SlideShare a Scribd company logo
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI
PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Ternak kambing merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa
daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat.
Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin
sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi.
Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah yang kita bayangkan.
Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa masalah tersebut adalah:
(1) pemeliharaan yang masih bersifat tradisional
(2) terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan pengeluaran terbesar dalam suatu proses
produksi
(3) keterbatasan fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksi
(4) manajemen pakan yang kurang baik.
Berbekal dari pengalaman yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL), kita dapat
mengetahui masalah yang timbul dan solusi yang diperlukan dalam proses tatalaksana
pemeliharaan ternak serta lebih siap dalam menghadapi dunia kerja. Selain itu, mahasiswa
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam tatalaksana pemeliharaan ternak
yang baik.
CV. Boerja merupakan sebuah peternakan kambing yang berdiri sekitar 3 tahun dan
sebagai peternakan besar yang ada di Jawa Timur. CV. Boerja mengambil peluang untuk
memenuhi kebutuhan daging di Indonesia. Kebutuhan daging ini harus mampu dipasok dari
aktifitas budidaya peternakan dalam negeri, tanpa harus mengimpor bahkan sebaiknya dapat
melakukan ekspor jika terdapat kelebihan produksi. Peluang untuk mengembangkan usaha di
bidang peternakan sangatlah menjanjikan. Hal tersebut mencerminkan manajemen pemeliharaan
kambing di CV. Boerja cukup baik, sehingga layak untuk dijadikan tempat Praktek Kerja Lapang
(PKL).
Pada prinsipnya proses penggemukan pada kambing diperlukan agar ternak merasa
nyaman, aman, ternak tidak mudah strees, dan memudahkan peternak untuk melakukan
aktifitasnya, antara lain : pemberian pakan / minum, pembersihan kandang, pengawasan /
pengamatan ternak yang kurang sehat dan pelaksanaan monitoring.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan serangkaian tugas keseharian di tempat
kerja tersebut yang menunjang keterampilan akademis yang telah diperoleh di bangku kuliah
yang menghubungkan Pengetahuan akademis dengan keterampilan di dunia kerja yang dapat
menambah kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalah praktis yang ditemui
dalam praktik kerja tersebut.
1.2. Rumusan masalah
Peternakan CV. Boerja merupakan peternakan kambing Boer yang saat ini sedang
mengembangkan usaha peternakan kambing boer yang saat ini masih berjalan baru 3 tahun. Oleh
karena itu permasalahan dalam PKL ini adalah sistem manajemen penggemukan yang dilakukan
untuk mendukung meningkatkan kualitas daging kambing boer tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan dari PKL ini adalah untuk mengetahui manajemen penggemukan kambing boer,
Karena di CV. Boerja adalah suatu usaha peternakan yang cukup besar sebagai pemasok daging.
1.4.Kegunaan
Manfaat yang diperoleh dari PKL adalah mampu menganalisa masalah-masalah dan
solusi yang ada pada usaha peternakan kambing boer di CV. Boerja, yang nantinya mampu
menerapkan kepada peternak-peternak kecil di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ternak Kambing
Usaha tani ternak kambing di Jawa Timur masih bersifat komplementer. Namun
demikian ternak kambing merupakan komponen penting dalam sistem usaha tani rakyat, karena
memberikan kontribusi yang nyata. Ternak kambing dipelihara tidak terkonsentrasi disatu
wilayah tapi tersebar keseluruh daerah pedesaan. Hampir 99% ternak ruminansia kecil (kambing)
berada di peternakan rakyat berskala kecil (Soejana, 1993).
Kenyataan ini menunjukkan bahwa peternakan rakyat memegang peranan penting
sebagai potensi dasar guna pengembangan produksinya. Peternakan rakyat memiliki porsi
terbesar dan perlu segera didorong mengarah ke usaha yang komersial. Profil peternakan rakyat
adalah relatip sedikit jumlah pemilikan ternaknya, modal kecil, ketrampilan rendah, dan
tatalaksana masih dibawah standart yang dipersyaratkan (Wahyono, 1995).
Disinyalir peternakan kambing rakyat dari hasil beberapa pengamatan dan laporan bahwa
ketersediaan pakan sepanjang tahun masih terbatas terutama kebutuhan akan gizinya. Menurut
Kevin (1993), Hal ini menunjukkan pula bahwa petani ternak kambing umumnya belum
mengetahui dan menerapkan pemberian pakan atas dasar kebutuhan gizinya. Walaupun
kelihatanya kambing kenyang, namun sebenarnya masih lapar gizi antara lain energi dan protein
(Wijono, 1994).
Teknologi pemeliharaan tradisional dicirikan oleh managemen usaha seadanya, kualitas
pakan rendah dan kurang mencukupi dari tingkat kebutuhan gizi sehingga pertumbuhan lambat
dan pertambahan bobot badannya kecil. Potensi pertumbuhan kambing masih dapat ditingkatkan
dengan perbaikan pakan diantaranya pemberian limbah industri rumah tangga (ampas tahu, kulit
kedelai tempe, dan air rebusan kedelai) sedangkan hijauan pakannya dapat ditambahkan
leguminosa misalnya daun turi, lamtoro, dan gliricidea (Wahyono dkk, 1994).
Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan daging, maka usaha penggemukan
kambing yang merupakan sumber pemasok daging alternatif harus diupayakan semakin
ekonomis dan efisien, antara lain melalui penerapan teknologi yang adaptif dan aplikatif
misalnya teknologi pemanfaatan probiotik bioplus, pemberian konsentrat, obat cacing, dan
perbaikan sistem perkandangan.
Kambing (lokal) memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Potensinya adalah
mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara alami. Potensi lainnya adalah daging dan kotoran.
Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk
memenuhi gizi masyarakat, terutama pada hari raya Qurban, aqikah, pesta perkawinan dan
kebutuhan warung nasi/restoran, baik sebagai olahan tradisional maupun semi modern. Salah
satu sentra populasi ternak kambing berada di Kecamatan Mila, tepatnya di Desa Babah Jurong.
Usaha ternak kambing di daerah ini masih tergantung kepada pola pemiliharan tradisional
dengan 3 ciri utama yaitu modal terbatas, input rendah dan skala kepemilikan ternak terbatas
antara 4-6 ekor per kepala keluarga. Hal ini merupakan kendala dalam menghadapi tantangan
usaha peternakan untuk bersaing di pasar domestik karena usaha yang tradisional tidak dapat
menjamin suplai bakalan ternak kambing secara kontinue dengan harga yang kompetitif. Namun
usaha ternak ini merupakan komponen penting dalam sistem usahatani dengan konstribusi yang
nyata terhadap total pendapatan keluarga (Sabrani et al, 1995).
Kontribusi usaha ternak kambing terhadap pendapatan usahatani di sektor pertanian
masih di bawah 30 %, sehingga usaha ternak kambing hanya merupakan pendukung terhadap
komoditas pertanian dan digolongkan sebagai usaha yang bersifat sambilan. Selain
pengembangan penggemukan ternak, juga terdapat usaha intensifikasi ternak kambing dengan
tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga (Saragih, 2001).
Dalam usaha penggemukan ternak perlu diperhatikan mutu pakan yang dilakukan dengan
menambah bahan pakan lain yang tinggi kandungan proteinnya ke dalam ransum. Bahan pakan
tersebut adalah dedak yang apabila diberikan pada ternak dapat meningkatkan pertambahan berat
badan. Aspek teknologi yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertambahan berat
badan kambing adalah perkandangan yang baik. Perbaikan kandang dan pengelolaan sanitasinya,
dapat mengurangi angka serangan beberapa penyakit yang menyerang ternak kambing, sehingga
angka kematian pada ternak dapat ditekan (Mathius et al, 1991).
Oleh karena itu melalui perbaikan teknologi pada tatalaksana pemeliharaan ternak
kambing cukup penting. Aplikasi teknologi terhadap peningkatan produktivitas ternak cukup
berpengaruh, seperti perbaikan mutu genetik, perbaikan mutu pakan, perbaikan kandang dan
pencegahan serta pengendalian penyakit. Hal ini diperkuat oleh analisis ekonomi sebagi
pedoman untuk mencapai pendapatan yang layak dari usaha ternak kambing. Namun demikian
perlu ditinjau sejauh mana tambahan input dalam usaha penggemukan kambing dapat
memberikan nilai tambah. Hal ini penting agar dapat memberikan gambaran yang jelas, baik
sebagi pola usaha peternakan rakyat maupun komersial (Abdul Madjid, 1999).
Kambing merupakan ternak liar yang telah didomestikasi oleh manusia, berasal dari hewan
liar (Capra hircus aegragus) yang hidup di daerah berbatu (Sarwono, 2005). Kambing digolongkan
ke dalam kelompok hewan menyusui, Family Bovidae, dan Genus Capra (Blakely dan Blade,
1998).
2.2. Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit
untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira
tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne, 1993). Sistem
pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum
disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata
pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram
per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa
penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan
mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne, 1993).
Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan
dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur
untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau
ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang
digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per
hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif
(tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol
dan pemberian pakan konsentrat tambahan. Williamson dan Payne, (1993). Menurut Mulyono
dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-
rata hanya 30-50 gram per hari.
Menurut Reksohadiprodjo (1995), kambing Boer adalah kambing yang berasal dari
Afrika Selatan dan merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Afrika lokal yang
bertipe kaki panjang dengan kambing India dan Timur. Kambing Boer dapat tahan hidup di
tempat-tempat panas seperti di pastura kering, daerah beriklim tropik dan subtropik, asalkan
tempat tersebut tidak lembab. Konsumsi pakan yang dibutuhkan antara lain bahan kering dengan
jumlah 3 % dari bobot badan dan energi untuk hidup pokok sebanyak 725,8 gr/100 kg bobot
badan.
Kambing Boer adalah jenis kambing pedaging dengan ciri-ciri fisik yaitu bertubuh putih
dengan kepala berwarna coklat, tubuhnya lebar, panjang, berkaki pendek dengan hidung yang
cembung dan telinga panjang menggantung. Kambing Boer termasuk kambing unggul yang jinak
dengan pertumbuhan yang cepat dan tingkat kesuburannya tinggi. Bobot tubuh kambing Boer
jantan dewasa umur 2-3 tahun dapat mencapai 110-135 kg, sedangkan betina antara 90-100 kg,
pertambahan berat tubuh rata-rata 0,02-0,04 kg/hari. Keistimewaan lainnya dari kambing Boer
ini adalah kemampuan adaptasinya yang baik terhadap perubahan suhu lingkungan, juga lebih
tahan terhadap penyakit (Nopri, 2008).
Kambing Boer jantan tidak mengenal musim kawin, baunya sangat tajam sehingga dapat
memikat kambing betina. Seekor pejantan mulai dewasa pada umur 6-8 bulan yang berarti pada
umur tersebut, kambing sudah dapat dikawinkan. Pada umur tersebut, disarankan satu pejantan
tidak melayani lebih dari 8-10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar 12 bulan. Tetapi umur
yang paling baik untuk digunakan sebagai pemacek adalah antara 15-18 bulan. Boer jantan
dewasa (2-3 tahun) dapat melayani 30 hingga 40 betina (Sarwono, 2001).
Kebutuhan air untuk kambing muda relatif lebih besar dari pada kambing yang sudah tua,
begitupun pada suhu lingkungan yang panas. Kebutuhan air bagi tubuh ternak dapat dicukupi
dengan pemberian air minum, air dalam bahan pakan, dan air dari proses metabolisme zat pakan
dalam tubuh. Kambing dewasa membutuhkan setiap hari rata-rata 2 liter per kg pakan kering
(Sarwono, 2001).
Sosroamidjojo (1985), menyebutkan bahwa pemberian air minum untuk ternak sebaiknya
ad libitum atau tidak dibatasi, terutama untuk ternak yang dipelihara di lingkungan dengan cuaca
yang panas yang suhu di lingkungannya dapat mencapai 300
C - 32 o
C. Kekurangan air pada
ternak dapat membuat ternak tersebut dehidrasi dan dapat menurunkan kemampuan
reproduksinya serta tidak memenuhi kesejahteraan hewan (animal welfare).
Pemberian air minum ini hanya 1 kali dalam sehari yaitu pada sore hari pukul 15.00 WIB
sebanyak 1 ember untuk setiap ekornya. Pemberian air minum ini kurang memenuhi kebutuhan
air bagi ternak, sebaiknya jika pemberian air minum ingin dibatasi, frekuensi pemberiannya
ditambahkan menjadi 2 – 3 kali dalam sehari.
2.3. Pembibitan
Menurut Anonymous (2012), Kambing Boer merupakan salah satu kambing unggul
untuk tipe pedaging. hanya saja di indonesia keberadaannya masih sedikit sekali, padahal
peminatnya tidak sedikit terutama oleh peternak modern. hal ini terkadang di manfaatkan oleh
para penjual kambing yang tidak bertanggung jawab dengan menjual kambing turunan
persilangan boer dengan mengatakan bahwa kambing tersebut boer asli ataupun boer pure breed
padahal bukan. hal ini sangat merugikan peternak pembeli yang tidak mengetahui ciri ciri boer
asli dan ingin mendapatkan kambig tersebut untuk di kembangkan. dalam dunia perkambingan
boer terdiri dari beberapa kualifikasi, diantaranya:
1. Boer Full Blood registered, yaitu: kambing boer yang berasal dari keturunan 100% kambing boer
berdarah murni terdaftar silsilahnya pada asosiasi boer dan tidak memiliki satupun kambing non
boer (bukan boer) dalam catatan silsilah nenek moyangnya (pedigree). Pada kenyataannya
kambing boer murni hanya didapatkan dari kambing boer yang diimpor langsung dari Afrika
Selatan. sedangkan yang Boer full blood unregistered tidak terdaftar silsilahnya pada asosiasi
boer.
2. Boer Pure Breed, yaitu: Kambing boer peranakan (purebreed) kambing boer betina peranakan
dedifinisikan memiliki 15/16 (93,75%) darah kambing boer yang berasal dari keturunan kambing
boer murni atau peranakan yang telah teregistrasi dan tercatat oleh IBGA atau disebut Betina F4.
kambing boer jantan peranakan didefinisikan memiliki 31/32 (96,88%) darah kambing boer yang
berasal dari kambing keturunan kambing boer murni atau peranakan yang telah teregistrasi dan
tercatat oleh IBGA atau disebut Jantan F5.
3. Kambing boer campuran (percentage), yaitu : kambing boer yang memiliki 1/2 (50%) darah
kambing boer. Kambing boer campuran dapat berasal dari keturunan pejantan boer murni
(fullblood) dengan indukan bukan boer atau indukan boer murni dengan pejantan bukan boer
(anonymous, 2012).
Pada saat memilih bibit memang harus berhati-hati dan teliti, karena kesalahan dalam
pemilihan bibit akan berpengaruh pada hasil akhir yang bisa dinikmati oleh Peternak
(Anonymous, 2013). Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih agar benar-
benar mendapatkan sesuai yang diharapkan.
Adapun Kriteria yang harus diperhatikan adalah :
1. Mata (pilih mata yang bening, bukan yang kemerahan)
2. Mulut (pilih yang bersih dan tidak berlendir)
3. Tulang belakang (bentuk yang lurus, tidak melengkung ke bawah)
4. Wilayah dada (bentuknya agak menonjol)
5. Ekor (bentuk yang melebar, bukan yang berbentuk seperti cambuk).
2.4. Karakteristik Kambing Boer
1) Boer F1
Boer FB jantan yang di kawinkan dengan kambing feral betina yang berwarna putih.
Menghasilkan boer F1, berwarna putih keseluruhan dan bentuk badan masih bercirikan feral.
2) Boer F2
Boer FB di kawinkan dengan boer F1 menghasilkan boer F2. Ciri-ciri utamanya ialah kepala
berwarna coklat tetapi agak kabur warnanya. Bentuk bdananya juga masih kurang ciri-ciri boer
yang berkualitas.
3) Boer F3
Boer F3 adalah perkawinan antara FB dengan Boer F2. Ciri-ciri utamanya ialah kepala berwarna
coklat kemerah-merahan. Bentuk badan menyerupai kambing boer FB. Kualitasnya sangat baik
dan banyak dibawa ke malaysia.
4) Boer F4
Begitu juga boer F4. Ia juga merupakan perkawinan antara boer FB dengan F3. Kepalanya
berwarna coklat lebih gelap berbanding boer F3. Keseluruhan kepalanya coklat kemerah-
merahan dan kehitam-hitaman. Bentuk badan menyerupai kabing boer FB juga.
Secara keseluruhannya, kelihatan boer purebreed hampir sama dengan boer FB. Cuma terdapat
tompok-tompok putih atau coklat di badannya. Warna coklat kemerah-merahan bukan hanya
terdapat di kepala tetapi turut terdapat di badan. Boer generasi ini juga sangat berkualitas untuk
di jadikan bakalan (Anonymous, 2010).
2.4.1. Karakteristik kambing Boer jantan
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi
dengan pantat yang berotot. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim,
mulai dari suhu sangat dingin (-250
C) hingga sangat panas (430
C) dan mudah beradaptasi
terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan
semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka
adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak
daripada rumput (Anonymous, 2010).
Menurut Anonymous (2010), Kambing Boer jantan dapat menjadi hewan yang jinak,
terutama jika terus berada di sekitar manusia sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat
badan 120 - 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun). Mereka suka digaruk dan digosok di
bagian belakang telinganya, hingga punggung dan sisi perutnya. Mereka dapat mudah ditangani
dengan memegang tanduknya. Mereka dapat juga dilatih dituntun dengan tali. Namun, sebaiknya
jangan mendorong bagian depan kepalanya karena mereka akan menjadi agresif.
Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena
hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi
disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 - 10 betina sampai pejantan itu berumur
sekitar satu tahun. Boer jantan dewasa (2 - 3 tahun) dapat melayani 30 - 40 betina. Disarankan
agar semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan
yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 - 8 tahun.
2.4.2 Karakteristik kambing Boer betina
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher
ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada
umur 10 - 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia
mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat
menghasilkan 1 - 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga,
bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang
cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ - 3½ bulan induk mulai kering.
Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi terkadang tidak semuanya menghasilkan
susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah
melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut "flagging".
Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 - 8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun)
akan mempunyai berat 80 - 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk (Nopri,
2008).
2.5. Pakan
Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh hewan yang mampu
menyajikan zat atau nutrient yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan,
penggemukan, reproduksi serta laktasi (Blakely dan Bade, 1998). Pakan yang dikonsumsi
ternak umumnya mengandung zat gizi seperti energi, air, protein lemak, vitamin dan
mineral (Siregar, 1994). Secara umum jenis pakan pada kambing terdiri dari dua jenis
yaitu hijauan pakan dan konsentrat (Murtidjo, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang
efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang
sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).
Hijauan pakan adalah semua pakan yang berasal dari tanaman atau pun tumbuhan
daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga yang digunakan sebagai
makanan ternak (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Hijauan dalam bahan pakan dapat
berupa dedaunan baik golongan leguminosa atau bukan (Tillman et al, 1991).
Hal pokok yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dan
untuk produksinya adalah pakan. Setiap ternak tidak akan dapat berproduksi secara maksimal
apabila kebutuhan makanannya tidak tercukupi atau bahkan berlebihan. Maka, hal pertama yang
perlu diperhatikan dalam upaya pemeliharaan ternak adalah pemberian pakan. Pakan yang
diberikan pada ternak
Sarwono (2001), mengatakan bahwa hijauan berperan sebagai pakan pokok untuk ternak
kambing. Sebagian besar kebutuhan nutrisi untuk ternak kambing dapat dipenuhi dari pemberian
hijauan. Hijauan yang disukai oleh ternak kambing seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap,
kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, putri malu, dan rumput-rumputan. Kambing
membutuhkan pakan hijauan dengan banyak ragam. Hijauan dari daun-daunan lebih disukai
daripada rumput. Selain itu, kambing juga menyukai limbah dapur (kulit pisang, sisa-sisa
sayuran, ampas kelapa segar), limbah pertanian (daun singkong, batang dan daun ubi jalar,
jerami kacang tanah dan kedelai), limbah industri (dedak padi, dedak jagung, ampas tahu,
bungkil kelapa, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah) dan hasil tanaman khusus untuk ternak
(rumput gajah, rumput raja, rumput benggala, rumput setaria, rumput bede, rumput meksiko, dan
berbagai macam kacang-kacangan) serta konsentrat dan hijauan yang diawetkan (silase, hay).
Di UPTD BIBD ini, hijauan yang sering diberikan antar lain daun gamal, daun pisang,
daun lamtoro, rumput gajah, rumput raja, daun nangka, daun waru, dan lain-lain. Hijauan
tersebut tidak diberikan dalam keadaan segar, melainkan diangin-anginkan terlebih dahulu
sebelun diberikan pada ternak. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dari hijauan tersebut
sehingga kambing dapat terhindar dari kembung.
2.5.1. Kebutuhan Pakan
Frekuensi pemberian hijauan yaitu 2 kali dalam sehari, pada pagi hari setelah pemberian
pakan konsentrat dan pada sore hari pukul 15:00 WIB. Rata-rata jumlah setiap pemberian
hijauan per ekornya yaitu 1 -2 kg, termasuk batang dan daun dari tanaman pakan tersebut.
Menurut Sosroamidjojo (1985), seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg
hijauan sehari yang diberikan 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari. Dari hal ini dapat dikatakan
bahwa pemberian hijauan sebagai pakan utama bagi ternak kambing di UPTD BIBD kurang
memenuhi dalam hal kuantitas atau jumlah hijauan yang diberikan. Setidaknya hijauan diberikan
3 kg dalam sekali pemberian, namun di UPTD BIBD ini hanya 1 kg saja. Hal ini dapat
berpengaruh pada jumlah energi yang diterima oleh ternak kambing untuk kebutuhan hidup
pokok dan kebutuhan reproduksinya. UPTD BIBD mengatasi persoalan ini dengan memberikan
pakan konsentrat dalam jumlah yang lebih banyak dari yang disarankan (500 gr pemberian
konsentrat yang disarankan) untuk memenuhi nilai gizi yang kurang didapatkan dari pakan
hijauan.
Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat-
zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab
keseimbangan zat-zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman et
al, 1991). Konsumsi pakan seekor ternak dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, fase fisiologis
(pertumbuhan, dewasa, kebuntingan dan menyusui), kondisi tubuh (normal atau sakit) dan
lingkungan tempat hidupnya (temperature dan kelembaban) serta bobot badannya (Kartadisastra,
1997).
Konsentrat adalah suatu campuran pakan yang tinggi kandungan zat makanannya dan
mudah dicerna, dimana kandungan proteinnya tinggi sedangkan kandungan serat kasarnya lebih
rendah (Farida Fathul, 1999).
Konsentrat yang diberikan di pagi hari sebelum pemberian hijauan dapat membantu
mikroba rumen untuk persiapan menyerap zat-zat nutrisi dari hijauan karena nutrisi yang
terkandung dalam pakan konsentrat lebih mudah dicerna dalam tubuh ternak. Bentuk pakan
konsentrat yang diberikan adalah pelet sehingga ternak kambing dapat lebih mudah untuk
memakannya dan tidak beterbangan atau tumpah, yang dapat meningkatkan efisiensi konsumsi
pakan konsentrat.
Tilman (1998), menjelaskan bahwa pakan konsentrat sebaiknya diberikan 0,4 kg per ekor
per hari dan diberikan 1-2 jam sebelum pemberian hijauan pakan. Maka dapat dikatakan bahwa
pemberian konsentrat pada pagi hari untuk ternak kambing ini sudah tepat.
Jenis konsentrat yang diberikan pada kambing ini adalah konsentrat komersil yang
diperuntukkan bagi ternak sapi laktasi. Konsentrat ini berasal dari PT. Charoen Pokphand
Indonesia jenis KSP4 CP 563B. Bahan-bahan penyusun konsentrat ini adalah jagung, dedak,
bungkil kedelai, molasses, bungkil kelapa, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun,
canola, kalsium, fosfor, vitamin, trace mineral, dan antioksidan.
2.5.2. Pakan Tambahan
Pakan tambahan berguna untuk memenuhi kebutuhan mineral dan meningkatkan nafsu
makan. Selain itu, pakan tambahan ini bermanfaat untuk menutupi kekurangan zat gizi yang
terdapat pada hijauan. Sumber pakan tambahan berupa campuran mineral (mineral mix) dari
garam dapur, kapur, dan premix (Anonymous, 2011).
Penyampuran Konsentrat,Pakan yang diberikan berupa daun ketela pohon, rumput
lapangan dan bekatul padi, karena mudah didapatkan dan murah. Selain itu, dari beberapa
percobaan, pakan ini lebih cocok diberikan untuk kambing atau ternak kambing lebih
menyukainya. Pada awalnya, peternak pernah mencoba memberi kambing dengan pakan jerami
fermentasi, namun ternak cenderung tidak menyukainya.
Konsumsi pakan setiap ekor kambing per hari di peternakan ini adalah daun ketela pohon
sebanyak 1,9 kg, rumput lapangan sebanyak 0,5 kg, dan bekatul padi sebanyak 2,0 kg. Bahan
pakan tersebut dicampur dengan air dan tetes tebu sebanyak ± 1 ml serta garam sebanyak ± 2 g
untuk 82 ekor ternak. Rata-rata konsumsi BK harian per ekor sebanyak 2,18 kg, konsumsi PK
sebanyak 0,288 kg. Dilihat dari data yang diperoleh, kebutuhan kambing sudah tercukupi. Hal ini
dapat dilihat bahwa protein yang di konsumsi sebesar 13,21%. Menurut Jurgens (1993), domba
dengan berat ± 25 kg membutuhkan protein sebesar 10-16% agar mempunyai pertambahan bobot
badan dan konversi pakan yang maksimal. Pemberian pakan hijauan dilakukan sedikit demi
sedikit dan diberikan secara bertahap (Murtidjo, 2001). Sarwono (2005), menyatakan bahwa
pemberian konsentrat pada kambing diharapkan dapat memberikan tambahan bobot badan per
hari. Sebaiknya pemberian konsentrat tidak diberikan sekaligus, tetapi diselingi dengan
pemberian hijauan.
2.5.3. Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi.
Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan
yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman et al.,
1991). Kekurangan protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan, sebab fungsi protein
adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi,
pembentukan anti bodi, enzim-enzim dan hormone (Anggorodi, 1994).
2.6. Penjualan Kambing Boer
Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan tapi juga memberikan peluang besar yang
sangat menguntungkan bagi siapa saja yang berminat beternak kambing boer.
Karena belum banyak orang yang beternak kambing Boer murni, nilai jual kambing ini
jauh lebih tinggi daripada kambing lain. Sebagai perbandingan, nilai jual kambing Kacang
berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta per ekor. Harga kambing Senduro (Etawa putih, yang bisa
dijadikan kambing perah dan juga kambing pedaging) berkisar antara Rp. 2.000.000,00 hingga
Rp. 3.500.000,00/ekor jantan harga jualnya di pasaran rata-rata Rp. 2.500.000,00 per ekor,
sedangkan Betina harga jualnya dipasaran rata-rata Rp 1.800.000,00 per ekor (itu kalau
betinanya ingin kita jual; kalau belum dijual, Boer betina F1 ini dikawin-silangkan lagi dengan
jantan Boer galur murni untuk menghasilkan Boer F2, yang harganya tentu lebih tinggi lagi).
Sementara itu, harga kambing peranakan Boer kelas terendah, yaitu kelas C atau F1 (50%
darah Boer) saja minimal Rp1,8 juta satu ekor. Sedangkan kelas B atau F2 (75% darah boer) dan
kelas A atau F3 (87,5% darah boer) dibanderol dengan harga yang lebih mahal.
Tentu saja, kambing peranakan Boer yang masuk kategori setara murni atau F4/F5
(93,75% / 96,88% darah Boer) ke atas harganya lebih mahal lagi.
Yang menempati peringkat nilai jual paling mahal kedua dan pertama adalah kambing Boer
komersial atau kambing Boer galur murni tak bersertifikat/tak terdaftar (unregistered fullblood)
dan kambing Boer murni bersertifikat/terdaftar (registered fullblood). Harga kambing boer kelas
super ini berkisar antara harga Rp. 8.000.000,00 hingga Rp. 20.000.000,00/ ekor.
Karena harganya masih relatif mahal, tentu saja pengadaan bibit kambing ini memerlukan
dana yang lumayan besar. Kalau ingin berusaha sendiri mungkin sedikit sekali orang Indonesia
yang sanggup beternak kambing Boer galur murni ini. Begitu pula, fasilitas kredit bank yang
tersedia persyaratannya sangat memberatkan bagi para peternak skala kecil. (Anonymous, 2010).
2.7. Perkandangan
berat anak yang dapat mencapai berat 35-40 kg atau lebih pada umur satu tahun sehingga
dapat memperoleh harga penjualan yang lebih baik dan berat sapih dapat ditingkatkan dengan
memperbaiki kondisi lingkungan (management perkandangan, peningkatan kualitas dan
kuantitas pakan (Supriadi, 2009).
anak kambing setelah masa sapih, yaitu umur 2-4 bulan. Kandang jantan dibuat khusus
dengan ukuran 125 x 150 cm per ekor ( Riyanto, 2004).
Menurut (Riyanto, 2004) Perencanaan pembuatan kandang memerlukan persyaratan
bahan yang baik, yakni:
1) Kontruksi harus diusahakan cukup kuat dimana kandang kambing bisa dibuat dari bahan
bangunan yang murah seperti bambu dan kayu.
2) Atap diusahakan menggunakan bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relative
kecil. Untuk lokasi kandang daerah panas bisa menggunakan atap daun kelapa, jerami kering
atau genting. Sedangkan didaerah dingin dapat menggunakan asbes.
3) Alas kandang sebaiknya terbuat dari kayu tau bambu yang sudah diawetkan supaya tahan
terhadap kelapukan.
4) Tempat pakan biasanya terbuat dari bamboo atau papan yang ditempelkan.
5) Tempat minum disarankan menggunakan bahan yang awet dan mudah dibersihkan.
Kayu keras merupakan bahan yang umum dipakai untuk membuat kandang kambing.
Kayu kelapa contohnya adalah salah satu jenis kayu keras yang baik dan murah. Bambu juga
dapat dipergunakan untuk membuat kandang kambing. Harga bambu lebih murah daripada jenis
kayu keras. Kelemahan bahan baku bambu terletak pada penyambungan dengan paku sering
terjadi sambungan paku yang terlepas dari bambu akibat mendapat tekanan. Selain itu kandang
menggunakan bambu kurang rapi dikarenakan sulitnya memperoleh presisi yang bagus dalam
penyambungannya (Efendi,Y. 2011).
Celah lantai panggung dibuat 1-1,5 cm, agar kotoran jatuh dan kambing tidak terperosok.
Permukaan lantai harus rata, datar dan kuat. Bahan dapat dibuat dari bahan kayu keras atau
bambu. Jika menggunakan bambu perlu diperhatikan kelengkungan dari bilah-bilah bambu yang
dipasang. Diusahakan bilah-bilah bambu dipotong tipis agar memperoleh bentuk yang cukup
datar dan rata. Keunggulan menggunakan bambu adalah ketahanannya. Semakin basah terkena
air (kencing), maka bambu semakin kuat. Kelemahannya adalah kelengkungan bambu yang
membuat kuku kambing jelek/rusak (Anonymous, 2008).
2.8. Manajemen Kesehatan
Menurut Anonymous (2012), menyatakan bahwa ada beberapa penyakit yang
biasanya terdapat pada kambing, dan itu menjadi kendala bagi para peternak. Penyakit-
penyakit itu antara lain adalah :
1. Kembung (Bloat)
Penyakit kembung terjadi karena kambing dilepas dan memakan rumput yang masih
basah, sehingga timbul gas dalam pencernaan yang tidak bisa dikeluarkan dari dalam perut.
Kambing yang menderita kembung terlihat dari bagian perut sebelah kirinya yang membesar,
punggung membungkuk, dan frekuensi pernapasan meningkat. Penyakit kembung yang tidak
segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan tidak memberi kambing pakan yang
masih basah atau tidak melepas kambing yang lapar terlalu pagi, karena rumput masih basah
oleh embun. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memberikan multivitamin inj
atau pengobatan menggunakan cara tradisional menekan-nekan perut bagian bawah dengan
menggunakan bambu utuh. Sambil ditekan dengan bambu, angkat hewan sampai gas keluar.
2. Ecthyma Contagiosa (Orf)
Penyakit ecthyma contagiosa disebabkan virus yang bersifat zoonosis, yaitu bisa menular
kepada manusia. Gejalanya terdapat luka di sekitar mulut yang bisa menyebar ke sela-sela kuku.
Akibatnya badan kambing menjadi kurus karena nafsu makan menurun. Penyakit ini bisa
sembuh dengan sendirinya setelah 4 minggu. Namun bisa mengakibatkan kematian jika terjadi
infeksi sekunder.
Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan mengkarantinakan kambing yang berasal
dari tempat lain selama 2-3 minggu atau mengisolasi kambing yang diduga menderita penyakit
tersebut. Pengobatan dilakukan dengan memberikan antibiotika leukomosin. Antibiotik tersebut
untuk mencegah infeksi sekunder yang bisa menyebabkan kematian ataupun bisa menggunakan
pengobatan tradisional dengan cara yaitu dengan cara mengelupas terlebih dahulu benjolan orf
yang sudah terbentuk, kemudian diolesi untuk mencegah infeksi setelah itu ditetesi betadin
agar luka cepat kering.
.
3. Keracunan
Keracunan disebabkan kambing mengonsumsi pakan hijauan yang mengandung racun.
Gejalanya, kambing mengalami kejang-kejang, mulut berbusa, selaput lendir mata berwarna
kebiru-biruan, dan kotoran bercampur darah. Pada kondisi yang parah bisa menyebabkan
kematian yang mendadak.
Pada kasus keracunan yang diketahui secara dini, pemberian tablet norit atau air kelapa muda
bisa menyelamatkan kambing dari kematian atau menggunakan Multivitamin Inj dan Vetadryl
Inj (Intramuskuler 1 ml/10 kg BB.
Namun jika sudah akut, kambing sulit tertolong. Pencegahan dilakukan dengan cara tidak
memberikan hijauan yang mengandung racun, seperti daun singkong segar, dan hijauan yang
masih muda. Selain itu, harap diperhatikan tempat dimana kambing digembalakan, jangan
sampai ada tanaman beracun yang bisa termakan oleh kambing. Daun singkong dan hijauan lain
dapat diberikan jika dilakukan terlebih dahulu selama 3-4 jam.
4. Cacingan
Cacingan disebabkan oleh serangan cacing haemonchus cocortus yang hidup bersama
cacing lain. Cacing ini melekat pada selaput usus dan mengisap sari makanan. Kambing
penderita cacingan tidak bisa gemuk, meskipun makannya banyak. Biasanya anak kambing
berumur 3-4 bulan yang terserang penyakit ini bisa menjadi kurus, bahkan mengalami kematian.
Gejalanya yaitu kambing susah buang kotoran, kotoran yang keluar pada awalnya keras
lalu lunak dan akhirnya mencret, akibatnya bulu dekat anus menjadi kotor oleh kotoran mencret.
Selain itu, perut kambing terlihat besar, bulunya kasar (tidak mengilap), dan terlihat lesu.
Pencegahan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang
dan menggembalakan kambing pada siang hari agar tidak ada lagi telur cacing yang menempel di
rumput. Seluruh kambing diberi obat cacing, terutama bila ada kambing yang terserang cacingan.
Untuk obat cacing yang biasa digunakan antara lain cetarin concurat, wormex powder, atau
pheno plus dosis 5-10 g/ekor, diberikan melalui air minum setiap 3 bulan sekali. Atau sesuai
dosis yang ada dalam kemasan. Sebelum pemberian obat cacing, kambing dipuasakan terlebih
dahulu selama 12 bulan.
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan PKL ini dilakukan selama 2 bulan pada tanggal 15 maret sampai 15 mei 2013
di CV. Boerja yang berlokasi di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
3.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari pelaksanaan PKL ini adalah CV. Boerja yang berlokasi di Desa
Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Khususnya pada sistem manajemen penggemukan
kambing boer.
3.3 Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan PKL ini adalah metode magang dan ikut
terlibat langsung dan aktif terhadap semua kegiatan di CV. Boerja. Selain itu juga melakukan
wawancara dengan pengelola dan karyawan untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
3.4 Analisis Hasil Kegiatan
Analisis hasil kegiatan PKL di CV. Boerja yaitu dengan mengamati semua kegiatan yang
berhubungan dengan manajemen pemeliharaan dan penggemukan ternak kambing boer mulai
dari pembibitan, perkandangan, pemberian pakan, penggemukan serta penjualan kambing boer
ke masyarakat
3.5 Batasan Istilah
: Usaha pembibitan pada ternak kambing
d registered : Kambing boer yang berasal dari keturunan 100%
d : Kambing boer peranakan (purebreed)
: Penggemukan pada usaha budidaya ternak domba atau kambing
BAB IV
HASIL DAN EVALUASI
4.1. Sejarah Perusahaan
Boerja merupakan suatu badan usaha yang berbentuk CV (Comanditaire Venootschap)
yang menjalankan usaha fattening dan breeding kambing. Usaha peternakan kambing oleh
Boerja berdiri tahun 2010 diawali dengan usaha penggemukan kambing jantan pada tahun 2008
di CV. Agriranch. Boerja mengembangkan usaha breeding kambing dengan tujuan menghasilkan
bakalan kambing untuk program penggemukan. Bakalan yaitu ternak kambing muda jantan yang
dipelihara untuk tujuan penggemukan. Sebelum berdiri CV. Boerja usaha breeding kambing
dilakukan di dalam satu naungan yaitu CV. Agriranch Karang Ploso yang melakukan usaha
breeding domba, setelah berdiri 3 tahun maka di buat peternakan sendiri khusus untuk kambing
yang sekarang diberi nama CV. Boerja dimana berlokasi di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji
Kota Batu berjarak 8 km dari kandang domba CV. Agriranch yang berada di Desa Tawangargo
Karang Ploso. Sebagaian besar kambing yang dipelihara adalah untuk tujuan fattening dan
breeding. Jenis ternak yang dipelihara yaitu perkawinan antara pejantan Boer dengan betina Boer
dan pejantan Boer dengan betina Jawa. Data terakhir April 2013 jumlah indukan jawa
berjumlah 768 ekor, Boer 76 ekor, pejantan 12 ekor dan anak kambing 270 ekor, dimana
pejantan berasal dari jantan Boer. Model kandang kambing yang digunakan yaitu kandang
panggung dengan model berkolong. Jumlah kandang pada peternakan ini terdapat 9 unit kandang
diantaranya 3 unit kandang pembesaran atau penggemukan, 1 unit kandang kawin atau mating, 1
unit kandang laktasi atau sekat dan 4 unit kandang kambing bunting. Selain itu di CV. Boerja
dilengkapi dengan sarana berupa bangunan yang terdiri kantor, gudang pakan, gudang hijauan,
mess karyawan dan pos satpam.
CV. Boerja berlokasi di Desa Giripurno Bumiaji Batu, memiliki lahan usaha seluas 8,4
hektar. Desa Giripurno Kec. Bumiaji merupakan wilayah kota Batu bagian barat yang
merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata 680-1.200 m diatas permukaan laut dengan suhu
udara rata-rata 15-19 derajat celcius dan kelembaban udara berkisar 74% - 82, kota Batu terletak
15 km dari kota malang. Wilayah Batu bagian barat yang didominasi oleh dataran tinggi yang
memiliki kondisi lingkungan yang nyaman untuk ternak. Domba dan kambing merupakan hewan
yang dapat beradaptasi dengan baik.
Jarak lokasi peternakan di Pandan Rejo dengan pemukiman penduduk berjarak sekitar 4
km dengan jalan makadam yang masih sulit dijangkau kendaraan bermotor khususnya pada
waktu musim penghujan sangat berbahaya. Lokasi untuk peternakan kambing sebaiknya berada
di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekililingnya tenang, dekat dengan sumber
pakan, jauh dari daerah pemukiman dan dekat dengan pusat pemasaran ternak (Anonymous,
2008).
4.1.3. Struktur Organisasi CV. Boerja
Tabel 1. Struktur Organisasi
Manager
Kooardinator Kandang
Keuangan
Kooardinator Umum
Kooardinator Pakan
Breeding
Helper
Anak kandang
HMT
(Hijauan)
Anak kandang
Konsentrat
Pupuk
Kesehatan
Perawatan
Sopir & kernet
Dapur Umum
Keamanan
Fattening
4.2. Pembibitan
Jumlah dan bangsa kambing yang di pelihara di CV. Boerja dapat dilihat pada
tabel 2 :
Tabel 2. Bangsa kambing di CV.Boerja
Jenis Kambing
Penggemukan
Jenis Kelamin Jumlah
Jantan Betina
Boer 62 14 76
Boer X Jawa 167 47 214
Boer X PE 85 33 118
Total 314 94 408
Jumlah kambing persilangan di CV. Boerja lebih banyak dibandingkan kambing
boer murni diperusahaan CV. Boerja karena Permintaan daging dipasaran lebih banyak
memilih kambing persilangan boer yang harganya lebih terjangkau dibandingkan
kambing boer murni.
Sebelum melakukan penggemukan pada kambing, yang perlu di perhatikan pada
anak kambing setelah post sapih untuk menghasilkan produksi daging berkualitas adalah
1. Mata kambing bening.
2. Mulut kambing tidak berlendir
3. Bulu kambing halus dan mengkilap atau terlihat kasar.
4. Umur kambing penggemukan, dimulai pada saat setelah post sapih sekitar umur 6 bulan
(CV. Boerja)
Menurut pendapat (Anonymous, 2013) mengatakan bahwa yang perlu di perhatikan
dalam memilih kambing bakalan yang baik adalah :
1) Mata (pilih mata yang bening, bukan yang kemerahan)
2) Mulut (pilih yang bersih dan tidak berlendir)
3) Tulang belakang (bentuk yang lurus, tidak melengkung ke bawah)
4) Wilayah dada (bentuknya agak menonjol)
5) Ekor (bentuk yang melebar, bukan yang berbentuk seperti cambuk)
Setelah saya bandingkan dengan pendapat (Anonymous, 2013) dan kegiatan PKL di CV.
Boerja sudah sesuai. Menurut saya bahwa untuk pemilihan bibit yang baik, usia kambing harus
sudah mencapai 4 sampai 6 bulan. Dengan pertimbangan bahwa tubuh kambing telah
berkonsentrasi pada pembentukan daging, sehingga akan lebih mudah digemukkan. Jika usia
kambing masih di bawah 4 bulan, tubuh kambing masih dalam proses pembentukan tulang,
sehingga untuk digemukkan akan memakan waktu yang lebih lama.
4.3. Pemberian Pakan
Pemberian pakan setiap hari pada kambing yang di pelihara di CV. Boerja dapat
dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3. Pemberian pakan
Pakan Rata – Rata/ekor/hari
Caliandra dan Gamal 1 Kg / ekor / hari
Rumput Gajah 1 Kg / ekor / hari
Konsentrat 400 gr/ekor
Pemberian Caliandra dan gamal setiap harinya 1 kg/ekor/hari, sedangkan untuk rumput
gajah 1 kg/ekor/hari, dan pemberian konsentrat 400 gr/ekor/hari. Perbandingan pemberian pakan
10 % dari bobot badan kambing.
Untuk konsentratnya di berikan 2 kali, pada pagi hari sebelum pakan hijauan di berikan
dan pada siang hari sekitar jam 12 siang sebelum pakan hijauan di berikan. pemberian konsentrat
konsentrat 400 gr/ekor/hari. Perbandingan pemberian konsentrat 2% dari bobot badan kambing.
Pemberian air untuk kambing selalu tercukupi. Didalam satu kandang di berikan tempat
air minum kurang lebih sekitar setengah drum air yang setiap pagi selalu diisi. Karena kambing
boer tersebut sangat membutuhkan air untuk mengisi metabolisme yang telah hilang karena
aktifitas kambing yang selalu bergerak.
Menurut pendapat Sarwono (2001), mengatakan bahwa hijauan berperan sebagai
pakan pokok untuk ternak kambing. Sebagian besar kebutuhan nutrisi untuk ternak kambing
dapat dipenuhi dari pemberian hijauan. pemberian hijauan yaitu 2 kali dalam sehari, pada pagi
hari setelah pemberian pakan konsentrat dan pada sore hari. Rata-rata jumlah setiap pemberian
hijauan per ekornya yaitu 1 - 2 kg, termasuk batang dan daun dari tanaman pakan tersebut.
Menurut pendapat (Tilman, 1998), menjelaskan bahwa pakan konsentrat sebaiknya
diberikan 0,4 kg per ekor per hari, maka dapat dikatakan bahwa pemberian konsentrat pada pagi
hari untuk ternak kambing ini sudah tepat.
Menurut saya setelah saya bandingkan dengan pendapat (Tilman, 1998) dan kegiatan
PKL di CV. Boerja. Pemberian konsentrat pada kambing boer setiap hari 400gr/ekor. Pemberian
konsentrat 2% dari bobot badan kambing boer sudah sesuai. Fungsi konsentrat selain sebagai
pakan tambahan adalah sebagai perangsang bagi ternak untuk dapat memakan dan mencerna
hijauan dalam jumlah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai energi dalam produksi. Dan
pemberian pakan hijauan untuk kambing boer sudah sesuai yang telah dilakukan di CV. Boerja
dengan pendapat (Sarwono, 2011). Pemberian pakan hijauan setiap hari 2kg/ekor
4.4. Penjualan Kambing
Penjualan harga kambing yang di pelihara di CV. Boerja dapat dilihat pada tabel 4
:
Tabel 4. Penjualan kambing
Jenis Kambing
Penggemukan
Bobot Badan Harga / Kg
Boer 24 kg /ekor Jantan
Rp.2.500.000,00 /
ekor
Betina
Rp. 1.800.000,00
/ ekor
Boer X Jawa 20 kg / ekor Rp. 41.000,00 / Kg
Boer X PE 20 kg / ekor Rp. 41.000,00 / Kg
Kambing Boer di jual per ekor. Harga kambing boer Jantan Rp. 2.500.000,00 dan
harga jenis kelamin Betina Rp. 1.800.000,00.
Penjualan pada kambing boer pada saat berumur 10 bulan sampai 12 bulan tergantung
berat yang sudah memenuhi standart yang di tentukan.
Penjualan kambing boer lebih mahal di bandingkan kambing persilangan ataupun
lokal, karena kualitas daging kambing boer lebih baik dari pada kambing lokal,
sedangkan kambing persilangan boer jawa di jual per kg. Kualitasnya pun masih sedikit
di bawah kambing boer murni. Sedangkan Penjualan kambing boer tidak memasarkan
penjualan (per kg), melainkan menjualnya (per ekor). Alasannya menjual per ekor karena
permintaan pasar.
Penjualan kambing dilakukan penggemukan selama 4 sampai 6 bulan selama di
kandang penggemukan. Umur kambing sekitar 10 bulan sampai 1 tahun. Dan berat yang
sudah sesuai standart pada umumnya mencapai bobot badan sekitar 20 kg/ekor atau lebih.
Menurut pendapat (Anonymous, 2010), mengatakan bahwa harga penjalan kambing
peranakan Boer kelas terendah, yaitu kelas C atau F1 (50% darah Boer) saja minimal Rp1,8 juta
satu ekor. Sedangkan di CV. Boerja kambing hasil persilangan antara kambing boer dan
kambing jawa atau kambing etawa di jual per kg bobot badan hidup dengan harga Rp.
41.000,00/kg.
Setelah saya banding pendapat antara (Anonymous, 2010) dengan kegiatan PKL di CV.
Boerja, penjualan kambing tidak jauh berbeda. Di CV. Boerja, kambing boer dijual secara per
ekor sedangkan kambing persilangan di jual per kg bobot badan hidup kambing. Sedangkan
Pendapat (Anonymous, 2010) mengatakan bahwa menjual kambingnya per ekor.
Menurut saya, kambing boer murni maupun kambing persilangan antara kambing boer
dengan jawa atau etawa. Penjualan kambing tergantung banyaknya permintaan pasar, karena di
jual per ekor maupun di jual per kg bobot badan sama baiknya. Di CV. Boerja telah melakukan
penjualan yang baik. Karena di CV. Boerja menjual kambing menuruti permintaan pasar. Untuk
penjualan kambing boer murni di jual per ekor sedangkan untuk penjualan kambing persilangan
di jual per Kg bobot badan hidup.
4.5. Luas Kandang Penggemukan
Luas Kandang kambing yang terdapat di CV. Boerja dapat dilihat pada tabel 5 :
Tabel 5. Luas kandang kambing penggemukan
Luas Tanah Kandang A, B, dan C
Panjang 18 meter
Lebar 8 meter
Lokasi di perusahaan CV. Boerja di Desa Giripurno kecamatan bumi aji kota batu,
memiliki lahan usaha seluas 8,4 hektar. Lokasi untuk usaha ternak kambing boer sangat cocok
karena berada di daerah ketinggian rata-rata 680 sampai 1200 meter diatas permukaan laut
dengan suhu pada pagi hari sekitar 220
C – 240
C, pada siang hari sekitar 260
C - 280
C, sedangkan
pada malam hari 150
C- 190
C.
Dilahan tersebut terdiri dari 10 kandang yang masing-masing dibagi antara lain 3
kandang yaitu kandang A, B, dan C adalah kandang penggemukan (fettening).
Gambar 1. Kandang Fattening Tampak Depan
Di lahan seluas 8,4 hektar selain kandang kambing, terdapat pos Keamanan, dimana pos
tersebut berfungsi untuk menjaga keamanan kambing tersebut agar terhindar dari pencuri hewan
ternak.
Ada pula mess yang berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat para pekerja sehabis dari
kandang,di mess tersebut terdapat dapur untuk makan para pekerja di perusahaan CV. Boerja.
Hijauan yang di tanam di sekitar CV. Boerja memiliki luas lahan 4 hektar, hijauan
tersebut berfungsi sebagai pakan ternak kambing di CV. Boerja. Hijauan tersebut juga berfungsi
jika di musim kemarau, yang sangat sulit untuk mendapatkan hijauan.
Menurut (Riyanto, 2004) Perencanaan pembuatan kandang memerlukan persyaratan
bahan yang baik, yakni:
1. Kontruksi harus diusahakan cukup kuat dimana kandang kambing bisa dibuat dari bahan
bangunan yang murah seperti bambu dan kayu.
2. Atap diusahakan menggunakan bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang
relative kecil. Untuk lokasi kandang daerah panas bisa menggunakan atap daun kelapa,
jerami kering atau genting. Sedangkan didaerah dingin dapat menggunakan asbes.
3. Alas kandang sebaiknya terbuat dari kayu tau bambu yang sudah diawetkan supaya tahan
terhadap kelapukan.
4. Tempat pakan biasanya terbuat dari bamboo atau papan yang ditempelkan.
5. Tempat minum disarankan menggunakan bahan yang awet dan mudah dibersihkan.
Hal ini sudah sesuai pendapat (Riyanto, 2004) dengan kegiatan PKL di CV. Boerja.
Menurut saya Bahwa perencanaan pembuatan kandang di CV. Boerja sudah memenuhi standart
pembuatan kandang yang baik. yaitu memiliki alas kandang yang terbuat dari kayu yang telah di
awetkan agar tahan terhadap kelapukan, tempat minum yang mudah di bersihkan, atap yang
digunakan adalah asbes karena lokasi di CV. Boerja berada didaerah dingin.
4.6. Kesehatan
Berdasarkan pengamatan yang terjadi di CV. Boerja didapatkan ternak yang terkena
penyakit dengan tanda-tanda yaitu :
Orf (pada bagian mulutnya timbul seperti bisul berwarna hitam kemerahan).
1. Orf tersebut menyerang bagian mulut kambing, orf
Penyebabnya : oleh virus dan mudah menulari ternak yang lainnya.
Pengobatan ; dilakukan di lapang adalah dengan menggunakan pengobatan sederhana, yaitu dengan cara
mengelupas terlebih dahulu benjolan orf yang sudah terbentuk, kemudian diolesi untuk
mencegah infeksi setelah itu ditetesi betadin agar luka cepat kering.
2. Mencret
Penyebabnya : terlalu banyak konsetrat atau penyesuaian pakan. Gejalanya kotoran basah dan cair, biasanya
berumur 2 minggu.
Pengobatan : Multivitamin 1 ml/10 kg BB (Intramuskular), Colibact bolus (oral), Papaverin 1 ml/10 kg BB
(intramuscular).
3. Kembung (Bloat)
Penyebabnya : pakan dan cuaca. Gejalanya perut kembung dan nafsu makan menurun.
Pengobatan : Multivitamin Inj dan Vetadryl Inj (Intramuskular 1 ml/10 kg BB), Tympanel-SB (1
mldilarutkan 10 ml air hangat di oral). Pengobatan dilakukan 3 hari secara berturut-turut.
Setelah saya bandingkan antara Menurut pendapat (anonymous, 2009) dengan kegiatan
yang di lakukan di CV. Boerja, sudah sesuai dan memiliki kesamaan dalam menangani
kesehatan ternak kambing. Menangani kesehatan ternak kambing ada 2 macam, yaitu
menggunakan pengobatan modern dan menggunakan pengobatan tradisional.
Menurut saya, pengobatan terhadap ternak kambing menggunakan pengobatan tradisional
atau modern, sama baiknya. Tapi untuk lebih praktisnya, lebih baik menggunakan cara
pengobatan modern.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Manajemen usaha Penggemukan kambing boer di CV. Boerja di Desa Giripurno
Kecamatan Bumiaji Kota Batu, meliputi :
1. Di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu lokasi Penelitian di CV. Boerja, menjalankan
sesuai dengan teori yang telah di dapatkan.
2. Manajemen yang dilakukan untuk penggemukan kambing boer dimulai pada umur 6 bulan dan
Masa penggemukan pada kambing boer dilakukan selama 4 sampai 6 bulan.
3. Manajemen pemberian pakan dilakukan setiap pagi, dan siang. Pakan hijauan yang di berikan
adalah rumput gajah, caliandra, gamal. Pemberian pakan hijauan pada ternak kambing sebanyak
10% dari bobot badan kambing, dan pemberian konsentrat sebanyak 2% / ekor.
5.2. Saran
Manajemen usaha penggemukan kambing boer di lokasi praktek kerja lapang di CV.
Boerja di desa giripurno Kecamatan Bumi aji Kota Batu, agar menjadi lebih baik, yaitu meliputi
:
1. Perlu adanya penambahan unit kandang karantina.
2. Jalan menuju lokasi sekitar peternakan juga perlu diperbaiki, agar dapat ditempuh dengan
mudah dan dilalui kendaraan karena sangat membahayakan apalagi pada waktu musim
penghujan. Mengingat banyak kunjungan yang datang baik dari Dinas Peternakan maupun
kemitraan.
3. Setiap kandang harus memiliki satu anak kandang, agar bisa lebih memperhatikan
perkembangan kambing Boer tersebut, seperti ketika memberi pakan,membersihkan kandang
ataupun ada yang terkena penyakit, lebih cepat ditangani atau di obati.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonymous, 2008. Kursus-Usahawan-Tani-Modern. Http://www.interxpose.com. diakses 22 juli 2013
"UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KAMBING LOKAL
MELALUI GRADING-UP DENGAN KAMBING BOER"
Oleh:
Idalina Harris,Ir. M.S
Lembaga Penelitian UNILA
ABSTRAK
Tujuan penelitian yang dilakukan pada tahun pertama (tahun anggaran 2007) adalah untuk
menghasilkan informasi tentang kondisi fisiologis dan reproduksi induk sejak awal kegiatan,
kawin, sampai beranak serta pada saat kelahiran grade 1 kambing Boerawa (hasil persilangan
kambing Boer dan Peranakan Ettawa/PE tahap pertama) dan kambing Boercang (hasil
persilangan kambing Boer dan Kacang tahap pertama) serta hasil perkawinan sesama PE atau
Kacang.
Penelitian tahun pertama ini dilakukan dengan bekerja sama Instalasi Produksi Mani Beku,
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung untuk mendapat-kan semen Boer;
Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa Republika/KTDDR wilayah Lampung sebagai pendamping
kelompok ternak melalui Program Pemberdayaan Peternak di Pekon Batu Keramat, Kecamatan
Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus; Kelompok Ternak Tunas Harapan dan Sido
Majuyang mendapat pendampingan dari KTDDR—dimana kambing milik peternak anggota
kedua kelompok tersebut digunakan untuk kambing penelitian; peternak kambing Kacang yang
bukan anggota kedua kelompok ternak tersebut di atas.
Kambing yang digunakan pada penelitian tahun pertama ini masing-masing 40 ekor kambing PE
dan Kacang yang dipelihara secara intensif. Rincian persilangan yakni 20 ekor kambing PE dan
Kacang disilangkan dengan kambing Boer dan sisanya dengan sesama bangsanya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lama kebuntingan kambing PE atau Kacang yang disilangkan
dengan kambing Boer lebih singkat (P < 0,05) daripada yang disilangkan dengan sesama
bangsanya; litter size dari semua basil persilangan grade 1 tidak berbeda nyata (P>0,05); bobot
lahir kambing Boerawa grade 1 lebih berat (P < 0,05) daripada bobot lahir anak kambing PE dan
bobot lahir anak kambing Boercang grade 1 juga lebih berat (P < 0,05) daripada anak kambing
Kacang. ABSTRAK Sosro Wardoyo, S.Pt., Sadar, SHI., Sugeng Prayitno, S.Pt.,
PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING DI KABUPATEN
TANGGAMUS-LAMPUNG Pada Program Pengembangan Kambing Boerawa Kampoeng
Ternak - Dompet Dhuafa Republika. Kampoeng Ternak merupakan lembaga jejaring dari
Dompet Dhuafa Republika (DD), sebuah organisasi nirlaba yang mengelola dana zakat, infaq,
sedekah, wakaf, dana-dana kemanusiaan, dan dana-dana sosial perusahaan (corporate social
responsibility). Aktivitas utama Kampoeng Ternak adalah pengembangan usaha peternakan yang
berbasiskan pada peternakan rakyat. Kampoeng Ternak concern untuk menumbuh-kembangkan
entitas dan iklim kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) dalam komunitas peternakan
rakyat, meningkatkan kualitas kesejahteraan petani-peternak, membangun jaringan peternakan
rakyat di Indonesia. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang model
pemberdayaan Kampoeng Ternak serta berbagi pengalaman atas perjalanan proses
pemberdayaan peternak di Kabupaten Tanggamus. Melalui pemberdayaan peternak yang
berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanggamus pada awal program melibatkan 120
peternak yang tergabung dalam 6 kelompok di 6 desa pada 4 kecamatan, dengan ternak sebar
awal adalah 600 ekor bibit kambing Peranakan Ettawa (PE) betina, 60 ekor pejantan boerawa
(F1) dan 2 pejantan PE. Ternak yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu sebanyak 600 ekor
induk Kambing PE. Sedangkan untuk jumlah anak yang diamati sebanyak 461 ekor anak
kambing PE dan Boerawa, yang terdiri dari 216 ekor anak jantan dan 245 ekor anak betina.
Dalam melakukan analisa data dari setiap ternak yang ada akan dikelompokkan terlebih dahulu
berdasarkan jenis kelaminnya. Adapun data-data dan pengukuran biometri tubuh ternak lainnya
yang dilakukan secara langsung dalam mendukung kegiatan seleksi, yaitu: bobot lahir dan liter
size. Bobot Lahir dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina), kemudian
dianalisis dengan cara mencari rataan ( ) dan standar deviasi (s), setelah diketahui rataan ( ) dan
standar deviasi (s) kemudian data ukuran-ukuran tubuh tersebut dikelompokkan menjadi empat
kelas yaitu: Kelas 1 (s) {x > ( + s)}, Kelas 2 : { < x < ( + s)}, Kelas 3 {( – s) < x < }, Kelas { x <
( – s) }
Dari induk awal 600 ekor, sebanyak 471 ekor induk yang sudah pernah melahirkan dengan
jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor, nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%, yang berati
setiap kelahiran induk menghasilkan anak sebanyak 1,43 ekor. Pada Awal Agustus 2007 jumlah
populasi ternak sebanyak 834 ekor yang tersebar pada 151 peternak. Dalam perjalanannya
selama 20 bulan ini terjadi penyusutan induk sebesar 21,50%. Jumlah anak yang sudah
dihasilkan sebanyak 670 ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang
dihasilkan sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007
sebanyak 224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%. Penyebab terjadinya penyusutan ternak
ini antara lain yaitu telah terjadinya kematian, maupun penjualan karena sudah di bagi hasil.
Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30 dan
17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2 adalah 25,00%
dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina berdasarkan bobot lahir
adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina
yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20% dan 2,04%.Rataan bobot lahir anak jantan relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan anak betina.
Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) dengan pendapatan dari bagi hasil Syirkah
Muhdarobah (60% : 40%) setiap peternak mendapat pendapatan perbulan rata-rata sebesar
Rp.11.000,- dan di tahun ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat
pendapatan sebesar Rp.19.500,-. Manajemen dalam upaya peningkatan pendapatan melaui
program Kampoeng Ternak dalam mengadakan penggemukan untuk Tebar Hewan Qurban tahun
1427 H.
Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status struktur
organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan partisipasi anggota
didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju
dan Jati Mulyo. Namun ada kelompok yang memiliki performen kurang baik yaitu Kelompok
Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul Ulum, sehingga kelompok dengan performen
kurang baik ini masih sangat membutuhkan pendampingan yang intensif dari segi oganisasi dan
produktifitas ternak.
Kata kunci; pemberdayaan, kambing boerawa, kelompok tani.
KESIMPULAN
1. Sebanyak 471 ekor induk melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor,
nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%. Jumlah anak yang sudah dihasilkan sebanyak 670
ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang dihasilkan
sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007 sebanyak
224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%.
2. Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30
dan 17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2
adalah 25,00 dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina
berdasarkan bobot lahir adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan
frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20 dan 2,04%.
3. Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) rata-rata sebesar Rp.11.000,- dan di tahun
ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat pendapatan sebesar
Rp.19.500,-.
4. Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status
struktur organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan
partisipasi anggota didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu
Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju dan Jati Mulyo dan ada kelompok yang memiliki
performen kurang baik yaitu Kelompok Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul
Ulum.
SARAN
1. Perlu dukungan berbagai pihak terutama pemerintah dalam peningkatan kualitas dan
kuantitas program perbibitan di masyarakat seperti : Riset (pengkajian) yang kontinyu,
teknologi perbibitan, pengembangan kelompok-kelompok perbibitan, dan kebijakan atas
bibit-bibit yang dihasilkan.
2. Perlunya pembentukan kelompok yang didasarkan pada nilai-nilai lokal yang selektif
sebagai dasar penentuan dan pembentukan kelompok-kelompok pembibitan.
------- OOOO000000OOOO -------
"PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING
DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG"
Pada Program Kerjasama Pengembangan Kambing Boerawa
Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa Republika Dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus
Oleh :
Purnomo, S.Pt.
Sugeng Prayitno, S.Pt.
Sosro Wardoyo, S.Pt.
-->
ABSTRAK
Sosro Wardoyo, S.Pt., Sugeng Prayitno, S.Pt., PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK
KAMBING DI KABUPATEN TANGGAMUS-LAMPUNG Pada Program Pengembangan
Kambing Boerawa Kampoeng Ternak - Dompet Dhuafa Republika.
Kampoeng Ternak merupakan lembaga jejaring dari Dompet Dhuafa Republika (DD), sebuah
organisasi nirlaba yang mengelola dana zakat, infaq, sedekah, wakaf, dana-dana kemanusiaan,
dan dana-dana sosial perusahaan (corporate social responsibility). Aktivitas utama Kampoeng
Ternak adalah pengembangan usaha peternakan yang berbasiskan pada peternakan rakyat.
Kampoeng Ternak concern untuk menumbuh-kembangkan entitas dan iklim kewirausahaan
sosial (social entrepreneurship) dalam komunitas peternakan rakyat, meningkatkan kualitas
kesejahteraan petani-peternak, membangun jaringan peternakan rakyat di Indonesia.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang model pemberdayaan Kampoeng
Ternak serta berbagi pengalaman atas perjalanan proses pemberdayaan peternak di Kabupaten
Tanggamus.
Melalui pemberdayaan peternak yang berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanggamus
pada awal program melibatkan 120 peternak yang tergabung dalam 6 kelompok di 6 desa pada 4
kecamatan, dengan ternak sebar awal adalah 600 ekor bibit kambing Peranakan Ettawa (PE)
betina, 60 ekor pejantan boerawa (F1) dan 2 pejantan PE.
Ternak yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu sebanyak 600 ekor induk Kambing PE.
Sedangkan untuk jumlah anak yang diamati sebanyak 461 ekor anak kambing PE dan Boerawa,
yang terdiri dari 216 ekor anak jantan dan 245 ekor anak betina. Dalam melakukan analisa data
dari setiap ternak yang ada akan dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan jenis kelaminnya.
Adapun data-data dan pengukuran biometri tubuh ternak lainnya yang dilakukan secara langsung
dalam mendukung kegiatan seleksi, yaitu: bobot lahir dan liter size.
Bobot Lahir dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina), kemudian dianalisis
dengan cara mencari rataan ( ) dan standar deviasi (s), setelah diketahui rataan ( ) dan standar
deviasi (s) kemudian data ukuran-ukuran tubuh tersebut dikelompokkan menjadi empat kelas
yaitu: Kelas 1 (s) {x > ( + s)}, Kelas 2 : { < x < ( + s)}, Kelas 3 {( – s) < x < }, Kelas { x < ( – s)
}
Dari induk awal 600 ekor, sebanyak 471 ekor induk yang sudah pernah melahirkan dengan
jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor, nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%, yang berati
setiap kelahiran induk menghasilkan anak sebanyak 1,43 ekor. Pada Awal Agustus 2007 jumlah
populasi ternak sebanyak 834 ekor yang tersebar pada 151 peternak. Dalam perjalanannya
selama 20 bulan ini terjadi penyusutan induk sebesar 21,50%. Jumlah anak yang sudah
dihasilkan sebanyak 670 ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang
dihasilkan sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007
sebanyak 224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%. Penyebab terjadinya penyusutan ternak
ini antara lain yaitu telah terjadinya kematian, maupun penjualan karena sudah di bagi hasil.
Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30 dan
17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2 adalah 25,00%
dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina berdasarkan bobot lahir
adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina
yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20% dan 2,04%.Rataan bobot lahir anak jantan relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan anak betina.
Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) dengan pendapatan dari bagi hasil Syirkah
Muhdarobah (60% : 40%) setiap peternak mendapat pendapatan perbulan rata-rata sebesar
Rp.11.000,- dan di tahun ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat
pendapatan sebesar Rp.19.500,-. Manajemen dalam upaya peningkatan pendapatan melaui
program Kampoeng Ternak dalam mengadakan penggemukan untuk Tebar Hewan Qurban tahun
1427 H.
Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status struktur
organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan partisipasi anggota
didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju
dan Jati Mulyo. Namun ada kelompok yang memiliki performen kurang baik yaitu Kelompok
Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul Ulum, sehingga kelompok dengan performen
kurang baik ini masih sangat membutuhkan pendampingan yang intensif dari segi oganisasi dan
produktifitas ternak.
Kata kunci; pemberdayaan, kambing boerawa, kelompok tani.
KESIMPULAN
1. Sebanyak 471 ekor induk melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor,
nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%. Jumlah anak yang sudah dihasilkan sebanyak 670
ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang dihasilkan
sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007 sebanyak
224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%.
2. Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30
dan 17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2
adalah 25,00 dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina
berdasarkan bobot lahir adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan
frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20 dan 2,04%.
3. Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) rata-rata sebesar Rp.11.000,- dan di tahun
ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat pendapatan sebesar
Rp.19.500,-.
4. Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status
struktur organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan
partisipasi anggota didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu
Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju dan Jati Mulyo dan ada kelompok yang memiliki
performen kurang baik yaitu Kelompok Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul
Ulum.
SARAN
1. Perlu dukungan berbagai pihak terutama pemerintah dalam peningkatan kualitas dan
kuantitas program perbibitan di masyarakat seperti : Riset (pengkajian) yang kontinyu,
teknologi perbibitan, pengembangan kelompok-kelompok perbibitan, dan kebijakan atas
bibit-bibit yang dihasilkan.
2. Perlunya pembentukan kelompok yang didasarkan pada nilai-nilai lokal yang selektif
sebagai dasar penentuan dan pembentukan kelompok-kelompok pembibitan.
-------ooooo00000ooooo--------
"KLASIFIKASI KAMBING BOER"
1. Kambing Boer Registered Fullblood
Kambing boer galur murni asal Afrika Selatan bersertifikat/terdaftar (registered fullblood).
2. Kambing Boer Unregistered fullblood atau Komersial
Kambing boer galur murni tidak bersertifikat atau tidak terdaftar (unregistered fullblood atau
komersial).
3. Kambing Boer Purebred atau F4/F5 ke atas
Kambing boer galur setara murni (purebred atau F4/F5 ke atas).
4. Kambing Boer Kelas A
Kambing boer galur F3 dari tetua Kambing Boer Registered Fullblood
5. Kambing Boer Kelas B
Kambing boer galur F2 dari tetua Kambing Boer Registered Fullblood
6. Kambing Boer Kelas C
Kambing boer galur F1 dari tetua Kambing Boer Registered Fullblood
------ooooo0000ooooo------
"PERSILANGAN BALIK BOERAWA"
Oleh:
Sosro Wardoy, S.Pt.
Persilangan balik adalah sistem perkawinan silang yang keturunannya selalu disilang balikan
(back crossing) dengan bangsa tetua dari bangsa pejantan dari ras boer dengan maksud untuk
mengubah bangsa induk lokal atau PE menjadi bangsa pejantan boer yang berasal dari ternak
impor.
Pejantan yang digunakan dalam setiap persilangan harus berbeda-beda keturunan atau tetuanya
guna menghindari silang dalam.
Hasil silangan pertama disebut silangan I atau grade I, karena dalam hal ini grade I merupakan
hasil silangan biasa, dapat pula disebut sebagai F1. Tetapi silangan 2 disebut grade 2 dan
seterusnya. Komposisi darah dari grade 4 adalah mendekati 100% boer, yaitu sebesar 93% -
grade 4 ini disebut sebgai Appendix-4 (grade 4) dan ini yang menjadi tujuan dari pengembangan
boerawa di Tanggamus sebagai ras baru di Indonesia.
Kendala-kendala yang akan dihadapi di lapangan dalam pembentukan boerawa grade 4 yaitu
dengan model pembentukan boerawa di tingkat peternak dengan kelompok tani ternak di
pedesaan dan dengan latar belakang perekonomian rendah/dhuafa akan berakibat pada :
1. Perkawinan dengan IB mempunyai keberhasilan kurang dari 50%, sehingga peternak
akan lebih menyukai perkawinan secara alami.
2. Grade 1/F1 betina akan dijual peternak.
3. Grade 1/F1 akan dipelihara peternak sampai besar dan mempunyai kemungkinan besar
akan digunakan sebagai pejantan.
4. Ilmu pembentukan boerawa tingkat peternak jauh dari memadai.
5. Asumsi F1 adalah boerawa sebagai hasil akhir harus dihilangkan dan harus diawasi
recording secara ketat.
6. Merasa sayang terhadap induk PE jika diganti dengan boerawa grade 1 dan sayang
diganti dengan grade 2 dan seterusnya.
7. Perlunya investasi besar untuk membeli boerawa yang dijual peternak agar betina dapat
dijadikan induk dan menjauhkan pejantan boerawa (sebelum F4) sebagai pejantan.
8. Perlunya peternak atau kelompok atau peternakan khusus penampungan betina unggul
hasil-hasil persilangan.
9. Perlunya evaluasi hasil persilangan-persilangan boerawa dari tinjauan produktivitas dan
peningkatan perekonomian peternak.
Evaluasi Hasil Persilangan
Dengan produktivitas, dimaksudkan seberapa besar hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada
kurun waktu tertentu. Untuk kambing boerawa indeks produktivitas dapat berupa jumlah berat
hidup cempe boerawa sapihan per tahun.
Untuk mendapatkan produktifitas berat hidup per tahun harus dicari angka kelahiran pertahun,
angka panen cempe per tahun dan rerata berat hidup cempe boerawa pada umur tertentu.
Contoh 1 :
Seekor kambing PE (dengan kawin IB) dapat beranak 3 kali selama 2 tahun, jumlah anak
boerawa sepelahiran 150% dan angka panen cempe boerawa 80%, sedangkan rerata berat cempe
boerawa pada umur 7 bulan adalah 15 kg. Akan dicari indeks produktifitas kambing boerawa di
Tanggamus.
Penyelesaian :
Angka sepelahiran; 3 kali / 2 tahun = 3/2 per tahun
Panen cempe; 150% x 80% = 120%
Jadi indeks produktifitas; 3/2 x 1,20 x 15 kg = 27 Kg
Indeks produktifitas sebesar 27 kg berarti dalam 1 tahun kambing PE tersebut dapat
menghasilkan boerawa sapihan sebanyak 1,2 ekor dengan berat total 27 kg.
Perhitungan angka produktifitas ini sangat penting dalam evaluasi persilangan dalam membentuk
kambing boerawa, karena biasanya persilangan hanya memperbaiki angka produksinya yaitu
daging tetapi kurang bahkan kadang-kadang berpengaruh negative terhadap angka
reproduktivitasnya.
Berikut ini rekaan hasil suatu persilangan
Contoh 2.
Apa yang terjadi jika kambing betina PE disilangkan dengan pejantan boer sehingga anak F1
boerawa kecepatan pertumbuhannya bertambah, tetapi reproduksinya berkurang. Dimisalkan
umur 7 bulan berat hidup menjadi 20 kg, tetapi hanya dapat beranak sekali dalam 1 tahun dengan
angka sepelahiran 135%.
Penyelesaian :
Angka kelahiran; 1 kali / 1 tahun = 1 ekor pertahun.
Panen cempe; 135% x 80% = 108%
Jadi produktifitas; 1 x 1.08 x 20 kg = 21 kg.
Dari hasil persilangan itu dapat diambil kesimpulan sebgai berikut:
Ditinjau dari kecepatan pertumbuhannya, kambing silangan/boerawa lebih baik dari pada
kambing lokal, karena berat badan umur 7 bulan kambing silangan = 20 kg, sedangkan kambing
lokal 15 kg. Kalau dilihat dari angka sepelahiran, mulai tampak sedikit kerugian dari persilangan,
yaitu 150% jadi 135% karena perbedaan yang kecil ini maka sering diduga bahwa produktivitas
kambing silangan lebih baik, karena lebih besar badanya, namun bila dihitung dari
produktivitasnya, kambing silangan hanya dapat beranak 1 kali dalam 1 tahun.
----oooo00oooo----
"PERFORMAN DAN INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK KAMBING BOERAWA
DAN KAMBING PERANAKAN ETAWA PADA PEMELIHARAAN RAKYAT"
Oleh; Akhmad Dakhlan
Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Publikasi; http://blog.unila.ac.id
Abstract
This research was conducted to evaluate and to compare the performance of Boerawa does and
Etawa Grade does, i.e: (a) weaning weight, (b) litter size, (c) kidding interval, and d) does
productivity index.
This research was conducted on June 2006 in Campang Village, Gisting District, Tanggamus
Regency. Survey methode was used to get the material research including recording of mating,
birthday, birth weight, and weaning weight of thirty Boerawa does and thirty Etawa grade that
burning twice and three time of kidding.
The result showed that average of Boerawa weaning weight (17,88±0,77 kg) bigger (P<0,05)
than Etawa Grade (16,30±1,21 kg). Kidding interval of Boerawa does (11,77±0,41 month) did
not differ (P>0,05) from Etawa Grade does (11,82±0,48). Litter size of Boerawa does (1,71±0,37
ekor) did not differ (P>0,05) from Etawa Grade does (1,57±0,28). The result indicated also that
productivity index of Boerawa does (30,14±7,31 kg) higher (P<0,05) than of Etawa Grade
(25,28±5,25 kg).
Keywords: Performance, Boerawa and PE goat, Does productivity index
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Performan kambing Boerawa lebih baik daripada kambing PE.
2. Nilai IPI induk kambing Boerawa dalam menghasilkan bobot sapih anak (30,14±7,31 kg)
lebih tinggi (P<0,05) daripada nilai IPI kambing PE (25,28±5,25 kg).
----oooo000oooo----
"NILAI PEMULIAAN SIFAT-SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA
GRADE 1-4 PADA TAHAP GRADING UP KAMBING PERANAKAN ETAWAH
BETINA OLEH PEJANTAN BOER"
Oleh: Sulastri,Ir.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
Publikasi; http://pertumbuhankambingboerawagradeunila.wordpress.com
RINGKASAN
Penelitian dilakukan pada populasi kambing milik anggota kelompok tani Sumber ezeki, Desa
Campang I, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus dengan metode eksperimental. Tujuan
penelitian secara keseluruhan adalah embandingkan performans pertumbuhan, performans
reproduksi, performans produksi, dan mutu genetik kambing Boerawa (Saburai ) Grade 2 (G2)
dengan ambing Saburai Filial 1 (F1). Pengamatan tahun pertama dimulai 4 Januari ampai dengan
15 September 2007 dengan tujuan membandingkan performans ambing Saburai G2 dengan
Saburai FI. Bahan penelitian terdiri dari 30 ekor ambing Saburai G2 dan 30 ekor Saburai Filial 1
(F1) betina yang sudah beranak satu kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performans
pertumbuhan (ratarata obot lahir =3,83 ± 0,13 kg, bobot sapih=24,62 ± 0,93 kg, dan bobot
ahunan = 41,28 ± 1,87 kg) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada Saburai Fl (rata-rata bobot
lahir = 2,87 ± 0,15 kg, bobot sapih=24,01 ± 1,35 kg, dan bobot setahunan = 38,38 ± 0,94 kg ).
Performans reproduksi (efisiensi reproduksi 115,38 ± 12,31 %, service per conception=1,200 ±
0,407 kali, dan litter ize=1,94 ± 0,28 ekor ) lebih baik (P<0,05) daripada kambing Saburai
F1(efisiensi reproduksi = 113,17 ± 6,69 %, service per conception=1,80 ± 0,61 kali, an litter
size=1,67 ± 0,01 ekor ). Performans produksi (nilai Daya Produktivitas induk = 28,61 ± 2,46 kg
dan Indeks Produktivitas Induk =77,90 ± 11,28 kg,) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada
kambing Boerawa (Saburai) Fl (Daya Produktivitas Induk = 25,69 ± 1,50 kg dan Indeks
Produktivitas Induk = 70,84 ± 11,90 kg). Mutu genetik (Nilai Pemuliaan = 25,78 ± 1,89 kg dan
Most Probable Producing Ability pada bobot sapih= 24,80 ± 0,63 kg ) kambing Saburai G2 lebih
tinggi daripada kambing Saburai F1 (Nilai Pemuliaan = 22,71 ± 0,76 kg dan Most Probable
Producing Ability =22,71 ± 0,71 kg). Disimpulkan bahwa performans kambing Saburai G2 lebih
baik daripada Saburai Fl.
----ooo000ooo----
“Does Productivity Index of Boerawa Does and Etawa Grade Does Fed
by Traditional and Rational Foodstuff”
A. Dakhlan1, Sulastri2, I. Damayanti2, Budiyah2, and K. Kristianto2
Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Lampung University
Balai Pembibitan Ternak Unggul-Kambing, Domba, dan Itik Pleihari Kalimantan Selatan
http://repository.ipb.ac.id
ABSTRACT
Boerawa goat is crossbreed between Boer buck and Ettawa Grade does. This research was
conducted to investigate: (a) interaction between goat breed and kind of foodstuff to does
productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does, (b) the effect of goat breed on does
productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does, (c) the effect of kind of foodstuff on
does productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does based on their kid weaning
weight. This research was conducted with experimental method using 20 Boerawa does and 20
Etawa grade does having two-three times of kidding period. Ten Boerawa does and 10 Etawa
grade does got rational foodstuff (60% forage and 40% concentrate), and 10 Boerawa does and
10 Etawa grade does got traditional foodstuff (100% forage). Factorial (2x2) of completely
randomized design with ten replications was used in this study.
The result showed that there was no interaction between goat breed and kind of foodstuff to does
productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does. The result indicated also that does
productivity index (40,900 kg) of Boerawa does higher (P<0,01) than does productivity index
(30,996 kg) of Etawa Grade does. The result indicated also that does productivity index (41,298
kg) of goat got rational foodstuff higher (P<0,01) than does productivity index (30,598 kg) of
goat got traditional foodstuff. It could be concluded that Boerawa does were more productive
than Etawa Grade does.
Key word: weaning weight, Boerawa does and Etawa Grade does, does productivity index
----oo00oo----
"Boerka: Kambing Unggul Silangan Boer dan Kacang"
http://www.litbang.deptan.go.id
Kawin silang (crossbreeding) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas
ternak secara cepat. Melalui cara ini, telah dihasilkan kambing unggul Boerka, hasil persilangan
pejantan Boer (tipe pedaging) dengan induk kambing Kacang (tipe prolifik, beranak banyak).
Kambing hasil silangan ini lebih unggul dibanding kambing lokal, yaitu, pertumbuhannya cepat
dan bobot tubuhnya lebih besar. Daya adaptasi terhadap lingkungan tropik-basah pun sangat
baik.
Kambing Boerka rata-rata meliliki bobot lahir 42% lebih berat dibanding kambing kacang.
Bobot lahir anak jantan kambing Boerka cenderung lebih tinggi dibanding anak betina. Sejak
disapih (umur 3 bulan) hingga dewasa (> 18 bulan), bobot tubuh kambing Boerka jantan rata-rata
lebih tinggi 36-45% dibanding kambing Kacang, sedangkan Boerka betina lebih tinggi 26-40%.
Pada umur 12-18 bulan, kambing Boerka jantan mencapai bobot tubuh 26-36 kg atau memenuhi
persyaratan ekspor. Dengan demikian, kambing Boerka berpotensi dikembangkan secara
komersial untuk tujuan ekspor.
Tingkat pertumbuhan anak kambing Boerka prasapih rata-rata 118 g/hari, jauh lebih tinggi
dibanding anak kambing Kacang yang hanya 52-70 g/hari. Laju pertumbuhan kambing Boerka
selama pasca sapih juga lebih tinggi dibanding kambing Kacang. Pada umur 3-6 bulan, misalnya,
laju pertumbuhan kambing Boerka lebih tinggi rata-rata 42% dibanding kambing Kacang. Laju
pertumbuhan yang lebih tinggi memungkinkan kambing Boerka mencapai bobot potong pada
umur yang lebih muda.
Karkas kambing Boerka lebih baik dibanding kambing Kacang, namun kandungan nutrisi
maupun sifat fisik relatif sama. Mutu karkas kambing Boerka termasuk mutu I, sama dengan
kambing Kacang. Daging agak lembap, tekstur lembut dan kompak, warna merah khas daging,
lemak panggul tebal, dan bau spesifik. Dengan karakteristik seperti itu, daging kambing Boerka
akan diterima konsumen seperti halnya daging kambing Kacang.
Untuk mempercepat produksi dan penyebarluasan kambing Boerka, Loka Penelitian Kambing
Potong membina kerja sama dengan pihak lain. Saat ini kerja sama dijalin dengan Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Utara untuk jangka waktu 5 tahun. Melalui kerja sama tersebut,
diharapkan kambing Boerka dapat memenuhi permintaan daging terutama di Sumatera Utara.
-->
Keragaan Kacang (kg) Boerka-1 (kg)
• Bobot lahir 1.64±0.44 2.01±0.52
• Bobot badan (90 hr) 6.12±1.57 7.68±1.60
• Bobot badan (180 hr) 8.98±0.41 14.76±1.67
• Bobot badan (270 hr) 10.01±1.09 17.57±3.75
• Bobot badan (365 hr) 14.00±0.56 24.68±4.55
MENGAPA HARUS MEMELIHARA KAMBING "BOER" KARENA
DAGING UNTUK MASA DEPAN
Photo Kambing Jenis Boer.
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama
lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing
pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat. Kambing
ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan
rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 - 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada
banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing
perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% -
50% dari berat tubuhnya.
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu
putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna
coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis
putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit
akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
KARAKTERISTIK KAMBING BOER JANTAN
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan
pantat yang berotot. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari
suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah beradaptasi terhadap
perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak
belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah
hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada
rumput.
Kambing Boer jantan dapat menjadi hewan yang jinak, terutama jika terus berada di sekitar
manusia sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat badan 120 - 150 kg pada saat
dewasa (umur 2-3 tahun). Mereka suka digaruk dan digosok di bagian belakang telinganya,
hingga punggung dan sisi perutnya. Mereka dapat mudah ditangani dengan memegang
tanduknya. Mereka dapat juga dilatih dituntun dengan tali. Namun, sebaiknya jangan mendorong
bagian depan kepalanya karena mereka akan menjadi agresif.
Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini
untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi disarankan
agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 - 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar
satu tahun. Boer jantan dewasa (2 - 3 tahun) dapat melayani 30 - 40 betina. Disarankan agar
semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan yang
tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 - 8 tahun.
KARAKTERISTIK KAMBING BOER BETINA
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher
ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada
umur 10 - 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia
mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat
menghasilkan 1 - 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga,
bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang
cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ - 3½ bulan induk mulai kering.
Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya
menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga
bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut
"flagging". Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 - 8 tahun. Betina dewasa (umur
2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 - 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
PERKAWINAN SILANG DENGAN KAMBING LOKAL
Kambing lokal yang dipelihara di Indonesia berasal dari berbagai varietas kambing jenis perah.
Jika Boer jantan dikawinkan dengan kambing lokal, baik secara alam atau dengan inseminasi
buatan, hasil persilangannya (F1) yang memiliki 50% Boer sangatlah mengagumkan. Keturunan
F1 ini akan membawa kecenderungan genetik yang kuat dari Boer. Besarnya tubuh dan
kecepatan pertumbuhannya akan tergantung pada besarnya kambing lokal yang dikawinkan.
Tergantung dari ransum pakannya, hasil silangan jantan dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45
kg dalam waktu enam sampai delapan bulan, dengan peningkatan jumlah daging pada karkas
lebih banyak dari yang dihasilkan anak kambing lokal dengan umur yang sama. Penting untuk
dipahami bahwa protein membentuk otot. Penggunaan jagung, tanaman leguminosa dan rumput
lokal merupakan sumber protein alami yang sangat bagus. Pada umur satu minggu, anak
kambing harus disediakan pakan dari sumber yang sama dengan induknya. Meskipun mereka
masih menyusu induknya, mereka akan mulai makan hijauan pada umur sangat muda. AIR
MINUM TERSEDIA SETIAP SAAT ADALAH PENTING baik untuk induk maupun anaknya.
Kami menganjurkan peternak untuk mengkastrasi/ mengebiri semua persilangan Boer jantan.
Hal ini akan mengurangi perkawinan yang tidak direncanakan dan untuk menghasilkan ternak
dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi dalam mempersiapkan mereka untuk dijual sebagai
pedaging. Pada umur 6 - 8 bulan, kambing Boer jantan sudah siap untuk dipasarkan. Betina 50%
Boer dapat didaftarkan (diregistrasikan) ke Registrasi Kambing Boer Indonesia (Indonesia Boer
Goat Registry) dan akan memperoleh Sertifikat untuk membuktikan garis keturunan (bloodlines)
mereka. Pada saat kambing betina 50% Boer ini berumur kira-kira satu tahun, tergantung
pertumbuhannya, ia dapat dikawinkan dengan pejantan Boer dari garis keturunan yang berbeda
dengan ayahnya. Anak-anak yang lahir dari 50% Boer akan menjadi 75% Boer (F2). Kambing
jantan 75% Boer hendaknya dikastrasi /dikebiri dan dijual untuk dagingnya. Betina 75% Boer,
saat berumur satu tahun, dapat dikawinkan dengan pejantan Boer dari garis keturunan yang
berbeda dengan ayah atau kakeknya. Ia akan menghasilkan anak-anak 88% Boer (F3). Generasi
selanjutnya (F4) adalah 94% Boer dan generasi kelima (F5) adalah 97% Boer. Pada generasi
kelima (97%) sertifikat registrasinya akan menunjukkan ternak tersebut sebagai "Kambing Boer
Bangsa Murni" ("Purebred Boer Goat").
Istilah "Kambing Boer Bangsa Murni" akan digunakan oleh Registrasi Kambing Boer Indonesia
jika seekor kambing sudah mencapai paling tidak generasi kelima baik dari sisi induk maupun
pejantan berdasarkan catatan silsilahnya. Istilah "Breed-up" akan digunakan jika jenis kambing
lain disilangkan dengan pejantan Boer, dan setiap generasi berikutnya selalu dikawinkan dengan
pejantan kambing Boer. Setiap betina breed-up dapat diregistrasi. Pejantan HANYA dapat
diregistrasi jika sudah mencapai generasi kelima (97%) dan disebut sebagai "Boer Bangsa
Murni" dan digunakan sebagai bibit.
REGISTRASI KAMBING BOER INDONESIA
Untuk memperoleh Registrasi Kambing Boer secara Nasional (Boer Goat National Registry)
adalah sangat penting. Setiap Kambing Boer Bangsa Murni, dan juga Boer silangan akan
memiliki nilai tersendiri karena mereka masing-masing memiliki Sertifikat Pengenal sendiri
yang menunjukkan bukti garis keturunan dan silsilah Boer mereka. Setiap breed-up
menghasilkan kambing betina yang lebih berharga. Setelah generasi kelima, baik persilangan
jantan maupun betina dapat diregistrasi sebagai "Boer Bangsa Murni". Dengan demikian, para
peternak di Indonesia sekarang dimungkinkan untuk memiliki baik Kambing Boer Bangsa
Murni maupun silangannya.
Kelompok kambing Boer Bangsa Murni Ter-registrasi yang ada di Malang saat ini, diimpor dari
Australia. Mereka aslinya berasal dari kelompok kambing kualitas unggulan teratas di Afrika
Selatan. Mereka disumbangkan oleh Latter-Day Saint Charities (LDSC) kepada Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Mereka mewakili enam garis keturunan kualitas atas yang
berbeda. Kelompok genetik yang besar ini tersedia untuk peternak Indonesia maupun negara-
negara lain di Asia. Semen kambing Boer, dan ternak hidup akan siap untuk dijual pada tahun
2005. Semuanya akan dilengkapi sertifikat registrasi yang dikeluarkan oleh Perbibitan Kambing
Boer Indonesia (Indonesia Boer Goat Breeders).
"Industri Kambing Boer Indonesia memiliki masa depan yang positif dan cerah. Dengan
pengenalan Kambing Boer ke Indonesia, hal ini berarti peternak sekarang dapat
menghasilkan ternak pedaging kualitas teratas dalam waktu lebih singkat dengan jumlah
daging lebih banyak. Pangsa pasar untuk daging kambing, baik pasar lokal atau
internasional terbuka sangat lebar."
Posted by ahmad sutikno at 9:17 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Mengenal Jenis Kambing, siapa tau jadi Juragan Kambing...
1. Kambing Kacang
Kambing ini asli dari Indonesia dan memiliki ciri badan
kecil, pendek, telinga pendek, tegak, leher pendek,
punggung meninggi, bertanduk, baik jantan atau betina,
tinggi badan 55-65 cm dan bobot hidup jantan sekitar
25 kg dan betina sekitar 20 kg
2. Kambing PE (Peranakan Etawah)
Kambing ini merupakan persilangan kambing Kacang
dengan kambing Etawah. Memiliki tanda-tanda antara
lain telinga panjang 18-30 cm, bobot hidup dewasa
jantan mencapai 40 kg dan betina sekitar 35 kg.
Tinggi punggung berkisar antara 76-100 cm, pada
jantan bulu bagian atas dan bawah leher, pundak, lebih
tebal dan agak panjang, sedangkan pada betina hanya
bagian paha yang lebih panjang. Warna kambing ini
bervariasi dari coklat sampai hitam.
3. Kambing Marica
Kambing Marica banyak terdapat di Pulau Sulawesi,
tubuhnya lebih kecil dari kambing Kacang dan diduga
masih satu keturunan dengan kambing Kacang.
3. Kambing Gembrong
Kambing ini banyak terdapat di Pulau Bali, tubuh lebih besar dari kambing Kacang dan
mempunyai bulu yang panjang terutama yang jantan.
Selain kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai penghasil susu atau
kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu walaupun produktivitasnya rendah,
namun harga susu kambing lebih mahal dibanding susu sapi. Berikut ini beberapa contoh
kambing tipe perah :
1. Kambing Saanen Kambing Saanen berasal dari Lembah Saanen Switzerland, memiliki
tanda-tanda baik jantan maupun betina tidak bertanduk, warna putih atau krem
pucat/muda, hidung, telinga dan ambing belang hitam, dahi lebar, telinga sedang dan
tegak.
Gambar 1. Kambing Saanen
2. Kambing Etawah (Jamnapari) Kambing Etawah asli atau dikenal dengan kambing
Jamnapari berasal dari daerah Jamnapari India dengan ciri-ciri hidung melengkung,
telinga panjang (30 cm) terkulai, kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang
kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Pada jantan dan betina
bertanduk dengan tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, dan yang betina
dewasa antara 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa sekitar 68-91 kg dan betina dewasa
36-63 kg. Rataan produksi susu ± 3 liter/ekor/hari dengan ambing relatif besar dan
panjang seperti botol.
Gambar 2. Kambing Etawah (Jamnapari)
3. Kambing Alpine Kambing ini ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk,
tubuhnya besar dan tingginya sama dengan kambing Saanen. Warna bulu bermacam-
macam dari putih sampai kehitam-hitaman dengan warna muka ada garis putih di atas
hidung. Kambing ini sebagai kambing penghasil susu.
Gambar 3. Kambing Alpine
4. Kambing (Anglo)-Nubian Kambing Anglo Nubian atau sering disebut kambing Nubian
memiliki bulu yang pendek, berkaki panjang dan dapat menyesuaikan diri di daerah
panas. Kambing ini merupakan kambing yang subur (beranak kembar) dan ada yang
bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
Gambar 4. Kambing (Anglo)-Nubian
Untuk memilih kambing calon bibit, sebaiknya peternak mengenal ciri-ciri calon bibit baik pada
jantan maupun betina. Calon bibit jantan hendaknya memiliki tubuh yang sehat, besar (sesuai
umur), relatif panjang dan tidak cacat. Dada dalam dan lebar, dengan kaki lurus dan kuat serta
tumit tinggi. Penampilan gagah, aktif dan besar nafsu kawinnya. Buah zakarnya normal (2 buah
sama besar), alat kelamin kenyal, dan dapat ereksi. Kambing yang digunakan untuk bibit
sebaiknya dari keturunan kembar. Bulu bersih dan mengkilat. Seperti halnya pada jantan, betina
calon bibit juga harus sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, kaki lurus dan kuat dan alat
kelamin normal. Sebaiknya dipilih kambing yang mempunyai sifat keibuan dan memiliki ambing
normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi). Sebaiknya dipilih dari keturunan kembar. Bulu bersih
dan mengkilat.
Dalam memilih calon bibit, hindari ternak cacat atau tidak normal antara lain rahang atas dan
bawah tidak rata, tanduk tumbuh melingkar menusuk leher, hanya mempunyai satu buah zakar,
atau mempunyai dua buah tapi besarnya tidak sama, terdapat infeksi atau pembekakan pada
ambing/buah susu (untuk betina), kaki berbentuk huruf X atau pengkor, buta atau rabun, untuk
mengetahui ternak buta atau tidak, maka tunjuk-tunjuklah dengan jari telunjuk didepan matanya,
apabila ada reaksi mengedipkan mata, maka ternak tidak buta, ternak majir/mandul.
Selain itu, peternak juga harus mampu menentukan umur kambing. Pendugaan umur dapat
dilakukan dengan melihat jumlah gigi seri tetap yang tumbuh. Bila seri tetap belum ada, maka
kambing masih berumur kurang dari satu tahun. Apabila sudah tumbuh gigi seri tetap sebanyak
satu pasang (dua buah), maka diperkirakan berumur 1-2 tahun. Bila terdapat dua pasang berumur
2-3 tahun, tiga pasang berumur 3-4 tahun dan empat pasang berumur antara 4-5 tahun. Apabila
gigi seri tampak sudah mulai aus atau lepas, maka kambing tersebut sudah berumur lebih dari 5
tahun.
Gambar 5. Kambing Boer sebagai pejantan unggul
Jika akan mengawinkan kambing, maka ternak betina dalam keadaan birahi dan sehat. Ternak
kambing jantan dan betina harus dikumpulkan dalam satu kandang kawin. Perkawinan dapat
terjadi 2 atau 3 kali tetapi apabila ternak betina tidak mau dikawinkan lagi, berarti ternak betina
tersebut telah bunting dan harus dipisahkan dengan ternak jantan.
Ternak betna yang bunting mempunyai ciri-ciri : Nampak lebih besar, lebih gemuk dibagian
perutnya, bulu makin mengkilap, ambing susunya makin membengkak dan menjadi besar,
begutu pula dengan puting susunya.
PAKAN DAN PEMBERIANNYA
Pakan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, seperti produksi (tumbuh besar, gemuk
dan susu) dan untuk bereproduksi (kawin, bunting, beranak, menyusui). Pemberian pakan harus
sesuai dengan kebutuhannya dan jumlahnya disesuaikan dengan status fisiologis ternaknya.
Sebagai patokan umum yaitu 10% bahan segar atau 3% bahan kering dihitung dari bobot
badannya. Contoh bila bobot hidup kambing 25 kg maka pemberian hijauan segar sekitar 2,5 kg
atau 0,75 kg hijauan kering.
Pakan untuk kambing dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sumber energi, sumber protein
dan sumber mineral. Sumber energi antara lain biji-bijian : jagung, sorghum, dedak padi, dedak
gandum, dedak jagung, ketela rambat, singkong, onggok, rumput-rumputan dan jerami padi.
Bahan pakan yang merupakan sumber protein antara lain jenis leguminosa glirisidia, turi,
lamtoro, centrosema, sisa pertanian seperti : daun kacang, daun singkong, bungkil kedelai, biji
kapas, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain. Sebagai sumber mineral dapat ditambahkan garam
atau mineral mix. Air minum harus tersedia di dalam kandang.
Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat dibudidayakan. Penanaman
dapat dilakukan di areal yang tidak dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, seperti di
galengan/pematang sawah pinggir jalan, tanah desa, dilereng atau bahkan dapat ditanam sebagai
pagar hidup, dan di area tanam sebagai monokultur.
Berbagai jenis hijauan yaitu rumput (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala,
rumput raja dan lain sebagainya). Selain itu jenis hijauan lain yaitu leguminosa (daun, kacang-
kacangan, lamtoro, turi, glirisidia, kaliandra, albasia dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa
hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, jerami kacang tanah, jerami kacang kedelai, jerami
jagung dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan kambing.
Gambar 6. Pohon Gamal, Pohon Turi dan Pohon Lamtoro
Dalam pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan antara rumput dan daun
leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak. Pada kambing dewasa, pemberian pakan
rumput dan leguminosa dapat diberikan dengan perbandingan 3:4. Namun bila ternak dalam
keadaan bunting, sebaiknya perbandingan 3:2. Lain halnya bila kambing sedang menyusui,
perbandingan sebaiknya 1 : 1. Anak kambing lepas sapih diberikan rumput dan daun leguminosa
dengan perbandingan 3:2. Hindari pemberian hijauan yang masih muda, jika terpaksa digunakan
hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam untuk menghindari terjadinya bloat
(kembung) pada kambing.
Pakan sebaiknya diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), dan diberikan juga air minum dan garam
beryodium secukupnya. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan
yang sering dkawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur berupa
campuran dedak, ampas tahu dan bahan lain yang ada didaerahnya sebanyak 0,5 – 1
kg/ekor/hari.
Bahan pakan berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah seperti membuat
silase atau hay. Jerami padi, kacang-kacangan, limbah pertanian lainnya juga dapat diawetkan
sebagai pakan kambing disaat musim kemarau.
TATA LAKSANA
Kandang
Kandang terbuat dari bahan yang kuat, harga murah dengan memanfaatkan bahan yang tersedia
di lokasi. Kandang harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal
berjarak 5 meter dari rumah). Sebaiknya dibuat kandang dalam bentuk kandang panggung
dengan sekat yang dapat bongkar pasang dan lantai dari bambu atau papan. Dibelakang kandang
dibuat penampungan kotoran dan sisa pakan. Sebagai patokan ukuran luas kandang adalah,
jantan dewasa dibutuhkan 1,5m2
, betina dewasa 1 m2
, betina menyusui 1,5m2
,, anak dan
kambing muda 0,75m2
. Usahakan ada lampu penerang yang dipasang didalam kandang. Selain
itu, di dalam kandang juga disediakan tempat pakan dan minum.
Gambar 7. Model kandang panggung untuk ternak kambing
Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari kandang
panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak
lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, kuman dan parasit serta jamur dapat ditekan. Namun
demikian beberapa kelemahan dari kandang panggung antara lain biaya relatif mahal, resiko
ternak terperosok/jatuh dan kandang memikul beban ternak lebih berat.
Pengelolaan Reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun. Hal-hal yang harus
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA

More Related Content

What's hot

Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi PotongStrategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
DediKusmana2
 
Mikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansiaMikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansia
Ramaiyulis Ramai
 
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptTeknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
Elin feed
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakanproduknatural
 
Kamdang kambing
Kamdang kambingKamdang kambing
Kamdang kambing
BBPP_Batu
 
Dasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar PeternakanDasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar Peternakan
lombkTBK
 
Pakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambingPakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambing
Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Perkandangan
Perkandangan Perkandangan
Perkandangan BBPP_Batu
 
Manajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanManajemen Perkawinan
Manajemen Perkawinan
Rizza Muh
 
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptxKapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
FadilidrusFadil
 
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laode Syawal Fapet
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
SIlfani Sabila
 
Menaksir bobot badan
Menaksir bobot badanMenaksir bobot badan
Menaksir bobot badan
BBPP_Batu
 

What's hot (20)

Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi PotongStrategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
 
Kambing boer
Kambing boerKambing boer
Kambing boer
 
Mikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansiaMikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansia
 
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.pptTeknis Ransum Ruminansia.ppt
Teknis Ransum Ruminansia.ppt
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakan
 
Kamdang kambing
Kamdang kambingKamdang kambing
Kamdang kambing
 
Dasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar PeternakanDasar Dasar Peternakan
Dasar Dasar Peternakan
 
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi PotongPemeliharaan Ternak Sapi Potong
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Pemeliharaan Ternak Kambing
Pemeliharaan Ternak KambingPemeliharaan Ternak Kambing
Pemeliharaan Ternak Kambing
 
Pakan Ternak Ruminansia
Pakan Ternak RuminansiaPakan Ternak Ruminansia
Pakan Ternak Ruminansia
 
Pakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambingPakan dan Hijauan kambing
Pakan dan Hijauan kambing
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
 
Perkandangan
Perkandangan Perkandangan
Perkandangan
 
Manajemen Perkawinan
Manajemen PerkawinanManajemen Perkawinan
Manajemen Perkawinan
 
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptxKapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
Kapasitas tampung padang penggembalaan 2021.pptx
 
Peternakan sapi
Peternakan sapiPeternakan sapi
Peternakan sapi
 
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpadu
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
 
Menaksir bobot badan
Menaksir bobot badanMenaksir bobot badan
Menaksir bobot badan
 

Viewers also liked

Penyakit pada kambing &amp; penanggulanganya
Penyakit pada kambing &amp; penanggulanganyaPenyakit pada kambing &amp; penanggulanganya
Penyakit pada kambing &amp; penanggulanganya
Bustami Muchtar
 
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan LegumPengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
supri mawar jayanti
 
Legum
LegumLegum
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinarProjek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinard2d2d2d2
 
model kandang kambing
model kandang kambingmodel kandang kambing
model kandang kambing
nihaoplus
 
Power poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendriPower poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendriHendra Harmi
 
Analisa pembiakan domba
Analisa pembiakan dombaAnalisa pembiakan domba
Analisa pembiakan dombaJajang Suandi
 
Memilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potongMemilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potong
BBPP_Batu
 
Makalah wirausaha
Makalah wirausahaMakalah wirausaha
Makalah wirausaha
Yogi Aristian
 
Taksonomi tumbuhan
Taksonomi tumbuhanTaksonomi tumbuhan
Taksonomi tumbuhandenotsudiana
 
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternakPoster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Gufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Pemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambingPemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambing
Yusuf Ahmad
 
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanKe 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanMuhammad Abduh
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
fitriza SA
 
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadiBahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadiSyarif Hidayatullah
 
Tingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betinaTingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betinaIntan Sari
 

Viewers also liked (20)

Kesehatan ternak kambing
Kesehatan ternak kambingKesehatan ternak kambing
Kesehatan ternak kambing
 
Penyakit pada kambing &amp; penanggulanganya
Penyakit pada kambing &amp; penanggulanganyaPenyakit pada kambing &amp; penanggulanganya
Penyakit pada kambing &amp; penanggulanganya
 
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan LegumPengenalan Jenis Rumput dan Legum
Pengenalan Jenis Rumput dan Legum
 
Penyakit Kambing
Penyakit KambingPenyakit Kambing
Penyakit Kambing
 
Legum
LegumLegum
Legum
 
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinarProjek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
 
model kandang kambing
model kandang kambingmodel kandang kambing
model kandang kambing
 
Power poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendriPower poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendri
 
Analisa pembiakan domba
Analisa pembiakan dombaAnalisa pembiakan domba
Analisa pembiakan domba
 
Memilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potongMemilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potong
 
Manajemen kesehatan Domba
Manajemen kesehatan DombaManajemen kesehatan Domba
Manajemen kesehatan Domba
 
Makalah wirausaha
Makalah wirausahaMakalah wirausaha
Makalah wirausaha
 
Pengelolaan padang gembala
Pengelolaan padang gembalaPengelolaan padang gembala
Pengelolaan padang gembala
 
Taksonomi tumbuhan
Taksonomi tumbuhanTaksonomi tumbuhan
Taksonomi tumbuhan
 
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternakPoster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
 
Pemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambingPemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambing
 
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanKe 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
 
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadiBahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
Bahan ajar pengetahuan m krpl darmadi
 
Tingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betinaTingkah laku reproduksi betina
Tingkah laku reproduksi betina
 

Similar to MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA

AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
PPGhybrid3
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Randy Chamzah
 
Integrasi tan pangan
Integrasi tan panganIntegrasi tan pangan
Integrasi tan pangan
BBPP_Batu
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
PPGhybrid3
 
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. munaAnalisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Operator Warnet Vast Raha
 
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. munaAnalisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Septian Muna Barakati
 
0812 2838-0678 budidaya beternak kambing
0812 2838-0678 budidaya  beternak kambing0812 2838-0678 budidaya  beternak kambing
0812 2838-0678 budidaya beternak kambing
usahakambingternak
 
Morfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerMorfologi ayam boiler
Morfologi ayam boiler
putri kembar
 
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptkuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
budiresno
 
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat editAnalisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat editBBPP_Batu
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
PPGhybrid3
 
Power point agribisnis peternakan kambing.pptx
Power point agribisnis peternakan kambing.pptxPower point agribisnis peternakan kambing.pptx
Power point agribisnis peternakan kambing.pptx
nicodemustahaf
 
Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014
babarock
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
PPGhybrid3
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaswiradiputri
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
PPGhybrid3
 
Bakal sapo
Bakal sapoBakal sapo
Bakal sapo
BBPP_Batu
 

Similar to MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA (20)

AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
 
Integrasi tan pangan
Integrasi tan panganIntegrasi tan pangan
Integrasi tan pangan
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. munaAnalisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
 
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. munaAnalisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
Analisis sosial ekonomi penggemukan sapi potong gaduhan kab. muna
 
0812 2838-0678 budidaya beternak kambing
0812 2838-0678 budidaya  beternak kambing0812 2838-0678 budidaya  beternak kambing
0812 2838-0678 budidaya beternak kambing
 
Morfologi ayam boiler
Morfologi ayam boilerMorfologi ayam boiler
Morfologi ayam boiler
 
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptkuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
 
Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat editAnalisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
Analisis optimalisasi usahatani ternak kambing dengan tanaman ketela rambat edit
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
 
Power point agribisnis peternakan kambing.pptx
Power point agribisnis peternakan kambing.pptxPower point agribisnis peternakan kambing.pptx
Power point agribisnis peternakan kambing.pptx
 
Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
Bakal sapo
Bakal sapoBakal sapo
Bakal sapo
 

Recently uploaded

Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balitaKonsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Dilasambong
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
idoer11
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
MRoyanzainuddin9A
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
WagKuza
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 

Recently uploaded (8)

Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balitaKonsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
Konsep dasar asuhan neonatus ,bayi dan balita
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
Pertemuan 9 - PERT CPM.pdfPertemuan 9 - PERT CPM.pdf
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 

MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA

  • 1. MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Ternak kambing merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi. Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa masalah tersebut adalah: (1) pemeliharaan yang masih bersifat tradisional (2) terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi (3) keterbatasan fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksi (4) manajemen pakan yang kurang baik. Berbekal dari pengalaman yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL), kita dapat mengetahui masalah yang timbul dan solusi yang diperlukan dalam proses tatalaksana pemeliharaan ternak serta lebih siap dalam menghadapi dunia kerja. Selain itu, mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam tatalaksana pemeliharaan ternak yang baik. CV. Boerja merupakan sebuah peternakan kambing yang berdiri sekitar 3 tahun dan sebagai peternakan besar yang ada di Jawa Timur. CV. Boerja mengambil peluang untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia. Kebutuhan daging ini harus mampu dipasok dari aktifitas budidaya peternakan dalam negeri, tanpa harus mengimpor bahkan sebaiknya dapat melakukan ekspor jika terdapat kelebihan produksi. Peluang untuk mengembangkan usaha di
  • 2. bidang peternakan sangatlah menjanjikan. Hal tersebut mencerminkan manajemen pemeliharaan kambing di CV. Boerja cukup baik, sehingga layak untuk dijadikan tempat Praktek Kerja Lapang (PKL). Pada prinsipnya proses penggemukan pada kambing diperlukan agar ternak merasa nyaman, aman, ternak tidak mudah strees, dan memudahkan peternak untuk melakukan aktifitasnya, antara lain : pemberian pakan / minum, pembersihan kandang, pengawasan / pengamatan ternak yang kurang sehat dan pelaksanaan monitoring. Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan serangkaian tugas keseharian di tempat kerja tersebut yang menunjang keterampilan akademis yang telah diperoleh di bangku kuliah yang menghubungkan Pengetahuan akademis dengan keterampilan di dunia kerja yang dapat menambah kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalah praktis yang ditemui dalam praktik kerja tersebut. 1.2. Rumusan masalah Peternakan CV. Boerja merupakan peternakan kambing Boer yang saat ini sedang mengembangkan usaha peternakan kambing boer yang saat ini masih berjalan baru 3 tahun. Oleh karena itu permasalahan dalam PKL ini adalah sistem manajemen penggemukan yang dilakukan untuk mendukung meningkatkan kualitas daging kambing boer tersebut. 1.3. Tujuan Tujuan dari PKL ini adalah untuk mengetahui manajemen penggemukan kambing boer, Karena di CV. Boerja adalah suatu usaha peternakan yang cukup besar sebagai pemasok daging. 1.4.Kegunaan Manfaat yang diperoleh dari PKL adalah mampu menganalisa masalah-masalah dan solusi yang ada pada usaha peternakan kambing boer di CV. Boerja, yang nantinya mampu menerapkan kepada peternak-peternak kecil di masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  • 3. 2.1. Ternak Kambing Usaha tani ternak kambing di Jawa Timur masih bersifat komplementer. Namun demikian ternak kambing merupakan komponen penting dalam sistem usaha tani rakyat, karena memberikan kontribusi yang nyata. Ternak kambing dipelihara tidak terkonsentrasi disatu wilayah tapi tersebar keseluruh daerah pedesaan. Hampir 99% ternak ruminansia kecil (kambing) berada di peternakan rakyat berskala kecil (Soejana, 1993). Kenyataan ini menunjukkan bahwa peternakan rakyat memegang peranan penting sebagai potensi dasar guna pengembangan produksinya. Peternakan rakyat memiliki porsi terbesar dan perlu segera didorong mengarah ke usaha yang komersial. Profil peternakan rakyat adalah relatip sedikit jumlah pemilikan ternaknya, modal kecil, ketrampilan rendah, dan tatalaksana masih dibawah standart yang dipersyaratkan (Wahyono, 1995). Disinyalir peternakan kambing rakyat dari hasil beberapa pengamatan dan laporan bahwa ketersediaan pakan sepanjang tahun masih terbatas terutama kebutuhan akan gizinya. Menurut Kevin (1993), Hal ini menunjukkan pula bahwa petani ternak kambing umumnya belum mengetahui dan menerapkan pemberian pakan atas dasar kebutuhan gizinya. Walaupun kelihatanya kambing kenyang, namun sebenarnya masih lapar gizi antara lain energi dan protein (Wijono, 1994). Teknologi pemeliharaan tradisional dicirikan oleh managemen usaha seadanya, kualitas pakan rendah dan kurang mencukupi dari tingkat kebutuhan gizi sehingga pertumbuhan lambat dan pertambahan bobot badannya kecil. Potensi pertumbuhan kambing masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan pakan diantaranya pemberian limbah industri rumah tangga (ampas tahu, kulit kedelai tempe, dan air rebusan kedelai) sedangkan hijauan pakannya dapat ditambahkan leguminosa misalnya daun turi, lamtoro, dan gliricidea (Wahyono dkk, 1994). Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan daging, maka usaha penggemukan kambing yang merupakan sumber pemasok daging alternatif harus diupayakan semakin ekonomis dan efisien, antara lain melalui penerapan teknologi yang adaptif dan aplikatif misalnya teknologi pemanfaatan probiotik bioplus, pemberian konsentrat, obat cacing, dan perbaikan sistem perkandangan. Kambing (lokal) memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara alami. Potensi lainnya adalah daging dan kotoran.
  • 4. Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat, terutama pada hari raya Qurban, aqikah, pesta perkawinan dan kebutuhan warung nasi/restoran, baik sebagai olahan tradisional maupun semi modern. Salah satu sentra populasi ternak kambing berada di Kecamatan Mila, tepatnya di Desa Babah Jurong. Usaha ternak kambing di daerah ini masih tergantung kepada pola pemiliharan tradisional dengan 3 ciri utama yaitu modal terbatas, input rendah dan skala kepemilikan ternak terbatas antara 4-6 ekor per kepala keluarga. Hal ini merupakan kendala dalam menghadapi tantangan usaha peternakan untuk bersaing di pasar domestik karena usaha yang tradisional tidak dapat menjamin suplai bakalan ternak kambing secara kontinue dengan harga yang kompetitif. Namun usaha ternak ini merupakan komponen penting dalam sistem usahatani dengan konstribusi yang nyata terhadap total pendapatan keluarga (Sabrani et al, 1995). Kontribusi usaha ternak kambing terhadap pendapatan usahatani di sektor pertanian masih di bawah 30 %, sehingga usaha ternak kambing hanya merupakan pendukung terhadap komoditas pertanian dan digolongkan sebagai usaha yang bersifat sambilan. Selain pengembangan penggemukan ternak, juga terdapat usaha intensifikasi ternak kambing dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga (Saragih, 2001). Dalam usaha penggemukan ternak perlu diperhatikan mutu pakan yang dilakukan dengan menambah bahan pakan lain yang tinggi kandungan proteinnya ke dalam ransum. Bahan pakan tersebut adalah dedak yang apabila diberikan pada ternak dapat meningkatkan pertambahan berat badan. Aspek teknologi yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertambahan berat badan kambing adalah perkandangan yang baik. Perbaikan kandang dan pengelolaan sanitasinya, dapat mengurangi angka serangan beberapa penyakit yang menyerang ternak kambing, sehingga angka kematian pada ternak dapat ditekan (Mathius et al, 1991). Oleh karena itu melalui perbaikan teknologi pada tatalaksana pemeliharaan ternak kambing cukup penting. Aplikasi teknologi terhadap peningkatan produktivitas ternak cukup berpengaruh, seperti perbaikan mutu genetik, perbaikan mutu pakan, perbaikan kandang dan pencegahan serta pengendalian penyakit. Hal ini diperkuat oleh analisis ekonomi sebagi pedoman untuk mencapai pendapatan yang layak dari usaha ternak kambing. Namun demikian perlu ditinjau sejauh mana tambahan input dalam usaha penggemukan kambing dapat memberikan nilai tambah. Hal ini penting agar dapat memberikan gambaran yang jelas, baik sebagi pola usaha peternakan rakyat maupun komersial (Abdul Madjid, 1999).
  • 5. Kambing merupakan ternak liar yang telah didomestikasi oleh manusia, berasal dari hewan liar (Capra hircus aegragus) yang hidup di daerah berbatu (Sarwono, 2005). Kambing digolongkan ke dalam kelompok hewan menyusui, Family Bovidae, dan Genus Capra (Blakely dan Blade, 1998). 2.2. Sistem Pemeliharaan Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne, 1993). Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005). Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne, 1993). Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005). Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrat tambahan. Williamson dan Payne, (1993). Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata- rata hanya 30-50 gram per hari. Menurut Reksohadiprodjo (1995), kambing Boer adalah kambing yang berasal dari Afrika Selatan dan merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Afrika lokal yang bertipe kaki panjang dengan kambing India dan Timur. Kambing Boer dapat tahan hidup di tempat-tempat panas seperti di pastura kering, daerah beriklim tropik dan subtropik, asalkan
  • 6. tempat tersebut tidak lembab. Konsumsi pakan yang dibutuhkan antara lain bahan kering dengan jumlah 3 % dari bobot badan dan energi untuk hidup pokok sebanyak 725,8 gr/100 kg bobot badan. Kambing Boer adalah jenis kambing pedaging dengan ciri-ciri fisik yaitu bertubuh putih dengan kepala berwarna coklat, tubuhnya lebar, panjang, berkaki pendek dengan hidung yang cembung dan telinga panjang menggantung. Kambing Boer termasuk kambing unggul yang jinak dengan pertumbuhan yang cepat dan tingkat kesuburannya tinggi. Bobot tubuh kambing Boer jantan dewasa umur 2-3 tahun dapat mencapai 110-135 kg, sedangkan betina antara 90-100 kg, pertambahan berat tubuh rata-rata 0,02-0,04 kg/hari. Keistimewaan lainnya dari kambing Boer ini adalah kemampuan adaptasinya yang baik terhadap perubahan suhu lingkungan, juga lebih tahan terhadap penyakit (Nopri, 2008). Kambing Boer jantan tidak mengenal musim kawin, baunya sangat tajam sehingga dapat memikat kambing betina. Seekor pejantan mulai dewasa pada umur 6-8 bulan yang berarti pada umur tersebut, kambing sudah dapat dikawinkan. Pada umur tersebut, disarankan satu pejantan tidak melayani lebih dari 8-10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar 12 bulan. Tetapi umur yang paling baik untuk digunakan sebagai pemacek adalah antara 15-18 bulan. Boer jantan dewasa (2-3 tahun) dapat melayani 30 hingga 40 betina (Sarwono, 2001). Kebutuhan air untuk kambing muda relatif lebih besar dari pada kambing yang sudah tua, begitupun pada suhu lingkungan yang panas. Kebutuhan air bagi tubuh ternak dapat dicukupi dengan pemberian air minum, air dalam bahan pakan, dan air dari proses metabolisme zat pakan dalam tubuh. Kambing dewasa membutuhkan setiap hari rata-rata 2 liter per kg pakan kering (Sarwono, 2001). Sosroamidjojo (1985), menyebutkan bahwa pemberian air minum untuk ternak sebaiknya ad libitum atau tidak dibatasi, terutama untuk ternak yang dipelihara di lingkungan dengan cuaca yang panas yang suhu di lingkungannya dapat mencapai 300 C - 32 o C. Kekurangan air pada ternak dapat membuat ternak tersebut dehidrasi dan dapat menurunkan kemampuan reproduksinya serta tidak memenuhi kesejahteraan hewan (animal welfare). Pemberian air minum ini hanya 1 kali dalam sehari yaitu pada sore hari pukul 15.00 WIB sebanyak 1 ember untuk setiap ekornya. Pemberian air minum ini kurang memenuhi kebutuhan air bagi ternak, sebaiknya jika pemberian air minum ingin dibatasi, frekuensi pemberiannya ditambahkan menjadi 2 – 3 kali dalam sehari.
  • 7. 2.3. Pembibitan Menurut Anonymous (2012), Kambing Boer merupakan salah satu kambing unggul untuk tipe pedaging. hanya saja di indonesia keberadaannya masih sedikit sekali, padahal peminatnya tidak sedikit terutama oleh peternak modern. hal ini terkadang di manfaatkan oleh para penjual kambing yang tidak bertanggung jawab dengan menjual kambing turunan persilangan boer dengan mengatakan bahwa kambing tersebut boer asli ataupun boer pure breed padahal bukan. hal ini sangat merugikan peternak pembeli yang tidak mengetahui ciri ciri boer asli dan ingin mendapatkan kambig tersebut untuk di kembangkan. dalam dunia perkambingan boer terdiri dari beberapa kualifikasi, diantaranya: 1. Boer Full Blood registered, yaitu: kambing boer yang berasal dari keturunan 100% kambing boer berdarah murni terdaftar silsilahnya pada asosiasi boer dan tidak memiliki satupun kambing non boer (bukan boer) dalam catatan silsilah nenek moyangnya (pedigree). Pada kenyataannya kambing boer murni hanya didapatkan dari kambing boer yang diimpor langsung dari Afrika Selatan. sedangkan yang Boer full blood unregistered tidak terdaftar silsilahnya pada asosiasi boer. 2. Boer Pure Breed, yaitu: Kambing boer peranakan (purebreed) kambing boer betina peranakan dedifinisikan memiliki 15/16 (93,75%) darah kambing boer yang berasal dari keturunan kambing boer murni atau peranakan yang telah teregistrasi dan tercatat oleh IBGA atau disebut Betina F4. kambing boer jantan peranakan didefinisikan memiliki 31/32 (96,88%) darah kambing boer yang berasal dari kambing keturunan kambing boer murni atau peranakan yang telah teregistrasi dan tercatat oleh IBGA atau disebut Jantan F5. 3. Kambing boer campuran (percentage), yaitu : kambing boer yang memiliki 1/2 (50%) darah kambing boer. Kambing boer campuran dapat berasal dari keturunan pejantan boer murni (fullblood) dengan indukan bukan boer atau indukan boer murni dengan pejantan bukan boer (anonymous, 2012). Pada saat memilih bibit memang harus berhati-hati dan teliti, karena kesalahan dalam pemilihan bibit akan berpengaruh pada hasil akhir yang bisa dinikmati oleh Peternak (Anonymous, 2013). Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih agar benar- benar mendapatkan sesuai yang diharapkan. Adapun Kriteria yang harus diperhatikan adalah :
  • 8. 1. Mata (pilih mata yang bening, bukan yang kemerahan) 2. Mulut (pilih yang bersih dan tidak berlendir) 3. Tulang belakang (bentuk yang lurus, tidak melengkung ke bawah) 4. Wilayah dada (bentuknya agak menonjol) 5. Ekor (bentuk yang melebar, bukan yang berbentuk seperti cambuk). 2.4. Karakteristik Kambing Boer 1) Boer F1 Boer FB jantan yang di kawinkan dengan kambing feral betina yang berwarna putih. Menghasilkan boer F1, berwarna putih keseluruhan dan bentuk badan masih bercirikan feral. 2) Boer F2 Boer FB di kawinkan dengan boer F1 menghasilkan boer F2. Ciri-ciri utamanya ialah kepala berwarna coklat tetapi agak kabur warnanya. Bentuk bdananya juga masih kurang ciri-ciri boer yang berkualitas. 3) Boer F3 Boer F3 adalah perkawinan antara FB dengan Boer F2. Ciri-ciri utamanya ialah kepala berwarna coklat kemerah-merahan. Bentuk badan menyerupai kambing boer FB. Kualitasnya sangat baik dan banyak dibawa ke malaysia. 4) Boer F4 Begitu juga boer F4. Ia juga merupakan perkawinan antara boer FB dengan F3. Kepalanya berwarna coklat lebih gelap berbanding boer F3. Keseluruhan kepalanya coklat kemerah- merahan dan kehitam-hitaman. Bentuk badan menyerupai kabing boer FB juga. Secara keseluruhannya, kelihatan boer purebreed hampir sama dengan boer FB. Cuma terdapat tompok-tompok putih atau coklat di badannya. Warna coklat kemerah-merahan bukan hanya terdapat di kepala tetapi turut terdapat di badan. Boer generasi ini juga sangat berkualitas untuk di jadikan bakalan (Anonymous, 2010). 2.4.1. Karakteristik kambing Boer jantan Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-250 C) hingga sangat panas (430 C) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan
  • 9. semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput (Anonymous, 2010). Menurut Anonymous (2010), Kambing Boer jantan dapat menjadi hewan yang jinak, terutama jika terus berada di sekitar manusia sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat badan 120 - 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun). Mereka suka digaruk dan digosok di bagian belakang telinganya, hingga punggung dan sisi perutnya. Mereka dapat mudah ditangani dengan memegang tanduknya. Mereka dapat juga dilatih dituntun dengan tali. Namun, sebaiknya jangan mendorong bagian depan kepalanya karena mereka akan menjadi agresif. Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 - 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar satu tahun. Boer jantan dewasa (2 - 3 tahun) dapat melayani 30 - 40 betina. Disarankan agar semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 - 8 tahun. 2.4.2 Karakteristik kambing Boer betina Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 - 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 - 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga, bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ - 3½ bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi terkadang tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut "flagging". Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 - 8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 - 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk (Nopri, 2008).
  • 10. 2.5. Pakan Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh hewan yang mampu menyajikan zat atau nutrient yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi serta laktasi (Blakely dan Bade, 1998). Pakan yang dikonsumsi ternak umumnya mengandung zat gizi seperti energi, air, protein lemak, vitamin dan mineral (Siregar, 1994). Secara umum jenis pakan pada kambing terdiri dari dua jenis yaitu hijauan pakan dan konsentrat (Murtidjo, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994). Hijauan pakan adalah semua pakan yang berasal dari tanaman atau pun tumbuhan daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga yang digunakan sebagai makanan ternak (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Hijauan dalam bahan pakan dapat berupa dedaunan baik golongan leguminosa atau bukan (Tillman et al, 1991). Hal pokok yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dan untuk produksinya adalah pakan. Setiap ternak tidak akan dapat berproduksi secara maksimal apabila kebutuhan makanannya tidak tercukupi atau bahkan berlebihan. Maka, hal pertama yang perlu diperhatikan dalam upaya pemeliharaan ternak adalah pemberian pakan. Pakan yang diberikan pada ternak Sarwono (2001), mengatakan bahwa hijauan berperan sebagai pakan pokok untuk ternak kambing. Sebagian besar kebutuhan nutrisi untuk ternak kambing dapat dipenuhi dari pemberian hijauan. Hijauan yang disukai oleh ternak kambing seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, putri malu, dan rumput-rumputan. Kambing membutuhkan pakan hijauan dengan banyak ragam. Hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Selain itu, kambing juga menyukai limbah dapur (kulit pisang, sisa-sisa sayuran, ampas kelapa segar), limbah pertanian (daun singkong, batang dan daun ubi jalar, jerami kacang tanah dan kedelai), limbah industri (dedak padi, dedak jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah) dan hasil tanaman khusus untuk ternak (rumput gajah, rumput raja, rumput benggala, rumput setaria, rumput bede, rumput meksiko, dan berbagai macam kacang-kacangan) serta konsentrat dan hijauan yang diawetkan (silase, hay). Di UPTD BIBD ini, hijauan yang sering diberikan antar lain daun gamal, daun pisang, daun lamtoro, rumput gajah, rumput raja, daun nangka, daun waru, dan lain-lain. Hijauan
  • 11. tersebut tidak diberikan dalam keadaan segar, melainkan diangin-anginkan terlebih dahulu sebelun diberikan pada ternak. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dari hijauan tersebut sehingga kambing dapat terhindar dari kembung. 2.5.1. Kebutuhan Pakan Frekuensi pemberian hijauan yaitu 2 kali dalam sehari, pada pagi hari setelah pemberian pakan konsentrat dan pada sore hari pukul 15:00 WIB. Rata-rata jumlah setiap pemberian hijauan per ekornya yaitu 1 -2 kg, termasuk batang dan daun dari tanaman pakan tersebut. Menurut Sosroamidjojo (1985), seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan sehari yang diberikan 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian hijauan sebagai pakan utama bagi ternak kambing di UPTD BIBD kurang memenuhi dalam hal kuantitas atau jumlah hijauan yang diberikan. Setidaknya hijauan diberikan 3 kg dalam sekali pemberian, namun di UPTD BIBD ini hanya 1 kg saja. Hal ini dapat berpengaruh pada jumlah energi yang diterima oleh ternak kambing untuk kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan reproduksinya. UPTD BIBD mengatasi persoalan ini dengan memberikan pakan konsentrat dalam jumlah yang lebih banyak dari yang disarankan (500 gr pemberian konsentrat yang disarankan) untuk memenuhi nilai gizi yang kurang didapatkan dari pakan hijauan. Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat- zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat-zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman et al, 1991). Konsumsi pakan seekor ternak dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, fase fisiologis (pertumbuhan, dewasa, kebuntingan dan menyusui), kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperature dan kelembaban) serta bobot badannya (Kartadisastra, 1997). Konsentrat adalah suatu campuran pakan yang tinggi kandungan zat makanannya dan mudah dicerna, dimana kandungan proteinnya tinggi sedangkan kandungan serat kasarnya lebih rendah (Farida Fathul, 1999). Konsentrat yang diberikan di pagi hari sebelum pemberian hijauan dapat membantu mikroba rumen untuk persiapan menyerap zat-zat nutrisi dari hijauan karena nutrisi yang terkandung dalam pakan konsentrat lebih mudah dicerna dalam tubuh ternak. Bentuk pakan
  • 12. konsentrat yang diberikan adalah pelet sehingga ternak kambing dapat lebih mudah untuk memakannya dan tidak beterbangan atau tumpah, yang dapat meningkatkan efisiensi konsumsi pakan konsentrat. Tilman (1998), menjelaskan bahwa pakan konsentrat sebaiknya diberikan 0,4 kg per ekor per hari dan diberikan 1-2 jam sebelum pemberian hijauan pakan. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian konsentrat pada pagi hari untuk ternak kambing ini sudah tepat. Jenis konsentrat yang diberikan pada kambing ini adalah konsentrat komersil yang diperuntukkan bagi ternak sapi laktasi. Konsentrat ini berasal dari PT. Charoen Pokphand Indonesia jenis KSP4 CP 563B. Bahan-bahan penyusun konsentrat ini adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, molasses, bungkil kelapa, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun, canola, kalsium, fosfor, vitamin, trace mineral, dan antioksidan. 2.5.2. Pakan Tambahan Pakan tambahan berguna untuk memenuhi kebutuhan mineral dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu, pakan tambahan ini bermanfaat untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terdapat pada hijauan. Sumber pakan tambahan berupa campuran mineral (mineral mix) dari garam dapur, kapur, dan premix (Anonymous, 2011). Penyampuran Konsentrat,Pakan yang diberikan berupa daun ketela pohon, rumput lapangan dan bekatul padi, karena mudah didapatkan dan murah. Selain itu, dari beberapa percobaan, pakan ini lebih cocok diberikan untuk kambing atau ternak kambing lebih menyukainya. Pada awalnya, peternak pernah mencoba memberi kambing dengan pakan jerami fermentasi, namun ternak cenderung tidak menyukainya. Konsumsi pakan setiap ekor kambing per hari di peternakan ini adalah daun ketela pohon sebanyak 1,9 kg, rumput lapangan sebanyak 0,5 kg, dan bekatul padi sebanyak 2,0 kg. Bahan pakan tersebut dicampur dengan air dan tetes tebu sebanyak ± 1 ml serta garam sebanyak ± 2 g untuk 82 ekor ternak. Rata-rata konsumsi BK harian per ekor sebanyak 2,18 kg, konsumsi PK sebanyak 0,288 kg. Dilihat dari data yang diperoleh, kebutuhan kambing sudah tercukupi. Hal ini dapat dilihat bahwa protein yang di konsumsi sebesar 13,21%. Menurut Jurgens (1993), domba dengan berat ± 25 kg membutuhkan protein sebesar 10-16% agar mempunyai pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang maksimal. Pemberian pakan hijauan dilakukan sedikit demi sedikit dan diberikan secara bertahap (Murtidjo, 2001). Sarwono (2005), menyatakan bahwa
  • 13. pemberian konsentrat pada kambing diharapkan dapat memberikan tambahan bobot badan per hari. Sebaiknya pemberian konsentrat tidak diberikan sekaligus, tetapi diselingi dengan pemberian hijauan. 2.5.3. Protein Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman et al., 1991). Kekurangan protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim-enzim dan hormone (Anggorodi, 1994). 2.6. Penjualan Kambing Boer Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan tapi juga memberikan peluang besar yang sangat menguntungkan bagi siapa saja yang berminat beternak kambing boer. Karena belum banyak orang yang beternak kambing Boer murni, nilai jual kambing ini jauh lebih tinggi daripada kambing lain. Sebagai perbandingan, nilai jual kambing Kacang berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta per ekor. Harga kambing Senduro (Etawa putih, yang bisa dijadikan kambing perah dan juga kambing pedaging) berkisar antara Rp. 2.000.000,00 hingga Rp. 3.500.000,00/ekor jantan harga jualnya di pasaran rata-rata Rp. 2.500.000,00 per ekor, sedangkan Betina harga jualnya dipasaran rata-rata Rp 1.800.000,00 per ekor (itu kalau betinanya ingin kita jual; kalau belum dijual, Boer betina F1 ini dikawin-silangkan lagi dengan jantan Boer galur murni untuk menghasilkan Boer F2, yang harganya tentu lebih tinggi lagi). Sementara itu, harga kambing peranakan Boer kelas terendah, yaitu kelas C atau F1 (50% darah Boer) saja minimal Rp1,8 juta satu ekor. Sedangkan kelas B atau F2 (75% darah boer) dan kelas A atau F3 (87,5% darah boer) dibanderol dengan harga yang lebih mahal. Tentu saja, kambing peranakan Boer yang masuk kategori setara murni atau F4/F5 (93,75% / 96,88% darah Boer) ke atas harganya lebih mahal lagi. Yang menempati peringkat nilai jual paling mahal kedua dan pertama adalah kambing Boer komersial atau kambing Boer galur murni tak bersertifikat/tak terdaftar (unregistered fullblood)
  • 14. dan kambing Boer murni bersertifikat/terdaftar (registered fullblood). Harga kambing boer kelas super ini berkisar antara harga Rp. 8.000.000,00 hingga Rp. 20.000.000,00/ ekor. Karena harganya masih relatif mahal, tentu saja pengadaan bibit kambing ini memerlukan dana yang lumayan besar. Kalau ingin berusaha sendiri mungkin sedikit sekali orang Indonesia yang sanggup beternak kambing Boer galur murni ini. Begitu pula, fasilitas kredit bank yang tersedia persyaratannya sangat memberatkan bagi para peternak skala kecil. (Anonymous, 2010). 2.7. Perkandangan berat anak yang dapat mencapai berat 35-40 kg atau lebih pada umur satu tahun sehingga dapat memperoleh harga penjualan yang lebih baik dan berat sapih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi lingkungan (management perkandangan, peningkatan kualitas dan kuantitas pakan (Supriadi, 2009). anak kambing setelah masa sapih, yaitu umur 2-4 bulan. Kandang jantan dibuat khusus dengan ukuran 125 x 150 cm per ekor ( Riyanto, 2004). Menurut (Riyanto, 2004) Perencanaan pembuatan kandang memerlukan persyaratan bahan yang baik, yakni: 1) Kontruksi harus diusahakan cukup kuat dimana kandang kambing bisa dibuat dari bahan bangunan yang murah seperti bambu dan kayu. 2) Atap diusahakan menggunakan bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relative kecil. Untuk lokasi kandang daerah panas bisa menggunakan atap daun kelapa, jerami kering atau genting. Sedangkan didaerah dingin dapat menggunakan asbes. 3) Alas kandang sebaiknya terbuat dari kayu tau bambu yang sudah diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. 4) Tempat pakan biasanya terbuat dari bamboo atau papan yang ditempelkan. 5) Tempat minum disarankan menggunakan bahan yang awet dan mudah dibersihkan. Kayu keras merupakan bahan yang umum dipakai untuk membuat kandang kambing. Kayu kelapa contohnya adalah salah satu jenis kayu keras yang baik dan murah. Bambu juga dapat dipergunakan untuk membuat kandang kambing. Harga bambu lebih murah daripada jenis kayu keras. Kelemahan bahan baku bambu terletak pada penyambungan dengan paku sering terjadi sambungan paku yang terlepas dari bambu akibat mendapat tekanan. Selain itu kandang
  • 15. menggunakan bambu kurang rapi dikarenakan sulitnya memperoleh presisi yang bagus dalam penyambungannya (Efendi,Y. 2011). Celah lantai panggung dibuat 1-1,5 cm, agar kotoran jatuh dan kambing tidak terperosok. Permukaan lantai harus rata, datar dan kuat. Bahan dapat dibuat dari bahan kayu keras atau bambu. Jika menggunakan bambu perlu diperhatikan kelengkungan dari bilah-bilah bambu yang dipasang. Diusahakan bilah-bilah bambu dipotong tipis agar memperoleh bentuk yang cukup datar dan rata. Keunggulan menggunakan bambu adalah ketahanannya. Semakin basah terkena air (kencing), maka bambu semakin kuat. Kelemahannya adalah kelengkungan bambu yang membuat kuku kambing jelek/rusak (Anonymous, 2008). 2.8. Manajemen Kesehatan Menurut Anonymous (2012), menyatakan bahwa ada beberapa penyakit yang biasanya terdapat pada kambing, dan itu menjadi kendala bagi para peternak. Penyakit- penyakit itu antara lain adalah : 1. Kembung (Bloat) Penyakit kembung terjadi karena kambing dilepas dan memakan rumput yang masih basah, sehingga timbul gas dalam pencernaan yang tidak bisa dikeluarkan dari dalam perut. Kambing yang menderita kembung terlihat dari bagian perut sebelah kirinya yang membesar, punggung membungkuk, dan frekuensi pernapasan meningkat. Penyakit kembung yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan tidak memberi kambing pakan yang masih basah atau tidak melepas kambing yang lapar terlalu pagi, karena rumput masih basah oleh embun. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara memberikan multivitamin inj atau pengobatan menggunakan cara tradisional menekan-nekan perut bagian bawah dengan menggunakan bambu utuh. Sambil ditekan dengan bambu, angkat hewan sampai gas keluar. 2. Ecthyma Contagiosa (Orf) Penyakit ecthyma contagiosa disebabkan virus yang bersifat zoonosis, yaitu bisa menular kepada manusia. Gejalanya terdapat luka di sekitar mulut yang bisa menyebar ke sela-sela kuku. Akibatnya badan kambing menjadi kurus karena nafsu makan menurun. Penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya setelah 4 minggu. Namun bisa mengakibatkan kematian jika terjadi infeksi sekunder.
  • 16. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan mengkarantinakan kambing yang berasal dari tempat lain selama 2-3 minggu atau mengisolasi kambing yang diduga menderita penyakit tersebut. Pengobatan dilakukan dengan memberikan antibiotika leukomosin. Antibiotik tersebut untuk mencegah infeksi sekunder yang bisa menyebabkan kematian ataupun bisa menggunakan pengobatan tradisional dengan cara yaitu dengan cara mengelupas terlebih dahulu benjolan orf yang sudah terbentuk, kemudian diolesi untuk mencegah infeksi setelah itu ditetesi betadin agar luka cepat kering. . 3. Keracunan Keracunan disebabkan kambing mengonsumsi pakan hijauan yang mengandung racun. Gejalanya, kambing mengalami kejang-kejang, mulut berbusa, selaput lendir mata berwarna kebiru-biruan, dan kotoran bercampur darah. Pada kondisi yang parah bisa menyebabkan kematian yang mendadak. Pada kasus keracunan yang diketahui secara dini, pemberian tablet norit atau air kelapa muda bisa menyelamatkan kambing dari kematian atau menggunakan Multivitamin Inj dan Vetadryl Inj (Intramuskuler 1 ml/10 kg BB. Namun jika sudah akut, kambing sulit tertolong. Pencegahan dilakukan dengan cara tidak memberikan hijauan yang mengandung racun, seperti daun singkong segar, dan hijauan yang masih muda. Selain itu, harap diperhatikan tempat dimana kambing digembalakan, jangan sampai ada tanaman beracun yang bisa termakan oleh kambing. Daun singkong dan hijauan lain dapat diberikan jika dilakukan terlebih dahulu selama 3-4 jam. 4. Cacingan Cacingan disebabkan oleh serangan cacing haemonchus cocortus yang hidup bersama cacing lain. Cacing ini melekat pada selaput usus dan mengisap sari makanan. Kambing penderita cacingan tidak bisa gemuk, meskipun makannya banyak. Biasanya anak kambing berumur 3-4 bulan yang terserang penyakit ini bisa menjadi kurus, bahkan mengalami kematian. Gejalanya yaitu kambing susah buang kotoran, kotoran yang keluar pada awalnya keras lalu lunak dan akhirnya mencret, akibatnya bulu dekat anus menjadi kotor oleh kotoran mencret. Selain itu, perut kambing terlihat besar, bulunya kasar (tidak mengilap), dan terlihat lesu. Pencegahan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang dan menggembalakan kambing pada siang hari agar tidak ada lagi telur cacing yang menempel di
  • 17. rumput. Seluruh kambing diberi obat cacing, terutama bila ada kambing yang terserang cacingan. Untuk obat cacing yang biasa digunakan antara lain cetarin concurat, wormex powder, atau pheno plus dosis 5-10 g/ekor, diberikan melalui air minum setiap 3 bulan sekali. Atau sesuai dosis yang ada dalam kemasan. Sebelum pemberian obat cacing, kambing dipuasakan terlebih dahulu selama 12 bulan. BAB III METODE KEGIATAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Kegiatan PKL ini dilakukan selama 2 bulan pada tanggal 15 maret sampai 15 mei 2013 di CV. Boerja yang berlokasi di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. 3.2 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran dari pelaksanaan PKL ini adalah CV. Boerja yang berlokasi di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Khususnya pada sistem manajemen penggemukan kambing boer. 3.3 Metode Kegiatan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan PKL ini adalah metode magang dan ikut terlibat langsung dan aktif terhadap semua kegiatan di CV. Boerja. Selain itu juga melakukan wawancara dengan pengelola dan karyawan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. 3.4 Analisis Hasil Kegiatan Analisis hasil kegiatan PKL di CV. Boerja yaitu dengan mengamati semua kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan dan penggemukan ternak kambing boer mulai dari pembibitan, perkandangan, pemberian pakan, penggemukan serta penjualan kambing boer ke masyarakat 3.5 Batasan Istilah
  • 18. : Usaha pembibitan pada ternak kambing d registered : Kambing boer yang berasal dari keturunan 100% d : Kambing boer peranakan (purebreed) : Penggemukan pada usaha budidaya ternak domba atau kambing BAB IV HASIL DAN EVALUASI 4.1. Sejarah Perusahaan Boerja merupakan suatu badan usaha yang berbentuk CV (Comanditaire Venootschap) yang menjalankan usaha fattening dan breeding kambing. Usaha peternakan kambing oleh Boerja berdiri tahun 2010 diawali dengan usaha penggemukan kambing jantan pada tahun 2008 di CV. Agriranch. Boerja mengembangkan usaha breeding kambing dengan tujuan menghasilkan bakalan kambing untuk program penggemukan. Bakalan yaitu ternak kambing muda jantan yang dipelihara untuk tujuan penggemukan. Sebelum berdiri CV. Boerja usaha breeding kambing dilakukan di dalam satu naungan yaitu CV. Agriranch Karang Ploso yang melakukan usaha breeding domba, setelah berdiri 3 tahun maka di buat peternakan sendiri khusus untuk kambing yang sekarang diberi nama CV. Boerja dimana berlokasi di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu berjarak 8 km dari kandang domba CV. Agriranch yang berada di Desa Tawangargo Karang Ploso. Sebagaian besar kambing yang dipelihara adalah untuk tujuan fattening dan breeding. Jenis ternak yang dipelihara yaitu perkawinan antara pejantan Boer dengan betina Boer dan pejantan Boer dengan betina Jawa. Data terakhir April 2013 jumlah indukan jawa berjumlah 768 ekor, Boer 76 ekor, pejantan 12 ekor dan anak kambing 270 ekor, dimana pejantan berasal dari jantan Boer. Model kandang kambing yang digunakan yaitu kandang panggung dengan model berkolong. Jumlah kandang pada peternakan ini terdapat 9 unit kandang diantaranya 3 unit kandang pembesaran atau penggemukan, 1 unit kandang kawin atau mating, 1 unit kandang laktasi atau sekat dan 4 unit kandang kambing bunting. Selain itu di CV. Boerja dilengkapi dengan sarana berupa bangunan yang terdiri kantor, gudang pakan, gudang hijauan, mess karyawan dan pos satpam.
  • 19. CV. Boerja berlokasi di Desa Giripurno Bumiaji Batu, memiliki lahan usaha seluas 8,4 hektar. Desa Giripurno Kec. Bumiaji merupakan wilayah kota Batu bagian barat yang merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata 680-1.200 m diatas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 15-19 derajat celcius dan kelembaban udara berkisar 74% - 82, kota Batu terletak 15 km dari kota malang. Wilayah Batu bagian barat yang didominasi oleh dataran tinggi yang memiliki kondisi lingkungan yang nyaman untuk ternak. Domba dan kambing merupakan hewan yang dapat beradaptasi dengan baik. Jarak lokasi peternakan di Pandan Rejo dengan pemukiman penduduk berjarak sekitar 4 km dengan jalan makadam yang masih sulit dijangkau kendaraan bermotor khususnya pada waktu musim penghujan sangat berbahaya. Lokasi untuk peternakan kambing sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekililingnya tenang, dekat dengan sumber pakan, jauh dari daerah pemukiman dan dekat dengan pusat pemasaran ternak (Anonymous, 2008). 4.1.3. Struktur Organisasi CV. Boerja Tabel 1. Struktur Organisasi Manager Kooardinator Kandang Keuangan Kooardinator Umum Kooardinator Pakan Breeding Helper Anak kandang HMT (Hijauan) Anak kandang Konsentrat Pupuk Kesehatan Perawatan Sopir & kernet Dapur Umum Keamanan Fattening 4.2. Pembibitan Jumlah dan bangsa kambing yang di pelihara di CV. Boerja dapat dilihat pada tabel 2 : Tabel 2. Bangsa kambing di CV.Boerja
  • 20. Jenis Kambing Penggemukan Jenis Kelamin Jumlah Jantan Betina Boer 62 14 76 Boer X Jawa 167 47 214 Boer X PE 85 33 118 Total 314 94 408 Jumlah kambing persilangan di CV. Boerja lebih banyak dibandingkan kambing boer murni diperusahaan CV. Boerja karena Permintaan daging dipasaran lebih banyak memilih kambing persilangan boer yang harganya lebih terjangkau dibandingkan kambing boer murni. Sebelum melakukan penggemukan pada kambing, yang perlu di perhatikan pada anak kambing setelah post sapih untuk menghasilkan produksi daging berkualitas adalah 1. Mata kambing bening. 2. Mulut kambing tidak berlendir 3. Bulu kambing halus dan mengkilap atau terlihat kasar. 4. Umur kambing penggemukan, dimulai pada saat setelah post sapih sekitar umur 6 bulan (CV. Boerja) Menurut pendapat (Anonymous, 2013) mengatakan bahwa yang perlu di perhatikan dalam memilih kambing bakalan yang baik adalah : 1) Mata (pilih mata yang bening, bukan yang kemerahan) 2) Mulut (pilih yang bersih dan tidak berlendir) 3) Tulang belakang (bentuk yang lurus, tidak melengkung ke bawah) 4) Wilayah dada (bentuknya agak menonjol) 5) Ekor (bentuk yang melebar, bukan yang berbentuk seperti cambuk) Setelah saya bandingkan dengan pendapat (Anonymous, 2013) dan kegiatan PKL di CV. Boerja sudah sesuai. Menurut saya bahwa untuk pemilihan bibit yang baik, usia kambing harus sudah mencapai 4 sampai 6 bulan. Dengan pertimbangan bahwa tubuh kambing telah berkonsentrasi pada pembentukan daging, sehingga akan lebih mudah digemukkan. Jika usia kambing masih di bawah 4 bulan, tubuh kambing masih dalam proses pembentukan tulang, sehingga untuk digemukkan akan memakan waktu yang lebih lama.
  • 21. 4.3. Pemberian Pakan Pemberian pakan setiap hari pada kambing yang di pelihara di CV. Boerja dapat dilihat pada tabel 3 : Tabel 3. Pemberian pakan Pakan Rata – Rata/ekor/hari Caliandra dan Gamal 1 Kg / ekor / hari Rumput Gajah 1 Kg / ekor / hari Konsentrat 400 gr/ekor Pemberian Caliandra dan gamal setiap harinya 1 kg/ekor/hari, sedangkan untuk rumput gajah 1 kg/ekor/hari, dan pemberian konsentrat 400 gr/ekor/hari. Perbandingan pemberian pakan 10 % dari bobot badan kambing. Untuk konsentratnya di berikan 2 kali, pada pagi hari sebelum pakan hijauan di berikan dan pada siang hari sekitar jam 12 siang sebelum pakan hijauan di berikan. pemberian konsentrat konsentrat 400 gr/ekor/hari. Perbandingan pemberian konsentrat 2% dari bobot badan kambing. Pemberian air untuk kambing selalu tercukupi. Didalam satu kandang di berikan tempat air minum kurang lebih sekitar setengah drum air yang setiap pagi selalu diisi. Karena kambing boer tersebut sangat membutuhkan air untuk mengisi metabolisme yang telah hilang karena aktifitas kambing yang selalu bergerak. Menurut pendapat Sarwono (2001), mengatakan bahwa hijauan berperan sebagai pakan pokok untuk ternak kambing. Sebagian besar kebutuhan nutrisi untuk ternak kambing dapat dipenuhi dari pemberian hijauan. pemberian hijauan yaitu 2 kali dalam sehari, pada pagi hari setelah pemberian pakan konsentrat dan pada sore hari. Rata-rata jumlah setiap pemberian hijauan per ekornya yaitu 1 - 2 kg, termasuk batang dan daun dari tanaman pakan tersebut. Menurut pendapat (Tilman, 1998), menjelaskan bahwa pakan konsentrat sebaiknya diberikan 0,4 kg per ekor per hari, maka dapat dikatakan bahwa pemberian konsentrat pada pagi hari untuk ternak kambing ini sudah tepat. Menurut saya setelah saya bandingkan dengan pendapat (Tilman, 1998) dan kegiatan PKL di CV. Boerja. Pemberian konsentrat pada kambing boer setiap hari 400gr/ekor. Pemberian konsentrat 2% dari bobot badan kambing boer sudah sesuai. Fungsi konsentrat selain sebagai pakan tambahan adalah sebagai perangsang bagi ternak untuk dapat memakan dan mencerna hijauan dalam jumlah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai energi dalam produksi. Dan
  • 22. pemberian pakan hijauan untuk kambing boer sudah sesuai yang telah dilakukan di CV. Boerja dengan pendapat (Sarwono, 2011). Pemberian pakan hijauan setiap hari 2kg/ekor 4.4. Penjualan Kambing Penjualan harga kambing yang di pelihara di CV. Boerja dapat dilihat pada tabel 4 : Tabel 4. Penjualan kambing Jenis Kambing Penggemukan Bobot Badan Harga / Kg Boer 24 kg /ekor Jantan Rp.2.500.000,00 / ekor Betina Rp. 1.800.000,00 / ekor Boer X Jawa 20 kg / ekor Rp. 41.000,00 / Kg Boer X PE 20 kg / ekor Rp. 41.000,00 / Kg Kambing Boer di jual per ekor. Harga kambing boer Jantan Rp. 2.500.000,00 dan harga jenis kelamin Betina Rp. 1.800.000,00. Penjualan pada kambing boer pada saat berumur 10 bulan sampai 12 bulan tergantung berat yang sudah memenuhi standart yang di tentukan. Penjualan kambing boer lebih mahal di bandingkan kambing persilangan ataupun lokal, karena kualitas daging kambing boer lebih baik dari pada kambing lokal, sedangkan kambing persilangan boer jawa di jual per kg. Kualitasnya pun masih sedikit di bawah kambing boer murni. Sedangkan Penjualan kambing boer tidak memasarkan penjualan (per kg), melainkan menjualnya (per ekor). Alasannya menjual per ekor karena permintaan pasar. Penjualan kambing dilakukan penggemukan selama 4 sampai 6 bulan selama di kandang penggemukan. Umur kambing sekitar 10 bulan sampai 1 tahun. Dan berat yang sudah sesuai standart pada umumnya mencapai bobot badan sekitar 20 kg/ekor atau lebih. Menurut pendapat (Anonymous, 2010), mengatakan bahwa harga penjalan kambing peranakan Boer kelas terendah, yaitu kelas C atau F1 (50% darah Boer) saja minimal Rp1,8 juta satu ekor. Sedangkan di CV. Boerja kambing hasil persilangan antara kambing boer dan
  • 23. kambing jawa atau kambing etawa di jual per kg bobot badan hidup dengan harga Rp. 41.000,00/kg. Setelah saya banding pendapat antara (Anonymous, 2010) dengan kegiatan PKL di CV. Boerja, penjualan kambing tidak jauh berbeda. Di CV. Boerja, kambing boer dijual secara per ekor sedangkan kambing persilangan di jual per kg bobot badan hidup kambing. Sedangkan Pendapat (Anonymous, 2010) mengatakan bahwa menjual kambingnya per ekor. Menurut saya, kambing boer murni maupun kambing persilangan antara kambing boer dengan jawa atau etawa. Penjualan kambing tergantung banyaknya permintaan pasar, karena di jual per ekor maupun di jual per kg bobot badan sama baiknya. Di CV. Boerja telah melakukan penjualan yang baik. Karena di CV. Boerja menjual kambing menuruti permintaan pasar. Untuk penjualan kambing boer murni di jual per ekor sedangkan untuk penjualan kambing persilangan di jual per Kg bobot badan hidup. 4.5. Luas Kandang Penggemukan Luas Kandang kambing yang terdapat di CV. Boerja dapat dilihat pada tabel 5 : Tabel 5. Luas kandang kambing penggemukan Luas Tanah Kandang A, B, dan C Panjang 18 meter Lebar 8 meter Lokasi di perusahaan CV. Boerja di Desa Giripurno kecamatan bumi aji kota batu, memiliki lahan usaha seluas 8,4 hektar. Lokasi untuk usaha ternak kambing boer sangat cocok karena berada di daerah ketinggian rata-rata 680 sampai 1200 meter diatas permukaan laut dengan suhu pada pagi hari sekitar 220 C – 240 C, pada siang hari sekitar 260 C - 280 C, sedangkan pada malam hari 150 C- 190 C. Dilahan tersebut terdiri dari 10 kandang yang masing-masing dibagi antara lain 3 kandang yaitu kandang A, B, dan C adalah kandang penggemukan (fettening). Gambar 1. Kandang Fattening Tampak Depan Di lahan seluas 8,4 hektar selain kandang kambing, terdapat pos Keamanan, dimana pos tersebut berfungsi untuk menjaga keamanan kambing tersebut agar terhindar dari pencuri hewan ternak.
  • 24. Ada pula mess yang berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat para pekerja sehabis dari kandang,di mess tersebut terdapat dapur untuk makan para pekerja di perusahaan CV. Boerja. Hijauan yang di tanam di sekitar CV. Boerja memiliki luas lahan 4 hektar, hijauan tersebut berfungsi sebagai pakan ternak kambing di CV. Boerja. Hijauan tersebut juga berfungsi jika di musim kemarau, yang sangat sulit untuk mendapatkan hijauan. Menurut (Riyanto, 2004) Perencanaan pembuatan kandang memerlukan persyaratan bahan yang baik, yakni: 1. Kontruksi harus diusahakan cukup kuat dimana kandang kambing bisa dibuat dari bahan bangunan yang murah seperti bambu dan kayu. 2. Atap diusahakan menggunakan bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relative kecil. Untuk lokasi kandang daerah panas bisa menggunakan atap daun kelapa, jerami kering atau genting. Sedangkan didaerah dingin dapat menggunakan asbes. 3. Alas kandang sebaiknya terbuat dari kayu tau bambu yang sudah diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. 4. Tempat pakan biasanya terbuat dari bamboo atau papan yang ditempelkan. 5. Tempat minum disarankan menggunakan bahan yang awet dan mudah dibersihkan. Hal ini sudah sesuai pendapat (Riyanto, 2004) dengan kegiatan PKL di CV. Boerja. Menurut saya Bahwa perencanaan pembuatan kandang di CV. Boerja sudah memenuhi standart pembuatan kandang yang baik. yaitu memiliki alas kandang yang terbuat dari kayu yang telah di awetkan agar tahan terhadap kelapukan, tempat minum yang mudah di bersihkan, atap yang digunakan adalah asbes karena lokasi di CV. Boerja berada didaerah dingin. 4.6. Kesehatan Berdasarkan pengamatan yang terjadi di CV. Boerja didapatkan ternak yang terkena penyakit dengan tanda-tanda yaitu : Orf (pada bagian mulutnya timbul seperti bisul berwarna hitam kemerahan). 1. Orf tersebut menyerang bagian mulut kambing, orf Penyebabnya : oleh virus dan mudah menulari ternak yang lainnya.
  • 25. Pengobatan ; dilakukan di lapang adalah dengan menggunakan pengobatan sederhana, yaitu dengan cara mengelupas terlebih dahulu benjolan orf yang sudah terbentuk, kemudian diolesi untuk mencegah infeksi setelah itu ditetesi betadin agar luka cepat kering. 2. Mencret Penyebabnya : terlalu banyak konsetrat atau penyesuaian pakan. Gejalanya kotoran basah dan cair, biasanya berumur 2 minggu. Pengobatan : Multivitamin 1 ml/10 kg BB (Intramuskular), Colibact bolus (oral), Papaverin 1 ml/10 kg BB (intramuscular). 3. Kembung (Bloat) Penyebabnya : pakan dan cuaca. Gejalanya perut kembung dan nafsu makan menurun. Pengobatan : Multivitamin Inj dan Vetadryl Inj (Intramuskular 1 ml/10 kg BB), Tympanel-SB (1 mldilarutkan 10 ml air hangat di oral). Pengobatan dilakukan 3 hari secara berturut-turut. Setelah saya bandingkan antara Menurut pendapat (anonymous, 2009) dengan kegiatan yang di lakukan di CV. Boerja, sudah sesuai dan memiliki kesamaan dalam menangani kesehatan ternak kambing. Menangani kesehatan ternak kambing ada 2 macam, yaitu menggunakan pengobatan modern dan menggunakan pengobatan tradisional. Menurut saya, pengobatan terhadap ternak kambing menggunakan pengobatan tradisional atau modern, sama baiknya. Tapi untuk lebih praktisnya, lebih baik menggunakan cara pengobatan modern. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Manajemen usaha Penggemukan kambing boer di CV. Boerja di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu, meliputi : 1. Di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu lokasi Penelitian di CV. Boerja, menjalankan sesuai dengan teori yang telah di dapatkan. 2. Manajemen yang dilakukan untuk penggemukan kambing boer dimulai pada umur 6 bulan dan Masa penggemukan pada kambing boer dilakukan selama 4 sampai 6 bulan.
  • 26. 3. Manajemen pemberian pakan dilakukan setiap pagi, dan siang. Pakan hijauan yang di berikan adalah rumput gajah, caliandra, gamal. Pemberian pakan hijauan pada ternak kambing sebanyak 10% dari bobot badan kambing, dan pemberian konsentrat sebanyak 2% / ekor. 5.2. Saran Manajemen usaha penggemukan kambing boer di lokasi praktek kerja lapang di CV. Boerja di desa giripurno Kecamatan Bumi aji Kota Batu, agar menjadi lebih baik, yaitu meliputi : 1. Perlu adanya penambahan unit kandang karantina. 2. Jalan menuju lokasi sekitar peternakan juga perlu diperbaiki, agar dapat ditempuh dengan mudah dan dilalui kendaraan karena sangat membahayakan apalagi pada waktu musim penghujan. Mengingat banyak kunjungan yang datang baik dari Dinas Peternakan maupun kemitraan. 3. Setiap kandang harus memiliki satu anak kandang, agar bisa lebih memperhatikan perkembangan kambing Boer tersebut, seperti ketika memberi pakan,membersihkan kandang ataupun ada yang terkena penyakit, lebih cepat ditangani atau di obati. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Anonymous, 2008. Kursus-Usahawan-Tani-Modern. Http://www.interxpose.com. diakses 22 juli 2013 "UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KAMBING LOKAL MELALUI GRADING-UP DENGAN KAMBING BOER" Oleh: Idalina Harris,Ir. M.S Lembaga Penelitian UNILA
  • 27. ABSTRAK Tujuan penelitian yang dilakukan pada tahun pertama (tahun anggaran 2007) adalah untuk menghasilkan informasi tentang kondisi fisiologis dan reproduksi induk sejak awal kegiatan, kawin, sampai beranak serta pada saat kelahiran grade 1 kambing Boerawa (hasil persilangan kambing Boer dan Peranakan Ettawa/PE tahap pertama) dan kambing Boercang (hasil persilangan kambing Boer dan Kacang tahap pertama) serta hasil perkawinan sesama PE atau Kacang. Penelitian tahun pertama ini dilakukan dengan bekerja sama Instalasi Produksi Mani Beku, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung untuk mendapat-kan semen Boer; Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa Republika/KTDDR wilayah Lampung sebagai pendamping kelompok ternak melalui Program Pemberdayaan Peternak di Pekon Batu Keramat, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus; Kelompok Ternak Tunas Harapan dan Sido Majuyang mendapat pendampingan dari KTDDR—dimana kambing milik peternak anggota kedua kelompok tersebut digunakan untuk kambing penelitian; peternak kambing Kacang yang bukan anggota kedua kelompok ternak tersebut di atas. Kambing yang digunakan pada penelitian tahun pertama ini masing-masing 40 ekor kambing PE dan Kacang yang dipelihara secara intensif. Rincian persilangan yakni 20 ekor kambing PE dan Kacang disilangkan dengan kambing Boer dan sisanya dengan sesama bangsanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kebuntingan kambing PE atau Kacang yang disilangkan dengan kambing Boer lebih singkat (P < 0,05) daripada yang disilangkan dengan sesama bangsanya; litter size dari semua basil persilangan grade 1 tidak berbeda nyata (P>0,05); bobot lahir kambing Boerawa grade 1 lebih berat (P < 0,05) daripada bobot lahir anak kambing PE dan bobot lahir anak kambing Boercang grade 1 juga lebih berat (P < 0,05) daripada anak kambing Kacang. ABSTRAK Sosro Wardoyo, S.Pt., Sadar, SHI., Sugeng Prayitno, S.Pt., PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING DI KABUPATEN TANGGAMUS-LAMPUNG Pada Program Pengembangan Kambing Boerawa Kampoeng Ternak - Dompet Dhuafa Republika. Kampoeng Ternak merupakan lembaga jejaring dari Dompet Dhuafa Republika (DD), sebuah organisasi nirlaba yang mengelola dana zakat, infaq, sedekah, wakaf, dana-dana kemanusiaan, dan dana-dana sosial perusahaan (corporate social responsibility). Aktivitas utama Kampoeng Ternak adalah pengembangan usaha peternakan yang berbasiskan pada peternakan rakyat. Kampoeng Ternak concern untuk menumbuh-kembangkan entitas dan iklim kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) dalam komunitas peternakan rakyat, meningkatkan kualitas kesejahteraan petani-peternak, membangun jaringan peternakan rakyat di Indonesia. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang model pemberdayaan Kampoeng Ternak serta berbagi pengalaman atas perjalanan proses pemberdayaan peternak di Kabupaten Tanggamus. Melalui pemberdayaan peternak yang berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanggamus pada awal program melibatkan 120 peternak yang tergabung dalam 6 kelompok di 6 desa pada 4 kecamatan, dengan ternak sebar awal adalah 600 ekor bibit kambing Peranakan Ettawa (PE) betina, 60 ekor pejantan boerawa (F1) dan 2 pejantan PE. Ternak yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu sebanyak 600 ekor induk Kambing PE. Sedangkan untuk jumlah anak yang diamati sebanyak 461 ekor anak kambing PE dan Boerawa, yang terdiri dari 216 ekor anak jantan dan 245 ekor anak betina. Dalam melakukan analisa data dari setiap ternak yang ada akan dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan jenis kelaminnya. Adapun data-data dan pengukuran biometri tubuh ternak lainnya
  • 28. yang dilakukan secara langsung dalam mendukung kegiatan seleksi, yaitu: bobot lahir dan liter size. Bobot Lahir dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina), kemudian dianalisis dengan cara mencari rataan ( ) dan standar deviasi (s), setelah diketahui rataan ( ) dan standar deviasi (s) kemudian data ukuran-ukuran tubuh tersebut dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu: Kelas 1 (s) {x > ( + s)}, Kelas 2 : { < x < ( + s)}, Kelas 3 {( – s) < x < }, Kelas { x < ( – s) } Dari induk awal 600 ekor, sebanyak 471 ekor induk yang sudah pernah melahirkan dengan jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor, nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%, yang berati setiap kelahiran induk menghasilkan anak sebanyak 1,43 ekor. Pada Awal Agustus 2007 jumlah populasi ternak sebanyak 834 ekor yang tersebar pada 151 peternak. Dalam perjalanannya selama 20 bulan ini terjadi penyusutan induk sebesar 21,50%. Jumlah anak yang sudah dihasilkan sebanyak 670 ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang dihasilkan sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007 sebanyak 224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%. Penyebab terjadinya penyusutan ternak ini antara lain yaitu telah terjadinya kematian, maupun penjualan karena sudah di bagi hasil. Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30 dan 17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2 adalah 25,00% dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina berdasarkan bobot lahir adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20% dan 2,04%.Rataan bobot lahir anak jantan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan anak betina. Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) dengan pendapatan dari bagi hasil Syirkah Muhdarobah (60% : 40%) setiap peternak mendapat pendapatan perbulan rata-rata sebesar Rp.11.000,- dan di tahun ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat pendapatan sebesar Rp.19.500,-. Manajemen dalam upaya peningkatan pendapatan melaui program Kampoeng Ternak dalam mengadakan penggemukan untuk Tebar Hewan Qurban tahun 1427 H. Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status struktur organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan partisipasi anggota didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju dan Jati Mulyo. Namun ada kelompok yang memiliki performen kurang baik yaitu Kelompok Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul Ulum, sehingga kelompok dengan performen kurang baik ini masih sangat membutuhkan pendampingan yang intensif dari segi oganisasi dan produktifitas ternak. Kata kunci; pemberdayaan, kambing boerawa, kelompok tani. KESIMPULAN 1. Sebanyak 471 ekor induk melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor, nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%. Jumlah anak yang sudah dihasilkan sebanyak 670 ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang dihasilkan sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007 sebanyak 224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%.
  • 29. 2. Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30 dan 17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2 adalah 25,00 dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina berdasarkan bobot lahir adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20 dan 2,04%. 3. Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) rata-rata sebesar Rp.11.000,- dan di tahun ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat pendapatan sebesar Rp.19.500,-. 4. Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status struktur organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan partisipasi anggota didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju dan Jati Mulyo dan ada kelompok yang memiliki performen kurang baik yaitu Kelompok Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul Ulum. SARAN 1. Perlu dukungan berbagai pihak terutama pemerintah dalam peningkatan kualitas dan kuantitas program perbibitan di masyarakat seperti : Riset (pengkajian) yang kontinyu, teknologi perbibitan, pengembangan kelompok-kelompok perbibitan, dan kebijakan atas bibit-bibit yang dihasilkan. 2. Perlunya pembentukan kelompok yang didasarkan pada nilai-nilai lokal yang selektif sebagai dasar penentuan dan pembentukan kelompok-kelompok pembibitan. ------- OOOO000000OOOO ------- "PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG" Pada Program Kerjasama Pengembangan Kambing Boerawa Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa Republika Dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus Oleh : Purnomo, S.Pt. Sugeng Prayitno, S.Pt. Sosro Wardoyo, S.Pt. --> ABSTRAK Sosro Wardoyo, S.Pt., Sugeng Prayitno, S.Pt., PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING DI KABUPATEN TANGGAMUS-LAMPUNG Pada Program Pengembangan Kambing Boerawa Kampoeng Ternak - Dompet Dhuafa Republika.
  • 30. Kampoeng Ternak merupakan lembaga jejaring dari Dompet Dhuafa Republika (DD), sebuah organisasi nirlaba yang mengelola dana zakat, infaq, sedekah, wakaf, dana-dana kemanusiaan, dan dana-dana sosial perusahaan (corporate social responsibility). Aktivitas utama Kampoeng Ternak adalah pengembangan usaha peternakan yang berbasiskan pada peternakan rakyat. Kampoeng Ternak concern untuk menumbuh-kembangkan entitas dan iklim kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) dalam komunitas peternakan rakyat, meningkatkan kualitas kesejahteraan petani-peternak, membangun jaringan peternakan rakyat di Indonesia. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang model pemberdayaan Kampoeng Ternak serta berbagi pengalaman atas perjalanan proses pemberdayaan peternak di Kabupaten Tanggamus. Melalui pemberdayaan peternak yang berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanggamus pada awal program melibatkan 120 peternak yang tergabung dalam 6 kelompok di 6 desa pada 4 kecamatan, dengan ternak sebar awal adalah 600 ekor bibit kambing Peranakan Ettawa (PE) betina, 60 ekor pejantan boerawa (F1) dan 2 pejantan PE. Ternak yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu sebanyak 600 ekor induk Kambing PE. Sedangkan untuk jumlah anak yang diamati sebanyak 461 ekor anak kambing PE dan Boerawa, yang terdiri dari 216 ekor anak jantan dan 245 ekor anak betina. Dalam melakukan analisa data dari setiap ternak yang ada akan dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan jenis kelaminnya. Adapun data-data dan pengukuran biometri tubuh ternak lainnya yang dilakukan secara langsung dalam mendukung kegiatan seleksi, yaitu: bobot lahir dan liter size. Bobot Lahir dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina), kemudian dianalisis dengan cara mencari rataan ( ) dan standar deviasi (s), setelah diketahui rataan ( ) dan standar deviasi (s) kemudian data ukuran-ukuran tubuh tersebut dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu: Kelas 1 (s) {x > ( + s)}, Kelas 2 : { < x < ( + s)}, Kelas 3 {( – s) < x < }, Kelas { x < ( – s) } Dari induk awal 600 ekor, sebanyak 471 ekor induk yang sudah pernah melahirkan dengan jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor, nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%, yang berati setiap kelahiran induk menghasilkan anak sebanyak 1,43 ekor. Pada Awal Agustus 2007 jumlah populasi ternak sebanyak 834 ekor yang tersebar pada 151 peternak. Dalam perjalanannya selama 20 bulan ini terjadi penyusutan induk sebesar 21,50%. Jumlah anak yang sudah dihasilkan sebanyak 670 ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang dihasilkan sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007 sebanyak 224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%. Penyebab terjadinya penyusutan ternak ini antara lain yaitu telah terjadinya kematian, maupun penjualan karena sudah di bagi hasil. Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30 dan 17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2 adalah 25,00% dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina berdasarkan bobot lahir adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20% dan 2,04%.Rataan bobot lahir anak jantan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan anak betina. Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) dengan pendapatan dari bagi hasil Syirkah Muhdarobah (60% : 40%) setiap peternak mendapat pendapatan perbulan rata-rata sebesar
  • 31. Rp.11.000,- dan di tahun ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat pendapatan sebesar Rp.19.500,-. Manajemen dalam upaya peningkatan pendapatan melaui program Kampoeng Ternak dalam mengadakan penggemukan untuk Tebar Hewan Qurban tahun 1427 H. Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status struktur organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan partisipasi anggota didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju dan Jati Mulyo. Namun ada kelompok yang memiliki performen kurang baik yaitu Kelompok Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul Ulum, sehingga kelompok dengan performen kurang baik ini masih sangat membutuhkan pendampingan yang intensif dari segi oganisasi dan produktifitas ternak. Kata kunci; pemberdayaan, kambing boerawa, kelompok tani. KESIMPULAN 1. Sebanyak 471 ekor induk melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 670 ekor, nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%. Jumlah anak yang sudah dihasilkan sebanyak 670 ekor yang terdiri dari PE 272 ekor sedangkan jumlah BOERAWA yang dihasilkan sebanyak 398 ekor. Jumlah anak yang masih hidup sampai akhir Agustus 2007 sebanyak 224 ekor, terjadi penyusutan sebesar 66,57%. 2. Frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 1 berdasarkan bobot lahir 21,30 dan 17,14%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang masuk kategori kelas 2 adalah 25,00 dan 21,63%. Frekuensi terbesar untuk anak jantan dan anak betina berdasarkan bobot lahir adalah pada kelas 3 sebesar 37,50% dan 59,18%. Sedangkan frekuensi anak jantan dan betina yang mempunyai kelas 4 sebesar 16,20 dan 2,04%. 3. Pendapatan peternak ditahun ke-1 (120 orang) rata-rata sebesar Rp.11.000,- dan di tahun ke-2 dengan peternak sebanyak 151 rata-rata peternak mendapat pendapatan sebesar Rp.19.500,-. 4. Perkembangan kelompok pada bulan ke-20 (Agustus 2007) atas keberadaan status struktur organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan partisipasi anggota didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu Kelompok Sri Rejeki, Sido Maju dan Jati Mulyo dan ada kelompok yang memiliki performen kurang baik yaitu Kelompok Puspa Tanjung, Prambon Jaya, dan Madarijul Ulum. SARAN 1. Perlu dukungan berbagai pihak terutama pemerintah dalam peningkatan kualitas dan kuantitas program perbibitan di masyarakat seperti : Riset (pengkajian) yang kontinyu, teknologi perbibitan, pengembangan kelompok-kelompok perbibitan, dan kebijakan atas bibit-bibit yang dihasilkan. 2. Perlunya pembentukan kelompok yang didasarkan pada nilai-nilai lokal yang selektif sebagai dasar penentuan dan pembentukan kelompok-kelompok pembibitan.
  • 32. -------ooooo00000ooooo-------- "KLASIFIKASI KAMBING BOER" 1. Kambing Boer Registered Fullblood Kambing boer galur murni asal Afrika Selatan bersertifikat/terdaftar (registered fullblood). 2. Kambing Boer Unregistered fullblood atau Komersial Kambing boer galur murni tidak bersertifikat atau tidak terdaftar (unregistered fullblood atau komersial). 3. Kambing Boer Purebred atau F4/F5 ke atas Kambing boer galur setara murni (purebred atau F4/F5 ke atas). 4. Kambing Boer Kelas A Kambing boer galur F3 dari tetua Kambing Boer Registered Fullblood 5. Kambing Boer Kelas B Kambing boer galur F2 dari tetua Kambing Boer Registered Fullblood 6. Kambing Boer Kelas C Kambing boer galur F1 dari tetua Kambing Boer Registered Fullblood ------ooooo0000ooooo------ "PERSILANGAN BALIK BOERAWA" Oleh: Sosro Wardoy, S.Pt. Persilangan balik adalah sistem perkawinan silang yang keturunannya selalu disilang balikan (back crossing) dengan bangsa tetua dari bangsa pejantan dari ras boer dengan maksud untuk mengubah bangsa induk lokal atau PE menjadi bangsa pejantan boer yang berasal dari ternak impor. Pejantan yang digunakan dalam setiap persilangan harus berbeda-beda keturunan atau tetuanya guna menghindari silang dalam. Hasil silangan pertama disebut silangan I atau grade I, karena dalam hal ini grade I merupakan hasil silangan biasa, dapat pula disebut sebagai F1. Tetapi silangan 2 disebut grade 2 dan seterusnya. Komposisi darah dari grade 4 adalah mendekati 100% boer, yaitu sebesar 93% - grade 4 ini disebut sebgai Appendix-4 (grade 4) dan ini yang menjadi tujuan dari pengembangan boerawa di Tanggamus sebagai ras baru di Indonesia. Kendala-kendala yang akan dihadapi di lapangan dalam pembentukan boerawa grade 4 yaitu dengan model pembentukan boerawa di tingkat peternak dengan kelompok tani ternak di pedesaan dan dengan latar belakang perekonomian rendah/dhuafa akan berakibat pada :
  • 33. 1. Perkawinan dengan IB mempunyai keberhasilan kurang dari 50%, sehingga peternak akan lebih menyukai perkawinan secara alami. 2. Grade 1/F1 betina akan dijual peternak. 3. Grade 1/F1 akan dipelihara peternak sampai besar dan mempunyai kemungkinan besar akan digunakan sebagai pejantan. 4. Ilmu pembentukan boerawa tingkat peternak jauh dari memadai. 5. Asumsi F1 adalah boerawa sebagai hasil akhir harus dihilangkan dan harus diawasi recording secara ketat. 6. Merasa sayang terhadap induk PE jika diganti dengan boerawa grade 1 dan sayang diganti dengan grade 2 dan seterusnya. 7. Perlunya investasi besar untuk membeli boerawa yang dijual peternak agar betina dapat dijadikan induk dan menjauhkan pejantan boerawa (sebelum F4) sebagai pejantan. 8. Perlunya peternak atau kelompok atau peternakan khusus penampungan betina unggul hasil-hasil persilangan. 9. Perlunya evaluasi hasil persilangan-persilangan boerawa dari tinjauan produktivitas dan peningkatan perekonomian peternak. Evaluasi Hasil Persilangan Dengan produktivitas, dimaksudkan seberapa besar hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada kurun waktu tertentu. Untuk kambing boerawa indeks produktivitas dapat berupa jumlah berat hidup cempe boerawa sapihan per tahun. Untuk mendapatkan produktifitas berat hidup per tahun harus dicari angka kelahiran pertahun, angka panen cempe per tahun dan rerata berat hidup cempe boerawa pada umur tertentu. Contoh 1 : Seekor kambing PE (dengan kawin IB) dapat beranak 3 kali selama 2 tahun, jumlah anak boerawa sepelahiran 150% dan angka panen cempe boerawa 80%, sedangkan rerata berat cempe boerawa pada umur 7 bulan adalah 15 kg. Akan dicari indeks produktifitas kambing boerawa di Tanggamus. Penyelesaian : Angka sepelahiran; 3 kali / 2 tahun = 3/2 per tahun Panen cempe; 150% x 80% = 120% Jadi indeks produktifitas; 3/2 x 1,20 x 15 kg = 27 Kg Indeks produktifitas sebesar 27 kg berarti dalam 1 tahun kambing PE tersebut dapat menghasilkan boerawa sapihan sebanyak 1,2 ekor dengan berat total 27 kg. Perhitungan angka produktifitas ini sangat penting dalam evaluasi persilangan dalam membentuk kambing boerawa, karena biasanya persilangan hanya memperbaiki angka produksinya yaitu daging tetapi kurang bahkan kadang-kadang berpengaruh negative terhadap angka reproduktivitasnya. Berikut ini rekaan hasil suatu persilangan Contoh 2. Apa yang terjadi jika kambing betina PE disilangkan dengan pejantan boer sehingga anak F1 boerawa kecepatan pertumbuhannya bertambah, tetapi reproduksinya berkurang. Dimisalkan umur 7 bulan berat hidup menjadi 20 kg, tetapi hanya dapat beranak sekali dalam 1 tahun dengan angka sepelahiran 135%. Penyelesaian : Angka kelahiran; 1 kali / 1 tahun = 1 ekor pertahun.
  • 34. Panen cempe; 135% x 80% = 108% Jadi produktifitas; 1 x 1.08 x 20 kg = 21 kg. Dari hasil persilangan itu dapat diambil kesimpulan sebgai berikut: Ditinjau dari kecepatan pertumbuhannya, kambing silangan/boerawa lebih baik dari pada kambing lokal, karena berat badan umur 7 bulan kambing silangan = 20 kg, sedangkan kambing lokal 15 kg. Kalau dilihat dari angka sepelahiran, mulai tampak sedikit kerugian dari persilangan, yaitu 150% jadi 135% karena perbedaan yang kecil ini maka sering diduga bahwa produktivitas kambing silangan lebih baik, karena lebih besar badanya, namun bila dihitung dari produktivitasnya, kambing silangan hanya dapat beranak 1 kali dalam 1 tahun. ----oooo00oooo---- "PERFORMAN DAN INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK KAMBING BOERAWA DAN KAMBING PERANAKAN ETAWA PADA PEMELIHARAAN RAKYAT" Oleh; Akhmad Dakhlan Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung Publikasi; http://blog.unila.ac.id Abstract This research was conducted to evaluate and to compare the performance of Boerawa does and Etawa Grade does, i.e: (a) weaning weight, (b) litter size, (c) kidding interval, and d) does productivity index. This research was conducted on June 2006 in Campang Village, Gisting District, Tanggamus Regency. Survey methode was used to get the material research including recording of mating, birthday, birth weight, and weaning weight of thirty Boerawa does and thirty Etawa grade that burning twice and three time of kidding. The result showed that average of Boerawa weaning weight (17,88±0,77 kg) bigger (P<0,05) than Etawa Grade (16,30±1,21 kg). Kidding interval of Boerawa does (11,77±0,41 month) did not differ (P>0,05) from Etawa Grade does (11,82±0,48). Litter size of Boerawa does (1,71±0,37 ekor) did not differ (P>0,05) from Etawa Grade does (1,57±0,28). The result indicated also that productivity index of Boerawa does (30,14±7,31 kg) higher (P<0,05) than of Etawa Grade (25,28±5,25 kg). Keywords: Performance, Boerawa and PE goat, Does productivity index Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Performan kambing Boerawa lebih baik daripada kambing PE. 2. Nilai IPI induk kambing Boerawa dalam menghasilkan bobot sapih anak (30,14±7,31 kg) lebih tinggi (P<0,05) daripada nilai IPI kambing PE (25,28±5,25 kg). ----oooo000oooo----
  • 35. "NILAI PEMULIAAN SIFAT-SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA GRADE 1-4 PADA TAHAP GRADING UP KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA OLEH PEJANTAN BOER" Oleh: Sulastri,Ir. Lembaga Penelitian Universitas Lampung Publikasi; http://pertumbuhankambingboerawagradeunila.wordpress.com RINGKASAN Penelitian dilakukan pada populasi kambing milik anggota kelompok tani Sumber ezeki, Desa Campang I, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus dengan metode eksperimental. Tujuan penelitian secara keseluruhan adalah embandingkan performans pertumbuhan, performans reproduksi, performans produksi, dan mutu genetik kambing Boerawa (Saburai ) Grade 2 (G2) dengan ambing Saburai Filial 1 (F1). Pengamatan tahun pertama dimulai 4 Januari ampai dengan 15 September 2007 dengan tujuan membandingkan performans ambing Saburai G2 dengan Saburai FI. Bahan penelitian terdiri dari 30 ekor ambing Saburai G2 dan 30 ekor Saburai Filial 1 (F1) betina yang sudah beranak satu kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performans pertumbuhan (ratarata obot lahir =3,83 ± 0,13 kg, bobot sapih=24,62 ± 0,93 kg, dan bobot ahunan = 41,28 ± 1,87 kg) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada Saburai Fl (rata-rata bobot lahir = 2,87 ± 0,15 kg, bobot sapih=24,01 ± 1,35 kg, dan bobot setahunan = 38,38 ± 0,94 kg ). Performans reproduksi (efisiensi reproduksi 115,38 ± 12,31 %, service per conception=1,200 ± 0,407 kali, dan litter ize=1,94 ± 0,28 ekor ) lebih baik (P<0,05) daripada kambing Saburai F1(efisiensi reproduksi = 113,17 ± 6,69 %, service per conception=1,80 ± 0,61 kali, an litter size=1,67 ± 0,01 ekor ). Performans produksi (nilai Daya Produktivitas induk = 28,61 ± 2,46 kg dan Indeks Produktivitas Induk =77,90 ± 11,28 kg,) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada kambing Boerawa (Saburai) Fl (Daya Produktivitas Induk = 25,69 ± 1,50 kg dan Indeks Produktivitas Induk = 70,84 ± 11,90 kg). Mutu genetik (Nilai Pemuliaan = 25,78 ± 1,89 kg dan Most Probable Producing Ability pada bobot sapih= 24,80 ± 0,63 kg ) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada kambing Saburai F1 (Nilai Pemuliaan = 22,71 ± 0,76 kg dan Most Probable Producing Ability =22,71 ± 0,71 kg). Disimpulkan bahwa performans kambing Saburai G2 lebih baik daripada Saburai Fl. ----ooo000ooo---- “Does Productivity Index of Boerawa Does and Etawa Grade Does Fed by Traditional and Rational Foodstuff” A. Dakhlan1, Sulastri2, I. Damayanti2, Budiyah2, and K. Kristianto2 Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Lampung University Balai Pembibitan Ternak Unggul-Kambing, Domba, dan Itik Pleihari Kalimantan Selatan http://repository.ipb.ac.id ABSTRACT Boerawa goat is crossbreed between Boer buck and Ettawa Grade does. This research was conducted to investigate: (a) interaction between goat breed and kind of foodstuff to does productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does, (b) the effect of goat breed on does productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does, (c) the effect of kind of foodstuff on does productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does based on their kid weaning
  • 36. weight. This research was conducted with experimental method using 20 Boerawa does and 20 Etawa grade does having two-three times of kidding period. Ten Boerawa does and 10 Etawa grade does got rational foodstuff (60% forage and 40% concentrate), and 10 Boerawa does and 10 Etawa grade does got traditional foodstuff (100% forage). Factorial (2x2) of completely randomized design with ten replications was used in this study. The result showed that there was no interaction between goat breed and kind of foodstuff to does productivity index of Boerawa does and Etawa Grade does. The result indicated also that does productivity index (40,900 kg) of Boerawa does higher (P<0,01) than does productivity index (30,996 kg) of Etawa Grade does. The result indicated also that does productivity index (41,298 kg) of goat got rational foodstuff higher (P<0,01) than does productivity index (30,598 kg) of goat got traditional foodstuff. It could be concluded that Boerawa does were more productive than Etawa Grade does. Key word: weaning weight, Boerawa does and Etawa Grade does, does productivity index ----oo00oo---- "Boerka: Kambing Unggul Silangan Boer dan Kacang" http://www.litbang.deptan.go.id Kawin silang (crossbreeding) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas ternak secara cepat. Melalui cara ini, telah dihasilkan kambing unggul Boerka, hasil persilangan pejantan Boer (tipe pedaging) dengan induk kambing Kacang (tipe prolifik, beranak banyak). Kambing hasil silangan ini lebih unggul dibanding kambing lokal, yaitu, pertumbuhannya cepat dan bobot tubuhnya lebih besar. Daya adaptasi terhadap lingkungan tropik-basah pun sangat baik. Kambing Boerka rata-rata meliliki bobot lahir 42% lebih berat dibanding kambing kacang. Bobot lahir anak jantan kambing Boerka cenderung lebih tinggi dibanding anak betina. Sejak disapih (umur 3 bulan) hingga dewasa (> 18 bulan), bobot tubuh kambing Boerka jantan rata-rata lebih tinggi 36-45% dibanding kambing Kacang, sedangkan Boerka betina lebih tinggi 26-40%. Pada umur 12-18 bulan, kambing Boerka jantan mencapai bobot tubuh 26-36 kg atau memenuhi persyaratan ekspor. Dengan demikian, kambing Boerka berpotensi dikembangkan secara komersial untuk tujuan ekspor. Tingkat pertumbuhan anak kambing Boerka prasapih rata-rata 118 g/hari, jauh lebih tinggi dibanding anak kambing Kacang yang hanya 52-70 g/hari. Laju pertumbuhan kambing Boerka
  • 37. selama pasca sapih juga lebih tinggi dibanding kambing Kacang. Pada umur 3-6 bulan, misalnya, laju pertumbuhan kambing Boerka lebih tinggi rata-rata 42% dibanding kambing Kacang. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi memungkinkan kambing Boerka mencapai bobot potong pada umur yang lebih muda. Karkas kambing Boerka lebih baik dibanding kambing Kacang, namun kandungan nutrisi maupun sifat fisik relatif sama. Mutu karkas kambing Boerka termasuk mutu I, sama dengan kambing Kacang. Daging agak lembap, tekstur lembut dan kompak, warna merah khas daging, lemak panggul tebal, dan bau spesifik. Dengan karakteristik seperti itu, daging kambing Boerka akan diterima konsumen seperti halnya daging kambing Kacang. Untuk mempercepat produksi dan penyebarluasan kambing Boerka, Loka Penelitian Kambing Potong membina kerja sama dengan pihak lain. Saat ini kerja sama dijalin dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara untuk jangka waktu 5 tahun. Melalui kerja sama tersebut, diharapkan kambing Boerka dapat memenuhi permintaan daging terutama di Sumatera Utara. --> Keragaan Kacang (kg) Boerka-1 (kg) • Bobot lahir 1.64±0.44 2.01±0.52 • Bobot badan (90 hr) 6.12±1.57 7.68±1.60 • Bobot badan (180 hr) 8.98±0.41 14.76±1.67 • Bobot badan (270 hr) 10.01±1.09 17.57±3.75 • Bobot badan (365 hr) 14.00±0.56 24.68±4.55 MENGAPA HARUS MEMELIHARA KAMBING "BOER" KARENA DAGING UNTUK MASA DEPAN
  • 38. Photo Kambing Jenis Boer. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 - 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% - 50% dari berat tubuhnya. Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari. KARAKTERISTIK KAMBING BOER JANTAN Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah
  • 39. hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput. Kambing Boer jantan dapat menjadi hewan yang jinak, terutama jika terus berada di sekitar manusia sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat badan 120 - 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun). Mereka suka digaruk dan digosok di bagian belakang telinganya, hingga punggung dan sisi perutnya. Mereka dapat mudah ditangani dengan memegang tanduknya. Mereka dapat juga dilatih dituntun dengan tali. Namun, sebaiknya jangan mendorong bagian depan kepalanya karena mereka akan menjadi agresif. Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 - 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar satu tahun. Boer jantan dewasa (2 - 3 tahun) dapat melayani 30 - 40 betina. Disarankan agar semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 - 8 tahun. KARAKTERISTIK KAMBING BOER BETINA Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 - 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 - 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga, bahkan empat. Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ - 3½ bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut "flagging". Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 - 8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 - 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk. PERKAWINAN SILANG DENGAN KAMBING LOKAL Kambing lokal yang dipelihara di Indonesia berasal dari berbagai varietas kambing jenis perah. Jika Boer jantan dikawinkan dengan kambing lokal, baik secara alam atau dengan inseminasi buatan, hasil persilangannya (F1) yang memiliki 50% Boer sangatlah mengagumkan. Keturunan F1 ini akan membawa kecenderungan genetik yang kuat dari Boer. Besarnya tubuh dan
  • 40. kecepatan pertumbuhannya akan tergantung pada besarnya kambing lokal yang dikawinkan. Tergantung dari ransum pakannya, hasil silangan jantan dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45 kg dalam waktu enam sampai delapan bulan, dengan peningkatan jumlah daging pada karkas lebih banyak dari yang dihasilkan anak kambing lokal dengan umur yang sama. Penting untuk dipahami bahwa protein membentuk otot. Penggunaan jagung, tanaman leguminosa dan rumput lokal merupakan sumber protein alami yang sangat bagus. Pada umur satu minggu, anak kambing harus disediakan pakan dari sumber yang sama dengan induknya. Meskipun mereka masih menyusu induknya, mereka akan mulai makan hijauan pada umur sangat muda. AIR MINUM TERSEDIA SETIAP SAAT ADALAH PENTING baik untuk induk maupun anaknya. Kami menganjurkan peternak untuk mengkastrasi/ mengebiri semua persilangan Boer jantan. Hal ini akan mengurangi perkawinan yang tidak direncanakan dan untuk menghasilkan ternak dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi dalam mempersiapkan mereka untuk dijual sebagai pedaging. Pada umur 6 - 8 bulan, kambing Boer jantan sudah siap untuk dipasarkan. Betina 50% Boer dapat didaftarkan (diregistrasikan) ke Registrasi Kambing Boer Indonesia (Indonesia Boer Goat Registry) dan akan memperoleh Sertifikat untuk membuktikan garis keturunan (bloodlines) mereka. Pada saat kambing betina 50% Boer ini berumur kira-kira satu tahun, tergantung pertumbuhannya, ia dapat dikawinkan dengan pejantan Boer dari garis keturunan yang berbeda dengan ayahnya. Anak-anak yang lahir dari 50% Boer akan menjadi 75% Boer (F2). Kambing jantan 75% Boer hendaknya dikastrasi /dikebiri dan dijual untuk dagingnya. Betina 75% Boer, saat berumur satu tahun, dapat dikawinkan dengan pejantan Boer dari garis keturunan yang berbeda dengan ayah atau kakeknya. Ia akan menghasilkan anak-anak 88% Boer (F3). Generasi selanjutnya (F4) adalah 94% Boer dan generasi kelima (F5) adalah 97% Boer. Pada generasi kelima (97%) sertifikat registrasinya akan menunjukkan ternak tersebut sebagai "Kambing Boer Bangsa Murni" ("Purebred Boer Goat"). Istilah "Kambing Boer Bangsa Murni" akan digunakan oleh Registrasi Kambing Boer Indonesia jika seekor kambing sudah mencapai paling tidak generasi kelima baik dari sisi induk maupun pejantan berdasarkan catatan silsilahnya. Istilah "Breed-up" akan digunakan jika jenis kambing lain disilangkan dengan pejantan Boer, dan setiap generasi berikutnya selalu dikawinkan dengan pejantan kambing Boer. Setiap betina breed-up dapat diregistrasi. Pejantan HANYA dapat diregistrasi jika sudah mencapai generasi kelima (97%) dan disebut sebagai "Boer Bangsa Murni" dan digunakan sebagai bibit. REGISTRASI KAMBING BOER INDONESIA Untuk memperoleh Registrasi Kambing Boer secara Nasional (Boer Goat National Registry) adalah sangat penting. Setiap Kambing Boer Bangsa Murni, dan juga Boer silangan akan memiliki nilai tersendiri karena mereka masing-masing memiliki Sertifikat Pengenal sendiri yang menunjukkan bukti garis keturunan dan silsilah Boer mereka. Setiap breed-up menghasilkan kambing betina yang lebih berharga. Setelah generasi kelima, baik persilangan jantan maupun betina dapat diregistrasi sebagai "Boer Bangsa Murni". Dengan demikian, para peternak di Indonesia sekarang dimungkinkan untuk memiliki baik Kambing Boer Bangsa Murni maupun silangannya. Kelompok kambing Boer Bangsa Murni Ter-registrasi yang ada di Malang saat ini, diimpor dari Australia. Mereka aslinya berasal dari kelompok kambing kualitas unggulan teratas di Afrika Selatan. Mereka disumbangkan oleh Latter-Day Saint Charities (LDSC) kepada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Mereka mewakili enam garis keturunan kualitas atas yang
  • 41. berbeda. Kelompok genetik yang besar ini tersedia untuk peternak Indonesia maupun negara- negara lain di Asia. Semen kambing Boer, dan ternak hidup akan siap untuk dijual pada tahun 2005. Semuanya akan dilengkapi sertifikat registrasi yang dikeluarkan oleh Perbibitan Kambing Boer Indonesia (Indonesia Boer Goat Breeders). "Industri Kambing Boer Indonesia memiliki masa depan yang positif dan cerah. Dengan pengenalan Kambing Boer ke Indonesia, hal ini berarti peternak sekarang dapat menghasilkan ternak pedaging kualitas teratas dalam waktu lebih singkat dengan jumlah daging lebih banyak. Pangsa pasar untuk daging kambing, baik pasar lokal atau internasional terbuka sangat lebar." Posted by ahmad sutikno at 9:17 PM No comments: Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest Mengenal Jenis Kambing, siapa tau jadi Juragan Kambing... 1. Kambing Kacang Kambing ini asli dari Indonesia dan memiliki ciri badan kecil, pendek, telinga pendek, tegak, leher pendek, punggung meninggi, bertanduk, baik jantan atau betina, tinggi badan 55-65 cm dan bobot hidup jantan sekitar 25 kg dan betina sekitar 20 kg 2. Kambing PE (Peranakan Etawah) Kambing ini merupakan persilangan kambing Kacang dengan kambing Etawah. Memiliki tanda-tanda antara lain telinga panjang 18-30 cm, bobot hidup dewasa jantan mencapai 40 kg dan betina sekitar 35 kg. Tinggi punggung berkisar antara 76-100 cm, pada jantan bulu bagian atas dan bawah leher, pundak, lebih tebal dan agak panjang, sedangkan pada betina hanya bagian paha yang lebih panjang. Warna kambing ini bervariasi dari coklat sampai hitam. 3. Kambing Marica
  • 42. Kambing Marica banyak terdapat di Pulau Sulawesi, tubuhnya lebih kecil dari kambing Kacang dan diduga masih satu keturunan dengan kambing Kacang. 3. Kambing Gembrong Kambing ini banyak terdapat di Pulau Bali, tubuh lebih besar dari kambing Kacang dan mempunyai bulu yang panjang terutama yang jantan. Selain kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai penghasil susu atau kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu walaupun produktivitasnya rendah, namun harga susu kambing lebih mahal dibanding susu sapi. Berikut ini beberapa contoh kambing tipe perah : 1. Kambing Saanen Kambing Saanen berasal dari Lembah Saanen Switzerland, memiliki tanda-tanda baik jantan maupun betina tidak bertanduk, warna putih atau krem pucat/muda, hidung, telinga dan ambing belang hitam, dahi lebar, telinga sedang dan tegak. Gambar 1. Kambing Saanen 2. Kambing Etawah (Jamnapari) Kambing Etawah asli atau dikenal dengan kambing Jamnapari berasal dari daerah Jamnapari India dengan ciri-ciri hidung melengkung, telinga panjang (30 cm) terkulai, kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Pada jantan dan betina bertanduk dengan tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, dan yang betina dewasa antara 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa sekitar 68-91 kg dan betina dewasa 36-63 kg. Rataan produksi susu ± 3 liter/ekor/hari dengan ambing relatif besar dan
  • 43. panjang seperti botol. Gambar 2. Kambing Etawah (Jamnapari) 3. Kambing Alpine Kambing ini ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, tubuhnya besar dan tingginya sama dengan kambing Saanen. Warna bulu bermacam- macam dari putih sampai kehitam-hitaman dengan warna muka ada garis putih di atas hidung. Kambing ini sebagai kambing penghasil susu. Gambar 3. Kambing Alpine 4. Kambing (Anglo)-Nubian Kambing Anglo Nubian atau sering disebut kambing Nubian memiliki bulu yang pendek, berkaki panjang dan dapat menyesuaikan diri di daerah panas. Kambing ini merupakan kambing yang subur (beranak kembar) dan ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
  • 44. Gambar 4. Kambing (Anglo)-Nubian Untuk memilih kambing calon bibit, sebaiknya peternak mengenal ciri-ciri calon bibit baik pada jantan maupun betina. Calon bibit jantan hendaknya memiliki tubuh yang sehat, besar (sesuai umur), relatif panjang dan tidak cacat. Dada dalam dan lebar, dengan kaki lurus dan kuat serta tumit tinggi. Penampilan gagah, aktif dan besar nafsu kawinnya. Buah zakarnya normal (2 buah sama besar), alat kelamin kenyal, dan dapat ereksi. Kambing yang digunakan untuk bibit sebaiknya dari keturunan kembar. Bulu bersih dan mengkilat. Seperti halnya pada jantan, betina calon bibit juga harus sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, kaki lurus dan kuat dan alat kelamin normal. Sebaiknya dipilih kambing yang mempunyai sifat keibuan dan memiliki ambing normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi). Sebaiknya dipilih dari keturunan kembar. Bulu bersih dan mengkilat. Dalam memilih calon bibit, hindari ternak cacat atau tidak normal antara lain rahang atas dan bawah tidak rata, tanduk tumbuh melingkar menusuk leher, hanya mempunyai satu buah zakar, atau mempunyai dua buah tapi besarnya tidak sama, terdapat infeksi atau pembekakan pada ambing/buah susu (untuk betina), kaki berbentuk huruf X atau pengkor, buta atau rabun, untuk mengetahui ternak buta atau tidak, maka tunjuk-tunjuklah dengan jari telunjuk didepan matanya, apabila ada reaksi mengedipkan mata, maka ternak tidak buta, ternak majir/mandul. Selain itu, peternak juga harus mampu menentukan umur kambing. Pendugaan umur dapat dilakukan dengan melihat jumlah gigi seri tetap yang tumbuh. Bila seri tetap belum ada, maka kambing masih berumur kurang dari satu tahun. Apabila sudah tumbuh gigi seri tetap sebanyak satu pasang (dua buah), maka diperkirakan berumur 1-2 tahun. Bila terdapat dua pasang berumur 2-3 tahun, tiga pasang berumur 3-4 tahun dan empat pasang berumur antara 4-5 tahun. Apabila gigi seri tampak sudah mulai aus atau lepas, maka kambing tersebut sudah berumur lebih dari 5 tahun. Gambar 5. Kambing Boer sebagai pejantan unggul Jika akan mengawinkan kambing, maka ternak betina dalam keadaan birahi dan sehat. Ternak kambing jantan dan betina harus dikumpulkan dalam satu kandang kawin. Perkawinan dapat terjadi 2 atau 3 kali tetapi apabila ternak betina tidak mau dikawinkan lagi, berarti ternak betina tersebut telah bunting dan harus dipisahkan dengan ternak jantan. Ternak betna yang bunting mempunyai ciri-ciri : Nampak lebih besar, lebih gemuk dibagian
  • 45. perutnya, bulu makin mengkilap, ambing susunya makin membengkak dan menjadi besar, begutu pula dengan puting susunya. PAKAN DAN PEMBERIANNYA Pakan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, seperti produksi (tumbuh besar, gemuk dan susu) dan untuk bereproduksi (kawin, bunting, beranak, menyusui). Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhannya dan jumlahnya disesuaikan dengan status fisiologis ternaknya. Sebagai patokan umum yaitu 10% bahan segar atau 3% bahan kering dihitung dari bobot badannya. Contoh bila bobot hidup kambing 25 kg maka pemberian hijauan segar sekitar 2,5 kg atau 0,75 kg hijauan kering. Pakan untuk kambing dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sumber energi, sumber protein dan sumber mineral. Sumber energi antara lain biji-bijian : jagung, sorghum, dedak padi, dedak gandum, dedak jagung, ketela rambat, singkong, onggok, rumput-rumputan dan jerami padi. Bahan pakan yang merupakan sumber protein antara lain jenis leguminosa glirisidia, turi, lamtoro, centrosema, sisa pertanian seperti : daun kacang, daun singkong, bungkil kedelai, biji kapas, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain. Sebagai sumber mineral dapat ditambahkan garam atau mineral mix. Air minum harus tersedia di dalam kandang. Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat dibudidayakan. Penanaman dapat dilakukan di areal yang tidak dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, seperti di galengan/pematang sawah pinggir jalan, tanah desa, dilereng atau bahkan dapat ditanam sebagai pagar hidup, dan di area tanam sebagai monokultur. Berbagai jenis hijauan yaitu rumput (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja dan lain sebagainya). Selain itu jenis hijauan lain yaitu leguminosa (daun, kacang- kacangan, lamtoro, turi, glirisidia, kaliandra, albasia dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, jerami kacang tanah, jerami kacang kedelai, jerami jagung dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan kambing. Gambar 6. Pohon Gamal, Pohon Turi dan Pohon Lamtoro Dalam pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak. Pada kambing dewasa, pemberian pakan rumput dan leguminosa dapat diberikan dengan perbandingan 3:4. Namun bila ternak dalam keadaan bunting, sebaiknya perbandingan 3:2. Lain halnya bila kambing sedang menyusui, perbandingan sebaiknya 1 : 1. Anak kambing lepas sapih diberikan rumput dan daun leguminosa dengan perbandingan 3:2. Hindari pemberian hijauan yang masih muda, jika terpaksa digunakan
  • 46. hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam untuk menghindari terjadinya bloat (kembung) pada kambing. Pakan sebaiknya diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), dan diberikan juga air minum dan garam beryodium secukupnya. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dkawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur berupa campuran dedak, ampas tahu dan bahan lain yang ada didaerahnya sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari. Bahan pakan berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah seperti membuat silase atau hay. Jerami padi, kacang-kacangan, limbah pertanian lainnya juga dapat diawetkan sebagai pakan kambing disaat musim kemarau. TATA LAKSANA Kandang Kandang terbuat dari bahan yang kuat, harga murah dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi. Kandang harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah). Sebaiknya dibuat kandang dalam bentuk kandang panggung dengan sekat yang dapat bongkar pasang dan lantai dari bambu atau papan. Dibelakang kandang dibuat penampungan kotoran dan sisa pakan. Sebagai patokan ukuran luas kandang adalah, jantan dewasa dibutuhkan 1,5m2 , betina dewasa 1 m2 , betina menyusui 1,5m2 ,, anak dan kambing muda 0,75m2 . Usahakan ada lampu penerang yang dipasang didalam kandang. Selain itu, di dalam kandang juga disediakan tempat pakan dan minum. Gambar 7. Model kandang panggung untuk ternak kambing Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari kandang panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, kuman dan parasit serta jamur dapat ditekan. Namun demikian beberapa kelemahan dari kandang panggung antara lain biaya relatif mahal, resiko ternak terperosok/jatuh dan kandang memikul beban ternak lebih berat. Pengelolaan Reproduksi Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun. Hal-hal yang harus