Strategi Nutrisi pada PJB dan pertumbuhan pada neonatus dan bayi dengan penyakit jantung bawaan .pptx
1. Strategi Terbaru untuk Optimalisasi Nutrisi dan
Pertumbuhan pada Neonatus dan Bayi dengan
Penyakit Jantung Bawaan
2. Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan
(PJB)
9 per 1.000 kelahiran hidup
• Disfungsi intestinal
• Gizi buruk
• Gagal tumbuh
• ↑ Demand metabolik
• ↓ Intake kalori
• Malabsorpsi
• Faktor genetic
• Restriksi cairan
Ketidakseimbangan energi
Perbaikan gizi penting untuk
Pertumbuhan
Penyembuhan luka
Fungsi miokard dan vaskular
Mengurangi lama rawatan
Mengurangi risiko infeksi
nosokomial
Meningkatkan outcome
neurodevelopmental
3. Tatangan Nutrisi pada Pasien PJB
Peningkatan kebutuhan
metabolik pada PJB disebabkan
oleh kombinasi dari:
Hipoksia kronik
Peningkatan kerja
kardiorespiratorik
Kongesti vena
Peningkatan tekanan a.
pulmonal
Sekresi katekolamin
Intake kebutuhan energi dapat bervariasi dari
130-150 kkal/kg/hari hingga 175-180 kkal/kg/hari
bergantung pada jenis PJB
Gizi buruk preoperatif pada anak dengan PJB dapat
mempengaruhi proses rehabillitasi post-operatif
Penyembuhan
luka operasi
terlambat
Disfungsi
miokard
Kerusakan
endotel
↓ Fungsi
otot
↑ Risiko
infeksi
post-
operatif
4. Mekanisme Hemodinamik yang Mempengaruhi Gizi dan
Kegagalan Pertumbuhan
Hipoksia
DORV
TGA
TOF
PA/PS
APVR
cAVO
Hipoperfusi
AI
CoA
cAVO
TA
HLHS
PDA
Oversirkulasi
VSD
ASD
CASD
Truncus arteriosus
6. Gizi Buruk pada Pasien PJB
• Hipoksemia gangguan BB dan TB
Malnutrisi berkaitan dengan pirau
kanan ke kiri (R to L)
• Malabsorpsi
• Intoleransi makan
• Iskemia intestinal
Ketidakseimbangan sirkulasi ↓
aliran darah mesentrium
• Oversirkulasi pulmonal: takipneu,
hepatomegaly, takikardia
•↑ Kebutuhan metabolik (kombinasi
diuretik) kegagalan pertumbuhan
Pirau kiri ke kanan yang besar (L to
R)
•↓ SaO2 dan aliran darah
gangguan deliveri O2 disfungsi
organ target akut (oksigenasi
mesentrium terganggu)
Obstruksi pada aliran darah sistemik
PJB Sianotik PJB Asianotik
7. Prematuritas, BBLR dan Anomali Genetik
Hambatan pertumbuhan dapat proporsional dengan derajat HP dan/atau hipoksia
Definisi baru LBW untuk operasi jantung: <2 kg
Perubahan harus dimonitor 1x/minggu pada bayi prematur
30% PJB disebabkan oleh kelainan kromosom, genetic ataupun yang lainnya
Hambatan pertumbuhan pada bayi prematur memiliki coupling arterial-ventricular
maladaptif
8. Hambatan Klinis
Perburukan status
klinis
Kegagalan ekstubasi
Kebutuhan MV atau
alat bantu napas
Posisi chest tubes
atau CVC
Infeksi / demam
Masalah pencernaan
(intoleransi makan /
muntah, distensi
abdomen, feses
berdarah)
Masalah
pengisapan/menelan
Kelelahan kronik
Dismotilitas pita
suara
Sindrom genetik
Anomali non-kardiak
yang menyertai
Penyebab yang tidak
diketahui
Pemberian makan sering dihentikan sementara, dikurangi, atau ditunda dengan alasan berikut:
9. Necrotizing enterocolitis (NEC)
Faktor yang berkontribusi terhadap
kejadian NEC pada pasien PJB
CO rendah gangguan aliran
darah mesentrium
Aliran darah terhambat pada lesi
duct-dependent
Diastolic run-off dari pirau
Peningkatan volume makan
secara cepat
Interupsi atau
keterlambatan yang sering
Pemanjangan periode
puasa atrofi vilus
intestinal dan gangguan
microbiota risiko NEC
Insidensi NEC paada neonatus dengan PJB:
2%-8% dan dapat meningkat hingga 20%
Guideline dan
rekomendasi
terstandarisasi pada
bayi prematur
↓ Insidensi NEC
10. Tanda Bahaya NEC
Hipotensi selama infus
inotropik
Apnea
(>2 dalam 2 jam
berkaitan dengan
distress napas dan
perburukan)
Disseminated
Intravascular
Coagulation (DIC)
Asidosis berat
(pH < 7.15 selama >2
jam; EB > 10 mmol/L)
Hipoksia persisten
(PaO2 < 40 selama >2
jam)
Tanda klinis abdomen
yang mengarah ke
NEC
Muntah atau drainase
lambung berwarna
seperti empedu
Darah pada feses atau
tidak adanya defekasi
13. Manfaat Penggunaan Protokol Pemberian Makan pada
Bayi dengan PJB
Meningkatkan pemberian makan enteral postoperatif
Mengurangi penggunaan nutrisi parenteral (PN)
Penggunaan tabung nasogastric dan gastric yang lebih
sedikit
• Seperti onset NEC, lama rawatan dan mortalitas
Peningkatan BB dan outcome
14. Kebutuhan Nutrisi Total
Intake energi
• Kalorimetri indirek (IC) alat paling
akurat untuk menghitung REE pada PJB
• Gunakan persamaan Schofield atau WHO
bila IC tidak tersedia
• Intake energi tidak boleh melebihi REE
pada fase akut
Intake protein
• Protein perbaikan dan pertumbuhan
jaringan, fasilitasi penyembuhan luka,
modulasi respon inflamasi, menjaga
massa otot rangka
• Intake minimal: 1,5 g/kg/hari hingga max 3
g/kg/hari pada bayi dengan kondisi berat
<2 tahun
• Intake protein enteral berhubungan
dengan perkembangan otak yang lebih
baik dibandingkan nutrisi parenteral
15. Nutrisi Parenteral
PN direkomendasikan
secepat mungkin
• Terutama saat dukungan
enteral melebihi
cadangan metabolik
• Dapat dilakukanpada
kasus tahap pasca
operasi awal, pasien
dengan MV, atau
masalah pencernaan
Indikasi penggunaan
intralipid IV
• Pada anak dengan
pemberian makan
enteral yang tidak cukup
cegah defisiensi asam
lemak
• MLE (kaya Ꙍ-3) lebih
dipilih dibandingkan SLE
(hanya kaya Ꙍ-6)
Penundaan pemberian
nutrisi parenteral
• Pada bayi yang sakit
berat saat pemberian
mikronutrien IV selama 1
minggu dikaitkan dengan
infeksi yang lebih sedikit,
durasi rawatan di ICU
dan rumah sakit lebih
pendek
16. Nutrisi Enteral
Jenis Pemberian Makan
Pemberian makan minimal (MEF): 10-20
mL/kg/hari ↓ risiko NEC
Makanan tropic ↓ morbiditas terkait
infeksi
ASI direkomendasikan pada bayi aterm
dan preterm
Formula high-energy: ↑ BB, tetapi ↑
intoleransi makan
Rute Pemberian
Oral, bila memungkinkan (↓ lama
rawatan dan infeksi)
OGT/NGT: pengganti bila terdapat
masalah pernapasan
Nasojejunal tube: refluks
gastroesofagus (+)
Insersi PEG bila terdapat gangguan
koordinasi mengisap, menelan, dan
bernapas
17. Kesulitan Jangka Pendek dan Panjang setelah Operasi Jantung
Silothoraks (hingga 5% kasus)
• Tatalaksana: air susu yang telah dihilangkan lemaknya (low fat breask milk/LFBM)
Paralisis/paresis saraf pasca operasi
Vocal cord palsy (1.1% - 100%)
Kegagalan pertumbuhan
18. Kesimpulan
Algoritma
• Memandu klinisi
untuk optimalisasi
pertumbuhan pada
bayi dengan PJB
(pada periode pre-
dan post-operatif)
Tim multidisiplin
• Meningkatkan
status gizi
• Menyediakan
protokol
terstandarisasi dan
strategi dalam
menangani
intoleransi makan
Program pendukung
keluarga
• Membantu
keluarga mengatasi
kecemasan
• Meningkatkan
kepercayaan diri
dan skill orangtua
untuk
meningkatkan
status gizi anak
Penilaian berkala
• Penilaian gizi dan
pertumbuhan
selama follow up
• Intervensi dini bila
terdapat failure to
thrive
19. Penilaian Status Gizi pada Anak dengan
Penyakit Jantung Bawaan: Sebuah Studi
Komparatif
20. Pendahuluan
Penyakit Jantung Bawaan
(PJB)
Denise et al
0,6 per 1.000 kelahiran
hidup (1930) 9,1 per
1.000 kelahiran hidup
Chinawa et al
0,22% dari 31.795 anak
yang mendatangi klinik
rawat jalan
Nutrisi yang adekuat
• ↑ Perkembangan fisik
dan mental
• Performa akademik
• Kesehatan anak
hingga dewasa
Malnutrisi
↓ Massa tubuh (otot
jantung)
Gangguan fungsi miokard
dan paru
• Intake inadekuat
• ↑ Laju metabolik
• Hipoksia
21. Metode
Desain penelitian
• Komparatif, cross-sectional
• Anak dengan PJB yang datang ke klinik kardiologi dan memenuhi kriteria inklusi
Antropometri
• BB: timbangan
• TB anak dan remaja: stadiometer
• TB bayi: infantometer
Penilaian status gizi
• Software Anthro WHO: menghitung BB/U, TB/U, BB/TB
• IMT = BB (kg) / TB (m2)
• Klasifikasi IMT: underweight (p5), BB sehat (p5 – p85), overweight (p85 -<p95), obese
(≥p95)
• BSA (formula Mostellers) = [TB (cm) x BB (kg) / 3600]1/2
22. Metode
Lokasi
• RS Pendidikan
Universitas
Nigeria
• Niger Delta
Universitas
Batelsa
• Blessed Children
Hospital Enugu
• RS Enugu Triple
Care
Peserta
• Anak usia 1
minggu hingga 22
tahun yang datang
ke klinik jantung
pada RS yang
diteliti
• Populasi kontrol:
anak yang sehat
sesuai usia dan
jenis kelamin
Persetujuan
• Diberikan oleh
orang tua/
pengasuh anak
Analisis statistik
• Variabel kategorik:
jenis kelamin,
status gizi (%)
• Perbedaan
proporsi: chi-
square
• Perbedaan rata-
rata: student t-test
23. Hasil
Distribusi berdasarkan jenis kelamin
Distribusi berdasarkan usia
Total peserta: 547 anak
291 anak
dengan PJB
256 anak
tanpa PJB
78,4% PJB asianotik
21,6% PJB sianotik
Mayoritas anak berusia <5 tahun
• Balita: 1-60 bulan
• Anak: 61-120 bulan
• Remaja: 121-216 bulan
24. Hasil
Rerata BB (kg), TB/PB (cm), IMT (kg/m2)
BB/PB anak dengan defek sianotik lebih
tinggi dibandingkan defek asianotik
96.9 (27.1) vs. 86.9 (32.0) cm
BB rerata lebih tinggi pada
perempuan (14,2 kg)
dibandingkan pria (12,2 kg)
(p 0,04)
TB/PB rerata lebih tinggi
pada perempuan (93,5 cm)
dibandingkan pria (85 cm)
(p 0,02)
IMT pada anak
perempuan dan
laki-laki serupa
(p 0,09)
25. Hasil
Status gizi berdasarkan TB/U
38,5 (112/191) anak dengan
PJB mengalami wasting
(IMT/U <-2SD)
37,8% (107/291) anak dengan
PJB mengalami stunting
(TB/U <-2SD)
Status gizi berdasarkan IMT/U
26. Hasil
Status gizi pada kelompok usia berbeda berdasarkan IMT/U
42.9% (96/224) pasien
PJB berusia <5 tahun
mengalami wasting
(P <0,001)
4,2% (8/192) pasien
PJB berusia <5 tahun
mengalami obese
(P <0,001)
27. Hasil
Status gizi berdasarkan TB/U
16,5% (37/224) anak dengan
PJB berusia <5 tahun
mengalami stunting
26,3% (59/224) anak dengan
PJB berusia <5 tahun berada
pada kondisi stunting berat
28. Diskusi
Wasted
Anak dengan PJB:
38,5%
Anak tanpa PJB:
6,25%
Stunting
Anak dengan PJB:
37,8%
Anak tanpa PJB:
7%
Basheir et al
84%
Turkey
85% India Selatan
59%
Nigeria
90,4%
Batte et al
Wasting 31,5% dan
stunting 45,4%
Okoroma et al
Wasting 41,1% dan
stunting 28,8%
Prevalensi yang serupa dengan studi ini
Studi lain dengan prevalensi yang lebih tinggi
Hasil penelitian ini
29. Hasil
Tren penurunan prevalensi dapat
terjadi karena
Rehabilitasi gizi
Peningkatan kesadaran
Peningkatan frekuensi diagnosis
PJB
• Stunting dihubungkan dengan PJB
asianotik, sedangkan wasting
dihubungkan dengan PJB sianotik
Basheir et al
• Wasting lebih sering terjadi pada lesi
pirau kiri ke kanan
• Perbedaan dapat dijelaskan oleh
hipoksia kronis yang terjadi pada pada
pirau kanan ke kiri dengan hipertensi
pulmonal yang memanjang
Okoromah et al
30. Diskusi
Rerata BB dan TB/PB lebih
tinggi pada pasien
perempuan
Anak perempuan
memiliki BSA yang
lebih kecil
Anak dengan PJB <5 tahun
lebih rentan terhadap
malnutrisi
Pada penelitian ini,
intervensi bedah
ilakukan lebih lambat
malnutrisi
Sequele pada anak dengan
PJB <5 tahun
Hipoksia progresif
Hipertensi pulmonal
Perbalikal pirau
31. Diskusi
PJB sianotik
• BB/PB lebih tinggi
dibandingkan PJB
asianotik
• Anak dengan PJB
mengalami stres
metabolik, iskemia,
reperfusi, hipoksia kronik
Overweight dan obesitas
pada
• Penelitian ini: 3,8% dan
1,4%
• Amerika Serikat: 25%
obesitas dan overweight
• Belgia: 7,6% (remaja)
Restriksi aktivitas fisik dan
rehabilitasi gizi yang
berlebihan
• Meningkatkan BB
terutama pada bayi: ↑
kalori dan makanan tinggi
lemak dan natrium
Alat skrining status gizi: IMT
(studi populasi dan epidemiologi)
Diagnosis stunting menggunakan TB/U
dan IMT untuk overweight dan
obesitas
32. Kesimpulan
Dampak lebih buruk terlihat pada anak usia <5 tahun
Wasting: PJB sianotik >>>
Overweight dan obese:
lebih buruk pada anak tanpa PJB
Berbagai derajat malnutrisi
Anak dengan PJB
33. CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik
THANK YOU