Revolusi Hijau bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan meningkatkan hasil pertanian melalui penggunaan bibit dan teknologi pertanian baru seperti pupuk, irigasi, dan perlindungan tanaman. Program ini dilaksanakan di bawah Orde Baru dan berhasil meningkatkan produksi beras Indonesia namun juga berdampak negatif seperti polusi dan penurunan keanekaragaman hayati.
Power Point ini dibuat oleh siswa-siswi dari SMAN 1 Probolinggo. Mohon masukkan dan sarannya. Terima kasih.
Materi : Bpk. H. Hasan Fadli
Desain : shafira dkk.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. Tujuan perjuangan Orde Baru adalah menegakkan tata
kehidupan bernegara yang didasarkan atas kemurnian
pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Orde Baru
1966 - 1998
3. SalamSejahtera!
Kami dari
olehKelompok V
Achmad Rizky Akbar (01)
Dewa Ayu Indah (05)
Dewi Ika Pratiwi (06)
Pratama Iqbal Firmansyah (22)
Rika Ayu Maghfiro (25)
Shafira Hany Maris (27)
-XIMIAF-
6. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk
menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi
budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an
di banyak negara berkembang, terutama di Asia.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara
berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru
berkuasa.
7. Program Revolusi Hijau bertujuan untuk
meningkatkan persediaan makanan dengan meningkatkan
hasil lahan pertanian yang dapat dicapai dengan menanam
bibit pertanian yang baru dengan disertai perbaikan pengolahan tanah,
sistem pengairan, penggunaan pupuk, perlindungan dari serangan
hama, dan pengenalan varietas tanaman jenis unggul.
8. Pelaksanaan Revolusi Hijau disponsori oleh
Ford dan Rockefeller Foundation yang
memiliki dua pusat penelitian yang bernama
International Klaize and Wheat
Improvement Center dan di Filipina yang
bernama IRRI (International Rice Research
Instute).
Pusat penelitian di Meksiko dipimpin oleh
Norman E.Bourlang.
Norman E. Borlaug, penerima penghargaan
Nobel Perdamaian 1970, adalah orang yang
dipandang sebagai konseptor utama gerakan
ini.
9. PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU
1. Revolusi tahap pertama, terjadi antara tahun 1500 – 1800 ketika kebanyakan hasil
pertanian (gandum, padi, jagung dan kentang) disebar keseluruh dunia.
2. Revolusi hijau tahap kedua, terjadi di Eropa dan Amerika Utara antara tahun 1850 –
1950 dan terutama didasarkan penerapan hukum ilmiah terhadap produksi hasil
petanian dan hewan melalui penggunaan pupuk, irigasi dan pemberantasan hama
dn penyakit secara luas dan terkendali.
3. Revolusi tahap ketiga, terjadi di negara-negara maju sejak perang dunia II terutama
melalui seleksi dan persilangan genetika atas varietas tanaman dan hewan unggul
dan lebih resisten terhadap penyakit dan serangga.
4. Revolusi hijau tahap keempat, telah tersebar luas pada tahun-tahun ini. Tahap ini
bukan hal yang baru, melainkan kombinasi dari revolusi hijau tahap kedua dan
tahap ketiga, dan terutama ditujukan untuk negara-negara berkembang. Tahun
1967 varietas padi dan gandum jenis unggul dikembangkan di daerah-daearah
tropis dan sub tropis, seperti India, Turki, Pakistan, Indonesia.
10. Revolusi Hijau mendasarkan diri
pada empat pilar penting:
1. Penyediaan air melalui sistem irigasi
2. Pemakaian pupuk kimia secara optimal
3. Penerapan pestisida sesuai dengan tingkat
serangan organisme pengganggu
4. Penggunaan varietas unggul sebagai bahan
tanam berkualitas.
12. Revolusi Hijau di Indonesia sudah dimulai sejak berlakunya UU Agraria pada tahun
1870 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda, sehingga di Indonesia
dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman.
Dalam perkembangannya pada masa Orde Baru, program Revolusi Hijau digunakan
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di Indonesia, terutama
produksi beras.
Revolusi Hijau dilaksanakan secara sistematis,
terprogram, dan terus-menerus sehigga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Hal itu dibuktikan dengan Indonesia mampu
meningkatkan swasembada pangan yaitu
penghasil beras sehingga Presiden Soeharto
mendapat Penghargaan Nobel.
13. Usaha yang dilakukan pemerintah Orde Baru untuk
meningkatkan swasembada pangan nasional yaitu:
1. Program Bimbingan Massal (Bimas) untuk meningkatkan
produksi beras.
2. Program Intensifikasi Massal (Inmas) yang merupakan
kelanjutan Bimas.
3. Program Intensifikasi Khusus (Insus) yang merupakan upaya
peningkatan produksi per unit.
4. Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus) yang
meningkatkan swasembada beras.
14. EKSTENSIFIKASI dan INTENSIFIKASI
Pertanian
Program-program tersebut dikembangkan melalui intensifikasi pertanian,
yaitu upaya peningkatan produksi per unit dan ekstensifikasi, yaitu upaya perluasan
areal pertanian.
Pelaksanaan Revolusi hijau di Indonesia dilakukan melalui Pancausaha Tani dan
Saptausaha Tani. Pancausaha Tani memiliki langkah-langkah yaitu:
a. Mekanisme dalam pengolahan tanah.
b. Menggunakan irigasi yang mapan.
c. Menggunakan pupuk.
d. Menggunakan obat penyemprot hama.
e. Menggunakan bibit unggul.
Sedangkan Saptausaha Tani memiliki langkah-langkah serupa
Pancausaha Tani ditambah pengolahan dan penjualan pascapanen.
15. 1. Meningkatnya produksi pertanian yang
berarti dapat mengatasi pangan.
2. Ditemukannya berbagai jenis tanaman dan
biji-bijian/varietas unggul.
3. Pendapatan petani meningkat yang berarti
meningkatnya kesejahteraan petani.
Dampak POSITIF
RevolusiHijau
16. 1. Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai
sumber karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber protein dan
lahan peternakan diubah menjadi sawah.
2. Penurunan keanekaragaman hayati.
3. Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada
pupuk.
4. Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten.
5. Menghabiskan dana yang besar untuk biaya penelitian.
6. Menurunnya daya produksi tanah karena ditanami terus menerus.
7. Polusi tanah dan air akibat penggunaan pupuk pestisida yang berlebihan.
8. Dengan mekanisasi pertanian mengakibatkan tenaga manusia digantikan mesin.
Dampak NEGATIF
Revolusi Hijau
17. Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia
tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara
yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam
waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 – 1989.
Di samping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya
kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi
Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari
setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara
negara di tingkat pedesaan.