Dokumen tersebut membahas tentang pusat pertanggungjawaban dalam sistem pengendalian manajemen, khususnya pusat pendapatan. Dibahas mengenai definisi dan sifat pusat pertanggungjawaban, hubungan antara input dan output, pengukuran input dan output, efisiensi dan efektivitas, serta jenis-jenis pusat pertanggungjawaban seperti pusat pendapatan, biaya, laba, dan investasi.
1. Mata Kuliah
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Materi:
PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN:
PUSAT PENDAPATAN
(RESPONSIBILITY CENTERS: REVENUE CENTER)
Fakultas/Jurusan
EKONOMI / AKUNTANSI
TATAP MUKA KE: 3
Penyusun:
SABARUDIN MUSLIM
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2009
- 1 -
2. PUSAT PENDAPATAN
Pengendalian manajemen memfokuskan diri pada perilaku para manajer
pada pusat-pusat pertanggungjawaban. Pengendalian manajemen memfokuskan
diri pada perilaku para manajer pada pusat-pusat pertanggungjawaban. Pusat
pertanggungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer
yang pertanggungjawaban terhadap aktivitas yang dilakukan. pada hakikatnya,
perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban, yang
masing-masing direpresentasikan oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi.
Pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut kemudian membentuk suatu hierarki.
pada tingkatan terendah adalah pusat-pusat untuk seksi-seksi, pergeseran kerja
(workshift) dan unit organisasi kecil lainnya. Departemen bisnis yang memiliki dari
beberapa unit organisasi yang lebih kecil, menduduki posisi yang lebih tinggi
dalam hierarki. Dari sudut manajer senior dan dewan direksi, perusahaan secara
keseluruhan merupakan pusat pertanggungjawaban, meskipun istilah ini biasanya
berkenaan dengan unit-unit dalam perusahaan.
Sifat Pusat Pertanggungjawaban
Pusat-pusat pertanggungjawaban muncul guna mewujudkan satu atau
lebih tujuan, yang disebut objective (tujuan jangka pendek). Perusahaan secara
keseluruhan memiliki goal (tujuan jangka panjang), dan manajer senior menentu-kan
sejumlah strategi untuk mencapai goal tersebut. Fungsi berbagai pusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan adalah untuk mengimplementasikan
strategi tersebut. Karena setiap organisasi merupakan sekumpulan pusat pertang-gungjawaban,
jika setiap pusat pertanggungjawaban telah memenuhi objective,
maka goal organisasi tersebut juga telah tercapai.
Gambar 3-1 menggambarkan cara kerja setiap pusat tanggung jawab.
Pusatpusat tanggung jawab menerima masukan, dalam bentuk material-material,
kerja, dan jasa-jasa. Dengan menggunakan kapital (seperti, inventaris), perleng-kapan
dan aset-aset lainnya, pusat pertanggungjawaban bekerja dengan fungsi-fungsi
tertentu, dengan tujuan objektifnya adalah untuk mentransformasikan input
menjadi output; baik yang bersifat nyata (seperti: barang-barang) atau bersifat
tidak nyata (seperti: jasa). Dalam sebuah pabrik, outputnya berbentuk barang.
Dalam unit-unit staf, seperti sumber daya manusia, transportasi, rekayasa,
pencatatan dan administrasi, maka outputnya berbentuk jasa.
- 2 -
3. GAMBAR 3-1. Pusat Pertanggungjawaban
Input Output
PROSES
Produk-produk (seperti barang dan jasa) yang dihasilkan oleh sebuah
pusat pertanggungjawaban bisa saja kemudian diserahkan ke pusat pertanggung-jawaban
yang lain, di mana mereka kemudian menjadi input, stall juga bisa di-lempar
ke pasar, di mana mereka kemudian menjadi output organisasi perusaha-an
secara keseluruhan. Pendapatan adalah jumlah yang diperoleh dari proses
penyediaan output.
Hubungan antara Input dan Output
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan-hubungan
yang optimum antara input dan output. Di sejumlah pusat pertanggungjawaban,
hubunganhubungan itu bersifat timbal balik dan langsung, sebagaimana di depar-temen
produksi, di mana input bahan-bahan mentah menjadi bagian fisik dari
barangbarang jadi. Di sini, pengendalian berfokus pada penggunaan input
minimum yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang dibutuhkan menurut
spesifikasi tepat dan standar yang berkualitas, tepat pada waktunya, dan dengan
jumlah yang diminta.
Akan tetapi dalam sejumlah situasi, input tidak secara langsung berkaitan
dengan output yang dihasilkan. Biaya pengiklanan adalah input yang ditujukan
unhik meningkatkan hasil penjualan; namun karena penghasilan juga dipengaruhi
sejumlah faktor lain selain iklan, maka kaitan antara meningkatnya biaya iklan
dengan meningkatnya penghasilan tidak selalu tampak dan lagipula keputusan
manajemen untuk meningkatkan pengeluaran untuk iklan tampaknya lebih
berbasis pada penilaian subjektif daripada berdasarkan data. Sementara itu,
dalam litbang, hubungan antara input dan output bahkan lebih bersifat kabur; hasil
dari litbang yang dilakukan pada masa sekarang barangkali tidak bisa diketahui
selama beberapa tahun dan jumlah optimum yang harus dibelanjakan oleh
sebuah perusahaan untuk litbang tidak bisa ditentukan.
- 3 -
Sumber Daya
Yang digunakan,
diukur dari biaya
Barang
atau Jasa
Modal
4. Mengukur Input dan Output
Banyak dari jumlah input yang digunakan oleh pusat-pusat pertanggung-jawaban
dapat dinyatakan sebagai ukuran-ukuran fisik-jumlah jam kerja, jumlah
liter minyak, rim kertas, listrik kilowatt per jam. Dalam sistem pengendalian
manajemen, satuansatuan kuantitasnya kemudian diterjemahkan dalam bentuk
uang; uang merupakan sebutan umum yang memungkinkan nilai berbagai sumber
daya yang beragam untuk digabungkan dan dikombinasikan. Nilai uang dari input
yang dimasukkan biasanya dihitung melalui kuantitas fisik dengan harga per unit
(yaitu: jumlah jam kerja per jamnya). Jumlah uang inilah yang disebut sebagai
"biaya"; dengan cara inilah biasanya input yang dimasukkan ke pusat pertang-gungjawaban
diwujudkan. Biaya adalah sebuah ukuran dalam bentuk uang bagi
sejumlah sumber daya yang digunakan oleh sebuah pusat pertanggungjawaban.
Yang perlu dicatat di sini adalah sumber daya yang dipergunakan oleh
pusat pertanggungjawaban. Pasien-pasien di rumah sakit atau seorang pelajar di
sebuah sekolah bukanlah sebuah input. Lebih tepatnya, input adalah sumber daya
yang digunakan oleh sebuah rumah sakit atau sebuah sekolah untuk mencapai
tujuannya dalam memperlakukan pasien-pasien atau dalam mendidik para pelajar.
Adalah lebih mudah untuk mengukur biaya input daripada untuk
menghitung nilai output. Sebagai contoh, pendapatan per tahun barangkali me-rupakan
alat ukur penting bagi output sebuah organisasi perusahaan yang ber-orientasi
laba, akan tetapi angka itu tidak mengekspresikan seluruh kinerja
organisasi perusahaan selama tahun yang sama. Input semacam aktivitas litbang,
pelatihan sumber daya manusia, periklanan dan promosi penjualan juga belum
tentu mempengaruhi output dalam tahun yang bersangkutan. Kita juga tidak
mungkin mengukur secara akurat nilai kerja yang dilakukan oleh bagian humas,
bagian pengendalian kualitas atau stafhukum perusahaan. Dalam organisasi-organisasi
nirlaba, barangkali juga tidak ada tolok ukur output secara kuantitatif.
Banyak organisasi perusahaan bahkan tidak berupaya untuk mengukur output dari
masing-masing pusat pertanggungjawaban. Beberapa yang lain menggunakan
cara perkiraan atau menggunakan angka-angka simulasi, walaupun hal itu
disadari ada batas-batasnya.
Efisiensi dan Efektivitas
Konsep input, output, dan biaya bisa digunakan untuk menjelaskan makna
efisiensi dan efektivitas, yang merupakan dua kriteria di mana kinerja pusat
pertanggungjawaban dinilai. Kedua istilah ini hampir selalu digunakan dalam se-
- 4 -
5. buah perbandingan dan bukan dalam makna absolut. Biasanya kita tidak
menyatakan bahwa sebuah pertanggungjawaban, katakanlah pertanggungjawab-an
A, 80% efisien; tetapi kita lebih tepat menyatakan bahwa kantor tersebut lebih
(atau kurang) efisien dibanding para pesaingnya, lebih (atau kurang) efisien
sekarang daripada di masa lalu, lebih (atau kurang) efisien dibandingkan
anggarannya, atau lebih (atau kurang) efisien daripada pusat pertanggung-jawaban
B.
Efisiensi adalah perbandingan output terhadap input, atau jumlah output
per unit input. Pusat pertanggungjawaban A lebih bersifat efisien daripada pusat
pertanggungjawaban B jika (1) menggunakan jumlah sumber daya yang lebih
sedikit daripacla Kantor Tanggung jawab B, namun memproduksi output yang
sama, atau (2) menggunakan jumlah sumber daya yang sama namun mem-produksi
output lebih besar.
Perlu dicatat bahwa kriteria pertama tidak menuntut agar bisa dikuantitatif-kan;
yang diperlukan adalah untuk menilai bahwa output dua unit tersebut
diperkirakan sama; jika demikian halnya, dengan mengasumsikan bahwa kedua
pusat pertanggungjawaban tersebut menjalankan kerja mereka dengan cara yang
memuaskan dan besar-kecilnya masing-masing pekerjaan tersebut bisa di-bandingkan,
unit dengan input yang lebih rendah (yaitu biaya-biaya yang lebih
rendah) akan lebih efisien. Akan tetapi, dalam kriteria kedua di mana inputnya
adalah sama namun dengan output yang berbeda, beberapa tolok ukur output
kuantitatif yang dibutuhkan; ini adalah kalkulasi yang lebih sulit.
Dalam banyak pusat pertanggungjawaban, efisiensi diukur dengan cara
membandingkan biaya-biaya aktual dengan standar di mana biaya-biaya tersebut
harus diukur dengan output yang terukur. Meskipun metode ini dapat digunakan,
ia mempunyai dua kelemahan besar: (1) biaya-biaya yang tercatat bukanlah tolok
ukur terhadap sumber daya-sumber daya yang sebenamya digunakan; dan (2)
standar pada hakikatnya merupakan perkiraan tentang apa yang secara ideal
harus tercapai dalam kondisi-kondisi yang ada.
Dibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan-hubungan
antara input dan output, efekvitas ditentukan antar-output yang dihasilkan oleh
pusa pertanggungjawaban dengan tujuan jangka pendek (objective) perusahaan
maka semakin efektiflah unit tersebut. Karena baik tujuan jangka pendek
(objectives) maupun input sangatlah sukar ditaksir jumlahnya, efektivitas cende-rung
diekspresikan dalam istilah-istilah yang subjektif dan non-analitis, seperti,"
Kinerja college A adalah yang terbaik, tetapi college B telah meleset dalam tahun-
- 5 -
6. tahun terakhir." Efisiensi dan efektivitas berkaitan satu sama lain; setiap pusat
pertanggungjawaban harus efektif dan efisien-di mana, organisasi perusahaan
harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimum. Sebuah pusat pertang-gungjawaban,
yang menjalankan tanggung jawabnya dengan mengkonsumsi
sumber daya serendah mungkin, bisa jadi akan efisien, namun jika output yang
dihasilkannya gagal memberikan sumbangan yang memadai pada pencapaian
tujuan jangka panjang (goal) organisasi, maka ia tidaklah efektif. Jika sebuah
departemen kredit menangani paperwork dengan menyertakan catatan-catatan
penunggakan yang berbiaya rendah per unitnya, maka ia bersifat efisien; namun
jika, pada saat bersamaan, ia gagal dalam mengoleksi (atau terlibat dalam
pertentangan yang tidak perlu dengan para konsumennya), maka ia bersifat tidak
efektif.
Secara ringkas, sebuah pusat pertanggungjawaban akan bersifat efisien
jika melakukan hal-hal tertentu secara tepat, dan akan bersifat efektif jika
melakukan hal-hal yang tepat.
Peranan Laba. Tujuan utama dari setiap perusahaan yang berorientasi laba
adalah memperoleh laba yang memuaskan. Oleh karenanya, laba merupakan
tolok ukur yang penting dari efektivitas. Lebih jauh lagi, karena laba merupakan
selisih antara pendapatan (sebuah tolok ukur laba) dan biaya (sebuah tolok ukur
input), ia juga merupakan tolok ukur efisiensi. Oleh karena itu, laba mengukur baik
efektivitas dan efisiensi. Ketika tolok ukur secara menyeluruh itu ada, tidak perlu
untuk mempertentangkan efisiensi dan efektivitas. Akan tetapi, ketika tolok ukur
tersebut tidak ada, adalah layak dan bermanfaat untuk mengklasifikasikan tolok
ukur kinerja dalam hubungannya dengan efektivitas dan efisiensi.
Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban, yang digolongkan menurut
sifat input dalam bentuk uang dan/atau output yang diukur dengan tujuan
pengendalian; pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.
Karakteristikkarakteristik masing-masing ditunjukkan dalam Gambar 3-2. Di pusat
pendapatan, output diukur dalam bentuk uang; di pusat biaya, input-input yang
diukur; di pusat laba, baik pendapatan (output) dan biaya (input) diukur; dan di
pusat investasi, kaitan antara laba dan investasi juga diukur.
Masing-masing pusat pertanggungjawaban membutuhkan perencanaan
dan sistem pengendalian yang berbeda.
- 6 -
7. GAMBAR 3-2. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban
Hubungan
optimal yang
dapat dibangun
Input Pengerjaan Output
Dolar (Fisik)
Hubungan
optimal yang
dapat dibangun
Input
berhubungan
dengan output
Input berhubung-an
dengan modal
yang ditanamkan
- 7 -
Fungsi
manufaktur
Pusat Biaya Teknik
Input Pengerjaan Output
Dolar (Fisik)
Fungsi
Penelitian dan
Pengenbangan
Pusat Biaya Kebijakan
Input Pengerjaan Output
$ hanya untuk biaya-biaya
yang secara
langsung terjadi
(Pendapat
an dolar)
Input tidak
berhubungan
dengan output
Fungsi
Pemasaran
Pusat Pendapatan
Input Pengerjaan Output
Biaya Dolar Laba dolar
Unit Bisnis
Pusat Laba
Input Pengerjaan Output
Biaya dolar Laba dolar
Unit Bisnis
Pusat Investasi
8. Pusat Pendapatan
Pada pusat penghasilan, sebuah output (yaitu, pendapatan) diukur dalam
bentuk liang, akan tetapi tidak ada upaya formal dilakukan untuk mengaitkan input
(yaitu, beban atau biaya) dengan output. (Jika pengeluaran sesuai dengan peng-hasilan,
maka unit tersebut akan menjadi pusat laba). Pada hakikatnya, pusat
pendapatan merupakan unit-unit pemasaran/penjualan yang tak memiliki wewe-nang
untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggung jawab atas harga pokok
barang-barang yang mereka pasarkan. Penjualan atau pesanan aktual diukur
terhadap anggaran dan kuota, dan manajer harus terbuka terhadap biaya yang
terjadi secara langsung di dalam unitnya; akan tetapi tolok ukumya adalah
pendapatan.
- 8 -