Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Sampah menjadi masalah lingkungan yang serius di banyak kota di Jawa Tengah karena peningkatan produksi sampah dan kurangnya dana untuk pengelolaannya, (2) Penulis berpandangan bahwa sampah dapat diolah menjadi sumber daya berharga dan bernilai ekonomi melalui pengelolaan yang bijak, (3) Penulis mengajukan gagasan bahwa sampah dapat dijadikan
Pada hari Selasa, 5 mey 2015 pukul 16.00 WITA kami berkunjung ke pasar todopuli, untuk melakukan observasi di tempat penumpukan sampah. Sebelum kami melakukan observasi kami wawancara di lokasi tersebut terlebih dahulu bersama penjual. kami yang beranggotakan 3 orang yang ditugaskan oleh dosen untuk melakuakan penelitian timbulan sampah
Pada hari Selasa, 5 mey 2015 pukul 16.00 WITA kami berkunjung ke pasar todopuli, untuk melakukan observasi di tempat penumpukan sampah. Sebelum kami melakukan observasi kami wawancara di lokasi tersebut terlebih dahulu bersama penjual. kami yang beranggotakan 3 orang yang ditugaskan oleh dosen untuk melakuakan penelitian timbulan sampah
MANFAAT PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN KONSEP MEGALABINOVASI
1. Dapat mengatasi persoalan sampah organik yang apabila tidak dicarikan solusi yang tepat maka akan menjadi beban bagi para pelaku usaha baik itu perusahaan, instansi dan juga bagi lingkungan sekitar.
2. Keberadaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep MEGALABINOVASI ini sangat ramah terhadap lingkungan, dikarenakan tidak menimbulkan bau, sehingga dapat di install pada lokasi yang berdekatan dengan warga.
3. Unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat unik dan bermanfaat, sehingga dapat menumbuhkan citra yang positif bagi warga sebagai komunitas pecinta lingkungan.
4. Beban pemeliharaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat ringan, maka secara jangka panjang akan memberikan penghematan beban pengolahan sampah yang cukup signifikan.
5. Konsep ini tidak mengandung unsur kimia dalam proses pengolahannya.
6. Proses yang dihasilkan berupa biogas bertekanan rendah, sehingga sangat aman di gunakan.
7. Desain dari unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini dirancang secara customized sesuai citra yang diharapkan sehingga tidak terkesan sebagai tempat pengolahan sampah.
PRINSIP KERJA BIODIGESTER DENGAN KONSEP
Memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang akan menghasilkan gas methana (CH4)
Gas methana yang dihasilkan bisa mencapai hingga 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor, sisanya didominasi oleh CO2
Bakteri methanogen bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (an aerob), sehingga proses ini bisa disebut pencernaan an aerob (an aerob digestion)
Bakteri methanogen akan secara natural berada dalam sampah yang yang mengandung bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia dan sampah organik
Proses Pemasukan Sampah Organik Kedalam Biodigester MEGALABINOVASI
Sampah organik dimasukan kedalam lubang input digester
Tambahkan air secukupnya untuk membersihkan lubang input
Kocoklah digester setiap hari untuk meningkatkan kinerja bakteri pengurai
Dilakukan setiap hari dengan jumlah yang disesuaikan
Hindari pemasukan sampah anorganik kedalam digester
Pengelolaan Pupuk Cair Organik
Limbah cair biogas (slurry) akan keluar dari lubang output digester dengan sendirinya, disaat pemasukan sampah organik kedalam lubang input
Slurry ditampung kedalam drum penampung dibiarkan beberapa minggu sebelum digunakan
Slurry atau pupuk cair organik ini akan berbeda kandungan nutrisinya, tergantung dari sampah organik yang dimasukan
Biogas sama dengan sumber energi alternatif, maka asumsinya adalah 1m3 biogas setara dengan :
0,4 Kg LPG
0,52 Lt solar
0,62 Lt minyak tanah
4,7 KWH listrik
3,5 Kg kayu bakar
Asupan sampah 500 Kg/ha ri
Kapasitas Biodigester 54 m3
Produksi biogas perhari ± 12,5 m atau setara 10 Lt Bensin (kondisional
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...EducationCommunity
Waste problems that occur in large urban communities, such as the city of Bandung, need to be taken seriously because waste problems are not only a problem of cleanliness and the environment, but can also be a conflict of social problems in the community. The family as the smallest community in the community structure is the source of the waste problem itself with the largest contribution to piles of waste originating from household waste. The Bandung city government has launched the Kang PisMan movement as a flagship program in alternative waste management in the city of Bandung as an effort to make Bandung a waste-free area. The purpose of this research is to study the extent to which the Kang PisMan movement as a Bandung city government program has been recognized by the community and can be an alternative environmental education in the family that can contribute to waste management, especially in the city of Bandung. The research method used is quantitative and qualitative methods through surveys, interviews, and direct observation. The results of this study are expected to build public awareness of the importance of environmental education starting with the family, one of which is by supporting the Kang PisMan movement.
Permasalahan sampah yang terjadi pada masyarakat kota besar, seperti kota Bandung perlu ditangani secara serius karena permasalahan sampah bukan hanya menjadi permasalahan kebersihan dan lingkungan hidup, namun juga bisa menjadi konflik permasalahan sosial di masyarakat. Keluarga sebagai komunitas terkecil dalam tatanan masyarakat adalah sumber dari permasalahan sampah itu sendiri dengan adanya kontribusi terbesar pada timbunan sampah yang bersumber dari sampah rumah tangga. Pemerintah kota Bandung mencanangkan gerakan Kang PisMan sebagai program unggulan dalam altenatif penanganan sampah di kota Bandung sebagai upaya mewujudkan kota Bandung sebagai kawasan bebas sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari sejauh mana gerakan Kang PisMan sebagai program pemerintah kota Bandung telah diketahui oleh masyarakat dan bisa menjadi salah satu alternatif pendidikan lingkungan hidup dalam keluarga yang bisa memberikan kontribusi pada pengelolaan sampah, khususnya di kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif melalui survei, wawancara, dan observasi langsung. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup yang dimulai dari keluarga, salah satunya adalah dengan mendukung gerakan Kang PisMan.
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Rizki Gumilar
Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut, karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
Daur ulang yang merupakan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 3R
(Reuse, Reduce, and Recycle)
dan dapat dilakukan pada sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik.
3R terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle.
Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Fungsi daur ulang ..
MANFAAT PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN KONSEP MEGALABINOVASI
1. Dapat mengatasi persoalan sampah organik yang apabila tidak dicarikan solusi yang tepat maka akan menjadi beban bagi para pelaku usaha baik itu perusahaan, instansi dan juga bagi lingkungan sekitar.
2. Keberadaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep MEGALABINOVASI ini sangat ramah terhadap lingkungan, dikarenakan tidak menimbulkan bau, sehingga dapat di install pada lokasi yang berdekatan dengan warga.
3. Unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat unik dan bermanfaat, sehingga dapat menumbuhkan citra yang positif bagi warga sebagai komunitas pecinta lingkungan.
4. Beban pemeliharaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat ringan, maka secara jangka panjang akan memberikan penghematan beban pengolahan sampah yang cukup signifikan.
5. Konsep ini tidak mengandung unsur kimia dalam proses pengolahannya.
6. Proses yang dihasilkan berupa biogas bertekanan rendah, sehingga sangat aman di gunakan.
7. Desain dari unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini dirancang secara customized sesuai citra yang diharapkan sehingga tidak terkesan sebagai tempat pengolahan sampah.
PRINSIP KERJA BIODIGESTER DENGAN KONSEP
Memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang akan menghasilkan gas methana (CH4)
Gas methana yang dihasilkan bisa mencapai hingga 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor, sisanya didominasi oleh CO2
Bakteri methanogen bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (an aerob), sehingga proses ini bisa disebut pencernaan an aerob (an aerob digestion)
Bakteri methanogen akan secara natural berada dalam sampah yang yang mengandung bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia dan sampah organik
Proses Pemasukan Sampah Organik Kedalam Biodigester MEGALABINOVASI
Sampah organik dimasukan kedalam lubang input digester
Tambahkan air secukupnya untuk membersihkan lubang input
Kocoklah digester setiap hari untuk meningkatkan kinerja bakteri pengurai
Dilakukan setiap hari dengan jumlah yang disesuaikan
Hindari pemasukan sampah anorganik kedalam digester
Pengelolaan Pupuk Cair Organik
Limbah cair biogas (slurry) akan keluar dari lubang output digester dengan sendirinya, disaat pemasukan sampah organik kedalam lubang input
Slurry ditampung kedalam drum penampung dibiarkan beberapa minggu sebelum digunakan
Slurry atau pupuk cair organik ini akan berbeda kandungan nutrisinya, tergantung dari sampah organik yang dimasukan
Biogas sama dengan sumber energi alternatif, maka asumsinya adalah 1m3 biogas setara dengan :
0,4 Kg LPG
0,52 Lt solar
0,62 Lt minyak tanah
4,7 KWH listrik
3,5 Kg kayu bakar
Asupan sampah 500 Kg/ha ri
Kapasitas Biodigester 54 m3
Produksi biogas perhari ± 12,5 m atau setara 10 Lt Bensin (kondisional
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...EducationCommunity
Waste problems that occur in large urban communities, such as the city of Bandung, need to be taken seriously because waste problems are not only a problem of cleanliness and the environment, but can also be a conflict of social problems in the community. The family as the smallest community in the community structure is the source of the waste problem itself with the largest contribution to piles of waste originating from household waste. The Bandung city government has launched the Kang PisMan movement as a flagship program in alternative waste management in the city of Bandung as an effort to make Bandung a waste-free area. The purpose of this research is to study the extent to which the Kang PisMan movement as a Bandung city government program has been recognized by the community and can be an alternative environmental education in the family that can contribute to waste management, especially in the city of Bandung. The research method used is quantitative and qualitative methods through surveys, interviews, and direct observation. The results of this study are expected to build public awareness of the importance of environmental education starting with the family, one of which is by supporting the Kang PisMan movement.
Permasalahan sampah yang terjadi pada masyarakat kota besar, seperti kota Bandung perlu ditangani secara serius karena permasalahan sampah bukan hanya menjadi permasalahan kebersihan dan lingkungan hidup, namun juga bisa menjadi konflik permasalahan sosial di masyarakat. Keluarga sebagai komunitas terkecil dalam tatanan masyarakat adalah sumber dari permasalahan sampah itu sendiri dengan adanya kontribusi terbesar pada timbunan sampah yang bersumber dari sampah rumah tangga. Pemerintah kota Bandung mencanangkan gerakan Kang PisMan sebagai program unggulan dalam altenatif penanganan sampah di kota Bandung sebagai upaya mewujudkan kota Bandung sebagai kawasan bebas sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari sejauh mana gerakan Kang PisMan sebagai program pemerintah kota Bandung telah diketahui oleh masyarakat dan bisa menjadi salah satu alternatif pendidikan lingkungan hidup dalam keluarga yang bisa memberikan kontribusi pada pengelolaan sampah, khususnya di kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif melalui survei, wawancara, dan observasi langsung. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup yang dimulai dari keluarga, salah satunya adalah dengan mendukung gerakan Kang PisMan.
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Rizki Gumilar
Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut, karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
Daur ulang yang merupakan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 3R
(Reuse, Reduce, and Recycle)
dan dapat dilakukan pada sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik.
3R terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle.
Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Fungsi daur ulang ..
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKUGK
Tugas Mahasiswa Program Studi Ekonomi (Prodi EP) Universitas Gunung Kidul (UGK) Topik Permasalahan Sampah kota dan desa (Matkul Ekonomi Perkotaan dan Perdesaan)
Tiga jalur kebijakan pengelolaan sampah, Peta Jalan
Pengurangan Sampah Oleh Produsen, aksi korporasi pengelolaan sampah, aksi komunitas, tatakelola belum mnatab sampah pekanbaru
1. Mungkinkah Sampah Menjadi Sedekah ?
RM. Bagus Irawan, ST. M.Si. IPP, Pemerhati lingkungan, Konsultan, Dosen FT. UNIMUS dan
Ketua Majelis Lingkungan Hidup PDM Kota Semarang.
Sampah kian hari menjadi masalah yang semakin serius dan menimbulkan berbagai
dampak terhadap lingkungan, bilamana tidak ditangani secara baik. Berbagai kota di Jawa
Tengah mengalami hal yang sama dengan sampah ini, bahkan sebagian besar kota-kota
tersebut justru terpuruk citranya karena tidak dapat menangani problem sampah yang
semakin komplek dari hari ke hari. Prasarana dan sarana yang ada makin tidak mampu
mengimbangi produksi sampah atau timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
Sedangkan dana operasional untuk pengelolaan sampah di berbagai kota masih sangat
minim sekali. Namum demikian masyarakat sebagai penghasil dan produsen sampah justru
antipati dan tidak mau tau bagaimana dan kemana sampah ini dibuang yang mereka
hasilkan setiap harinya.
Fenomena ini terjadi karena masyarakat masih mengganggap sampah sebagai
barang yang sudah tidak berguna dan harus segera dibuang jauh-jauh dari lingkungannya.
Lebih-lebih banyak yang masyarakat yang masih menganggap sampah adalah barang yang
menjijikkan, bau dan kotor, sehingga harus segera dilenyapkan agar tidak mengganggu
lingkungan dan kesehatan. Memang benar adanya bahwa sampah tidak hanya
menimbulkan dampak terhadap lingkungan fisik saja tetapi juga berdampak pada
lingkungan non fisik seperti kehidupan sosial masyarakat.
Sebagaian besar tempat pembuangan sampah yang ada di kota-kota saat ini telah
menimbulkan persoalan lingkungan dan degradasi lingkungan seperti penurunan kualitas
air tanah dan kualitas udara tetapi juga menimbulkan konflik sosial antara warga dan
pemerintah dalam hal ini operator persampahan karena berbeda kepentingan dan juga
pemahaman. Penolakan masyarakat terhadap TPA sampah baru menjadi sebuah potret
bahwa masyarakat tidak mau hidup berdampingan dengan sampah.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa masyarakat dewasa ini masih antipati
terhadap sampah dan berpandangan sempit akibat pemahaman yang kurang dan belum
membuka hatinya. Dalam pengelolaan sampah dengan paradigma baru dijelaskan bahwa
sampah perlu diolah atau dikelola sedekat mungkin dari sumbernya yaitu masyarakat dan
tidak lagi terfokus pada pembuangan sampah ke TPA. Hal inilah yang belum banyak
dipahami oleh masyarakat dan kurang adanya sosialisasi yang cukup intens dari berbagai
pihak yang berkepentingan.
Oleh sebab itu persoalan sampah memang tidak bisa diselesaikan dari aspek hilirnya
saja yaitu dengan pendirian TPA atau tempat pengolahan sampah sejenis, tetapi harus
dilakukan melalui pendekatan di hulu juga yaitu melalui upaya penyadaran setiap individu
2. masyarakat untuk turut serta membantu mengelola sampah yang diproduksinya oleh
lingkungan terkecilnya.
Menurut penulis sampah sebenarnya bisa menjadi barang yang berdaya guna dan
memiliki potensi yang cukup signifikan bila dikelola dan diolah dengan baik sedemikian rupa.
Gagasan penulis mungkinkah sampah menjadi sedekah memang terkesan aneh bagi
sebagian masyarakat. Namum bukan tidak mungkin hal ini bisa menjadi kenyataan. Dari
potensi sampah yang dikelola secara baik dan bijak akan menghasilkan sedekah-sedekah
atau menghasilkan daya guna dan bernilai bagi mereka yang memang sangat
membutuhkannya.
Sampah sudah seharusnya menjadi tanggungjawab bersama masyarakat. Mengingat
setiap anggota masyarakat memiliki andil yang besar dalam memproduksi sampah di dalam
kehidupannya, baik sampah yang bersifat organik maupun sampah yang an-organik. Setiap
individu dalam masyarakat sesungguhnya bertanggungjawab terhadap sampah yang
diproduksinya, sehingga sampah tidak berdampak buruk bagi kehidupan dan lingkungannya.
Setiap individu sudah sepantasnya dan sudah seharusnya berperilaku bijak dan memiliki
akhlaq mulia dalam memperlakukan sampah dengan mengelola sampah itu sendiri dan
tidak membuang sampah yang dihasilkannya di sembarang tempat yang pada akhirnya akan
berdampak buruk dan mengganggu kehidupan ekosistem makhluq hidup disekitarnya.
Mengelola sampah dengan bijak dan membuang sampah ke tempat yang telah
disediakan merupakan salah satu perbuatan baik dan bisa menjadi sebuah sedekah apabila
sampah tersebut sengaja dipilah-pilah dan dikelola untuk digali potensinya lebih dalam yang
pada akhirnya memiliki nilai ekonomi dan dapat memperdayakan warga yang memang
membutuhkan rupiah-rupiah dari hasil pengelolaan sampah.
Dengan demikian sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sudah seharusnya
dianggap sebagai benda yang berharga dan bermanfaat apabila dikelola dengan baik dan
bijak. Namun kenyataan yang terjadi saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap
sampah sebagai musuh yang harus dijauhi dan diperangi, yang pada akhirnya banyak
individu yang menyia-nyiakan sampah begitu saja bahkan tidak sadar dan tidak jarang justru
mematikan potensinya.
Dalam kehidupan masyarakat, menghayutkan sampah ke sungai atau drainase
saluran air sudah bukan barang baru lagi. Sampah pada akhirnya akan mencemari sungai
dan menyubat saluran drainase saluran air yang berakitat banjir dan gangguan kesehatan
lingkungan. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat masih menjadi kebiasaan
buruk warga kota dan menjadi potret buruk perilaku masyarakat. Bahkan kebiasaan
membakar sampah yang dianggap cara paling ampuh dalam memerangi sampah masih
sering dilakukan oleh masyarakat padahal perilaku ini sebenarnya hanya memindahkan
wujud sampah padat menjadi gas-gas dan partikel yang berbahaya di udara yang dispersi
atau penyebarannya lebih luas dibandingkan sampah padat.
3. Perilaku di atas menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap sampah
masih sangat rendah sekali meskipun tingkat intelektual dan jenjang kependidikan
masayarakat sudah cukup tinggi. Sampah belum dilirik sebagai barang atau sumberdaya
yang memiliki nilai cukup tinggi bila diolah dan didayagunakan secara bijak.
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat akan menjadi barang berharga bila dapat
dipilah atau dipisahkan sejak dihasilkannya. Nilai sedekah mulai muncul saat masyarakat
menjadi lebih cerdas dengan memilah sampahnya, karena masih bisa melihat potensi dari
sampah itu sendiri. Sampah yang sudah dipilah sebenarnya merupakan bahan baku atau
raw materials yang sudah dinantikan oleh perusahaan yang akan memanfaatkan sampah
tersebut untuk di daur ulang terutama sampah an-organik.
Perusahaan plastik akan membutuhkan sampah plastik, perusahaan logam akan
membutuhkan kaleng-kaleng logam, perusahaan kaca kan membutuhkan sampah
kaca/beling demikian juga perusahaan kertas juga sudah semestinya memerlukan bahan
dasar kertas-kertas bekas, kardus bekas dll. Sedangkan untuk sampah organik dari rumah
tangga potensi untuk diolah menjadi pupuk atau kompos juga cukup potensial sekali.
Dilihat dari karakteristiknya sampah an-organik yang tersebut di atas dapat
dikumpulkan dan dijual ke perusahaan melalui pengepul sehingga bisa berdaya guna dan
sampah tersebut memiliki harga yang disesuaikan dengan standart harga pasaran. Oleh
sebab itu setiap individu dalam aplikasi teknisnya setidaknya menyediakan katong sampah
atau tempat sampah yang berbeda-beda agar mempermudah untuk pengumpulan sampah
ke pengepul sampah. Masyarakat yang mengelola sampah dengan baik, benar dan bijak
tidak hanya berdampak pada pelestarian ekosistem makhluq hidup semata, tetapi kegiatan
yang dilakukannya dalam mengelola sampah dapat dijadikan sebagai sumber kebaikan
dengan menjadikannya sebagai alat untuk bershodaqoh.
Sedekah sampah ini bisa dilakukan oleh individu atau komunitas masyarakat yang
tinggal di suatu kawasan seperti RT/RW. Setiap individu bisa memulai menjadi pemberi
sedekah memulai awalnya dengan memilah-milah sampahnya. Masyarakat juga bisa
membentuk semacam pengelola sampah yang bertanggungjawab dan bertugas mengambil
sampah dari rumah tangga untuk dikumpulkan terlebih dahulu atau langsung di jual ke
pengepul sampah yang tersebar di banyak tempat. Dari penjualan sampah tersebut sudah
barang tentu hasilnya dapat digunakan untuk dana perbaikan dan pembangunan desa atau
kampung, untuk kegiatan sosial dan keagamaan, beasiswa bagi warga yang kurang mampu
atau menyantuni fakir miskin dan anak yatim.
Diharapkan dari kegiatan sedekah sampah ini, masyarakat memiliki kekuatan
ekonomi sosial dan tidak hanya tergantung dari bantuan pemerintah semata. Maka
daripada itu sudah semestinya gerakan shodaqoh sampah yang sudah dirintis oleh Ormas
Muhammadiyah ini perlu disosialisasikan lebih luas dan menjadi salah satu alternatif dalam
menangani sampah di perkotaan di Jawa Tengah termasuk di kota Semarang. Semoga saja...