Teks tersebut membahas perbedaan pandangan antara Kisah Lama dan Kisah Baru terkait ilmu pengetahuan. Kisah Lama memandang alam semesta terdiri dari materi, ruang, dan waktu serta menekankan materialisme. Sedangkan Kisah Baru hadir pada abad ke-20 dengan penemuan teori quantum dan relativitas, yang menganggap peneliti berperan aktif dan mengakui adanya kesadaran dan pikiran manusia sebagai realitas.
Penindasan dan ketidakadilan dalam masyarakat modern muncul dalam bentuk hegemoni dan ideologi yang ‘meninabobokkan’ masyarakat. Usaha kritis sebagai bentuk antithesis dalam zaman ini jarang sekali ditemukan. Malahan masyarakat cenderung kehilangan daya kritisnya dan terhegemoni dalam penindasan-penindasan yang terselubung. Merasa bahwa seakan-akan semuanya baik-baik saja. Maka dari itu, diperlukan suatu bentuk antithesis baru yang mampu menjawabi permasalahan masyarakat dewasa ini. Suatu bentuk antithesis yang super kritis untuk membuka selubung-selubung penindasan tersebut. Dengan demikian, proses dialektika akan terus berlangsung guna mewujudkan suatu tatanan hidup bersama yang lebih baik.
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
Articles
PENGANTAR
Redaksi Jurnal Filsafat
PDF
KESADARAN ATAS REALITAS: KAJIAN SVAMI CHINMAYANANDA TERHADAP MANDUKYA UPANISAD
Faisal Yan Aulia
PDF
1-14
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
Rizal Mustansyir
PDF
15-25
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
Dwi Murdiati
PDF
27-37
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
Lailiy Muthmainnah
PDF
39-50
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
Sindung Tjahyadi
PDF
51-63
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
Widyastini Widyastini
PDF
65-80
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
A. M. Hendropriyono
PDF
81-91
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
Jirzanah Jirzanah
PDF
93-114
Dokumen tersebut membahas tentang Neo Positivisme dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Neo Positivisme beranggapan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui pengamatan dan eksperimen, serta menekankan pentingnya metode ilmiah dan penilaian yang objektif dalam pendidikan. Aliran ini memiliki pengaruh besar terhadap pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran yang rasional dan empiris.
Postmodernisme menolak pandangan modernisme bahwa ilmu pengetahuan dapat menjelaskan alam semesta secara pasti dan universal. Sains baru seperti mekanika kuantum dan teori chaos menunjukkan bahwa alam semesta justru bersifat acak dan tidak dapat diprediksi dengan pasti.
Penindasan dan ketidakadilan dalam masyarakat modern muncul dalam bentuk hegemoni dan ideologi yang ‘meninabobokkan’ masyarakat. Usaha kritis sebagai bentuk antithesis dalam zaman ini jarang sekali ditemukan. Malahan masyarakat cenderung kehilangan daya kritisnya dan terhegemoni dalam penindasan-penindasan yang terselubung. Merasa bahwa seakan-akan semuanya baik-baik saja. Maka dari itu, diperlukan suatu bentuk antithesis baru yang mampu menjawabi permasalahan masyarakat dewasa ini. Suatu bentuk antithesis yang super kritis untuk membuka selubung-selubung penindasan tersebut. Dengan demikian, proses dialektika akan terus berlangsung guna mewujudkan suatu tatanan hidup bersama yang lebih baik.
Secara umum postmo mengatakan bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang paling valid bahkan ilmu alam sekalipun, ilmu adalah hasil konstruksi para ilmuwan, dimana diri mereka sendiri tidak bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu.
Articles
PENGANTAR
Redaksi Jurnal Filsafat
PDF
KESADARAN ATAS REALITAS: KAJIAN SVAMI CHINMAYANANDA TERHADAP MANDUKYA UPANISAD
Faisal Yan Aulia
PDF
1-14
LANDASAN FILOSOFIS MAZHAB HUKUM PROGRESIF: TINJAUAN FILSAFAT ILMU
Rizal Mustansyir
PDF
15-25
KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN
Dwi Murdiati
PDF
27-37
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
Lailiy Muthmainnah
PDF
39-50
MANUSIA DAN HISTORISITASNYA MENURUT MARTIN HEIDEGGER
Sindung Tjahyadi
PDF
51-63
GERAKAN FEMINISME ISLAM DALAM PERSPEKTIF FATIMAH MERNISSI
Widyastini Widyastini
PDF
65-80
IDE DAN PRAKSIS NEO-NASIONALISME DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
A. M. Hendropriyono
PDF
81-91
AKTUALISASI PEMAHAMAN NILAI MENURUT MAX SCHELER BAGI MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
Jirzanah Jirzanah
PDF
93-114
Dokumen tersebut membahas tentang Neo Positivisme dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Neo Positivisme beranggapan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui pengamatan dan eksperimen, serta menekankan pentingnya metode ilmiah dan penilaian yang objektif dalam pendidikan. Aliran ini memiliki pengaruh besar terhadap pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran yang rasional dan empiris.
Postmodernisme menolak pandangan modernisme bahwa ilmu pengetahuan dapat menjelaskan alam semesta secara pasti dan universal. Sains baru seperti mekanika kuantum dan teori chaos menunjukkan bahwa alam semesta justru bersifat acak dan tidak dapat diprediksi dengan pasti.
Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuanAbdus Salam
ilmu pengetahuan harus empiris dan bisa diukur dengan verifikasi comte menyebutnya begitu.tetapi tidak dengan Popper, Falisifikasi Popper yang meyakini bahwa pengetahuan harus dicari teori penyangkalnya, jika masih survive dan bertahan teori itu maka semakin survive
Filsafat Yunani Kuno merupakan awal mula sejarah filsafat Barat. Pada masa itu, pemikiran tentang alam semesta dan manusia masih bersumber pada kepercayaan mitos. Tiga faktor memicu munculnya filsafat Yunani yaitu kekayaan mitos Yunani, perkembangan masyarakat kota-negara, dan karya-karya filsafat awal seperti Thales dan Parmenides. Filsuf-filsuf terkemuka zaman it
Positivisme dalam pendidikan Indonesia menekankan pada pengembangan anak didik secara rasional dan empiris berdasarkan fakta-fakta yang dapat diamati. Tujuan pendidikan diarahkan pada penciptaan manusia yang berilmu, kreatif, dan mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa secara nyata berdasarkan penelitian ilmiah.
Apa itu hidup dan kehidupan bahagian pertamaYagi Mohamad
Teks tersebut membahas berbagai teori tentang asal usul dan makna kehidupan. Secara ringkas, teks menjelaskan bahwa:
1) Kehidupan di alam semesta dan budaya manusia berkembang secara alami tanpa rancangan, melalui proses evolusi yang memakan waktu lama.
2) Filsuf Yunani seperti Socrates dan Aristoteles merumuskan teori-teori tentang kehidupan ideal yang kemudian membentuk pola pikir Barat
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: OntologiAhmad Ibrahim
Materi ini merupakan materi kuliah pertama dalam perkuliahan Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin yang terdiri dari empat bagian yang menjelaskan cabang-cabang utama dalam Filsafat. Di dalamnya dibahas cabang dasar Filsafat, yaitu Ontologi. Disusun sebagai sebuah pengantar singkat yang membahas perkembangannya dari awal masa Yunani Kuna hingga perkembangan Ontologi di masa kontemporer berikut penerapannya dalam pengembangan Ilmu.
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal objek fisik di dunia berdasarkan paham supernaturalisme, naturalisme, dan dualisme. Metafisika dalam ilmu pengetahuan mencari kebenaran fundamental secara ontologis dan epistemologis. Manfaat metafisika adalah menelaah konsep ilmu secara terbuka untuk temuan baru dan mendukung kemajuan berfikir manusia.
Tinjauan dokumen menggambarkan perjalanan pandangan hidup manusia dari Abad Pertengahan hingga Abad Modern. Pada Abad Pertengahan, agama dan gereja mendominasi dan menekan perkembangan filsafat dan sains. Pada Abad Modern, zaman Renaisans menandai bangkitnya pemikiran individualisme dan pengetahuan antik yang menentang dominasi gereja.
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang apa yang ada dan hakikatnya. Terdapat beberapa aliran ontologi seperti monisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme yang memberikan sudut pandang berbeda tentang apa yang ada. Ontologi berusaha menjelaskan realitas secara universal dengan menggunakan kategori seperti eksistensi, aktualitas, dan potensi."
The document discusses the difference between true mystics/sadhus and false ones in India. It notes that for thousands of years, sincere ascetics have lived alongside clever imposters who use the guise of spirituality for selfish gains. While most holy men practice asceticism out of faith or desire for enlightenment, some study scriptures and techniques only to convincingly fake supernatural abilities and attract followers for money and fame. It is difficult for ordinary people to distinguish the genuine from the fraudulent mystic.
This document provides an outline on the origin and evolution of the Earth. It discusses the Earth's place in the solar system and how the Earth formed from a rotating cloud of dust after the formation of the solar system. It describes how the Earth grew and differentiated over time through bombardment, insulation, gravitational compression, and radioactive decay. The document outlines the current structure of the Earth, describing its chemical and mechanical layering into a crust, mantle, and core. It introduces the concept of plate tectonics, how the lithosphere is broken into plates that move at divergent, convergent, and transform plate boundaries.
Pertikaian positivisme dan falsifikasi dalam ilmu pengetahuanAbdus Salam
ilmu pengetahuan harus empiris dan bisa diukur dengan verifikasi comte menyebutnya begitu.tetapi tidak dengan Popper, Falisifikasi Popper yang meyakini bahwa pengetahuan harus dicari teori penyangkalnya, jika masih survive dan bertahan teori itu maka semakin survive
Filsafat Yunani Kuno merupakan awal mula sejarah filsafat Barat. Pada masa itu, pemikiran tentang alam semesta dan manusia masih bersumber pada kepercayaan mitos. Tiga faktor memicu munculnya filsafat Yunani yaitu kekayaan mitos Yunani, perkembangan masyarakat kota-negara, dan karya-karya filsafat awal seperti Thales dan Parmenides. Filsuf-filsuf terkemuka zaman it
Positivisme dalam pendidikan Indonesia menekankan pada pengembangan anak didik secara rasional dan empiris berdasarkan fakta-fakta yang dapat diamati. Tujuan pendidikan diarahkan pada penciptaan manusia yang berilmu, kreatif, dan mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa secara nyata berdasarkan penelitian ilmiah.
Apa itu hidup dan kehidupan bahagian pertamaYagi Mohamad
Teks tersebut membahas berbagai teori tentang asal usul dan makna kehidupan. Secara ringkas, teks menjelaskan bahwa:
1) Kehidupan di alam semesta dan budaya manusia berkembang secara alami tanpa rancangan, melalui proses evolusi yang memakan waktu lama.
2) Filsuf Yunani seperti Socrates dan Aristoteles merumuskan teori-teori tentang kehidupan ideal yang kemudian membentuk pola pikir Barat
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: OntologiAhmad Ibrahim
Materi ini merupakan materi kuliah pertama dalam perkuliahan Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin yang terdiri dari empat bagian yang menjelaskan cabang-cabang utama dalam Filsafat. Di dalamnya dibahas cabang dasar Filsafat, yaitu Ontologi. Disusun sebagai sebuah pengantar singkat yang membahas perkembangannya dari awal masa Yunani Kuna hingga perkembangan Ontologi di masa kontemporer berikut penerapannya dalam pengembangan Ilmu.
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal objek fisik di dunia berdasarkan paham supernaturalisme, naturalisme, dan dualisme. Metafisika dalam ilmu pengetahuan mencari kebenaran fundamental secara ontologis dan epistemologis. Manfaat metafisika adalah menelaah konsep ilmu secara terbuka untuk temuan baru dan mendukung kemajuan berfikir manusia.
Tinjauan dokumen menggambarkan perjalanan pandangan hidup manusia dari Abad Pertengahan hingga Abad Modern. Pada Abad Pertengahan, agama dan gereja mendominasi dan menekan perkembangan filsafat dan sains. Pada Abad Modern, zaman Renaisans menandai bangkitnya pemikiran individualisme dan pengetahuan antik yang menentang dominasi gereja.
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang apa yang ada dan hakikatnya. Terdapat beberapa aliran ontologi seperti monisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme yang memberikan sudut pandang berbeda tentang apa yang ada. Ontologi berusaha menjelaskan realitas secara universal dengan menggunakan kategori seperti eksistensi, aktualitas, dan potensi."
The document discusses the difference between true mystics/sadhus and false ones in India. It notes that for thousands of years, sincere ascetics have lived alongside clever imposters who use the guise of spirituality for selfish gains. While most holy men practice asceticism out of faith or desire for enlightenment, some study scriptures and techniques only to convincingly fake supernatural abilities and attract followers for money and fame. It is difficult for ordinary people to distinguish the genuine from the fraudulent mystic.
This document provides an outline on the origin and evolution of the Earth. It discusses the Earth's place in the solar system and how the Earth formed from a rotating cloud of dust after the formation of the solar system. It describes how the Earth grew and differentiated over time through bombardment, insulation, gravitational compression, and radioactive decay. The document outlines the current structure of the Earth, describing its chemical and mechanical layering into a crust, mantle, and core. It introduces the concept of plate tectonics, how the lithosphere is broken into plates that move at divergent, convergent, and transform plate boundaries.
This document discusses the relationship between science and the creation story in Genesis. It argues that Genesis and modern scientific theories like the Big Bang are not necessarily contradictory and that Genesis contains subtle structures and symbolism not apparent at first glance. While science and religion address different domains, the document notes similarities between the order of events in Genesis and scientific understanding, such as light appearing before stars and plants preceding land animals. It concludes that Genesis chapter 1 can be interpreted in a non-literal way and does not clearly contradict mainstream science.
Galileo began writing a book called "On Motion" in 1589 where he began developing his ideas about motion, challenging Aristotelian views. Aristotelians believed motion required a force and speed was proportional to force and inversely proportional to resistance. Galileo performed early experiments dropping objects of different weights which found lighter objects sometimes fell faster, contradicting Aristotelian thinking. Over 20 years through further experiments and refining his ideas, Galileo arrived at his famous law of falling bodies - in a vacuum, all objects are uniformly accelerated downward regardless of weight.
The document discusses our limited understanding of consciousness and the brain. It argues that mystical experiences provide insight into a wider dimension of consciousness beyond what is normally perceived. Our brains cast a spell that transforms the basic reality of the world into the complex reality we perceive, and mystical experiences break this spell to reveal a deeper truth about the nature of reality that has yet to be fully understood.
This document summarizes Joseph A. Bracken's essay on self-organizing systems and final causality. It discusses how 17th century thinkers like Galileo shifted away from teleological views of the natural world towards mechanistic views. It then discusses how Darwin's theory of evolution by natural selection was interpreted mechanistically. Some scientists like Polanyi and Sheldrake have challenged this view by proposing theories of "morphogenetic fields" and "formative causation" that reintroduce notions of teleology. Bracken seeks to provide a metaphysical framework from Whiteheadian philosophy to support these alternative conceptions.
The document introduces the topic of how little is known about consciousness and its relationship to the brain, despite advances in neuroscience. It discusses how modern science assumes a limited view of perception based on the 5 senses, but physics and psychic phenomena suggest this view is incomplete. The author, Gopi Krishna, underwent a transformation through yogic practices that radically altered his perceptions. He concluded this was due to changes in his brain and nervous system opening a new channel of perception. The book lays out evidence that an evolutionary process may be developing higher faculties of perception in the brain, which could revolutionize understanding of consciousness if verified through dedicated scientific research.
The cyclic universe model proposes that the universe undergoes endless cycles of evolution in infinite space and time, with each cycle beginning with a big bang and ending in a big crunch. This challenges the conventional view that the big bang was the beginning of time. The model incorporates concepts from string theory, which suggests the big crunch and big bang transitions are caused by the collapse and expansion of extra dimensions rather than an actual singularity. Each cycle is consistent with observations like the cosmic microwave background and galaxy formation. The model may help explain open questions about what occurred before the big bang and the role of dark energy.
This document provides an overview of the author's life experiences and perspectives on spirituality and consciousness. In 3 sentences:
The author describes living an adventurous life filled with unexpected events and experiences that shaped their humanitarian work and spiritual beliefs. They believe mystical experiences reflect an expanded consciousness rather than a direct encounter with God, and that future humans will have minds that roam the heavens in wonder while being less driven by earthly desires. The author expresses frustration that their ideas about the transformation of human consciousness were not more widely accepted despite being an important topic.
Filsafat Barat Modern diawali dengan rasionalisme, humanisme, dan lepasnya dominasi gereja. Filsafat modern meliputi berbagai aliran seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, dialektika idealisme, dan dialektika materialisme. Filsafat modern dipengaruhi tokoh-tokoh seperti Descartes, Locke, Kant, Hegel, Marx, yang membawa pengaruh besar bagi perkembangan pemikiran.
Fenomenologi merupakan aliran filsafat yang diperkenalkan oleh Edmund Husserl. Husserl membedakan antara dunia yang dikenal dalam sains dan dunia di mana kita hidup, serta menganggap kesadaran sebagai satu-satunya benda yang tidak dapat dianggap sepi. Fenomenologi mempelajari apa yang tampak atau menampakkan diri melalui pengalaman subyektif sebagai sumber pengetahuan tentang fenomena obyektif.
Kemunculan filsafat Karl Popper sekaligus menandai masa transisi ke dalam suatu era yang kemudian disebut era filsafat ilmu pengetahuan baru yang dipelopori oleh Thomas Kuhn. Kuhn menolak secara tegas konsep evolusi ilmu pengetahuan. Baginya kebenaran sains tumbuh menurut revolusi ilmiyah dan alamiyah yakni suatu teori tentang sains ditemukan pada satu objek akan terus-menerus berubah walaupun kesan yang muncul lebih identik sebagai improvisasi tapi Kuhn mengidentifikasi itu sebagai revolusi.
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
ArsipKuliahTarbiyah.Blogspot.Com
by : Haristian Sahroni Puta
Mahasiswa S1 Pendidikan Agama Islam
STAI Al-Hidayah Bogor
Dokumen tersebut membahas beberapa aliran keilmuan dalam filsafat ilmu, yaitu fenomenologi, positivisme, postpositivisme, marxisme, lingkaran Wina, dan postmodernisme.
Teks tersebut membahas tentang hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama. Filsafat adalah ilmu tentang cara berpikir yang merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat memiliki sejarah panjang dan berkembang dari masa ke masa dengan berbagai tokoh pemikir. Agama adalah ajaran kebaikan yang menuntun manusia kepada Tuhan. Untuk mempercayai bukti adanya Tuhan diperlukan iman kepada ag
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman Yunani Kuno hingga zaman kontemporer, termasuk revolusi-revolusi ilmu yang terjadi. Perkembangan ilmu terbagi menjadi beberapa zaman yaitu zaman Yunani Kuno, zaman Pertengahan, zaman Renaissans, zaman Modern, dan zaman Kontemporer. Revolusi-revolusi ilmu seperti revolusi astronomi, fotografi, semikonduktor, industri, dan fis
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah dan rasionalitas ilmu filsafat. Ia menjelaskan bahwa sejarah perlu diketahui untuk memperbaiki masa depan, dan segala sesuatu harus dibuktikan secara rasional. Dokumen ini juga menjelaskan perkembangan filsafat di Barat dan Asia, serta prinsip-prinsip rasionalisme yang mendasari ilmu pengetahuan.
Teks tersebut membahas tentang Scientific Research Programs Imre Lakatos sebagai langkah metodologis menuju teori ilmiah. Lakatos memperkenalkan konsep program penelitian ilmiah yang meliputi serangkaian hipotesis, teori, dan langkah-langkah metodologis untuk mengembangkan teori ilmiah. Pemikiran Lakatos dipengaruhi oleh tokoh-tokoh seperti Hegel, Marx, Popper, dan Polya. Ia meyakini bahwa sejarah ilmu sangat penting untuk membang
Dokumen tersebut membahas beberapa aliran keilmuan dalam filsafat ilmu, yaitu fenomenologi, positivisme, postpositivisme, marxisme, lingkaran Wina, dan postmodernisme. Diberikan pula penjelasan singkat tentang konsep-konsep tersebut.
Ontologi Sebagai Landasan Ilmu PengetahuanHasrianiUmar
Ontologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang apa yang ada dan hakikat keberadaan. Ruang lingkup ontologi meliputi objek ilmu, hubungan antara objek dengan pengetahuan manusia, serta wujud hakiki dari objek. Ontologi ilmu pengetahuan melihat aspek-aspek seperti batasan ilmu, sumber pengetahuan, dan cara penjelajahan ilmu secara metodis dan sistematis.
Filsafat Modern dan Pembahasan PendidikanAna Safrida
Makalah ini membahas filsafat-filsafat modern dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Filsafat modern muncul sejak zaman Renaissance dan diwarnai oleh rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. Filsafat-filsafat ini mempengaruhi pengembangan pendidikan dengan menuntut berpikir kritis siswa dan kaitannya dengan kehidupan nyata.
The document discusses mathematical constants like pi and explores their digit sequences when expressed in different bases like base 10 and base 2. Despite being defined by simple formulas, the digit sequences of constants like pi appear highly complex and random, with no observable patterns even after examining billions of digits. Other rational numbers with non-terminating repeating digit sequences are also discussed.
The document discusses various types of systems that generate patterns, including cellular automata, mobile automata, Turing machines, and substitution systems. It provides examples of rules for each type of system that yield simple repetitive patterns, nested patterns, and seemingly random patterns. It notes that complexity is common in these systems and can arise from rules with just a few components.
The document outlines the foundations of a new kind of science based on studying simple computer programs and their behavior. The author discovered that even very simple programs can exhibit complex behavior, unlike what traditional intuition suggests. This finding opens up new domains for exploration in theoretical science and provides resolutions to longstanding mysteries like how nature produces complexity. The author argues this new framework based on computational thinking can address fundamental issues across many fields that existing approaches have failed to tackle.
1) The document discusses Rene Descartes' philosophical ideas from the 17th century and how they influenced the development of science and philosophy. Descartes proposed separating mind and matter, establishing a division between res cogitans (thinking thing) and res extensa (extended thing).
2) While this division was extremely successful for classical physics, it oversimplified the relationship between God, world, and humanity. It also forced animals and plants entirely into the realm of matter.
3) Quantum theory has changed the situation in modern physics, calling for a reexamination of Descartes' philosophical system and the mind-matter division on which much of modern thought was based.
Werner Heisenberg provides a detailed history of the development of quantum theory from Planck's discovery of quantization of energy to the establishment of quantum mechanics. Key developments include Planck's quantum hypothesis, Einstein's explanation of the photoelectric effect and specific heat using light quanta, Bohr's model of the hydrogen atom combining quantum conditions with classical orbits, de Broglie's proposal of matter waves corresponding to particles, and the formulations of matrix mechanics by Heisenberg and wave mechanics by Schrodinger, which together constituted the first consistent mathematical framework of quantum mechanics. However, the dual wave-particle nature of quantum objects remained paradoxical and not fully explained.
Human cells may contain clues about the origin of life because:
1) While human cells are complex, they still retain molecular remnants from early life under layers of complexity.
2) Bacteria appear to have lost RNA and other molecular remnants of early life through simplification over time.
3) We know more about human cell biochemistry than simple bacteria, so human cells may harbor more insights into early life origins.
The document discusses how human cells, as eukaryotes, may provide insights into the origins of life despite their complexity. It notes that bacteria appear to have simplified over time, losing molecular remnants of early RNA-based life. However, as we understand human cell biochemistry extensively
The document summarizes images from the Hubble Space Telescope that offer clues about the evolution of galaxies in the universe. The images show galaxies from different eras after the Big Bang. Earlier images show galaxies with less defined spiral arms and more irregular shapes, suggesting spirals took a long time to form while elliptical galaxies emerged earlier. Even in the earliest images, one galaxy has the light profile of an elliptical galaxy, implying ellipticals formed remarkably early in the universe.
Tutorial ini menjelaskan tentang fraktal dan program FractalSharp untuk menggambar dan menjelajahi berbagai jenis fraktal seperti himpunan Mandelbrot dan Julia. Program ini dapat diunduh secara gratis dan dapat menampilkan sifat-sifat unik fraktal seperti kemiripan diri serta bentuk-bentuk yang indah dan kompleks.
The Standard Model describes the fundamental forces and particles in physics. It includes theories of strong and electroweak interactions, though not gravity. Fundamental particles called fermions make up matter, interacting through force carrier bosons. Quarks combine to form hadrons like protons and neutrons, while the top quark was recently discovered. Particle masses are measured in GeV/c2 and interactions occur through virtual boson exchange.
George Ellis gives a lecture on the science and religion dialogue. He discusses three key aspects - practical issues where the dialogue makes a real-world difference; theoretical issues regarding how we understand and make theories; and philosophical issues about our understanding of how things are. On non-essential issues like the origins of the universe and life, Ellis argues the dialogue can clarify each domain without conflict. However, on foundational issues like the nature of existence, potential conflicts remain regarding design, creation and fine-tuning of the universe.
The problem with intelligent design william grassieSabiq Hafidz
William Grassie argues that the debate around intelligent design and evolution has become muddled. [1] He advocates separating discussions of known natural history from interpretations of origins and purposes. [2] Grassie believes intelligent design proponents should acknowledge established facts like the Cambrian explosion and long earth history rather than denying science. [3] This would allow meaningful discussion of how and why questions while respecting evidence from natural science.
This document discusses mystical ecstasy and whether it should be considered a mystical or pathological phenomenon. It notes that the causes of ecstasy are still unknown, and that artificially induced or pathological states can mimic genuine ecstasy. The document also discusses how brain chemistry and bodily conditions can influence consciousness and mystical experiences, suggesting ecstasy may have physiological causes rather than being solely a spiritual experience. It argues ecstasy should be studied scientifically as a psychosomatic phenomenon rather than only explained theologically.
The document describes a Metaphormic 4D/Holographic Thinking System that aims to systematically rebuild 3D thought structures to access 4D imagination and genius. It uses 4D metaphors based on four dimensions - Principle, Motion, Shape and Experience - that allow grasping a complete idea with one word and projecting holographic thinking. This projection changes one's imagination from a 3D to a 4D Projective Imagination, bypassing limiting stories from the past and clarifying intuition.
This section discusses life and the human experience from a scientific perspective. It proposes that humans experience narrative structure that creates a sense of identity through the meaning-making process. The objective world and our subjective experiences interact to form narratives that are shared between people. Understanding life requires comprehending how structure, process, and pattern interact in our experiential world.
This document discusses the body-mind problem and language from an interactionist perspective. It rejects the idea that the body-mind problem can be solved by distinguishing between physical and psychological languages, as these languages are not mutually translatable. It also rejects the idea that the problem arises from faulty language about minds, as there are mental states like beliefs and intentions that exist separately from behavior. The document outlines four main functions of language - expressive, stimulative, descriptive, and argumentative - and argues that any physicalist or causal theory of language can only account for the lower two functions, and not higher functions like describing and arguing that involve intentionality.
The document discusses the nature of time and proposes a new understanding based on a law of time. It argues that everything is governed by the frequency of synchronization, defined mathematically as a 13:20 ratio. It proposes that time is vertical while space is horizontal, and that higher states of consciousness allow perception of a "synchronic order" beyond normal senses. The document outlines this theory of time and proposes implementing a new 13-month calendar aligned with this understanding, arguing this could help unify humanity and establish a new era of peace.
The document summarizes problems that emerged with the Big Bang theory starting in the 1970s-1980s. Observational evidence showed:
1) Galaxies rotated too fast based on visible matter, implying 90% of matter is "dark matter".
2) The cosmic microwave background was too uniform across distances light could not have traveled, the "horizon problem".
3) The universe appeared "flat" requiring impossibly precise conditions shortly after the Big Bang.
4) Distant quasars existed too early, inconsistent with the universe's evolution. This "crisis in cosmology" suggested the Big Bang theory needed replacing.
Kenneth Miller believes that science and religion are not mutually exclusive. While science can explain the natural world, it cannot prove or disprove the existence of God. Miller argues that evolution and belief in God are compatible, with evolution being a process through which God created life. He believes humans have a moral responsibility to care for the planet as stewards. Miller disagrees with creationists who argue against evolution, finding knowledge rather than ignorance a compelling reason to believe in God. He sees "alternatives" to evolution promoted in some schools as unscientific and misleading to students.
1. Revolusi Kisah Baru
(Telaah Pemikiran Augros dan Stanciu)
Oleh Muhammad Abidun
Sejarah ilmu dalam perjalanannya selalu
mengalami perubahan terus menerus menuju
kesempurnaan, meskipun kesempurnaan itu
sendiri tidak mungkin dicapai oleh manusia hanya
dengan mengandalkan ilmu pengetahuannya
semata.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah proses
pencarian terhadap kebenaran atau hakikat yang
diuraikan dalam teori-teori interpretatif-obyektif.
Tujuan utama dalam proses pencarian itu
bukanlah sampai pada suatu keyakinan dalam
ilmu pengetahuan. Karena pengetahuan manusia
tidak lepas dari kesalahan, sehingga pengetahuan
manusia terbuka untuk diragukan dan disalahkan.
Dari sini jelas bahwa antara kebenaran dan
keyakinan tidaklah identik, keduanya mempunyai
makna yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Tetapi kekeliruan atau kesalahan sebagai sifat
manusia itu tidak hanya berarti kita selalu
berusaha menghindari kekeliruan, hanya kita tidak
mungkin yakin bahwa kita tidak salah. Tesis-tesis
ini memberikan tafsir terhadap ilmu pengetahuan
sebagi hipotesis belaka (iftirâdhî), yang
menggunakan metode kritis dalam usaha
menghilangkan kesalahan demi mencapai hakikat.
Atas dasar ini, tindakan tambal sulam dalam
sejarah ilmu pengetahuan merupakan suatu
kewajaran, bahkan bisa dikatakan keharusan.
Nanti kita akan melihat bagaimana arah ilmu
pengetahuan dalam Kisah Baru mendobrak
benteng-benteng materialisme yang sudah berabad-
2. abad berdiri kokoh sebagai pandangan hidup
bangsa Barat, kemudian berbalik mengklaim bahwa
di sana tidak hanya ada materialisme semata,
melainkan ada realitas yang namanya Allah, akal,
keindahan dan realitas-realitas yang berada di balik
material. Tentu saja perubahan yang mendasar itu
tidak terjadi begitu saja tanpa sebab.
Batasan Kisah Baru dan Kisah Lama
Kisah Lama atau Kisah Baru sebenarnya bukanlah
sejarah lama atau sejarah baru. Kisah (story) yang
dimaksud di sini adalah suatu perspektif (nazhrah)
peradaban terhadap dunia. Itulah sebabnya buku
The New Story of Science diterjemahkan dalam
bahasa Arab menjadi Al-‘Ilm fî Manzhûrihî Al-Jadîd.
Penafsiran ini juga senada dengan apa yang ditulis
oleh Sir john Eccles dalam pengantar buku
tersebut. Sebab pada kenyataannya di abad ke-20
masih banyak ilmuwan dan filsuf yang memakai
dan mendukung modernisme Barat, yang dalam
konteks sekarang disebut dengan Kisah Lama
(klasik). Di antara tokoh filsafat yang paling gigih
memperjuangkan pandangan Kisah Lama
(modernisme) adalah Y. Habermas. Kita bisa
melihat pertempurannya memperjuangkan
modernisme melawan Adorno dan Foucault. Oleh
karena itu kalau Kisah Lama dan Kisah Baru
diartikan sebagai sejarah lama dan sejarah baru
cakupannya kurang luas dan kurang representatif.
Meskipun begitu, setiap zaman punya sejarah
tersendiri yang berbeda dengan zaman lain. Dari
sini perlu ada batasan-batasan dalam sejarah ilmu
Barat yang bertujuan memudahkan pemahaman.
Sejarah ilmu Barat dilihat dari momentum-
momentum yang sangat berpengaruh dalam segala
3. bidang terutama fisika dan kosmologi dibagi secara
garis besar dalam tiga masa: lama (Aristoteles),
modern (Galileo dan Newton), post modern (M.
Plank dan Einstein). Antara satu masa dengan yang
lain melakukan apa yang disebut dengan ‘la
Rupture Epistemologique’ (al-qathî‘ah al-ma‘rifîyah,
diskontinuitas epistemologis). Dengan begitu Kisah
Lama secara garis besar mempunyai masa tiga
abad yang dimulai pada abad XVII sampai XIX,
sedangkan Kisah Baru dimulai pada abad XX yang
ditandai dengan penemuan Teori Quantum oleh M.
Plank pada tahun 1900 dan lima tahun kemudian
ditemukan Teori Relativitas oleh Einstein.
Nanti kita akan membahas Kisah Lama dan Kisah
Baru dalam tema-tema yang sering dijadikan
rujukan untuk membedakan apakah ini pandangan
Kisah Lama atau pandangan Kisah Baru. Tema-
tema itu antara lain: materi, akal, keindahan, Allah,
manusia dan masyarakat, dunia dan
kesinambungan Kisah Lama dengan Kisah Baru.
Dalam pemaparan nanti penulis tidak akan
menjelaskan satu persatu secara mendetail dari
tema-tema di atas, karena tulisan ini dimaksudkan
sebagai pengantar tentang Kisah Lama dan Kisah
Baru untuk masuk ke pembahasan yang lebih luas
dan dalam.
Pandangan Kisah Lama
Untuk pertama kali kita akan membahas tentang
materi, kemudian disusul dengan poin-poin
berikutnya. Kisah Lama memandang hanya materi
sajalah yang abadi. Titik tolak pandangan tersebut
sebenarnya dirumuskan dalam tiga pertanyaan
yang diajukan oleh Newton dan para pengikutnya,
antara lain:
4. 1. Terdiri dari unsur apakah tubuh alam semesta
ini ?
2. Apa yang disebut perubahan?
3. Bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi?
Menjawab pertanyaan pertama, Newton
menegaskan bahwa sebenarnya yang ada di alam
semesta ini ada tiga realitas: materi, ruang, dan
waktu. Materi tersusun atas atom-atom yang
terikat untuk selamanya. Sedangkan ruang dan
waktu adalah absolut, maksudnya meskipun materi
yang ada di alam raya ini rusak, ruang dan waktu
akan tetap ada. Keduanya tidak terbatas , tidak
dapat berubah dan universal.
Untuk pertanyaan kedua, Newton menjelaskan:
perubahan-perubahan yang terjadi hanyalah
perpisahan, penggabungan dan pergerakan baru
dari partikel-partikel tadi dengan berbagai
variasinya.
Sementara untuk pertanyaan ketiga, Newton
menjawab hukum-hukum fisika mengatur gerakan
materi dalam ruang dan waktu yang absolut.
“Rumusan fenomena gerak dalam dua atau tiga
dasar umum, kemudian penjelasan bagaimana
karateristik dan aktivitas materi sesuai dengan
rumus-rumus fisika akan menampilkan langkah
besar dalam lapangan filsafat”, tegas Newton.
Implikasi dari pernyataan ini adalah para ilmuwan
hanyalah seorang penonton yang berada di luar
sistem. Seluruh alam semesta dan materi dapat
dimengerti tanpa harus dihantar oleh pikiran.
Para ilmuwan seperti Faraday, Kelvin, Herschel dan
ilmuwan-ilmuwan lainnya mampu menemukan
inovasi-inovasi dalam bidang listrik, panas dan
cahaya berkat sistem Newton. Dengan begitu
5. materialisme dari sistem Newton—meskipun ia
sendiri bukanlah seorang materialis—menjadi salah
satu metode ilmiah yang berperanan sangat penting
di abad ke-19. Mereka berharap bahwa abad ke-20
akan menjadi abad yang menggenapi sistem tadi.
Kisah Lama memandang sesuatu dari set-up
material; akal hanyalah bagian dari aktivitas
materi, artinya akal bekerja sesuai dengan
kepastian mekanik. Dari sini Kisah Lama
memandang seluruh aktivitas manusia dalm ruang
lingkup naluri seks, fisiologi, fisika dan kimia.
Nikmat kebebasan memilih tidak bisa diterangkan
dalam Kisah Lama. Thomas H. Huxley mengatakan:
“Ide-ide yang aku ucapkan dan respon anda
tentang ide –ide tadi hanyalah perubahan partikel”.
Bahkan lebih ekstrim lagi W. K. Clifford
mengatakan: “Apabila seseorang mengatakan
bahwa hasrat berpengaruh dalam materi
perkataannya bukan sekedar kebohongan tetapi
lebih dari itu adalah omong besar dan tidak tahu
diri”.
Asumsi Kisah Lama mengenai materi hanya dilihat
dari parameter ukuran- ukuran kuantitatif. Karena
Kisah Lama melihat bahwa keindahan tidak
mempunyai ukuran kuantitatif, maka keindahan
bukanlah materi. Keindahan, menurutnya, hanya
sebuah perasaan subyektif yang ada pada si
peneliti ketimbang merupakan kualitas yang ada
pada benda-benda. Asumsi ini sebenarnya sudah
dikembangkan sejak Descartes dan Spinoza di abad
ke-17. Charles Darwin, dua abad kemudian,
mengatakan bahwa rasa keindahan jelas
tergantung pada pikiran dan sama sekali bukan
yang melekat pada obyek. Sedangkan Freud melihat
keindahan tidak lebih dari insting belaka.
Demikian, entomologi hanya akan berbicara
tentang warna warni seekor kupu-kupu sebagai
realitas yang berkaitan dengan enzim-enzim, bukan
6. memberikan penilaian tentang keindahan dari
kupu-kupu tersebut.
Kisah Lama memandang manusia hanyalah materi
semata, tingkah laku manusia tidak lain hanyalah
cara kerja mesin. Pusat tindakan manusia adalah
insting-insting dan hasrat-hasrat (passion).
Sedangkan pikiran berada di luar sistem
pengaturan, bahkan ia adalah produk materi.
Dalam konsep leviathan, masyarakat dianalogikan
sebagai mesin yang tersusun dari bagian-
bagiannya.
Hasrat kodrati dalam diri manusia akan
menimbulkan berbagai konflik yang tidak dapat di
hindarkan. Adanya persaingan untuk mengejar
kekuasaan dan kekayan akan menimbulkan upaya
nafsu untuk mengalahkan, perang dan membunuh.
Dalam kondisi semacam itu jika tidak ada kendali
dari pemerintah, maka masyarakat yang beradab
tidak akan terwujud dalam hidup ini. Oleh karena
itu negara, dalam pandangan Hobbes, haruslah
totaliter.
Sigmund Freud melihat manusia sebagai model
mekanis dan menganggap bahwa insting seks
merupakan kekuatan dalam diri manusia, dan
persetubuhan merupakan puncak kenikmatan
pengalaman manusia. Tujuan hidup merupakan
prinsip untuk mengejar kesenangan, konflik-konflik
manusia satu dengan lainnya pun menjadi tidak
terhindarkan. Untuk menjaga ketentraman dalam
masyarakat dibutuhkan suatu penaklukan dan
pemaksaan hasrat-hasrat dalam diri manusia.
Tentu situasi ini membuat individu- individu lain
menderita. Namun masyarakat primitif dalam
pandangan Freud lebih bahagia karena tidak ada
pembatasan –pembatasan insting.
7. Tentang “kerja indera” (sense of perception)
manusia, Kisah Lama menganggapnya sebagai
perubahan- perubahan materi. Jika rangsangan
dari luar telah menyebabkan suatu respon dalam
organ indera dan respon terserbut dikendalikan
oleh semacam materi, maka organ terbentuk dari
dan tersusun oleh struktur organ. Maka kerja
indera pertama-pertama berkaitan dengan organ
indera dan penyebab dari luar secara tidak
langsung. Hal yang sama berlaku untuk akal
pikiran dan berbagai macam pengetahuan
manusia. Jadi segala indera dan perasaan adalah
suatu perubahan materi. Dari sini ditarik sebuah
kesimpulan bahwa pengetahuan mengenai dunia
adalah suatu yang mustahil.
Kisah Lama tidak memberikan nilai terhadap
sejarah. Sejarah baginya tidak berarti apa-
apa.Bahkan F. Bacon membuat statemen: “Lihatlah
ke belakang anda dengan kemarahan”. Ini adalah
implikasi dari keyakinan mereka bahwa kemajuan
ilmu hanya bisa dicapai lewat eksperimen. Mereka
menganggap masa sebelumnya adalah masa pra
ilmiah karena belum mengenal eksperimen sebagai
proses kerja ilmiyah serta belum memakai alat-alat
canggih.
Pandangan Kisah Baru
Kisah Baru memberikan sebuah gambaran
revolusioner dalam perkembangan sains. Mulai
tahun 1900 ditemukan Teori Quantum yang
dipelopori oleh M. Plank, kemudian disusul dengan
teori relativitas oleh Einstein tahun 1905. Revolusi
senada juga ditemukan oeh Ernest Rutherford
tahun 1911 dalam dunia mikro partikel, yaitu
adanya atom yang tersusun dari nukleus amat kecil
8. yang dikelilingi oleh elektron-elektron. Sifat-sifat
dari partikel terkecil daripada materi itu tidak dapat
ditetapkan lepas dari berbagai pilihan dan tindakan
si peneliti. Peneliti menjadi faktor yang amat
berperan: ia bukan hanya sekedar observor
melainkan partisipator dalam makna yang lebih
aktif. Demikian menurut John Weller. Eugene
Wagner pun berpendapat: adalah sesuatu yang
mustahil untuk merumuskan hukum mekanika
quantum tanpa mengikutsertakan kesadaran. Maka
di samping terdapat realitas dari segala sesuatu
yang ada, terdapat realitas kesadaran yang tidak
boleh dilupakan sebagai kenyataan yang absah.
Keberadaan pikiran manusia sebagai suatu realitas
yang tidak dapat diabaikan, diperkuat lagi dengan
hasil penemuan Charles Sheringthon, seorang
perintis neurofisiologi modern. Menurutnya,
kehidupan merupakan sebuah perkara fisika kimia,
tetapi kegiatan berfikir justru lepas dari proses
fisika kimia. Kehidupan mencakup self-nutrision,
metabolisme sel dan pertumbuhan yang dapat
diterangkan melalui hukum fisika kimia.
Sedangkan fikiran melampau mekanisme fisika
kimia meskipun keduanya diperlukan sebagai
prasyarat.
Ada sebuah ilustrasi tentang realitas fikiran yang
mengubur pandangan Kisah Lama yang
mengabaikan adanya fikiran, yaitu sebuah proses
bagaimana Socrates sampai pada bukti bahwa ia
telah mampu melihat sebauah pohon.
Mula-mula sinar matahari membiaskan pohon yang
kemudian ditangkap oleh mata Socrates dan
melewati lensa serta membentuk gambar mini dari
pohon. Dan terjadilah di sana perubahan-
perubahan reaksi fisika kimia. Bila Socrates belum
sampai pada kesadaran ia belum menerima
9. persepsi apapun, artinya semuanya itu belum bisa
dikatakan proses melihat. Proses melihat masih
membutuhkan banyak keterangan lagi. Sampai
dengan retina yang diaktifkan oleh cahaya dan
kemudian merangsang impuls-impuls ke sistem
saraf optik dan membawanya ke permukaan otak.
Semuanya dapat diterangkan secara fisika kimia.
Tetapi ke manakah warna hijau pohon masuk?
warna otak adalah putih dan abu-abu, bagaiman ia
dapat menerima warna baru tanpa membuat hilang
warna yang lama, dan bagaiman otak Socrates
dapat menangkap cahaya jika otak tersebut
sepenuhnya tertutup oleh cahaya? Semua
persoalan mengenai penerimaan warna, bentuk,
gerakan dan cahaya tidak akan dapat dimengerti
jika semua proses yang dialami Socrates ketika ia
mengarahkan matanya pada pohon, hanya
dipahami sebagai gelombang listrik belaka.
Kisah Baru memandang keindahan sebagai satu
kesatuan dalam alam semesta. Bahkan dalam
lapangan ilmiah keindahan dapat dijadikan
justifikasi kebenaran suatu teori. Hampir semua
ilmuwan pada abad ke-20 sepakat bahwa
keindahan dan kesederhanaan tidak menjadi
monopoli dalam bidang seni, melainkan juga
merupakan dasar utama untuk kebenaran ilmiah.
Hal ini dialami oleh Warner Heisenberg dalam teori
mekanika kuantum dan Einstein dalam teori
relativitas umum yang barang kali merupakan teori
teindah dari teori-teori fisika
Bertentangan dengan Kisah Lama, keindahan
dalam pandangan Kisah Baru bukanlah sebuah
produk yang meliputi perkara emotif dan subyektif
semata, bahkan sebaliknya keindahan
mengisyaratkan adanya tiga unsur obyektif yang
terkandung di dalamnya: kesederhanaan
(simplicity), keselarasan (harmony) dan kecerdasan
10. tinggi (brilliance). Ini sepadan dengan rumusan
yang dibuat oleh Einstein: “Semakin menarik
sebuah teori akan semakin sederhanalah premis-
premisnya dan akan semakin beraneka ragam
keterkaitanya serta semakin luas daya terapannya”.
Kisah Baru juga memandang manusia sebagai
makhluk yang sadar. Manusia berbeda dengan
binatang dan mesin. Manusia adalah makhluk yang
mampu mengalami, mengambil keputusan dan
bertindak, demikian pendapat F. Child dari Yale
University. Pikiran dalam diri manusia
sebagaimana juga manjadi tema sentral dalam
Kisah Baru, merupakan primat dalam psikologi
humanistik.
Psikologi Kisah Baru adalah psikologi yang
memperhatikan bagaimana manusia mengarah
pada sebuah tujuan dan sasaran yang didasarkan
pada nilai-nilai. Carl Roger pun mengatakan, seraya
membela psikologi baru tersebut, bahwa orang
mempunyai kekayaaan yang tersimpan di dalam
dirinya yang selalu diselidiki oleh psikologi baru
tetapi justru diabaikan oleh pengamat behavioris,
yaitu tujuan hidup, nilai-nilai, pilihan, persepsi
terhadap diri sendiri maupun orang lain, persatuan
antara diri pribadi dengan dunia yang sedang kita
bangun sebagai tanggung jawab yang kita terima
maupun yang kita tolak dan segala fenomena yang
terdapat dalam segala individu dalam kaitannya
dengan sistem maknanya.
Psikologi Kisah Baru menerima fikiran dan
kehendak sebagai fakultas tertinggi dalam diri
manusia. Berbeda dengan Freud yang melihat
bahwa pikiran hanyalah sebuah pelarian dan ilusi,
Kisah Baru melihat bahwa pikiran tersebut benar-
benar merupakan sebuah realitas yang utuh.
Dengan demikian, aktifitas dalam bidang sains
11. ataupun tindakan-tindakan yang penuh dengan
keutamaan merupakan aktifitas yang paling
berharga.
Pendasaran Kisah Lama pada material telah
memaksa pandangannya terhadap dunia menjadi
dunia fikiran subyektif dan dunia materi obyektif.
Untuk mengetahui dunia sains harus didasarkan
pada pengalaman khusus. Kisah Baru dengan tegas
menolak pandangan seperti ini. Persepsi inderawi,
walaupun membutuhkan perubahan materi,
tetaplah merupakan sesuatu non-material.
Menginderai adalah semata-mata pasif dan
menerima, tidak menambah sedikitpun pada obyek
yang diinderai. Ini berarti hanya ada satu dunia:
dimana indera-indera kita memberikan pada kita
pengetahuan yang sejati.
Kisah Lama telah menganggaap remeh terhadap
pengalaman umum dengan alasan tidak dapat
dipercaya. Tetapi Kisah Baru menaruh perhatian
besar terhadap pengalaman umum karena ia
berhubungan langsung dengan realita. Pengalaman
umum adalah bahasa semesta. Heisenberg
mengatakan: “Pengakuan terhadap pengalaman
umum mengharuskan kita pada suatu pandangan
yang berbeda dengan pandangan Kisah Lama. Jika
seseorang meletakan subtansi tetap di depan kedua
matanya dalam memahami perkembangan ilmu
alam, maka ia akan melihat—setelah eksperimen
fisika modern—bahwa pandangan kita pada akal,
roh manusia, hidup dan Allah akan berbeda dengan
pandangan abad ke-19”. Hal ini disebabkan
pandangan-pandangan baru berdasar pada bahasa
alam yang berarti berhubungan secara langsung
dengan realita. Akhirnya dalam pandangan baru
orang biasa, ilmuwan ataupun filsuf mampu
mengetahui dunia, dan seorang seniman mampu
mendiskripsikan kesuburan dan kekayaan alam.
12. Ibarat orang miskin yang menjadi kaya secara
mendadak, Kisah Lama tidak mau menengok
sejarah epistemologinya. Kisah Baru tidak menolak
pandangan Kisah Lama secara mutlak; ia masih
memakai apa yang telah ditemukan mengenai
hakekat materi sebagai mana ditegaskan oleh
Heisenberg. Fisika modern tidak merubah teori
klasik tentang mekanik, optik dan panas. Ada satu
unsur yang secara mendasar ditolak oleh Kisah
Baru: yaitu metode materialisme.
Penemuan-penemuan baru dalam perspektif Kisah
Baru tidak meruntuhkan bangunan-bangunan
penemuan yang sudah ada, bahkan suatu revolusi
ilmiah dianggap tetap mampu menjaga kontinuitas
dengan lama. Teori Newton diyakini oleh Einstein
tidak akan mungkin menjadi kedaluwarsa. Teori
Newton akanlah tetap menjadi landasan bagi
konsep-konsep fisika yang terus kita bangun pada
masa sekarang. Teori baru boleh jadi mampu
memberikan hasil yang lebih akurat dibanding teori
lama, tetapi tidak akan pernah memutarbalikkan
sama sekali hasil yang pernah dicapai.
Jika ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak
menoleh ke belakang, maka filsfat ilmulah yang
menanggung beban itu dan secara serius
memikirkan jejak langkah ilmu. Filsafat ilmu pada
awalnya memfilsafati ilmu pengetahuan dari dalam,
tetapi pada abad ke-20 (Kisah Baru) banyak
memfokuskan diri pada sejarah ilmu dan
interaksinya dengan bangunan-bagunan peradaban
dan sosial. Realitas perkembangan ini pada
dasarnya adalah komplementasi perspektif ilmu
dari dalam dan perspektif dari luar (perspektif
menyeluruh). Demikian Kisah Baru menemukan
paradigma baru dalam epistemologi ilmiahnya.
13. Setelah kita membaca masing-masing karakter
Kisah Lama dan Kisah Baru, kita dapat
menemukan tiga ciri umum pandangan Kisah Baru
terhadap dunia yaitu: keluasan (vastness), sifat
menggabungkan (unity) dan kecerahan(light).
Kosmologi dan Teologi Kisah Baru
Revolusi ilmiah secara masif telah menimbulkan
pandangan baru pula dalam kosmologi dan teologi.
Situasi masa modern Barat barangkali ada
kesamaan dengan situasi di masa Imam Al-Ghazâlî.
Sifat materialistik dan atheis adalah ciri khusus
masa modern. Mereka lebih percaya pada atom
daripada ayat-ayat injil. Imam Al Ghazali dalam
bukunya Al-Munqidz min Al-Dhalâl membagi kaum
filsuf ke dalam tiga golongan:
Yang pertama adalah Al-Dahrîyûn: kaum ateis yang
mempunyai asumsi bahwa alam semesta ada
dengan sendirinya tanpa pencipta. Landasan
pandangan mereka dari dulu sampai sekarang
berasumsi bahwa hewan berasal dari sperma.
Golongan ini termasuk orang-orang zindiq.
Yang kedua adalah Al-Thabî‘îyûn: yaitu mereka
yang memperbanyak observasi mengenai alam
semesta, dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan
lebih khusus lagi ilmu bedah. Setelah mereka
menemukan keteraturan dan keajaiban dalam
tubuh hewan mereka malah ingkar adanya al-ba‘ts,
al-hasyr, surga dan neraka. Golongan ini menurut
Al-Ghazâlî juga termasuk orang-orang zindiq.
Dan yang ketiga adalah Al-Ilâhîyûn: golongan akhir
para filsuf Yunani seperti Socrates, Plato dan
Aristoteles. Golongan ketiga ini menurut Imam Al-
14. Ghazâlî wajib dikafirkan, termasuk para filsuf
muslim seperti Ibn Sînâ dan Al-Fârâbî.
Dari sini, Imam Al-Ghazâlî sebenarnya bukan tidak
setuju dengan sains, melainkan tidak setuju
dengan sikap para filosofis yang ateis dan
materialis, berusaha membuang jauh Allah dalam
pembahasan ilmiah. Kisah Baru justru mengajukan
argumen keberadaan Allah dengan data-data
empiris. Setidaknya ada tiga penemuan dalam
bidang sains yang mendukung keberadaan Allah.
Pertama, Kisah Baru mencatat sebuah penemuan-
penemuan yang oleh Denis Sciasne, seorang ahli
dalam bidang astrofisika, dianggap paling penting
dalam abad ke-20, yaitu munculnya keyakinan
bahwa alam semesta merupakan keseluruhan dan
totalitas tunggal. Dan ini dapat dipertanggung
jawabkan lewat metode fisika ataupun astronomi.
Kenyataan-kenyataan yang bertolak belakang
dengan fisika Newton mendorong penemuan
berbagai alat untuk menyelediki dengan seksama
struktur, asal usul serta nasib dari seluruh alam
semesta ini. Maka tampillah Wiliem de Sifter dan
Alexander Friedman, masing-masing adalah ahli
astronomi dan matematika, yang secara terpisah
menyimpulkan bahwa alam semesta ini sedang
dalam proses mengembang. Hal ini diperkuat
dengan penelitian dari Edwin Hubble pada tahun
1920-an. Dengan memperhatikan cahaya yang
datang dari galaksi jauh, ia melihat bahwa semua
galaksi yang dapat diobservasi ternyata berada
dalam posisi yang saling menjauh satu sama lain.
Ini berarti bahwa dulu semua galaksi sebenarnya
bersatu.
Kedua, hasil penyelidikan fisika nuklir oleh Hans
Bohr dan Carl Van W. bahwa pusat matahari
sebenarnya memproduksi energi dan cahaya lewat
15. peluruhan nuklir unsur-unsur hidrogen yang
berubah menjadi helium, kemudian diketahui
bahwa semua unsur-unsur berat memang
terbentuk dari hidrogen dalam pusat-pusat bintang
(cores of stars). Disini para pakar setuju bahwa
alam semesta pada mulanya terdiri dari hidrogen,
paling tidak hampir seluruhnya.
Ketiga, pada tahun 1948 George Gamow
mendasarkan terjadinya pembulatan pada gerak
yang menjauh dari galaksi-galaksi dan siklus dari
bintang. Ia sampai pada dugaan bahwa alam
semesta ini seharusnya dari hasil pengembangan
sebuah dentuman besar. Kemudian secara
mengejutkan Arnold Penzies dan Robert Wilson,
yang menggunakan sebuah alat raksasa penerima
gelombang mikro, berhasil menemukan sebuah
radiasi sangat lemah yang berasal dari angkasa. Ini
membawa arti bahwa radiasi tadi tidak mungkin
berasal dari matahari ataupun galaksi lainnya.
Maka tinggal satu kemungkinan yang tersisa bahwa
radiasi tersebut berasal dari dentuman besar.
Selanjutnya, menanggapi Kopernikus yang
mengatakan manusia tidaklah mempunyai peranan
sentral dalam alam raya ini, Brandon Carter
berpendapat sebaliknya: bahwa kemajuan dalam
bidang fisika dan kosmologi hanya dapat
diramalkan dengan mendasarkan pada the
anthropic principle. Walaupun manusia bukanlah
pusat fisik dari alam raya ini, namun manusia
mengambil peranan yang sentral dalam tujuan
(purpose) alam semesta ini.
Semua argumen-argumen di atas merupakan
fondasi dasar dalam sains dan problem ketuhanan.
Kisah Baru meyakini adanya pikiran dalam
keteraturan alam semesta menuju sebuah tujuan
akhir, karena materi dirinya sendiri tidak pernah
16. mengarah pada apapun. Pikiran yang dimaksud
diatas biasa kita sebut sebagai Allah.
Sekedar melengkapi tentang tentang materialaisme
ada tiga catatan dari I. M. Bochenski untuk mazhab
ini, antara lain :
1. Materialisme yang ada di akhir abad
sembilanbelas dan awal abad duapuluh pada
dasarnya adalah pandangan filsafat yang telah
ditinggalkan oleh akal Barat sejak masa lalu;
2. Dilihat dari segi bangunan teorinya,
materialisme sangat lemah. Sebagai contoh
apa yang dilakukan oleh Materialis
Dialektisme (Al-Mâdîyah Al-Jadalîyah) tidak
lebih dari apa yang dikatakan oleh para filsuf
dahulu sejak jaman Socrates. Begitu juga
logika positivisme berdiri di atas ontologi
primitif dan hipotesa-hipotesa yang kosong
akan bukti valid;
3. Lebih penting dari itu semua para pengikut
mazhab materialisme bingung dengan problem
umat sekarang. Dalam artian bahwa
problematika yang menjadi maintream abad
XX tidak mereka hadapi secara serius. Tema-
tema semisal rasa sakit, akhlak dan agama
dihadapan mereka bukanlah problem filsafat
(?).
Kalam Akhir
Tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi yang terjadi
adalah revolusi hakiki yang mengadakan
perubahan secara besar-besaran. Revolusi yang
terjadi dalam sains diikuti oleh filsafat ilmu dan
filsafat itu sendiri. Masing-masing mengikuti logika
17. yang telah ditemukan oleh sains yaitu meleburnya
subyek-obyek dalam Fisika Quantum dan diikuti
filsafat ilmu: “seorang ilmuwan bukanlah sekedar
penonton, ia sebenarnya juga punya peranan dalam
hukum-hukum fisika”. Kemudian dalam lapangan
filsafat logika yang sama juga kita temukan dalam
fenomenologi yang beranak hermeunetika dan ide-
ide yang diperjuangkan oleh post-modernisme.
Sebenarnya masih banyak tema-tema yang belum
dibahas di sini semisal teori populasi, ilmu
genetika, biologi sosial, antropologi, kesadaran
hewan dan manusia dan tiga dunia. Namun seperti
yang telah penulis katakan sejak awal, tulisan ini
hanyalah sebuah pengantar untuk masuk ke
pembahasan yang lebih mendalam dan luas. Sebab
revolusi ilmiah yang ditulis ini adalah yang terjadi
di Barat. Dengan begitu kita belum masuk pada
sebuah pertanyaan apakah revolusi yang sama juga
terjadi dalam dunia Islam? Dan kalau memang
terjadi seperti apa bentuknya ?
Daftar Pustaka:
1. Al-Imam Al-Ghazâlî, Al-Munqidz min Al-Dhalâl,
Dar Al-Qalam li Al-Turâts.
2. Dr. Ramadhân Basthâwî dalam majalah Al-
Arabî, Y. Habermas Faylasûf Al-Hadâtsah,
edisi Januari 1993.
3. Dr. Muhammad ‘Âbid Al-Jâbirî, Madkhal ilâ
Falsafat Al-‘Ilm, Markaz Dirasat Al-Wihdah Al
–‘Arabîyah.
4. Greg Sutomo, Sains dan Problem Ketuhanan,
Pustaka Filsafat.
18. 5. I. M. Bochenski, La philosophie Contemporaine
en Europe, terj. bahasa Arab Dr. ‘Izzat Qarnî,
Silsilah ‘Âlam Al-Ma’rifah, September 1992.
6. Karl Popper, Bahtsan ‘an ‘Âlam Afdhal, terj.
Ahmad Mustajîr, Maktabah Al-Usrah, 2001.
7. Robert M. Augros dan George N. Stanciu, The
New Story of Sciences (terjemahan), New York,
1985.
8. Yumna Tharif Al-Khûlî, Falsafat Al-‘Ilm fi Al-
Qarn Al-‘Isyrîn, Slsilah ‘Âlam Al-Ma‘rifah