Revolusi Hijau merupakan revolusi produksi biji-bijian yang meningkatkan hasil panen melalui penemuan benih unggul. Revolusi ini dilatarbelakangi oleh kerusakan lahan pertanian akibat perang dunia, pertambahan penduduk, dan kebutuhan pangan yang meningkat. Lembaga penelitian seperti Ford dan Rockefeller Foundation mendukung penelitian benih baru untuk mendukung Revolusi Hijau.
Kelompok 6 terdiri dari 6 anggota yang membahas tentang Revolusi Hijau di Indonesia. Revolusi Hijau merupakan upaya pengembangan teknologi pertanian modern dengan cara meningkatkan produksi pangan melalui penggunaan bibit unggul, pupuk, irigasi, dan pestisida serta mengubah dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Revolusi Hijau di Indonesia dimulai pada tahun 1870 dan berhasil meningkatkan produktivitas tanaman pangan serta
Revolusi Hijau bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan meningkatkan hasil pertanian melalui penggunaan bibit dan teknologi pertanian baru seperti pupuk, irigasi, dan perlindungan tanaman. Program ini dilaksanakan di bawah Orde Baru dan berhasil meningkatkan produksi beras Indonesia namun juga berdampak negatif seperti polusi dan penurunan keanekaragaman hayati.
Revolusi Hijau adalah revolusi produksi biji-bijian melalui penemuan benih unggul yang meningkatkan hasil panen. Revolusi Hijau di Indonesia pada masa Orde Baru mengangkat perekonomian melalui peningkatan produktivitas dan swasembada beras, namun menimbulkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dan kesenjangan sosial. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam menerapkan revolusi hijau.
Dokumen tersebut membahas dampak Revolusi Hijau dan industrialisasi terhadap perubahan sosial ekonomi di pedesaan dan perkotaan pada masa Orde Baru. Revolusi Hijau berupa pengembangan varietas tanaman baru yang lebih produktif melalui riset pertanian. Hal ini memengaruhi sistem pertanian dan mata pencaharian masyarakat pedesaan. Sedangkan industrialisasi meningkatkan pendapatan namun juga mengurangi kesempatan kerja di pe
Revolusi Hijau merupakan upaya peningkatan produktivitas pertanian dengan mengembangkan varietas tanaman baru yang hasilnya lebih tinggi melalui persilangan genetik dan modernisasi teknik budidaya. Hal ini dimulai setelah Perang Dunia 2 untuk meningkatkan produksi pangan guna menghadapi pertumbuhan penduduk dan kerusakan lahan pertanian akibat perang. Metode ini kemudian diterapkan di berbagai negara termasuk Indonesia dengan mener
Revolusi hijau dimulai pada tahun 1970-an di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui paket teknologi modern. Program BIMAS membutuhkan waktu 20 tahun untuk merubah sikap petani dari anti teknologi menjadi mau memanfaatkan teknologi pertanian modern, yang berhasil meningkatkan produktivitas namun juga menimbulkan masalah baru seperti uniformitas bibit yang rentan hama dan membuat petani malas.
Revolusi Hijau merupakan revolusi produksi biji-bijian yang meningkatkan hasil panen melalui penemuan benih unggul. Revolusi ini dilatarbelakangi oleh kerusakan lahan pertanian akibat perang dunia, pertambahan penduduk, dan kebutuhan pangan yang meningkat. Lembaga penelitian seperti Ford dan Rockefeller Foundation mendukung penelitian benih baru untuk mendukung Revolusi Hijau.
Kelompok 6 terdiri dari 6 anggota yang membahas tentang Revolusi Hijau di Indonesia. Revolusi Hijau merupakan upaya pengembangan teknologi pertanian modern dengan cara meningkatkan produksi pangan melalui penggunaan bibit unggul, pupuk, irigasi, dan pestisida serta mengubah dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Revolusi Hijau di Indonesia dimulai pada tahun 1870 dan berhasil meningkatkan produktivitas tanaman pangan serta
Revolusi Hijau bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan meningkatkan hasil pertanian melalui penggunaan bibit dan teknologi pertanian baru seperti pupuk, irigasi, dan perlindungan tanaman. Program ini dilaksanakan di bawah Orde Baru dan berhasil meningkatkan produksi beras Indonesia namun juga berdampak negatif seperti polusi dan penurunan keanekaragaman hayati.
Revolusi Hijau adalah revolusi produksi biji-bijian melalui penemuan benih unggul yang meningkatkan hasil panen. Revolusi Hijau di Indonesia pada masa Orde Baru mengangkat perekonomian melalui peningkatan produktivitas dan swasembada beras, namun menimbulkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dan kesenjangan sosial. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam menerapkan revolusi hijau.
Dokumen tersebut membahas dampak Revolusi Hijau dan industrialisasi terhadap perubahan sosial ekonomi di pedesaan dan perkotaan pada masa Orde Baru. Revolusi Hijau berupa pengembangan varietas tanaman baru yang lebih produktif melalui riset pertanian. Hal ini memengaruhi sistem pertanian dan mata pencaharian masyarakat pedesaan. Sedangkan industrialisasi meningkatkan pendapatan namun juga mengurangi kesempatan kerja di pe
Revolusi Hijau merupakan upaya peningkatan produktivitas pertanian dengan mengembangkan varietas tanaman baru yang hasilnya lebih tinggi melalui persilangan genetik dan modernisasi teknik budidaya. Hal ini dimulai setelah Perang Dunia 2 untuk meningkatkan produksi pangan guna menghadapi pertumbuhan penduduk dan kerusakan lahan pertanian akibat perang. Metode ini kemudian diterapkan di berbagai negara termasuk Indonesia dengan mener
Revolusi hijau dimulai pada tahun 1970-an di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui paket teknologi modern. Program BIMAS membutuhkan waktu 20 tahun untuk merubah sikap petani dari anti teknologi menjadi mau memanfaatkan teknologi pertanian modern, yang berhasil meningkatkan produktivitas namun juga menimbulkan masalah baru seperti uniformitas bibit yang rentan hama dan membuat petani malas.
Dokumen tersebut membahas tentang Revolusi Hijau di Indonesia pada masa Orde Baru. Revolusi Hijau dilaksanakan untuk meningkatkan produksi pertanian dan pangan guna mengimbangi pertambahan penduduk yang cepat. Berbagai upaya dilakukan seperti penggunaan varietas unggul, pupuk, irigasi, dan mekanisasi pertanian. Walaupun berdampak positif terhadap peningkatan produksi, revolusi hijau juga berdampak negatif seperti ker
Revolusi hijau bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produksi pangan guna mengimbangi pertumbuhan penduduk. Revolusi hijau di Indonesia dimulai pada zaman Orde Baru dengan program intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian serta rehabilitasi lahan untuk meningkatkan produksi beras dan gandum. Namun, revolusi hijau juga berdampak negatif seperti penurunan keanekaragaman
Revolusi Hijau di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an untuk meningkatkan produksi pertanian dengan teknologi modern seperti pupuk dan pestisida kimia. Meskipun produksi meningkat, dampak negatifnya mulai terlihat pada dekade 1990-an berupa penurunan kesuburan tanah, ketergantungan pupuk, dan hama yang kebal terhadap pestisida. Revolusi Hijau juga merusak ekosistem dan memengaruhi kesejahteraan petani.
Revolusi Hijau bertujuan meningkatkan produksi pangan dengan menggunakan benih dan teknik pertanian modern seperti pupuk dan pestisida, yang memungkinkan peningkatan hasil panen secara signifikan. Namun, praktik pertanian intensif ini juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem.
Dokumen tersebut membahas mengenai ketahanan pangan Indonesia, yang menurut dokumen tersebut masih menghadapi tantangan karena produktivitas pertanian yang rendah. Dokumen tersebut juga membahas upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan seperti intensifikasi pertanian dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi, serta ekstensifikasi pertanian untuk memperluas area tanam. Dampak positif dan negatif dari revolusi hijau
Revolusi hijau bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dengan penelitian bibit unggul dan eksperimen. Pemerintah Indonesia mendorong revolusi hijau dengan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi pertanian. Revolusi hijau berdampak positif dengan meningkatkan produksi pangan dan pendapatan petani, namun juga berdampak negatif seperti komersialisasi dan kesenjangan sosial. Upaya mengatasi dampak negatif dilakukan dengan
Paragraf pertama membahas tentang upaya peningkatan produksi pangan, khususnya beras, yang telah dilakukan sejak Pelita I dengan menerapkan teknik budidaya padi sawah tradisional. Paragraf berikutnya menjelaskan program-program peningkatan produktivitas padi seperti Bimas, Insus, dan Supra Insus pada era Revolusi Hijau yang berhasil meningkatkan produksi padi nasional namun mengalami penurunan produktivitas pada tahun 1990
Pertanian berkelanjutan (m. refo aditya n. no.27)tani57
Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan atau sering disebut sustainable agriclture merupakan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui atau renewable resources dan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui atau unrenewable resources dalam proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Revolusi Hijau berhasil meningkatkan produksi pangan, terutama beras, di beberapa negara berkembang seperti Indonesia pada tahun 1950-1980an melalui penggunaan varietas unggul dan teknologi pertanian modern. Namun, revolusi hijau juga menimbulkan masalah lingkungan dan kesenjangan sosial.
Dokumen tersebut membahas tentang penyuluhan pertanian berkelanjutan. Penyuluhan bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani dengan mempersiapkan materi, media, metode dan sasaran yang tepat serta menerapkan sistem pertanian berkelanjutan seperti pengendalian hama terpadu untuk menekan biaya produksi dan memperbaiki lingkungan. Kesimpulannya, penyuluhan pertanian seharusnya menerapkan prinsip ke
Sistem pertanian sawah adalah sistem budidaya tanaman pada lahan yang dibatasi oleh saluran air dan digunakan untuk menanam padi atau palawija lainnya. Terdapat beberapa jenis sistem pertanian sawah seperti sawah irigasi teknis, setengah teknis, dan tadah hujan. Unsur penting dalam sistem ini adalah pengaturan pengairan dan penggunaan pupuk.
Dokumen tersebut membahas tentang Revolusi Hijau di Indonesia pada masa Orde Baru. Revolusi Hijau dilaksanakan untuk meningkatkan produksi pertanian dan pangan guna mengimbangi pertambahan penduduk yang cepat. Berbagai upaya dilakukan seperti penggunaan varietas unggul, pupuk, irigasi, dan mekanisasi pertanian. Walaupun berdampak positif terhadap peningkatan produksi, revolusi hijau juga berdampak negatif seperti ker
Revolusi hijau bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produksi pangan guna mengimbangi pertumbuhan penduduk. Revolusi hijau di Indonesia dimulai pada zaman Orde Baru dengan program intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian serta rehabilitasi lahan untuk meningkatkan produksi beras dan gandum. Namun, revolusi hijau juga berdampak negatif seperti penurunan keanekaragaman
Revolusi Hijau di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an untuk meningkatkan produksi pertanian dengan teknologi modern seperti pupuk dan pestisida kimia. Meskipun produksi meningkat, dampak negatifnya mulai terlihat pada dekade 1990-an berupa penurunan kesuburan tanah, ketergantungan pupuk, dan hama yang kebal terhadap pestisida. Revolusi Hijau juga merusak ekosistem dan memengaruhi kesejahteraan petani.
Revolusi Hijau bertujuan meningkatkan produksi pangan dengan menggunakan benih dan teknik pertanian modern seperti pupuk dan pestisida, yang memungkinkan peningkatan hasil panen secara signifikan. Namun, praktik pertanian intensif ini juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem.
Dokumen tersebut membahas mengenai ketahanan pangan Indonesia, yang menurut dokumen tersebut masih menghadapi tantangan karena produktivitas pertanian yang rendah. Dokumen tersebut juga membahas upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan seperti intensifikasi pertanian dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi, serta ekstensifikasi pertanian untuk memperluas area tanam. Dampak positif dan negatif dari revolusi hijau
Revolusi hijau bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dengan penelitian bibit unggul dan eksperimen. Pemerintah Indonesia mendorong revolusi hijau dengan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi pertanian. Revolusi hijau berdampak positif dengan meningkatkan produksi pangan dan pendapatan petani, namun juga berdampak negatif seperti komersialisasi dan kesenjangan sosial. Upaya mengatasi dampak negatif dilakukan dengan
Paragraf pertama membahas tentang upaya peningkatan produksi pangan, khususnya beras, yang telah dilakukan sejak Pelita I dengan menerapkan teknik budidaya padi sawah tradisional. Paragraf berikutnya menjelaskan program-program peningkatan produktivitas padi seperti Bimas, Insus, dan Supra Insus pada era Revolusi Hijau yang berhasil meningkatkan produksi padi nasional namun mengalami penurunan produktivitas pada tahun 1990
Pertanian berkelanjutan (m. refo aditya n. no.27)tani57
Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan atau sering disebut sustainable agriclture merupakan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui atau renewable resources dan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui atau unrenewable resources dalam proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Revolusi Hijau berhasil meningkatkan produksi pangan, terutama beras, di beberapa negara berkembang seperti Indonesia pada tahun 1950-1980an melalui penggunaan varietas unggul dan teknologi pertanian modern. Namun, revolusi hijau juga menimbulkan masalah lingkungan dan kesenjangan sosial.
Dokumen tersebut membahas tentang penyuluhan pertanian berkelanjutan. Penyuluhan bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani dengan mempersiapkan materi, media, metode dan sasaran yang tepat serta menerapkan sistem pertanian berkelanjutan seperti pengendalian hama terpadu untuk menekan biaya produksi dan memperbaiki lingkungan. Kesimpulannya, penyuluhan pertanian seharusnya menerapkan prinsip ke
Sistem pertanian sawah adalah sistem budidaya tanaman pada lahan yang dibatasi oleh saluran air dan digunakan untuk menanam padi atau palawija lainnya. Terdapat beberapa jenis sistem pertanian sawah seperti sawah irigasi teknis, setengah teknis, dan tadah hujan. Unsur penting dalam sistem ini adalah pengaturan pengairan dan penggunaan pupuk.
INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTANAriManalu
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam pertanian, dimana dengan lingkungan yang baik makan pertanian juga akan baik, karena lingkungan berinteraksi dengan pertanian baik dipengaruhi maupun mempengaruhi.
Metode hidroponik dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan memungkinkan pertanian di tempat-tempat dengan lahan sempit atau tanah yang tidak subur. Tujuan penelitian ini adalah menguji metode hidroponik static solution culture untuk menanam tanaman. Metode ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam memperoleh hasil panen dengan lebih efisien.
Laporan praktikum ini membahas teknik produksi tanaman jagung, meliputi persiapan media tanam, penanaman benih, pemupukan, dan pengamatan tanaman jagung. Tujuannya adalah mengetahui produktivitas dan teknik budidaya jagung yang baik.
Dokumen tersebut membahas tentang isu dan tantangan dalam pertanian konvensional seperti degradasi lingkungan dan keamanan pangan, serta menawarkan pertanian berkelanjutan seperti pertanian sehat dan organik sebagai solusi. Pertanian sehat menggunakan prinsip-prinsip ekologis dan mengurangi penggunaan pupuk buatan, sedangkan pertanian organik menganjurkan peningkatan kesehatan tanah melalui praktik seperti kompos dan
Cara Pembuatan Bokashi:
1. Pertama-tama dibuat larutan dari EM4, molases/gula dan air dengan perbandingan 1 ml : 1 ml :1 liter air.
2. Bahan jerami, sekam dan dedak dicampur merata di atas lantai yang kering.
3. Selanjutnya bahan disiram larutan EM4 secara perlahan dan bertahap sehingga terbentuk adonan. Adonan yang terbentuk jika dikepal dengan tangan, maka tidak ada air yang keluar dari adonan. Begitu juga bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali mengembang (kandungan air sekitar 30%).
4. Adonan selanjutnya dibuat menjadi sebuah gundukan setinggi 15-20 cm. Gundukan selanjutnya ditutup dengan terpal plastik atau karung goni selama 3-4 hari. Selama dalam proses, suhu bahan dipertahankan antara 40-50 0C. Jika suhu bahan melebihi 50 0C, maka karung atau penutup dibuka dan bahan adonan dibolak-balik dan selanjutnya gundukan ditutup kembali.
5. Setelah empat hari penutup terpal plastik atau karung goni dapat dibuka. Pembuatan bokashi dikatakan berhasil jika bahan bokashi terfermentasi dengan baik. Ciri-cirinya adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang berwarna putih dan aromanya sedap. Sedangkan jika dihasilkan bokashi yang berbau busuk, maka pembuatan bokashi gagal.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya teknologi pertanian modern dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas pertanian di Indonesia. Secara singkat, teknologi pertanian modern seperti traktor dan alat pertanian canggih dapat meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi kerusakan hasil panen, dan menjamin kualitas dan kuantitas produksi yang lebih baik.
Teknologi pertanian Indonesia berkembang dari yang bergantung pada alam menjadi revolusi hijau dengan penerapan irigasi, pupuk, dan pestisida yang meningkatkan produksi pangan namun juga merusak lingkungan. Pertanian berkelanjutan bertujuan menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan dengan meningkatkan efisiensi sumber daya tanah dan mengurangi ketergantungan pupuk yang dapat merusak kesuburan tanah.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Revolusi Hijau Ppt Cerdas
1. REVOLUSI HIJAU
ILMU TEKNOLOGI MASYARAKAT
TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMUTARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
.
2. Kelompok Garuda
1. Muhammad Fatahillah {0309193133}
2. Agung Wijaya {0309193142}
3. Tira Ayu Syafitri {0309193130}
4. Nabila Rahmadina Marpaung {0309193139}
5. Adelia Syafitri {0309193131}
6. Lela Mahyuni {0309193137}
7. Cindi Nurmala Sari {0309193135}
8. Alfiana Daulay {0309193134}
9. Yeni Nur Khofifah {0309193148}
3. Definisi Revolusi Hijau
Kata Google
Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang
dipakai untuk menggambarkan perubahan
fundamental dalam pemakaian teknologi
budidaya pertanian.
Hasil yang nyata adalah tercapainya
Swasembada (Kecukupan Penyediaan)
sejumlah bahan pangan di beberapa negara yang
sebelumnya selalu kekurangan persediaan
pangan (Pokok) seperti di India, Bangladesh,
Tiongkok, Vietnam, dan Thailand.
Revolusi Hijau diawali oleh Ford dan Rockefeller
Foundation, yang mengembangkan gandum di
Meksiko (1950) dan Filipina (1960)
Kata Kelompok Garuda
Revolusi Hijau adalah Usaha pengembangan
teknologi Pertanian untuk meningkatkan produksi
pangan. Mengubah dari pertanian yang
mengunakan teknologi Tradisional atau manual
menuju teknologi yang lebih maju, simple, dan
efisien.
4. Latar Belakang Terjadinya Revolusi Hijau
Di Dunia Di Indonesia
Pertambahan Penduduk yang
Pesat
Adanya lahan kosong yang tidak
digunakan secara baik.
Lahan Pertanian yang Sempit
Kebijakan Pemerintah pada
Masa Orde Baru
Hancurnya Lahan pertanian
akibat Perang Dunia I dan
Perang Dunia II.
Hasil Penelitian dari Thomas
Robert Malthus yang direspon
oleh ilmuwan dari Eropa dan
USA
Pertambahan penduduk yang
semakin meningkat dan
kebutuhan pangan penduduk
semakin meningkat
Upaya Pemerintah untuk
meningkatkan proses produksi
pertanian agar semakin maju
5. EMPAT PILAR
PENTING YANG
MENDASARI
REVOLUSI
HIJAU
1 Penyediaan Air melalui sistem Irigasi
2 Pemakaian Pupuk Kimia secara Optimal
3 Penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan Organisme
pengganggu
4 Penggunaan Varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas
6. Panca Usaha Tani yang Meliputi
IrigasiPemupukan
Pemberantasan
Hama
Pengolahan
Tanah
yang
Baik
Pemilihan
Bibit
Unggul
7. Di setiap tindakan pasti ada tujuan tertentu, begitu pula
dengan Revolusi Hijau. Adapun poin-poin dari Tuuan
Revolusi Hijau yang kami Rangkum adalah sebagai
berikut :
1
Mendapatkan Bibit Unggul dalam jangka
waktu yang pendek.
Hal ini tujuan utama dari banyak petani
karena mampu mempersingkat waktu.
4
Mengubah Petani gaya lama (Peasant)
dengan Petani gaya baru (Farmer), juga
untuk memudahkan aktivitas pertanian.
2
Memanfaatkan Sejengkal Tanah di
Sekitar Rumah Secara Optimal.
Hal ini juga menjadi tujuan Utama dari
banyak Petani karena bisa menggunakan
lahan yang pas-pasan.
5 Memperoleh produksi Maksimum dari
luas tertentu tanah pertanian.
3
Meningkatkan Produksivitas Pertanian
dengan cara Penelitian dan Eksperimen
bibit unggul.
6
Menekan Sekecil-keclnya ketidak
mantapan dalam produksi Pertanian, dan
mencegah turunnya kapasitas Produksi.
TUJUAN REVOLUSI HIJAU
8. 0 Revolusi Hijau
di Indonesia
Revolusi Hijau di Indonesia sudah dimulai sejak
berlakunya UU Agraria pada tahun 1870 yang
dikeluarkan oleh pemerintah Kolonial Belanda,
sehingga Indonesia dapat mengembangkan
berbagai jenis tanaman.
Dalam perkembangannya pada masa Orde Baru,
program Revolusi Hijau digunakan sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan produk pangan di
Indonesia, terutama produksi beras.
Revolusi Hijau dilaksanakan secara sistematis,
terprogram, dan terus-menerus sehingga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
9. Upaya yang dilakukan
Pemerintah Indonesia untuk menggalakan
Revolusi Hijau
Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan
cara mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah
ada.
Intensifikasi
Pertanian
Pengalokasian Sumber Daya Pertanian ke
beberapa aktivitas lainnya yang menguntungkan
secara Ekonomi maupun Lingkungan
Diversifikasi
Pertanian Perluasan Areal pertanian ke wilayah yang
sebelumnya belum di manfaatkan oleh manusia.
Rehabilitasi
Pertanian
Penanaman kembali pada lahan pertanian yang
rusak atau tidak terawat sebelumnya.
Ekstensifikasi
Pertanian
10. Ciri – Ciri Revolusi Hijau
Tumbuhan yang ditanam
Terspesialisasi, atau istilah
lainnya adalah Monokultur
Penggunan Bibit yang
Unggul yang tahan
terhadap penyakit
tertentu dan hanya
cocok dilahan tertentu
Pemanfaatan
Teknologi
Maju
11. Pada tahun 1984 Indonesia
berhasil memproduksi beras
sebanyak 25,8 Ton. Haslnya
Indonesia berhasil Swasembada
beras.
Kesuksesan ini mendapatkan
penghargaan dari FAO (Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia) pada
tahun 1985.
Salah Satu
Contoh Besar
Revolusi Hijau
Indonesia dari Pengimpor Beras
mampu menjadi Swasembada dan
juga bisa mengekspor beras ke
India
Hal ini terjadi pada masa
kepemimpinan Presiden Soeharto
12. Dampak Positif Revolusi Hijau Indonesia
2 3 41
Peningkatan Produksi
pangan menyebabkan
kebutuhan Primer
masyarakat Industri
menjadi terpenuhi
Indonesia Berhasil
mencapai Swasembada
Beras
Kualitas tanaman
pangan semakin
meningkat
Meningkatkan
Produktivitas tanaman
pangan
Produksi Swasembada KualitasProduktivitas
13. Dampak Negatif
Penggunaan pupuk
buatan dan pestisida
secara berlebihan,
akan mengakibatkan
lahan pertanian
menjadi tidak subur
lagi
Adanya mekanisme
pertanian
mengakibatkan cara
bertani tradisional
menjadi tersingkirkan
Hasil panen dari
beberapa kawasan
Revolusi Hijau
mengalami penurunan
Berkurangnya
keanekaragaman
genetic jenis tanaman
tertentu yang
disebabkan oleh
penyeragaman jenis
tanaman tertentu
Rasa kegotong-
royongan semakin
menurun
54321
14. Kesimpulan
Revolusi Hijau merupakan pengembangan
teknolgi pertanian untuk meningkatkan produksi
pangan
1
Dengan Revolusi ini petani ditandai dengan
semakin berkurangnya ketergantungan para
petani pada cuaca dan alam karena
meningkatnya peran ilmu pengetahuan dan
teknologi
2
Jenis bahan makanan yang mendapat prioritas
adalah jenis bahan gandum, jagung, pada, dan
sorgum3