuhan g/e/h. Sedangkan selama laktasi, produksi susu, perbaikan jaringan konsumsi BK sekitar 912,92±97,05 reproduksi setelah melahiran dan g/e/h. Konsumsi BK pada keadaan mempersiapkan perkawinan selanjutnya laktasi cenderung meningkat 22,22% (NRC, 1985). lebih tinggi dibandingkan pada keadaan bunting. Hal ini diduga dikarenakan Konsumsi Air minum domba pada status akhir kebuntingan Berdasarkan analisis ragam, mempunyai rongga perut yang lebih peningkatan kualitas protein pakan tidak kecil untuk menampung pakan yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi air 4 4
  • 5. (P>0,05) selama akhir kebuntingan dan untuk memproduksi susu dan konsumsi laktasi. Konsumsi air minum perlakuan anak selama laktasi. Rata-rata konsumsi P2 cenderung lebih tinggi dibandingkan air pada penelitian ini sesuai dengan perlakuan lainnya selama akhir penelitian Markwick (2007), konsumsi kebuntingan, sedangkan selama laktasi, air pada domba sekitar 2-4 l/e/h. perlakuan P3 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini Konsumsi Zat Makanan diduga dipengaruhi tingkat kandungan Berdasarkan kualitas, zat protein ransum (Tabel 4). Kandungan makanan yang dikonsumsi selama protein ransum dapat meningkatkan laktasi lebih besar dibandingkan bunting. konsumsi air minum mencapai 26 persen Nutrien tersebut digunakan untuk atau lebih karena air banyak dibutuhkan kebutuhan pokok hidup, reproduksi, dan untuk mengeluarkan hasil metabolisme produksi susu (Devendra dan Mcleroy, N via urin (Parakkasi, 1999) 1982). Secara deskriptif, konsumsi Konsumsi air dipengaruhi oleh protein selama laktasi cenderung lebih konsumsi bahan kering, zat kandungan besar dibandingkan bunting. Hal ini pakan, bahan makanan, dan lingkungan sesuai dengan NRC (1985), domba (Parakkasi, 1999). Konsumsi air pada laktasi membutuhkan PK 14,6% dan saat laktasi lebih tinggi dibandingkan TDN 65.2%, sedangkan pada keadaan selama akhir kebuntingan yaitu masing- akhir kebuntingan membutuhan PK masing 3,25±0,39 l/e/h dan 2,74±0,26 11,6% dan TDN 64,8%. l/e/h. Hal ini disebabkan air digunakan Tabel 4. Konsumsi Zat Makanan selama bunting dan laktasi Zat Makanan Perlakuan Satuan BK Abu LK PK SK Ca P TDN Akhir Bunting P1 g/e/h 787,96 75,86 44,93 105,92 159,81 4,15 3,05 348,77 P2 g/e/h 735,09 61,68 26,07 115,98 149,58 6,02 1,82 363,88 P3 g/e/h 717,78 74,79 24,00 123,93 142,50 9,93 6,48 332,35 Laktasi P1 g/e/h 968,90 96,60 55,53 131,61 194,02 5,27 4,04 454,82 P2 g/e/h 890,36 76,13 30,59 142,60 179,64 7,57 2,31 459,91 P3 g/e/h 879,52 95,92 27,56 156,81 171,56 13,13 8,72 436,92 Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil kedelai, BK = Bahan Kering, LK = Lemak Kasar, PK = Protein Kasar, SK = Serat Kasar, Ca = Kalsium, P = Phosphor, TDN = Total Digestible Nutrient. Penampilan Reproduksi Induk dari sekelompok induk. Lambing rate ini Domba dipengaruhi laju ovulasi, fertilitas, dan Penampilan reproduksi induk mortalitas embrio (Hanrahan dan Quirk, domba terdiri dari lambing rate, litter 1985). Secara deskriptif, kelompok size, rasio jantan betina, dan rasio induk tanpa suplementasi dan pemberian kembar tunggal. Data penampilan bungkil kedelai memiliki lambing rate reproduksi induk domba disajikan pada yang sama. Lambing rate pada penelitian tabel 5. ini mengalami peningkatan Lambing rate merupakan dibandingkan penelitian Kumalasanti persentase jumlah anak yang dilahirkan (2011) yang memiliki lambing rate 5 2
  • 6. tertinggi sekitar 120% pada domba Sugana (1988) dan Yedi (1997), pertama melahirkan dengan pemberian Peningkatan kualitas pakan protein suplementasi sumber energi berbeda tinggi akan meningkatkan pertumbuhan pada ransum. Hal ini sesuai penelitian dan daya tahan hidup. Tabel 5. Penampilan Reproduksi Induk Domba. Perlakuan Peubah P1 P2 P3 Jumlah Induk Awal (ekor) 5 5 5 Jumlah Anak (ekor) 7 6 7 Lambing Rate (%) 140 120 140 Litter size 1,4±0,55 1,2±0,45 1,4±0,89 Rasio ♂ : ♀ anak (%) 57 : 43 83 : 17 71 : 29 Rasio Tunggal : Kembar (%) 60 : 40 80 : 20 80 : 20 Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil kedelai, ♂ = Jantan, ♀ = Betina. Tingkat protein tidak tunggal 70,37% dan kembar 29,63%. berpengaruh nyata terhadap litter size Pembentukan jenis kelamin dan jumlah induk (P>0,05). Induk tanpa anak sekelahiran terjadi pada saat suplementasi sumber protein dan bungkil fertilisasi sedangkan pemberian sumber kedelai cenderung memiliki litter size protein dilakukan pada akhir lebih banyak dibandingkan pemberian kebuntingan sehingga pemberian sumber sumber protein tepung ikan. Litter size protein tidak berdampak terhadap pada penelitian ini lebih rendah penampilan reproduksi penentuan jenis dibandingkan penelitian Inounu (1996) kelamin dan jumlah anak sekelahiran. pada domba lokal memiliki litter size sekitar 1,77 ekor perkelahiran. Hal ini Penampilan Produksi Induk Domba diduga dipengaruhi genotip, manajemen, Penampilan produksi induk dan PBB induk (Tiesnamurti, 2002). mencakup bobot induk saat setelah Secara deskriptif, rasio jenis melahirkan, pertambahan bobot badan kelamin pada penelitian ini didapatkan induk akhir kebuntingan, efisiensi pakan jenis kelamin jantan lebih banyak pada akhir kebuntingan, bobot sapih induk, pemberian sumber protein tepung ikan dan penyusutan bobot badan induk dan bungkil kedelai. Sedangkan jenis sampai sapih. Penampilan produksi kelamin betina lebih banyak pada induk domba akhir kebuntingan dan perlakuan tanpa suplementasi sumber laktasi terdapat pada Tabel 6. protein (P1). Akan tetapi, Menurut Kualitas protein tidak Harahap (2008), rasio jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap pertambahan betina pada domba lokal tinggi bobot badan induk selama akhir dibandingkan jantan, yaitu masing- kebuntingan (P>0,05). Pertambahan masing 50,47% : 49,53%. Sedangkan bobot badan selama bunting mengalami 6 rasio jumlah anak sekelahiran peningkatan dengan rata-rata didapatkan bahwa anak tunggal lebih 136,41±165,85 g/e/h. Pertambahan banyak pada perlakuan tanpa bobot badan perlakuan P2 cenderung suplementasi sumber protein (P1). Hal lebih besar dibandingkan P1 dan P3. Hal ini sejalan dengan penelitian Harahap ini diduga dikarenakan perkembangan (2008), rasio jumlah anak kelahiran dan jumlah fetus yang terdapat di dalam 2 6
  • 7. kandungan dan tingkat konsumsi pakan. konsumsi ini dikarenakan kapasitas Kemampuan konsumsi pakan domba rongga perut yang lebih kecil untuk bunting akan menurun sejalan dengan dapat menampung pakan yang umur kebuntingan. Keterbatasan dikonsumsi (Orr et al., 1983). Tabel 6. Penampilan Produksi Induk Domba Perlakuan Peubah Rataan P1 P2 P3 BB Awal (kg/ekor) 25,20±2,68 24,60±3,78 25,60±2,70 25,13±2,90 BB Sesaat Setelah Melahirkan 24,20±2,95 24,80±3,35 23,40±2,97 24,13±2,92 (kg/ekor) PBB Akhir Kebuntingan (g/e/h) 130,47±73,42 152,36±82,26 126,40±289,18 136,41±165,85 Efisiensi Ransum Akhir 0,16±0,09 0,21±0,12 0,18±0,38 0,177±0,218 Kebuntingan BB Sapih (kg/ekor) 22,40±3,21 23,40±4,28 23,40±2,88 23,07±3,28 Penyusutan Bobot Badan Induk -1,80±1,79 -1,40±2,61 0,00±1,22 -1,07±1,98 Sapih Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil kedelai, BB = Berat Badan, PBB = Pertambahan Berat Badan. Efisiensi ransum akhir (P>0,05). Perlakuan P3 dan P2 kebuntingan tidak nyata (P>0,05) cenderung memiliki bobot sapih sama dipengaruhi perlakuan. Perlakuan P2 tinggi dibandingkan perlakuan P1. Hal cenderung memiliki efisiensi lebih tinggi ini diduga kualitas ransum pada P3 dan dibandingkan perlakuan P1 dan P3. Hal P2 lebih tinggi dibandingkan perlakuan ini diduga dipengaruhi kecernaan bahan P1 sehingga kebutuhan induk dan anak pakan, kecukupan nutrisi, dan bahan terpenuhi, terutama protein (Tabel 5). pakan yang dikonsumsi (Cambell dan Lasley (1985). Penampilan Produksi Anak Kualitas protein tidak Penampilan produksi anak terdiri berpengaruh nyata terhadap penyusutan bobot lahir, bobot sapih, pertambahan bobot badan induk sampai sapih bobot badan anak, mortalitas anak (P>0,05). Penyusutan tersebut sampai sapih dan produksi susu. menandakan bahwa konsumsi ransum Penampilan produksi anak disajikan ataupun cadangan lemak digunakan pada Tabel 7. untuk produksi susu. Perlakuan P3 tidak Kualitas protein tidak mengalami penyusutan bobot badan berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap dibandingkan perlakuan lainnya yang bobot lahir. Perlakuan P2 cenderung mengalami penyusutan bobot badan. Hal memiliki bobot lahir lebih berat ini diduga dikarenakan induk domba dibandingkan perlakuan P1 dan P3. memerlukan kebutuhan nutrisi untuk Bobot lahir dipengaruhi oleh jenis pemulihan pasca melahirkan, perbaikan kelahiran dan jenis kelamin (Farida, jaringan reproduksi setelah melahirkan, 2008). Secara umum bobot lahir anak dan mempersiapkan perkawinan sesuai dengan standar bobot lahir lokal selanjutnya (NRC, 1985) yaitu sebesar 2,0-3,2 kg (Heriyadi, Kualitas protein tidak 2007). berpengaruh terhadap bobot sapih induk 2 7
  • 8. Tabel 7. Penampilan Produksi Anak domba Perlakuan Peubah Rataan P1 P2 P3 Bobot Lahir (kg/e) 2,29±0,52 2,96±0,81 2,76±0,78 2,67±0,72 Bobot Hari Ke-28 (kg/e) 6,05±1,25 6,82±2,23 7,55±2,13 6,81±1,89 PBB Hari Ke 0-28 134,21±42,77 137,82±59,34 171,03±50,40 147,68±50,48 (g/e/h) Produksi Susu (g/e/h)* 805,24±256,64 826,91±356,03 1026,17±302,38 886,11±302,91 Bobot Sapih (kg/e) 8,92±2,15 10,33±3,14 11,32±3,20 10,19±2,84 PBB Hari Ke 29-56 102,50±42,04 125,36±42,99 134,46±39,63 120,77±40,93 (g/e/h) PBB Anak Hari 0-56 118,35±40,49 131,59±46,07 152,75±43,92 134±42,91 (g/e/h) Mortalitas Anak Sampai 0 0 0 0 Sapih Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum + 10% tepung ikan, P3 : ransum dengan + 15% bungkil kedelai, PBB = Pertambahan Berat Badan *) produksi susu hari 0-28 laktasi. Kualitas protein tidak Sedangkan pertambahan bobot badan berpengaruh nyata terhadap bobot sapih anak selama hari ke 28-56 yaitu anak (P>0,05). Bobot sapih anak pada 120,77±40,93 g/e/h. Penurunan perlakuan P3 cenderung lebih tinggi pertambahan bobot badan anak diduga dibandingkan perlakuan P2 dan P1. dikarenakan produksi susu pada hari ke Bobot sapih anak diduga dipengaruhi 28-56 mengalami penurunan dan anak oleh produksi air susu induk (Tabel 7) telah mampu mengkonsumsi nutrisi dari dan nutrisi pakan (Tabel 5). Rata-rata ransum induk (Dove, 1988; Raharjo, bobot sapih pada penelitian ini sesuai 2008). dengan standar bobot sapih domba lokal Anak setelah melahirkan sampai sebesar 10,69±1,2 kg (Kumalasanti, sapih tidak terdapat mortalitas. Akan 2011). tetapi pada perlakuan P3 anak domba Kualitas protein tidak (14,29%) mengalami abnormal induk berpengaruh nyata terhadap pertambahan karena tidak menyusui salahsatu anak bobot badan anak selama laktasi kembar tiga. Hal ini diduga dikarenakan (P>0,05). Perlakuan P3 cenderung tingkat kompetisi dalam memperoleh memiliki Pertambahan bobot badan lebih susu induk sehingga kebutuhan susu besar dibandingkan perlakuan lainnya. anak kurang tercukupi. Mortalitas pada Hal ini diduga dipengaruhi oleh produksi penelitaian ini tidak sesuai dengan susu induk perlakuan P3 lebih tinggi penelitian Inounu (1991), kemampuan dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel hidup anak domba sebesar 90% pada 7). Pertambahan bobot badan harian kelahiran tunggal, 68% pada kelahiran anak domba pada penelitian ini lebih kembar dua, dan 60 - 65% pada tinggi dibandingkan domba lokal hasil kelahiran kembar tiga. penelitian Saputra (2008) yaitu sebesar Kualitas protein tidak 75,10±25,85 g/e/h. berpengaruh nyata terhadap produksi Pertambahan bobot badan hari ke susu. Perlakuan P3 cenderung memiliki 0-28 cenderung lebih besar produksi susu lebih banyak dibandingkan hari 28-56 sebelum sapih. dibandingkan P2 dan P1. Rata-rata Pertambahan bobot badan anak selama produksi susu pada penelitian ini hari ke 0-28 yaitu 147,68±50,48 g/e/h. (886,11±302,91 g/e/h) lebih rendah 2 8
  • 9. dibandingkan produksi susu hasil Gatenby, R.M. 1986. Sheep. The penelitian Kumalasanti (2011) dengan Tropical Agriculturalist. pemberian kualitas sumber energi McMillan Education Ltd, berbeda pada ransum domba laktasi London yaitu rata-rata sebesar 976,85 g/e/h. Harahap, A.S., 2008. Pengaruh umur Sedangkan menurut penelitian Raharjo terhadap performa reproduksi (2008), rata-rata produksi susu sekitar induk domba lokal yang 355,29±72,43 g/e/h dengan digembalakan di UP3 Jonggol. menggunakan domba lokal Skripsi. Fakultas Peternakan. digembalakan di padang rumput. Hal ini Institut Pertanian Bogor. Bogor sejalan dengan hasil penelitian Mathius et. al., (2003), peningkatan kadar energi Heriyadi, D. 2007. Standarisasi Plasma dan protein pakan akan meningkatkan Nutfah Mutu Bibit domba produksi susu. Garut. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. KESIMPULAN Bandung Performa reproduksi induk Inounu, I. 1991. Produstion performance domba dengan pemberian ransum of prolific Javanese sheep. sumber protein tepung ikan dan bungkil Tesis. Program Pascasarjana. kedelai tidak memberikan pengaruh Institut Pertanian Bogor. Bogor yang nyata terhadap penampilan reproduksi dan produksi induk serta Inounu, I. 1996. Keragaman Produksi produksi anak. Ternak Domba Prolifik. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, DAFTAR PUSTAKA Institut Pertanian Bogor. Bogor Kumalasanti, N. E. 2011. performa Campbell, J.R. & J.F. Lasley. 1985. reproduksi induk dan TheScience of Animal that pertumbuhan anak domba Serve Humanity.3rd Ed. Mc jonggol yang mendapatkan Graw – Hill Inc., New York. ransum berbasis sumber energi Devendra, C. & G.B. Mcleroy. 1982. jagung dan onggok. Skripsi. Goat and Sheep Production in Fakultas Peternakan. Institut the Tropics. International Pertanian Bogor. Tropical Agric. Series. Markwick, G. 2007. Water requirements Longman. London for sheep and cattle. NSW Dove, H. 1988. Estimating the Intake of departement of Primary Milk by Lambs, From the Turn Industries. New South Wales. Over Of Deuterium Ortritium- Matthius, I. W. 1996. Kebuthan Energi labelled Water. British Journal dan Protein Domba Induk Pada of Nutrition 60, 375-387. Fase Akhir Kebuntingan dan Farida. 2008. Peran Perbedaan Kation- Laktasi. Disertasi. Institut Anion Ransum dalam Pertanian Bogor. Bogor Metabolisme Mineral dan pH Matthius, I.W., Sastradipradja, D., Cairan Vagina dalam Upaya Sutardi, T., Natasasmita, A. Mengubah Rasio Kelamin Anak Sofyan, L. A., & Sihombing, Domba Garut. Disertasi. Institut D.T. H. 2003. Studi Strategi Pertanian Bogor. Bogor Kebutuhan Energi-Protein 2 9 9
  • 10. Untuk Domba Lokal : Induk dua bulan di UP3J Jonggol. Fase Laktasi. Jurnal LIPI Vol. 8 Skripsi. Fakultas Peternakan. No. 1. Institut Pertanian Bogor, Bogor Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie. National Research Council (NRC). 1985. 1993. Prinsip dan Prosedur Effect of Environment on Statistika. Terjemahan PT. nutrient requirements of Gramedia. Jakarta domestic animals. National Academy Press,Washington. Steel. R. G. D., & J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. National Research Council. 1994. Terjemahan PT. Gramedia. Nutrient Requrements of Jakarta. Poultry. 6th Ed. National Academic Press. Washington, Sugana, N. 1988. Tumbuh Kembang D.C Fetus dan Organ Reproduksi Induk Domba Priangan selama Orr, R.J., J.E. Newton & C.A. Jackson. Kebuntingan. Thesis. Program 1983. The intake and Pasca Sarjana-Institut Pertanian performance of ewes offered concentrate and grass silage in Bogor. Bogor late pregnancy. Anim. Prod. 36: Suryadi. 2006. Pengaruh Jumlah Anak 21-27. Sekelahiran Dan Jenis Kelamin Terhadap Kinerja Anak Domba Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Sampai Sapih. Ejournal Makanan Ternak Ruminan. Universitas Udayana Volume 1. Universitas Indonesia. Jakarta. Bali. Prawoto, J. A., C. M. S. Lestari, & E. Tiesnamurti, B. 2002. Kajian Genetik Purbowati. 2001. Keragaan dan Terhadap Induk Domba kinerja produksi domba lokal Priangan Peridi Ditinjau dari jantan yang dipelihara intensif Aspek Kuantitatif dan dengan memanfaatkan ampas Molekuler. Disertasi. Program tahu sebagai pakan campuran. Pascasarjana. Institut Pertanian Abstrak Hasil-Hasil Penelitian Bogor. Bogor Tahun 1998/1999. Lembaga Penelitian Universitas Yedi, M.S. 1977. Prediksi Banyaknya Diponegoro. Semarang. Hal 68- Anak, Bobot Lahir, Komponen 70 (Abstr). Kimia Kelenjar Susu dan Produksi Susu Kaitannya Raharjo, P.P., 2008. Produksi susu induk Dengan Bobot Sapih domba lokal pada tipe kelahiran Berdasarkan Profil Hormon dan dan umur berbeda di UP3 Metabolit Darah Selama Jonggol. Skripsi. Fakultas Kebuntingan Pada Domba Perternakan. Institut Pertanian (Ovis Aries). Disertasi. Program Bogor. Bogor Pasca Sarjana-Institut Pertanian Robinson, J. J. 1987. Energi and Protein Bogor. Bogor. Requirements of the Ewe. In : Recent advences in Animal Nutrition. Pp . 187-204 Saputra, Y. 2008. Penampilan produksi anak domba pra sapih selama 3 10