SlideShare a Scribd company logo
Sikap, Emosi,
dan Pekerjaan
1. Ajeng Valupi Wulansari (1924090196)
2. Alif Ikhsan (1924090206)
3. Azzahra Wijayanti Irawan (1924090175)
4. Chapin Andiena (1924090221)
5. Denisa Putri Rahayu (1924090188)
6. Dhea Rana Athiyah (1924090190)
7. Dwintananda Yulinda Putri (1924090253)
8. Faradiba Yasya (1924090207)
9. Hanna Imanuela Cristiany (1924090208)
10. Khalisa Ayurisma Farhani (1924090197)
11. Nuharania Pitasuci Alfaatihah (1924090225)
12. Rafiq Himawan (1924090170)
13. Zildan Tama (1924090215)
INI KELOMPOK KAMI!
Kepuasan kerja: Beberapa Sejarah
Periode Awal Riset Kepuasan Kerja
o Pada awal tahun 1930-an, dua proyek penelitian yang sangat berbeda menghidupkan konsep kepuasan
kerja.
• Survei pertama menemukan bahwa variabel terkait pekerjaan dan perbedaan individu dapat mempengaruhi
kepuasan kerja. Survei pertama menemukan bahwa variabel terkait pekerjaan dan perbedaan individu dapat
mempengaruhi kepuasan kerja.
• Penelitian kedua menemukan dalam studi Hawthorne bahwa persepsi pekerja memiliki pengaruh yang lebih
besar terhadap produktivitas daripada kondisi kerja fisik yang sebenarnya.
 Efek Hawthorne, perubahan perilaku atau sikap yang merupakan hasil sederhana dari peningkatan
perhatian
 Studi Hawthorne membangkitkan ilmuwan sosial dan memberikan dorongan pada studi tentang sikap
pekerja dan konstruksi baru tentang kepuasan kerja. Sikap Perasaan atau keyakinan yang relatif stabil yang
diarahkan pada orang, kelompok, ide, pekerjaan, atau objek tertentu
Beberapa contoh Pengaruh peristiwa dan Agen terhadap Kepuasan Kerja
Agen – perusahaan dan manjemen individu akan puas dengan
rekan kerja yang melihat sesuatu dengan cara yang sama
Sumber – keadaan pada saat kerja kondisi kerja yang dapat
memfasilitasikan dan dapat mencapai tujuan akan jadi memuaskan.
Sumber – bekerja sendiri, tantangan pekerjaan yang menantang
secara mental yang bisa diselesaikan dengan sendirian juga dapat
membuat memuaskan.
Anteseden dan Konsekuensi
Kepuasan Kerja
Pengukuran kepuasan kerja secara
keseluruhan dan kepuasan segi
o Kepuasan secara keseluruhan , Hasil baik dari segi
matematis menggabungkan skor berdasarkan kepuasan
atau aperingkat evaluatif keseluruhan pekerjaan
o Kepuasan segi/facet, Informasi yang berkaitan dengan
elemen tertentu darikepuasan kerja
Pengukuran kepuasan kerja
Kepuasan Keseluruhan versus Kepuasan Faset
 Kepuasan keseluruhan, Penilaian kepuasan kerja secara keseluruhan yang dihasilkan
baik dari penggabungan skor secara matematis berdasarkan kepuasan dengan
aspek-aspek penting tertentu dari pekerjaan atau penilaian evaluasi pekerjaan
secara keseluruhan
 Kepuasan facet / segi, informasi yang berkaitan dengan aspek atau elemen tertentu
dari kepuasan kerja.
wajah 1,4,6,8,10 dari The Circular Face Series
Konsep Komitmen
Konsep komitmen sering dikaitkan dengan sikap dan emosi. Komitmen
terhadap hubungan, organisasi, tujuan, atau bahkan pekerjaan melibatkan keterikatan
emosional, serta evaluasi apakah keadaan saat ini adalah apa yang diharapkan atau
mungkin diharapkan di masa depan
Porter, Steers, Mowday, dan Boulian (1974) mengusulkan bahwa komitmen organisasi
mencakup tiga elemen yaitu:
1. penerimaan dan kepercayaan pada nilai-nilai organisasi
2. kemauan untuk mengerahkan upaya atas nama organisasi untuk membantu mencapai
tujuannya.
3. keinginan kuat untuk tetap berada dalam organisasi.
Meyer dan Allen (1997) mengemukakan bahwa komitmen
organisasi dapat didasarkan pada salah satu dari tiga elemen:
Bentuk Komitmen
• keterikatan emosional dengan organisasi, atau
komitmen afektif
• elemen yang mewakili biaya yang dirasakan untuk
meninggalkan organisasi, atau komitmen
berkelanjutan
• unsur yang mewakili kewajiban untuk tetap berada
dalam organisasi, atau komitmen normatif.
Blau (2003) menunjukkan bahwa ada dua dimensi yang
mendasari komitmen pekerjaan adalah biaya praktis dan emosional dari
perubahan pekerjaan dan sejauh mana peluang saat ini dalam pekerjaan
saat ini tersedia.
Proses di mana individu memperoleh
perasaan bangga dan harga diri dari
asosiasi mereka dengan suatu organisasi.
Individu mungkin juga bersusah payah
untuk menjauhkan diri dari organisasi
tempat mereka bekerja ini disebut
disidentifikasi organisasi.
Identifikasi Organisasi
Skala Grafik Identifikasi Organisasi Bagan ini dimaksudkan untuk menilai hubungan Anda dengan organisasi (atau
unit, perusahaan, cabang, departemen, tim) tempat Anda berada. Di seberang Anda akan menemukan tujuh persegi
panjang. Di setiap persegi panjang ada dua lingkaran. Yang satu mewakili Anda dan yang lainnya mewakili unit
Anda. Di setiap persegi panjang, lingkarannya tumpang tindih secara berbeda. Dalam persegi panjang pertama
(nomor 1), mereka benar-benar terpisah dan mewakili situasi di mana Anda sama sekali tidak mengidentifikasi
dengan unit Anda. Dalam persegi panjang terakhir (nomor 7), lingkaran-lingkaran tersebut benar-benar tumpang
tindih dan mewakili situasi di mana Anda total menggandakan dengan unit. Pilih dari tujuh persegi panjang, salah
satu yang paling mewakili sejauh mana Anda mengidentifikasi dengan unit Anda.
Skala Grafis Identifikasi
Model Identifikasi yang Diperluas
Rendah
Tinggi
Rendah Tinggi
Orang Organisasi
keterlibatan karyawandidefinisikan sebagai keadaan pikiran
terkait pekerjaan yang positif yang mencakup tingkat energi, antusiasme,
dan identifikasi tinggi dengan pekerjaan seseorang
Keterlibatan Karyawan
Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan karyawan tumpang tindih
secara positif dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan keterlibatan kerja.
Meskipun keterlibatan sebagian tumpang tindih dengan konstruksi yang ada, semakin
banyak bukti menunjukkan bahwa keterlibatan adalah konstruksi berbeda yang
memiliki implikasi organisasi yang penting. Misalnya, peningkatan keterlibatan di
pihak pekerja terkait dengan peningkatan tugas dan kinerja kontekstual
KEPUASAN vs SUASANA HATI vs EMOSI
Weiss dan rekan-rekannya berpendapat bahwa seseorang harus mempelajari emosi daripada sikap,
mereka menyarankan bahwa penelitian perlu diarahkan untuk memeriksa suasana hati dan emosi di
tempat kerja daripada berfokus secara eksklusif pada kognisi –peristiwa stres, interaksi dengan
supervisor dan rekan kerja, dan pengaturan fisik untuk bukti pengaruh suasana hati dan emosi pada
perilaku Brief dan Weiss mendefinisikan suasana hati sebagai “ perasaan umum tidak menyatakan …
diidentifikasi dengan stimulus tertentu dan tidak cukup kuat untuk mengganggu proses berpikir yang
sedang berlangsung”, emosi biasanya terkait dengan pristiwa atau kejadian tertentu dan cukup kuat
untuk mengganggu proses berpikir”. Suasana hati biasanya digambarkan sebagai positif atau negatif,
sedangkan emosi dijelaskan lebih spesifik (misalnya, marah, takut atau gembira”.
Emosi tertentu adalah keadaan efektif, tetapi secara konseptual berbeda dari
suasana hati dan stres. Secara umum diterima bahwa emosi diskrit dapat
ditempatkan disekitar lingkaran. Istilah ini adalah sirkumplex pengaruh, seperti
gambar 9.6, emosi berlawanan muncul di sebrang satu sama lain dalam lingkaran.
Bosan adalah kebalikan dari semangat, tidak bahagia kebalikan dari senang. Ada dua
dimensi yang lebih mendasar dimana emosi berbeda: tingkat aktivasi dan tingkat
kesenangan.
Dua disposisi yang mendapat banyak perhatian adalah afektivitas negatif (NA) dan afektivitas
positif (PA) individu yang tinggi NA cenderung mengalami beragam keadaan suasana hati negatif,
(misalnya, kecemasan, depresi, permusuhan, dan rasa bersalah), individu PA yang tinggi
menggambarkan diri sebagai orang yang ceria, antusias, percaya diri, aktif, energik. Kepuasan
dan efektivitas kerja memiliki pengaruh timbal balik satu sama lain . Orang yang positif
cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka , dan kepuasan ini pada gilirannya mebentu
individu mempertahankan tingkat kepuasan hidup yang positif secara umum, yang selanjutnya
meningkatkan efektivitas positif mereka.
DISPOSISI dan AFEKTIVITAS
Perjalanan waktu emosional
Weiss dan Cropanzano
(1996) mengembangkan
kerangka kerja yang
disebut teori peristiwa
afektif
Pengaruh peristiwa lingkungan negatif pada suasana hati lima kali lebih kuat daripada
pengaruh peristiwa positif, meskipun peristiwa positif dilaporkan lebih sering daripada
kejadian negatif (Miner, Glomb, & Hulin, 2005).
Pengalaman positif di tempat kerja mengurangi perasaan lelah di akhir hari (Zohar,
Tzischinski, & Epstein, 2003) dan meningkatkan perasaan kesejahteraan secara umum
(Harris, Daniels, & Briner, 2003).
Perilaku kerja yang kontraproduktif lebih mungkin disebabkan oleh permusuhan sesaat
(keadaan) atau pengalaman ketidakadilan daripada dari karakteristik kepribadian yang stabil
(Judge, Scott, & lie, 2006).
Dalam sampel pegawai layanan publik Jerman dan Swiss yang memiliki tingkat stres tinggi
setelah bekerja, kesempatan untuk memulihkan diri dan melepas lelah sangatlah penting
(Sonnentag, Binnewies, & Mojza, 2008).
Insomnia di malam hari berkontribusi pada emosi negatif (permusuhan dan kelelahan) di
tempat kerja pada hari-hari berikutnya. Emosi negatif ini kemudian berhubungan dengan
laporan kepuasan kerja yang lebih rendah (Scott & Judge, 2006).
Karyawan mengalami emosi yang lebih positif saat berinteraksi dengan rekan kerja dan
pelanggan daripada saat berinteraksi dengan supervisor mereka (Bono, Foldes, Vinson, &
Muros, 2007).
Genetika dan
Kepuasan
Kerja
Hipotesis penelitian lain
yang menarik tentang
kepuasan kerja dan
pengalaman emosional
yang berhubungan dengan
pekerjaan adalah bahwa
pengalaman emosional
dapat dipengaruhi oleh
genetika.
Ilies dan Judge (2003)
memperkirakan bahwa
hingga 45 persen
pengaruh genetik
terhadap kepuasan kerja
diekspresikan melalui ciri-
ciri kepribadian yang
stabil
Staw, Bell, dan Clausen
(1986) melaporkan
bahwa efektifitas positif
(misalnya, individu yang
digambarkan ceria) atau
efektivitas negatif
(misalnya, individu yang
digambarkan mudah
tersinggung atau depresi)
yang diukur pada masa
remaja diprediksi
kepuasan kerja sebanyak
50 tahun kemudian.
Sejumlah peneliti I-O telah mengusulkan bahwa individu membuat evaluasi diri inti dari keadaan mereka
dan bahwa evaluasi diri inti ini mempengaruhi kepuasan kerja dan hidup (Judge & Bono, 2001; Wu &
Griffin, 2011). Elemen evaluasi diri inti meliputi harga diri, efikasi diri, lokus kontrol, dan tidak adanya
neurotisme (lihat Gambar 9.7). Kombinasi atribut ini juga dapat dianggap sebagai harga diri yang positif
(Judge, Bono, Erez, & Locke, 2005).
Judge, Bono, dan Locke (2000) menemukan bahwa evaluasi diri inti memiliki efek pada pekerjaan dan
kepuasan hidup, terlepas dari atribut aktual dari pekerjaan itu sendiri. Mereka juga telah menunjukkan
bahwa langkah-langkah evaluasi diri inti yang diambil di masa kanak-kanak dan dewasa muda
memprediksi kepuasan kerja individu yang diukur di usia dewasa pertengahan.
Konsep Evaluasi Diri Inti
Perilaku Penarikan
Salah satu pertanyaan penelitian paling awal dan paling bertahan terkait dengan kepuasan
kerja adalah hipotesis bahwa ketidakpuasan menyebabkan penarikan diri dari tempat kerja.
Ratusan studi mencari prediktor ketidakhadiran yang signifikan secara statistik (Nicholson
& Johns, 1985), turnover (Hom & Griffeth, 1995), atau keterlambatan (Blau, 1994).
Hanisch dan Hulin (1990) lebih lanjut menyarankan bahwa sebenarnya ada dua jenis
perilaku penarikan diri: penarikan kerja dan penarikan kerja. Penghentian kerja termasuk
keterlambatan dan ketidakhadiran serta merupakan upaya individu untuk menarik diri dari
pekerjaan tetapi tetap mempertahankan ikatan dengan organisasi dan peran kerja.
Survei KeduaSurvei Pertama
Periode Awal Riset Kepuasan Kerja
Menemukan bahwa
variabel terkait
pekerjaan dan
perbedaan individu
dapat
mempengaruhi
kepuasan kerja.
Pada awal tahun 1930-an, terdapat dua proyek penelitian yang sangat berbeda telah menghidupkan
konsep kepuasan kerja
Menemukan dalam studi
Hawthorne bahwa persepsi
pekerja memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap
produktivitas daripada
kondisi kerja fisik yang
sebenarnya.
Kepuasan Kerja : Beberapa Sejarahnya
Efek Hawthorne, perubahan perilaku
atau sikap yang merupakan hasil
sederhana dari peningkatan
perhatian
Studi Hawthorne membangkitkan
ilmuwan sosial dan memberikan
dorongan pada studi tentang sikap
pekerja dan konstruksi baru tentang
kepuasan kerja.
Contoh Pengaruh Acara dan Agen terhadap Kepuasan Kerja
Anteseden dan Konsekuensi Dalam Kepuasan Kerja
SUMBER EFEK
Pada suatu acara atau suatu kondisi :
Bekerja sendiri : challenge
Jika ada suatu pekerjaan yang menantang secara
mental berhasil diselesaikan, para pekerja akan
puas
Bekerja sendiri : physical demand Melakukan pekerjaan yang melelahkan tidak
memuaskan
Bekerja sendiri : personal interest Melakukan pekerjaan yang menarik secara pribadi
memuaskan
Penghargaan Mendapatkan imbalan yang adil dan informatif
untuk kinerja memuaskan
Situasi kerja : physical Kepuasan tergantung pada kesesuaian antara
kondisi kerja dan kebutuhan fisik.
Situasi kerja : goal attainment Kondisi kerja yang memfasilitasi pencapaian
tujuan sangat memuaskan.
SUMBER EFEK
Agen:
Diri sendiri
Memiliki harga diri yang tinggi untuk mencapai
kepuasan kerja
Supervisor, rekan kerja, bawahan Individu akan puas dengan rekan kerja yang
membantu mereka mendapatkan penghargaan.
Individu akan puas dengan rekan kerja yang
melihat hal-hal dengan cara yang sama.
Perusahaan dan manajemen Individu akan puas dengan perusahaan yang
memiliki kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk membantu individu mencapai tujuan.
Individu akan tidak puas dengan peran yang
bertentangan atau peran ambigu yang diterapkan
oleh perusahaan, manajemen, atau keduanya
Tunjangan Tunjangan tidak memiliki pengaruh kuat terhadap
kepuasan kerja bagi sebagian besar pekerja
Klasifikasi Antara Anteseden, Korelasi, dan Konsekuensi Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja
Pekerjaan Grup dan Organisasi
Karakter Karakteristik
Variasi Gairah gol grup
Identitas Kekompakan kelompok
Signifikansi tugas Integrasi grup
Otonomi Kualitas komunikasi
Umpan balik Keterlibatan partisipatif
Kekayaan pekerjaan Stres kerja
Ketimpangan lingkungan kerja
Struktur organisasi
Peran Hubungan Pemimpin
Konflik peran Struktur inisiasi pemimpin
Ambiguitas peran Pertimbangan pemimpin
Penekanan produksi pemimpin
Perilaku penghargaan pemimpin
Perilaku hukuman pemimpin
Pertukaran pemimpin-anggota
Organisasi komitmen
Stres yang dirasakan
saat bekerja dan tidak
bekerja
Gejala kesehatan yang
buruk
Keterlibatan pekerjaan
Kepuasan hidup
Anteseden
Korelasi
Motivasi dan Penarikan
Perilaku Kewarganegaraan Perilaku
Motivasi Ketidakhadiran
Perilaku Pergantian
Kewarganegaraan Keterlambatan
Total hari
Cuti Sakit
Penarikan Kognisi Performa
Pekerjaan
Pra-penarikan pengartian Subyektif :
Pengawas Diri
Niat untuk keluar Objektif :
Kriteria keras
Promosi
Konsekuensi
KONTRAK PSIKOLOGIS
Kontrak psikologis telah menerima lebih banyak perhatian di
tempat kerja abad ke-21 karena pekerjaan jangka panjang
dengan satu organisasi semakin jarang. Kesediaan karyawan
yang meningkat untuk berpindah dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain disebut sebagai "karir protean" oleh Hall
(2002), yang mencatat bahwa individu menjadi lebih fokus
pada pertumbuhan dan mobilitas dalam karir mereka daripada
pertumbuhan dalam organisasi tertentu.
PENGARUH KONTRAK
PSIKOLOGIS
• Mempengaruhi (pelanggaran kontrak dan
ketidakpercayaan)
• Sikap (kepuasan kerja, komitmen organisasi,
dan niat berpindah)
• Kinerja (pergantian aktual, perilaku
kewarganegaraan organisasi, dan kinerja peran
SIKAP DAN EMOSI TERKAIT
DARI PEKERJAAN DARI
PERSPEKTIF LINTAS BUDAYA
Saat ini, pemeriksaan lintas budaya tentang kepuasan kerja dan emosi yang terkait dengan pekerjaan cenderung
berkonsentrasi pada perbedaan antara budaya individualis dan kolektivis. Akan berguna bagi peneliti untuk
memperluas minat mereka untuk memasukkan variabel budaya tambahan seperti maskulinitas, jarak
kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan orientasi waktu.
Di sini, kita berbicara tentang kesesuaian antara desain pekerjaan dan nilai-nilai budaya sebagai penentu yang
mungkin untuk kepuasan kerja. Implikasi praktisnya adalah bahwa organisasi multinasional harus peka
terhadap kesesuaian antara nilai dan pekerjaan jika mereka memperhatikan kepuasan karyawan mereka
dalam lingkungan budaya yang berbeda. Ini terutama benar dalam kasus ekspatriat yang ditransplantasikan ke
budaya baru.
Dalam istilah praktis, ini berarti bahwa semakin besar jarak
antara lokasi tertentu dan Amerika Serikat sehubungan dengan
nilai-nilai budaya dasar seperti individualisme, maskulinitas,
atau jarak kekuasaan, semakin kurang relevan hasil studi
kepuasan dan emosi Amerika. Seperti banyak bidang lain yang
kami bahas dalam teks ini, kami menyimpulkan bahwa karena
sifat pekerjaan menjadi lebih multikultural dan global, akan
semakin penting untuk memasukkan variabel budaya dalam
desain penelitian kami.
TERIMAKASIH!
sikap,emosi dan pekerjaan-kel. 9

More Related Content

What's hot

Makalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerjaMakalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerjaDayang Sari Andriani
 
Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2
Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2
Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2Defina Sulastiningtiyas
 
Ppt fix b.indo + mindmap
Ppt fix b.indo + mindmapPpt fix b.indo + mindmap
Ppt fix b.indo + mindmapdimass avio
 
Ppt indo motivasi pio
Ppt indo motivasi pioPpt indo motivasi pio
Ppt indo motivasi pioFiraKayanti
 
Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)
Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)
Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)RickyL7
 
Power pointmotivasi dalam manajemen
Power pointmotivasi dalam manajemenPower pointmotivasi dalam manajemen
Power pointmotivasi dalam manajemenDeki Purwanto
 
Psikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesia
Psikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesiaPsikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesia
Psikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesiaAndi Muhammad Teguh
 
sikap kerja dalam perusahaan
sikap kerja dalam perusahaansikap kerja dalam perusahaan
sikap kerja dalam perusahaanIkha Mardiyah
 
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi NatasiaMakalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi NatasiaChristi_Natasia
 
Metode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasi
Metode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasiMetode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasi
Metode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasiArumNingtiyas1
 
Motivasi dalam perilaku
Motivasi dalam perilakuMotivasi dalam perilaku
Motivasi dalam perilakuwandy99
 
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaRingkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaIRAWANPERWANDA
 
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiKepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiEky Yohana
 
PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]
PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]
PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]YolandaZhafrannitaRu
 

What's hot (19)

Makalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerjaMakalah psikologi industri sikap kerja
Makalah psikologi industri sikap kerja
 
Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2
Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2
Teori motivasi-nilai-sikap-kepuasan-kerja-motif-2
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Ppt fix b.indo + mindmap
Ppt fix b.indo + mindmapPpt fix b.indo + mindmap
Ppt fix b.indo + mindmap
 
Ppt indo motivasi pio
Ppt indo motivasi pioPpt indo motivasi pio
Ppt indo motivasi pio
 
Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)
Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)
Perbedaan dan Penilaian Individu (Kelompok 3 - Indo)
 
Power pointmotivasi dalam manajemen
Power pointmotivasi dalam manajemenPower pointmotivasi dalam manajemen
Power pointmotivasi dalam manajemen
 
Pio indo final 1
Pio indo final 1Pio indo final 1
Pio indo final 1
 
Psikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesia
Psikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesiaPsikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesia
Psikologi Industri dan Organisasi kelompok 3 bahasa indonesia
 
sikap kerja dalam perusahaan
sikap kerja dalam perusahaansikap kerja dalam perusahaan
sikap kerja dalam perusahaan
 
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi NatasiaMakalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Metode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasi
Metode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasiMetode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasi
Metode dan statistik dalam psikologi industri dan organisasi
 
Bab 18
Bab 18Bab 18
Bab 18
 
Motivasi dalam perilaku
Motivasi dalam perilakuMotivasi dalam perilaku
Motivasi dalam perilaku
 
Konsep motivasi dasar
Konsep motivasi dasarKonsep motivasi dasar
Konsep motivasi dasar
 
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaRingkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
 
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiKepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
 
PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]
PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]
PIO kelompok 12 -Kepemimpinan [bahasa indonesia]
 

Similar to sikap,emosi dan pekerjaan-kel. 9

Emosi dan Suasana Hati
Emosi dan Suasana HatiEmosi dan Suasana Hati
Emosi dan Suasana HatiYUSRA FERNANDO
 
Sikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan KerjaSikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan KerjaYUSRA FERNANDO
 
Stres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaStres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaLunahasyim
 
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya OrganisasiCut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasicutzurnali
 
PO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerja
PO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerjaPO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerja
PO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerjaDayana Florencia
 
Stres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaStres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaLunahasyim
 
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptxKepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptxnopay2502
 
Kepuasan kerja final 1
Kepuasan kerja final 1Kepuasan kerja final 1
Kepuasan kerja final 1rika_nelvita
 
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerjahubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerjaSulistia Rini
 
Sikap dan kepuasan kerja
Sikap dan kepuasan kerjaSikap dan kepuasan kerja
Sikap dan kepuasan kerjaAndi Amirudin
 
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaNilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaFajar Winarso
 
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansiStres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansifhia alisya
 
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansiStres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansifhia alisya
 
Employee engagement: Consequences and Antecedents
Employee engagement: Consequences and AntecedentsEmployee engagement: Consequences and Antecedents
Employee engagement: Consequences and AntecedentsYandi Satya Situngkir
 
Kepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIOKepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIOEky Yohana
 
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdfKepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdfEulisTursiaSafira
 
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan KerjaPsikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan KerjaCutNoviraAzzahra
 

Similar to sikap,emosi dan pekerjaan-kel. 9 (20)

Emosi dan Suasana Hati
Emosi dan Suasana HatiEmosi dan Suasana Hati
Emosi dan Suasana Hati
 
Sikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan KerjaSikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan Kerja
 
Stres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaStres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan Kerja
 
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya OrganisasiCut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
 
PO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerja
PO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerjaPO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerja
PO Bab 3 - sikap dan kepuasan kerja
 
Stres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan KerjaStres dan Keselamatan Kerja
Stres dan Keselamatan Kerja
 
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptxKepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
 
Kepuasan kerja final 1
Kepuasan kerja final 1Kepuasan kerja final 1
Kepuasan kerja final 1
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerjahubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
 
Sikap dan kepuasan kerja
Sikap dan kepuasan kerjaSikap dan kepuasan kerja
Sikap dan kepuasan kerja
 
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
 
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaNilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
 
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansiStres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
 
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansiStres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
Stres pekerjaan kelompok 7 akuntansi
 
Employee engagement: Consequences and Antecedents
Employee engagement: Consequences and AntecedentsEmployee engagement: Consequences and Antecedents
Employee engagement: Consequences and Antecedents
 
Kepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIOKepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIO
 
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdfKepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
 
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan KerjaPsikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
 
Sumber stress di tempat kerja
Sumber stress di tempat kerjaSumber stress di tempat kerja
Sumber stress di tempat kerja
 

sikap,emosi dan pekerjaan-kel. 9

  • 2. 1. Ajeng Valupi Wulansari (1924090196) 2. Alif Ikhsan (1924090206) 3. Azzahra Wijayanti Irawan (1924090175) 4. Chapin Andiena (1924090221) 5. Denisa Putri Rahayu (1924090188) 6. Dhea Rana Athiyah (1924090190) 7. Dwintananda Yulinda Putri (1924090253) 8. Faradiba Yasya (1924090207) 9. Hanna Imanuela Cristiany (1924090208) 10. Khalisa Ayurisma Farhani (1924090197) 11. Nuharania Pitasuci Alfaatihah (1924090225) 12. Rafiq Himawan (1924090170) 13. Zildan Tama (1924090215) INI KELOMPOK KAMI!
  • 3. Kepuasan kerja: Beberapa Sejarah Periode Awal Riset Kepuasan Kerja o Pada awal tahun 1930-an, dua proyek penelitian yang sangat berbeda menghidupkan konsep kepuasan kerja. • Survei pertama menemukan bahwa variabel terkait pekerjaan dan perbedaan individu dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Survei pertama menemukan bahwa variabel terkait pekerjaan dan perbedaan individu dapat mempengaruhi kepuasan kerja. • Penelitian kedua menemukan dalam studi Hawthorne bahwa persepsi pekerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap produktivitas daripada kondisi kerja fisik yang sebenarnya.  Efek Hawthorne, perubahan perilaku atau sikap yang merupakan hasil sederhana dari peningkatan perhatian  Studi Hawthorne membangkitkan ilmuwan sosial dan memberikan dorongan pada studi tentang sikap pekerja dan konstruksi baru tentang kepuasan kerja. Sikap Perasaan atau keyakinan yang relatif stabil yang diarahkan pada orang, kelompok, ide, pekerjaan, atau objek tertentu
  • 4. Beberapa contoh Pengaruh peristiwa dan Agen terhadap Kepuasan Kerja Agen – perusahaan dan manjemen individu akan puas dengan rekan kerja yang melihat sesuatu dengan cara yang sama Sumber – keadaan pada saat kerja kondisi kerja yang dapat memfasilitasikan dan dapat mencapai tujuan akan jadi memuaskan. Sumber – bekerja sendiri, tantangan pekerjaan yang menantang secara mental yang bisa diselesaikan dengan sendirian juga dapat membuat memuaskan. Anteseden dan Konsekuensi Kepuasan Kerja
  • 5. Pengukuran kepuasan kerja secara keseluruhan dan kepuasan segi o Kepuasan secara keseluruhan , Hasil baik dari segi matematis menggabungkan skor berdasarkan kepuasan atau aperingkat evaluatif keseluruhan pekerjaan o Kepuasan segi/facet, Informasi yang berkaitan dengan elemen tertentu darikepuasan kerja
  • 6. Pengukuran kepuasan kerja Kepuasan Keseluruhan versus Kepuasan Faset  Kepuasan keseluruhan, Penilaian kepuasan kerja secara keseluruhan yang dihasilkan baik dari penggabungan skor secara matematis berdasarkan kepuasan dengan aspek-aspek penting tertentu dari pekerjaan atau penilaian evaluasi pekerjaan secara keseluruhan  Kepuasan facet / segi, informasi yang berkaitan dengan aspek atau elemen tertentu dari kepuasan kerja. wajah 1,4,6,8,10 dari The Circular Face Series
  • 7. Konsep Komitmen Konsep komitmen sering dikaitkan dengan sikap dan emosi. Komitmen terhadap hubungan, organisasi, tujuan, atau bahkan pekerjaan melibatkan keterikatan emosional, serta evaluasi apakah keadaan saat ini adalah apa yang diharapkan atau mungkin diharapkan di masa depan Porter, Steers, Mowday, dan Boulian (1974) mengusulkan bahwa komitmen organisasi mencakup tiga elemen yaitu: 1. penerimaan dan kepercayaan pada nilai-nilai organisasi 2. kemauan untuk mengerahkan upaya atas nama organisasi untuk membantu mencapai tujuannya. 3. keinginan kuat untuk tetap berada dalam organisasi.
  • 8. Meyer dan Allen (1997) mengemukakan bahwa komitmen organisasi dapat didasarkan pada salah satu dari tiga elemen: Bentuk Komitmen • keterikatan emosional dengan organisasi, atau komitmen afektif • elemen yang mewakili biaya yang dirasakan untuk meninggalkan organisasi, atau komitmen berkelanjutan • unsur yang mewakili kewajiban untuk tetap berada dalam organisasi, atau komitmen normatif. Blau (2003) menunjukkan bahwa ada dua dimensi yang mendasari komitmen pekerjaan adalah biaya praktis dan emosional dari perubahan pekerjaan dan sejauh mana peluang saat ini dalam pekerjaan saat ini tersedia.
  • 9. Proses di mana individu memperoleh perasaan bangga dan harga diri dari asosiasi mereka dengan suatu organisasi. Individu mungkin juga bersusah payah untuk menjauhkan diri dari organisasi tempat mereka bekerja ini disebut disidentifikasi organisasi. Identifikasi Organisasi
  • 10. Skala Grafik Identifikasi Organisasi Bagan ini dimaksudkan untuk menilai hubungan Anda dengan organisasi (atau unit, perusahaan, cabang, departemen, tim) tempat Anda berada. Di seberang Anda akan menemukan tujuh persegi panjang. Di setiap persegi panjang ada dua lingkaran. Yang satu mewakili Anda dan yang lainnya mewakili unit Anda. Di setiap persegi panjang, lingkarannya tumpang tindih secara berbeda. Dalam persegi panjang pertama (nomor 1), mereka benar-benar terpisah dan mewakili situasi di mana Anda sama sekali tidak mengidentifikasi dengan unit Anda. Dalam persegi panjang terakhir (nomor 7), lingkaran-lingkaran tersebut benar-benar tumpang tindih dan mewakili situasi di mana Anda total menggandakan dengan unit. Pilih dari tujuh persegi panjang, salah satu yang paling mewakili sejauh mana Anda mengidentifikasi dengan unit Anda. Skala Grafis Identifikasi
  • 11. Model Identifikasi yang Diperluas Rendah Tinggi Rendah Tinggi Orang Organisasi
  • 12. keterlibatan karyawandidefinisikan sebagai keadaan pikiran terkait pekerjaan yang positif yang mencakup tingkat energi, antusiasme, dan identifikasi tinggi dengan pekerjaan seseorang Keterlibatan Karyawan Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan karyawan tumpang tindih secara positif dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan keterlibatan kerja. Meskipun keterlibatan sebagian tumpang tindih dengan konstruksi yang ada, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa keterlibatan adalah konstruksi berbeda yang memiliki implikasi organisasi yang penting. Misalnya, peningkatan keterlibatan di pihak pekerja terkait dengan peningkatan tugas dan kinerja kontekstual
  • 13. KEPUASAN vs SUASANA HATI vs EMOSI Weiss dan rekan-rekannya berpendapat bahwa seseorang harus mempelajari emosi daripada sikap, mereka menyarankan bahwa penelitian perlu diarahkan untuk memeriksa suasana hati dan emosi di tempat kerja daripada berfokus secara eksklusif pada kognisi –peristiwa stres, interaksi dengan supervisor dan rekan kerja, dan pengaturan fisik untuk bukti pengaruh suasana hati dan emosi pada perilaku Brief dan Weiss mendefinisikan suasana hati sebagai “ perasaan umum tidak menyatakan … diidentifikasi dengan stimulus tertentu dan tidak cukup kuat untuk mengganggu proses berpikir yang sedang berlangsung”, emosi biasanya terkait dengan pristiwa atau kejadian tertentu dan cukup kuat untuk mengganggu proses berpikir”. Suasana hati biasanya digambarkan sebagai positif atau negatif, sedangkan emosi dijelaskan lebih spesifik (misalnya, marah, takut atau gembira”.
  • 14. Emosi tertentu adalah keadaan efektif, tetapi secara konseptual berbeda dari suasana hati dan stres. Secara umum diterima bahwa emosi diskrit dapat ditempatkan disekitar lingkaran. Istilah ini adalah sirkumplex pengaruh, seperti gambar 9.6, emosi berlawanan muncul di sebrang satu sama lain dalam lingkaran. Bosan adalah kebalikan dari semangat, tidak bahagia kebalikan dari senang. Ada dua dimensi yang lebih mendasar dimana emosi berbeda: tingkat aktivasi dan tingkat kesenangan.
  • 15. Dua disposisi yang mendapat banyak perhatian adalah afektivitas negatif (NA) dan afektivitas positif (PA) individu yang tinggi NA cenderung mengalami beragam keadaan suasana hati negatif, (misalnya, kecemasan, depresi, permusuhan, dan rasa bersalah), individu PA yang tinggi menggambarkan diri sebagai orang yang ceria, antusias, percaya diri, aktif, energik. Kepuasan dan efektivitas kerja memiliki pengaruh timbal balik satu sama lain . Orang yang positif cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka , dan kepuasan ini pada gilirannya mebentu individu mempertahankan tingkat kepuasan hidup yang positif secara umum, yang selanjutnya meningkatkan efektivitas positif mereka. DISPOSISI dan AFEKTIVITAS
  • 16. Perjalanan waktu emosional Weiss dan Cropanzano (1996) mengembangkan kerangka kerja yang disebut teori peristiwa afektif Pengaruh peristiwa lingkungan negatif pada suasana hati lima kali lebih kuat daripada pengaruh peristiwa positif, meskipun peristiwa positif dilaporkan lebih sering daripada kejadian negatif (Miner, Glomb, & Hulin, 2005). Pengalaman positif di tempat kerja mengurangi perasaan lelah di akhir hari (Zohar, Tzischinski, & Epstein, 2003) dan meningkatkan perasaan kesejahteraan secara umum (Harris, Daniels, & Briner, 2003). Perilaku kerja yang kontraproduktif lebih mungkin disebabkan oleh permusuhan sesaat (keadaan) atau pengalaman ketidakadilan daripada dari karakteristik kepribadian yang stabil (Judge, Scott, & lie, 2006). Dalam sampel pegawai layanan publik Jerman dan Swiss yang memiliki tingkat stres tinggi setelah bekerja, kesempatan untuk memulihkan diri dan melepas lelah sangatlah penting (Sonnentag, Binnewies, & Mojza, 2008). Insomnia di malam hari berkontribusi pada emosi negatif (permusuhan dan kelelahan) di tempat kerja pada hari-hari berikutnya. Emosi negatif ini kemudian berhubungan dengan laporan kepuasan kerja yang lebih rendah (Scott & Judge, 2006). Karyawan mengalami emosi yang lebih positif saat berinteraksi dengan rekan kerja dan pelanggan daripada saat berinteraksi dengan supervisor mereka (Bono, Foldes, Vinson, & Muros, 2007).
  • 17. Genetika dan Kepuasan Kerja Hipotesis penelitian lain yang menarik tentang kepuasan kerja dan pengalaman emosional yang berhubungan dengan pekerjaan adalah bahwa pengalaman emosional dapat dipengaruhi oleh genetika. Ilies dan Judge (2003) memperkirakan bahwa hingga 45 persen pengaruh genetik terhadap kepuasan kerja diekspresikan melalui ciri- ciri kepribadian yang stabil Staw, Bell, dan Clausen (1986) melaporkan bahwa efektifitas positif (misalnya, individu yang digambarkan ceria) atau efektivitas negatif (misalnya, individu yang digambarkan mudah tersinggung atau depresi) yang diukur pada masa remaja diprediksi kepuasan kerja sebanyak 50 tahun kemudian.
  • 18. Sejumlah peneliti I-O telah mengusulkan bahwa individu membuat evaluasi diri inti dari keadaan mereka dan bahwa evaluasi diri inti ini mempengaruhi kepuasan kerja dan hidup (Judge & Bono, 2001; Wu & Griffin, 2011). Elemen evaluasi diri inti meliputi harga diri, efikasi diri, lokus kontrol, dan tidak adanya neurotisme (lihat Gambar 9.7). Kombinasi atribut ini juga dapat dianggap sebagai harga diri yang positif (Judge, Bono, Erez, & Locke, 2005). Judge, Bono, dan Locke (2000) menemukan bahwa evaluasi diri inti memiliki efek pada pekerjaan dan kepuasan hidup, terlepas dari atribut aktual dari pekerjaan itu sendiri. Mereka juga telah menunjukkan bahwa langkah-langkah evaluasi diri inti yang diambil di masa kanak-kanak dan dewasa muda memprediksi kepuasan kerja individu yang diukur di usia dewasa pertengahan. Konsep Evaluasi Diri Inti
  • 19. Perilaku Penarikan Salah satu pertanyaan penelitian paling awal dan paling bertahan terkait dengan kepuasan kerja adalah hipotesis bahwa ketidakpuasan menyebabkan penarikan diri dari tempat kerja. Ratusan studi mencari prediktor ketidakhadiran yang signifikan secara statistik (Nicholson & Johns, 1985), turnover (Hom & Griffeth, 1995), atau keterlambatan (Blau, 1994). Hanisch dan Hulin (1990) lebih lanjut menyarankan bahwa sebenarnya ada dua jenis perilaku penarikan diri: penarikan kerja dan penarikan kerja. Penghentian kerja termasuk keterlambatan dan ketidakhadiran serta merupakan upaya individu untuk menarik diri dari pekerjaan tetapi tetap mempertahankan ikatan dengan organisasi dan peran kerja.
  • 20. Survei KeduaSurvei Pertama Periode Awal Riset Kepuasan Kerja Menemukan bahwa variabel terkait pekerjaan dan perbedaan individu dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Pada awal tahun 1930-an, terdapat dua proyek penelitian yang sangat berbeda telah menghidupkan konsep kepuasan kerja Menemukan dalam studi Hawthorne bahwa persepsi pekerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap produktivitas daripada kondisi kerja fisik yang sebenarnya. Kepuasan Kerja : Beberapa Sejarahnya Efek Hawthorne, perubahan perilaku atau sikap yang merupakan hasil sederhana dari peningkatan perhatian Studi Hawthorne membangkitkan ilmuwan sosial dan memberikan dorongan pada studi tentang sikap pekerja dan konstruksi baru tentang kepuasan kerja.
  • 21. Contoh Pengaruh Acara dan Agen terhadap Kepuasan Kerja Anteseden dan Konsekuensi Dalam Kepuasan Kerja SUMBER EFEK Pada suatu acara atau suatu kondisi : Bekerja sendiri : challenge Jika ada suatu pekerjaan yang menantang secara mental berhasil diselesaikan, para pekerja akan puas Bekerja sendiri : physical demand Melakukan pekerjaan yang melelahkan tidak memuaskan Bekerja sendiri : personal interest Melakukan pekerjaan yang menarik secara pribadi memuaskan Penghargaan Mendapatkan imbalan yang adil dan informatif untuk kinerja memuaskan Situasi kerja : physical Kepuasan tergantung pada kesesuaian antara kondisi kerja dan kebutuhan fisik. Situasi kerja : goal attainment Kondisi kerja yang memfasilitasi pencapaian tujuan sangat memuaskan.
  • 22. SUMBER EFEK Agen: Diri sendiri Memiliki harga diri yang tinggi untuk mencapai kepuasan kerja Supervisor, rekan kerja, bawahan Individu akan puas dengan rekan kerja yang membantu mereka mendapatkan penghargaan. Individu akan puas dengan rekan kerja yang melihat hal-hal dengan cara yang sama. Perusahaan dan manajemen Individu akan puas dengan perusahaan yang memiliki kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk membantu individu mencapai tujuan. Individu akan tidak puas dengan peran yang bertentangan atau peran ambigu yang diterapkan oleh perusahaan, manajemen, atau keduanya Tunjangan Tunjangan tidak memiliki pengaruh kuat terhadap kepuasan kerja bagi sebagian besar pekerja
  • 23. Klasifikasi Antara Anteseden, Korelasi, dan Konsekuensi Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja Pekerjaan Grup dan Organisasi Karakter Karakteristik Variasi Gairah gol grup Identitas Kekompakan kelompok Signifikansi tugas Integrasi grup Otonomi Kualitas komunikasi Umpan balik Keterlibatan partisipatif Kekayaan pekerjaan Stres kerja Ketimpangan lingkungan kerja Struktur organisasi Peran Hubungan Pemimpin Konflik peran Struktur inisiasi pemimpin Ambiguitas peran Pertimbangan pemimpin Penekanan produksi pemimpin Perilaku penghargaan pemimpin Perilaku hukuman pemimpin Pertukaran pemimpin-anggota Organisasi komitmen Stres yang dirasakan saat bekerja dan tidak bekerja Gejala kesehatan yang buruk Keterlibatan pekerjaan Kepuasan hidup Anteseden Korelasi Motivasi dan Penarikan Perilaku Kewarganegaraan Perilaku Motivasi Ketidakhadiran Perilaku Pergantian Kewarganegaraan Keterlambatan Total hari Cuti Sakit Penarikan Kognisi Performa Pekerjaan Pra-penarikan pengartian Subyektif : Pengawas Diri Niat untuk keluar Objektif : Kriteria keras Promosi Konsekuensi
  • 24. KONTRAK PSIKOLOGIS Kontrak psikologis telah menerima lebih banyak perhatian di tempat kerja abad ke-21 karena pekerjaan jangka panjang dengan satu organisasi semakin jarang. Kesediaan karyawan yang meningkat untuk berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain disebut sebagai "karir protean" oleh Hall (2002), yang mencatat bahwa individu menjadi lebih fokus pada pertumbuhan dan mobilitas dalam karir mereka daripada pertumbuhan dalam organisasi tertentu.
  • 25. PENGARUH KONTRAK PSIKOLOGIS • Mempengaruhi (pelanggaran kontrak dan ketidakpercayaan) • Sikap (kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan niat berpindah) • Kinerja (pergantian aktual, perilaku kewarganegaraan organisasi, dan kinerja peran
  • 26. SIKAP DAN EMOSI TERKAIT DARI PEKERJAAN DARI PERSPEKTIF LINTAS BUDAYA Saat ini, pemeriksaan lintas budaya tentang kepuasan kerja dan emosi yang terkait dengan pekerjaan cenderung berkonsentrasi pada perbedaan antara budaya individualis dan kolektivis. Akan berguna bagi peneliti untuk memperluas minat mereka untuk memasukkan variabel budaya tambahan seperti maskulinitas, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan orientasi waktu. Di sini, kita berbicara tentang kesesuaian antara desain pekerjaan dan nilai-nilai budaya sebagai penentu yang mungkin untuk kepuasan kerja. Implikasi praktisnya adalah bahwa organisasi multinasional harus peka terhadap kesesuaian antara nilai dan pekerjaan jika mereka memperhatikan kepuasan karyawan mereka dalam lingkungan budaya yang berbeda. Ini terutama benar dalam kasus ekspatriat yang ditransplantasikan ke budaya baru.
  • 27. Dalam istilah praktis, ini berarti bahwa semakin besar jarak antara lokasi tertentu dan Amerika Serikat sehubungan dengan nilai-nilai budaya dasar seperti individualisme, maskulinitas, atau jarak kekuasaan, semakin kurang relevan hasil studi kepuasan dan emosi Amerika. Seperti banyak bidang lain yang kami bahas dalam teks ini, kami menyimpulkan bahwa karena sifat pekerjaan menjadi lebih multikultural dan global, akan semakin penting untuk memasukkan variabel budaya dalam desain penelitian kami.