SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
KEPUASAN
KERJA
Fakultas Psikologi
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Judul Buku : Psikologi Industri dan
Organisasi
BAB 10
Ashar Sunyoto Munandar
KELOMPOK 8
Cut Novira Azzahra (2224090218)
Eulis Tursia Safira (2224090139)
Khansa Naila Putri (2224090162)
Davina Maharani (2224090163)
Annisa Nur Qisty (2024090020)
Novitasari (2024090094)
ANGGOTA :
A. Pengantar
B. Teori-teori Kepuasan Kerja
C. Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja
D. Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
DAFTAR ISI
Sedangkan Howell dan Dipboye melihat kepuasan kerja sebagai hasil dari seberapa banyak seseorang
menyukai berbagai aspek pekerjaannya. Dengan kata lain, kepuasan kerja mencerminkan sikap
seseorang terhadap pekerjaannya secara keseluruhan.
Tidak ada definisi tunggal untuk kepuasan kerja. Locke mendefinisikannya sebagai penilaian terhadap
pekerjaan yang mencapai nilai-nilai pekerjaan penting, selama sesuai dengan kebutuhan dasar individu.
Jadi, kepuasan kerja terjadi ketika pekerjaan sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan dasar. Dalam
definisi Locke, ada dua elemen penting: nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan
adalah tujuan dalam pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai individu. Kepuasan kerja terjadi saat nilai-
nilai ini memenuhi kebutuhan dasar. Ini berhubungan erat dengan motivasi kerja.
PENGANTAR
MODEL B
MODEL C
Model C menyatakan bahwa sikap kerja dan unjuk kerja tidak memiliki keterkaitan langsung. Mereka adalah hasil dari
kondisi kerja dan motivasi yang berbeda. Model ini menyarankan bahwa manajemen perlu mengambil tindakan yang
berbeda untuk memengaruhi sikap kerja dan untuk memotivasi karyawan mencapai unjuk kerja yang lebih tinggi.
(Howell & Dipboye, 1986).
Beberapa Model dari Hubungan Kausal antara Motivasi Kerja, Unjuk-kerja, dan Sikap Kerja.
Model A menunjukkan bahwa kondisi kerja mempengaruhi sikap kerja individu terhadap pekerjaan dan organisasi. Sikap
ini memengaruhi sejauh mana seseorang akan berusaha dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, manajemen harus
menciptakan kondisi kerja yang mendorong sikap kerja yang positif, karena ini dapat meningkatkan produktivitas.
Model B menekankan bahwa sikap kerja dipengaruhi oleh motivasi dan unjuk kerja. Jika karyawan bekerja keras dan
berhasil, mereka akan merasa bangga dengan pencapaian mereka dan memiliki sikap positif terhadap pekerjaan dan
perusahaan. Dalam hal ini, manajemen harus fokus pada motivasi karyawan, memberi mereka kesempatan untuk
berprestasi, dan memberikan umpan balik yang memadai.
MODEL A
Kondisi Kerja Sikap Kerja Motivasi Kerja Unjuk Kerja
Kondisi Kerja Motivasi Kerja Unjuk Kerja Sikap Kerja
Kondisi Kerja 2 Motivasi Kerja 2 Unjuk
Kerja
Kondisi Kerja 1 Motivasi Kerja 1 Sikap
Kerja
Porter-Lawler (1968) yang mengembangkan
model motivasi harapan dari Vroom melihat
hubungan timbal balik antara motivasi kerja dan
kepuasan kerja. Dalam Pengembangan Model
Motivasi Harapan Vroom oleh Porter-Lawler
(dalam: Dipboye, Smith, Howell, 1994) dijabarkan:
Motivasi, kemampuan, dan persepsi peran
mempengaruhi unjuk kerja dan imbalan. Imbalan
yang dianggap adil akan memengaruhi kepuasan
kerja. Nilai imbalan yang diperoleh dan
probabilitas untuk mendapatkannya dengan
usaha tertentu akan memengaruhi motivasi, yang
selanjutnya memengaruhi unjuk kerja. Dalam
model Porter-Lawler, kepuasan kerja dipengaruhi
oleh perbedaan antara imbalan yang diharapkan
dan yang sebenarnya diterima.
Reward
Value of
Effort
Probability
Perceived
Effort-
Reward
and Traits
Abilities
Perception
Role
(Accomplishment)
Performance
(Fulfilment)
Rewards
Rewards
Perceived
Equitable
Satisfaction
PENGEMBANGAN MODEL MOTIVASI HARAPAN
VROOM OLEH PORTER-LAWLER (DALAM:
DIPBOYE, SMITH, HOWELL, 1994)
TEORI-TEORI KEPUASAN KERJA
TEORI PERTENTANGAN (DISCREPANCY THEORY)
1.
Pertentang yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang ia terima
Pentingnya apa yang diinginkan bagi individu.
Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari setiap aspek
pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. Menurut teori ini bahwa
kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai
sebagai berikut :
1.
2.
Contohnya tambahan waktu libur akan menunjang kepuasan tenaga kerja yang menikmati waktu luang setelah
bekerja, tetapi tidak menunjang kepuasan kerja seorang tenaga kerja lain yang merasa waktu luangnya tidak
dapat dinikmati.
2. MODEL DAN KEPUASAN BIDANG / BAGIAN (FACET SATISFACTION)
Bagaimana mereka mempersepsikan masukan pekerjaan, ciri-ciri pekerjaannya.
Bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding bagi
mereka.
Bagaimana hasil-keluaran yang secara aktual mereka terima
Bagaimana hasil-keluaran yang dipersepsikan dari orang dengan siapa mereka dibandingkan diri mereka
sendiri.
Menurut Lawler, orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka (misalnya dengan rekan kerja,
atasan, gaji) jika jumlah dari bidang mereka persepsikan untuk mereka terima dalam bekerja sama dengan jumlah
yang mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka terima.
Menurut model ini, jumlah bidang yang dipersepsikan tiap individu tergantung pada :
1.
2.
Menurut model ini, jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang dari apa yang secara aktual mereka terima
tergantung pada :
1.
2.
Contohnya jika individu mempersepsikan jumlah yang ia terima sebagai lebih besar daripada yang sepatutnya ia
terima, ia akan merasa salah dan tidak adil. Sebaliknya jika ia mempersepsikan bahwa yang ia terima kurang dari
yang sepatutnya ia terima, ia akan merasa tidak puas.
3. TEORI PROSES-BERTENTANGAN (OPPONENT-PROCESS THEORY)
Teori ini menekankan bahwa individu ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional
equilibrium). Teori ini mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberikan kemaslahatan.
Kepuasan atau ketidakpuasan kerja (dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam
sistem pusat saraf yang membuat aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan.
Contohnya jika orang memperoleh ganjaran pada pekerjaan mereka akan merasa senang, sekaligus ada rasa tidak
senang (yang lebih lemah). Setelah beberapa saat rasa senang menurun dan dapat menurun sedemikian rupa
sehingga orang merasa agak sedih sebelum kembali normal. Hal ini dikarenakan emosi tidak senang (emosi yang
berlawanan) berlangsung lebih lama.
Dalam aplikasinya bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang
sesuai karena kepuasan kerja bervariasi secara mendasar dari waktu ke waktu.
FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUASAN
KERJA
5. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
1. Ciri-Ciri Intrinsik Pekerjaan
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik pekerjaan yang menentukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan,
jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas.
Berdasarkan survei diagnostik pekerjaan diperoleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya
dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan, yaitu :
1. Keragaman keterampilan. Makin banyak ragam keterampilan yang digunakan, makin kurang
membosankan pekerjaan.
2. Jati diri tugas (task identity). Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan
yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa tidak puas.
3. Tugas yang penting (task significance). Jika tugas dirasakan penting dan berarti, maka ia cenderung
mempunyai kepuasan kerja.
4. Otonomi. Pekerjaan yang memberikan kebebasan, ketidakgantungan dan peluang mengambil
keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
Motivation Potential Score :
(keragaman keterampilan + jati diri tugas + signifikansi tugas) × otonomi × balikan
Berdasarkan ciri-ciri intrinsik di atas, Hackman dan Oldham (1976) mengembangkan model karakteristik kerja dari
motivasi kerja. Mereka mengasumsikan bahwa ciri-ciri pekerjaan di atas menimbulkan tiga Critical Psychological States,
yaitu : (1). Experienced Meaningfulness of the work; (2). Experienced Responsibility for Outcomes of the Work; (3).
Knowledge of the Actual Results of the Work Activities. Dari ketiga kondisi di atas, menghasilkan empat macam Personal
and Work Outcomes (Keluaran Pribadi dan Kerja), yaitu : (1). Motivasi kerja internal yang tinggi, (2). Untuk kerja yang
bermutu tinggi, (3). Kepuasan kerja yang tinggi dengan pekerjaan, dan (4). Angka kemangkiran dan keluar pegawai yang
rendah. Berdasarkan ciri-ciri intrinsik pekerjaan, mereka membuat satu rumus untuk mengetahui skor potensi motivasi,
sebagai berikut :
3
Model karakteristik pekerjaan dari motivasi kerja menunjukkan hubungan yang erat dengan
kepuasan kerja. Namun, perlu ditambahkan catatan tentang keragaman keterampilan yang
diperlukan oleh pekerjaan agar tidak membosankan.
2. Gaji Penghasilan, Imbalan yang Dirasakan Adil (Equittable Reward)
Siegel & Lane mengutip kesimpulan beberapa ahli yang meninjau kembali hasil-hasil penelitian tentang
pentingnya gaji sebagai penentu dari kepuasan kerja. Ternyata, menurut hasil penelitian yang dilakukan
Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima. Derajat sejauh
mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan.
Di samping memenuhi kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah (makanan, perumahan), uang merupakan
simbol dari capaian, keberhasilan, dan pengakuan/penghargaan. Jumlah gaji yang diperoleh dapat
secara nyata mewakili kebebasan untuk melakukan apa yang ingin dilakukan.
Dengan menggunakan Teori keadilan Adams telah dilakukan berbagai penelitian, salah satu hasilnya
ialah orang yang menerima gaji yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan
mengalami distess atau ketidakpuasan.
Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil.
Herzberg memasukkan faktor gaji/imbalan ke dalam faktor kelompok hygiene. Jika dianggap gajinya
terlalu rendah, tenaga kerja akan merasa tidak puas. Namun jika dirasakan tinggi atau dirasakan
sesuai dengan harapan, maka istilah Herzberg adalah tenaga kerja tidak lagi tidak puas. Artinya tidak
ada dampak pada motivasi kerjanya.
Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan
disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
Locke menemukan dua jenis dari hubungan atasan-bawahan: yaitu hubungan fungsional dan keseluruhan
(entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia nembantu tenaga kerja, untuk memuaskan
nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Misalnya jika kerja yang menantang penting bagi tenaga
kerja, penyelianya membantu memberikan pekerjaan yang menantang kepadanya. Hubungan keseluruhan
didasarkan pada ketertarikan antarpribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Misalnya
atasan dengan bawahannya saling tertarik karena dua-duanya senang bermain bridge, atau dua-duanya
mempunyai pandangan hidup yang sama. Berdasarkan model dari Locke ini orang dapat memiliki hubungan
keseluruhan yang baik tapa harus memiliki hubungan fungsional yang baik, dan sebaliknya.
3. Penyeliaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada satu ciri kepemimpinan yang secara konsisten berkaitan
dengan kepuasan kerja, yaitu penenggangan rasa ( consideration ).
Perusahaan perlu menyediakan ruang kerja yang terang, sejuk, dengan peralatan kerja yang enak untuk
digunakan, meja dan kursi kerja yang dapat diatur tinggi-rendah, miring-tegak duduknya. Kondisi kerja yang
memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi. Dalam kondisi kerja seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi
dan memuaskan tenaga kerja.
4. Rekan-rekan Sejawat yang Menunjang
Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan tugas pokerjaanya memperoleh masukannya (dalam bentuk tertentu)
dari tenaga kerja lain. Keluarannya (barang yang setengah jadi) menjadi masukan untuk tenaga kerja lainnya.
Misalnya, pekerja mendapat tembakau dan kertas rokok sebagai masukan, melinting rokok kretek yang
ujungnya masih belum rata, tembakaunya masih keluar. Rokok setengah jadi merupakan masukan dari pekerja
lain yang memotong rapi tembakau yang berlebih. Rokok yang sudah terpangkas merupakan masukan untuk
pekerja membungkus rokok dan seterusnya. Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan
Ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kejengkelan timbul jika masukan yang diterima tidak
memenuhi mutu dan tidak memenuhi jumlah yang ditentukan. Dalam kenyataannya hal ini jarang terjadi, bahkan
dicegah jangan sampai terjadi
5. Kondisi Kerja yang Menunjang
Bekerja dalam ruangan kerja yang sempit, panas, yang cahaya lampunya menyilaukan mata, kondisi kerja yang
tidak mengenakkan (uncomfortable) akan menimbulkan keengganan untuk bekerja. Orang akan mencari alasan
untuk sering-sering keluar ruangan kerjanya.
Awalnya orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan menaikkan kepuasan kerja. Hubungan
antara produktivitas dan kepuasan kerja sangat kecil. Kenyataan ini sebagian dapat dijelaskan dengan
mengatakan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor moderator di samping kepuasan kerja. Akhir-
akhir ini terdapat pandangan bahwa kepuasan kerja mungkin merupakan akibat, dan bukan merupakan sebab dari
produktivitas. Lawler dan Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari
kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran intrinsik (rasa telah mencapai sesuatu)
dan ganjaran ekstrinsik (gaji) yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk-kerja
yang unggul. Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik berasosiasi dengan unjuk-
kerja, maka kenaikan dalam unjuk-kerja tidak akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja.
1. Dampak terhadap Produktivitas
DAMPAK DARI KEPUASAN DAN
KETIDAKPUASAN KERJA
Mobley, Horner, dan Hollingworth menunjukkan model meninggalkan pekerjaan. Setelah
tenaga kerja menjadi tidak puas terjadi berpikir untuk meninggalkan pekerjaan) sebelum
mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat
dari kepuasan kerja berkorelasi dengan pemikiran untuk meninggalkan pekerjaan, dan bahwa
niat tersebut berkorelasi dengan meninggalkan pekerjaan secara aktual.
2. Dampak terhadap Ketidakhadiran (Absenteism) dan Keluarnya Tenaga Kerja (Turnover)
Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran dan berhenti kerja merupakan jenis jawaban yang
secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih bersifat spontan dan dengan demikian kurang
mungkin mencerminkan ketidakpuasan kerja. Lain halnya dengan berhenti atau keluar dari
pekerjaan, perilaku ini mempunyai konsekuensi ekonomis yang besar, maka kemungkinan
besar perilaku ini berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan antara ketidakhadiran dengan kepuasan kerja. Steers dan Rhodes mengembangkan
model dari pengaruh terhadap kehadiran. Ada dua faktor pada perilaku hadir, yaitu motivasi
untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk hadir
dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan tekanan internal dan eksternal untuk
datang pada pekerjaan
Keluar (Exit): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan pekerjaan
(mencari pekerjaan lain)
Menyuarakan (Voice): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif dan
konstruktif untuk memperbaiki kondisi (memberikan saran perbaikan, mendiskusikan
masalah dengan atasan)
Mengabaikan (Neglect): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap
membiarkan keadaan menjadi lebih buruk (sering absen, datang terlambat, upaya
berkurang, kesalahan yang dibuat semakin banyak)
Kesetiaan (Loyalty): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan memunggu secara
pasif sampai kondisi menjadi lebih baik (membela perusahaan terhadap kritik dari luar
dan percaya bahwa organisasi dan manajemen akan melakukan yang tepat untuk
memperbaiki kondisi)
Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja dapat diungkapkan ke
dalam berbagai macam cara:
1.
2.
3.
4.
Meskipun jelas bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan,
hubungan kausalnya masih tidak jelas. Diduga kepuasan kerja menunjang
tingkat dari fungsi fisik dan mental dan kepuasan sendiri merupakan tanda
kesehatan. Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling
mengukuhkan sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang
lain dan sebaliknya penurunan yang satu mempunyai akibat yang negatif pada
yang lainnya.
3. Dampak terhadap Kesehatan
Salah satu penemuan Kornhauser tentang kesehatan mental dan kepuasan
kerja, bahwa untuk semua tingkatan jabatan, persepsi dari tenaga kerja bahwa
pekerjaan menuntut penggunaan efektif dari kecakapan berkaitan dengan skor
kesehatan mental yang tinggi. Skor tersebut berkaitan dengan tingkat dari
kepuasan kerja dan tingkat dari jabatan.
MIND
MAP
4.DAMPAK KEPUASAN DAN
KETIDAKPUASAN KERJA
teori
pertentangan
TEORI PROSES
BERTENTANGAN
MODEL
KEPUASAN BIDANG
PENGANTAR
1.
2. tEORI-TEORI
KEPUASAN KERJA
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI
KERJA,UNJUK KERJA, DAN
SIKAP KERJA
KEPUASAN KERJA
3.FAKTOR-FAKTOR
PENENTTU KEPUASAN
KERJA
“TIDAK ADA DEFINISI
TUNGGAL UNTUK KEPUASAN
KERJA.”
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to KEPUASAN KERJA

Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010Syah Roni
 
Manajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job Statisfaction
Manajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job StatisfactionManajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job Statisfaction
Manajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job StatisfactionEka Susi Utami
 
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerjahubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerjaSulistia Rini
 
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaRingkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaIRAWANPERWANDA
 
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
 
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya OrganisasiCut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasicutzurnali
 
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu DepartemenAnalisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemenviamedia21
 
SIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
SIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaSIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
SIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaSenLord
 
F100030029
F100030029F100030029
F100030029mutatama
 

Similar to KEPUASAN KERJA (20)

Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010
 
Manajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job Statisfaction
Manajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job StatisfactionManajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job Statisfaction
Manajemen Sumber Daya Manusia Kepuasan Kerja Job Statisfaction
 
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerjahubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
 
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaRingkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
 
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
KEPUASAN KERJA - PSIKOLOGI INDUSTRI
 
Dimensi kepuasan kerja
Dimensi kepuasan kerjaDimensi kepuasan kerja
Dimensi kepuasan kerja
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Kepuasan kerja pegawai
Kepuasan kerja pegawaiKepuasan kerja pegawai
Kepuasan kerja pegawai
 
Pemahaman kepuasan kerja
Pemahaman kepuasan kerjaPemahaman kepuasan kerja
Pemahaman kepuasan kerja
 
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016Bab 9 isi memotivasi karyawan -  stephanie akuntansi A UNJ 2016
Bab 9 isi memotivasi karyawan - stephanie akuntansi A UNJ 2016
 
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya OrganisasiCut Zurnali - Hubungan  Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
Cut Zurnali - Hubungan Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi
 
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu DepartemenAnalisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
 
Kepuasan kerja
Kepuasan kerjaKepuasan kerja
Kepuasan kerja
 
ekonomi
ekonomiekonomi
ekonomi
 
Artikel modul 11
Artikel modul 11Artikel modul 11
Artikel modul 11
 
SIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
SIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaSIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
SIKAP_DAN_KEPUASAN_KERJAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
TEORI KEPUASAN KERJA
TEORI KEPUASAN KERJA TEORI KEPUASAN KERJA
TEORI KEPUASAN KERJA
 
F100030029
F100030029F100030029
F100030029
 
Artikel modul 11
Artikel modul 11Artikel modul 11
Artikel modul 11
 
Artikel modul 14 j
Artikel modul 14 jArtikel modul 14 j
Artikel modul 14 j
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

KEPUASAN KERJA

  • 1. KEPUASAN KERJA Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I Judul Buku : Psikologi Industri dan Organisasi BAB 10 Ashar Sunyoto Munandar
  • 2. KELOMPOK 8 Cut Novira Azzahra (2224090218) Eulis Tursia Safira (2224090139) Khansa Naila Putri (2224090162) Davina Maharani (2224090163) Annisa Nur Qisty (2024090020) Novitasari (2024090094) ANGGOTA :
  • 3. A. Pengantar B. Teori-teori Kepuasan Kerja C. Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja D. Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja DAFTAR ISI
  • 4. Sedangkan Howell dan Dipboye melihat kepuasan kerja sebagai hasil dari seberapa banyak seseorang menyukai berbagai aspek pekerjaannya. Dengan kata lain, kepuasan kerja mencerminkan sikap seseorang terhadap pekerjaannya secara keseluruhan. Tidak ada definisi tunggal untuk kepuasan kerja. Locke mendefinisikannya sebagai penilaian terhadap pekerjaan yang mencapai nilai-nilai pekerjaan penting, selama sesuai dengan kebutuhan dasar individu. Jadi, kepuasan kerja terjadi ketika pekerjaan sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan dasar. Dalam definisi Locke, ada dua elemen penting: nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan adalah tujuan dalam pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai individu. Kepuasan kerja terjadi saat nilai- nilai ini memenuhi kebutuhan dasar. Ini berhubungan erat dengan motivasi kerja. PENGANTAR
  • 5. MODEL B MODEL C Model C menyatakan bahwa sikap kerja dan unjuk kerja tidak memiliki keterkaitan langsung. Mereka adalah hasil dari kondisi kerja dan motivasi yang berbeda. Model ini menyarankan bahwa manajemen perlu mengambil tindakan yang berbeda untuk memengaruhi sikap kerja dan untuk memotivasi karyawan mencapai unjuk kerja yang lebih tinggi. (Howell & Dipboye, 1986). Beberapa Model dari Hubungan Kausal antara Motivasi Kerja, Unjuk-kerja, dan Sikap Kerja. Model A menunjukkan bahwa kondisi kerja mempengaruhi sikap kerja individu terhadap pekerjaan dan organisasi. Sikap ini memengaruhi sejauh mana seseorang akan berusaha dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, manajemen harus menciptakan kondisi kerja yang mendorong sikap kerja yang positif, karena ini dapat meningkatkan produktivitas. Model B menekankan bahwa sikap kerja dipengaruhi oleh motivasi dan unjuk kerja. Jika karyawan bekerja keras dan berhasil, mereka akan merasa bangga dengan pencapaian mereka dan memiliki sikap positif terhadap pekerjaan dan perusahaan. Dalam hal ini, manajemen harus fokus pada motivasi karyawan, memberi mereka kesempatan untuk berprestasi, dan memberikan umpan balik yang memadai. MODEL A Kondisi Kerja Sikap Kerja Motivasi Kerja Unjuk Kerja Kondisi Kerja Motivasi Kerja Unjuk Kerja Sikap Kerja Kondisi Kerja 2 Motivasi Kerja 2 Unjuk Kerja Kondisi Kerja 1 Motivasi Kerja 1 Sikap Kerja
  • 6. Porter-Lawler (1968) yang mengembangkan model motivasi harapan dari Vroom melihat hubungan timbal balik antara motivasi kerja dan kepuasan kerja. Dalam Pengembangan Model Motivasi Harapan Vroom oleh Porter-Lawler (dalam: Dipboye, Smith, Howell, 1994) dijabarkan: Motivasi, kemampuan, dan persepsi peran mempengaruhi unjuk kerja dan imbalan. Imbalan yang dianggap adil akan memengaruhi kepuasan kerja. Nilai imbalan yang diperoleh dan probabilitas untuk mendapatkannya dengan usaha tertentu akan memengaruhi motivasi, yang selanjutnya memengaruhi unjuk kerja. Dalam model Porter-Lawler, kepuasan kerja dipengaruhi oleh perbedaan antara imbalan yang diharapkan dan yang sebenarnya diterima. Reward Value of Effort Probability Perceived Effort- Reward and Traits Abilities Perception Role (Accomplishment) Performance (Fulfilment) Rewards Rewards Perceived Equitable Satisfaction PENGEMBANGAN MODEL MOTIVASI HARAPAN VROOM OLEH PORTER-LAWLER (DALAM: DIPBOYE, SMITH, HOWELL, 1994)
  • 7. TEORI-TEORI KEPUASAN KERJA TEORI PERTENTANGAN (DISCREPANCY THEORY) 1. Pertentang yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang ia terima Pentingnya apa yang diinginkan bagi individu. Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. Menurut teori ini bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai sebagai berikut : 1. 2. Contohnya tambahan waktu libur akan menunjang kepuasan tenaga kerja yang menikmati waktu luang setelah bekerja, tetapi tidak menunjang kepuasan kerja seorang tenaga kerja lain yang merasa waktu luangnya tidak dapat dinikmati.
  • 8. 2. MODEL DAN KEPUASAN BIDANG / BAGIAN (FACET SATISFACTION) Bagaimana mereka mempersepsikan masukan pekerjaan, ciri-ciri pekerjaannya. Bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding bagi mereka. Bagaimana hasil-keluaran yang secara aktual mereka terima Bagaimana hasil-keluaran yang dipersepsikan dari orang dengan siapa mereka dibandingkan diri mereka sendiri. Menurut Lawler, orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka (misalnya dengan rekan kerja, atasan, gaji) jika jumlah dari bidang mereka persepsikan untuk mereka terima dalam bekerja sama dengan jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka terima. Menurut model ini, jumlah bidang yang dipersepsikan tiap individu tergantung pada : 1. 2. Menurut model ini, jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang dari apa yang secara aktual mereka terima tergantung pada : 1. 2. Contohnya jika individu mempersepsikan jumlah yang ia terima sebagai lebih besar daripada yang sepatutnya ia terima, ia akan merasa salah dan tidak adil. Sebaliknya jika ia mempersepsikan bahwa yang ia terima kurang dari yang sepatutnya ia terima, ia akan merasa tidak puas.
  • 9. 3. TEORI PROSES-BERTENTANGAN (OPPONENT-PROCESS THEORY) Teori ini menekankan bahwa individu ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional equilibrium). Teori ini mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja (dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem pusat saraf yang membuat aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan. Contohnya jika orang memperoleh ganjaran pada pekerjaan mereka akan merasa senang, sekaligus ada rasa tidak senang (yang lebih lemah). Setelah beberapa saat rasa senang menurun dan dapat menurun sedemikian rupa sehingga orang merasa agak sedih sebelum kembali normal. Hal ini dikarenakan emosi tidak senang (emosi yang berlawanan) berlangsung lebih lama. Dalam aplikasinya bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai karena kepuasan kerja bervariasi secara mendasar dari waktu ke waktu.
  • 10. FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUASAN KERJA 5. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja. 1. Ciri-Ciri Intrinsik Pekerjaan Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik pekerjaan yang menentukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas. Berdasarkan survei diagnostik pekerjaan diperoleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan, yaitu : 1. Keragaman keterampilan. Makin banyak ragam keterampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan. 2. Jati diri tugas (task identity). Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa tidak puas. 3. Tugas yang penting (task significance). Jika tugas dirasakan penting dan berarti, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja. 4. Otonomi. Pekerjaan yang memberikan kebebasan, ketidakgantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
  • 11. Motivation Potential Score : (keragaman keterampilan + jati diri tugas + signifikansi tugas) × otonomi × balikan Berdasarkan ciri-ciri intrinsik di atas, Hackman dan Oldham (1976) mengembangkan model karakteristik kerja dari motivasi kerja. Mereka mengasumsikan bahwa ciri-ciri pekerjaan di atas menimbulkan tiga Critical Psychological States, yaitu : (1). Experienced Meaningfulness of the work; (2). Experienced Responsibility for Outcomes of the Work; (3). Knowledge of the Actual Results of the Work Activities. Dari ketiga kondisi di atas, menghasilkan empat macam Personal and Work Outcomes (Keluaran Pribadi dan Kerja), yaitu : (1). Motivasi kerja internal yang tinggi, (2). Untuk kerja yang bermutu tinggi, (3). Kepuasan kerja yang tinggi dengan pekerjaan, dan (4). Angka kemangkiran dan keluar pegawai yang rendah. Berdasarkan ciri-ciri intrinsik pekerjaan, mereka membuat satu rumus untuk mengetahui skor potensi motivasi, sebagai berikut : 3 Model karakteristik pekerjaan dari motivasi kerja menunjukkan hubungan yang erat dengan kepuasan kerja. Namun, perlu ditambahkan catatan tentang keragaman keterampilan yang diperlukan oleh pekerjaan agar tidak membosankan.
  • 12. 2. Gaji Penghasilan, Imbalan yang Dirasakan Adil (Equittable Reward) Siegel & Lane mengutip kesimpulan beberapa ahli yang meninjau kembali hasil-hasil penelitian tentang pentingnya gaji sebagai penentu dari kepuasan kerja. Ternyata, menurut hasil penelitian yang dilakukan Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima. Derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan. Di samping memenuhi kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah (makanan, perumahan), uang merupakan simbol dari capaian, keberhasilan, dan pengakuan/penghargaan. Jumlah gaji yang diperoleh dapat secara nyata mewakili kebebasan untuk melakukan apa yang ingin dilakukan.
  • 13. Dengan menggunakan Teori keadilan Adams telah dilakukan berbagai penelitian, salah satu hasilnya ialah orang yang menerima gaji yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distess atau ketidakpuasan. Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Herzberg memasukkan faktor gaji/imbalan ke dalam faktor kelompok hygiene. Jika dianggap gajinya terlalu rendah, tenaga kerja akan merasa tidak puas. Namun jika dirasakan tinggi atau dirasakan sesuai dengan harapan, maka istilah Herzberg adalah tenaga kerja tidak lagi tidak puas. Artinya tidak ada dampak pada motivasi kerjanya. Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
  • 14. Locke menemukan dua jenis dari hubungan atasan-bawahan: yaitu hubungan fungsional dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia nembantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Misalnya jika kerja yang menantang penting bagi tenaga kerja, penyelianya membantu memberikan pekerjaan yang menantang kepadanya. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antarpribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Misalnya atasan dengan bawahannya saling tertarik karena dua-duanya senang bermain bridge, atau dua-duanya mempunyai pandangan hidup yang sama. Berdasarkan model dari Locke ini orang dapat memiliki hubungan keseluruhan yang baik tapa harus memiliki hubungan fungsional yang baik, dan sebaliknya. 3. Penyeliaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada satu ciri kepemimpinan yang secara konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja, yaitu penenggangan rasa ( consideration ).
  • 15. Perusahaan perlu menyediakan ruang kerja yang terang, sejuk, dengan peralatan kerja yang enak untuk digunakan, meja dan kursi kerja yang dapat diatur tinggi-rendah, miring-tegak duduknya. Kondisi kerja yang memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi. Dalam kondisi kerja seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi dan memuaskan tenaga kerja. 4. Rekan-rekan Sejawat yang Menunjang Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan tugas pokerjaanya memperoleh masukannya (dalam bentuk tertentu) dari tenaga kerja lain. Keluarannya (barang yang setengah jadi) menjadi masukan untuk tenaga kerja lainnya. Misalnya, pekerja mendapat tembakau dan kertas rokok sebagai masukan, melinting rokok kretek yang ujungnya masih belum rata, tembakaunya masih keluar. Rokok setengah jadi merupakan masukan dari pekerja lain yang memotong rapi tembakau yang berlebih. Rokok yang sudah terpangkas merupakan masukan untuk pekerja membungkus rokok dan seterusnya. Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan Ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kejengkelan timbul jika masukan yang diterima tidak memenuhi mutu dan tidak memenuhi jumlah yang ditentukan. Dalam kenyataannya hal ini jarang terjadi, bahkan dicegah jangan sampai terjadi 5. Kondisi Kerja yang Menunjang Bekerja dalam ruangan kerja yang sempit, panas, yang cahaya lampunya menyilaukan mata, kondisi kerja yang tidak mengenakkan (uncomfortable) akan menimbulkan keengganan untuk bekerja. Orang akan mencari alasan untuk sering-sering keluar ruangan kerjanya.
  • 16. Awalnya orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan menaikkan kepuasan kerja. Hubungan antara produktivitas dan kepuasan kerja sangat kecil. Kenyataan ini sebagian dapat dijelaskan dengan mengatakan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor moderator di samping kepuasan kerja. Akhir- akhir ini terdapat pandangan bahwa kepuasan kerja mungkin merupakan akibat, dan bukan merupakan sebab dari produktivitas. Lawler dan Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran intrinsik (rasa telah mencapai sesuatu) dan ganjaran ekstrinsik (gaji) yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk-kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik berasosiasi dengan unjuk- kerja, maka kenaikan dalam unjuk-kerja tidak akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja. 1. Dampak terhadap Produktivitas DAMPAK DARI KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN KERJA
  • 17. Mobley, Horner, dan Hollingworth menunjukkan model meninggalkan pekerjaan. Setelah tenaga kerja menjadi tidak puas terjadi berpikir untuk meninggalkan pekerjaan) sebelum mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat dari kepuasan kerja berkorelasi dengan pemikiran untuk meninggalkan pekerjaan, dan bahwa niat tersebut berkorelasi dengan meninggalkan pekerjaan secara aktual. 2. Dampak terhadap Ketidakhadiran (Absenteism) dan Keluarnya Tenaga Kerja (Turnover) Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran dan berhenti kerja merupakan jenis jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih bersifat spontan dan dengan demikian kurang mungkin mencerminkan ketidakpuasan kerja. Lain halnya dengan berhenti atau keluar dari pekerjaan, perilaku ini mempunyai konsekuensi ekonomis yang besar, maka kemungkinan besar perilaku ini berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara ketidakhadiran dengan kepuasan kerja. Steers dan Rhodes mengembangkan model dari pengaruh terhadap kehadiran. Ada dua faktor pada perilaku hadir, yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan tekanan internal dan eksternal untuk datang pada pekerjaan
  • 18. Keluar (Exit): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan pekerjaan (mencari pekerjaan lain) Menyuarakan (Voice): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi (memberikan saran perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan) Mengabaikan (Neglect): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap membiarkan keadaan menjadi lebih buruk (sering absen, datang terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dibuat semakin banyak) Kesetiaan (Loyalty): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan memunggu secara pasif sampai kondisi menjadi lebih baik (membela perusahaan terhadap kritik dari luar dan percaya bahwa organisasi dan manajemen akan melakukan yang tepat untuk memperbaiki kondisi) Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja dapat diungkapkan ke dalam berbagai macam cara: 1. 2. 3. 4.
  • 19. Meskipun jelas bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan, hubungan kausalnya masih tidak jelas. Diduga kepuasan kerja menunjang tingkat dari fungsi fisik dan mental dan kepuasan sendiri merupakan tanda kesehatan. Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya penurunan yang satu mempunyai akibat yang negatif pada yang lainnya. 3. Dampak terhadap Kesehatan Salah satu penemuan Kornhauser tentang kesehatan mental dan kepuasan kerja, bahwa untuk semua tingkatan jabatan, persepsi dari tenaga kerja bahwa pekerjaan menuntut penggunaan efektif dari kecakapan berkaitan dengan skor kesehatan mental yang tinggi. Skor tersebut berkaitan dengan tingkat dari kepuasan kerja dan tingkat dari jabatan.
  • 20. MIND MAP 4.DAMPAK KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN KERJA teori pertentangan TEORI PROSES BERTENTANGAN MODEL KEPUASAN BIDANG PENGANTAR 1. 2. tEORI-TEORI KEPUASAN KERJA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA,UNJUK KERJA, DAN SIKAP KERJA KEPUASAN KERJA 3.FAKTOR-FAKTOR PENENTTU KEPUASAN KERJA “TIDAK ADA DEFINISI TUNGGAL UNTUK KEPUASAN KERJA.”