Dokumen tersebut membahas mengenai devian dan jenayah remaja. Ia mendefinisikan devian dan jenayah, dan menjelaskan beberapa teori yang relevan seperti teori anomie, pembelajaran sosial, dan subbudaya. Dokumen ini juga menggambarkan masalah sosial seperti kes jenayah juvana, vandalisme, dan gengsterisme yang melibatkan remaja. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku devian dan jenay
Teori Behavioris Pelaziman Operan
-Definisi
-Tokoh-Tokoh Pelaziman Operan
-Teori Pelaziman Operan Skinner
-Teori Pelaziman Operan Thorndike
-Kepentingan Teori
-Aplikasi Teori Dalam Bilik Darjah
-Implikasi Teori Pelaziman Operan
Teori Behavioris Pelaziman Operan
-Definisi
-Tokoh-Tokoh Pelaziman Operan
-Teori Pelaziman Operan Skinner
-Teori Pelaziman Operan Thorndike
-Kepentingan Teori
-Aplikasi Teori Dalam Bilik Darjah
-Implikasi Teori Pelaziman Operan
08410041_Bab_1.pdf latar belakang dan masalh kebakLan rekamjaMarulituazalukhu
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 9
penciptaan konsep mereka tetapi juga dalam pengujian mereka. Dalam menguji
hipotesis, pebelajar harus bereksperimen untuk menciptakan pembentukan konsep
baru. Pengetahuan baru ini nantinya akan menjadi bagian dari pembuatan
hipotesis masa depan.
Sumber (“Google Maps,” n.d.)
Gambar 5. Letak nasi goreng jawa di Malang
Tema Terintegrasi
Relevansi koneksi menjadi jelas bagi pebelajar saat tema dan konsep
diintegrasikan secara holistik. Misalnya, pebelajar yang membangun makna
tentang gaya hidup belanja secara online. Bagaimana berfikir tentang, apa yang
harus dibeli?, mengapa itu harus dibeli?, bagaimana harus dibeli? Kapan harus
Makalah Henry Praherdhiono Disajikan dalam Prapascasarjana UM 10
dibeli? dll. Namun tema terintegrasi ini sulit untuk diterapkan pada kampus atau
sekolah yang menganggap dosen atau guru adalah subjek mandiri dan parsial.
Masing-masing dosen adalah unik dan masing-masing mata kuliah atau mata
pelajaran berdiri sendiri berlandaskan keilmuan masing-masing
Sumber (“Jual Beli Online Aman dan Nyaman - Tokopedia,” n.d.)
Gambar 6. Informasi tematik dari bumbu nasi goreng
Jurnal
Journaling adalah proses merefleksikan sebuah pernyataan atau pertanyaan
yang diberikan untuk memahaminya dalam hal pengalaman masa lalu dan
pengalaman pebelajar. Misalnya, pebelajar mungkin memulai sebuah jurnal di
awal sebuah unit perjalanan luar angkasa. Di awal jurnal pebelajar mungkin
diminta untuk merefleksikan dan menulis tentang bagaimana rasanya
meninggalkan planet yang mereka kenal untuk perjalanan menuju kehidupan baru
yang disertai ketidakpastian. Seiring kemajuan pebelajar melalui unit ini, lebih
baik secara tematik, mereka diminta untuk merenungkan perjalanan mereka saat
mereka menempuh perjalanan jauh dan jauh dari planet Bumi. Bagaimana
MakalahHenryPraherdhionoDisajikandalamPrapascasarjanaUM11
bertahanhidupmerekaterpenuhi?membantuapayangmerekahadapi?Apa
perbaikankualitashidupmerekayangmerekatemukan?Sepertipengujian
hipotesis,analogi,danmetafora,jenispengalamaninimemaksapebelajaruntuk
kembalikepembelajaransebelumnyamempebelajarimaknamembangunbersama.
Sumber(Sains,dan)
Gambar7.Perjalanankeluarluar angkasa
Portofolio
Portofolioadalahsistempengorganisasianberbagaidokumensehingga
hubunganantardokumendanmaknakonteksnyadapatdilakukan.Portofolio
mungkinberisipernyataanparadigmaataudeklarasitentangapayangdipahami
pebelajartentangsebuahkonsepditempatdanwaktudalamkehidupanmereka.
Misalnya,mulaipebelajartatabogadimintauntukmendokumentasikancara
masakhinggajadisebuahmasakandanuntukmeninjaukembalipernyataan
tersebutsaatmerekatumbuhdalamprofesijurumasak.Denganitudi
manamerekaberada?,perbedaanhasilwaktudibangkukuliahhinggamenjadi
profesional?koneksidapatdilakukanantarapengetahuandanpengalaman
sebelumnya,sekarang,danmasadepan.
Instrumenlaindapatdigunakanuntukmenganalisiskonsepsisaatini.
Kuesioner,pengawasan,dandaftarperiksadapatterselesaikandanmemperbaruisecara
secara
Sistem Sosial dan Keadilan Ekonomi dalam Islam.pdfMohalliAhmad1
Terorisme yang berakar tunjang dengan ideologi radikalisme dan fundamentalisme (seperti ISIS) sama-sama bertujuan mencari kesejahteraan dunia (juga akhirat) menurut versi mereka.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. 1
Bil Perkara Muka surat
1. Definisi 2
2. Teori devian 3
3. Masalah sosial 8
4. Faktor Mempengaruhi Personaliti Remaja 12
5. Kesan Negatif 18
6. Pandangan Islam 19
7. Langkah Mengatasi 21
8. Kesimpulan 24
9. Rujukan 25
2. 2
SALAH LAKU DEVIAN DAN JENAYAH
1.0 Definisi
Kelakuan devian adalah satu elemen asing dalam sesebuah masyarakat. Definisi
devian bergantung kepada bagaimana masyarakat mentakrifkan devian, siapa yang dikatakan
sebagai devian dan apa yang masyarakat lakukan apabila ia menjadi isu dalam organisasi
sosial.
Masyarakat memahami kelakuan manusia sebagai satu luahan daripada naluri biologi.
definisi salah laku devian menurut Kamus Dewan (2003), tingkah laku devian didefinisikan
sebagai perlakuan yang menyimpang atau melencong.
Azizi et al. (2005) Menyatakan bahawa tingkah laku devian membawa maksud
tingkah laku yang melanggar norma-norma masyarakat tertentu.Ianya juga ditakrifkan
sebagai sebarang tingkah laku yang tidak memenuhi norma-norma sosial sesuatu kumpulan
atau masyarakat (Rohana, 1996).
Albert Cohen (Azizi et al., 2005) mentakrifkan tingkah laku devian sebagai kelakuan
yang melanggar jangkaan yang diinstitusikan, iaitu Jangkaan yang dikongsi dan diiktiraf
sebagai sah dalam sesuatu sistem sosial.
Jenayah merupakan satu perbuatan yang menyalahi undang - undang kerajaan sesuatu
tempat. Orang yang melakukan perbuatan jenayah ini dinamakan penjenayah - sumber
Wikipedia. Menurut Kamus Dewan : Undang - undang ialah sesuatu peraturan atau
keseluruhan peraturan yang di gubal ( dibuat ) oleh sesebuah kerajaan negeri atau negara dan
iannya mesti dipatuhi oleh setiap individu atau masyarakat tersebut. Didalam sesebuah
negara demokrasi, Parlimen membuat undang - undang yang mesti diikuti oleh setiap orang.
3. 3
Sesuatu perbuatan atau kesalahan jenayah adalah dilakukan dengan niat salah.
Sesuatu perbuatan tidak boleh menjadi jenayah sekiranya tidak disertai dengan niat, walau
pun akibat dari perbuatan seperti itu, membawa kecederaan atau maut terhadap mangsanya.
Didalam perundangan jenayah moden terdapat satu maxim latin yang tersohor iaitu
Actus non facit reum nisi req yang disebut oleh Lord Kenyon sebagai niat dan perbuatan
termasuk ketinggalan. Perbuatan dan niat mesti ada serentak untuk mewujudkan jenayah (kes
Fowler V Padet, 1978, T.T.R 509 ). Ini bermakna sesuatu perbuatan atau ketinggalab jenayah
dikatakan sebagai satu jenayah.
2.0 Teori devian
Terdapat beberapa teori yang boleh digunakan bagi penelitian yang lebih untuk tujuan
perbincangan dalam topik ini. Teori itu merangkumi aspek sosiologi dan psikologi. Untuk
menerangkan tingkah laku devian yang membawa kepada aktiviti jenayah dengan lebih terperinci,
ahli-ahli sosiologi menjelaskannya daripada perspektif fungsional dan perspektif interaksi.
Selain daripada perspektif fungsional dan interaksi, terdapat tiga sub teori sosiologi yang lain,
iaitu Teori Pembelajaran Sosial, Teori Sub-Budaya dan Teori Interaksi Sosialisasi Terpilih.
Gambar rajah 1
4. 4
2.1 Aspek sosiologi
2.1.1 Teori Anomie
Perspektif fungsional berpendapat bahawa perlakuan jenayah berpunca daripada
masyarakat itu sendiri. Teori utama daripada perspektif ini ialah teori anomie. Anomie
berlaku apabila masyarakat atau sesuatu kumpulan tidak mendapat sesuatu yang diinginkan
akan mula melakukan aktiviti devian (Durkheim,1987). Teori Anomie ini dikembangkan oleh
Merton (1968) dengan menggunakan analogi Durkheim. Merton menekankan dan memberi
perhubungan antara tingkah laku dan organisasi sosial yang tidak tersusun.
Gambar rajah 2
Gambar rajah 3
5. 5
Clinard dan Meier (1995) membicarakan bahawa Anomie mempunyai hubung kait
dengan pandangan ketidaksusunan sosial. Anomie adalah perspektif am mengenai devian
yang dapat menerangkan beberapa bentuk devian merangkumi jenayah, alkoholisme,
penagihan, membunuh diri dan kecelaruan mental. Menurut Merton, terdapat lima kumpulan
orang yang devian. Mereka yang patuh tidak akan jadi devian kerana dapat mematuhi
matlamat budaya dan cara-cara konvensional untuk mencapai matlamat.
2.1.2 Teori Transmisi kebudayaan
Teori Transmisi kebudayaan pula yang diutarakan oleh Sunderland (1983) mendapati
individu menjadi devian melalui pergaulan yang pelbagai. Sutherland (1992) telah mendapati
devian adalah berpunca daripada pendedahan dan hubungan di antara pengaruh yang baik dan
buruk. Selain daripada itu, teori aktiviti harian juga digunakan untuk menjelaskan perspektif
ini.
Teori ini turut menunjukkan bahawa untuk setiap tingkah laku devian, kebiasaannya
akan wujud seorang pelaku dan seorang mangsa (Sherman et al.,1989 dan Cromwell et
al.,1995). Teori ini lebih merujuk kepada tingkah laku jenayah.
2.1.3 Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial diutarakan oleh Bandura dan Walter (1959). Mengikut
teori ini pengaruh budaya adalah penting dalam proses pembesaran kanak-kanak. Proses
sosialisasi bermula di rumah dan jika ibu bapa berupaya menjadi model terbaik, kanak-kanak
akan mendapat nilai-nilai positif dan bertingkah laku positif. Sekiranya kanak-kanak
dibesarkan dengan baik, mereka tidak mudah dipengaruhi oleh tekanan sosial lain seperti
6. 6
pengaruh rakan-rakan untuk cuba bertingkah laku devian dan jenayah. Keadaan di sebaliknya
akan berlaku jika kanak-kanak tidak dibesarkan dengan nilai-nilai positif.
2.1.4 Teori Sub-Budaya
Teori Sub-Budaya menjelaskan bagaimana sesuatu kumpulan sosial itu akan
mempunyai sub-budayanya yang tersendiri. Kumpulan sosial ini mempunyai nilai-nilai dan
norma-norma sendiri yang berbeza dengan kumpulan sosial lain (Johnson, 1973).
2.1.5 Teori Interaksi Sosialisasi Terpilih
Empat agen penting dalam sosialisasi ialah ibu bapa, rakan-rakan, sekolah dan media.
Dilihat secara keseluruhannya, Wilson dan Seaman (1997) mendapati bahawa penjenayah
datang dari latar belakang yang terdapat kesesakan dan juga tahap kehidupan yang rendah.
Douglas dan Olshaker (1996) pula mendapati wujud penentu genetik yang
menjadikan seseorang sebagai penjenayah. Penjenayah ini mempunyai personaliti egoistik
yang kuat dan mencari harga diri serta membalas dendam bagi mengawal mangsa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penjenayah adalah apabila di masa kecil mereka
selalu bersendirian, dianiayai secara fizikal, tidak disayangi ibu bapa dan menjadi obses
melalui fantasi dengan dimantapkan oleh suatu set minda yang konsisten.
7. 7
2.2 Aspek Psikologi
2.2.1 Teori Personaliti
Konsep psikoanalisis melalui Teori Personaliti secara psikologi oleh Sigmund Freud
pula menetapkan bahawa tingkah laku adalah sebahagian daripada kehidupan dan banyak
mempengaruhi cara manusia bertindak. Tingkah laku manusia digerakkan atau ditentukan
melalui operasi ketegangan dalaman yang dikenali sebagai naluri. Naluri bertindak untuk
memuaskan kehendak-kehendak tubuh badan bagi membawa keseronokan.
Teori psikoanalisis mengkaji tiga unsur utama dalam badan manusia yang dikenali
sebagai Id, Ego, dan Super Ego.
Freud juga menekankan pengalaman masa lalu banyak mempengaruhi personaliti dan
tingkah laku manusia sehingga bertindak secara positif ataupun negatif. Healy & Bronner
(1936) telah membuktikan bahawa kesan hubungan yang tidak baik antara individu boleh
mendorong kepada berlakunya jenayah seperti pergaduhan antara remaja dan pertengkaran
antara ibu bapa dan individu.
Kesannya, pertelingkahan yang berlaku mendorong tingkah laku devian yang bermula
seawalnya di sekolah seperti kes buli dan pukul. Jika tidak diatasi, maka tingkah laku devian
itu akan berlarutan apabila mereka dewasa sehingga berani terlibat dengan keganasan dan
gengsterisme yang melampau, sekaligus terarah kepada perlakuan jenayah kejam.
8. 8
3.0 Masalah sosial
3.1 Kes Juvana
Jenayah juvana adalah merujuk kepada perlakuan jenayah atau anti-sosial golongan
remaja yang bertindak menyalahi undang-undang dan enggan menjalankan kewajipan sosial
mereka. Ia merupakan satu isu sosial yang penting kerana golongan ini adalah kumpulan
yang menyalahi undang-undang dan mengganggu hak asasi manusia dan masih belum
dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
Hari ini,masyarakat kita telah dikejutkan dengan pelbagai kes jenayah. Sekarang, isu
jenayah di sekolah-sekolah semakin berleluasa .Antara jenayah yang dilakukan ialah agresif
terhadap manusia.Jenayah peras ugut dilakukan oleh mereka yang hidup dalam dunia fantasi
sendiri. Vandalisme juga merupakan jenayah yang sering berlaku. Mereka akan merosakkan
harta benda dan kemudahan awam di mana-mana khasnya di taman permainan dan sekolah.
Jenayah juvana termasuk menipu dan mencuri. Walaupun sebilangan mereka berasal
daripada keluarga yang berada, mereka masih melakukan jenayah untuk menunjukkan
keberanian mereka. Mereka berasa bangga melibatkan diri dalam aktiviti yang buruk
ini.Ketidakpuasan hati terhadap undang-undang dan dasar pendidikan menyebabkan mereka
melakukan perkara di luar jangkaan.
Gambar rajah 4
9. 9
3.2 Kes Vendalisme
Menurut Kamus Dewan (2007: 1787) vandalism merujuk kepada perbuatan
membinasakan atau merosakkan harta benda awam atau persendirian. Vandalism juga
dikenali sebagai pugut atau pemugut atau laku musnah. Dalam erti kata yang lain definisi
vandalism ialah membuat sebarang perubahan seperi melukis, menanda, mengecat,
menampal, merosakkan atau mengotorkan harta benda awam tanpa kebenaran pihak
berkuasa.
Dari segi konteks sekolah pula vandalism merupakan laku musnah yang berupa
pelanggaran disiplin yang mana termasuklah merosakkan harta benda sekolah, menconteng
meja, memecahkan cermin tingkap, menendang pintu tandas, mematah-matahkan pokok,
bermain dengan alat pemadam api, mengotorkan kawasan sekolah, menconteng dinding bilik
darjah, merosakkan harta benda guru dan guru besar dan mengguris kenderaan guru.
Merosak harta benda kantin seperti mematah-matahkan sudu dan garpu, mengemek
dan memecahkan piring dan menghilangkan sudu, garpu, gelas dan piring.
Merosakkan harta benda pelajar lain seperti memancitkan tayar basikal, mengotorkan
bilik darjah, mengotorkan tandas, menyalahgunakan barang-barang asrama dan mengoyakkan
baju kawan. (Kamaruddin Haji Husin, 1995:150)
Secara ringkasnya pengertian vandalism ialah perbuatan merosakkan atau
memusnahkan kemudahan awam atau harta persendirian tanpa sebab yang sah di sisi undang-
undang sama ada ia dilakukan secara persendirian atau berkumpulan (geng). Kegiatan ini
juga sering dilakukan oleh golongan remaja terutamanya pelajar-pelajar sekolah, tidak
mengira lelaki mahupun perempuan. Vandalism juga mengakibatkan pihak awam dan swasta
10. 10
mengalami kerugian kerana terpaksa mengeluarkan kos untuk membaiki dan menggantikan
barang-barang yang rosak.
Tiga jenis vandalism iaitu:
3.2.1. Perlakuan
Perbuatan ini dilakukan dengan sengaja semata-mata untuk mencari keuntungan
dengan menjual harta benda yang dicuri. Perbuatan ini dilakukan sama ada dengan merosak
atau memecahkan harta benda tersebut. Perbuatan ini dengan sendirinya telah mencacatkan
bentuk harta benda dari yang asalnya. Dari segi perlakuan ini juga menunjukkan perbuatan
suka-suka dan tunjuk berani dengan merosakkan harta benda tersebut dengan tidak
mempunyai perasaan bersalah sekalipun.
3.2.2. Dendam
Berkaitan dengan kerosakkan harta benda yang melibatkan perasaan sama ada tidak
puas hati, melepaskan geram atau kemarahan kepada pihak yang tertentu.
3.2.3. Conteng atau Graffiti
Menconteng harta benda awam atau harta peribadi orang awam juga dikatakan
pemugut. Biasanya mereka ini akan menconteng di dinding-dinding bangunan, pagar konkrit,
pondok-pondok berehat dan tempat kemudahan awam, di taman rekreasi dan sebagainya
dengan mesej-mesej tertentu yang ada di antaranya tertulis perkataan berupa suatu pesanan
dan adakalanya juga contengan tersebut mengandungi perkataan-perkataan yang memalukan.
Perbuatan contengan atau graffiti ini adalah hasil dari keinginan seseorang untuk
mengatakan sesuatu untuk memberi komen, memberitahu, menghibur, meyakinkan,
11. 11
menyakiti ataupun sekadar untuk ia memberitahu akan kehadiran dan kewujudannya di bumi
ini.
3.3 Kes Gengsterisme
Ia diertikan sebagai satu kumpulan yang mempunyai ciri-ciri seperti mengikut tingkah
laku yang sama, perjumpaan secara bersemuka, gerakan secara berunit, konflik dan
mempunyai perancangan.
Gengsterisme adalah sejenis tingkah laku yang sudah lama wujud dikalangan pelajar
dan masih berterusan hingga kini. Keadaan menjadi bertambah serius apabila pelajar
perempuan dan murid sekolah di kesan terlibat dengan gejala samseng yang dikenali sebagai
gengsterisme.
3.4 Jenayah
Jenayah merupakan satu perbuatan yang menyalahi undang - undang kerajaan sesuatu
tempat. Orang yang melakukan perbuatan jenayah ini dinamakan penjenayah - sumber
wikipedia
Sesuatu perbuatan atau kesalahan jenayah adalah dilakukan dengan niat salah.
Sesuatu perbuatan tidak boleh menjadi jenayah sekiranya tidak disertai dengan niat, walau
pun akibat dari perbuatan seperti itu, membawa kecederaan atau maut terhadap mangsanya.
Didalam perundangan jenayah moden terdapat satu maxim latin yang tersohor iaitu
Actus non facit reum nisi req yang disebut oleh Lord Kenyon sebagai niat dan perbuatan
termasuk ketinggalan. Perbuatan dan niat mesti ada serentak untuk mewujudkan jenayah (
kes Fowler V Padet, 1978, T.T.R 509 ). Ini bermakna sesuatu perbuatan atau ketinggalab
jenayah dikatakan sebagai satu jenayah.
12. 12
JENIS - JENIS JENAYAH
Jenayah adalah kelakuan yang menyalahi undang-undang. Jenayah juga boleh
dianggap sebagai tindak tanduk yang menyalahi undang-undang.
Menurut Kanun Tatacara Jenayah ianya sebagai satu perbuatan atau ketinggalan yang
boleh dihukum dibawah satu undang-undang yang sedang berkuatkuasa.
Jenayah boleh dikategorikan kepada beberapa :-
a. Jenayah Harta Benda
b. Jenayah Tubuh Badan
c. Jenayah Komersial
d. Jenayah Siber
e. Jenayah Maritim
f. Jenayah Udara
g. Jenayah Melibatkan Moral
h. Jenayah Melibatkan Hak Individu / Kumpulan / Organisasi
4.0 Faktor Mempengaruhi Personaliti Remaja
Zaman remaja adalah satu zaman yang penuh dengan masalah dan konflik yang
disebabkan oleh berapa faktor. Faktor-faktor inilah yang telah mengganggu minda, emosi,
jasmani malahan turut menggoncangkan keimanan para remaja. Umumnya, terdapat dua
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan personaliti remaja iaitu faktor baka dan
faktor persekitaran. Faktor baka adalah aspek yang menghubung-kaitkan sifat baka dengan
kecerdasan dan bentuk tubuh yang menimbulkan tingkahlaku tertentu manakala faktor
13. 13
persekitaran dikaitkan dengan suasana kehidupan dan budaya masyarakat di sekitar sehingga
mempengaruhi perwatakan yang ditonjolkannya.
Muhammad Said Ramadhan menyatakan bahawa remaja itu sebenarnya sentiasa
berada dalam tuntutan tabiat kemanusiaan, naluri dan akliah. Mereka menjadi tersalah atau
terseleweng (kemelut kejiwaan, percanggahan dengan adat dan pertentangan dengan tradisi)
adalah kerana pantulan dari keadaan masyarakatnya sendiri iaitu meliputi ibu bapa, keluarga,
rumah, sekolah, jalan raya, masjid, tempat bermain, pasar dan segala kawasan yang ada
hubungannya dari segi makna, nilai dan pemikiran mereka.
Pengaruh Baka
Baka secara umumnya ialah ciri-ciri semulajadi yang telah dibekalkan kepada bayi
ketika lahir. Ia mengawal segala pembentukan asas organisma dan seterusnya mengawal
kadar perkembangan organisma tersebut di sepanjang hayatnya. Agen perkembangan yang
mengasaskan baka ini adalah gen. Gen ini terdiri daripada turutan nukleoida DNA atau terdiri
daripada kod-kod DNA yang terletak pada kromosom iaitu satu struktur pembawa maklumat
genetik yang terdapat di dalam nucleus. Pada kromosom inilah terdapatnya alel iaitu satu
bentuk alternatif gen yang mengawal sesuatu ciri.
Gen seseorang itu telah ditentukan dengan cara-cara yang mengakibatkan gennya itu
paling unik untuk dirinya sendiri. Interaksi di antara pelbagai gen telah mempengaruhi
pertumbuhan kesemua struktur fizikal di seluruh anggota badan, contohnya bentuk susuk
tubuh, rupa paras, kecerdasan dan juga penyakit-penyakit keturunan seperti buta warna,
„down sindrom‟ dan darah tinggi. Faktor baka atau genetik ini akan mempengaruhi perangai
dan struktur tubuh badan yang seterusnya secara tidak langsung mempengaruhi fungsi-fungsi
struktur tersebut. Contohnya, seorang remaja yang mewarisi gen tubuh besar, sasa dan kuat
dari bapanya yang dahulu terkenal dengan sikap panas baran dan kaki pukul akan mudah
14. 14
terikut dengan sikap dan tabiat bapanya itu. Begitu juga dengan seorang remaja yang
mewarisi sifat lemah lembut, penyayang dan murah senyuman dari bapanya akan mudah pula
untuk bersikap sedemikian. Tidak hairanlah jika perpatah Melayu menimbulkan istilah „bapa
borek anak rintik‟ yang menggambarkan wujudnya satu hubungan kejiwaan antara seorang
bapa (ibu bapa) dengan anak-anak mereka.
Pengaruh Persekitaran
Faktor persekitaran merupakan faktor terbanyak yang mempengaruhi pembentukan
diri para remaja. Terdapat pelbagai sub faktor yang terlibat sama ada secara berasingan
ataupun serentak antaranya adalah asuhan dan pendidikan awal oleh ibu bapa, pendidikan
sekolah, pengaruh rakan sebaya, pengaruh sosiobudaya, pengaruh media massa, pemakanan
dan simbol status. Terdapat lima sub faktor persekitaran utama yang mempengaruhi
pembentukan remaja masa kini iaitu pendidikan di rumah/ ibu bapa, pendidikan di sekolah,
pengaruh rakan sebaya, pengaruh sosiobudaya dan media massa.
(a) Pendidikan di rumah/ Ibu bapa
Ibu bapa merupakan acuan kepada anak-anak. Asuhan dan pendidikan awal ibu bapa
melibatkan dari aspek perkembangan akal, peneguhan ilmu agama, pencorakan tingkah laku,
pembinaan insan dan lain-lain perkara umum yang disampaikan secara langsung dan tidak
langsung dari ibu bapa kepada anak-anak. Di sini, ibu bapa perlu memberi kasih sayang,
bimbingan serta membenarkan anak-anak berdikari secara terkawal.
Para ahli agama dan sosiologi masakini telah merumuskan bahawa kebanyakan
konflik remaja adalah berpunca dari rumah iaitu hasil didikan, tunjuk ajar, tahap kasih
sayang, pemerhatian, perwatakan dan perlakuan ibu bapa. Contohnya, merokok di kalangan
remaja dikatakan berpunca dari penggunaan rokok di kalangan ibu bapa. Model keseronokan
15. 15
yang digambarkan oleh ibu bapa mempengaruhi remaja bagi mencubanya. Kajian sosiologi
pula menunjukkan bahawa ramai remaja lari dari rumah disebabkan oleh faktor ibu bapa iaitu
ibu bapa tidak berfungsi dengan baik, konflik keluarga, penderaan dan penolakan kasih
sayang. Begitu juga dengan sikap lalai ibu bapa dari menundukkan diri mereka kepada Allah
SWT secara langsung telah membentuk anak-anak yang tidak mengenal siapa penciptanya,
tidak berpuasa di bulan Ramadhan, tidak tahu membaca Al-Quran, tidak peka dengan amalan
ibadah yang lain malahan tidak tahu haram dan halal.
Islam menuntut ibu bapa bukan sahaja sentiasa menjaga kebajikan dan didikan agama,
akhlak dan keduniaan anak-anak, malah turut menekankan penjagaan psikologi, perasaan dan
jiwa mereka iaitu dengan menganjurkan sikap adil terhadap mereka serta melarang membeza-
bezakan antara satu sama lain. Kegagalan ibu bapa dalam memberikan keadilan antara anak-
anak turut dilihat menjadi penyebab utama ramai remaja bertindak menjauhi dan
mendendami ibu bapa mereka.
Aktiviti-aktiviti seperti budaya gengsterisme, kongsi gelap, meminum arak, melepak
di kelab-kelab malam, berpakaian yang menampakkan tubuh badan bagi remaja perempuan,
berhimpun di konsert-konsert besar dan juga budaya merokok merupakan antara faktor status
yang disalah ertikan oleh para remaja masakini. Para remaja beranggapan bahawa perbuatan-
perbuatan sebegini boleh menaikkan status mereka, hakikatnya ini merupakan mukaddimah
yang akan menjerumuskan mereka ke lembah yang lebih hina. Cara hidup yang diwar-
warkan oleh masyarakat Barat sebagai ber‟status‟ ini dianggap baik, mulia dan disukai ramai
tanpa dilakukan penilaian dan pengadaptasian yang sewajarnya untuk dilaksanakan dalam
konteks sesebuah masyarakat termasuklah masyarakat Islam.
Kesimpulannya, faktor asuhan dan didikan awal ibu bapa penting dalam mencorakkan
hidup seseorang remaja kerana aspek ini menjadi perkara pertama yang dialami dan dihayati
16. 16
dalam kehidupan mereka. Kegagalan faktor ini untuk berfungsi akan menyebabkan
malapetaka yang lebih buruk terutama apabila para remaja itu sudah tidak menghormati ibu
bapa mereka.
(b) Pendidikan di Sekolah
Sekolah berperanan sebagai satu organisasi yang menyemai nilai-nilai dan tahap
kehidupan dalam masyarakat, mengekalkan perpaduan sosial, memindahkan ilmu
pengetahuan dan mengembangkan pengetahuan baru iaitu sebagai pusat mengatur
pengalaman hidup remaja. Di sini para remaja berpeluang mempelajari maklumat-maklumat
baru, menguasai kemahiran-kemahiran baru, memberi gambaran berkenaan pemilihan
kerjaya dan masa depan dan melengkapkan peralihan hidup daripada kehidupan sederhana
pada zaman kanak-kanak kepada persekitaran pengurusan yang lebih besar iaitu zaman
remaja secara didikan formal dan tidak formal.
Secara formalnya adalah melalui pengajaran secara langsung oleh guru-guru di dalam
kelas ataupun aktiviti kokurikulum manakala secara tidak langsungnya melalui pendedahan
oleh guru ataupun kakitangan sekolah yang lain bukan di dalam waktu pengajaran, faktor-
faktor fizikal sekolah dan sekitarnya serta pengaruh kawan-kawan sekolah.
Akhirnya, faktor pendidikan di sekolah ini tidak dapat lari dari pengaruh rakan-rakan.
Ia berkecenderungan membawa kepada sikap anti guru, anti sekolah, ponteng, lepak, jenayah
juvana serta turut melibatkan kes perkahwinan awal di kalangan remaja perempuan dan
aktiviti geng di kalangan remaja lelaki. Isu-isu ini akan dibincangkan dengan lebih jelas di
dalam tajuk ”Pengaruh Rakan Sebaya‟.
17. 17
Kesimpulannya terdapat beberapa faktor pendidikan sekolah seperti sikap guru,
suasana sekolah dan pengaruh rakan sebaya di sekolah dilihat memberi kesan negatif kepada
para remaja.
(c) Pengaruh Rakan Sebaya
Zaman remaja adalah zaman di mana golongan ini memang suka mendampingi dan
didampingi oleh rakan sebaya. Pada ketika ini juga mereka mudah terpengaruh dan
bersimpati dengan keadaan personaliti rakan mereka. Dalam konteks ini, rakan sebaya adalah
kelompok kanak-kanak ataupun remaja yang sama umur ataupun peringkat perkembangan di
mana ia sering digunakan oleh remaja sebagai sumber sokongan dalam menyempurnakan
perkembangan mereka. Di sini para remaja lebih suka berkongsi pengalaman, perasaan dan
pandangan masing-masing sesama mereka.
Remaja mempunyai satu sikap asas yang sama iaitu inginkan kebebasan daripada
kongkongan keluarga dan masyarakat, bebas membuat apa sahaja yang menyeronokkan dan
menggembirakan hati sehingga kadang-kadang melupakan nilai-nilai hidup bermasyarakat
dan beragama. Mereka menginginkan satu kehidupan yang secara „bebas-nilai‟ iaitu satu
trend keremajaan yang banyak dipengaruhi oleh cara hidup kebaratan. Dalam mencapai
kebebasan ini, remaja akan meniru apa saja terutamanya daripada rakan sebaya tanpa
sebarang sekatan peraturan dan nilai. Rakan sebaya dilihat oleh para remaja sebagai amat
istimewa dan penting malah kadang- kadang melebihi daripada kepentingan ibu bapa.
Tekanan-tekanan dalaman dan konformiti rakan sebaya selalunya akan menyebabkan
golongan remaja tidak teragak-agak melakukan hal-hal negatif yang terbabas dari undang-
undang negara dan juga hukum syarak. Contohnya, keinginan untuk menjadi popular
menyebabkan golongan remaja bertindak lebih jauh sehingga melampaui agama dan adat
yang terhasil daripada provokasi rakan sebayanya. Pengaruh fizikal seperti ketampanan dan
18. 18
kecantikan di kalangan rakan sebaya juga sangat penting kepada remaja terutama dalam
mempengaruhi harga kendiri dan penerimaan sosial remaja, personaliti, tarikan interpersonal
dan perkembangan sosial di kalangan mereka.
5.0 Kesan Negatif
Kesan buruk yang dapat dilihat daripada kes kes kenakalan adalah diantaranya kesan
yang tampak pada diri sendiri seperti bersikap biadap dan kurang sopan, kenakalan atau
hooliganism, tidak menjaga masa (merayau-rayau), perbuatan dan kata-kata lucah, bertindik
dan bersubang (bagi lelaki), menghisap rokok, dan juga sentiasa mengamalkan penipuan
penipuan. Kesan yang mungkin juga akan melibatkan pihak ibu bapa sekiranya anak anak
sudah hilang pertimbangan akibat daripada kenakalan yang mereka lakukan, kesan itu adalah
seperti melawan cakap ibu bapa, menipu ibu bapa dan lari dari rumah. Hal ini biasa
dilaporkan di media media sosial dan dari mana mana sumber sahih.
Kesan yang kita dapat lihat apabila murid murid mengekspresikan kenakalan mereka
disekolah ialah antaranya lawan, cabar dan pukul guru, peras ugut, pukul, buli pelajar lain,
merosakkan harta benda sekolah atau awam, ponteng sekolah, kelas, peperiksaan, meniru
dalam peperiksaan, membawa talipon bimbit ke sekolah, mencuri dan juga merokok. Kesan
kesan negative inilah yang akan meruntuhkan lagi maruah dan nilai moral sebagai seorang
pelajar ataupun murid di institusi sekolah.
Perkara yang lebih teruk akan berlaku sekiranya mereka terlibat dalam jenayah juvana
(sivil) adalah seperti berikut. Yang pertama kesan kepada diri sendiri, mereka mungkin tanpa
segan silu akan mengunjungi pusat hiburan atau disco dan siber cafe bagi mengisi masa masa
yang mereka kira sebagai masa lapang. Kesan yang kedua adalah kepada masyarakat, mereka
19. 19
mungkin akan terlibat dengan aktiviti merompak, mencuri dan samun, terlibat dengan dadah
dan bahan-bahan seumpamanya seperti pil khayal dan pil kuda, memiliki dan mengedar
bahan lucah, merogol, memperkosa, melakukan gangguan seksual (cabul) dan meliwat,
membunuh, bergaduh dan terlibat dengan kumpulan samseng, merempit dan lumba haram,
menyertai pesta seks bebas dan terlibat dengan arak dan judi.
Berikut merupakan kesan kesan daripada melakukan kesalahan kesalah juvana dan
salah laku dikalangan remaja mahupun dewasa. Perkara yang dinyatakan diatas akan
menjejaskan reputasi sekolah dan juga yang paling membimbangkan akan membahayakan
negara sekiranya perkara begini tidak dibendung.
Situasi masakini mendapati bahawa remaja dan isu permasalahan akhlak tidak dapat
dipisahkan. Semakin banyak kajian dan usaha dalam menangani isu ini dibuat semakin
kompleks pula kes-kes yang berlaku. Maka benarlah kenyataan bahawa zaman dan usia
remaja ini adalah ‘‘titik-tolak’’ perkembangan diri seseorang. Ketika inilah ujian sebenar
dalam menilai ‘‘mana intan dan mana kaca’’ dalam proses perkembangan manusia berlaku.
Namun melalui ilmu akhlak yang telah diturunkan oleh Allah SWT maka persoalan remaja
ini seharusnya dapat diselesaikan seandainya manusia sedia berubah daripada kehidupan
sekarang (lalai, cuai dan lupa kepada Allah SWT.) kepada cara hidup Rabbani yang telah
dijamin sebagai tatacara hidup terbaik di dunia dan akhirat.
6.0 Pandangan Islam
Islam telah menetapkan bahawa program pembangunan remajanya adalah
berdasarkan langkah-langkah yang telah ditentukan di dalam kitab Al-Quran, hadis-hadis
20. 20
Nabi s.a.w. dan pendapat para ulama dengan objektif untuk melahirkan segolongan remaja
yang akan dinamakan sebagai remaja Islam.
Remaja Islam ditakrifkan oleh Fathi Yakan sebagai segolongan remaja yang positif dan
berniat mendekati dan menghayati Islam dengan cara tersendiri. Mereka mempunyai aqidah,
ibadah, akhlak, sentiasa mengawal hawa nafsu, yakin dengan masa depan Islam, menghayati
nilai-nilai murni keislaman serta berusaha mendalami ilmu-ilmu fardhu ain dan kifayah.
Secara asasnya, mereka adalah remaja yang menjadikan Islam sebagai agama anutannya,
mempunyai akal yang waras serta beriman sepenuhnya dengan rukun iman, rukun islam dan
konsep ihsan di dalam diri sehingga dapat dicerminkan melalui perwatakan mereka.
Islam menegaskan bahawa manusia terutama para remaja perlu dibangunkan kerana martabat
manusia yang mulia, tertinggi dan terpintar akan sentiasa merosot gara-gara ingkar kepada
kebenaran Allah SWT, menurut kehendak nafsu, rayuan syaitan dan iblis serta terpengaruh
dengan fahaman-fahaman songsang semasa. Secara umum, ini dapat diatasi melalui
memperkukuhkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia iaitu
membangunkan iman dan amal soleh. Maksud daripada Firman Allah SWT:
‘‘Mereka ditimpakan kehinaan (dari segala jurusan) di mana sahaja mereka
berada, kecuali dengan adanya sebab dari (hubungan dengan) Allah dan
adanya sebab dari (hubungan dengan) manusia. Dan sudah sepatutnya mereka
beroleh kemurkaan dari Allah, dan mereka ditimpakan kemiskinan (dari segala
jurusan). Yang demikian itu, disebabkan mereka sentiasa kufur ingkar akan
ayat-ayat Allah (perintah-perintahNya), dan mereka membunuh Nabi-nabi
dengan tiada alasan yang benar. Semuanya itu disebabkan mereka derhaka dan
mereka sentiasa mencerobohi (hukum-hukum Allah).
Ali Imran(3): 112
21. 21
Firman-Nya lagi yang bermaksud:
“ Wahai anakku, dirikanlah solat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) daripada perbuatan mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Surah Luqman (31): 17
Ayat dari surah Luqman ini menyatakan antara kaedah dan saranan yang telah
dianjurkan oleh Lukman al-Hakim semasa mendidik dan membentuk keperibadian anaknya
iaitu agar sentiasa melakukan solat yang sempurna, melakukan usaha dakwah (sesuai dengan
kemampuan dan bersungguh-sungguh) dan sabar dalam melakukan dakwah tersebut. Ayat-
ayat lain di dalam surah ini juga banyak menggariskan kaedah membangunkan diri para
remaja seperti sentiasa bersyukur, tidak menyekutukan Allah, berbakti kepada orang tua,
menyakini konsep dosa dan pahala, solat, kepentingan amar makruf nahi mungkar, sabar,
tidak sombong dan angkuh serta bersifat sederhana.
7.0 Langkah Mengatasi
Usaha yang paling utama dan efisien adalah cara komunikasi dan pergaulan antara ibu
bapa, adik-beradik dan rakan-rakan. Ibu bapa khususnya perlu bijak dalam hal mendidk anak
agar tidak terjerumus dalam perkara social seperti gejala jenayah ini. “Melentur buluh biarlah
dari rebungnya” merupakan satu ungkapan yang perlu diambil iktibar oleh setiap ibu bapa
dalam mengajar dan mengatur kehidupan anak-anak mereka. Ibu bapa perlu memberi
pendidikan yang berkaitan hal agama sejak kecil supaya anak-anak menyedari perkara
tersebut sama ada salah atau betul. Janganlah sampai nasi sudah menjadi bubur, barulah ibu
22. 22
bapa kelam kabut untuk mengambil tindakan yang sememangnya amat susah diterima oleh
para remaja yang mempunyai pendirian yang tersendiri. Seterusnya ibu bapa pula tidak
seharusnya bersikap lepas tangan dalam mendidik anak-anak disebabkan kesibukan bekerja
dan melepaskan tanggungjawab kepada pembantu rumah. Jadi ibu bapa harus memberi
perhatian yang secukupnya kepada anak-anak supaya mereka menganggap ibu bapa sering
menjadi tempat berlindung dan tempat mengadu masalah.
Selain itu, antara inisiatif yang dapat kita ambil sebagai langkah mencegah jenayah
yang merupakan isu terpenting di negara ini ialah dengan mewujudkan konsep bandar dan
pekan selamat. Konsep ini merangkumi suatu skop yang sangat besar untuk dibincangkan.
Pelbagai langkah telah dilaksanakan dalam proses mewujudkan konsep bandar dan pekan
selamat. Antaranya ialah dengan pengawalan rapi oleh pihak-pihak tertentu seperti Rela,
Rukun Tetangga, Polis dan sebagainya dalam usaha memastikan kawasan tersebur bebas
daripada kes-kes kecurian, rompakan, rogol, ragut dan sebagainya. Dengan pengawalan
daripada pasukan-pasukan tersebut, sekurang-kurangnya dapat menakutkan si penjenayah
dari melakukan akiviti mereka dan seterusnya mewujudkan konsep bandar dan pekan
selamat. Bantuan daripada alat-alat teknologi pada zaman kini dapat membantu kita
menyempurnakan konsep bandar dan pekan selamat. Kamera-kamera litar tertutup boleh
dipasang sebagai langkah berjaga-jaga. Medium ini dapat menjadi bukti apabila sesuatu kes
jenayah berlaku di kawasan tersebut. Sekiranya konsep bandar dan pekan selamat
diwujudkan, nescaya terdetik rasa was-was kepada si penjenayah daripada melakukan
aktivitinya di kawasan tersebut. Dengan cara ini, konsep bandar dan pekan selamat jelas
sekali merupakan usaha yang efektif bagi mencegah jenayah.
Pengenalan semula mata pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan (PSK)
kepada pelajar sekolah rendah dan menengah juga merupakan salah satu cara untuk
membanteras kes jenayah. Mata pelajaran PSK ini merupakan satu langkah ke arah
23. 23
membentuk keperibadian para remaja yang mulia dan juga berperanan memupuk nilai-nilai
murni dalam diri setiap remaja. Melalui pengenalan semula mata pelajaran ini, seseorang
individu berupaya menyelesaikan masalah yang dihadapinya tanpa unsur-unsur keganasan,
memahami kepelbagaian agama, budaya serta mampu menyumbang kepada pembangunan
negara. Kesimpulannya, kes-kes jenayah boleh ditangani dengan adanya pengenalan semula
mata pelajaran khas yang boleh dipelajari oleh para remaja.
Di samping itu, kempen-kempen pencegahan jenayah juga boleh diadakan di setiap
sekolah. Pelbagai kempen yang kebiasaannya diadakan mampu meningkatkan kesedaran
dalam kalangan para remaja terutamanya peringkat sekolah rendah. Hal ini demikian kerana
pelajar pada tahap ini kurang terdedah kepada kegiatan-kegiatan jenayah. Dengan ini, mereka
akan berasa takut untuk melakukan jenayah setelah terlibat dalam kempen-kenpem kesedaran
yang diadakan di sekolah. Antara kempen pencegahan jenayah yang sering diadakan di
sekolah adalah seperti tayangan video, pameran berunsurkan aktiviti jenayah dan mewajibkan
jemputan kepada pegawai polis untuk hadir memberi ucapan mengenai kegiatan jenayah,
kesan dan hukuman kepada pesalah. Oleh itu, kempen kesedaran sepatutnya diadakan untuk
meningkatkan tahap kesedaran para remaja yang sejak kebelakangan ini amat
membimbangkan.
Penubuhan kelab bersifat antijenayah sosial di sekolah merupakan antara modus
operandi untuk menangani masalah jenayah yang semakin berleluasa ibarat cendawan
tumbuh selepas hujan. Kelab Pencegah Jenayah (KPJ) dan Skim Lencana Anti Dadah
(SLAD) merupakan antara kelab bersifat antijenayah yang ditubuhkan di sekolah. Kelab-
kelab seperti ini bukan sahaja mendedahkan keburukan melakukan jenayah malahan
menggalakkan pelajar untuk senantiasa melakukan perkara-perkara yang berunsurkan sifat
mahmudah seperti tolong-menolong dan ikhlas dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Kelab
bersifat antijenayah sosial dapat didefinisikan sebagai pertubuhan yang mencegah sebarang
24. 24
penjenayahan daripada berlaku dan menjadi lebih parah. Hal ini bersesuaian dengan pepatah,
‘mencegah lebih baik daripada mengubati’. Kegiatan-kegiatan jenayah sosial yang berlaku
dalam kalangan remaja seperti gangsterisme, vandalisme dan buli didapati semakin merosot
sejurus selepaspenubuhan kelab-kalab bersifat antijenayah sosial di sekolah. Oleh itu, kelab-
kelab bersifat antijenayah sosial haruslah lebih giat dilaksanakan bagi membanteras gejala
jenayah di negara ini.
Natijahnya, terdapat pelbagai usaha yag boleh dilakukan bagi membendung jenaah
sosial di negara ini. Semua pihak haruslah berganding bahu membanteras kegiatan jenayah
agar aktiviti negatif ini tidak berlarutan dan bertamabh serius lagi.
8.0 Kesimpulan
Perbincangan dalam penulisan kerja ini menunjukkan betapa tanggungjawab dalam
menjaga keamanan dan keselamatan negara adalah fungsi dan peranan bersama tanpa
mengira status dan latar belakang masyarakat kita. Permasalahan tingkah laku devian
sehingga membawa kepada perlakuan jenayah didapati wujud kerana telah banyak
dipengaruhi oleh pelbagai faktor yang merangkumi faktor dalam keluarga mahupun
persekitaran. Kesimpulannya, perkongsian dalam perbincangan ini diharapkan dapat menjadi
panduan bermakna kepada pihak tertentu seperti Polis Diraja Malaysia, pihak kementerian,
komuniti masyarakat dan institut pengajian tinggi. Usaha itu perlu secara koperatif dalam
membantu kerajaan serta negara membanteras tingkah laku devian seterusnya perlakuan
jenayah di kalangan rakyat secara bersepadu. Kesedaran di kalangan semua pihak juga sangat
perlu bagi mencapai tahap kolaboratif yang jitu dalam memastikan Malaysia menjadi sebuah
negara yang aman dan selamat kini dan selamanya.
25. 25
RUJUKAN
Azizi Yahaya & Badrulzaman Baharom (2006). Persekitaran Keluarga & Kesannya Terhadap
Tingkah Laku Devian Remaja di Daerah Pontian, Johor. Tesis Sarjana: Universiti
Teknologi Malaysia.
Awaluddin Ab. Rahman & Noralina Omar (2007), Zaman Beribu Liku – Tip dan Panduan
memahami Jiwa Remaja. Kuala Lumpur: Utusan Publication & Distribution Sdn.Bhd.
Azizi Yahya, Jaafar Sidek Latif, Shahrin Hashim & Yusof Boon (2005), Psikologi Sosial -
Alam Remaja. Pahang: PTS Publication & Distribution.
http://stpm-study.blogspot.my/2013/11/langkah-langkah-mengatasi-jenayah.html
https://ms.wikipedia.org/wiki/Jenayah
http://www.utusan.com.my/berita/jenayah
https://www.slideshare.net/rosdiramli80/tingkah-laku-devian-tugasan-kumpulan-pengurusan-
pembelajaran-tajuk-kajian-tindakan-mengenai-disiplin-pelajar-sekolah-rendah-di-sekolah-
bandar-tugasan-individu-sem-1uthm