Dokumen tersebut membahas tentang permasalahan pengelolaan sampah di Jakarta yang belum terkelola dengan baik. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih kewalahan menangani sampah di ibu kota. Manajemen pengangkutan dan pengolahan sampah belum memadai sehingga menyebabkan tumpukan sampah di ruang publik.
MANFAAT PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN KONSEP MEGALABINOVASI
1. Dapat mengatasi persoalan sampah organik yang apabila tidak dicarikan solusi yang tepat maka akan menjadi beban bagi para pelaku usaha baik itu perusahaan, instansi dan juga bagi lingkungan sekitar.
2. Keberadaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep MEGALABINOVASI ini sangat ramah terhadap lingkungan, dikarenakan tidak menimbulkan bau, sehingga dapat di install pada lokasi yang berdekatan dengan warga.
3. Unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat unik dan bermanfaat, sehingga dapat menumbuhkan citra yang positif bagi warga sebagai komunitas pecinta lingkungan.
4. Beban pemeliharaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat ringan, maka secara jangka panjang akan memberikan penghematan beban pengolahan sampah yang cukup signifikan.
5. Konsep ini tidak mengandung unsur kimia dalam proses pengolahannya.
6. Proses yang dihasilkan berupa biogas bertekanan rendah, sehingga sangat aman di gunakan.
7. Desain dari unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini dirancang secara customized sesuai citra yang diharapkan sehingga tidak terkesan sebagai tempat pengolahan sampah.
PRINSIP KERJA BIODIGESTER DENGAN KONSEP
Memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang akan menghasilkan gas methana (CH4)
Gas methana yang dihasilkan bisa mencapai hingga 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor, sisanya didominasi oleh CO2
Bakteri methanogen bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (an aerob), sehingga proses ini bisa disebut pencernaan an aerob (an aerob digestion)
Bakteri methanogen akan secara natural berada dalam sampah yang yang mengandung bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia dan sampah organik
Proses Pemasukan Sampah Organik Kedalam Biodigester MEGALABINOVASI
Sampah organik dimasukan kedalam lubang input digester
Tambahkan air secukupnya untuk membersihkan lubang input
Kocoklah digester setiap hari untuk meningkatkan kinerja bakteri pengurai
Dilakukan setiap hari dengan jumlah yang disesuaikan
Hindari pemasukan sampah anorganik kedalam digester
Pengelolaan Pupuk Cair Organik
Limbah cair biogas (slurry) akan keluar dari lubang output digester dengan sendirinya, disaat pemasukan sampah organik kedalam lubang input
Slurry ditampung kedalam drum penampung dibiarkan beberapa minggu sebelum digunakan
Slurry atau pupuk cair organik ini akan berbeda kandungan nutrisinya, tergantung dari sampah organik yang dimasukan
Biogas sama dengan sumber energi alternatif, maka asumsinya adalah 1m3 biogas setara dengan :
0,4 Kg LPG
0,52 Lt solar
0,62 Lt minyak tanah
4,7 KWH listrik
3,5 Kg kayu bakar
Asupan sampah 500 Kg/ha ri
Kapasitas Biodigester 54 m3
Produksi biogas perhari ± 12,5 m atau setara 10 Lt Bensin (kondisional
MANFAAT PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DENGAN KONSEP MEGALABINOVASI
1. Dapat mengatasi persoalan sampah organik yang apabila tidak dicarikan solusi yang tepat maka akan menjadi beban bagi para pelaku usaha baik itu perusahaan, instansi dan juga bagi lingkungan sekitar.
2. Keberadaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep MEGALABINOVASI ini sangat ramah terhadap lingkungan, dikarenakan tidak menimbulkan bau, sehingga dapat di install pada lokasi yang berdekatan dengan warga.
3. Unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat unik dan bermanfaat, sehingga dapat menumbuhkan citra yang positif bagi warga sebagai komunitas pecinta lingkungan.
4. Beban pemeliharaan unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini sangat ringan, maka secara jangka panjang akan memberikan penghematan beban pengolahan sampah yang cukup signifikan.
5. Konsep ini tidak mengandung unsur kimia dalam proses pengolahannya.
6. Proses yang dihasilkan berupa biogas bertekanan rendah, sehingga sangat aman di gunakan.
7. Desain dari unit instalasi pengolahan sampah organik dengan konsep ini dirancang secara customized sesuai citra yang diharapkan sehingga tidak terkesan sebagai tempat pengolahan sampah.
PRINSIP KERJA BIODIGESTER DENGAN KONSEP
Memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang akan menghasilkan gas methana (CH4)
Gas methana yang dihasilkan bisa mencapai hingga 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor, sisanya didominasi oleh CO2
Bakteri methanogen bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (an aerob), sehingga proses ini bisa disebut pencernaan an aerob (an aerob digestion)
Bakteri methanogen akan secara natural berada dalam sampah yang yang mengandung bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia dan sampah organik
Proses Pemasukan Sampah Organik Kedalam Biodigester MEGALABINOVASI
Sampah organik dimasukan kedalam lubang input digester
Tambahkan air secukupnya untuk membersihkan lubang input
Kocoklah digester setiap hari untuk meningkatkan kinerja bakteri pengurai
Dilakukan setiap hari dengan jumlah yang disesuaikan
Hindari pemasukan sampah anorganik kedalam digester
Pengelolaan Pupuk Cair Organik
Limbah cair biogas (slurry) akan keluar dari lubang output digester dengan sendirinya, disaat pemasukan sampah organik kedalam lubang input
Slurry ditampung kedalam drum penampung dibiarkan beberapa minggu sebelum digunakan
Slurry atau pupuk cair organik ini akan berbeda kandungan nutrisinya, tergantung dari sampah organik yang dimasukan
Biogas sama dengan sumber energi alternatif, maka asumsinya adalah 1m3 biogas setara dengan :
0,4 Kg LPG
0,52 Lt solar
0,62 Lt minyak tanah
4,7 KWH listrik
3,5 Kg kayu bakar
Asupan sampah 500 Kg/ha ri
Kapasitas Biodigester 54 m3
Produksi biogas perhari ± 12,5 m atau setara 10 Lt Bensin (kondisional
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Rizki Gumilar
Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut, karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
Pada hari Selasa, 5 mey 2015 pukul 16.00 WITA kami berkunjung ke pasar todopuli, untuk melakukan observasi di tempat penumpukan sampah. Sebelum kami melakukan observasi kami wawancara di lokasi tersebut terlebih dahulu bersama penjual. kami yang beranggotakan 3 orang yang ditugaskan oleh dosen untuk melakuakan penelitian timbulan sampah
Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah di IndonesiaOswar Mungkasa
Bahan presentasi disajikan dalam Lokakarya Persampahan Berbasis Masyarakat di Jakarta tanggal 16-17 Januari 2008. Lokakarya diselenggarakan oleh jejaring AMPL
selama ini skema yang diperkenalkan adalah 3 R (Reuse, Reduce Recycle) kemudian dengan berkembangnya konsep ekonomi sirkuler maka berkembang pula skema lebih baru yang dikenal sebagai upcycling.
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Rizki Gumilar
Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut, karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
Pada hari Selasa, 5 mey 2015 pukul 16.00 WITA kami berkunjung ke pasar todopuli, untuk melakukan observasi di tempat penumpukan sampah. Sebelum kami melakukan observasi kami wawancara di lokasi tersebut terlebih dahulu bersama penjual. kami yang beranggotakan 3 orang yang ditugaskan oleh dosen untuk melakuakan penelitian timbulan sampah
Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah di IndonesiaOswar Mungkasa
Bahan presentasi disajikan dalam Lokakarya Persampahan Berbasis Masyarakat di Jakarta tanggal 16-17 Januari 2008. Lokakarya diselenggarakan oleh jejaring AMPL
selama ini skema yang diperkenalkan adalah 3 R (Reuse, Reduce Recycle) kemudian dengan berkembangnya konsep ekonomi sirkuler maka berkembang pula skema lebih baru yang dikenal sebagai upcycling.
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKUGK
Tugas Mahasiswa Program Studi Ekonomi (Prodi EP) Universitas Gunung Kidul (UGK) Topik Permasalahan Sampah kota dan desa (Matkul Ekonomi Perkotaan dan Perdesaan)
Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya oleh Alya Anggraini E. & Fathimah Qonita ...AlyaAnggrainiEffendi
Kesadaran lingkungan yang tertanam pada diri manusia berperan penting terhadap pembentukan sikap yang positif terhadap lingkungan hidup. Seseorang yang memiliki kesadaran lingkungan akan bersikap, dan bertindak ke arah pengolahaan lingkungan yang baik (Paramita & Yasa, 2015).
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...EducationCommunity
Waste problems that occur in large urban communities, such as the city of Bandung, need to be taken seriously because waste problems are not only a problem of cleanliness and the environment, but can also be a conflict of social problems in the community. The family as the smallest community in the community structure is the source of the waste problem itself with the largest contribution to piles of waste originating from household waste. The Bandung city government has launched the Kang PisMan movement as a flagship program in alternative waste management in the city of Bandung as an effort to make Bandung a waste-free area. The purpose of this research is to study the extent to which the Kang PisMan movement as a Bandung city government program has been recognized by the community and can be an alternative environmental education in the family that can contribute to waste management, especially in the city of Bandung. The research method used is quantitative and qualitative methods through surveys, interviews, and direct observation. The results of this study are expected to build public awareness of the importance of environmental education starting with the family, one of which is by supporting the Kang PisMan movement.
Permasalahan sampah yang terjadi pada masyarakat kota besar, seperti kota Bandung perlu ditangani secara serius karena permasalahan sampah bukan hanya menjadi permasalahan kebersihan dan lingkungan hidup, namun juga bisa menjadi konflik permasalahan sosial di masyarakat. Keluarga sebagai komunitas terkecil dalam tatanan masyarakat adalah sumber dari permasalahan sampah itu sendiri dengan adanya kontribusi terbesar pada timbunan sampah yang bersumber dari sampah rumah tangga. Pemerintah kota Bandung mencanangkan gerakan Kang PisMan sebagai program unggulan dalam altenatif penanganan sampah di kota Bandung sebagai upaya mewujudkan kota Bandung sebagai kawasan bebas sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari sejauh mana gerakan Kang PisMan sebagai program pemerintah kota Bandung telah diketahui oleh masyarakat dan bisa menjadi salah satu alternatif pendidikan lingkungan hidup dalam keluarga yang bisa memberikan kontribusi pada pengelolaan sampah, khususnya di kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif melalui survei, wawancara, dan observasi langsung. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup yang dimulai dari keluarga, salah satunya adalah dengan mendukung gerakan Kang PisMan.
2. Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan masalah terbesar yang
dihadapi oleh masyarakat perkotaan, yang saat
ini belum juga terselesaikan, hal ini dikarenakan
banyaknya masyarakat yang masih kurang
menyadari arti pentingnya lingkungan sehingga
masyarakat tidak peduli dengan masalah yang
dihadapi, malah masyarakat membuang
sampah disembarang tempat. Oleh karena itu,
Untuk menanggulangi sampah yang menjadi
masalah umum masyarakat, dibutuhkan
kesadaran dan tindakan secara menyeluruh
baik dari pemerintah, masyarakat, maupun
pihak-pihak yang ikut bertanggungjawab atas
limbah (sampah) yang mereka hasilkan.
3. Rumusan Masalah dan
Tujuan
Rumusan Masalah Tujuan
bagaimana dampak yang
ditimbulkan oleh sampah
bagi lingkungan dan
masyarakat? Serta solusi
apa yang tepat untuk
menanggulangi
permasalahan sampah
tersebut?
untuk mengetahui
bagaimana dampak yang
ditimbulkan oleh sampah
tersebut terhadap
lingkungan dan masyarakat
serta mengetahui solusi
dalam menanggulangi
permasalahan sampah
tersebut.
4. Pengertian Sampah
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
berwujud padat baik berupa zat organik maupun
anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak
terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi
sehingga dibuang ke lingkungan (Menteri Negara
lingkungan Hidup, 2003). Segala macam organisme
yang ada di alam ini selalu menghasilkan sampah
atau bahan buangan.
Tidak ada organisme di alam ini yang menghasilkan
sampah sebanyak manusia. Ditinjau dari kepentingan
kelestarian lingkungan, sampah yang bersifat organik
lebih menguntungkan karena dengan mudah dapat
didegradasi atau dipecah oleh mikroorganisme,
menjadi bahan yang mudah menyatu dengan alam
tanpa menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
Sebaliknya sampah anorganik relatif sukar
didegradasi.
5. Jenis Sampah
Menurut Eddy Sontang (1997, 46), sampah
dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Jenis sampah juga dapat dikelompokkan
menjadi:
Limbah Padat (waste)
Sampah yang mudah membusuk
Sampah yang tidak mudah membusuk
Sampah bangkai binatang
Sampah berupa abu hasil pembakaran
Sampah padat hasil industri
Sampah padat yang berserakan di jalan –
jalan
Limbah Cair
6. Penanganan Sampah
Konsep zero waste yaitu penerapan Prinsip 3R (Reduce,
Reuse, dan recycle), serta prinsip pengolahan sedekat
mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk
mengurangi beban pengangkutan (transport cost).
Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero waste
diantaranya meliputi :
Sistem pengolahan sampah secara terpadu
Teknologi pengomposan
Daur ulang sampah plastik dan kertas
Teknologi pembakaran sampah dan insenator
Teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan
ternak
Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah
Pengolahan sampah kota metropolitan
Peluang dan tantangan usaha daur ulang.
7. Prinsip 3R
Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan
menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse,
Recycle).
Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa
mungkin lakukan minimisasi barang atau
material yang kita pergunakan.
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa
mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-
barang yang sekali pakai.
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa
mungkin, barang-barang yang sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang.
8. Kasus
Judul Artikel: Jakarta Kewalahan Mengelola Sampah
Tanggal Artikel: Selasa, 1 April 2014. 08.31 WIB
Editor: Hindra Liauw
Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/04/01/0831590/Ja
karta.Kewalahan.Mengelola.Sampah
Isi Artikel:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih kewalahan
menangani sampah Ibu Kota. Manajemen pengangkutan dan
pengolahan sampah belum terbangun dengan baik. Pada
saat bersamaan, produksi sampah belum bisa ditekan
sehingga sampah berserakan di ruang-ruang publik.
Untuk mengatasi masalah itu, Pemprov DKI mengalokasikan
anggaran Rp 1,3 triliun untuk dinas kebersihan. Sebagian
besar dana itu dipakai untuk pengangkutan dan pengelolaan
sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Namun, tetap saja
persoalan sampah di Jakarta tidak tertangani maksimal.
9. Identifikasi Masalah
Manajemen pengangkutan dan pengolahan
sampah di Jakarta yang belum terbangun
dengan baik dan pada saat yang bersamaan,
produksi sampah belum bisa ditekan sehingga
sampah berserakan di ruang-ruang publik.
Partisipasi masyarakat yang minim, begitu pula
dengan sumber daya manusia dan prasarana
yang tersedia untuk pengelolaan sampah
terbatas.
Tidak efisiennya sarana yang digunakan dalam
upaya mengurangi sampah ibukota. Dapat dilihat
dari kasus yang terlampir yaitu saat ini
tersedianya 801 truk tetapi sebanyak 510 truk di
antaranya tidak layak pakai kemudian kontrak
kerja sama dengan 24 perusahaan pengangkut
sampah juga dihentikan.
10. Penyebab Permasalahan
Sampah
Tingkat konsumsi masyarakat yang selalu
meningkat dari waktu ke waktu.
Rendahnya tingkat kesadaran serta masih
rendahnya tingkat pengetahuan penduduk
Indonesia mengenai dampak yang
ditimbulkan oleh sampah.
Jumlah Penduduk Di Jakarta yang selalu
mengalami peningkatan.
Penggunaan barang sekali pakai yang tidak
terkontrol.
Tindakan pemerintah yang sangat lambat.
Keterbatasan sarana dan prasarana dari
pemerintah.
11. Akibat Permasalahan
Sampah
Sampah sebagai bahan pencemar lingkungan
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi
penyebab gangguan dan ketidakseimbangan
lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun
yang berserakan menimbulkan kesan kotor dan kumuh.
Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu
banjir; maka di saat kemarau sampah akan mudah
terbakar.
Penyebab banjir
Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar
maupun yang sudah membusuk; yang terbawa masuk
ke got / selokan dan sungai akan menghambat aliran
air dan memperdangkal sungai
Sampah sebagai sumber penyakit
Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara
12. Dampak Permasalahan sampah
terhadap sosial dan ekonomi
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menghasilkan kondisi
lingkungan yang kurang nyaman bagi masyarakat, bau tidak sedap
dan pemandangan yang buruk karena tumpukan sampah di
sembarang tempat.
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Anggota masyarakat akan mudah
terjangkit penyakit karena tidak sehatnya lingkungan tempat tinggal.
Meningkatnya beban pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara ridak langsung
(rendahnya produktifitas kerja karena sakit)
Pembuangan sampah padat ke saluran air dan sungai dapat
menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas
pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah
yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk
pengolahan air minum dan biaya pemeliharaan infrastruktur lainnya.
Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang
akan cenderung membuang sampahnya ke jalan. Hal ini
mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
Memberikan dampak negatif terhadap industri pariwisata.
14. Sampah sebagai bahan baku
Persepsi manusia terhadap sampah harus
berubah; bahwa sampah tidaklah
merupakan suatu barang yang harus
dibuang tetapi dapat dimanfaatkan. Bila
masyarakat menjadikan sampah sebagai
bahan baku, maka sampah tidak lagi
dibuang tetapi dikumpulkan dan diolah.
Pemanfaatan sampah tidak hanya akan
berdampak positif terhadap terpeliharanya
estetika dan kualitas lingkungan dan
kesehatan manusia; tetapi juga dapat
menjadi sumber perekonomian bagi
masyarakat.
15. Solusi Penanganan Sampah
Menggalakkan kebiasaan 3R
◦ Reduce (Mengurangi)
◦ Reuse (Digunakan Kembali)
◦ Recycle (Daur Ulang)
Pola Penanganan Sampah yang
Sebaiknya dilakukan Pemda
16. Pola Penanganan Sampah yang
Benar
Berdasarkan pola penanganan sampah yang dilakukan
pada daerah perkotaan bahwa tanggung jawab
pengelolaan sampah adalah menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah (PEMDA), untuk itu PEMDA
berkewajiban untuk melaksanakan :
Perbaikan manajemen serta peraturan daerah.
Promosi dan meningkatkan peran serta masyarakat
Mengembangkan program persampahan sesuai dengan
kondisi daerah masing-masing demi terciptanya
lingkungan bersih dan sehat.
Exploitasi dan pemeliharaan peralatan persampahan
secara terus menerus dengan penuh tanggung jawab,
antara lain berkaitan dengan besarnya investasi yang
tertanam dalam sarana persampahan.
17. Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan
manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang
ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Cara pengendalian
sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan
kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan.
Keberadaan Undang-Undang persampahan sangat diperlukan.
Undang-Undang ini akan mengatur hak, kewajiban, wewenang,
fungsi dan sanksi masing-masing pihak. UU juga akan mengatur
soal kelembagaan yang terlibat dalam penanganan sampah.
Konsep pengelolaan sampah berjalan baik di lapangan jika
secara infrastruktur tidak didukung oleh departemen-departemen
yang ada dalam pemerintahan.
18. Saran
Agar peran serta masyarakat dapat optimal hendaknya
masyarakat telah mengelola sampah dirumah masing-masing
dengan cara mengemas sampah dan memisahkan antara
sampah basah dan kering atau sampah organic dan
anorganic, sehingga petugas pengumpul dari segi waktu
lebih efisien.
Agar pelaksanaan pengelolaan sampah lebih efisien maka
dilakukan kegiatan seperti :
◦ Kegiatan sub system pengumpulan, hendaknya mengaktifkan
kembali peran RT dengan memakai mekanisme swadaya
masyarakat.
◦ Sub system angkut, kegiatan yang berjalan sekarang melalui
pihak swasta dapat dipetahankan.
◦ Sub sistem pembuangan akhir, dapat diserahkan kepada pihak
swasta atas dasar perhitungan nilai ekonomis.
◦ Hendaknya para pengusaha yang memusnahkan sampah dari
produk yang sudah kadarluarsa lebih memikirkan akibat dari
produk yang dibuang ke TPA apabila diambil oleh pemulung dan
dijual kepada oknum diganti kemasan sehingga merugikan
terhadap kesehatan masyarakat.
19. “Wariskanlah anak cucu kita kelak
dengan ilmu kepekaan dan kebiasaan
akan pentingnya menjaga kebersihan
agar engkau mendapatkan hidup yang
berkualitas”